MAKALAH gbs

35
TUGAS IMUNOSEROLOGI Sindroma Guillain-Barre (GBS) Disusun Oleh : 1. Frida Ayu Wulandari (P17434113012) 2. Luluk Nur Azizah (P17434113023) 3. Nani Septiani (P17434113025) 4. Niila Fitriani (P17434113027) Reguler A Semester V JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG i

description

guillai barre sindrom

Transcript of MAKALAH gbs

Page 1: MAKALAH  gbs

TUGAS IMUNOSEROLOGI

Sindroma Guillain-Barre (GBS)

Disusun Oleh :

1. Frida Ayu Wulandari (P17434113012)

2. Luluk Nur Azizah (P17434113023)

3. Nani Septiani (P17434113025)

4. Niila Fitriani (P17434113027)

Reguler A Semester V

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2015

i

Page 2: MAKALAH  gbs

KATA PENGANTAR

Puji syukur memanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

rahmat dan hidayahnya dapat menyelesaikan makalah tentang “Sindroma

Guillain-Barre (GBS)” .Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah

Imunoserologi.

Pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih yang kepada Dosen

Mata Kuliah atas bimbingannya. Kemudian kepada Orang tua kami yang telah

membantu baik moril maupun materi juga Rekan-rekan satu kelompok yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini  

Menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, baik

dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen

mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih

baik  di masa yang akan datang.

 

Semarang, 17 September 2015

Penyusun

ii

Page 3: MAKALAH  gbs

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A. Latar Belakang …………………………………………………………….......2

B. Rumusan masalah …………………………………………………………….2

C. Tujuan …………………………………………………………………….......2

D. Manfaat ………………………………………………………………………2

BAB II ISI ..........................................................................................................3

A. Pengertian Sindrom Guillain Barre ……………………………………3

B. Sifat Sindrom Guillain Barre ……………………………………………......3

C. Penyebab dan gejala Sindrom Guillain Barre ……………………………….4

D. Klasifikasi Sindrom Guillain Barre ……………………………………6

E. Fase perjalanan penyakit sindrom guillain barre ……………………...7

F. Patologi sindrom guillain barre ………………………………………..8

G. Pemeriksaan laboratorium dan diagnosa Sindrom Guillain Barre ……9

H. Pengobatan Sindrom Guillain Barre………………………………….12

BAB III PENUTUP.........................................................................................13

A. Kesimpulan……………………………………………………………13

B. Saran…………………………………………………………………..14

iii

Page 4: MAKALAH  gbs

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sindroma Guillain-Barre (GBS) atau disebut juga dengan radang

polineuropati demyelinasi akut (AIDP), poliradikuloneuritis idiopatik akut,

polyneuritis idiopatik akut, Polio Perancis, paralisis asendens Landry,

dan sindroma Landry Guillain Barre adalah suatu penyakit autoimun yang

menyerang sistem saraf perifer; dan biasanya dicetuskan oleh suatu proses infeksi

yang akut. GBS termasuk dalam kelompok penyakit neuropati perifer.

GBS tersebar diseluruh dunia terutama di negara–negara berkembang dan

merupakan penyebab tersering dari paralysis akut. Insiden banyak dijumpai pada

dewasa muda dan bisa meningkat pada kelompok umur 45-64 tahun. Lebih sering

dijumpai pada laki – laki dari pada perempuan. Puncak yang agak tinggi terjadi

pada kelompok usia 16-25 tahun, tetapi mungkin juga berkembang pada setiap

golongan usia. Sekitar setengah dari korban mempunyai penyakit febris ringan 2-

3 minggu sebelum awitan. Infeksi febris biasanya berasal dari pernapasan atau

gastrointestinal.

Angka kejadian penyakit ini berkisar 1,6 iga puluh persen% penderita ini

membutuhkan mesin bantu pernafasan untuk bertahan hidup, sementara 5%

pesampai 1,9/100.000 penduduk per tahun lebih dari 50% kasus biasanya

didahului dengan infeksi saluran nafas atas. Tnderita akan meninggal, meskipun

dirawat di ruang perawatan intensif. Sejumlah 80% penderita sembuh sempurna

atau hanya menderita gejala sisa ringan, berupa kelemahan ataupun sensasi

abnormal, seperti halnya kesemutan atau baal. Lima sampai sepuluh persen

mengalami masalah sensasi dan koordinasi yang lebih serius dan permanen,

sehingga menyebabkan disabilitas berat; 10% diantaranya beresiko mengalami

relaps.

1

Page 5: MAKALAH  gbs

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di atas, maka kami sebagai penulis

dapat merumuskan beberapa permasalahan yakni sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari Sindrom Guillain Barre ?

2. Apa saja sifat dari Sindrom Guillain Barre ?

3. Bagaimana gejala dan penyebab terjadinya Sindrom Guillain Barre ?

4. Bagaimana klasifikasi Sindrom Guillain Barre ?

5. Bagaimana fase perjalanan penyakit sindrom guillain barre?

6. Bagaimana patologi sindrom guillain barre ?

7. Bagaimana pemeriksaan laboratorium dan diagnosa Sindrom Guillain

Barre ?

