makalah bhs Indonesia
-
Upload
romie-hartono -
Category
Documents
-
view
163 -
download
3
Transcript of makalah bhs Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam menyambut era perdagangan bebas khususnya dalam dunia
manufaktur, perusahaan harus mampu bersaing dengan perusahaan lain yang
sejenis dalam bidangnya. Dewasa ini perkembangan industri di Indonesia semakin
pesat dan cepat pertumbuhannya, untuk itu persaingan harus dapat dilakukan oleh
setiap perusahaan sedini mungkin untuk mengantisipasi persaingan yang lebih
ketat pada masa mendatang.
Dalam arti perusahaan akan tetap hidup menjalankan usahanya secara
exsis, bila dari segi pengelolaan perusahaan dilakukan dengan benar dan baik.
Untuk itu penulis akan mengambil salah satu perusahaan manufaktur yang
bergerak dibidang pembuatan Battery pada perusahaan " PT. DYNAPLAST "
yang berlokasi di daerah Kalideres.
1. Latar Belakang Masalah.
Perusahaan ini bergerak di bidang pembuatan produk-produk yang
berhubungan dengan pelastik, mekanik dan elektronik, adapun jenis -jenis produk
yang dihasilkan diantaranya ( Tapeweare, Conatiner, Gelas pelastik dan Battery
12 N5-3B ) untuk lebih jelasnya tentang produk-produk yang dihasilkan oleh
PT.DYNAPLAST ada pada lampiran. Produk-produk yang dihasilkan ini
sebagian besar produk pesanan pelanggan dari perusahaan 'lain dan sisanya
produk tetap, dan salah satu dari jenis produk pesanannya yaitu jenis produk
BATTERY 12 N5-3B.
Dewasa ini permintaan produk jenis BATTERY 12 N5-3B mengalami
peningkatan yang baik dan dipercaya terhadap kualitas produknya, supaya
permintaan terhadap produk jenis ini mempunyai kualitas produk yang lebih baik
lagi dan yang nantinya akan menimbulkan kepereayan pelanggan terhadap produk
dan perusahaan, maka disini penulis akan meneliti proses pembuatan dan
spesifikasi kualitas produk yang diharapkan oleh pelanggan.
1
2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penulisan makalah ini secara formal adalah untuk
memenuhi tugas Bahasa Indonesia. Adapun maksud dan tujuan secara operasional
yaitu :
a. Untuk memberikan gambaran sampai sejauh mana kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan oleh PT. DYNAPLAST khusunya dalam proses produksi dan
sistem produksi (manajamen produksi) sehingga mampu memberikan kualitas
produk yang baik sesuai dmgan harapan pelanggan.
b. Untuk memberikan uraian masalah-masalah pokok yang berkaitan dengan
peranan dan penanganan manajemen produksi terhadap kualitas produk,
khususnya produk 12 N5-3B di PT. DYNAPLAST
3. Identifikasi Masalah.
Maju dan mundurnya suatu perusahaan sangat tergantung pada produk
yang dalam arti sesuai atau tidak dengan keinginan pelanggan / konsumen, dan
untuk memenuhi permintaan pelanggan / konsumen terhadap produk 12 N5-3B
perusahaan harus mempertimbangkan hal-hal yang akan mempengaruhi terhadap
hasil produk akhir, diantaranya bahan baku, mesin / peralatan, tenaga kerja dan
fasilitas lain yang menunjang dalam proses produksi.
4. Pembatasan Masalah.
Agar dalam pembuatan makalah tidak menyimpang dari judul atau tema
yang akan di bahas, maka penulis akan memberikan batasan-batas permasalahan
yang ada terhadap produk BATTERY 12 N5-3B yaitu berkisar pada proses
produksi dan pengendalian kualitas dimensi produk akhir saja.
5. Metode Pengumpulan Data.
Dalam penyusunan data yang diperlukan untuk memberikan gambaran dan
penjelasan terhadap penulisan maklalah ini, penulis melakukan penelitian dengan
cara:
2
1. Study pustaka ( Library researeh ) .
Untuk menunjang dalam pengumpulan dan pengolahan data yang telah
dikumpulkan penulis melakukan pencatatan dan membaca buku-buku yang
mempunyai hubungan dengan permasalahan yang sedang dibahas, dimana buku
ini nantinya untuk menjadi pegangan dan pedoman dalam mengatasi
permasalahan yang ada.
