MAKALAH FARMAKOLOGI 2
Transcript of MAKALAH FARMAKOLOGI 2
MAKALAH FARMAKOLOGI
TENTANG OBAT ANASTESI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 KELAS B
1. TYAS YESIANA DWI S. (1114057)2. SEPTINA EKA T. (1114058)3. OFIT LIA AGUSTIN (1114059)4. NURUL LUTFITANINGRUM (1114060)5. RISCA NOFITA SARI (1114061)6. SINDYA MELISTARI JANUAR (1114062)7. CYNTIA DEVI PANGESTIKA (1114063)8. YAYANG VIRGIA W. S. (1114064)9. ANITA ANDRIYANI (1114065)10. SILVIA RIZKI SYAHPUTRI (1114066)11. PUPUT PUJI LESTARI (1114067)12. DWI MAELANI (1114068)13. RISKA LISTIYANI (1114069)14. SITI SOLIKHAH (1114070)15. KAROLINA YUNITA K.A.W. (1114071)16. UTIN MULIANISA A. (1114072)17. RIZKI AWALUNISA H. (1114073)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANIYOGYAKARTAT.A. 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
kasih dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini
membahas secara khusus mengenai isi dari Millennium Development Goals
(MDGs) di bidang kesehatan. Tidak lupa penyusun mengucapkan banyak terima
kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
Tak lupa kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan
dalam penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa manusia tidak ada yang
sempurna oleh karena itu kami mengharapkan kebesaran hati dari para pembaca
dengan memberikan kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Yogyakarta, September 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi obat anatesi................................................................................
B. Macam-macam........................................................................................
C. Syarat penggunaan..................................................................................
D. Indikasi....................................................................................................
E. Cara kerja................................................................................................
F. Dosis yang digunakan.............................................................................
G. Efek samping dan cara mengatasi...........................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anestesi adalah suatu tindakan menahan rasa sakit ketika meelakukan pem
bedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada
tubuh.Istilah anestesi pertama kali di gunakan pertama kali oleh Oliver We
ndel Holmes Sr pada tahun1846.
Ada beberapa anestesi yang menyebabkan hilangnya kesadaran sedangkan
jenis yang lain hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan
pemakaianya tetap sadar. Dan pembiusan lokal adalah suatu jenis anestesi
yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabka
n manusia kehilangan kesadaran. Obat bius ini bila di gunakan dalam opra
si tidak membuat lama waktu penyembuhkan oprasi. Anestesi hanya di lak
ukan oleh dokter spesialis anestesi atau anestesiologis. Dokter spesialis an
estesiologis selama pembedahan berperan memantau tanda-tanda vital pasi
en karena sewaktu-waktu dapat terjadi perubahan yang memerlukan penan
ganan secepatnya.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu mata kuli
ah untuk tugas yang diberikan oleh pembimbing mata kuliah.
C. Manfaat Penulisan
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan hal-hal yang berhub
ungan dengan anestesis.komponen-komponen dan cara penggunaan dalam
bidang kesehatan serta menerapkan tujuan dari penulisan makalah sebagai
acuan dalam memberikan pelayanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian obat anastesi
Anestesi adalah setiap zat yang digunakan untuk tujuan menghilangkan sensasi nyeri baik di seluruh tubuh ketika tidak sadar (anestesi umum) atau beberapa bagian dari tubuh ketika terjaga (bius lokal). Obat anastesi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:1. Anestesi umum
Anastesi umum adalah jenis anestesi (obat yang menyebabkan hilangnya sensasi). Hal ini digunakan untuk menghilangkan rasa sakit selama prosedur pembedahan. Anestesi umum benar-benar membuat kehilangan kesadaran sehingga operasi dapat dilakukan tanpa menyebabkan rasa sakit atau tertekan.
2. Anestesi lokal Penggunaan zat kimia mencegah transmisi impuls saraf dengan
mengikat saluran natrium dan dengan demikian zat ini segera menghalangi sementara ion natrium melalui membran sel. Ia bertindak secara lokal dan tanpa kehilangan kesadaran. anestesi ini dapat berupa ester-linked (benoxinate misalnya, kokain, oxybuprocaine hidroklorida (benoxinate), hidroklorida proxymetacaine, dan hidroklorida tetrakain) atau amida-linked (bupivakain misalnya, lidokain hidroklorida dan prokain). Jenis ester diterapkan terutama topikal sedangkan jenis amida biasanya diberikan melalui suntikan.
