Makalah Helmintiasis Dr.franky

download Makalah Helmintiasis Dr.franky

of 20

description

dokumen

Transcript of Makalah Helmintiasis Dr.franky

PEMICUSeorang anak laki-laki A, usia 9 tahun berobat dibawa oleh ibunya dengan keluhan batuk-batuk, badan kurus, dan pucat. Menurut ibunya, keluhan ini sudah lama dialami A. A juga sering sekali tidak masuk sekolah karena demam dan diare. Ibu tidak ingat jelas mengenai riwayat imunisasi. A berasal dari keluarga petani sayuran. Mereka tinggal dilahan pertanian dengan rumah terbuat dari tepas dan beralaskan tanah. A adalah anak keempat dari lima bersaudara. Menurut sang ibu, semua anaknya juga mengalami hal yg sama, hanya saja kondisi A lebih buruk dibandingkan saudaranya yg lain. Mereka tinggal dekat dengan lokalisasi Pekerja Seks Komersial.Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, Dokter menyarankan dilakukan pemeriksaan darah dan feses serta pemeriksaan penunjang lain tanpa menjelaskan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan dan tidak meminta persetujuan pasien, karena semua biaya pengobatan ditanggung oleh pihak tertentu.Pada pemeriksaan fisik: BB 14 kg, TB 110 cm, konjungtiva palpebra inferior tampak pucat, mata cekung (-), mukosa bibir pucat dan tidak kering, tidak ada pembesaran kelenjar getah beningleher, dada simetris fusiformis tanpa retraksi, frekuensi nafas 28x/menit, reguler, tidak ada ronki atau wheezing, frekuensi denyut jantung, 120x/menit, reguler, tidak ada murmur, perut supel, turgor kulit kembali cepat, hepar dan limpa tidak teraba,. Nadi 120x/menit, tekanan/volume cukup. Palmar tampak puca, akral hangat. Dijumpai ruam makula hyperemisberupa garis linier melengkung dengan panjang 4cm, tampak nanah disepanjang ruam. Pada pemeriksaan darah: Hb 6,5gr%, Ht 20%, Leukosit 9170?mm3, Trombosit 209.000/mm3, MCV 58,90 fl, MCH 13,50pg, MCHC 22,90 gr%, diftel: 5/0/27/24/37/7. Morfologi darah tepi: hipokrom mikrositer.besi serum (serum iron) 10,99mcg/dl, serum ferritin: 5 mcg/I, TBC: 500mcg/dl. Test HIV (-)Pada pemeriksaan fisik lengkap:Warna kuning, konsistensi lembek, lendir (+), darah positif, ditemukar telur ascaris sp. Hookworm sp, dan Trichuris trichuria.Pemeriksaan mantoux test: (-)Pemeriksaan foto thoraks: gambaran pneumonia

I. KLARIFIKASI ISTILAH-II. DEFINISI MASALAH

Os batuk-batuk Badan kurus Pucat Demam Diare

III. ANALISA MASALAH

Ada benda asing di saluran penafasan (paru) batuk Anak diare sari makanan keluar (-) sumber energi kuruspucat DemamDiare AnemiPucat

Bakteri/ benda asing masuk proses pertahanan tubuh makrofag (fagositosis) proses mengjhasilkan IL IL masuk ke peredaran darah dihipothalamus menghasilkan respon suhu tubuh demam Sanitasi jelek terkontaminasi melalui makanan diare Pendidikan tentang kesehatan Lumen terganggu (absorbsi gangguan sari makanan dan air terganggu diare

IV. GALI KONSEP

Sanitasi jelek Lingkungan kotorTERPAPAR CACING LARVAEkonomi rendah

Kulit (Hookworm) Tertelan malalui makanan(Ascaris dan trichuris Trichuria)Peredaran darahparu jantung Paru jantung

Batuk

Saluran cerna Usus halus

V. LEARNING OBJECTIVE (LO)1. Patofisiologi demam, diare, batuk, anemia2. Patogenesis Helmintiasis ketiga cacing di atas3. Interprestasi pemeriksaan feses4. Interprestasi pemeriksaan darah lengkap5. Interprestasi pemeriksaan mantoux6. Pemeriksaan serial dan simultan pasien7. Reaksi imunologis helmintiasis8. Penatalaksanaan helmintiasis9. Preventiv dan promatif helmintiasis