6. Sistematika Penulisan.
Untuk mempermudah pembahasan dan penyusunan makalah ini, maka
penulis membuat sistematika penulisan yang dibagi dalam beberapa BAB yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab pertama ini akan dikemukakan tentang masalah makalah yaitu
mengenai kualitas produk akhir BATTERY 12N5-3B untuk memenuhi spesifikasi
yang diinginkan oleh pelanggan dan Bab ini terbagi dalam enam pokok bahasan
yaitu latar belakang masalah, maksud dan tujuan, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, metode pengumpulan data dan sistemstika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada Bab dua ini berisikan tentang teori-teori yang dipergunakan dalam
pemecahan masalah dan yang mempunyai hubungan yang erat antara teori dengan
permasalahan yang ada.
BAB III PENGUMPULAN DATA
Pada Bab tiga ini menguraikan tentang data-data yang akan dibutuhkan
dan digunakan sebagai bahan permasalahan yang akan dibahas, yang nantinya
akan dianalisis pada Bab berikutnya.
BAB IV ANALISA PEMBAHASAN
Pada Bab empat ini merupakan pengolahan-pengolahan data yang sudah
dikumpulkan pada Bab sebelumnya, dan pengolahan data-data ini dilakukan
dengan menganalisis, memeriksa dan pengujian secara statistik.
3
BABV KESIMPULAN DAN SARAN
Pada Bab lima ini berisikan tentang kesimpulan dari makalah yang telah
dilakukan dari Bab-bab sebelumnya mengenai isi dan hasil penelitian. Dan saran-
saran penulis yang ditujukan kepada perusahaan.
4
BAB II
LANDASAN DAN TEORI
1. Arti dan Tujuan Kualitas.
Pengawasan kualitas menentukan komponen-komponen mana yang rusak
dan menjaga agar bahan-bahan untuk produksi yang akan datang jangan sampai
rusak. Pengendalian kualitas merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki
kualitas produk bila diperlukan, mempertahankan kualitas produk yang sudah
tinggi, dan mengurangi jumlah bahan baku / produk yang rusak.
Walaupun segala proses produksi direncanakan dan dilaksanakan dengan
baik barang akhir mungkin saja mengalami rusak karena satu dari lain hal tidak
sesuai dengan standar-standar / spesifikasi produk yang telah ditentukan.
Bagian pemeriksaan yang merupakan bagian dari bagian pengawasan
kualitas bertanggung jawab atas dipeliharanya kualitas produk sesuai dengan
standar yang berlaku.
Untuk mengurangi kerugian karena kerusakan-kerusakan, pemeriksaan
tidak hanya terbatas pada pemeriksaan akhir saja, sebab macam pemeriksaan ini
negatif karena hanya menunjukan barang-barang mana saja yang rusak atau tidak
memenuhi syarat, dimana barang yang rusak hanya dapat dibuang atau dikerjakan
kembali. Oleh karena itu biasanya perlu diadakan pemeriksaan barang yang
sedang diproses, sebab biasanya bila dilakukan pemeriksaan pada akhir proses
akan sukar untuk mempertahankan kualitas barang. Pemeriksaan barang fase ini
menentukan komponen-komponen yang buruk dan diusulkan agar mengadakan
pengerjaan kembali agar kualitas dapat dipenuhi.
Pada pokoknya pengendalian kualitas menentukan ukuran, cat dan
persyaratan fungsional lain suatu produk dan menspesifikasinya untuk maksud-
maksud produksi, sedang pemeriksaan mengecek apakah barang-barang yang
diproduksi sesuai dengan persyaratan yamg telah ditentukan oleh bagian
pengawasan kualitas, dan pemeriksaan dilakukan dengan berbagai macam
5
peralatan seperti; mikrometer, gejet-gejet dan lain-lain untuk ketepatan spesifikasi
produk.
2. Perencanaan Standar Kualitas.
Sebelum pemeriksaan dimulai standar kualitas harus ditentukan terlebih
dahulu, adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan yaitu:
a. Mempertimbangkan persaingan dan kualitas produk pesaing.
b. Mempertimbangkan kegunaan terakhir produk.
c. Kualitas harus sesuai dengan hargajual.
d. Perlu tim yang terdiri dari orang-orang yang berkecipung didalam bidang-
bidangnya
Penjualan yang mewakili konsumen.
Teknik yang mengatur desain dan kualitas teknis.
Pembelian yang menentukan kualitas barang.
Produksi yang menentukan biaya dan memproduksikan berbagai kualitas
alternatif.
e. Setelah ditentukan dan disesuaikan dengan keinginan konsumen atau
pelanggan dengan kendala teknik produksi, tersedianya bahan baku serta
bahan tambahan dan sebagainya, maka perlu kualitas ini dipelihara. Dan ini
dilaksanakaan oleh staf pengamat produksi, lalu pemeriksaan hanya mengecek
ke efektifan pekerja bagian produksi dalam memproduksikan barang sesuai
dengan kualitas standar.
