Makalah Hakikat Kebudayaan Dan Manusia Fix
-
Upload
fahrin-nizomi-neverbetraitor-foreverrezpector -
Category
Documents
-
view
716 -
download
3
description
Transcript of Makalah Hakikat Kebudayaan Dan Manusia Fix
BAB. I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat,
sebagaimana yang di ungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi
manusia merupakan kebudayaan. Hanya semua tindakan yangsifatnya naluriah
saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya
sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut di biasakan dengan cara
belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi,
soaialisasi dan enkulturasi. Selanjutnya hubungan antara manusia dengan
kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap
kebudayaan yaitu sebagai :
1) Penganut kebudayaan
2) Pembawa kebudayaan
3) Manipulator kebudayaan
4) Pencipta kebudayaan.
Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada
persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive
maka manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga
manusia melakukan bernagai cara. Hal yang dilakukan oleh manusia inilah
kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan
1
masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu
sebagai pedoman bertingkah laku.
Dewasa ini manusia kebanyakan melupakan makna kehidupannya,
hakekat diciptakannya manusia oleh Tuhan, dan adat istiadat atau yang lazimnya
sering disebut dengan istilah kebudayaan. Hal tersebut seringkali banyak
disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi dalam perkembangannya.
Beberapa Diantaranya seperti kemajuan teknologi yang pesat, modernisasi atau
globalisasi yang semakin meningkat.
Dalam sejarah manusia yang sebelumnya memiliki kebudayaan yang
bersifat primitif dan kental akan seni, agama, dan tata kelakuan yang telah
diturunkan turun- temurun ke generasi berikutnya berangsur-angsur mulai
berubah seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Manusia
yang dulu saling menyapa ketika bertemu di jalan sekarang jarang terjadi karena
lebih sibuk dengan handphonenya. Bertumbuhnya sifat individualisme yang
banyak terjadi khususnya dalam masyarakat perkotaan merupakan salah satu
contoh yang kongkrit dari akibat perkembangan teknologi yang pesat dan terus
mempengaruhi kebudayaan.
Berlimpahnya kemakmuran dan megahnya bangunan belum merupakan
lambang kemajuan suatu kebudayaan manusia dalam arti sebenarnya. Kemajuan
dan perkembangan yang hanya terbatas pada material saja akan menyebabkan
kepincangan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, manusia dan kebudayaan
memiliki hubungan yang erat karena kebudayaan berasal dari pemikiran manusia
yang diatur atau dibatasi oleh aturan tertentu.
2
1.2 Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan kebudayaan?
Bagaimana proses transformasi kebudayaan?
Bagaimana hubungan manusia dengan kebudayaan?
Bagaimana hakikat manusia Indonesia
Bagaimana hakikat kebudayaan
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengertian kebudayaan secara jelas dan lengkap.
Untuk mengetahui definisi wujud kebudayaan.
Untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam kebudayaan serta
penjelasannya secara rinci.
Untuk mengetahui transformasi kebudayaan.
Untuk megetahui hubungan manusia dan kebudayaan itu sendiri.
1.4 Manfaat
Dapat mengetahui secara detail baik dari pengertian, wujud, unsur, serta
transformasi pada hubungan manusia dengan kebudayaan, dan mengetahui lebih
pasti tentang hubungan manusia dan kebudayaan.
3
BAB. II
PEMBAHASAN
2.1 Kebudayaan
2.1.1 Pengertian kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata cultuure (Belanda) culture (Inggris) dan
colere (Latin) yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan terutama pengolahan tanah yang kemudian berkembang menjadi
segala daya dan aktifitas manusia manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Dari bahasa Indonesia (Sansekerta) “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari
buddhi yang berarti budi atau akal. Pendapat lain “budaya” adalah sebagai suatu
perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena
itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari
budi yang berupa cipta,karsa dan rasa. Kebudayaan adalah hasil dar cipta,karsa
dan rasa tersebut, beberapa pendapat ahli antropologi dunia tentang definisi
kebudayaan :
E.B.Tylor (Primitive Culture) : keseluruhan kompleks yang mengandung
ilmu pengetahuan lain seperti kebiasaan manusia yang bermasyarakat.
R.Linton (The Cultural Background of Personality) : konfigurasi dari tingkah
laku yang pembentukannya didukung dan diteruskan anggota masyarakat
tertentu.
