makalah GPPH

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan aktivitas dan perhatian (gangguan hiperkinetik) adalah suatu gangguan psikiatrik yang cukup banyak ditemukan dengan gejala utama inatensi (gangguan pemusatan dan susah untuk fokus dalam 1 hal), membuat rencana realistik, hiperaktivitas, tidak bisa berpikir sebelum bertindak, impulsivitas yang tidak konsisten dengan tingkat perkembangan anak, remaja, atau orang dewasa 1 . Biasanya pada waktu anak ADHD mencapai remaja atau dewasa, gejala hiperaktivitas dan impulsivitas cenderung menurun meskipun gejala inatensinya kadang- kadang masih tetap ada (2,3,4) . Anak-anak dengan ADHD bisa dikenali di klinik, di sekolah, maupun di rumah mereka. Kurangnya perhatian mereka nampak pada saat mereka sering melamun, bingung, dan kesulitan dalam mengerjakan satu tugas selama periode waktu tertentu yang diperpanjang. Seiring dengan perhatian mereka yang mudah beralih dari satu stimulus ke stimulus lainnya, mereka seringkali meninggalkan orang tua atau guru dengan kesan bahwa mereka tidak mendengarkan (2) .

description

dfdbfgbgbgb

Transcript of makalah GPPH

Page 1: makalah GPPH

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan aktivitas dan

perhatian (gangguan hiperkinetik) adalah suatu gangguan psikiatrik yang cukup

banyak ditemukan dengan gejala utama inatensi (gangguan pemusatan dan susah

untuk fokus dalam 1 hal), membuat rencana realistik, hiperaktivitas, tidak bisa

berpikir sebelum bertindak, impulsivitas yang tidak konsisten dengan tingkat

perkembangan anak, remaja, atau orang dewasa1. Biasanya pada waktu anak

ADHD mencapai remaja atau dewasa, gejala hiperaktivitas dan impulsivitas

cenderung menurun meskipun gejala inatensinya kadang- kadang masih tetap

ada(2,3,4).

Anak-anak dengan ADHD bisa dikenali di klinik, di sekolah, maupun di

rumah mereka. Kurangnya perhatian mereka nampak pada saat mereka sering

melamun, bingung, dan kesulitan dalam mengerjakan satu tugas selama periode

waktu tertentu yang diperpanjang. Seiring dengan perhatian mereka yang mudah

beralih dari satu stimulus ke stimulus lainnya, mereka seringkali meninggalkan

orang tua atau guru dengan kesan bahwa mereka tidak mendengarkan (2).

Hiperaktivitas mereka, seringkali muncul dalam bentuk kegelisahan, bicara

berlebihan, ditoleransi dengan buruk di sekolah, serta membuat frustasi orang tua

yang seringkali kehilangan mereka di tengah banyak orang dan tidak dapat

membuat mereka tidur sesuai dengan jam tidurnya. Sedangkan impulsivitas

mereka membuat mereka mudah mendapat kecelakaan, menciptakan masalah

dengan teman sebaya, dan mengganggu suasana kelas yaitu ketika mereka

menjawab tanpa berfikir, mengganggu orang lain, atau beralih dari pekerjaan

sekolah menuju aktivitas lain yang kurang pantas (1,2).

Page 2: makalah GPPH

2

Pada kehidupan selanjutnya apabila tidak ditangani dengan baik maka

ketiga gejala tersebut dapat menyebabkan menurunnya harga diri, menurunnya

prestasi akademik, dan timbulnya gangguan dalam hubungan interpersonal pada

saat remaja maupun dewasa. Sedangkan dampak anak ADHD pada keluarga dapat

menyebabkan keluarga merasa bersalah, depresi, mengalami stres yang berat,

isolasi sosial, dan bahkan bisa mengalami masalah perkawinan maupun pekerjaan. (3,5)

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah kelainan

hiperaktivitas kurang perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 4 tahun dan

dikarakarakteriskan oleh ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian, impulsive

dan hiperaktif. ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity

Disorder, suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder

(Sulit memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di

otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu

banyak bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak

usia sekolah menderita ADHD (3,4).

