Makalah Hepatoprotektor
-
Upload
kurniah-ayu-aminuddin -
Category
Documents
-
view
581 -
download
94
description
Transcript of Makalah Hepatoprotektor
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak dahulu masyarakat Indonesia telah mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya
penanggulangan masalah kesehatan jauh sebelum obat-obat modern
menyentuh masyarakat. Pengetahuan tentang obat tradisional ini
merupakan warisan budaya berdasarkan pengalaman yang secara
turun-temurun telah diwariskan oleh generasi terdahulu kepada
generasi saat ini. Peranan obat tradisional dalam pelayanan
kesehatan dapat lebih ditingkatkan dengan mendorong upaya
pengenalan, penelitian, pengujian dan pengembangan khasiat serta
keamanan suatu tumbuhan obat, sehingga secara bertahap potensi
bahan alam Indonesia dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Kegunaan tumbuhan obat sebenarnya disebabkan oleh
kandungan kimia yang dimiliki. Namun, tidak seluruh kandungan kimia
diketahui secara lengkap. Meskipun tidak diketahui secara rinci, tetapi
pendekatan secara farmakologi berhasil menghasilkan informasi dari
kegunaan tumbuhan obat.
Keampuhan pengobatan herba banyak dibuktikan melalui
berbagai pengalaman. Berbagai macam penyakit sudah tidak dapat
disembuhkan melalui pengobatan modern, ternyata masih bisa
ditangani dengan pengobatan herba. Ada pula pengalaman yang
membuktikan bahwa ada beberapa penyakit, ternyata pengobatan
herba lebih efektif memberikan solusi penyembuhan dibandingkan
dengan pengobatan modern. Keunggulan pengobatan herba terletak
pada bahan dasarnya yang bersifat alami sehingga efek sampingnya
dapat ditekan seminimal mungkin. Meskipun dalam beberapa kasus
dijumpai orang-orang yang alergi terhadap herba. Namun, alergi
tersebut dapat juga terjadi pada pengobatan medis. Beberapa kasus
menunjukkan bahwa sebagian orang alergi atau timbul penolakan
2
terhadap obat-obatan tertentu, sehingga menimbulkan efek samping
yang menyebabkan timbulnya berbagai penyakit lain.
Dari banyaknya fungsi dari obat-obat tradisional, salah satunya
adalah sebagai hepatoprotektor. Hepatoprotektor adalah senyawa
atau zat yang berkhasiat melindungi sel sekaligus memperbaiki
jaringan hati yang rusak akibat pengaruh zat toksik.
Selanjutnya akan dibahas lebih terperinci mengenai bahan-
bahan alam yang berfungsi sebagai hepatoprotektor.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah itu hati?
2. Apakah fungsi hati?
3. Apa yang dimaksud dengan Hepatitis, jenis-jenis virus hepatitis
dan perawatannya?
4. Apa saja bahan-bahan alam yang dapat berfungsi sebagai
hepatoprotektor?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan hati.
2. Untuk mengetahui fungsi dari hati.
3. Untuk mengetahui dimaksud dengan Hepatitis, jenis-jenis virus
hepatitis dan perawatannya.
4. Untuk mengetahui bahan-bahan alam yang dapat berfungsi
sebagai hepatoprotektor.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mengenal Hati
Posisi organ hati sebagian besar terletak di perut bagian kanan
atas, yakni di belakang iga. Hati dinamakan juga liver atau hepar
merupakan kelenjar tubuh dengan berat sekitar 1/36 berat badan
orang dewasa, yaitu berkisar 1.200–1.600 g. Ukuran hati yang normal
adalah selebar telapak tangan orang itu sendiri.
Hati terdiri dua lobus utama, yakni lobus kanan dan kiri. Lobus
kanan merupakan bagian terbesar sementara lobus kiri lebih kecil.
Setiap lobus terdiri dari ribuan lobulus yang merupakan unit
fungsional. Setiap lobulus terdiri dari sel-sel hati yang berbentuk
kubus,tersusun melingkar mengelilingi vena sentralis. Diantara lobulus
(interlobular) terdapat saluran empedu dan kapiler bernama sinosoid
yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika.sinusoid di
batasi oleh sel kuffer yang merupakan sistem retikuloendotelial dan
mempunyai fungsi menelan bakteri serta benda asing lainnya yang
masuk dalam tubuh.
4
Pada orang dewasa, darah yang mengalir setiap menit melalui
hati diperkirakan sekitas 1.200-1.500 ml. Darah yang mengalir
tersebut di dapat dari dua sumber yaitu vena porta dan arteri hepatika.
Vena porta membawa zat makanan karena menerima aliran darah
dari saluran cerna. Selain dri limpa dan pankreas.
B. Fungsi Hati
Hati merupakan pusat metabolisme tubuh yang mempunyai
banyak fungsi dan penting untuk mempertahankan tubuh.
Ada tiga macam fungsi hati yaitu :
1. Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu.
Empedu dibentuk oleh hati. melalui saluran empedu interlobular
yang terdapat di dalam hati, empedu yang di hasilkan dialirkan ke
kandung empedu untuk disimpan. Bila kita mengkonsumsi
makanan berlemak maka empedu yang tersimpan tadi akan di
keluarkan dan dialirkan kedalam usus dau belas jari (duodenum)
yang merupakan bagian teratas dari usus kecil. Dalam sehari,
sekitar 1 liter empedu disalurkan keluar(diekskresikan) oleh hati.
Empedu sebagian besar terdiri dari air (97%), sisanya terdiri atas
elektrolit, Garam empedu, posfolipid, kolestrol, dan pigmen empedu
(bilirubin). Garam empedu untuk pencernaan dan penyerapan
lemak dalam usus halus dan dialirkan kembali ke hati. Bilirubin atau
pigmen empedu yang dapat menyebabkan warna kuning pada
jaringan dan cairan tubuh sangat penting sebagai indikator penyakit
hati dan saluran empedu.