4
C.Klukhonn dan W.H Kelly (Hasil Tanya jawab dengan ahli antropologi
sejarah) : Hukum, psikologi yang implisit, rasional, irasional terdapat pada
setiap waktu sebagai pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia.
Melville J.Herskovits (Ahli antropologi Amerika) : bagian dari lingkungan
buatan manusia “Man Made Part of the Environment”.
Dowson (Age of the Gods) : cara hidup bersama(Culture is common way of
life).
J.P.H Dryvendak : kumpulan cetusan dari jiwa manusia yang beraneka ragam
dan berlaku dalam suatu masyarakat tertentu.
Ralph Linton (1893-1953) : sifat sosial manusia yang turun temurun “Man’s
sosial heredity”.
Beberapa definisi yang dikemukakan oleh pakar Indonesia :
Prof. Dr. Koentjaara Ningrat : keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil
kelakuan
yang teratur oleh tata kelakuan yangharus didapat degan belajar.Dan yang
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Sultan Takdir Alisahbana : manifestasi dari cara berfikir.
Dr. Moh. Hatta : ciptaan dari suatu bangsa.
Mangunsarkoro : segala yang bersifat hasil kerja manusia dalam artian yang
seluas-luasnya.
Drs. Sidi Gazalba : cara berfikir dan merasa yang menyatakan diri dalam
seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk satu
kesatuan sosial dengan suatu ruang dan suatu waktu.
5
Definisi di atas berbeda-beda namun memiliki prinsip yang sama yaitu
mengakui adanya ciptaan manusia,meliputi perilaku dan hasil kelakuan
manusia,yang diatur oleh tata kelakuan yang diperoleh dengan belajar yang
semuanya tesusun dalam kehidupan masyarakat.
Di dalam masyarakat kebudayaan diartikan “The general body of the art”
yang meliputi seni sastra, seni musik, seni pahat, seni rupa, dan pengetahuan
filasafat. Dan akhirnya mendapatkan kesimpulan bahwa kebudayaan adalah hasil
budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup atau segala sesuatu yang
diciptakan manusia baik yang konkrit maupun abstrak.
Menurut Prof. M. M. Djojodiguno (Asas-asas Sosiologi,1958) bahwa
kebudayaan atau budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, rasa, dan karsa.
Cipta : kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada
dalam pengalamannya. Hasil cipta berupa Ilmu pengetahuan.
Karsa : kerinduan manusia untuk menginsafi dari mana manusia sebelum
lahir dan kemana sesudah mati.Hasilnya berupa norma-norma keagamaan
atau kepercayaan.
Rasa : kerinduan manusia akan keindahan dan dorongan untuk menikmati
keindahan. Hasilnya berbagai macam kesenian.
Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil
karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dan dijelaskan sebagai berikut :
6
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia
yang meliputi kebudayaan material (bersifat jasmaniah) dan kebudayaan
non material (bersifat rohaniah).
Kebudayaan tidak diwariskan secara generative(biologis) melainkandngan
cara belajar.
Kebudayaan diperoleh manusai sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan adalah kebudayaan manusia.
2.1.2 Wujud Kebudayaan
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan atau tindakan dan hasil
karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang tersusun
dalam kehidupan manusia. Adapun wujud kebudayaan itu sendiri menurut J. J.
Honigmann yang dibedakan berdasarkan gejalanya:
Ideas
Activities
Artifact
Sedangkan menurut Koentjaraningrat wujud kebudayaan ada 3 macam
yaitu :
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan nilai-
nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
Wujud kebudayaan sebagai komleks aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat.
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
7
Keterangan diatas menandakan bahwa kebudayaan hanya dapat diperoleh
dalam anggota masyarakat yang mana pewarisannya melalui cara belajar. Adapun
wujud kebudayaan dapat bersifat material dan non material. Dan kesimpulan
tersebut memperlihatkan adanya perbedaan pokok antara manusia dan hewan
yaitu :
Kelakuan manusia diakui oleh akalnya sedangkan hewan oleh nalurinya.
Kehidupan manusia dapat berlangsung dengan bantuan peralatan sebagai
hasil kerja akalnya sedangkan hewan pada fisiknya.
Perilaku manusia didapar dan dibiasakan melalui proses belajar sedangkan
hewan melalui proses nalurinya.
Manusia memiliki alat komuikasi berupa bahasa sedangkan hewan tidak.
