makalah Etika
-
Upload
hude-al-qathami -
Category
Documents
-
view
65 -
download
0
description
Transcript of makalah Etika
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau
memanusiakan manusia,pendidikan sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan
nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi didik agar menjadi
mansusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.
(UU No.20 tahun 2003).
Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang
terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya
mutu hasil pendidikan yang mempunyai posisi strategis maka setiap usaha peningkatan mutu
pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru baik dalam segi
jumlah maupun mutunya.
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan
formal pada umumnya karena bagi siswa, guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan
menjadi tokoh identifikasi diri. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan
oleh kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar
mengajar. Untuk itu, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru dipandang perlu untuk
dipelajari, ditelaah dan dikaji secara mendalam agar dapat memberikan gambaran yang jelas
faktor yang lebih berperan dan urgen yang mempengaruhi kinerja guru.
1
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut.
1) Apa yang dimaksud dengan sikap dan kinerja profesional guru?
2) Bagaimana sikap profesional guru?
3) Bagaimana kinerja profesional guru?
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENTINGNYA ETIKA PROFESI
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter,
watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang
dimiliki oleh individu atau kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakananya itu salah atau benar, buruk atau baik. Menurut Martin (1993) etika
didefinisikan sebagai “the discipline can act as the performance index or reference for our
control system”. Dengan demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun standar
yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya.
Dalam pengertian yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika
ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik secara
dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa
difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-
rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik.
Dengan demikian, etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self control,
karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri. Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang
berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang
berkualitas dan berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya
yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan sejawat, sesama
2
profesi sendiri. Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism” berupa
kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta
kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan
maupun penyalahgunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999).
Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh
kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada
kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa
keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang
semula dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi
sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan
nilai-nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek
maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional ini.
2. PENGERTIAN ETIKA
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat
internasional di perlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya manusia
bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal
dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman
pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka
senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar
perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak
bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh
kembangnya etika di masyarakat kita.
Menurut Wikipedia etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan")
adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai
atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup
analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk dan tanggung jawab.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen P dan K, 1988), etika
dijelaskan dengan membedakan tiga arti sebagai berikut:
3
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan/ masyarakat.
Nilai-nilai etika harus diletakkan sebagai landasan atau dasar pertimbangan dalam
setiap tingkah laku manusia termasuk kegiatan di bidang keilmuan.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana
yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS
yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku
manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :
· Drs. O.P. SIMORANGKIR:
Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai
yang baik.
· Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat:
Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik
dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
· Drs. H. Burhanudin Salam:
Etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika
memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara
tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil
keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama
bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan
demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi
kehidupan manusianya.
4
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan
buruknya prilaku manusia :
1. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk
mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan
kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Etika secara umum dapat dibagi menjadi :
1. ETIKA UMUM
Berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis,
bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral
dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai
baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat dianalogkan dengan ilmu pengetahuan,
yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2. ETIKA KHUSUS
Merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang
khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak
dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara,
teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud :
Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan
khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara
bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakn, dan teori serta prinsip moral
dasar yang ada dibaliknya.
ETIKA KHUSUS dibagi lagi menjadi dua bagian :
a. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
5
b. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia
sebagai anggota umat manusia.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu
sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota
umat manusia saling berkaitan. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia
baik secara langsung maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis
terhadpa pandangan-pandangana dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat
manusia terhadap lingkungan hidup.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau
terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan bidang yang paling aktual saat
ini adalah sebagai berikut :
1. Sikap terhadap sesama
2. Etika keluarga
3. Etika profesi
4. Etika politik
5. Etika lingkungan
6. Etika idiologi
SISTEM PENILAIAN ETIKA :
Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik atau jahat,
susila atau tidak susila.
Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau telah
mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya
dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti. Jadi suatu
budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari dalam jiwa; dari semasih berupa
angan-angan, cita-cita, niat hati, sampai ia lahir keluar berupa perbuatan nyata.
Burhanuddin Salam, Drs. menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3 (tiga)
tingkat :
6
a. Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa rencana
dalam hati, niat.
b. Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
c. Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
Dari sistematika di atas, kita bisa melihat bahwa ETIKA PROFESI merupakan bidang
etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika sosial. Kata hati atau niat biasa
juga disebut karsa atau kehendak, kemauan, will. Dan isi dari karsa inilah yang akan
direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal merealisasikan ini ada (4 empat) variabel yang
terjadi :
a. Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik.
b. Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya ; kelihatannya baik.
c. Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik.
d. Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.
3. PENGERTIAN PROFESI
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan
dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang
yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan
kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang
mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek.
Berikut ini beberapa pendapat tentang pengertian profesi :
o De George: Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok
untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengaandalkan suatu keahlian.
o Wikipedia : Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris
"Profess", yang dalam bahasa Yunani bermakna: "Janji untuk memenuhi
kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap / permanen". Profesi
adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode
etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi
tersebut.
7
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Profesi
mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Daftar
karakterstik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah diterapkan pada profesi, juga
tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi:
1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan
mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang
berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktik.
2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh
para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya.
Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi
anggotanya.
3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan
pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada
persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan
teoretis.
5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk
mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan
pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan
keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga
hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan
teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya
dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa
campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior,
praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya
dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan
dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
8
11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status
yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut
bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi
masyarakat.
Dengan melihat karakteristik profesi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kaum
profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas rata-
rata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, tetapi di lain pihak ada suatu
kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka kepentingan masyarakat.
Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu standar
profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan tercipta suatu kualitas masyarakat yang
semakin baik.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA PROFESI :
1. Tanggung jawab
o Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
o Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat
pada umumnya.
2. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.
3. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri
kebebasan dalam menjalankan profesinya.
4. PENGERTIAN SIKAP PROFESIONAL KEGURUAN
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila
dapat menunjukkan sikap yang baik sehingga dapat dijadikan panutan bagi lingkungannya,
yaitu cara guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan
dan dorongan kepada anak didiknya dan cara guru berpakaian, berbicara, bergaul baik dengan
siswa, sesama guru, serta anggota masyarakat.
9
Menurut Walgito (dalam Deden, 2011), sikap adalah gambaran kepribadian seseorang
yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu
objek, sedangkan Berkowitz (dalam Deden, 2011) mendefinisikan “sikap seseorang pada
suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah respon atau kecenderungan
untuk bereaksi”. Sebagai reaksi, maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu
senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau menghindari
sesuatu.
Guru sebagai suatu profesi dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1
ayat (1) tentang guru dan dosen adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Lebih lanjut, Sagala (dalam Deden, 2011), menegaskan bahwa, guru yang
memenuhi standar adalah guru yang memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan dan
memahami benar apa yang harus dilakukan, baik ketika di dalam maupun di luar kelas.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan, guru yang profesional adalah guru
yang kompeten menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi. Untuk
memahami beratnya profesi guru karena harus memiliki keahlian ganda berupa keahlian
dalam bidang pendidikan dan keahlian dalam bidang studi yang diajarkan, maka Kellough
(dalam Deden, 2011) mengemukakan profesionalisme guru antara lain sebagai berikut.
i. Menguasai pengetahuan tentang materi pelajaran yang diajarkan.
ii. Guru merupakan anggota aktif organisasi profesi guru, membaca jurnal profesional,
melakukan dialog sesama guru, mengembangkan kemahiran metodologi, membina
siswa dan materi pelajaran.
iii. Memahami proses belajar dalam arti siswa memahami tujuan belajar, harapan-
harapan, dan prosedur yang terjadi di kelas.
iv. Mengetahui cara dan tempat memperoleh pengetahuan.
v. Melaksanakan perilaku sesuai sesuai model yang diinginkan di depan kelas.
vi. Memiliki sikap terbuka terhadap perubahan, berani mengambil resiko, dan siap
bertanggung jawab.
vii. Mengorganisasikan kelas dan merencanakan pembelajaran secara cermat.
Walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan masyarakat, tetapi yang akan
dibicarakan dalam bagian ini adalah khusus perilaku guru yang berhubungan dengan
10
profesinya. Hal ini berhubungan dengan pola tingkah laku dalam memahami,
menghayati serta mengamalkan sikap kemampuan dan sikap profesionalnya. Pola
tingkah laku guru yang berhubungan dengan itu akan dibicarakan sesuai dengan
sasarannya.
5. SASARAN SIKAP PROFESIONAL
Secara umum, sikap profesional seorang guru dilihat dari faktor luar. Akan tetapi, hal
tersebut belum mencerminkan seberapa baik potensi yang dimiliki guru sebagai seorang
tenaga pendidik. Menurut PP No. 74 Tahun 2008 pasal 1.1 Tentang Guru dan UU. No. 14
Tahun 2005 pasal 1.1 Tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalar pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi (UU. No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1.4). Guru sebagai pendidik
professional dituntut untuk selalu menjadi teladan bagi masyarakat di sekelilingnya. Berikut
dijelaskan tujuh sikap profesional guru (dalam Ady, 2009).
1. Sikap Terhadap Peraturan perundang-Undangan
Pada butir sembilan Kode etik Guru Indonesia disebutkan bahwa: ”Guru
melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pandidikan” (PGRI, 1973).
Kebijaksanaan pendidikan di Negara kita dipegang oleh pemerintah,dalam hal ini oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. dalam rangka pembangunan di bidang pendidikan
di Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan ketentuan-ketentuan
dan Peraturan-praturan yang merupakan kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh
aparatnya yang meliputi antar lain: pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan
kesempatan belajar antara lain dengan melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu
pendidikan, pembinaan generasi muda dengan menggiatkan kegiatan karang taruna, dan lain-
lain.
11
2. Sikap Terhadap Organisasi Profesi
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu Organisasi PGRI
sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Organisasi professional harus membina dan
mengawasi para anggotanya. Kewajiban membina organisasi profesi merupakan kewajiban
semua anggota profesi bersama pengurusnya. setiap anggota harus memberikan sebagian
waktunya untuk kepentingan pembinaan profesinya dan semua waktu dan tenaga yang
diberikan oleh para anggota ini dikoordinasikan oleh para pejabat organisasi tersebut
sehingga pemanfaatannya menjadi efektif dan efisien. dengan kata lain setiap anggota
profesi, apakah ia sebagai pengurus atau anggota biasa, wajib berpartisipasi guna
memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi profesi dalam rangka mewujudkan
cita-cita organisasi.
3. Sikap tehadap Teman Sejawat
Hubungan formal ialah hubungan yang perlu dilakukan dalam rangka melakukan
tugas kedinasan.sedangkan hubungan kekeluargaan ialah hubungan persaudaraan yang perlu
dilakukan, baik dalam lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan dalam rangka
menunjang tercapainya keberhasilan anggota profesi dalam membawakan misalnya sebagai
pendidik bangsa.
a. Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Kerja
Sikap professional lain yang perlu ditumbuhkan oleh guru adalah sikap ingin bekerja
sama, saling harga menghargai, saling pengertian dan dipenuhi rasa tanggung jawab. jika ini
sudah berkembang, akan tumbuh rasa senasib sepenanggungan serta menyadari akan
kepentingan bersama, tidak mementingkan kepentingan diri sendiri dengan mengorbankan
kepentingan orang lain.
b. Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Keseluruhan
Kalau kita ambil sebagai contoh profesi kedokteran, maka dalam sumpah dokter yang
diucapkan pada upacara pelantikan dokter baru, antara lain terdapat kalimat yang menyatakan
bahwa setiap dokter akan memperlakukan teman sejawatnya sebagai saudara kandung.
dengan ucapan ini para dokter menganggap profesi mereka sebagi suatu keluarga yang harus
dijunjung tinggi dan dimuliakan.