B. Macam-macam obat anastesi
Macam-macam obat bius yang digunakan dalam anestesi saat ini seperti:1. Thiopental (pertama kali digunakan pada tahun 1934)2. Benzodiazepine Intravena3. Propofol (2,6-di-isopropyl-phenol)4. Etomidate (suatu derifat imidazole)5. Ketamine (suatu derifat piperidine, dikenal juga sebagai ‘Debu
Malaikat’/’PCP’ (phencyclidine)6. Halothane (d 1951 Charles W. Suckling, 1956 James Raventos)7. Enflurane (d 1963 u 1972), isoflurane (d 1965 u 1971), desflurane,
sevoflurane8. Opioid-opioid sintetik baru – fentanyl (d 1960 Paul Janssen), alfentanil,
sufentanil (1981), remifentanil, meperidine9. Neurosteroid
C. Syarat penggunaan obat anastesi
1. Syarat Ideal Anestesi UmumSyarat Ideal anastesi umum yaitu:a. Memberi induksi yang halus dan cepat.b. Timbul situasi pasien tak sadar / tak beresponsc. Timbulkan keadaan amnesia d. Timbulkan relaksasi otot skeletal, tapi bukan otot pernafasan.e. Hambat persepsi rangsang sensorik sehingga timbul analgesia yang cukup untuk tempat operasi.f. Berikan keadaan pemulihan yang halus cepat dan tak timbulkan ESO yang berlangsung lama
2.Syarat Ideal Anestesi LokalSyarat-syarat ideal anestesi lokal yaitu:
a. Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanenb. Batas keamanan harus lebarc. Tidak boleh menimbulkan perubahan fungsi dari syaraf secara permanen.d. Tidak menimbulkan alergi.e. Harus netral dan bening.f. Toksisitas harus sekecil mungkin.g. Reaksi terjadinya hilang rasa sakiit setempat harus cepat.h. Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu yang yang cukup lama i. Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga stabil terhadap pemanasan.
D. Indikasi penggunaan obat anastesi
Indikasi anastesi lokal :1. Tindakan pembedahan yang menyebabkan nyeri seperti pencabutan
gigi, gingivektomi, bedah peridontal, pulpektomi, poulpotomi, alveloplasty, bonegrafting, implant gigi, gingvoplasti, perawatan fraktur rahang, pengembalian gigiavulse, removal tumor dan kista.
2. Mengurangi rasa nyeri saat penetrasi jarum pada mukosa mulut (untuk anestesitopical)
3. Insisi abses4. Pasien yang sangat sensitive mencetak rahang5. Mengurangi nyeri pasca oprasi
Indikasi anestesi umum :
1. Infant & anak usia muda2. Dewasa yang memilih anestesi umum3. Pembedahannya luas / eskstensif4. Penderita sakit mental5. Pembedahan lama6. Pembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis atau tidak memuaskan7. Riwayat penderita tksik / alergi obat anestesi lokal8. Penderita dengan pengobatan antikoagulantia
E. Cara kerja obat anastesi pada tubuh1. Anastesi lokal
Anestesik lokal bekerja bila disuntikkan kedalam akson saraf. Anestesi lokal melakukan penetrasi kedalam akson dalm bentuk basa larut lemak. Anestesi lokal bersifat tergantung pemakaian artinya derajat blok porsional terhadap stimulasi saraf. Hal ini menunjukkan bahwa makin banyak molekul obat memasuki kanal Na+ ketika kanal-kanal terbuka menyebabkan lebih banyak inaktivasi. Anestesi lokal menekan jaringan lain seperti miokard bila konsentrasinya dalam darah cukup tinggi namun efek sistemik utamanya mencakup sistem saraf pusat. Adapun mekanisme kerja obat anastesi lokal, meliputi :
a. Cegah konduksi dan timbulnya impuls sarafb. Tempat kerja terutama di membran selc. Hambat permeabilitas membran ion Na+ akibat depolarisasi
menjadikan ambang rangsang membran meningkatd. Eksitabilitas & kelancaran hambatan terhambate. Berikatan dg reseptor yg tdpt p d ion kanal Na, terjadi blokade
sehingga hambat gerak ion via membrane
2. Anestesi inhalasi
Bekerja secara spontan menekan dan membangkitkan aktivitas
neuron berbagai area di dalam otak. Sebagai anestesi inhalasi digunakan
gas dan cairan terbang yang masing-masing sangat berbeda dalam
kecepatan induksi, aktivitas, sifat melemaskan otot maupun
menghilangkan rasa sakit. Untuk mendapatkan reaksi yang secepat-
cepatnya, obat ini pada permulaan harus diberikan dalam dosis tinggi,
yang kemudian diturunkan sampai hanya sekadar memelihara
keseimbangan antara pemberian dan pengeluaran. Keuntungan anestesi
inhalasi dibandingkan dengan anestesi intravena adalah kemungkinan
untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman anestesi dengan mengurangi
konsentrasi dari gas / uap yang diinhalasi.
3. Anestesi intravena
Obat-obat intravena seperti thiopental, etomidate, dan propofol
mempunyai mula kerja anestetis yang lebih cepat dibandingkan terhadap
senyawa gas inhalasi yang terbaru, misalnya desflurane dan sevoflurane.
Senyawa intravena ini umumnya digunakan untuk induksi anestesi.
Kecepatan pemulihan pada sebagian besar senyawa intravena juga sangat
cepat.