Sampai saat ini memang belum ada teori yang menyebutkan penyebab pasti

dari ADHD, namun beberapa teori menyebutkan adanya berbagai faktor yang ikut

berperan, diantaranya adalah : genetik, minimal brain damage, neurobiologi,

neurokimiawi, psikososial, makanan, dan lain sebagainya. Usaha-usaha untuk

mencari penyebab yang pasti dari gangguan ini memang belum menghasilkan

kesepakatan yang jelas, namun demikian tidaklah diragukan lagi bahwa faktor

neurobiologi memiliki peran dan pengaruh yang cukup besar terhadap timbulnya

ADHD tersebut. Hal ini bisa dimengerti mengingat atensi atau perhatian yang

merupakan aktifitas mental dalam memilah berbagai macam rangsangan sensorik

yang masuk untuk diberi respon, dalam prosesnya melibatkan berbagai sistim

yang ada dalam otak. Bila ada gangguan di bagian otak yang terkait dengan fungsi

atensi, maka hal tersebut akan menimbulkan gangguan dalam pemusatan

perhatiannya. Itulah sebabnya pemahaman aspek neurologis terhadap ADHD

diperlukan agar dapat dilakukan penanganan sedini dan seholistik mungkin

Page 3: makalah GPPH

3

sehingga bisa mengurangi berbagai dampak negatif yang lebih buruk pada anak

ADHD, orang tua, sekolah, maupun masyarakat (9,10,11).

Page 4: makalah GPPH

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi

Sampai saat ini Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) masih

merupakan masalah yang serius pada anak-anak dikarenakan ADHD masih

mempunyai angka prevalensi yang tinggi pada anak-anak di seluruh dunia. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Jyothsna pada tahun 2013 di India yang

melibatkan 770 anak dengan umur antara 6 tahun dan 11 tahun tercatat prevalensi

ADHD adalah sebesar 11.32 % (Gambar 1). Presentase yang ditemukan pada anak

laki-laki sebesar 66.7%, sedangkan pada anak perempuan adalah sebesar 33.3 %13.

Hasil penelitian ini ditemukan tertinggi pada anak dengan umur 9 dan 10 tahun

dan ditemukan mayoritas pada anak-anak dengan keadaan sosio ekonomi yang

rendah (9).

Gambar 1. Prevalensi ADHD pada anak-anak 6-11 tahun

Sumber : Akam, Jyothsna,et al.2013.Prevalence of Attention Deficit Hyperactivity

Disorder in Primary School in Children.Department of Psychiatry. Institute of Medical

Science and

Research : India

Page 5: makalah GPPH

5

Gambar 2. Perbandingan prevalensi ADHD pada anak laki-laki dan perempuan serta perbandingan

prevalensi ADHD pada tingkat sosioekonomi menengah dan bawah

Sumber : Akam, Jyothsna,et al.2013.Prevalence of Attention Deficit Hyperactivity Disorder in

Primary School in Children.Department of Psychiatry. Institute of Medical Science and

Research : India

Dari 34 juta kasus ADHD di USA, Eropa dan Jepang, diperkirakan 31%

menjadi kasus ADHD dewasa (usia > 19 tahun) dan 69% kasus ADHD pada usia

3-19 tahun. Penelitian longitudinal telah membuktikan bahwa sebanyak 2/3 dari

anak-anak ADHD memiliki gejala ADHD yang mengganggu ketika mereka

menjadi dewasa (5).

Di Indonesia prevalensi anak ADHD di Indonesia semakin meningkat

menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari 20 anak menderita ADHD. Peningkatan ini

disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik ataupun pengaruh lingkungan

yang lain, seperti pengaruh alkohol pada kehamilan, kekurangan omega 3, alergi

terhadap suatu makanan.