8. Bagaimana cara pengobatan Sindrom Guillain Barre ?

C. Tujuan

Tujuan penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa mengetahui

pengertian Sindrom Guillain Bare, sifat, gejala dan penyebab, klasifikasi, fase

perjalanan penyakit, patofisiologi, cara pengobatan dan diagnosa Sindrom

Guillain Barre

D. Manfaat

Tulisan ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi baik

bagi tenaga kesehatan ataupun masyarakat umum mengenai Guillain Barre

Syndrome.

2

Page 6: MAKALAH  gbs

BAB II

ISI

A. Pengertian Guillain Barre Syndrome

Guillain-Barre Syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh kerusakan

saraf tepi. Guillain-Barre Syndrome dapat menyerang semua usia namun lebih

sering ditemukan pada usia 30 – 50 tahun. GBS atau Guillain Barre Syndrome

merupakan penyakit yang menyebabkan tubuh menjadi lemah kehilangan

kepekaan yang biasanya dapat sembuh sempurna dalam hitungan minggu, bulan

atau tahun.

Penyakit Guillain-Barre syndrome (GBS) atau biasa disebut juga Sindrom

Guillain Barre (SGB) atau radang polineuropati demyelinasi akut adalah

peradangan akut yang menyebabkan kerusakan sel saraf tanpa penyebab yang

jelas. Penyakit ini sangat langka, namun berakibat buruk bagi penderitanya.

GBS (Guillain Barre Syndrome) merupakan salah satu dari

penyakit autoimun. Pada kondisi normal, tubuh akan menghasilkan antibodi yang

berfungsi untuk melawan antigen atau zat yang merusak tubuh ketika tubuh

terinfeksi penyakit, virus, maupun bakteri. Namun pada kasus GBS, antibodi yang

seharusnya melindungi tubuh justru menyerang sistem saraf tepi dan

menyebabkan kerusakan pada sel saraf.  Kerusakan tersebut akan menyebabkan

kelumpuhan motorik dan gangguan sensibilitas penderita GBS. Jika kerusakan

terjadi sampai pangkal saraf maka dapat terjadi kelainan pada sumsum tulang

belakang.

B. Sifat Sindrom Guillain Barre

Sifat-sifat GBS:

1. Bisa terjangkit di semua tingkatan usia mulai dari anak-anak sampai

dewasa

2. jarang ditemukan pada manula

3

Page 7: MAKALAH  gbs

3. Lebih sering ditemukan pada kaum pria

4. Bukan penyakit turunan

5. tidak dapat menular lewat kelahiran, terinfeksi atau terjangkit dari orang

lain yang mengidap GBS

6. Namun, bisa timbul seminggu atau dua minggu setelah infeksi usus atau

tenggorokan.

C. Penyebab dan gejala Sindrom Guillain Barre

1. Penyebab Sindrom Guillain Barre

Pada kondisi normal, tubuh akan menghasilkan antibodi untuk

melawan antigen (zat yang merusak tubuh) ketika tubuh terinfeksi penyakit, virus,

atau bakteri. Pada kasus SGB, antibodi malah menyerang sistem saraf tepi dan

menyebabkan kerusakan sel saraf. Hal ini ditimbulkan karena antibodi merusak

selaput myelin yang menyelubungi sel saraf (demyelinasi). Kerusakan yang

ditimbulkan dimulai dari pangkal ke tepi atau dari atas ke bawah. Kerusakan

tersebut akan menyebabkan kelumpuhan motorik dan gangguan sensibilitas. Jika

kerusakan terjadi sampai pangkal saraf maka dapat terjadi kelainan pada sumsum

tulang belakang

Guillain Barre Syndrome timbul dari pembengkakan syaraf peripheral,

sehingga mengakibatkan tidak adanya pesan dari otak untuk melakukan gerakan

yang dapat diterima oleh otot yang terserang. Karena banyak syaraf yang

terserang termasuk syaraf immune sistem maka sistem kekebalan tubuh kita pun

akan kacau. Dengan tidak diperintahakan dia akan menngeluarkan cairan sistem

kekebalan tubuh ditempat-tempat yang tidak diinginkan. Dengan pengobatan

maka sistem kekebalan tubuh akan berhenti menyerang syaraf dan bekerja

sebagaimana mestinya.

2. Gejala Guillain Barre Syndrome

Guillain Barre Syndrome umumnya bergejala awal: rasa seperti ditusuk-

tusuk jarum diujung jari kaki atau tangan atau mati rasa di bagian tubuh tersebut.