2. Fungsi metabolik.
Di samping menghasilkan energi, dan tenaga, hati mempunyai
peran penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan
vitamin.
3. Fungsi Pertahanan Tubuh.
Hati juga berperan dalam pertahanan tubuh, baik berupa proses
penawaran racun(detoksikasi) maupun fungsi perlindungan.
5
C. Hepatitis
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati.
Secara populer dikenal juga dengan istilah penyakit hati, sakit liver,
atau sakit kuning. Namun istilah sakit kuning (ikterik atau juandice)
dapat menimbulkan keracunan karena tidak semua sakit kuning
disebabkan oleh radang Hati.
Penyakit hepatitis terbanyak disebabkan oleh virus. Berdasarkan
perjalanan penyakitnya dibedakan menjadi hepatitis akut dan hepatitis
kronis. Disebut hepatitis kronis bila penyakitnya masih berlangsung
setelah enam bulan.
1. Penyebab Hepatitis.
Sebenarnya hepatitis atau radang hati dapat disebabkan
oleh berbagai macam penyebab seperti : virus (penyebab
terbanyak), bakteri, misalnya salmonella typhi, parasit, obat-
obatan, bahan kimia alami atau sintesis yang merusak
hati(hepatotoksik), alkohol, cacing, gizi buruk, dan atoinum.
Dengan semakin berkembangnya pemeriksaan serologis-
imunologis untuk penyakit hepatitis virus, maka saat ini sudah
dapat dideteksi 5 macam virus sebagai penyebabnya.
2. Jenis Virus Hepatitis.
a. Virus hepatitis A
Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran
ini terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-
negara berkembang sering terjadi wabah yang
penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.
b. Virus hepatitis B
Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis
B ditularkan melalui darah atau produk darah. Penularan
biasanya terjadi diantara para pemakai obat yang
menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau diantara
mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual).
6
Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan
virus kepada bayi selama proses persalinan. Hepatitis B bisa
ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus hepatitis B.
Di daerah Timur Jauh dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B
berkembang menjadi hepatitis menahun, sirosis dan kanker
hati.
c. Virus hepatitis C
Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi
darah. Virus hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui
pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama.
Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual. Untuk
alasan yang masih belum jelas, penderita "penyakit hati
alkoholik" seringkali menderita hepatitis C.
d. Virus hepatitis D
Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan
virus hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi
lebih berat. Yang memiliki risiko tinggi terhadap virus ini
adalah pecandu obat.
e. Virus hepatitis E
Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang
menyerupai hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara
terbelakang.
f. Virus hepatitis G
Jenis baru dari virus hepatitis yang telah terdeteksi baru-baru ini.
Virus-virus lain yang dapat menyebabkan hepatitis :
1. Virus Mumps
2. Virus Rubella
3. Virus Cytomegalovirus
4. Virus Epstein-Barr
5. Virus Herpes
7
Kecenderungan meningkatnya jumlah penderita hepatitis
terutama oleh virus, saat ini sudah merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang memerlukan penanganan lebih baik. Hal ini
disebabkan sebagian infeksi virus hepatitis akan menjadi sirosis
dan kanker hati, serta berakhir dengan kematian akibat gagalnya
fungsi hati.
3. Perawatan.
Hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus menyebabkan
sel-sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Pada umumnya, sel-sel hati dapat
tumbuh kembali dengan sisa sedikit kerusakan, tetapi
penyembuhannya memerlukan waktu berbulan-bulan dengan diet
dan istirahat yang baik.
Hepatitis akut umumnya sembuh, hanya 10% menjadi
Hepatitis kronik (menahun) dan dapat berlanjut menjadi sirosis
hati atau kanker hati. Saat ini ada beberapa perawatan yang dapat
dilakukan untuk Hepatitis kronis yang dapat meningkatkan
kesempatan bagi seorang penderita penyakit ini. Perawatannya
tersedia dalam bentuk antiviral seperti lamivudine dan adefovir
dan modulator sistem kebal seperti Interferon Alfa ( Uniferon).
Selain itu, ada juga pengobatan tradisional yang dapat
dilakukan. Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan
untuk mencegah dan membantu pengobatan Hepatitis
diantaranya mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu
melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel
hati, juga bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu
meningkatkan produksi empedu oleh hati.
D. Parameter Pemeriksaan Hati
Dalam fungsi ekskresi maka hati akan mengeluarkan bahan
bahan metabolit seperti empedu, bilirubin, kolesterol dan sebagainya
melalui saluran pencernaan, untuk dibuang atau menjadi metabolit
8
lain. Banyak faal metabolik yang dilakukan oleh jaringan hati, maka
ada banyak pula, lebih dari 100, jenis test yang mengukur reaksi faal
hati.' Semuanya, disebut sebagai "tes faal hati ". Sebenarnya hanya
beberapa yang- benar-benar mengukur faal hati. 1-3 Diantara
berbagai tes tersebut tidak ada tes tunggal yang efektif mengukur faal
hati secara keseluruhan. Beberapa tes terlalu peka sehingga tidak
khas, sebagian lagi dipengaruhi pula oleh faktor -faktor di luar hati,
sebagian lagi sudah obsolete.