VI. PEMBAHASAN LO1. PATOFISIOLOGI DEMAM, DIARE, BATUK, ANEMIAa. Patofisiologi Demam

b. Patofisiologi Diare

c. Patofisiologi BatukRangsangReseptor (serabut saraf non mielin halus di dalam laring, trakea, bronkus, bronkiolus)serabut aferen pada cabang nervus vagus mengalirkan dari laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolusPusat batuk (di medula oblongata, dekat dengan pusat pernafasan dan pusat muntah)oleh serabut eferen nervus vagusEfektor

Tahapan

1. Fase iritasiIritasi pada salah satu saraf sensori nervus vagus di laring,trakea, bronkus / serat afferen cabang faring dari nervus glossopharingeus dapat menimbulkan batuk. Membawa impuls ke medula oblongata

2. Fase inspirasiTerjadi kontraksi otot abduktor kartilago arytenoideus yang mengakibatkan glotis secara refleks terbuka lebar. Volume udara yang diinspirasi berkisar antara 200-3500 ml di atas kapasitas residu fungsional

3. Fase kompresTerjadi kontraksi otot adduktor kartilago arytenoideus yang mengakibatkan tertutupnya glotis selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan di paru dan abdomen akan meningkat 50-100 mmHgBatuk dapat terjadi tanpa oenutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka

4. Fase ekspirasiGlotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing

d. Patofisiologi AnemiaTimbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki.

2. PATOGENESIS DARI CACING HOOKWORM, ASCARIASIS LUMBRICOIDES, TRICHURIS TRICHIURA Ascaris Lumbricoides (cacing gelang)

Dalam lingkungan yang sesuai telur yang dibuahi menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfe dan dialirkan ke jantung lalu mengikuti aliran darah ke paru paru. Menembus dinding pembuluh darah, lalu melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian anik ke trachea melalui bronchioles dan bronkus. Dari trachea menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemdian tertelan masuk ke dalam esophagus menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Pasien ini memerlukan waktu 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi cacing dewasa

Hookworm

Telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filarifom yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu ditanah. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru paru menembus pembuluh darah dan masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit/ikut tertelan bersama makanan. Tiap Necator americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005 0,1 cc sehari. Pada infeksi kronik/ infeksi berat akan terjadi anemia hipokrom mikrositer Trihuris trichiura (cacing Cambung)

Telurnya yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja, telur mejadi matang (berisi larva dan infektif) dalam waktu 3-6 minggu di dalam tanah yang lembab dan teduh. Telut matang inilah yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif. infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia, kemudian larva akan keluar dari dinding telur dan masuk kedalam usus halus sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk kekolon asendens dan sekum. Masa pertumbuhan mulai tertelan sampai menjadi cacing dewasa betina dan siap bertelur sekitar 30 90 hari. Pada infeksi berat cacing tersebut diseluruh rectum, kadang terlihat dimukosa rectum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita sewaktu defekasi. Cacing ini memasukakn kepalanya kedalam mukosa usus, sehingga menimbulkan iritasi pada tempat perlekatannya dan menimbulkan perdarahan.

3. INTERPRESTASI PEMERIKSAAN FESESWarna Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinjadipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin. Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium. Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik. Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat. Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.

Bau Pemeriksaan Bau Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman. Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.

Konsistensi Pemeriksaan Konsistensi Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus

Lendir Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus. Lendir saja tanpa tinja terjadi pada ada disentri, intususepsi dan ileokolitis . Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas. Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal anal. Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc. Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.

Darah dan Nanah darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja. Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus. Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya. Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik. Adanya darah dalam tinja selalu abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari Pemeriksaan Nanah Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses Pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.

Parasit Pemeriksaan Parasit Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.

Sisa makanan Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal. Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.