Pengetahuan manusia bersifat akumulatif karena masyarakatnya yang
bekembang.
2.1.3 Unsur-unsur Kebudayaan
Dari berbagai unsur kehidupan dapat disimpulkan bahwa kebudayaan
merupakan hal yang luas karena kebudayaan merupakan hasil dari alam,
pemikiran manusia dan tindakannya. Namun keanekaragaman tersebut dapat
digolongkan menjadi sesuatu yang umum atau universal. Ada 7 unsur besar yang
dapat disebut sebagai isi pokok disetiap kebudayaan, menurut Koentjaraningrat
yaitu :
Bahasa.
Sistem pengetahuan.
8
Organisasional.
Sistem peralatan hidup dan teknologi.
Sistem mata pencarian hidup.
Sistem religi.
Sistem kesenian.
Dalam butir keenam, religi dalam analisis Koentjaraningrat termasuk
sistem kebudayaan universal. Hal ini dapat dipandang dari sudut religi yang
merupakan sebagian dari kebudayaan karena merupakan keyakinan dan gagasan –
gagasan tentang Tuhan dalam agama Indonesia seperti penyembahan dewa, ruh
halus dan berbagai bentuk upacara yang terkait denagn sistem keyakinan tersebut.
Namun dalam hal Islam religi bukanlah kebudayaan karena merupakan suatu
ciptaan Ilahi/Tuhan bukan hasil karya manusia baik monument ataupun
phenomena1
Penyebaran (difusi) unsur-unsur kebudayaan dapat berlangsung melalui
perpindahan maupun datangnya kelompok-kelompok menusia dengan berbagai
tujuan dan terjadilah penyebaran unsur-unsur kebudayaan. Sebagai contoh :
Pedagang-pedagang Islam dari Arab, India, dan Gujarat secara langsung/tidak
langsung telah menyebarkan kebudayaan Islam pada kelompok masyarakat yang
mereka jumpai dalam kegiatan perdagangan mereka di nusantara pada abad 7 dan
8. Hubungan-hubungan pedagang tersebut dengan penduduk dikatakan hubungan
symbolistik dari bahasa Inggris yang artinya hubungan serasi dari berbagai unsur
Hal ini dapat dikatakan bahwa hubungan penduduk dengan Islam pada awal
1 Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Teori dan konsep Dr. Hj. Sofia Rangkuti-
Hasibuan, M.A 2002 Dian Rakyat. Hal 149-150.
9
sejarah datangnya Islam ke nusantara adalah hubungan symbiotic dimana kedua
kelompok dapat hidup berdampingan dengan aman dan saling menguntungkan
dengan adanya perdagangan diantara mereka.
Namun dari hubungan tersebut terjadi juga semacam penerobosan
kebudayaan dengan jalan damai atau penetrasi pacifique (penerobosan dengan
dasar damai ). Dalam hal ini unsur-unsur kebudayaan pendatang turut masuk
kedalam kebudayaan.
2.1.4 Transformasi Budaya
Kebudayaan merupakan suatu kumpulan yang berintegrasi dari cara-cara
berlaku yang dimiliki bersama, kebudayaan yang bersangkutan secara unik
mencapai penyesuaian kepada lingkungan tertentu. Kebudayaan tidak bersifat
statis melainkan bersifat adinamis dalam masyarakat Jawa dikenal satu budaya
yang disebut Cokro manggilingan yaitu percaya bahwa manusia seperti jalannya
roda pedati, terkadang ada diatas dan terkadang ada di bawah. Dalam budaya
dikenal istilah cultural lag yaitu penggambaran keadaan masyarakat yang dengan
mudah nya menyerap budaya yang bersifat materil tetapi belum mampu menyerap
yang bersifat non materil. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk perubahan
kebudayaan antara lain :
Evolusi : perubahan kebudayaan yang terjadi secara lambat namun arah
perubahannya akan mencapai bentuk yang lebih sempurna.
Revolusi : proses perubahan yang sangat cepat sehingga dirasakan oleh
masyarakat.
10
Inovasi : proses perubahan yang berasal dari diri masyarakat itu sendiri.
Difusi : perubahan budaya yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar
masyarakat seperti masuknya unsur-unsur budaya lain.
Perubahan disebabkan karena pewarisan budaya dari generasi ke generasi
berikutnya. Hal ini terjadi proses pada individu, proses itu antara lain :
Internalisasi : proses dari berbagai pengetahuan yang berada diluar diri
individu masuk menjadi bagian dari individu.