4

Page 8: MAKALAH  gbs

Kaki terasa berat dan kaku atau mengeras, lengan terasa lemah dan telapak tangan

tidak bisa menggenggam erat atau memutar sesuatu dengan baik (buka kunci,

buka kaleng dll). Gejala-gejala awal ini bisa hilang dalam tempo waktu beberapa

minggu, penderita biasanya tidak merasa perlu perawatan atau susah

menjelaskannya pada tim dokter untuk meminta perawatan lebih lanjut karena

gejala-gejala akan hilang pada saat diperiksa. Gejala tahap berikutnya disaaat

mulai muncul kesulitan berarti, misalnya: kaki susah melangkah, lengan menjadi

sakit lemah, dan kemudian dokter menemukan syaraf refleks lengan telah hilang

fungsi.

Gejala-gejala yang dapat timbul pada penderita SGB adalah kehilangan

sensitivitas, seperti kesemutan, kebas (mati rasa), rasa terbakar, atau nyeri, dengan

pola persebaran yang tidak teratur dan dapat berubah-ubah. Kelumpuhan pada

pasien SGB biasanya terjadi dari bagian tubuh bawah ke atas atau dari luar ke

dalam secara bertahap, namun dalam waktu yang bervariasi. Penderita SGB parah,

kerusakan dapat berdampak pada paru-paru dan melemahkan otot-otot pernapasan

sehingga diperlukan ventilator untuk menjaga pasien agar tetap bertahan. Kondisi

penderita dapat bertambah parah karena kemungkin terjadi infeksi di dalam paru-

paru akibat berkurangnya kemampuan pertukaran gas dan kemampuan

membersihkan saluran pernapasan. Kematian umumnya terjadi karena kegagalan

pernapasan dan infeksi yang ditimbulkan

Gejala umum GBS:

Tak bisa merasakan refleks tangan dan kaki

Tekanan darah rendah

Mati rasa

Rasa terbakar

Lemah otot atau kelumpuhan:

Dalam kasus ringan, yang dialami hanya lemas

Bisa terjadi di tangan dan kaki berbarengan

5

Page 9: MAKALAH  gbs

Bisa memburuk dalam jangka waktu 24-72 jam

Bisa saja hanya menyerang saraf kepala

Bisa dimulai dari tangan lalu turun ke kaki atau sebaliknya

Gejala yang harus lebih diperhatikan:

Sulit bernapas

Tidak bisa menarik napas dalam-dalam

Sulit menelan

Terus menerus mengeluarkan air liur

Pada kasus lebih parah akan disertai :

Gangguan gerak bola mata

Gangguan bicara

Gangguan mengunjah dan menelan

Gangguan buang air besar dan buang air kecil

Gangguan pernafasan

Kondisi penderita GBS dapat bertambah parah karena kemungkin terjadi

infeksi di dalam paru-paru akibat berkurangnya kemampuan pertukaran gas dan

kemampuan membersihkan saluran pernapasan. Kematian dapat terjadi karena

kegagalan pernapasan dan infeksi yang ditimbulkan.

D. Klasifikasi Sindrom Guillain Barre

Sindrom Guillain-Barre digolongkan dalam beberapa bentuk. Berikut ini

adalah klasifikasi utamanya:

Demielinasi inflamasi akut polyradiculoneuropathy (AIDP), bentuk ini

adalah yang paling umum di beberapa negara seperti Amerika Serikat.

6

Page 10: MAKALAH  gbs

Tanda yang paling umum dari AIDP adalah kelemahan otot yang dimulai

di bagian bawah tubuh Anda dan menyebar ke atas.

Sindrom Miller Fisher (MFS), di mana kelumpuhan dimulai dari mata.

MFS juga berhubungan dengan kelemahan saat berjalan. MFS terjadi pada

sekitar 5% dari total penderita sindrom Guillain-Barre di Amerika Serikat,

namun lebih sering terjadi di kawasan Asia.

Neuropati Akson Motorik Akut (AMAN) dan Neuropati Akson

Motorik-Sensorik Akut (AMSAN), yang jumlahnya sangat jarang di Eropa

dan Amerika utara, biasanya lebih sering di terjadi di Cina, Jepang dan

Meksiko.

Pada kasus yang serius, Guillain-Barre Syndrome dapat disertai

komplikasi yang membahayakan, yaitu :

1. Kegagalan bernafas akibat kelumpuhan otot-otot pernafasan

2. Gangguan irama dan kegagalan fungsi jantung

3. Hipotensi

4. Kematian

E. Fase Perjalanan Penyakit Sindrom Guillain Barre

a. Fase progresif

Umumnya berlangsung 2-3 minggu, sejak timbulnya gejala awal sampai

gejala menetap, dikenal sebagai ‘titik nadir’. Pada fase ini akan timbul nyeri,

kelemahan progresif dan gangguan sensorik; derajat keparahan gejala bervariasi

tergantung seberapa berat serangan pada penderita. Kasus GBS yang ringan

mencapai nadir klinis pada waktu yang sama dengan GBS yang lebih berat. Terapi

secepatnya akan mempersingkat transisi menuju fase penyembuhan, dan

mengurangi resiko kerusakan fisik yang permanen. Terapi berfokus pada

pengurangan nyeri serta gejala.