F. Dosis yang digunakan
1. Magnesium sulfatInisial: 4-6 g.IV bolus dalam 15-20 menit apabila kejang timbul setelah pemberian bolus, dapat ditambahkan 2 g.IV dalam 3-5 menit. Kurang lebih 10-15% pasien mengalami kejang lagi setelah pemberian loading dosis.Dosis rumatan: 2-4 g./jam IV per drip. Bila kadar magnesium > 10 mg/dl dalam waktu 4 jam setelah pemberian per bolus maka dosis rumatan dapat diturunkan.
2. FenotininDosis awal: 10 mg/kg bb. IV per drip dengan kecepatan < 50 mg/min, diikuti dengan dosis rumatan 5 mg/kg bb. 2 jam kemudian
3. DiazepamDosis : 5 mg IV
4. HidralazinDosis: 5 mg IV ulangi 15-20 menit kemudian sampai tekanan darah <110 mmHg. Aksi obat mulai dalam 15 menit, puncaknya 30-60 menit, durasi kerja 4-6 jam.
5. LabetalolDosis: Dosis awal 20 mg, dosis kedua ditingkatkan hingga 40 mg, dosis berikutnya hingga 80 mg sampai dosis kumulatif maksimal 300 mg; Dapat diberikan secara konstan melalui infus; Aksi obat dimulai setelah 5 menit, efek puncak pada 10-20 menit, durasi kerja obat 45 menit sampai 6 jam.
6. Nifedipin:Dosis: 10 mg per oral, dapat ditingkatkan sampai dosis maksimal 120 mg/ hari.
7. KlonidinDosis: dimulai dengan 0.1 mg dua kali sehari; dapat ditingkatkan 0.1-0.2 mg/hari sampai 2.4 mg/hari. Penggunaan klonidin menurunkan tekanan darah sebesar 30-60 mmHg, dengan efek puncak 2-4 jam dan durasi kerja 6-8 jam. Efek samping yang sering terjadi adalah mulut kering dan sedasi, gejala ortostatik kadang terjadi. Penghentian mendadak dapat menimbulkan reaksi putus obat
G. Efek samping dan cara mengatasi
a. Efek samping obat anastesiMenggunakan obat bius memang sudah merupakan kebutuhan
untuk tindakan medis tertentu. Sebagaimana penggunaan obat-obatan, anestesi juga memiliki risiko tersendiri. Bius lokal, efek samping biasanya merupakan reaksi alergi. Namun, pada anestesi regional dan umum, Roys menggolongkan efek samping berdasarkan tingkat kejadian.
1. cukup sering Dengan angka kejadian 1 : 100 pasien, prosedur anestesi dapat
menyebabkan risiko efek samping berupa mual,muntah, batuk kering, nyeri tenggorokan, pusing, penglihatan kabur, nyeri kepala, pusing, penglihatan kabur, nyeri kepala, nyeri punggung, gatal-gatal, lebam di area injeksi, dan hilang ingatan sementara.
2. jarangPada angka kejadian 1 : 1000 pasien, anestesi dapat berisiko
menyebabkan infeksi dada, beser atau sulit kencing, nyeri otot, cedera pada gigi, bibir, dan lidah, perubahan mood atau perilaku, dan mimpi buruk.
3. Sangat jarangRisiko yang sangat jarang terjadi dengan angka kejadian 1 :
10.000/ 200.000 pasien, diantaranya dapat menyebabkan cedera mata, alergi obat yang serius, cedera saraf, kelumpuhan, dan kematian. Efek samping ini bisa permanen jika sampai menyebabkan komplikasi seperti cedera saraf yang menyebabkan kelumpuhan. Atau, pada kasus infeksi dada disertai penyakit jantung, memperbesar risiko komplikasi penyakit jantung.
b. Cara mengatasi
Untuk menghindari terjadinya efek samping dan resistensi terhadap obat bius, sebaiknya pasien benar-benar memastikan kondisi tubuhnya cukup baik untuk menerima anestesi.1. Menghentikan penggunaan obat anelgetik, paling tidak 1-2 hari
sebelum dilakukan prosedur anestesi.2. Menghentikan konsumsi obat-obatan yang berefek pada saraf pusat
seperti morfin, barbiturat, amfetamin dan lainnya,paling tidak 1-3 hari sebelum anestesi dilakukan.
3. Berhenti mengonsumsi alkohol paling tidak 2 minggu sebelum penggunaan anestesi.
4. Berhenti merokok setidaknya 2 minggu sebelum anestesi dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Penerbit Universitas Indonesia.Syamsuni, H.A,Drs.2006.ilmu Resep.EGC.JakartaOlson, James. 2004. Belajar Mudah Farmakologi. EGC: JakartaDrs Tan Hoan Tjay, Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat – Obat Penting. Elexmedia Komputindo:Jakarta.Katzung, Bertram. 2007. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. Salemba Medika:Jakarta.MIMS Petunjuk Konsultasi edisi 9 2009/2010. BIP Kelompok Gramedia: Jakarta.ISO Indonesia Vol. 42. 2007. Penerbit Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia: Jakarta