Oleh karena itulah para pekerja perlu disadarkan akan pentingnya
pemeliharaan kualitas standar, jadi jelas bahwa kualitas itu standarnya
diciptakan berdasarkan kerjasama lima ( 5 ) bagian dalam perusahaan, maka
perlu dibentuk suatu komite didalam perusahaan dengan maksud kepala
pemeriksaan bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pencampaian kualitas
standar. Untuk melaksanakan mungkin perlu diadakan pengawasan-
pengawasan pada bahan mentah / bahan baku, proses produksi barang
setengah jadi atau barang jadi, dimana mereka melapor hasil kerjanya pada
seksi pengawasan kualitas melalui kepalanya.
6
3. Besarnya Pengendalian Kualitas.
Pada pokoknya berhubung standar-standar ditentukan secara sentral maka
pengawasannya perlu dilakukan disentralisasi, walaupun pelaksanaan seyogyanya
didesentralisasi. Kemungkinan kualitas " buntk " bisa saja dari bahan mentah yang
tidak baik, tenaga kerja yang tidak cakap, dan peralatan / mesin yang tidak
mendukung. Untuk itu perlu dilakukan tindakan :
a. Menentukan " perlunya " pemeriksaan terakhir yang menjamin agar
konsumen mendapatkan produk dengan kualitas yang lebih baik.
b. Kemudian " apa " dan " berapa " yang diperiksa perlu diputuskan karena
akan menentukan baik / tidak barang tersebut.
c. Menentukan pemeriksaan dalam proses.
Adapun alternatif yang dapat digunakan dalam pemeriksaan dengan
melihat pola dan hubungan antara banyaknya pemeriksaan dan biaya. Untuk lebih
jelasnya lihat pada gambar No.3.1.
Gambar ( 2.1 ) Hubungan antara banyaknya pemeriksaan dan biaya pemeriksaan.
4. Jenis-Jenis Pengendalian Kualitas.
Selain pembagian pengawasan kualitas secara disentralisasi dan
didesentralisasi, maka pembagian lain ialah pengawasan kualitas pada proses
produksi yang terus menerus ( Continu ) dan pada proses yang musiman
(Intermiten). Pada pokoknya pengawasaan kualitas kedua proses itu sama yaitu
ada penentuan standar kualitas, ada pemeriksaan, dimana tujuannya agar
pemeriksaan biayanya rendah dan menghemat. Bedanya yang satu berdasarkan
7
pesanan maka setiap waktu perlu ditentukan standar yang berbeda-beda sesuai
dengan pesanan, dan yang satu lagi merupakan produk utama perusahaan yang
berkesinambungan. Pengawasan atau pengendalian kualitas dapat dilakukan
dengan teknik statistik yaitu:
a. Metode " Control Charts ". Untuk mengukur rata-rata Untuk mengukur
variabel Untuk mengukur atribut
b. Uji nilai tengah.
c. Metode " Accaptance Sampling ". Kurva " Operating Characteristic "
Kurva AOQL " Average Outgoing Quality Level"
CONTROL CHARTS
Dibuat dengan mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengukur barang dari sampel ( N )
2. Hitung mean dari sampel X
3. Hitung deviasi standar
4. Hitung Sx = S / N
5. Hitung batas pengawasan ± 3.Sx Untuk 90% dan 1%
± 2.Sx Untuk 95% dan 5%
± l.Sx Untuk 60% dan 40%
Gambar ( 3.2 ) Penentuan batas atas dan bawah dalam pengendalian kualitas
6. Sebelum Control charts digunakan perlu dilakukan pengecekan dengan
toleransi yang ditentukan dan digunakan.
8
" Control Charts " untuk variabel. Jenis ini digunakan untuk mengukur
sub sampel dan oleh karenanya bertalian dengan suatu variabel dan juga dengan
ukuran rata-rata serta variansi dari rata-rata, control charts ini disebut dengan " X-
Charts atau X-Bar charts " atau juga disebut dengan peta X dan peta R.
Dan langkah-langkah yang perlu dilakukan diantaranya:
1. Membuat tabel pengukuran
2. Mencari nilai rata-rata X, R dan
dan
3. Mencari nilai simpangan baku ( d2 dan c2 ada pada tabel )
R = = R / d2
= = / C2
X = / N
4. Tentukan batas kendali Peta X dan Peta R
Peta X, yaitu X ± 3 x
Peta R, yaitu RKA = D4.R
RKB = D3.R
Catatan D4 dan D3 lihat pada tabel.