7

Page 11: MAKALAH  gbs

b. Fase plateau. 

Fase infeksi akan diikuti oleh fase plateau yang stabil, dimana tidak

didapati baik perburukan ataupun perbaikan gejala. Serangan telah berhenti,

namun derajat kelemahan tetap ada sampai dimulai fase penyembuhan. Terapi

ditujukan terutama dalam memperbaiki fungsi yang hilang atau mempertahankan

fungsi yang masih ada. Perlu dilakukan monitoring tekanan darah, irama jantung,

pernafasan, nutrisi, keseimbangan cairan, serta status generalis. Imunoterapi dapat

dimulai di fase ini. Penderita umumnya sangat lemah dan membutuhkan istirahat,

perawatan khusus, serta fisioterapi. Pada pasien biasanya didapati nyeri hebat

akibat saraf yang meradang serta kekakuan otot dan sendi; namun nyeri ini akan

hilang begitu proses penyembuhan dimulai. Lama fase ini tidak dapat

diprediksikan; beberapa pasien langsung mencapai fase penyembuhan setelah fase

infeksi, sementara pasien lain mungkin bertahan di fase plateau selama beberapa

bulan, sebelum dimulainya fase penyembuhan.

c. Fase penyembuhan 

Akhirnya, fase penyembuhan yang ditunggu terjadi, dengan perbaikan dan

penyembuhan spontan. Sistem imun berhenti memproduksi antibody yang

menghancurkan myelin, dan gejala berangsur-angsur menghilang, penyembuhan

saraf mulai terjadi. Terapi pada fase ini ditujukan terutama pada terapi fisik,

untuk membentuk otot pasien dan mendapatkan kekuatan dan pergerakan otot

yang normal, serta mengajarkan penderita untuk menggunakan otot-ototnya

secara optimal. Kadang masih didapati nyeri, yang berasal dari sel-sel saraf yang

beregenerasi. Lama fase ini juga bervariasi, dan dapat muncul relaps.

Kebanyakan penderita mampu bekerja kembali dalam 3-6 bulan, namun pasien

lainnya tetap menunjukkan gejala ringan samapi waktu yang lama setelah

penyembuhan. Derajat penyembuhan tergantung dari derajat kerusakan saraf

yang terjadi pada fase infeksi.

F. Patologi Sindrom Guillain Barre

8

Page 12: MAKALAH  gbs

Pada pemeriksaan makroskopis tidak tampak jelas gambaran

pembengkakan saraf tepi.Dengan mikroskop sinar tampak perubahan pada saraf

tepi. Perubahan pertama berupa edemayang terjadi pada hari ketiga atau keempat,

kemudian timbul pembengkakan dan iregularitasselubung mielin pada hari

kelima, terlihat beberapa limfosit pada hari kesembilan danmakrofag pada hari

kesebelas, poliferasi sel schwan pada hari ketigabelas. Perubahan padamielin,

akson, dan selubung schwan berjalan secara progresif, sehingga pada

harikeenampuluh enam, sebagian radiks dan saraf tepi telah hancur. Kerusakan

mielindisebabkan makrofag yang menembus membran basalis dan melepaskan

selubung mielin darisel schwan dan akson

G. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnosa

Pemeriksaan laboratorium :a. Cairan serebrospinal (CSS)

Yang paling khas adalah adanya disosiasi sitoalbuminik, yakni

meningkatnya jumlah protein (100-1000 mg/dL) tanpa disertai adanya pleositosis

(peningkatan hitung sel). Pada kebanyakan kasus, di hari pertama jumlah total

protein CSS normal; setelah beberapa hari, jumlah protein mulai naik, bahkan

lebih kanjut di saat gejala klinis mulai stabil, jumlah protein CSS tetap naik dan

menjadi sangat tinggi. Puncaknya pada 4-6 minggu setelah onset. Derajat penyakit

tidak berhubungan dengan naiknya protein dalam CSS. Hitung jenis umumnya di

bawah 10 leukosit mononuclear/mm

b. Pemeriksaan kecepatan hantar saraf (KHS) dan elektromiografi (EMG) 

Manifestasi elektrofisiologis yang khas dari GBS terjadi akibat

demyelinasi saraf, antara lain prolongasi masa laten motorik distal (menandai

blok konduksi distal) dan prolongasi atau absennya respon gelombang F (tanda

keterlibatan bagian proksimal saraf), blok hantar saraf motorik, serta

berkurangnya KHS. Pada 90% kasus GBS yang telah terdiagnosis, KHS kurang

dari 60% normal.