Sosialisasi : proses penyesuaian diri seseorang ke dalam kehidupan
kelompok dimana individu tersebut berada,sehingga kehadirannya dapat di
terima oleh anggota kelompok lain.
Enkulturasi : proses ketika individu memilih nilai-nilai yang dianggap baik
dan pantas dalam masyarakat, sehingga dapat dipakai sebagai pedoman
untuk bertindak.
Ketiga proses ini dapat bervariasi antara individu satu dengan yang
lain.Variasi budaya ini sering disebut dengan istilah sub culture (Cabang
Kebudayaan). Adat istiadat dan kebudayaan itu mempunyai nilai pengontrol dan
nilai sangsional terhadap tingkah laku anggota masyarakat. Tingkah laku yang
tidak cocok dengan norma atau peraturan diatas dianggap “masalah sosial”.
Perilaku yang menyimpang (deviant behavior) yaitu salah satu bentuk dari
permasalahan sosial, maka dalam perkembangannya sering pula menimbulkan
budaya baru. Jika perilaku tersebut terjadi berulang-ulang maka masyarakat telah
terbiasa dengan hal itu.
11
Peristiwa asimilasi dan akulturasi juga dapat menimbulkan perubahan
budaya, tetapi kedua peristiw aini mempunyai cirri khas yang tersendiri antari lain
: Dalam asimilasi unsur-unsur budaya lama dari masing-masing budaya asal sudah
tidak nampak lagi. Sedangkan akulturasi unsur-unsur budaya yang berbeda itu
saling bersentuhan dan saling meminjam, tetapi ciri khas masing-masing budaya
tidak hilang tetap dipertahanakan. Tidak semua kelompok maupun individu
mampu menerima perubahan yang terjadi. Hal ini disebabkan karena beberapa
faktor yaitu :
Faktor kebutuhan.
Faktor keuntungan langsung yang dapat dinikmati.
Faktor senang terhadap sesuatu yang baru.
Faktor sifat inovatif yang selalu ingin bekreasi.
Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang mampu menerima
perubahan budaya.sedangkan faktor-faktor yang mampu menolaknya yaitu :
Anggapan bahwa hal baru itu merugikan.
Anggapan bahwa hal baruitu bertentangan dengan nilai yang sudah dianut
sebelumnya.
Orang-orang muda dan kelompok wiraswasta cenderung lebih mudah
menerima perubahan. Sebaliknya kelompok masyarakat yang telah mapan dan
tokoh-tokoh agama yang cenderung lambat menerima perubahan.
12
2.2 Manusia dan Kebudayaan
Dalam kehidupan ini setiap manusia baik dalam keluarga, organisasi,
maupun dalam masyarakat pasti mempunyai budaya-budaya sendiri yang telah
tertanam dalam diri mereka masing-masing dan berbeda menurut asal daerah
mereka dibesarkan sebelumnya. Beraneka ragamnya ras manusia, perbedaan
tempat, dan banyaknya perbedaan keyakinan pada manusia, mengakibatkan
munculnya beraneka ragam kebudayaan yang dibawa oleh masing-masing
manusia. Sebelum membahas tentang hubungan manusia dan kebudayaan
alangkah baiknya jika tahu terlebih dahulu apa hakekat manusia dan kebudayaan
sendiri bagi manusia.
Manusia pada hakekatnya mempunyai makna yaitu manusia dalam
kehidupannya itu tidak akan pernah bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lain,
hal atau kesadaran seperti inilah yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia
agar pada setiap individu tidak seorang pun pada dirinya merasa “paling”,
misalnya paling cantik, paling kaya, paling kuat, atau yang semisal itu. Semua
manusia di dunia ini pada dasarnya sama mereka menginginkan kebaikan,
kebagusan, keindahan pada diri mereka masing-masing. Tapi, perbedaan
lingkungan, pergaulan, serta pendidikan semua itu membuat berbagai perbedaan
mendasar pada pembentukan pribadi bagi setiap individu manusia.
Seperti halnya dengan budaya juga mempunyai berbagai macam definisi
yang dikemukakan oleh para ahli dibidang tersebut diantaranya seperti :
Prof. Dr. Koentjaraningrat mengatakan kebudayaan adalah keseluruhan
manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan
13
yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam
kehidupan masyarakat.
Dr. Moh. Hatta, kebudayaan adalah ciptaan hidupdari suatu bangsa.