5. Membuat peta kendali
Dengan notasi;
9
BKB
X
BKA
R = Range atau jarak
P = Jumlah pengamatan
i = Simpangan baku
Xn = Pengamatan sub group
Xj = Nilai rata-rata dari Xn
" Control Charts " untuk atribut. Jenis ini merupakan karakteristik " ya "
atau " tidak ", artinya produk dapat lolos atau tidak, barang dapat diukur atau
mungkin tidak dapat diukur, bila diukur bukanlah ditentukan ukuran yang tepat
tetapi ditentukan apakah dapat " diterima " atau " tidak".
Dalam hal ini biasanya digunakan " P-Charts " dan didasarkan atas
proporsi atau prosentase penuh yang ditolak, control chart dibuat berdasarkan
sampel rendom ( N ) barang yang cukup besar. Sampel ini diperiksa semua
( Pemeriksaan 100 % ) dan bagian yang rusak ditentukan kemudian dihitung "
Standar erornya " pada bagian sampel yang rusak.
Sps =
Dengan batas pengawasan ±3.Sps
Adapun langkah-langkah yang harus ditentukan :
1. Mencari nilai rata-rata sampel (tidak seragam ).
2. Mencari proporsi rata-rata. MP = Ixi / Ini
Dan untuk prosentase cacat P = xi / ni
3. Menentukan batas kendali kontrol.
10
4. Membuat peta kendali P.
Oleh karena itu untuk menetapkan standar bagi variansi normal tidak
diperhitungkan data tersebut, dan lakukan kembali perhitungan nilai-nilainya dan
nilai ini mungkin menunjukan variasi karena sebab-sebab berdasarkan
kemungkinan-kemungkinan, dan nilai ini digunakan sebagai standar penilaian
sampel.
Apabila sampel jatuh diluar batas ini mungkin pasti ada sebab tertentu
yang mungkin adanya kerusakan-kerusakan, dengan demikian dapat ditentukan
apa sebab-sebab tersebut dan mengadakan tindakan korektif sebelum terjadi
kerusakan yang lebih besar.
" Uji Nilai Tengah ". Uji nilai ini digunakan untuk membuktikan apakah
nilai tengah populasinya sama dengan nilai tertentu o, lawan nilai alternatifhya
bahwa nilai tengah populasinya tidak sama dengan o, lalu pengujian dilakukan
dengan:
.o : = o
.i : ≠ o
Dan dari populasi tersebut diambil sebuah contoh acak berukuran N dan
dihitung niali tengahnya, dan bila nilai tengah jatuh dalm wilayah penerimaan XI
≤, X ≤, X2 maka;
t =
11
BKB
P
BKA
Yang akan jatuh dakam wilayah - t /2 < Z < t /2, dan kesimpulan bahwa
t = .o bila nilai t jatuh diluar wilayah itu maka Ho ditolak dan menerima
hipotesis alternatifhya bahwa = o.
Gambar (2.2) Diagram ditribusi normal.
ACCEPTANCE SAMPLING
" Acceptance Sampling ". Artinya menerima atau menolak semua produk
berdasarkan banyaknya produk yang rusak dalam sampel, pemeriksa diberitahu
berapa yang perlu diperiksa dan berapa barang yang rusak yang diperbolehkan
( bila sama dengan yang ditentukan atau lebih sedikait semua produk lolos dan
bila lebih semua produk ditolak). Biasanya metode ini digunakan untuk
pemeriksaan atribut yang melibatkan perhitungan resiko produsen dan resiko
konsumen, dimana resiko produsen ialah resiko yang ditanggung oleh produsen
karena produk baik lolos dari pemeriksaan, dan resiko konsumen ialah resiko
yang ditanggung oleh konsumen karena dari produk yang lolos ada saja yang
rusak dan terlebih oleh konsumen.
Ada beberapa parameter yang digunakan dalam metode ini antara lain :
1. Resiko produsen ( ) yaitu peluang penolakan lot padahal lot tersebut baik,
dengan nilai = I- Pa.
2. Resiko konsumen ( P ) yaitu peluang penerimaan lot padahal lot tersebut jelek,
dengan nilai = Pa
3. AOQL ( Average Outgoing Quality Limit ) atau batasan rata-rata mutu
keluaran dan LTPD ( Lot Tolerance Pereen Defective ) atau toleransi persen
12
lot yaitu taraf mutu lot yang kita anggap jelek , karenanya kita akan menolak
lot-lot yang mengandung taraf mutu sebesar LTPD ( persen cacat yang
ditolak), dimana nilai AQL dan LTPD bekisar antara 0,5 % sampai dengan
20%.