2.2 Definisi ADHD

Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan

perilaku yang ditandai inattentiveness atau gangguan pemusatan perhatian dan

gangguan konsentrasi, impulsivitas yaitu berbuat dan berbicara tanpa memikirkan

Page 6: makalah GPPH

6

akibatnya, disertai hiperaktif (overactivity) yang tidak sesuai dengan umur

perkembangannya (11).

Gambar 3. Ilustrasi ADHD

Sumber : www.google.com

Pola perilaku ini menimbulkan

gangguan dalam fungsi sosial dan

akademisnya, serta mengakibatkan

penderitaan yang nyata bagi yang

bersangkutan maupun lingkungannya.

Menurut DSM IV (The American

Psychiatric Association’s Diagnostic

and Statistical Manual IV), berdasarkan

tiga gejala utamanya tersebut, definisi

ADHD dibagi dalam 3 (tiga) kelompok

tipe yaitu(1) :

tipe “Inattentiveness”

tipe “hyperactivity-impulsivity”

tipe “combined” (campuran).

Diagnosis ADHD tipe inatensi (menurut DSM IV) ditegakkan bila minimal

ada 6 (enam) gejala inatensi untuk waktu minimal selama 6 bulan dan didapat

kurang dari 6 gejala hiperaktivitas serta dimulai sebelum usia 7 (tujuh) tahun.

Gejala-gejala ini tetap ada pada saat di sekolah dan di rumah bersifat maladaptif

dan tak sesuai dengan tahap perkembangan anak (11).

Diagnosis ADHD tipe hiper aktivitas dan impulsivitas (menurut DSM IV)

juga ditegakkan bila minimal ada 6 (enam) gejala hiperaktivitas dan impulsivitas,

bersifat dan tak sesuai dengan tahap perkembangan anak serta didapat kurang dari

6 (enam) gejala inatensi. Gejala-gejala ini ada minimal selama 6 bulan dan

dimulai sebelum usia 7 tahun serta gejala-gejala ini tetap ada pada saat di sekolah

dan di rumah (11).

Page 7: makalah GPPH

7

Diagnosis ADHD tipe campuran (combined type) (menurut DSM IV)

ditegakkan bila didapatkan 6 (enam) atau lebih gejala inatensi dan 6 (enam) atau

lebih gejala hiperaktivitasimpulsivitas yang tetap ada selama paling sedikit selama

6 (enam) bulan, dimulai sebelum usia 7 tahun serta gejala-gejala ini tetap ada saat

di sekolah dan di rumah

2.3 Etiologi

Sampai saat ini memang belum ada teori yang menyebutkan penyebab pasti

dari ADHD, namun beberapa teori menyebutkan adanya berbagai faktor yang ikut

berperan, diantaranya adalah : genetik, minimal brain damage, neurobiologi,

neurokimiawi, psikososial, makanan, dan lain sebagainya. Usaha-usaha untuk

mencari penyebab yang pasti dari gangguan ini memang belum menghasilkan

kesepakatan yang jelas, namun demikian tidaklah diragukan lagi bahwa faktor

neurobiologi memiliki peran dan pengaruh yang cukup besar terhadap timbulnya

ADHD tersebut (4,8).

Hal ini bisa dimengerti mengingat atensi atau perhatian yang merupakan

aktifitas mental dalam memilah berbagai macam rangsangan sensorik yang masuk

untuk diberi respon, dalam prosesnya melibatkan berbagai sistim yang ada dalam

otak. Bila ada gangguan di bagian otak yang terkait dengan fungsi atensi, maka

hal tersebut akan menimbulkan gangguan dalam pemusatan perhatiannya. Itulah

sebabnya pemahaman aspek neurologis terhadap ADHD diperlukan agar dapat

dilakukan penanganan sedini dan seholistik mungkin sehingga bisa mengurangi

berbagai dampak negatif yang lebih buruk pada anak ADHD, orang tua, sekolah,

maupun masyarakat (9,10,11).

Faktor Genetik

ADHD lebih sering didapatkan pada keluarga yang menderita ADHD.