Pemeriksaan terhadap fungsi hati secara umum meliputi
Alanine aminotransferase (ALT), Aspartarte aminotransferase (AST),
Alkaline phosphatase (ALP), Gamma glutamyl transferase (GGT atau
Gamma GT), Bilirubin, Albumin, pemeriksaan massa prothrombin (PT)
dan International Normalised Ratio (INR). Masing-masing
pemeriksaan tersebut menjadi petunjuk untuk mengetahui apakah ada
masalah pada fungsi hati atau tidak. Hasil yang ingin diketahui dari
pemeriksaan yang telah disebutkan sebelumnya adalah:
1. Alkaline Phosphatase (ALP)
Enzim ALP ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi di hati,
saluran emmpedu, dan beberapa jaringan lainnya. Peningkatan
kadar ALP mengindikasikan adanya kerusakan atau penyakit hati,
terutama bila terjadi sumbatan di saluran empedu.
2. SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase)
SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase)
merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta
efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini
dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot
rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada
SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada
proses kronis didapat sebaliknya.
9
SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau
spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis. Nilai rujukan
untuk SGPT/ALT adalah :
· Laki-laki : 0 - 50 U/L
· Perempuan : 0 - 35 U/L
3. SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)
SGOT atau juga dinamakan AST (Aspartat aminotransferase)
merupakan enzim yang dijumpai dalam otot jantung dan hati,
sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai pada otot rangka,
ginjal dan pankreas. Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah,
kecuali jika terjadi cedera seluler, kemudian dalam jumlah banyak
dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada infark jantung, SGOT/AST
akan meningkat setelah 10 jam dan mencapai puncaknya 24-48
jam setelah terjadinya infark. SGOT/AST akan normal kembali
setelah 4-6 hari jika tidak terjadi infark tambahan.
Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan kadar enzim
jantung lainnya, seperti CK (creatin kinase), LDH (lactat
dehydrogenase). Pada penyakit hati, kadarnya akan meningkat 10
kali lebih dan akan tetap demikian dalam waktu yang lama.
SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri atau
spektrofotometri, semi otomatis menggunakan fotometer,
spektrofotometer, atau secara otomatis menggunakan chemistry
analyzer. Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah :
· Laki-laki : 0 - 50 U/L
· Perempuan : 0 - 35 U/L
4. Gamma Glutamil Transferase (GGT)
Gamma-glutamil transferase (gamma-glutamyl transferase, GGT)
adalah enzim yang ditemukan terutama di hati dan ginjal,
sementara dalam jumlah yang rendah ditemukan dalam limpa,
kelenjar prostat dan otot jantung. Gamma-GT merupakan uji yang
sensitif untuk mendeteksi beragam jenis penyakit parenkim hati.
10
Kebanyakan dari penyakit hepatoseluler dan hepatobiliar
meningkatkan GGT dalam serum. Kadarnya dalam serum akan
meningkat lebih awal dan tetap akan meningkat selama kerusakan
sel tetap berlangsung.
GGT adalah salah satu enzim mikrosomal yang bertambah banyak
pada pemakai alkohol, barbiturat, fenitoin dan beberapa obat lain
tertentu. Alkohol bukan saja merangsang mikrosoma memproduksi
lebih banyak enzim, tetapi juga menyebabkan kerusakan hati,
meskipun status gizi peminum itu baik. Kadar GGT yang tinggi
terjadi setelah 12-24 jam bagi orang yang minum alkohol dalam
jumlah yang banyak, dan mungkin akan tetap meningkat selama 2-
3 minggu setelah asupan alkohol dihentikan. Tes gamma-GT
dipandang lebih sensitif daripada tes fosfatase alkalis (alkaline
phosphatase, ALP).
Metode pemeriksaan untuk tes GGT adalah spektrofotometri atau
fotometri, dengan menggunakan spektrofotometer/fotometer atau
alat kimia otomatis. Bahan pemeriksaan yang digunakan berupa
serum atau plasma heparin.
Nilai Rujukan :
DEWASA : Pria : 15 - 90 U/L, Wanita : 10 - 80 U/L, Lansia : sedikit
lebih tinggi
ANAK-ANAK : Bayi baru lahir : 5 x lebih tinggi daripada dewasa,
Prematur : 10 x lebih tinggi dari dewasa, Anak : sama dengan
dewasa.
5. BILIRUBIN
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan
heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel
retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20% bilirubin berasal dari
perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin
tidak larut dalam air; bilirubin yang disekresikan dalam darah harus
11
diikatkan kepada albumin untuk diangkut dalam plasma menuju
hati.
Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan itu dan
mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut
air. Proses konjugasi ini melibatkan enzim glukoronitransferase.
Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin)
masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya
flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen dan dibuang
melalui feses serta sebagian kecil melalui urin. Bilirubin
terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang
terdiazotasi membentuk azobilirubin (reaksi van den Bergh).
Karena itu sering dinamakan bilirubin direk atau bilirubin langsung.
Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) yang merupakan
bilirubin bebas yang terikat albumin harus lebih dulu dicampur
dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi,
karena itu dinamakan bilirubin indirek atau bilirubin tidak langsung.
Peningkatan kadar bilirubin direk menunjukkan adanya gangguan
pada hati (kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau
tumor). Bilirubin terkonjugasi tidak dapat keluar dari empedu
menuju usus sehingga akan masuk kembali dan terabsorbsi ke
dalam aliran darah. Peningkatan kadar bilirubin indirek sering
dikaitkan dengan peningkatan destruksi eritrosit (hemolisis), seperti
pada penyakit hemolitik oleh autoimun, transfusi, atau
eritroblastosis fatalis.
Peningkatan destruksi eritrosit tidak diimbangi dengan kecepatan
kunjugasi dan ekskresi ke saluran empedu sehingga terjadi
peningkatan kadar bilirubin indirek.