9

Page 13: MAKALAH  gbs

EMG menunjukkan berkurangnya rekruitmen motor unit Dapat pula

dijumpai degenerasi aksonal dengan potensial fibrilasi 2-4 minggu setelah onset

gejala, sehingga ampilitudo CMAP dan SNAP kurang dari normal. Derajat

hilangnya aksonal ini telah terbukti berhubungan dengan tingkat mortalitas yang

tinggi serta disabilitas jangka panjang pada pasien GBS, akibat fase penyembuhan

yang lambat dan tidak sempurna. Sekitar 10% penderita menunjukkan

penyembuhan yang tidak sempurna, dengan periode penyembuhan yang lebih

panjang (lebih dari 3 minggu) serta berkurangnya KHS dan denervasi EMG.

c. Pemeriksaan darah 

Pada darah tepi, didapati leukositosis polimorfonuklear sedang dengan

pergeseran ke bentuk yang imatur, limfosit cenderung rendah selama fase awal

dan fase aktif penyakit. Pada fase lanjut, dapat terjadi limfositosis; eosinofilia

jarang ditemui. Laju endap darah dapat meningkat sedikit atau normal, sementara

anemia bukanlah salah satu gejala.

Dapat dijumpai respon hipersensitivitas antibodi tipe lambat, dengan peningkatan

immunoglobulin IgG, IgA, dan IgM, akibat demyelinasi saraf pada kultur

jaringan. Abnormalitas fungsi hati terdapat pada kurang dari 10% kasus,

menunjukkan adanya hepatitis viral yang akut atau sedang berlangsung;

umumnya jarang karena virus hepatitis itu sendiri, namun akibat infeksi CMV

ataupun EBV.

d. Elektrokardiografi (EKG)

Menunjukkan adanya perubahan gelombang Tserta sinus

takikardia. Gelombang T akan mendatar atau inverted pada leadlateral.

Peningkatan voltase QRS kadang dijumpai, namun tidak sering.

e. Tes fungsi respirasi (pengukuran kapasitas vital paru)

Tes fungsi respirasi (pengukuran kapasitas vital paru) akan menunjukkan

adanya insufisiensi respiratorik yang sedang berjalan (impending).

f. Pemeriksaan patologi anatomi

10

Page 14: MAKALAH  gbs

Umumnya didapati pola dan bentuk yang relatif konsisten; yakni adanya

infiltrat limfositik mononuklear perivaskuler serta demyelinasi multifokal. Pada

fase lanjut, infiltrasi sel-sel radang dan demyelinasi ini akan muncul bersama

dengan demyelinasi segmental dan degenerasi wallerian dalam berbagai derajat

Saraf perifer dapat terkena pada semua tingkat, mulai dari akar hingga ujung saraf

motorik intramuskuler, meskipun lesi yang terberat bila terjadi pada ventral root,

saraf spinal proksimal, dan saraf kranial. Infiltrat sel-sel radang (limfosit dan sel

mononuclear lainnya) juga didapati pada pembuluh limfe, hati, limpa, jantung,

dan organ lainnya.

Diagnosis GBS umumnya ditentukan oleh adanya kriteria klinis dan

beberapa temuan klinis yang didukung oleh pemeriksaan elektrofisiologis dan

cairan serebrospinal (CSS),

 Kriteria Diagnostik untuk Sindroma Guillain-Barre

Temuan yang dibutuhkan untuk diagnosis

Kelemahan progresif kedua anggota gerak atau lebih

Arefleksia

Temuan klinis yang mendukung diagnosis :

Gejala atau tanda sensorik ringan

Keterlibatan saraf kranialis (bifacial palsies)  atau saraf kranial lainnya

Penyembuhan dimulai 2-4 minggu setelah progresivitas berhenti

Disfungsi otonom

Tidak adanya demam saat onset

Progresivitas dalam beberapa hari hingga 4 minggu

Adanya tanda yang relatif simetris

Temuan laboratorium yang mendukung diagnosis:

Peningkatan protein dalam CSS dengan jumlah sel <10 sel/μl

Temuan elektrofisiologis mengenai adanya demyelinasi: melambatnya

atau terbloknya hantaran saraf

11

Page 15: MAKALAH  gbs

H. Pengobatan 1. Terapi Suportif (Umum)

a. Monitor respirasi, bila perlu lakukan trakeostomi

b. Pasang NGT

c. Monitor EKG

d. Fisioterapi aktif menjelang masa penyembuhan untuk mengembalikan

fungsi alat gerak, menjaga fleksibilitas otot, berjalan dan

keseimbangan

e. Fisioterapi pasif setelah terjadi masa penyembuhan untuk

memulihkan kekuatan otot.

2. Terapi Simptomatis (Khusus)

a. Plasmaphoresis

Pertukaran plasma yang ditujukan untuk membuang antibodi

yang rusak. Tindakan ini dipercaya dapat membebaskan plasma darah

dari antibodi yang rusak yang menyerang sistem saraf tepi.

b. Imunoglobulin intravena

Immunoglobulin donor mengandung antibodi yang sehat.