Keluarga keturunan pertama dari anak ADHD didapatkan lima kali lebih banyak

menderita ADHD daripada keluarga anak normal. Angka kejadian orangtua

kandung dari anak ADHD lebih banyak menderita ADHD daripada orangtua

Page 8: makalah GPPH

8

angkat (1,7). Saudara kandung dari anak ADHD didapatkan 2-3 kali lebih banyak

menderita ADHD daripada saudara anak normal (4,5).

Angka kejadian saudara kembar satu telur (monozygot) anak ADHD

(79%) lebih tinggi daripada saudara kembar dua telur (dizygot) (32%). Kembar

identik atau monozigot memiliki kemiripan gen 100%. Sebaliknya, kembar

fraternal atau dizigotik tidak lebih mirip secara genetik dengan saudara kandung,

dan karenanya hanya berbagi 50% dari gen mereka. Jika sebuah penyakit

dipengaruhi oleh faktor genetik, maka resiko penyakit kembar akan menjadi

paling besar ketika saudara kembar adalah monozigot. Resiko kembar dizigotik

seharusnya melebihi resiko terhadap kontrol tetapi seharusnya tidak lebih besar

daripada resiko pada saudara kandung. Studi-studi pada keluarga secara konsisten

mendukung pernyataan bahwa ADHD diwariskan dalam keluarga. Studi-studi ini

menemukan bahwa orang tua dengan anak-anak ADHD memiliki peningkatan

dua hingga delapan kali lipat untuk resiko ADHD. Sehingga, mereka menegaskan

adanya faktor genetik pada ADHD dan sekaligus menyediakan bukti-bukti untuk

validitas diagnosisnya pada orang dewasa (9).

2.4 Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya ADHD masih sepenuhnya belum jelas, dan banyak

teori yang bermunculan. Salah satunya adalah bahwa pengaruh glukosa dengan

terjadinya ADHD. Penelitian lain menyebutkan bahwa adanya pengaruh gangguan

perkembangan neurologis yang mempengaruhi timbulnya gejala ADHD.

Penelitian dengan CT Scan dan MRI telah membuktikan bahwa ada beberapa

tempat di otak yang berfungsi abnormal pada individu dengan ADHD yakni

meliputi regio cortex prefrontalis, cortex frontalis, cerebellum, corpus callosum

dan dua daerah ganglia basalis yakni globus pallidus dan nucleus caudatus.

Demikian juga dari hasil pemeriksaan PET Scan (Positron EmissionTomography)

pada anak-anak ADHD didapatkan penurunan metabolisme glukose di korteks

prefrontal danfrontal terutama sebelah kanan (10,11).

Page 9: makalah GPPH

9

Beberapa anak menunjukkan kelambatan perkembangan otak (maturational

delay) pada anak ADHD yang biasanya tampak gejalanya pada usia 5 tahun.

Perkembangan otak yang normal, biasanya menunjukkan pertumbuhan secara

cepat terjadi pada usia 3-10 bulan, 2-4 tahun, 6-8 tahun, 10- 12 tahun dan 14-16

tahun. Cerebellum mempunyai fungsi eksekutif yakni mengatasi masalah,

perhatian, “reasioning”, perencanaan, dan pengaturan tugas individu. Hasil

pemeriksaan dengan menggunakan MRI didapatkan bahwa ada penurunan

aktivitas metabolik di daerah daerah di atas pada individu dengan ADHD. Para

peneliti menyatakan bahwa ada permasalahan dalam pengaturan transmisi saraf

(regulatory circuits) antara korteks prefrontal, ganglia basal, dan cerebellum yang

diduga merupakan penyebab terjadinya gejala ADHD. Komunikasi dalam otak

dalam area di atas menggunakan neurotransmiter dopamin dan noradrenalin. Pada

anak ADHD terjadi hipofungsi dopamin dan noradrenalin. Neurotransmiter

catecholamine yakni dopamine dan norepinephrine berperan besar dalam hal

atensi, konsentrasi yang dihubungkan dengan fungsi kognitif misalnya motivasi,

perhatian dan keberhasilan belajar seseorang (9,10).