Hati bayi yang baru lahir belum berkembang sempurna sehingga
jika kadar bilirubin yang ditemukan sangat tinggi, bayi akan
mengalami kerusakan neurologis permanen yang lazim disebut
kenikterus. Kadar bilirubin (total) pada bayi baru lahir bisa
12
mencapai 12 mg/dl; kadar yang menimbulkan kepanikan adalah >
15 mg/dl. Ikterik kerap nampak jika kadar bilirubin mencapai > 3
mg/dl. Kinikterus timbul karena bilirubin yang berkelebihan larut
dalam lipid ganglia basalis.
Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total
dan bilirubin direk. Sedangkan bilirubin indirek diperhitungkan dari
selisih antara bilirubin total dan bilirubin direk. Metode pengukuran
yang digunakan adalah fotometri atau spektrofotometri yang
mengukur intensitas warna azobilirubin.
NILAI RUJUKAN
DEWASA ; total : 0.1 -1.2 mg/dl. Direk : 0.1-0.3 mg/dl, Indirek :
0.1-1.0 mg/dl
ANAK : total : 0.2-0.8 m/dl, indirek : sama dengan dewasa
BAYI BARU LAHIR : 1-12 mg/dl, indirek :sama dengan dewasa
E. Bahan-bahan Alam sebagai Hepatoprotektor.
1. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza ROXB)
a. Klasifikasi
Kingdom :Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
13
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.
b. Kandungan dan Manfaat.
Kandungan utama rimpang temulawak adalah protein,
karbohidrat, dan minyak atsiri yang terdiri atas kamfer,
glukosida, turmerol, dan kurkumin. Kurkumin bermanfaat
sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti
keracunan empedu). Temu lawak memiliki efek farmakologi
yaitu, hepatoprotektor (mencegah penyakit hati), menurunkan
kadar kolesterol, anti inflamasi (anti radang), laxative
(pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan menghilangkan
nyeri sendi. Manfaat lainnya yaitu, meningkatkan nafsu makan,
melancarkan ASI, dan membersihkan darah. Selain
dimanfaatkan sebagai jamu dan obat, temu lawak juga
dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dengan mengambil
patinya, kemudian diolah menjadi bubur makanan untuk bayi
dan orang-orang yang mengalami gangguan pencernaan. Di
sisi lain, temu lawak juga mengandung senyawa beracun yang
dapat mengusir nyamuk, karena tumbuhan tersebut
menghasilkan minyak atsiri yang mengandung linelool, geraniol
yaitu golongan fenol yang mempunyai daya repellan nyamuk
Aedes aegypti.
c. Tinjauan Ilmiah.
Ekstrak etanol terstandar rimpang temulawak menunjukkan
aktivitas hepatoprotektif pada tikus yang diinduksi kerusakan
hati dengan etanol. Pra perlakuan dengan ekstrak pada dosis
500 mg/kg BB dapat menurunkan SGOT, SGPT dan ALP
dibanding kontrol. Penelitian lain dengan ekstrak air temulawak
14
dengan konsentrasi 75 dan 100% selama 12 hari pada tikus
putih galur wistar sebelum diinduksi CCl4 10% dosis 0,5 cc
selama 2 hari menunjukkan terjadinya penurunan kadar SGOT
sampai mendekati kadar normal dibandingkan kontrol.
Efek protektif terhadap peradangan, hepatotoksisitas dan
kardiotoksisitas dari rimpang temulawak diperkirakan berasal
dari senyawa utama kurkumin. Aktivitas ini diuji dengan
menggunakan berbagai model hewan uji dengan parameter
biokimia seperti enzim penanda serum, antioksidan dalam
jaringan target dan perubahan histoarsitektur hati dan jantung.
Perlakuan dengan kurkumin menghambat pembengkakan pada
telapak kaki yang diinduksi karagenan dan albumin.
Peningkatan bobot hati dan jantung akibat kerusakan hati yang
diinduksi dengan CCl4 dan nekrosis jantung akibat induksi
isoproterenol juga berkurang dengan pengobatan kurkumin.
Kurkumin juga menghambat peroksidasi lipid yang dikatalis
oleh besi dalam homogenat hati, peredaman nitrit oksida yang
dilepas secara spontan dari nitroprusida dan menghambat
hemolisis eritrosit tikus yang diinduksi panas.
2. Daruju (Acanthus ilicifolius L)
a. Klasifikasi
15
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Acanthus
Spesies : Acanthus ilicifolius L.
b. Kandungan dan Manfaat.
Daruju memiiki rasa pahit dan bersifat dingin. Beberapa bahan
kimia yang terkandung dalam daruju di antaranya flavone dan
asam amino. Efek farmakologis daruju di antaranya anti-
radang, pereda batuk, dan anti-neoplastik (penghambat
tumbuhnya sel-sel neoplasma atau tumor). Selain itu, biji daruju
merupakan pembersih darah.
c. Tinjauan Ilmiah.
Ekstrak alkohol daun daruju dosis 250 dan 500 mg/kg BB yang
diberikan secara oral mengurangi hepatotoksisitas yang
diakibatkan CCl4 pada tikus secara signifikan. Hal ini dinilai
berdasarkan penurunan kadar ALP, enzim GOT dan GPT.
Aktivitas ekstrak daun daruju setara dengan kurkumin dosis
100 mg/kg BB secara oral.
3. Meniran (Phyllanthus niruri L.)
16
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus niruri L.
b. Kandungan dan Manfaat.
Zat kimia yang terkandung di dalamnya, yaitu phyllanthin dan
hypophyllanthin, memiliki efek antioksidatif dan efek
antihepatotoksik terhadap CCl4 dan galaktosamin. Phyllanthin
juga meningkatkan viabilitas hepatosit, mencegah pelepasan
enzim-enzim hepar, menurunkan peroksidasi lipid, dan
meningkatkan glutation.9 Phyllanthin terdapat pada akar,
batang, daun, dan biji buah meniran. Kadar tertinggi ada pada
daunnya.