4. AQL ( Average Outging Level) atau rata-rata mutu keluaran yaitu taraf mutu
terjelek dari lot yang masih dapat diterima. Formulasinya,
Px . Pax ( N-n / N ), dimana P - Proporsi cacat Pa - Probabilitas penerimaan
N -Lot n = Sampel
5. ATI (Average Total Infaction ) atau rata-rata total penerimaan. Formulasi
(perencanaan penarikan sampling tunggal) ATI = n.Pa + N ( I-Pa )
= n + ( N-n ) ( 1-Pa )
formulasi ( perencanaan penarikan sampling ganda )
ATI = nl.Pa + n2.Pa ( n2) + N ( 1-Pa )
6. AFI ( Average Faction Infected ) rata-rata bagian yang diperiksa. Formulasi,
AFI = ATI/N
5. Standarisasi dan Simplikasi.
Standarisasi adalah suatu usaha mendapatkan ukuran, kualitas,
besar,bentuk tertentu suatu barang termasuk didalam pengertian ini nilai-nilai
yang berhubungan dengan prosedur-prosedur ilmiah, artinya segala yang berguna
untuk usaha-usaha yang berhasil. Dan Simplikasi adalah suatu usaha
menghilangkan atau mengurangi segala sesuatu yang berlebihan, misalnya dalam
macam jenis, ukuran, besar dan sifat tanpa melihat kegunaannya atau tujuan
ilmiahnya.
13
BAB III
PENGUMPULAN DATA
1. Proses Produksi.
PT.DYNAPLAST menghasilkan produk berdasarkan pesanan pelanggan
dan produk tetap, jadi setiap produk yang dihasilkan memiliki sepesifikasi produk
serta jenis yang berbeda, sehingga dalam melakukan perencanaan produk dan
pengerjaannya keadaan mesin atau alat harus dirancang dan dibentuk ukuranya
sesuai dengan bentuk.
Produk yang akan dibuat. Didalam melakukan penyetelan peralayan ini
perlu ketelitian yang tinggi dan tepat supaya dalam pengerjaan tidak menyimpang
dari sepesifikasi yang diinginkan sesuai dengan rencana.
Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini yaitu jenis produk
BATTERY 12 N5-3B, produk ini merupakan produk unggulan dibanding dengan
produk yang lain. Dan produk ini diproduksi secara continu setiap bulannya dan
merupakan produk yang akan diteliti.
a. Fasilitas Produksi.
Menurut proses produksinya bahwa fasilitas-fasilitas produksi yang
digunakan dapat digolongkan menjadi:
1. Injection Moulding.
Yaitu proses yang digunakan untuk pembuatan komponen plastik dengan
cara memasukan plastik yang telah dilelehkan kedalam " Barel Injection "
lalu dicetak kedalam pencetakan yang berongga sesuai dengan sepesifikasi
produknya. Proses ini merupakan proses siklus yang dapat dioperasikan
secara otomatis, yang dimulai dari pengisian serta pelelehan bahan pada "
Barel Injection " dengan cara pengisian bubur plastik kedalam cetakan dan
diberi pendingin, mengeluarkan cetakan dan diakhiri dengan proses
penutupan cetakan.
2. Blow Moulding.
Yaitu proses yang digunakan dalam pembuatan botol plastik dengan cara
tiup, yaitu bubur plastik yang dimasukan dalam cetakan lalu dilakukan
14
peniupan dengan pompa sehingga bubur plastik ini mengembang sesuai
dengan cetakan ( Tabung persion ) dan proses ini dilakukan secara
otomatis.
3. Sheet Extrusion.Yaitu proses yang digunakan untuk membuat lembaran plastik, dengan
cara "Thermoforming " pengerjaan produk ini dengan pemanasan biji
plastik pada " Extruder " yang kemudian dikeluarkan melalui " Calender
roll " dengan cara pendinginan dan keluar berupa lembaran palstik.