Noradrenalin diperkirakan mempunyai efek pada fungsi kognitif individu

melalui “postsinaptic alpha 2A adrenergic receptor” pada neuron kortikal.

Noradrenalin berperan penting pada fungsi kognitif yakni pada tuntutan proses

yang tinggi (temporal discrimination dan timed choice reaction). Penekanan pada

fungsi noradrenalin menyebabkan kesukaran melakukan tugas-tugas yang

berbeda-beda (timed choice reaction) dimana tugas-tugas tampak terganggu bila

dibutuhkan ketekunan khusus untuk menyelesaikan tugas tersebut. Fungsi

hemisphere kanan terutama untuk mempertahankan attensi pada stimulasi baru

dan fungsi hemisphere kiri terutama untuk memusatkan perhatian pada stimulasi

selektif (11).

2.5 Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain :

Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat- geliat.

Page 10: makalah GPPH

10

Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan

Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing

Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatu permainan atau

keadaan di dalam suatu kelompok

Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan terhadap

pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai disampaikan

Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain

Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau

aktivitas-aktivitas bermain

Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan

lainnya

Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang

Sering berbicara secara berlebihan.

Sering menyela atau mengganggu orang lain

Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan

kepadanya

Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau

kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan

kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya

tanpa melihat-lihat).

Gambar 4. Gejala inti dari ADHD

Sumber : DSM IV (The American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual IV)

Page 11: makalah GPPH

11

Diagnosis ADHD tipe inatensi (menurut DSM IV) ditegakkan bila minimal

ada 6 (enam) gejala inatensi untuk waktu minimal selama 6 bulan dan didapat

kurang dari 6 gejala hiperaktivitas serta dimulai sebelum usia 7 (tujuh) tahun.

Gejala-gejala ini tetap ada pada saat di sekolah dan di rumah bersifat maladaptif

dan tak sesuai dengan tahap perkembangan anak (13).

Diagnosis ADHD tipe hiperaktivitas dan impulsivitas (menurut DSM IV)

juga ditegakkan bila minimal ada 6 (enam) gejala hiperaktivitas dan impulsivitas,

bersifat maladaptif dan tak sesuai dengan tahap perkembangan anak serta didapat

kurang dari 6 (enam) gejala inatensi. Gejala-gejala ini ada minimal selama 6 bulan

dan dimulai sebelum usia 7 tahun serta gejala-gejala ini tetap ada pada saat di

sekolah dan di rumah (11).

Diagnosis ADHD tipe campuran (combined type) (menurut DSM IV)

ditegakkan bila didapatkan 6 (enam) atau lebih gejala inatensi dan 6 (enam) atau

lebih gejala hiperaktivitasimpulsivitas yang tetap ada selama paling sedikit selama

6 (enam) bulan, dimulai sebelum usia 7 tahun serta gejala-gejala ini tetap ada saat

di sekolah dan di rumah (10).

Adapun gejala-gejala tersebut adalah sebagai

berikut :

Inatensi berupa

sering gagal memberikan perhatian penuh sampai terperinci atau selalu

berbuat kesalahan saat melakukan aktivitas pekerjaan di sekolah, tempat

pekerjaan atau aktivitas lain

sering mengalami kesukaran dalam mempertahankan perhatian dalam tugas

tertentu atau aktivitas bermain (mudah bosan)

sering tidak mendengarkan bila diajak bicara secara langsung kepadanya

sering tidak mengikuti perintah secara sungguh-sungguh dan gagal

menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan rumah tangga atau kewajiban di

Page 12: makalah GPPH

12

tempat pekerjaan (hal ini bukan disebabkan karena sikap menentang atau

kurang memahami isi perintah)

sering mengalami kesukaran dalam mengatur tugas-tugasnya dan aktivitasnya

sering menghindar, tidak menyenangi atau segan melakukan tugas-tugas yang

membutuhkan perhatian mental yang cukup lama (misalnya pekerjaan sekolah

atau pekerjaan rumah)