Dosis tinggi dapat mengurangi jumlah antibodi yang sudah rusak.

c. Kortikosteroid

Belum terbukti manfaatnya. Interferon β pernah dilaporkan

pada beberapa kasus tetapi efisiensi dan efikasinya belum teruji secara

klinis.

12

Page 16: MAKALAH  gbs

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Guillain Barre syndrome ( GBS ) adalah suatu kelainan sistem kekebalan

tubuh manusia yang menyerang bagian dari susunan saraf tepi dirinya sendiri

dengankarekterisasi berupa kelemahan atau arefleksia dari saraf motorik yang

sifatnyaprogresif. Kelainan ini kadang kadang juga menyerang saraf sensoris,

otonom,maupun susunan saraf pusat. SGB merupakan Polineuropati akut, bersifat

simetris dan ascenden, yang biasanya terjadi 1 – 3minggu dan kadang sampai 8

minggu setelah suatu infeksi akut.

Pada Sindrom ini sering dijumpai adanya kelemahan yang cepat atau bisa

terjadi paralysis dari tungkai atas, tungkai bawah, otot-otot pernafasan dan wajah.

Sindrom ini dapatterjadi pada segala umur dan tidak bersifat herediter dan dikenal

sebagai Landry’s Paralisisascending. Pertama dideskripsikan oleh Landry, 1859

menyebutnya sebagai suatu penyakitakut, ascending dan paralysis motorik dengan

gagal napas.

Gejala klinis SGB berupa kelemahan, gangguan saraf kranial, perubahan

sensorik, nyeri, perubahan otonom, gangguan pernafasan. Sampai saat ini belum

ada pengobatan spesifik untuk SGB, pengobatan terutama secara simptomatis.

Tujuan utama penatalaksanaan adalah mengurangi gejala, mengobati komplikasi,

mempercepat penyembuhan dan memperbaiki prognosisnya. Penderita pada

stadium awal perlu dirawat di rumah sakit untuk terusdilakukan observasi tanda-

tanda vital. Penderita dengan gejala berat harus segera di rawat dirumah sakit

untuk memdapatkan bantuan pernafasan, pengobatan dan fisioterapi

13

Page 17: MAKALAH  gbs

Pemeriksaan penunjang untuk Sindroma Guillain-Barre adalah

pemeriksaan LCS, EMGdan MRI. Penyakit ini memiliki prognosis yang baik.

Komplikasi yang dapat menyebabkankematian adalah gagal nafas dan aritmia.

B. SARAN

1. Untuk menghindari sindroma Guillain Barre sebaiknya masyarakat

melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat agar terhindar dari bakteri

atau virus penyebab GBS

2. Apabila terjadi gejala-gejala Sindroma Guillain Barre sebaiknya sesegera

mungkin memeriksakan diri ke dokter atau pusat kesehatan terdekat.

14

Page 18: MAKALAH  gbs

DAFTAR PUSTAKA

http://ariefardiasnyah.blogspot.co.id/2011/03/guillain-barre-syndrome-gbs.html

https://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/12/14/guillain-barre-syndrome-

gbs-patofisiologi-manifestasi-klinis-dan-diagnosis/

http://mars-fkmuh.blogspot.co.id/2012/12/guillain-barre-syndrome.html

http://www.sridianti.com/mengenal-sistem-saraf-perifer.html

http://gosehat.com/sindrom-guillain-barre

15

Page 19: MAKALAH  gbs

LAMPIRAN

1. KELOMPOK 1 (TITIK)

Pertanyaan:

Pada GBS, apakah gejala mati rasa terjadi pada bagian tertentu saja

atau bisa bagian lain?

Jawaban :

Pada awal gejala Guillain Barre Syndrome umumnya terjadi mati rasa

atau rasa seperti ditusuk-tusuk jarum diujung jari kaki atau tangan atau di

bagian tubuh tersebut dengan gejala lebih lanjut kaki terasa berat dan kaku

atau mengeras, lengan terasa lemah dan telapak tangan tidak bisa

menggenggam erat atau memutar sesuatu dengan baik sampai akhirnya telah

hilang fungsi. Gejala mati rasa pada Guillain Barre Syndrome memiliki pola

persebaran yang tidak teratur dan dapat berubah-ubah karena pada dasarnya

penyakit autoimun ini menyerang sistem saraf perifer. Biasanya mati rasa atau

kelumpuhan pada pasien SGB terjadi dari bagian tubuh bawah ke atas atau

dari luar ke dalam secara bertahap. Tidak hanya menyerang bagian tangan dan

kaki saja, pada penderita SGB parah, kerusakan dapat berdampak pada paru-

paru dan melemahkan otot-otot pernapasan yang dapat menimbulkan

kegagalan pernapasan

2. KELOMPOK 2 (INTAN)

Pertanyaan:

Kapan pemeriksaan laboratorium dilakukan? Apakah bisa dideteksi sedini

mungkin?