17
Manfaat lain tanaman ini adalah mengobati kencing kurang
lancar, demam, ayan, malaria, sembelit, tekanan darah tinggi,
haid tidak teratur, sariawan, mules, kencing nanah, rajasinga,
ginjal nyeri, diare, tetanus, darah kotor, kejang, kencing batu,
kejang perut, sakit gigi dan batuk rejan.
c. Tinjauan Ilmiah.
Uji aktivitas antioksidan dan hepatoprotektif ekstrak air (daun
dan buah) serta metanol (daun dan buah) meniran
menunjukkan penghambatan membran lipid peroksidasi (LPO)
dan IC50 berturut-turut sebesar 107; 42,3; 51,5; dan 204
µg/mL., menghambat radikal bebas DPPH (15,3; 32,6; 9,1 dan
14,5 µg/mL.). aktivitas antioksidan ekstrak air dan metanol dari
daun dan buah meniran juga ditunjukkan dalam uji in vivo
dengan kemampuan menghambat pembentukan lipid
peroksidase di hati tikus dengan induksi CCl4. Pra perlakuan
dengan ekstrak meniran bersifat hepatoprotektif terhadap
induksi CCl4 dengan mencegah kenaikan kadar enzim glutamat
oxaloasetat transaminase (SGOT) dan glutamat pituvat
transminase (SGPT).
Ekstrak air daun meniran menunjukkan penghambatan
terhadap spesies reaktif asam tiobarbiturat (TBARS) yang
diinduksi dengan beberapa pro-oksidan (FeSO4 10 µM dan
natrium nitroprusida 5 µM) pada hati tikus, otak dan ginjal
terhomogenat. Ekstrak juga menunjukkan pembentukan
TBARS dalam fosfolipid yang diekstraksi dari kuning telur.
Ekstrak meniran menunjukkan aktivitas anti radikal bebas
DPPH dengan IC50 43,4±1,45 µg/mL. Aktivitas hepatoprotektif
secara in vivo terhadap kerusakan hati yang diinduksi dengan
paracetamol ditunjukkan dengan adanya penurunan SGOT,
SGPT dan peningkatan aktivitas katalase hati pada kelompok
perlakuan dibandingkan kontrol.
18
d. Penyiapan dan Dosis.
Campuran dari 100 g Batang daruju, 400 g Meniran dan 100 g
Temulawak.
Semua bahan ramuan dibuat serbuk, lalu direbus dengan air
sebanyak 1,5 liter sampai tinggal 1 liter.
Diminum 2 kali sehari 2 gelas pagi dan sore.
4. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographis paniculata Nees
b. Kandungan dan Manfaat.
Komponen utama obat Andrographis adalah andrografolida. Ia
memiliki rasa pahit yang sangat, adalah kristal tak berwarna
dalam penampilan, dan disebut sebagai diterpen lakton.
19
Kandungan andrografin, androfolit (zat pahit), dan panikulin
dalam sambiloto merupakan antibiotika alami. Zat ini membantu
tubuh dari dalam untuk mengurangi risiko penuaan kulit dan
menjaga fungsi organ tubuh dari efek radikal bebas. Ekstrak
sambiloto mampu meningkatkan pertahanan tubuh terhadap
infeksi yang menurunkan kualitas organ dalam tubuh, termasuk
jaringan kulit. Pemanfaatan herba ini biasanya dalam bentuk
kering atau ekstrak daun, batang, akar, dan bunga agar tahan
lama.
Sambiloto mengandung andrograpolid, deoksiandrograpolid,
dan neograpolid pada seluruh bagian tanaman. Namun, bagian
tanaman yang paling banyak mengandung andrograpolid
adalah daun (sekitar 1%).
Dan manfaat lain dari tanaman ini adalah dapr mengobati
radang, tonsil, borok, tifus, demam, gatal-gatal, antiracun,
kehilangan selera makan, disentri, radang anak telinga, kencing
manis, eksema, radang usus buntu, masuk angin difteri dan
darah kotor.
c. Tinjauan Ilmiah.
Tiga senyawa diterpen dari sambiloto andrografolid (I),
andrografisid (II) dan neoandrografolid (III) dosis 100 mg/kg
(i.p.) diuji aktivitas hepatoprotektif terhadap tikus yang diinduksi
CCl4 atau t-butilhidroperoksida (tBHP). Pra perlakuan dengan
senyawa diterpen selama 3 hari menurunkan pembentukan
MDA, GSH dan pemecahan enzim SGPT dan ALP pada
kelompok perlakuan. Dibandingkan dengan silimarin, senyawa I
menunjukkan potensi hepatoprotektif yang lebih rendah
dibandingkan senyawa II dan III yang setara dengan silimarin.
Kadar GSH kembali normal pada pemberian senyawa III.
Dekokta dari herba sambiloto 60 mL/hari (setara dengan 40 g
simplisia) yang diberikan selama 24 hari mempu menurunkan
20
kadar bilirubin, ALP, SGOT, SGPT dan fraksi serum globulin
protein pada pasien hepatits. Sambiloto juga meningkatkan
total protein serum dan fraksi albumin. Dari total pasien yang
diuji, 80% mengalami kesmbuhan dan 20% lainnya diperingan
gejalanya. Perlakuan dengan sambiloto mencegah peningkatan
SGOT, SGPT dan lipid peroksidase yang diinduksi BHC (beta-
heksaklorosikloheksan). Aktivitas dari enzim-enzim antioksidan
seperti SOD, katalase, glutation peroksidase menurun akibat
BHC. Pemberian sambiloto menunjukkan efek proteksi
terhadap efek BHC di atas. Hasil ini menunjukkan aktivitas
antioksidan dan hepatoprotektif sambiloto.
d. Penyiapan dan dosis.