Hiperaktivitas

sering gelisah dengan tangan atau kaki atau sering bergerak-gerak saat duduk

sering meninggalkan tempat duduk saat di dalam kelas atau situasi lain dimana

duduk diam diperlukan atau diharapkan

sering lari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak

sesuai

tak bisa diam

sering mengalami kesukaran mengikuti permainan atau aktivitas yang

membutuhkan ketenangan (main catur, halma dsb.)

selalu dalam keadaan bergerak atau sering melakukan aktivitas seolah-olah

mengendarai motor

sering berbicara berlebihan (DSM IV).

Impulsivitas

sering cepat menjawab sebelum pertanyaan selesai diutarakan

sering sukar menunggu giliran bermain

sering interupsi saat diskusi atau mengganggu permainan saat pertandingan

(menyela pembicaraan, mengacau permainan anak lain)

sering bicara berlebihan yang tak tak sesuai dengan respon tatanan sosial (ICD

X).

2.6 Diagnosa banding

a. Ratardasi mental

Page 13: makalah GPPH

13

b. Kecemasan terhadap anak

c. Depresi sekunder

d. Gangguan Bipolar

e. Autisme

f. Gangguan perkembangan belajar

2.7 Komplikasi

a. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas

b. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan

mengerjakan aritmatika ( sering kali akibat abnormalitas konsentrasi )

c. Hubungan dengan teman sebaya buruk ( sering kali perilaku agresif dan

kata- kata yang diungkapkan )

d. IQ rendah / kesulitan belajar ( anak tidak duduk tenang dan belajar )

e. Resiko kecelakaan ( karena impulsivitas )

f. Percaya diri rendah dan penolakan teman-teman sebaya ( perilakunya

membuat anak-anak lainnya marah ) (7).

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan Skrining Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) pada anak pra

sekolah dengan ADHD :

Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini anak adanya Gangguan

Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke

atas. Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi

atau bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan

tenaga kesehatan, kader kesehatan, dan guru TK. Keluhan tersebut dapat

berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :

a. Anak tidak bisa duduk tenang

b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah

c. Perubahan suasana hati yang yang mendadak/impulsive

Page 14: makalah GPPH

14

Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan

Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale)

yaitu Formulir yang terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada

orangtua / pengasuh anak / guru TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan

pemeriksa.

Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :

a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu

perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan

kepada orangtua / pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut

menjawab.

b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan

pada formulir deteksi dini GPPH

c. Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak

berada,missal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dll. Setiap saat

dan ketika anak dengan siapa saja.

d. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama

dilakukan pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan

telah dijawab.

Interpretasi :

1. Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak

2. Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan

pada anak

3. Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak

4. Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak. Bila

nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.

Page 15: makalah GPPH

15

Intervensi :

1. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah

Sakit yang memiliki : fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang

anak untuk konsultasi lebih lanjut.

2. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan

pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan

kepada orang-orang terdekat dengan anak (orang tua,

pengasuh, nenek, guru,dsb).

pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak dengan ADHD antara

lain :

1. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid

atau hipotiroid yang memperberat masalah

2. Tes neurologi (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya

gangguan otak organik.

3. Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya

gangguan ansietas, mengidentifikasi bawaan, retardasi

borderline atau anak tidak mampu belajar dan mengkaji

responsivitas sosial dan perkembangan bahasa

4. Pemeriksaan diagnostik individual bergantung pada adanya

gejala fisik (misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas,

atau gejala alergi lain, infeksi SSP)

FORMULIR DETEKSI DINI GANGGUAN PEMUSATAN

PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH)

(Abbreviated Conners Ratting Scale)

Kegiatan yang diamati 0 1 2 3

1.Tidak kenal lelah, atau aktivitas yang

berlebihan

Page 16: makalah GPPH

16

2.Mudah menjadi gembira, impulsive

3.Menganggu anak-anak lain

4.Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah

dimulai, rentang perhatian pendek

5.Menggerak-gerakkan anggota badan atau

kepala secara terus-menerus

6.Kurang perhatian, mudah teralihkan

7.Permintaannya harus segera dipenuhi,

mudah menjadi frustasi

8.Sering dan mudah menangis

9.Suasana hatinya mudah berubah dengan

cepat dan drastic

10.Ledakkan kekesalan, tingkah laku

eksplosif dan tak terduga.