Sultan Takdir Alisyahbana mengatakan kebudayaan adalah suatu
manifestasi dari suatu tata cara berpikir.2
Definisi-definisi di atas merupakan beberapa dari banyaknya definisi-
definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Dari berbagai macam definisi
yang telah dikemukakan tersebut mempunyai maksud yang sama, yaitu berasal
dari manusia, meliputi perilaku, dan hasil kelakukan, yang telah diatur oleh tata
kelakuan dalam suatu masyarakat.
Setelah mengetahui apa hakekat manusia diciptakan dan makna dari
kebudayaan. Maka hubungan diantara keduanya dapat disimpulkan bahwa,
pertama manusia dapat dikatakan sebagai makhluk yang berbudaya. Hal itu
dikerenakan manusia mempunyai 2 hal penting yaitu pikiran dan perasaan, yang
keduanya itu saling mengimbangi dalam kehidupan suatu individu. Kedua,
manusia sebagai makhluk termulia, dibandingkan dengan makhluk tuhan yang
lain. Karena manusia diberi dengan adanya pikiran dan perasaan. Hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT dalam surat At-tin ayat 4-6:
“Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia itu dalam sebaik-baik
ciptaan, kemudian akan Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-
rendahnya kecuali mereka orang-orang yang beriman dan berbuat
kebajikan”. (At-Tin; 4-6)
2 Ilmu Budaya Dasar. Dr.Djoko Widagdho. dkk. hal. 12
14
Kebudayaan yang terus berkembang seiring dengan berkembangnya
zaman, yang sebelumnya diawali dari kebudayaan yang primitif hingga sekarang
yang modern memiliki 2 fungsi yang bertentangan, yaitu budaya sebagai sarana
kemajuan dan sebagai ancaman bagi manusia. Alasan yang mencakup keduanya
yaitu dengan budaya, kehidupan suatu individu akan terdorong menjadi lebih
modern misalnya seseorang yang gaptek, karena pengaruh kebudayaan dalam
penyebaran informasi seseorang itu menjadi ahlinya dalam beberapa tahun atau
bahkan beberapa bulan.
Budaya dapat dikatakan sebagai ancaman bagi manusia, Karena dengan
berkembangnya suatu budaya dapat mengubah pola pergaulan suatu masyarakat
khususnya para remajanya. Bahkan beberapa orang mengira bahwa semakin
berkembang suatu budaya semakin banyak dosa yang dibuat, begitu juga
sebaliknya budaya yang masih primitif budaya itu masih dianggap suci.
Maka dari itu, hubungan antara manusia dan kebudayaan sangat erat
sekali, karena kebudayaan itu muncul dengan adanya suatu pengalaman dari
manusia. Dan perkembangan budaya harus disertai dengan etika agar ke depannya
tidak mengarah ke hal-hal yang tidak diinginkan.
2.2.1 Hakikat Manusia
Berbicara tentang manusia maka satu pertanyaan klasik yang sampai saat
ini belum memperoleh jawaban yang memuaskan adalah pertanyaan tentang
siapakah manusia itu. Banyak teori telah dikemukakan, di antaranya adalah
pemikiran dari aliran materialisme, idealisme, realisme klasik, dan teologis.
15
Aliran materialisme mempunyai pemikiran bahwa materi atau zat
merupakan satu-satunya kenyataan dan semua peristiwa terjadi karena proses
material ini, sementara manusia juga dianggap juga ditentukan oleh proses-proses
material ini.Sedangkan aliran idealisme beranggapan bahwa jiwa adalah
kenyataan yang sebenarnya. Manusia lebih dipandang sebagai makhluk
kejiwaan/kerohanian. Aliran realisme klasik beranggapan bahwa jiwa adalah
kenyataan yang sebenarnya. Manusia lebih dipandang sebagai makhluk
kejiwaan/kerohanian, dan aliran teologis membedakan manusia dari makhluk lain
karena hubungannya dengan Tuhan.
Di samping itu, beberapa ahli telah berusaha merekonstruksikan
kedudukan manusia di antara makhluk lainnya. Juga berusaha membandingkan
manusia dengan makhluk lainnya. Dari hasil perbandingan tersebut ditemukan
bahwa semua makhluk mempunyai dorongan yang bersifat naluriah yang termuat
dalam gen mereka.