Jawaban :

16

Page 20: MAKALAH  gbs

Pemeriksaan laboratorium dilaksanakan setelah gejala mulai terlihat 4-6

minggu setelah merasakan adanya gangguan saraf

3. KELOMPOK 4 (Halumma)

Pertanyaan:

Bagaimana gambaran hasil pemeriksaan imun dan hematologi pada sindrom

Guillain Barre ?

Jawaban :

Hasil pemeriksaan imun pada sindrom Guillain Barre dapat dijumpai

respon hipersensitivitas antibodi tipe lambat, dengan peningkatan

immunoglobulin IgG, IgA, dan IgM, akibat demyelinasi saraf pada kultur

jaringan.

Pemeriksaan hematologi : Pada darah tepi, didapati leukositosis

polimorfonuklear sedang dengan pergeseran ke bentuk yang imatur, limfosit

cenderung rendah selama fase awal dan fase aktif penyakit. Pada fase lanjut,

dapat terjadi limfositosis; eosinofilia jarang ditemui. Laju endap darah dapat

meningkat sedikit atau normal, sementara anemia bukanlah salah satu gejala.

4. KELOMPOK 4 (Nursita)

a. Pertanyaaan:

Pada MFS, gejala kelumpuhan yang seperti apa yang terjadi pada mata?

Jawaban :

Pada Fisher syndrome (MFS) umumnya mengenai otot-otot okuler

pertama kali dan terdapat trias gejala, yakni oftalmoplegia, ataksia, dan

arefleksia.

Oftalmoplegia adalah kerusakan pada gerakan mata horizontal yang

disebabkan oleh kerusakan hubungan tertentu antara pusat saraf di batang

otak.

Ataksia adalah kegagalan koordinasi otot, ketidakmampuan

mengkoordinasi gerakan otot. Kondisi ini biasanya terkait dengan gangguan di

otak kecil, bagian otak yang mengatur koordinasi dan keseimbangan.

Arefleksia adalah hilangnya refleks tendo yang biasanya menyeluruh

17

Page 21: MAKALAH  gbs

b. Pertanyaan:

Pemeriksaan hematologi merupakan pemeriksaan penunjang atau utama?

Jawaban :

Penunjang.

5. KELOMPOK 4 (Umi Rosyida)

Pertanyaan:

Virus/bakteri apa yang menyebabkan GBS? Bagian mana yang

diserang terlebih dahulu? Bagaimana cara pencegahannya?

Jawaban:

Penyebab penyakit GBS yang pasti sampai saat ini belum diketahui.

Tetapi pada banyak kasus sering disebabkan oleh infeksi viral. Virus yang

paling sering menyebabkan penyakit ini adalah Cytomegalovirus (CMV),

HIV, Measles dan Herpes Simplex Virus. Sedangkan untuk penyebab bakteri

paling sering oleh Campylobacter jejuni.

Pencegahannya bisa dilakukan dengan menjaga daya tahan tubuh.

Pastikan kita mengkonsumsi makanan-makanan yang dibutuhkan tubuh,

seperti protein hewani (daging dan ikan), selalu menjaga kebersihan tubuh

dengan mandi dan mencuci tangan sebelum makan untuk menghindari infeksi

kuman, virus, atau bakteri yang menyebabkan diare.

6. KELOMPOK 5 (Safira)

a. Pertanyaan:

Pada GBS (penyakit autoimun), mengapa pada pemeriksaan

laboratorium jumlah leukosit normal padahal antibodi menyerang selnya

sendiri? Bagaimana cara mendeteksi dini dari penyakit ini?

Jawaban:

Pada darah tepi, didapati leukositosis polimorfonuklear sedang dengan

pergeseran ke bentuk yang imatur, limfosit cenderung rendah selama fase awal

dan fase aktif penyakit. Pada fase lanjut, dapat terjadi limfositosis; eosinofilia

jarang ditemui. Laju endap darah dapat meningkat sedikit atau normal,

sementara anemia bukanlah salah satu gejala.

18

Page 22: MAKALAH  gbs

b. Pertanyaan:

Apakah semua pemeriksaan dilakukan semua atau hanya salah satu?

Apakah ada pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk diagnosa penyakit ini?

Jawaban:

Diagnosis GBS biasanya ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis

dan pemeriksaan penunjang. Semua pemeriksaan dilakukan untuk membantu

menegakkan diagnosa dokter.

7. KELOMPOK 6 (An nisa)

Pertanyaan:

Pada AMAN, mengapa lebih sering terjadi di Cina?

Jawaban:

Saat ini, epidemi penyakit yang menyerupai GBS ditemukan setiap

tahun di beberapa daerah di Cina Utara, terutama terjadi pada musim panas.

Epidemi ini berhubungan dengan infeksi Campylobacter jejuni,  dan banyak

ditemukan antibodi antiglikolipid pada pasien.