Bilirubin, Urobilin dan Urobilinogen Urobilin Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif. Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin. Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahantadi.Untukmengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan Fouchet

Pemeriksaan mikroskopis Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Protozoa Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit. Telur cacing Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya. Leukosit Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan. Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal. Epitel Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal. Kristal Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin. Makrofag Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak. Sel ragi Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan tinja. Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka panjang.

Makroskopi dan MikroskopiInterpretasi

Butir, kecil, keras, warna tuaKonstipasi

Volume besar, berbau dan mengambangMalabsorbsi zat lemak atau protein

Rapuh dengan lendir tanpa darahSindroma usus besar yang mudah terangsang inflamasi dangkal dan difus, adenoma dengan jonjot- jonjot

Rapuh dengan darah dan lendir (darah nyata)Inflamasi usus besar, tifoid, shigella, amubiasis, tumor ganas

Hitam, mudah melekat seperti terPerdarahan saluran cerna bagian atas

Volume besar, cair, sisa padat sedikitInfeksi non-invasif (kolera, E.coli keadaan toksik, kkeracunan makanan olehstafilokokus, radang selaput osmotic (defisiensi disakharida, makan berlebihan)

Rapuh mengandung nanah atau jaringan nekrotikDivertikulitis atau abses lain, tumor nekrotik, parasit

Agak lunak, putih abu- abu sedikitObstruksi jaundice, alkoholik

Cair bercampur lendir dan eritrositTifoid, kolera, amubiasis

Cair bercampur lendir dan leukositKolitis ulseratif, enteritis, shigellosis, salmonellosis, TBC usus

Lendir dengan nanah dan darahKolitis ulseratif, disentri basiler, karsinoma ulseratif colon, diverticulitis akut, TBC

4. INTERPRESTASI PEMERIKSAAN DARAH LENGKAPa. Hemoglobin Adalah molekul protein pada sel darah berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan Co2 juga kadar Hb. Kadar Hb normal : Bayi baru lahir : 17 22 gr/dl Umur 1 minggu : 15 20 gr/dl Umur 1 bulan: 11 -15 gr/dl Anak anak : 11 13 gr/dl Laki laki dewasa: 14 18 gr/dl Perempuan dewasa : 12 16 gr/dl Lelaku tua: 12,4 14,9 gr/dl Perempuan tua: 11,7 13,8 gr/dlHb pasien : 6,5 gr/dl (turun)b. HematokritMerupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam %. Nilai normal : Laki laki : 40,7 % - 50,3 % Wanita: 36,1 % - 44,3 %Ht pasien : 20% (turun)c. LeukositAdalah komponen darah yang berperan dalam memerangi (infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolism toksin dll). Nilai norma : 4.000 10.000 sel/mikro liter darahLeukosit pasien normal : 9.170d. TrombositKomponen darah untuk proses pembekuan darah Nilai normal : 150.000 400.000 sel/mikro liter darahTrombosti anak normal : 209.000e. MCV (mean corpuscular volume)Nilai normal : 82 92 FlMCV pasien : 58,9 fl (turun)f. MCH (mean corpuscular hemoglobin)Nilai normal : 82 92 PgMCH pasien : 13,5 Pg (turun) g. MCHC (MCHC pasien turun) h. Difftel Eosinofil: 1 3 % Basofil : 0 1 % Netrofil batang: 2 6 % Netrofil segmen: 50 70 % Limfosit: 20 40% Monosit: 2 8 %i. Besi SerumPada pasien : 10,99 mlg/dl (anemia Defisiensi besi)j. Besi FeritinPada anak : 5 mlg/l (anemia defisiensi besi)k. TIBCYaitu jumlah beso yang bisa diikat secara khusus oleh plasmaNilai normal : 250 400 Pada anak : 500 mcg/dl (anemia defisiensi besi, meningkat)5. INTERPRESTASI PEMERIKSAAN MANTOUXTes Mantoux dinyatakanpositifapabila diameter indurasi > 10 mm. Kemungkinan yang perlu dipikirkan pada anak dengan hasil tersebut:a. Terinfeksi tuberkulosis secara alamiahb. Infeksi TB mencakup infeksi TB laten, sakit TB aktif, atau pasca terapi TB.c. Pernah mendapat imunisasi BCG (pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun)d. Pada pasien usia kurang dari 5 tahun dengan riwayat vaksinasi BCG kecurigaan ke arah infeksi alamiah TB bila hasil uji Mantoux > 15 mm.e. Infeksi mikobakterium atipik