Sementara yang membedakan manusia dari makhluk lainnya adalah
kemampuan manusia dalam hal pengetahuan dan perasaan. Pengetahuan manusia
jauh lebih berkembang daripada pengetahuan makhluk lainnya, sementara melalui
perasaan manusia mengembangkan eksistensi kemanusiaannya.
2.2.2 Hakikat Kebudayaan
Kebudayaan sering kali di pahami dengan pengertian yang tidak tepat.
Beberapa ahli ilmu sosial telah berusaha merumuskan berbagai definisi tentang
kebudayaan dalam rangka memberikan pengertian yang benar tentang apa yang
16
dimaksud dengan kebudayaan tersebut. Akan tetapi ternyata definisi-definisi
tersebut saja kurang memuaskan. Terdapat dua aliran pemikiran yang berusaha
memberikan kerangka bagi pemahaman tentang pengertian kebudayaan ini, yaitu
aliran idesional dan aliran behaviorisme/materealisme. Dari berbagai definisi yang
telah dibuat tersebut, koentjaraningrat berusaha merangkum pengertian
kebudayaan dalam tiga wujudnya, yaitu kebudayaan sebagai wujud cultural
system, social system, dan artifact. Kebudayaan sendiri disusun atas beberapa
komponen yaitu komponen yang bersifat kognitif, normatif, dan material. Dalam
memandang kebudayaan, orang sering kali terjebak dalam sifat chauvinisme yaitu
membanggakan kebudayaannya sendiri dan menganggap rendah kebudayaan lain.
Seharusnya dalam memahami kebudayaan kita berpegangan pada sifat-sifat
kebudayaan yang variatif, relatif, dan universal, dan counterculture.
2.2.3 Kerohanian dalam Penghubung Budaya
Bagi kebanyakan manusia kerohanian dan agama memainkan peran utama
dalam kehidupan mereka, baik dalam kehidupan sehari-hari seperti biasa maupun
dalam kegiatan berbudaya . Sering dalam konteks ini manusia tersebut dianggap
sebagai ‘orang manusia’ terdiri dari sebuah tubuh, pikiran, dan juga sebuah roh
atau jiwa yang kadang memiliki arti lebih daripada tubuh itu sendiri dan bahkan
kematian. Seperti juga sering dikatakan bahwa jiwa (bukan otak ragawi) adalah
letak sebenarnya dari kesadaran (meski tak ada perdebatan bahwa otak memiliki
pengaruh penting terhadap kesadaran). Keberadaan jiwa manusia tak dibuktikan
ataupun ditegaskan, konsep tersebut tersebut disetujui sebagian orang dan ditolak
17
oleh lainnya. Juga adalah perdebatan diantara organisasi agama mengenai
benar/tidaknya hewan memiliki jiwa, beberapa percaya mereka memilikinya,
sementara lainnya percaya bahwa jiwa semata-mata hanya milik manusia, serta
ada juga yang percaya akan jiwa kelompok yang diadakan oleh komunitas hewani
dan bukanlah individu. Bagian ini akan merincikan bagaimana manusia dan
budayanya berhubungan diartikan dalam istilah kerohanian, serta beberapa cara
bagaimana definisi ini dicerminkan melaui ritual dan agama.
a. Animisme
Animisme adalah kepercayaan bahwa objek dan gagasan termasuk hewan,
perkakas, dan fenomena alam mempunyai atau merupakan ekspresi roh hidup..
Kebanyakan sistem kepercayaan animisme memegang erat konsep roh abadi
setelah kematian fisik. Dalam beberapa sistem roh tersebut dipercaya telah beralih
kesuatu dunia yang penuh dengan kesenangan, dengan panen yang terus-menerus
berkelimpahan atau bahkan permainan yang berlebih-lebih
b. Mistikme
Barangkali merupakan praktek kerohanian dan pengalaman tetapi tidak
harus bercampur dengan theisme atau lembaga agama lain yang ada diberbagai
masyarakat. Pada dasarnya gerakan mistik termasuk vedanto, yoga, buddhisme
awal (lihat pula kerajaan manusia) tradisi memuja eleusis, perintah mistik
kristiani dan pengkhotbah seperti meister eckhart, dan keislaman sufisme. Mereka
memusatkan pada pengalaman tak terlukiskan dan kesatuan dengan supranatural
(lihat pencerahan kekekalan). Dalam mistikme monotheis pengalaman mistik
memfokuskan kesatuan dengan Tuhan.