4. Sereen Printing.Yaitu proses yang digunakan untuk mendekorasi komponen atau kemasan
yang berupa plastik, proses ini dengan menggunakan cat perwarna (Tinta)
yang dikeluarkan melalui celah-celah kain screen / kasa sebagai penyaring
permukaan benda yang akan dicetak, celah-celah tersebut dibentuk sesuai
dengan gambar atau tulisan yang diinginkan / dicetak.
b. Bahan Baku.Dalam memproduksi komponen, kemasan dan lembaran plastik adapun
bahan baku yang digunakan adalah biji plastik. Dan untuk lebih jelasnya lihatlah jenis-jenis biji plastik yang digunakan dibawah ini:1. Pofyhelene(PE)
2. Polypropylene ( PP )
3. Polystyrene ( PS )
4. Acrylonitrile Butadiene Stryrene ( ABS )
5. Poly Vinyl Chlorida ( PVC )
6. Nylon
7. Polyacetal dan Polycarbonate
8. Polythelene Trephale ( PkT )
Dan jenis-jenis ini cara penggunaannya tergantung pada bahan yang dipesan oleh palanggan atau konsumen dan disesuaikan dengan kegunaan barang.
15
c. Proses Pembuatan Battery 12 N5-3B.Pada proses pembuatan Battery 12 N5-3B pertama-tama yang harus
dilakukan yaitu pemilihan bahan baku ( Biji plastik ) harus disesuiakan dengan
kebutuhan, lalu biji plastik ditimbang / ditakar dan dicampur dengan bahan
tambahan lainnya lalu dihaluskan dengan cara diblender, hasil dari blender ini
dimasukan kedalam MOLD dan dicetak dengan cara penekanan tiup / cetat dan
ditambah dengan pendingin, pengambilan barang yang sudah dibentuk untuk
pengerjaan terakhir yaitu pemeriksaan, setelah pemeriksaan dilakukan langkah
selanjutnya yaitu di printing dan diperiksa serta disimpan digudang penyimpanaan
/ pengiriman.
Untuk lebih jelasnya lihat pada gambar No. 4.1 mengenai peta proses operasi
Battery 12 N5-3B
PETA PROSES OPERASI BATTERY 12 N5-3B
Gambar( 3.1) PPO Battrey 12 N5-3B.
16
d. Peralatan Produksi.
Dalam menunjang proses produksinya, adapun peralatan atau mesin yang
digunakan yaitu terdiri dari:
No Jenis Jumlah (Unit)1234
Injection Moulding Blow Moulding Sheet Extrusion Sereen Printing
9362371
Tabel (3.1) Peralatan Produksi2. Data Yang Dikumpulkan.
Untuk lebih mudah dalam melakukan penelitian atau pemecahan masalah
yang akan dibahas, terlebih dahulu penulis akan mencari dan mengumpulkan data-
data yang dibutuhkan sebagai pembahasan.
Data dicari dengan cara melakukan pengamatan terhadap produk-produk
yang sudah selesai prosesnya yaitu pada produk akhir yang sudah jadi, dengan
cara pengukuran langsung dan wawancara dengan pihak yang bersangkutan
khususnya dengan bidang yang akan dibahas. Untuk lebih jelasnya lihat pada
data-data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran dibawah ini.
a. Data Pesanan ProdukDari pengamatan yang dilakukan bahwa produk yang dihasilkan sesuai
dengan pesanan berjumlah sebanyak 57.600 unit / tahun.
Berarti pesanan setiap bulan sebesar, 57.600 unit / 12 bulan = 4.800 unit / bulan.
Dan asumsi hari kerja setiap bulannya yaitu 24 hari berarti, 4.800 unit / 24 hari - 200 unit/hari.
Bulan Jml ( unit )1 4.8002 4.8003 4.8004 4.8005 4.8006 4.8007 4.8008 4.8009 4.80010 4.80011 4.80012 4.800
Tabel (3.2 ) tabel pemesanan produk.
17
b. Data Produk Yang Cacat.
Dari pengamatan yang dilakukan bahwa produk yang dihasilkan setiap
bulanya konstan yaitu sebesar 4.800 unit / bulan. Dan telah ditentukan atau tertera
pada pembahasan data pesanan produk, yaitu bahwa untuk pesanan setiap hari
sebanyak 200 unit / hari. Setelah melakukan pemeriksaan terhadap barang hasil
produksinya yaitu terhadap produk Battrey 12 N5-3B, selama satu bulan
didapatkan bahwa dari sampel sebanyak 200 unit / hari barang yang mengalami
kerusakan akan dilihat pada gambar tabel berikut ini.