Campuran antara 1 kg temulawak dan 1 genggam daun
sambiloto.
Semua bahan dibuat serbuk. 1 sendok makan serbuk diseduh
dengan 1 gelas air panas lalu disaring.
Ramuan diminum 1 x sehari @ 1 gelas selama 3 minggu.
5. Herba Lidah Ular (Hedyotidis Corymbosae Herba)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Hedyotis
21
Spesies : Hedyotidis Corymbosae L.
b. Kandungan dan Manfaat.
Tanaman ini mengandung stigmasterol, asam ursolik, asam
oleonik, β-sitosterol, sitisterol-D-glukosida, asam p-kumarik,
glikosida, flavonoid, (+)-lioniresinol-3α-O-β-D-glukopiranosid,
kuersetin, eskuletin, skopoletin, hedyotiskon A, asam p-
hidroksibenzoat, asam protokatekuat, asam vanilat, asam
siringat, (+)-vomifoliol, (+)-dihidrofomifoliol, S-(+)-
dihidrofomifoliol, dan alizarin 1-metil eter.
Tanaman ini pula dapat dimanfaatkan sebagai obat tukak
lambung, disentri, habis bersalin, gangguan pencernaan, dan
obat penurun panas.
c. Tinjauan Ilmiah.
Hasil penelitian pada hewan percobaan tikus jantan albino galur
Wistar yang telah diinduksi dengan paracetamol menunjukkan
peningkatan pada kadar serum SGOT, SGPT, serum bilirubin
(SB), serum alkalin fosfatase (SAKP) yang merupakan
parameter kerusakan hati. Dengan pemberian ekstrak lidah ular
dengan dosis 100 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB sebelum diberi
induksi paracetamol secara signifikan mampu menurunkan
kadar SGOT, SGPT, SB, SAKP. Dari hasil pengamatan
histologi hati terlihat ekstrak dosis 200 mg/kg BB mampu
mengurangi kerusakan hati yang diinduksi paracetamol.
d. Interaksi Obat.
Penggunaan kombinasi herba dengan asam deoksikolat dapat
menyebabkan diare pada beberapa pasien.
e. Penyiapan dan Dosis
Secara tradisional:
Pemakaian dalam: 15-60 g direbus.
22
Radang usus buntu dan peritonitis lokal yang ringan: 60 g
herba direbus, dibagi untuk 2-3 kali minum, selama 6-8 hari.
Pada kasus berat, harus dengan campuran lain.
Sumbatan saluran sperma: 30 g herba ini direbus, minum
selama 3-4 minggu, pada kasus-kasus nyeri buah zakar akibat
gumpalan sperma setalah dilakukan pengikatan saluran
epididimis.
Pemakaian Luar:
Untuk mengobati memar, piodermi, gigitan ular, tulang patah,
terkilir; Lumatkan herba segar untuk dibubuhkan ditempat yang
sakit. Tersiram air panas: Herba segar secukupnya direbus,
untuk cuci.
6. Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.)
a. Klasifikasi
Kerajaan/Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas/Class : Dicotyledonae
Bangsa/Ordo : Rubiales
Suku/Family : Rubiaceae
Marga/Genus : Uncaria
Jenis/Spesies : Uncaria gambir Roxb.
b. Kandungan dan Manfaat.
23
Tanaman ini mengandung tanin: Katekin; Protoantosianidin:
Gambiriin A1, gambiriin A2, gambiriin A3, gambiriin B1,
gambiriin B2, gambiriin B3, gambiriin C; Alkaloid:
Dihidrogambiriin, gambirdin, gambirtanin, gambirin, isogambirin,
auroparin, dan oksogambirtaninm; Kandungan lainnya:
Kuersetin, epikatekin, epigalokatekin dan asam tanat.
Gambir banyak kegunaannya di antaranya untuk pengobatan
luka bakar dan gangguan lambung, gangguan pencernaan
seperti diare, obat sakit gigi dan digunakan sebagai obat kumur
untuk pengobatan radang tenggorokan, dan infeksi bakteri.
Selain itu, gambir digunakan untuk gangguan pembuluh darah,
perangsang sistem syaraf otonom, anti oksidan, obat penyakit
hati dan anti inflamasi.
Di bidang kosmetik gambir sebagai tabir surya, anti jerawat dan
anti penuaan. Gambir dapat menghambat pembentukan enzim
elastase yang terbentuk karena paparan sinar UV.
c. Tinjauan Ilmiah.
Gambir mengandung katekin dan kuersetin (suatu flavonoid)
yang berdasarkan penelitian dapat meringankan penyakit
hepatitis. Katekin secara khusus, dapat menurunkan kadar
bilirubin serum pada semua bentuk hepatitis. Katekin juga
meningkatkan clearens antibodi hepatitis dari darah dan
menurunkan kadar enzim hati. Aktivitas antioksidan dari katekin
meningkatkan sistem imun dan menstabilisasi membran.
Ekstrak gambir dosis 10 mg/kgBB, yang diberikan pada tikus
selama 8 hari berturut-turut dan pada hari ke-9 diinduksi CCl4
2mg/kg BB, secara bermakna dapat menurunkan kadar
malondialdehid (MDA)
serum sebesar 3,28 nmol/mL jika dibandingkan dengan
kelompok kontrol positif 4,07 nmol/mL. Dari uji tersebut dapat
disimpulkan bahwa pemberian ekstrak gambir dapat
24
memproteksi kerusakan hepar dari radikal bebas triklorometil
dengan bekerja sebagai antioksidan. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian sebelumnya yang menyimpulkan
bahwa pemberian katekin 1% dengan dosis 2 mg/kgBB selama
delapan hari berturut-turut dapat memberikan proteksi pada sel
hepar tikus setelah pemaparan dengan CCl4, dimana katekin
merupakan komponen nomor dua terbesar dalam gambir.
d. Interaksi Obat.