18
c. Politheisme
Konsep dewa sebagai makhluk yang sangat kuat kepandainnya atau
supernatural, kebanyakan dikhayalkan sebagai anthropomorfik atau zoomorfik
yang di ingin disembah atau ditentramkan oleh manusia dan ada sejak permulaan
sejarah, dan kemungkinan digambarkan pada kesenian zaman batu pula. Dalam
masa sejarah, tata cara pengorbanan berevolusi menjadi adat agama berhala
dipimpin oleh kependetaan (misal : Agama vedik), pemraktekan kependetaan
berkelanjutan dalam Hinduisme, yang namun telah mengembangkan teologi
monotheis, seperti penyembahan berhala theismemonistik, Mesir, Yunani,
Romawi, Jerman. Dan yang lain
d. Monotheisme
Gagasan dari suatu Tuhan tunggal yang menggabungkan dan
melampaui semua dewa-dewa kecil tampak berdiri sendiri dalam beberapa
kebudayaan, kemungkinan terwujud pertama kali dalam bida’ah/klenik Akhenaten
(lebih dikenal sebagai henotheisme tahap umum dalam kemunculan
monotheisme). Konsep dari kebaikan dan kejahatan dalam sebuah pengertian
moral timbul sebagai sebuah konsekuensi Tuhan tunggal sebagai otoritas mutlak.
Dalam agama Yahudi Tuhan adalah pusat dalam pemilihan orang Yahudi sebagai
rakyat, dan dalam kitab suci Yahudi takdir komunitas dan hubungannya dengan
Tuhan mempunyai dengan Tuhan mempunyai hak istimewa yang jelas (harus
diutamakan) di atas takdir individu. Kekristenan bertumbuh keluar dari agama
Yahudi dengan menekankan takdir individual khususnya setelah kematian dan
19
campur tangan pribadi Tuhan dengan adanya inkarnasi yaitu dengan menjadi
mannusia selama sementara. Islam walaupun menolak kepercayaan kristiani untuk
tritunggal dan inkarnasi ketuhanan sangatlah mirip dengan kekristenan dalam
melihat manusia sebagai wali/wakil dari Tuhan dan satu-satunya makhluk
inkarnasi yang memiliki kehendak bebas (atau dapat berdosa) atau melakukan hal
yang bertentangan dengan alam. Dalam semua agama Abraham manusia adalah
penguasa atau pengurus diatas seluruh muka bumi dan semua makhluk lain sedikit
lebih rendah daripada malaikat (lihat rantaian makhluk-makhluk) dan memiliki
moral hati nurani yang unik. Hinduisme juga belakangan mengembangkan teologi
monotheis seperti theisme monistik, yang berbeda dari pikiran barat mengenai
monotheis. Agama monotheistik mempunyai kemiripan dalam kepercayaan
bahwa umat manusia diciptakan oleh Tuhan diikat oleh kewajiban kasih sayang
dan dirawat oleh pemeliharaan baik kaum/pihak ayah.
20
BAB. IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kebudayaan berasal dari kata cultuure (Belanda) culture (Inggris) dan
colere (Latin) yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan terutama pengolahan tanah yang kemudian berkembang menjadi
segala daya dan aktifitas manusia manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan atau tindakan dan hasil karya
manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang tersusun dalam
kehidupan manusia. Dari berbagai unsur kehidupan dapat disimpulkan bahwa
kebudayaan merupakan hal yang luas karena kebudayaan merupakan hasil dari
alam, pemikiran manusia dan tindakannya. Kebudayaan hanya dapat diperoleh
dalam anggota masyarakat yang mana pewarisannya melalui cara belajar.
Penyebaran (difusi) unsur-unsur kebudayaan dapat berlangsung melalui
perpindahan maupun datangnya kelompok-kelompok menusia dengan berbagai
tujuan dan terjadilah penyebaran unsur-unsur kebudayaan. Suatu kumpulan yang
berintegrasi dari cara-cara berlaku yang dimiliki bersama, kebudayaan yang
bersangkutan secara unik mencapai penyesuaian kepada lingkungan tertentu juga
bisa membentuk sebuah kebudayaan dalam jangka waktu tertentu.