Jumlah :

Nilai total :

2.9 Pencegahan

a. Skrining DDTK pada ADHD

b. Perawatan saat hamil ( hindari obat – obatan dan alkoholik )

untuk orang tua

c. Asupan nutrisi yang seimbang

d. Berikan rutinitas yang terstruktur ( membantu anak untuk

mematuhi jadwal yang teratur )

Page 17: makalah GPPH

17

e. Manajemen perilaku (dapat mendorong anak untuk fokus pada

apa yang mereka lakukan )

2.10 Penatalaksanaan Medis dan Perawatan

A. Perawatan

Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada anak dengan

Attention Deficyt Hyperactivity Disorder (ADHD) antara lain :

1. Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain

dengan :

a. Hentikan perilaku yang tidak aman

b. Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat

diterima dan yang tidak dapat diterima

c. Berikan pengawasan yang ketat

2. Meningkatkan performa peran dengan cara :

a. Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan

b. Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang

dan bebas dari distraksi untuk menyelesaikan tugas)

3. Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :

a. Dapatkan perhatian penuh anak

b. Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil

c. Izinkan beristirahat

4. Mengatur rutinitas sehari-hari

a. Tetapkan jadwal sehari-hari

b. Minimalkan perubahan

5. Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga dengan

mendengarkan perasaan dan frustasi orang tua

6. Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami

ADHD

B. Pengobatan

Page 18: makalah GPPH

18

Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan

berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi perilaku,

pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping pendekatan yang

kontroversial antara lain melakukan diet khusus dan penggunaan obat-obatan serta

vitamin-vitamin tertentu (7).

Pengobatan yang dianjurkan utama adalah pemakaian psikostimulan pada

anak ADHD (first line treatment). Psikostimulan yang dianjurkan digunakan

adalah Methylphenidate (gold standard) Amphetamine (d amphetamine, d,l

amphetamine) Pemoline D amphetamine (Dexedrin) meningkatkan pengeluaran

dopamine dan norepinephrine dan sedikit serotonin. D amphetamine juga

memblokir reuptake DA & NE ke presynaps dan memblokir katabolisme DA &

NE oleh Monoamine oxidase (MAO). Hal ini menyebabkan penambahan

kosentrasi DA & NE di synapse (11,12)

Obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati ADHD antara lain :

1. Metilfenidat (Ritalin)

Dosis 10-60 mg/kgBB/hari dalam 2 – 4 dosis yang terbagi.

Intervensi keperawatan pantau supresi nafsu makan yang turun,

atau kelambatan pertumbuhan, berikan setelah makan, efek obat

lengkap dalam 2 hari.

2. Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall)

Dosis 3-40 mg/kgBB/hari dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi.

Intervensi keperawatan, pantau adanya insomnia, berikan setelah

makan untuk mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat

lengkap dalam 2 hari

3. Pemolin (Cylert)

Dosis 37,5-112,5 mg/kgBB/hari dalam satu dosis harian. Intervensi

keperawatan pantau peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu

Page 19: makalah GPPH

19

makan, dapat berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat

yang lengkap

Gambar 5. Psikostimulan ADHD (Stimulansia) (11,13)

2.10 Peran Orang Tua Pada Anak ADHD

1. Sedini mungkin membiasakan anaknya untuk hidup dalam

suatu aturan. Dengan menerapkan peraturan secara konsisten,

anak dapat belajar untuk mengendalikan emosinya.

2. Sedini mungkin memberikan kepercayaan dan tanggung jawab

terhadap apa yang seharusnya dapat dilakukan anak.