Gambir tak tercampurkan dengan gelatin, besi, dan alkali.
e. Penyiapan dan Dosis.
Penyiapan: Tingtur: Maserasi 200 g serbuk gambir dan 50 g
kayu manis dengan 1 L etanol 45 %.
Dosis harian: 0,5 -2 gram serbuk atau 2,5-5 mL tingtur gambir.
7. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
25
Famili : Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia L.
b. Kandungan dan Manfaat.
Secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan
bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti
protein, viamin, dan mineral penting, tersedia dalam jumlah
cukup pada buah dan daun mengkudu. Selenium, salah satu
mineral yang terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan
yang hebat. Berbagai jenis senyawa yang terkandung dalam
mengkudu : xeronine, plant sterois,alizarin, lycine, sosium,
caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace
elemens, phenylalanine, magnesium, dll. Ia juga mengandung
terpenoid yang sangat berguna dalam proses sintesis organic
dan pemulihan sel-sel tubuh.
Senyawa scolopetin sangat efektif sebagi unsur anti
peradangan dan anti-alergi.
Salah satu alkaloid penting yang terdapt di dalam buah
mengkudu adalah xeronine. Buah mengkudu hanya
mengandung sedikit xeronine, tapi banyak mengandung bahan
pembentuk (precursor) xeronine alias proxeronine dalam
jumlah besar. Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti
koloid-koloid lainnya. Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk
mengaktifkan protein-protein yang tidak aktif, mengatur struktur
dan bentuk sel yang aktif.
c. Tinjauan Ilmiah.
Telah dilakukan pengujian untuk mengevaluasi efek proteksi
dari jus buah mengkudu terhadap kerusakan liver akut yang
diinduksi oleh karbontetraklorida (CCl4) pada tikus betina
Sprague-Dawley (SD). Kerusakan hati (micro-centrilobular
necrosis) pada hewan percobaan diamati dengan melakukan
26
pra perlakuan dengan 20% plasebo (air minum) ditambah
dengan CCl4. Kelompok uji lain adalah kelompok tikus betina
yang mendapatkan pemberian jus noni 20% pada hewan
percobaan yang telah mengalami pra perlakuan dengan
plasebo dan CCl4, pada kelompok uji ini menunjukkan adanya
penurunan lesi hepatotoksik. Selain itu, terjadi penurunan kadar
serum alanin aminotransferase dan aspartat aminotransferase
secara signifikan pada kelompok yang diberikan perlakuan
dengan jus noni dibandingkan dengan kelompok kontrol (hanya
mendapatkan plasebo dan CCl4). Pada pengujian korelatif
berdasarkan waktu, salah satu dosis CCl4 (0,25 mL/kgBB
dalam minyak jagung, per oral) pada tikus betina SD yang
diberikan pra perlakuan hanya dengan 10% plasebo (air
minum) selama 12 hari, mengalami lesi hepatotoksik progresif
setelah 24 jam, sedangkan kelompok yang mendapatkan pra
perlakuan dengan jus noni 10% menunjukkan adanya efek
proteksi terhadap lesi. Hasil ini menunjukkan bahwa jus noni
efektif untuk perlindungan hati (hepatoprotektif) dari paparan
toksin ekstrinsik.
d. Penyiapan dan Dosis
Secara tradisional:
Sebanyak 100 g buah segar yang sudah masak dicuci,
ditumbuk sampai halus, ditambah ¼ gelas air matang,
ditambahkan 1 sendok teh cuka dan 1 g garam. Kemudian
disaring, hasil saringan diminum sehari tiga kali sama banyak.
8. Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
27
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica Val.
b. Kandungan dan Manfaat
Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan jenis temu-
temuan yang mengandung kurkuminoid, yang terdiri atas
senyawa kurkumin dan turunannya yang meliputi
desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin.
Bagian dari kunyit yang terutama dimanfaatkan adalah
rimpangnya yaitu banyak dimanfaatkan untuk keperluan
ramuan obat tradisional, bahan pewarna tekstil, bumbu
penyedap masakan, rempah-rempah, dan bahan kosmetik.
Manfaat rimpang kunyit sebagai obat tradisional antara lain
untuk obat gatal, kesemutan, gusi bengkak, luka, sesak napas,
sakit perut, bisul, kudis, encok, sakit kuning, memperbaiki
pencernaan, antidiare, penawar racun, dan sebagainya.
c. Tinjauan Ilmiah.
Uji klinik aktivitas hepatoprotektor dari serbuk kunyit
terfermentasi dilakukan pada 60 pasien yang didiagnosis
mengalami peningkatan kadar SGOT antara 40 IU/L. Uji klinik
28
dilakukan dengan metode acak buta ganda selam 12 minggu.
60 pasien secara acak menerima kapsul serbuk kunyit
terfermentasi 3 g/hari dan plasebo diberikan dalam dosis
terbagi sehari tiga kali. Hasil menunjukkan adanya penurunan
nilai SGOT dan SGPT secara signifikan sedangkan ALP, TB,
kadar ipid tidak berubah bermakna. Efek samping tidak
ditemukan selama masa pengamatan.
d. Penyiapan dan Dosis
Rimpang Kunyit segar sebanyak 1 genggam ditumbuk bersama
dengan 1 genggam akar kelapa muda segar dan 1 genggam
akar pinang lalu diperas hingga airnya keluar. Hasi perasan
kemudian ditambah madu.