12
Sekarang apa yang terjadi pada profesi kita, profesi keguruan? dalam hal ini kita harus
mengakui dengan jujur bahwa sejauh ini profesi keguruan masih memerlukan pembinaan
yang sungguh-sungguh. rasa persaudaraan seperti tersebut, bagi kita masih perlu di
tumbuhkan sehingga kelak akan dapat kita kita lihat bahwa hubungan guru dengan teman
sejawatnya berlangsung seperti halnya dengan profesi kedokteran.
4. Sikap Terhadap Anak Didik
Dalam kode etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa: Guru berbakti
membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa
pancasila. Dasar ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami oleh seorang guru
dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni; tujuan pendidikan nasional, prinsip
membimbing dan prinsip pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Prinsip yang lain adalah membimbing peserta didik, bukan mengajar atau mendidik
saja. pengertian membimbing seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara. tiga
kalimat padat terkenal yang dikeluarkan oleh Ki Hajar Dewantara yakni; Ing Ngarso Sung
Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Ketiga kalimat itu mempunyai
arti bahwa pendidikan harus dapat memberi contoh, harus dapat memberikan pengaruh dan
harus dapat mengendalikan peserta didik. dalam tut wuri terkandung maksud membiarkan
peserta didik menuruti bakat dan kodratnya sementara guru memperhatikannya. Dalam
handayani berarti guru mempengaruhi peserta didik, dalam arti membimbing atau
mengajarnya.
5. Sikap Terhadap Tempat Kerja
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik di tempat kerja akan
meningkatkan produktivitas. hal ini disadari dengan sebaik-baiknya oleh setiap guru dan guru
berkewajiban menciptakan suasana yang demikian dalam lingkungannya. untuk menciptakan
suasana kerja yang baik ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu;
(a) guru sendiri,
(b) hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat sekelilingnya.
6. Sikap Terhadap Pemimpin
13
Sudah jelas bahwa pemimpin suatu unit atau organisasi akan mempunyai
kebikaksanaan dan arahan dalam memimpin organisasinya, di mana tiap organisasi itu
dituntut berusaha untuk bekerja dalam melaksanakan tujuan organisasi tersebut.
Kerja sama juga dapat diberikan dalam bentuk usulan dan malahan kritik yang
membangun demi pencapaian tujuan yang telah digariskan bersama dan kemajuan organisasi.
oleh sebab itu, dapat kita simpulkan bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpin harus
positif, dalam pengertian harus bekerja sama dalam menyukseskan program yang sudah
disepakati, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
7. Sikap Tehadap Pekerjaan
Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai persamaan
dan perbedaan. tugas melayani orang yang beragam sangat memerlukan kesabaran dan
ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan dengan peserta didik yang masih kecil.
Orang yang telah memilih suatu karier tertentu biasanya akan berhasil baik, bila dia
mencintai kariernya dengan sepenuh hati. Artinya,ia akan berbuat apapun agar kariernya
berhasil baik, ia commited dengan pekerjaannya. Ia harus mau dan mampu melaksanakan
tugasnya serta mampu melayani dengan baik pemakai jasa yang membutuhkannya.
Untuk meningkatkan mutu profesi secara sendiri-sendiri, guru dapat melakukannya
secara formal maupun informal.secara formal, artinya guru mengikuti berbagai pendidikan
lanjutan atau kursus yang sesuai dengan bidang tugas, keinginan, waktu dan kemampuannya.
Secara informal guru dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalu mass
media seperti televisi, radio, majalah, ilmiah, koran dan sebagainya, ataupun membaca buku
teks dan pengetahuan lainnya yang cocok dengan bidangnya.