No. Jml Produk Jml Yang Rusak Bagian Yang Rusak1 200 10 0,052 200 5 0,0253 200 10 0,054 200 12 0,065 200 11 0,0556 200 9 0,0457 200 2 0,018 200 4 0,029 200 12 0,0610 200 19 0,09511 200 10 0,0512 200 15 0,07513 200 8 0,0414 200 14 0,0715 200 4 0,0216 200 10 0,0517 200 9 0,04518 200 11 0,05519 200 11 0,05520 200 13 0,06521 200 10 0,0522 200 9 0,04523 200 11 0,05524 200 12 0,06
Tabel (3.3) Data prosentase barang yang rusak
18
BAB IV
ANALISA PEMBAHASAN
Untuk lebih mengetahui tentang produk BATTERY 12 N5-3B yang
diproduksi oleh perusahaan ini, penulis akan meneliti apakah produk ini mampu
diterima oleh konsumendan khususnya pelanggan. Dan agar produk ini dapat
diterima atau tidak diterima maka penelitian data dilakukan dengan cara
menganalisa terhadap produk itu sendiri, untuk lebih jelasnya lihat pada bagian
pembahasan dibawah ini.
1. Pengawasan Produk Yang Diobservasi.
Hari ke
Jml Produk Jml Yang Rusak Bagian Yang Rusak
1 200 10 0,052 200 5 0,0253 200 10 0,054 200 12 0,065 200 11 0,0556 200 9 0,0451 200 2 0,018 200 4 0,029 200 12 0,06
10. 200 19 0,09511 200 10 0,0512 200 15 0,07513 200 8 0,0414 200 14 0,0715 200 4 0,0216 200 10 0,0517 200 9 0,04518 200 11 0,05519 200 11 0,05520 200 13 0,06521 200 10 0,0522 200 9 0,04523 200 11 0,05524 200 12 0,06
294 4800 241Tabel ( 4.1 ) Tabel prosentase barang yang rusak.
19
a. = /K x N
= 294 / 24x200
= 0,061
b. Sp =
c. Batas kontrolnya P ± 3.Sp
BKA = 0,061 +3(0,017)
= 0,112
BKB = 0,061 -3 (0,017)
= 0,010
d. Peta kontrol ( P- Charts ).
Gambar (4.1) Peta kontrol ( P- Charts ).
Dari pengawasan yang telah dilakukan bahwa semua produk yang
mempunyai prosentase cacat masih dapat dikendalikan, karena masih di dalam
pengawasan. Dan didasarkan pada proporsi atau prosentase penuh yang ditolak
20ontrol chart dibuat berdasarkan 20ontro 20ontro ( N ) barang yang cukup besar,
20ontro ini diperiksa semua ( pemeriksaan 100% ).
N = 200 unit / hari
n – 10 unit / hari ( Yaiig rusak ) dimana , 241 / 24 hari = 10 unit / hari
P = 5 %
Standar error bagian 20ontro yang rusak Sps = P ( 1-P ) / N
20
= 0,05( 1-0,05 )/200
= 0,0154
Batas pengawasan P ± 3. Sps
BKA = 0,05+ 3 (0,0154)
= 0,0962 atau 9,6%
BKB = 0,05 -3 (0,0154)
= 0,0038 atau 0,4 %
Jadi bila kerusakan perhari 5 % dari 200 unit / hari maka dapat diterima dan untuk
21ontro yang akan 21ontro harus dengan kerusakan antara 9,6 % dan 0,4 % dapat
diterima.
2. Pengawasan Jumlah Produk Yang Cacat.
a. Rata-rata jumlah cacat = Xi / k = 241 / 24 = 10,04
b. Simpangan baku np =
= 10,04 ( 1 – 10,04/200)
= 3,09
c. Batas kontrolnya ± 3. tnp
BKA = 10,04 + 3(3,09)
= 19,31
BKB = 10,04-3(3,09)
= 0,77
d. Peta 21ontrol" NP"
Dari kesimpulan diatas bahwa data-data produk yang cacat selama
produksi masih dapat diterima, karena dari produk cacat / hari masih dalam batas
yang terkendali.
3. Uji Nilai Tengah Produk Cacat.
21
Jika cacat produk rata-rata 10 unit / hari dengan selang kepercayaan 95 %
dan taraf nyata 5 % , apakah produk tersebut dapat diterima atau ditolak.
a. Ho : = 0b. Hi : ≠ 0c. = 0,05d. Wilayah t < -2,069 dan t > 2,069 , dimana V = N - 1
Gambar (4.2) Uji Nilai Tengahe. Perhitungan
X Xi Xi210 0 05 -5 2510 0 012 2 411 1- 19 -1 12 -8 644 -6 3612 2 419 9 8110 0 015 5 258 -2 414 4 164 -6 3610 0 09 -1 111 1 111 1 113 3 910 0 09 -1 111 1 112 2 4
S241 SI E315Tabel (4.2) Tabel pengujian Ho
= xi / n = 1 / 24 = 0,04
22
-t ,069 0 t2,069
S = n. xi2 - ( xi )2 / n (n - 1)
= 24 (315 )-( I )/24(23)
= 3,7
t =
= 0,05
f. Keputusan : terima Ho , pada taraf nyata 5%
Dan dengan selang kepercayaan 99 % dan taraf nyata 1 % yaitu
a. Ho : . = 0
b. Ho : ≠ 0
c. = 0,01
d. Wilayah t <2,807 dan t >-2,807 dimana V = N-l
Gambar (4.3) Uji Nilai Tengah
g. Keputusan terima Ho, pada taraf nyata 1 %.