Ramuan ini diminum sebelum makan, 2 kali sehari salam 3
hari.
9. Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
29
Ordo : Sapindales
Famili : Simaroubaceae
Genus : Eurycoma
Spesies : Eurycoma longifolia Jack.
b. Kandungan dan Manfaat
Secara turun-temurun akar tumbuhan ini dipercaya berkhasiat
dalam meningkatkan gairah seksual kaum pria. Selain itu,
secara empiris akar pasak bumi juga dimanfaatkan sebagai
tonikum bagi ibu-ibu setelah melahirkan, serta dalam
pengobatan berbagai penyakit, di antaranya pembengkakan
kelenjar (glandular swelling), demam, dan disentri.
Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa akar pasak bumi juga
berkhasiat dalam pengobatan sexual, antimalaria, dan
sitotoksik. Hasil studi fitokimia menggambarkan bahwa akar
pasak bumi mengandung beragam senyawa termasuk di
dalamnya golongan quassinoid, canthin-6-one alkaloid, α-
carboline alkaloid, tirucallane-type triterpen, squalene derivatif,
squalene-type triterpen, dan biphenylneolignan.
c. Tinjauan Ilmiah.
Aktivitas hepatoprotektor akar pasak bumi (Eurycoma longifolia
Jack.) pada tikus yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl4).
Ekstrak metanol dan fraksi-fraksi turunannya (fraksi n-heksan,
kloroform, etil asetat, dan metanol-air) dengan dosis 500 mg/kg
BB diberikan per oral selama tujuh hari berturut-turut.
Pembanding positif yang dipakai dalam penelitian ini adalah
silymarin dosis 25 mg/kg bobot badan. Aktivitas
hepatoprotektor diukur dari perubahan kadar alanin
transaminase (ALT) dan aspartat transaminase (AST) dalam
serum, serta gambaran histopatologi hati. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa fraksi metanol-air mampu menekan
peningkatan kadar ALT (282,57±320,32 U/L) dan AST
30
(272,33±85,63 U/L) dibanding dengan ekstrak metanol
(380,61±324,88 U/L dan 475,27±412,31 U/L), fraksi n-heksan
(279,80±304,92 U/L dan 488,53±426,81 U/L), fraksi kloroform
(418,30±294,80 U/L dan 427,70±273,08 U/L), dan fraksi etil
asetat (312,80±443,30 U/L dan 418,40±370,52 U/L), walaupun
belum sebaik silymarin (ALT 105,09±21,62 U/L dan AST
310,25±2,45 U/L), dan gambaran histopatologi fraksi metanol-
air juga belum sebaik silymarin. Dapat disimpulkan bahwa
fraksi metanolair akar pasak bumi memiliki potensi sebagai
hepatoprotektor.
d. Penyiapan dan Dosis
Ambil satu potong Akar Pasak Bumi dibersihkan dengan tisu /
lap bersih (jangan menggunakan air). Kemudian direbus
dengan satu gelas air panas selama 3-4menit. Setelah direbus,
didinginkan terlebih dahulu. Kemudian diminum.
Setiap potong Akar Pasak bumi dapat direbus berkali-kali
sampai terasa rasa pahit di air hampir habis / tidak terasa.
Dosis :
Untuk pengobatan : 2-3 kali sehari
Untuk perawatan : 1 kali sehari
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hepatoprotektor adalah senyawa atau zat yang berkhasiat
melindungi sel sekaligus memperbaiki jaringan hati yang rusak
akibat pengaruh zat toksik.
2. Bahan alam yang berfungsi sebagai hepatoprotektor, antara lain:
a. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza ROXB)
b. Daruju (Acanthus ilicifolius L)
c. Meniran (Phyllanthus niruri L.)
d. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)
e. Herba Lidah Ular (Hedyotidis Corymbosae Herba)
f. Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.)
g. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
h. Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val)
i. Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack)
B. Saran
Perlu adanya pengembangan dan penelitian yang lebih lanjut pada
bahan-bahan alam lainnya yang ada disekitar kita sebagai upaya
dalam hal penemuan obat-obat baru yang berkhasiat.
32
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI, 2013, Formularium Ramuan Etnomedisin Obat Asli Indonesia,
Volume III, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. BPOM RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Volume Kelima, Edisi Pertama,
Direktorat Obat Asli Indonesia, Jakarta. BPOM RI, 2011, Acuan Sediaan Herbal, Volume 6, Edisi 1, Direktorat
Obat Asli Indonesia, Jakarta. Dalimartha, S. 2006, Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan
Hepatitis.Penebar Swadaya, Edisi Revisi, Jakarta. Hartono, dkk, 2005, Pengaruh Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma
domestica Val.) terhadap Peningkatan Kadar SGOT dan SGPT Tikus Putih (Rattus norvegicus) akibat Pemberian Asetaminofen, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Panjaitan, Ruqiah, dkk, 2011, Aktivitas Hepatoprotektor Ekstrak Metanol
Akar Pasak Bumi dan Fraksi-Fraksi Turunannya, Jurnal Veteriner, Volume 12, Cibinong; Jakarta.
Sumardi, Majid, 2010, Efek Meniran (Phyllanthus Niruri Linn) Terhadap
Kadar Ast Dan Alt Mencit Balb/C yang Diinduksi Asetaminofen, Fakultas Kedokteran Unversitas Diponegoro, Semarang.
Sumira, 2011, Temu Lawak (Curcuma Xanthorrhiza) Sebagai Hepatoprotektor Dari Penyakit Hepatitis B, http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2011, Diakses 5 April 2014.
http://www.anneahira.com/tanaman-obat/temulawak.htm, Diakspes 5 April 2014.