6. PENGEMBANGAN SIKAP PROFESIONAL
Dalam meningkatkan mutu baik mutu profesional maupun layanannya, guru harus
meningkatkan sikap profesionalnya. Hal tersebut dapat dilakukan baik dalam pendidikan
prajabatan maupun setelah bertugas, yaitu :
1. Pengembangan sikap selama pendidikan prajabatan
14
Calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
diperlukan dalam pekerjaannya nanti. Merupakan pendidikan persiapan mahasiswa untuk
meniti karir dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
Menurut Page & Thomas pendidikan prajabatan merupakan sebuah istilah yang paling
lazim digunakan lembaga pendidikan keguruan, yang merujuk pada pendidikan dan pelatihan
yang dilakukan oleh lembaga jenjang universitas pendidikan untuk menyiapkan mahasiswa
berkarir dalam bidang pengajaran.
2. Pengembangan sikap selama dalam jabatan
Pengembanagn sikap profesional tidak berhenti apabila calon guru selesai
mendapatkan pedidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dengan cara formal
mlalui kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegitan ilmiah lainnya.
7. PROFESIONALISME KERJA
1. PENDIDIK SEBAGAI PROFESI
Di Indonesia, beberapa profesi masih pada taraf sedang berkembang, termasuk profesi
pendidik. Dalam praktek di lapangan, tidak semua okupasi didukung dengan kemampuan
profesi, karena kondisi pasar tenaga kerja, belum dirumuskannya standar profesi, lemahnya
organisasi dalam mengontrol pengisian okupasi, dan penerapan pengetahuan dan
keterampilan yang lebih dikontrol oleh profesi lain. Kondisi semacam ini akan semakin
berbahaya apabila dibiarkan karena tidak ada kepastian kemampuan minimal yang harus
dipenuhi dalam mengisi okupasi, jeleknya layanan publik, dan biasanya cenderung
berdampak kepada penyalahgunaan kewenangan (malpraktek).
Menurut Saudagar dan Idrus (2009: 87-88), suatu jabatan dapat termasuk kategori
profesi apabila memenuhi setidak-tidaknya lima syarat, yaitu sebagai berikut :
1. Didasarkan atas sosok ilmu pengetahuan teoretik (body of theoretical
knowledge) yang disepakati bersama.
2. Komitmen untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dalam
praktek secara otonom dan berkekuatan monopoli.
15
3. Adanya kode etik profesi sebagai instrumen untuk memonitor tingkat ketaatan
anggotanya dan sistem sanksi yang perlu diterapkan.
4. Adanya organisasi profesi yang mengembangkan, menjaga, dan melindungi
profesi.
5. Sistem sertifikasi bagi individu yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
untuk dapat menjalankan profesi tersebut.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan, jelas membedakan
antara pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik dipastikan merupakan tenaga profesional,
yaitu yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembibingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Karena sebagai tenaga professional, pendidik harus memiliki
kualifikasi minimal dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajarnya. Tidak
semua tenaga kependidikan merupakan jabatan yang memerlukan keahlian profesional,
karena termasuk dalam pengertian ini adalah tenaga administrasi dan penyelenggara
pendidikan.
2. PENINGKATAN KINERJA PROFESIONAL GURU
1. Akuntabilitas Publik
Otonomi pengelolaan sekolah dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat,
pemerintah, dan stakeholder lainnya, seperti dana yang diterima, kualitas SDM guru, dan
sumber daya lainnya harus diimbangi dengan meningkatnya tanggung jawab sosial terhadap
institusi.
Otonomi dalam pengelolaan guru seharusnya lebih fleksibel. Kompensasi yang
diterima guru seharusnya tidak mengacu pada sistem kompensasi PNS, tetapi didasarkan
pada prestasi kerja dalam kurun waktu guru mempertahankan kinerja prima.