Manusia pada hakekatnya mempunyai makna yaitu manusia dalam
kehidupannya tidak akan pernah bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lain. Umat
manusia selalu mempunyai perhatian yang hebat akan dirinya sendiri. Kecakapan
21
manusia untuk untuk mengintrospeksi diri keinginan individu untuk menjelajahi
lebih mengenai intisari diri mereka tanpa kecuali menghasilkan berbagai
penyelidikan mengenai kondisi manusia merupakan pokok jenis manusia secara
keseluruhan. Renungan diri adalah dasar dari filsafat dan sudah ada sejak
pencatatan sejarah. Manusia kerap menganggap dirinya sebagai species dominan
di Bumi dan yang paling maju dalam kepandaian dan kemampuannya mengelola
lingkungan. Kepercayaan ini khususnya sangat kuat dalam kebudayaan Barat dan
berasal dari bagian dalam cerita penciptaan di kitab injil yang mana Adam secara
khusus diberikan kekuasaan atas Bumi dan semua makhluk. Berdampingan
dengan anggapan kekuasaan manusia, kita sering menganggap ini agak radikal
karena kelemahan dan singkatnya kehidupan manusia. Ahli filsafat Yahudi
Protagoras telah membuat pernyataan terkenal bahwa “Manusia adalah ukuran
dari segalanya apa yang benar benarlah itu apa yang tidak tidaklah itu”
Aristoteles mendiskripsikan manusia sebagai ‘hewan komunal’ yaitu menekankan
pembangunan masyarakat sebagai pusat pembawaan alam manusia. Istilah yang
juga menginspirasikan taksonomi spesies, Homo species pandangan dunia
dominan pada abad pertengahan Eropa berupa keberadaan manusia yang diciri-
cirikan oleh dosa dan tujuan hidupnya adalah untuk mempersiapkan diri terhadap
pengadilan akhir setelah kematian. Pencerahan/pewahyuan digerakkan oleh
keyakinan baru bahwa dalam perkataan Immanuel Kant “Manusia dibedakan di
atas semua hewan dengan kesadaran dirinya yang mana ia adalah hewan
rasionil” Pada abad ke-20, Sigmund Freud melancarkan serangan serius kepada
22
positivisme mendalilkan bahwa kelakuan manusia mengarah kepada suatu bagian
besar yang dikendalikan oleh pikiran bawah sadar.
4.2 Saran
Dari titik pandang ilmiah Homo sapiens memang berada diantara spesies
yang paling tersama ratakan di Bumi. Dan hanya ada sejumlah kecil species
tunggal yang menduduki lingkungan beraneka ragam sebanyak manusia. Rupa-
rupa usaha telah di buat untuk mengidentifikasikan sebuah ciri-ciri kelakuan
tinggal yang membedakan manusia dari semua hewan lain misalnya kemampuan
untuk membuat dan mempergunakan perkakas, kemampuan untuk mengubah
lingkungan, bahasa dan perkembangan struktur sosial majemuk. Beberapa ahli
antropologi berpikiran bahwa ciri-ciri yang siap diamati ini (pembuatan perkakas
dan bahan) di dasarkan pada kurang mudahnya mengamati proses mental yang
kemungkinan unik di antara manusia, kemampuan berfikir secara simbolik dalam
hal abstrak atau secara logika Adalah susah namun untuk tiba pada suatu
kelompok atribut yang termasuk semua manusia dan hanya semua manusia dan
harapan untuk menemukan ciri-ciri unik manusia yang adalah masalah
darirenungan diri manusia lebih daripada suatu masalah zoologi.
23
DAFTAR PUSTAKA
Literatur :
Al-Quran
Arif, Syaiful. 2010. Refilosofi Kebudayaan : Pergeseran Pascastruktural.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Koentjaraningrat. 2005. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:
Djambatan.
Rangkuti, Sofia, Hasibuan, Dr. Hj. 2002. Manusia dan kebudayaan di Indonesia.
Dian Rakyat.
Soekanto, Soejono. 2010. Sosiologi : Sebuah Pengantar. Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada
Widagdho, Joko. 2001. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Situs Web :
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi diakses pada 05 April 2012 jam ±20:00
http://agushidayat89.blogspot.com/2009/06/hakekat-manusia-dan-
kebudayaan.html diakses pada 07 April 2012 jam ±15:00
http://sosial-budaya.blogspot.com/2009/05/manusia-dan-kebudayaan.html diakses
pada 07 April 2012 jam ±15:00
http://uus-daud-yusuf.blogspot.com/2010/06/efinisi-kebudayaan-menurut-para-
ahli.html diakses pada 09 April 2012 jam ±10:00
24