Karena penyakit ini banyak menyebabkan degenerasi akson motorik

perifer tanpa banyaknya inflamasi, sindrom ini disebut Acute Motor Axonal

Neuropathy (AMAN) 2. AMAN terdapat pada <10% dari pasien dengan GBS

di negara Barat dan >40% di negara Cina dan Jepang. Saat ini riset sedang

mengkonsentrasikan pada antibodi anti-gangliosid yang terdapat pada

strain Campylobacter jejuni. Antibodi ini menyerang gangliosid normal yang

berada pada jaringan saraf perifer.

8. KELOMPOK 7 (Ida Purwanti)

Pertanyaan:

Apa yang dimaksud pasang NGT dan bagaimana efeknya?

Jawaban:

NGT (Nasogastric tube), alat ini adalah alat yang digunakan untuk

memasukkan nutsrisi cair dengan selang plasitic yang dipasang melalui

hidung sampai lambung.

Efek dapat terjadi akibat trauma mekanik selama proses awal pemasangan

NGT maupun penempatan yang tidak tepat antara lain :

• Distres nafas pada pemasangan awal NGT

19

Page 23: MAKALAH  gbs

• Pasien merasa tidak nyaman

• Epistaksis masif dapat menyebabkan gangguan jalan nafas

• Trauma pada mukosa terjadi akibat terlalu memaksakan mendorong pipa

saat terdapat tahanan

• Pneumonia aspirasi terjadi akibat aspirasi isi lambung saat pasien muntah

• Pneumonitis terjadi akibat pemberian makanan atau obat melalui pipa

yang posisi atau letaknya setinggi trakhea

• Hipoksemia terjadi akibat obstruksi saluran nafas karena penempatan NGT

kurang tepat

• Pneumothorak dapat terjadi akibat injuri polmoner setelah pemasangan

NGT

• Bila pemasangan dalam jangka panjang bisa menyebabkan erosi mukosa

hidung, sinusitis, esofagitis, esofagotrakeal fistula, ulkus lambung, infeksi

paru dan infeksi mulut.

9. KELOMPOK 8 (DINI)

Pertanyaan:

Apa yang dimaksud insufisiensi respiratorik?

Jawaban:

Insufisiensi respiratorik adalah ketidakmampuan otot pernafasan untuk

menjalankan fungsinya secara memadai.

10. KELOMPOK 9 (NUR ALIMAH)

Pertanyaan:

Apakah terapi dilakukan berdasarkan fase perjalanan penyakit? Mohon

penjelasannya.

Jawaban:

Ya, terapi dilakukan berdasarkan fase perjalanan penyakitnya.

Misalnya : pada fase pertama, otot penderita GBS biasanya tidak mampu

menggerakkan LGS (luas gerak sendi) secara penuh; sehingga fisioterapis

perlu membantu penderita dalam menggerakkan sendi sesuai dengan luas

gerak sendi yang normal, atau paling sedikit sampai lingkup sendi yang

fungsional

11. KELOMPOK 10 (Lailanihaya)

20

Page 24: MAKALAH  gbs

Pertanyaan:

Apa yang dimaksud disritmia dan relaps?

Jawaban:

• Distrimia adalah gangguan pembentukan dan / atau penghantaran

impuls.

• Relaps (kambuh) adalah munculnya kembali penyakit setelah periode

bebas penyakit.

12. KELOMPOK 10 (kudriyati)

Pertanyaan:

Mengapa terjadi tekanan darah rendah pada penderita GBS dan kenapa

bisa memproduksi air liur terus menerus?

Jawaban:

Karena di tubuh penderita GBS terjadi gangguan fungsi otonom dapat

mengakibatkan timbulnya hipotensi atau hipertensi yang mendadak serta

gangguan irama jantung. Sekresi air liur berada di bawah kontrol saraf otonom

sehingga sudah pasti ikut mengalami gangguan.

13. BU NURUL

Pertanyaan:

Bagaimana mekanisme terjadinya insufisiensi respiratorik pada penderita

GBS?

Jawaban:

Gangguan motorik pada GBS diawali dengan kelemahan otot bagian

bawah. Kemudian secara bertahap naik hingga ke otot bagian atas. Bila otot-

otot pernafasan terganggu, akan terjadi kelemahan dalam bernafas. Penderita

merasa nafasnya berat. 

Sebagai akibat dari gangguan motorik dan sistem saraf otonomik,

terjadi gangguan kardiopulmonari. Berawal dari nafas berat, oleh karena

kelemahan otot pernafasan (baik otot intercostal maupun diafragma), hingga

gangguan ritmik oleh karena gangguan saraf otonomik. Akibatnya fungsi paru

menjadi terganggu. Paru tidak bisa mengembang secara maksimal akibatnya

kapasitas vital menurun, dan bisa menimbulkan atelektasis. Bila kondisi ini

berlanjut, bisa terjadi infeksi paru, pneumonia, yang akan memperburuk

21

Page 25: MAKALAH  gbs

kondisi. Ditambah kenyataannya pasien dalam kondisi seperti di atas biasanya

hanya terbaring, posisi yang hanya akan menurunkan fungsi paru (Pryor &

Webber 1998)

22