2. Pengembangan Total Quality Management dalam Pendidikan
Implementasi Total Quality Management (TQM) di bidang pendidikan secara
fungsional dalam struktur organisasi lembaga pendidikan terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai
berikut.
16
a. Quality control, yang diperankan oleh guru sebagai lini depan pelaksanaan
proses pembelajaran.
b. Quality assurance, yang dijalankan oleh para pemimpin menengah.
c. Quality management, yang merupakan tanggung jawab pucuk pimpinan.
TQM sebagai roh peningkatan mutu dalam pendidikan ada lima unsur, yaitu sebagai
berikut.
a. Quality first, semua pikiran dan yindakan pengelola pendidikan harus
memprioritaskan mutu.
b. Stakeholders-in, semua tindakan pengelola pendidikan ditujukan kepada kepentingan
stakeholders.
c. The next process is our stakeholders, target utama dari proses pendidikan adalah
kepuasan pengguna akhir.
d. Speak with data, setiap kebijakan atau keputusan dalam pengelolaan pendidikan harus
berdasarkan hasil data yang teruji kebenarannya.
e. Upstream management, semua pengambilan keputusan dalam proses pendidikan
dilakukan secara partisipatif.
4. Kompetensi Dan Keterampilan Profesional Guru
Kompetensi merupakan kemampuan personal yang diperlukan pada suatu profesi
tertentu yang berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Secara professional,
kompetensi guru mengandung dua bidang kajian pokok, yaitu kompetensi akademik dan
kompetensi etika profesi atau perilaku profesi.
Secara operasional, keterampilan perilaku profesi keguruan terwujud dalam bentuk
tindakan atau perilaku pendidik dalam berkomunikasi dengan peserta didik, baik berupa kata-
kata maupun dalam bentuk bahasa tubuh. Menurut Widana (2003:19) Ada beberapa
keterampilan perilaku professional keguruan dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai
berikut.
a. Keterampilan bertanya
b. Keterampilan membimbing
17
c. Keterampilan menjelaskan
d. Keterampilan merangkum
e. Keterampilan memotivasi
f. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
g. Keterampilan Mengelola kelas
h. Keterampilan memberi rangsangan (stimulus)
i. Keterampilan memberi penguatan
Setiap tindakan yang ditampilkan oleh pendidik atau guru merupakan cermin peserta
didik dan konsekuensinya dapat berdampak positif atau negatif dalam pembentukan
kepribadian dan perilaku peserta didik. Oleh karena itu, penerapan beberapa keterampilan
perilaku professional keguruan perlu dilandasi nilai-nilai etika profesi yang selalu
mengedepankan nilai dan martabat peserta didik.
BAB III
PENUTUP
3. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa guru yang
profesional adalah guru yang kompeten menjalankan profesi keguruannya dengan
kemampuan tinggi. Guru juga hendaknya memiliki kinerja profesional yaitu hasil kerja yang
dicapai dengan mempraktekkan suatu keahlian pada pendidikan dan jenjang pendidikanya
pada suatu periode tertentu. Sasaran sikap profesianal guru yang harus dimiliki guru yaitu 1)
Sikap pada peraturan, 2) sikap terhadap operasi profesi, 3) sikap terhadap teman sejawat, 4)
sikap terhadap anak didik, 5) sikap tempat kerja, 6) sikap terhadap pemimpin, 7) sikap
terhadap pekerjaan. Sikap profesional dapat dikembangkan ke dalam dua hal yaitu
pengembangan sikap selama pendidikan prajabatan dan pengembangan sikap selama dalam
jabatan. Kinerja profesional guru juga perlu diperhatikan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Saondi,Suherman Aris.2010.EtikaProfesiKeguruan.Bandung:PT.Refika Aditama.
Soejipto, Raflis Kosasi.1999.Profesi Keguruan.Jakarta:PT.Rineka Cipta.
Heriati, Tati ,Aas Saraswati.2007.Modul Profesi Keguruan.Bandung.
19