3. Kenali kondisi diri dan psikis anak. Dengan mengenali, orang

tua tak akan memberikan tekanan yang berlebihan, yang dapat

menyebabkan penolakan anak untuk melakukan apa yang

seharusnya ia lakukan.

4. Upayakan untuk menyediakan ruang belajar yang jauh dari

gangguan televisi, mainan atau kebisingan.

Page 20: makalah GPPH

20

5. Sedini mungkin melakukan monitoring dan evaluasi secara

berkelanjutan, dan konsisten terhadap terapi yang sedang

dijalankan oleh anak anda.

6. Biasakan anak untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk

tulisan atau gambar.

7. Aturlah pola makan anak, hindari makanan dan minuman

dengan kadar gula dan karbohidrat yang tinggi.

8. Ajaklah anak berekreasi ke tempat-tempat yang indah. Hal ini

akan membantu anak untuk berpikiran positif.

9. Ajaklah anak untuk berlatih menenangkan diri. Misalnya

dengan menarik nafas dalam-dalam dan keluarkan lewat mulut.

Latihan ini bisa dilakukan berulang- ulang. (1,2)

Page 21: makalah GPPH

21

DAFTAR PUSTAKA

[1]AmericanPsychologican.Association.ADHD.2013.https://apa.org/topics/adhd/

index.aspx. Di akses tanggal 18 november 2015

[2]American Psychiatric Association: Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorder (DSM IV) 4th Ed Washington DC, 2013, pp. 78-85. Di akses

tanggal 18 november 2015

[3] Aviva Yochman et al : CO-occurrence of Developmental Delays Among

Preschool Children with Attention Deficit Hyperactivity : Developmental

Medicine and Child Neurology; Jun 2009;48,6; pg. 483-488. Di akses

tanggal 18 november 2015

[4]. Carmen et al : Right Hemisphere Dysfunction in Subjects With Attention

Deficit Disorder With and Without Hyperactivity; Journal of Child

Neurology; Feb 2009; 12, 2; pg. 107-115 di akses tanggal 18 november

2015

[5] Doengoes, M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F. 2007. Rencana asuhan

keperawatan Psikiatri (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC

[6] Schachar R & Tannock R: Syndromes of Hyperactivity and Attention Deficit

Disorder in Child and Adolescent Psychiatry by Rutter M and Taylor E, 4th

Ed, Blackwell Science Ltd, USA, 2008, pp: 399-411. Di akses tanggal 18

november 2015

[7] Sadock BJ and Sadock VA: Attention Deficit Disorders, Synopsis of

Psychiatry 9th Ed, Lippincott Williams & Wilkins USA, 2008: pp 1223-

1230. Di akses tanggal 18 november 2015

Page 22: makalah GPPH

22

[8] Vassileva et al : Attention Deficit Hyperactivity Disorder in Neuropsychiatry,

by Sciffer RB et al, Second Edition, Lippincott Williams & Wilkins In,

Philadelphia, 2008;pg:605-630. Di akses tanggal 18 november 2015

[9] Akam, Jyothsna,et al. 2013.Prevalence of Attention Deficit Hyperactivity

Disorder in Primary School in Children.Department of Psychiatry.

Institute of Medical Science and Research : India. Di akses tanggal 18

november 2015

[10] Akinbami LJ, Liu X, Pastor PN, Reuben CA. Attention deficit hyperactivity

disorder among children aged 5-17 years in the United 2009;2:104–13.

[PMCID: PMC1525089] [PubMed: 16946911]) di akses tanggal 18

november 2015

[11] http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/features/key-findings-adhd72013.html. Di

akses tanggal 18 november 2015

[12]Faraone G W and Biederman J: Neurobiology of attention deficit

hyperactivity disorder in Neurobiology of Mental Illness by Charney DS

and Nestler EJ 2nd Ed, Oxford University Press, New York 2009, pp

979-993. Di akses tanggal 18 november 2015

[13] http://emedicine.medscape.2013.com/article/289350-workup#a0721 . di

akses tanggal 18 november 2015