4. Operating Characteristic Terhadap Produk.
" Kurva OC " digunakan untuk membantu penolakan barang yang rusak
dan penerimaan barang yang baik. Dan dari data diatas didapat;
N = 4800
n = 200
( Bila sampel rusak 11 aiau lebih dilolak }
C ≤ 10
Berarti dengan 10 barang yang rusak atau kurang dari itu pemeriksaan akan
menerima keseluruhan barang.
= 10 % dan LTPD =10%
= 5 % dan AOQL= 5 %
23
-t ,2,807 0 t ,807
Membuat Kurva - OC
p% N = n.p Pa ( tabei G )
P% N=n.p Pa(tabel G)1 22 4 0,9973 6 0,9574 8 0,8165 10 0,5836 127 148 16 0,0779 18 0,03010 20 0,011Tabel (4.3) tabel Kurva - OC
Dimana, resiko produsen pada AQL = 5% atau 0,583
resiko konsumen pada LTPD = 10 % atau 0,011
Gambar (4.4) AQL dan LTPD
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan.
Dari analisa data-data yang dilakukan pada Bab sebelumnya menunjukan
bahwa:
a. Pengawasan yang dilakukan terhadap barang yang diobservasi dengan
menggunakan metode " Control Charts " menyimpulkan bahwa batas kontrol
yang didapat yaitu, P ± 3.Sp dan didapat:
BKA = 0,061 + 3 ( 0,017 ) dan BKB = 0,061 - 3.( 0,017 )
Gambar ( 5.1 ) Peta kendali" Control Charts ".
Bahwa data yang telah diolah menyimpulkan semua produk cacat masih pada
kondisi terkendali.
b. Pengawasan terhadap banyaknya barang yang rusak dengan menggunakan
peta " NP ", dan menyimpulkan bahwa batas kontrol yang didapat yaitu ;
X ± 3.np dimana BKA = 10,04 + 3.( 3,09 )
= 19,31
BKB = 10,04 - 3 (3,09)
= 0,77
Gambar 5.2 Pea Kendali “N.P”
25
Bahwa banyaknya barang yang rusak perhari masih dapat terkendali dan
masih dalam batas yang wajar.
c. Batasan rata-rata mutu keluaran (AOQL) dan toleransi persen cacat (LTPD)
dengan nilai AQL = 5% dan nilai LTPD = 10%
Gambar 5.3 Diagram AQL
2. Saran - Saran.
Bahwa pengendalian kualitas yang dilakukan oleh PT.DYNAPLAST
sudah cukup baik , lalu penulis ingin memberikan suatu maskan atau saran yang
ditujukan pada perusahaan didalam penanganan kualitas produk yaitu:
1. Lakukan pengawasan yang berkelanjutan dan teratur terhadap proses produksi,
dalam arti pengawasan harus lebih diperketat dan ditingkatkan pada bagian
diantaranya:
a.Bahan mentah atau bahan baku
b. Peralatan ( Mesin )
c.Tenaga kerja
d. Manajemen produksi
e.Proses produksi
f. Dan pendukung yang lain
2. Lakukan komunikasi antar atasan dan bawahan agar lebih mudah dalam
melakukan aktivitasnya sebagai karyawan.
3. Gunakan secara optimal SDM dan SD perusahaan dalam mencapai produk
yang berkualitas.
4. Perhatikan jam kerja karyawan
5. Penjadwalan produksi.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Reksohadiprojo, Sukarno. Manajemen Produksi, edisi ketiga,Yogyakarta,
Universitas Gajah Mada.
2. Grant, L. Euqene. Pengendalian Mutu Statistis, edisi keenam jilid I, Jakarta,
Erlangga.
3 Walpole, E. Ronald. Pengantar Statistis, edisi ketiga, Jakarta, PT. Gramedia.
27
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Gambar / spesifikasi produk BATERRY 12 N5-3B
2. Tabel G, untuk pengendalian “Kurva OV
3. Tabel A.3, Distribusi poison
4. Tabel A.4, untuk kurva normal
5. Tabel A.5, untuk sebaran t
28
29
30
31
32
33