Meskipun demikian, hasil uji Mantoux > 5 mm dapat dipertimbangkan positif pada pasien tertentu seperti :a. Pasien dengan infeksi HIVb. Pasien dengan transplantasi organ atau mendapat imunosupresan jangka panjang seperti pasien keganasan atau sindrom nefrotik

7. REAKSI IMUNOLOGIS HELMINTIASIS reaksi imunologis ascariasis sp, hookmormsp, trichuris sp. Reaksi Hipersensivitas / Anafilaktik.Golongan Helmintes paling ampuh dalam menginduksi pembentukan antibodi ini. IgE mempunyai sifat yang struktur imunoglobulinnya dapat melekat pada sel basofil/ mastosit. Sehingga apabila bereaksi dengan antigen parasit akan terjadi perubahan molekul IgE yang mempengaruhi membran basofil. Lewat cAMP maka, dalam sel tersebut akan timbul proses degranulasi sehingga isi granula seperti histamin SRS-A dan ECF-A akan dilepas. Zat mediator farmakologik aktif ini kemudian akan menyebabkan berbagai perubahan. Maka, sel basofil akan melepaskan histamin, dan histamin akan dinetralkan oleh zat yang dilepas eosinofil. Selain itu eosinofil akan melepas sesuatu yang akan punya pengaruh terhadap sel makrofag sehingga antigen asing lebih mudah dipenetrasikan oleh sel makrofag ke sel limfosit T dan B.

Reaksi Sitotoksik.Ditimbulkan akibat adanya antobodi bebas yang dibawa oleh IgG dan IgM yang dapat bereaksi dengan antigen sel/jaringan akibat reaksi silang atau telah diabsorbsi oleh sel/jaringan tubuh di tempat lain. Suatu sel/jaringan tubuh yang telah bereaksi dengan IgG antibodi, dapat menarik sel limfosit yang dikenal Killer lymphocyte cell (K-cell). Dan akan menghancurkan sel darah merah sehingga terjadi anemia.

Reaksi Kompleks Toksik.Di dalam darah terdapat antigen bebas. Kompleks imun ini beredar dalam darah dalam bentuk kompleks yang larut. Reaksi ini terjadi apabila kompleks imun itu telah mengaktifkan sistem komplemen sehingga terjadilah reaksi radang yan tergantung lokasi reaksi radang. Kelainan yang diakibatkan oleh reaksi ini menimbulkan gejala seperti demam, lemas, nyeri, bengkak.

Reaksi Seluler.Reaksi ini telah dilatarbelakangi oleh sistem imunitas seluler yaitu sel fagosit yang telah dirangsang zat limfokin yang dilepaskan oleh sel limfosit-T. Reaksi ini tidak memerlukan antibodi.

8. PENATALAKSANAAN HELMINTIASIS a. Farmako Ascaris Piperazin. Merupakan obat pilihan utama, diberikan dengan dosis sebagai berikut: BB 0-15 kg : 1 gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut BB 15-25 kg : 2 gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut BB 25-50 kg : 3 gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut BB > 50 kg : 3,5 gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut Satu tablet obat ini mengandung 250 dan 500 mg piperazin.Heksilresorsinol. Obat ini diberikan setelah pasien dipuasakan terlebih dahulu, baru kemudian diberikan 1 gr heksilresorsinol sekaligus disusul dengan pemberian laksans sebanyak 30 gr MgSO4, yang diulangi lagi 3 jam kemudian untuk tujuan mengeluarkan cacing. Bila diperlukan pengobatan ini dapat diulang 3 hari kemudian.Pirantel Pamoat. Diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB, maksimum 1 gr. Efek samping obat ini adalah rasa mual, mencret, pusing, ruam kulit dan demam. Levamisol. Diberikan dengan dosis tunggal 150 mg. Albendazol. Diberikan dengan dosis tunggal 400 mg. Mebendazol. Diberikan dengan dosis 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari.

HookwormPerawatan umum. Dilakukan dengan memberikan nutrisi yang baik, suplemen preparat besi diperlukan oleh pasien dengan gejala klinis yang berat, terutama bila ditemukan bersama-sama dengan anemia. Pengobatan spesifik Albendazol. Diberikan dengan dosis tunggal 400 mg. Mebendazol. Diberikan dengan dosis 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari. Tetrakloretilen. Dosis yang diberikan 0,12 ml/kg BB, dosis tunggal tidak boleh lebih dari 5 ml. Pengobatan dapat diulang 2 minggu kemudian bila pemeriksaan telur dalam tinja tetap positif. Pemberian obat ini sebaiknya dalam keadaan perut kosong disertai pemberian 30 gr MgSO4. Befanium hidroksinaftat. Dosis yang diberikan 5 gr 2 kali sehari, dan dapat diulang bila diperlukan. Pirantel pamoat. Dosis yang diberikan 10 mg/kg BB/hari sebagai dosis tunggal.Perlu diperhatikan pengobatan suga dilakukan secara simtomatik.

b. Non FarmakoPerlu diberikan edukasi kepada keluarga pasien dan pasien sebelum pasien dan keluarganya meninggalkan ruang pemeriksaan, diantaranya : Hindari makanan yang menghambat absorbs besi (the, susu murni, kuning telur, serat) dan obat seperti antasida dan kloramfenikol Banyak minum air putih untuk mencegah konstipasi (akibat pemberian preparat besi) Menjelaskan makanan yang mengandung kadar besi yang tinggi dan absorbs yang lebih baik misalnya ikan, hati dan daging Penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan untuk mengurangi kontaminasi atau paparan dari sumber infeksi Memberikan kemungkinan buruk yang akan terjadi pada anak jika pengobatan tidak dilakukan dengan baik atau tidak dilakukan dengan tuntas Menjelaskan kepada orang tua anak agar membawa anak anak nya yang juga terinfeksi Menjelaskan kepada orang tua bahwa sianak perlu diperiksakan kembali 6 bulan lagi untuk melihat apakah sianak masih terinfeksi atau tidak, jika masih anak perlu diberikan penatalaksanaan secara farmako kembali.

9. PREVENTIF DAN PROMOTIF HELMINTIASISTindakan umum yang perlu dilakukan adalah mentaati aturan higiene dengan tegas dan konsekuen, terutama pada anak-anak. Misalnya pencegahan yang dilakukan :1. Cucilah tangan dengan sabun sebelum dan sesudah bangun tidur, setelah buang air besar dan sebelum makan dan memotong kuku tangan serta jangan menggigit kuku.2. Kenakan alas kaki.3. Tidak jajan di sembarang tempat, apalagi jajanan yang terbuka4. Cucilah sayur dan buah-buahan terlebih dahulu sebelum dimakan dengan air mengalir atau mencelupkannya beberapa detik ke dalam air mendidih dan daging harus dimasak sampai matah betul sebelum dimakan.5. Pakaian dan kamar: berikan anak-anak celana dalam yang ketat untuk menghindari kontak antara jari dan dubur, kamar tidur secara teratur dibersihkan.6. Pada saat bersamaan, anak-anak yang menderita cacingan harus segera diobati. Namun, meski semua anak sudah minum obat cacing, tak berarti masalah cacingan akan selesai saat itu juga7. Jangan memakan sesuatu yang telah jatuh di tanah tanpa mencucinya terlebih dahulu dengan bersih.

Dengan demikian infeksi melalui mulut yang paling sering terjadi, dapat dihindarkan. Dalam pemberantasan infeksi cacing perlu diambil tindakan higiene umum yang mencakup perbaikan perumahan, lingkungan hidup dan socialekonomi.

KESIMPULANAnak menderita infeksi cacing dan perlu diberikan antihelmintes pyrantel pamoate dengan dosis tunggal, serta simtomatik untuk diare, demam, dan anemianya. Serta diberikan edukasi kepada orang tua.21