makalah
-
Upload
arif-fahrudin -
Category
Documents
-
view
14 -
download
0
description
Transcript of makalah
![Page 1: makalah](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022020103/577c79591a28abe05492589c/html5/thumbnails/1.jpg)
TUGAS MAKALAH
TEORI GESTALT
Disusun untuk memenuhi tugas mk Teori-Teori Konseling 1
Dosen pengampu Ibu. Hastin Budisiwi, S.Psi, M.Pd
Disusun Oleh :
Arif Fahrudin (1115500011)
Eva Rosdiana Maulida (1115500029)
Moch. Mughni H.B.L (1115500056)
Kelas : 2 D
Progi BK
PROGRAM STUDY BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2015
![Page 2: makalah](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022020103/577c79591a28abe05492589c/html5/thumbnails/2.jpg)
DAFTAR ISI BAB I ...................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 3
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................................... 4
C. TUJUAN ................................................................................................................................ 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 5
A. Nama Pendekatan ................................................................................................................. 5
B. Tokoh ..................................................................................................................................... 5
C. Konsep Dasar Konseling Gestalt ......................................................................................... 6
D. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah ..................................................................................... 7
E. Tujuan Konseling Gestalt ..................................................................................................... 8
F. Peran Konselor Gestalt ......................................................................................................... 8
G. Deskripsi Proses Konseling Gestalt ..................................................................................... 9
H. Deskripsi Fase-fase Proses Konseling Gestalt : .................................................................. 9
I. Teknik – Teknik Konseling Gestalt ................................................................................... 11
J. KELEBIHAN DAN KETERBATASAN TEORI GESTALT ......................................... 12
K. CONTOH PENERAPAN PENDEKATAN KONSELING GESTALT .......................... 13
BAB III ................................................................................................................................................. 15
PENUTUP ........................................................................................................................................ 15
A. KESIMPULAN ................................................................................................................... 15
B. SARAN ................................................................................................................................. 15
![Page 3: makalah](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022020103/577c79591a28abe05492589c/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konseling adalah suatu pelayanan profesional yang terancang untuk mendampingi
seseorang agar memperoleeh pemahaman lebih mendalam tentang berbagai permasalahan
dan segala kemampuan pribadi. yang nantinya hal ini akan di gunakan untuk
mendampingi klien atau konseli yang sedang dalam masalah.
Teori konseling ialah suatu konseptualisasi atau kerangka acuan berpikir tentang
bagaimana proses konseling berlangsung. yang nantinya akan menghasilkan layanan
konseling terhadap konseli sehingga menghasilkaan perubahan yang berarti terhadap
perubahan yang terjadi pada diri konseli dalam hal berpikir, cara berperasaan dan cara
berperilaku.
Lahirnya suatu teori mempunyai kaitan dasar pribadi, sosiologis, dan filosofis. Suatu
teori mencerminkan kepribadian pembuatnya, sebagai suatu hasil proses waktu, kondisi
kekuatan sosial dan budaya dan filsafat yang dianut pembuatnya. Teori-teori konseling
muncul bersamaan dengan munculnya konseling itu sendiri sejak permulaan abad 20.
Sebagaimana dikatakan di atas, pemunculan suatu teori berkaitan dengan pribadi
pembuatnya, waktu dan tempat, kondisi sosial budaya dan filsafat. Demikian pula
pemuculan teori-teori konseling mempunyai karakteristik tersendiri dan juga memiliki
kelebihhan dan keterbatasan.
Ada beberapa teori konseling yang bisa digunakan oleh konselor untuk menyelesaikan
suatu permasalahan. Begitu pula dengan pendekatan konseling Gestalt yang
menitikberatkan pada semua yang timbul pada saat ini.
Pendekatan ini tidak memperhatikan masa lampau dan juga tidak memperhatikan
yang akan datang. Memperhatikan masa lampau jika dibutuhkan atau jika ada kaitannya
untuk menyelesaikan masalahnya yang sekarang. Jadi pendekatan Gestalt lebih
menekankan pada proses yang ada selama konseling berlangsung.
![Page 4: makalah](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022020103/577c79591a28abe05492589c/html5/thumbnails/4.jpg)
Pendekatan konseling Gestalt juga menekankan pentingnya penyadaran (awareness),
yaitu persepsi, perasaan, dan tindakan klien. Klien diterima apa adanya menurut dunia
pengalamannya. Dalam penerimaan ini, penjelasan dan interpretasi dianggap tidak
penting.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pendekatan konseling Gestalt itu?
b. Apa konsep dasar dari pendekatan konseling Gestalt itu?
c. Bagaimana asumsi perilaku yang bermasalah dalam pandangan teori Gestalt?
d. Apa saja tujuan konseling dalam pendekatan Gestalt?
e. Bagaimana konselor memainkan perannya pada saat memberikan konseling
kepada kliennya?
f. Bagaimana proses dan teknik yang benar pada pendekatan konseling Gestalt?
g. Apa kelebihan dan keterbatasan pendekatan konseling Gestalt?
h. Bagaimana contoh aplikasi penerapan Teori dan teknik dari pendekatan Gestalt ?
C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui makna dan konsep dasar dalam pendekatan konseling Gestalt.
b. Untuk mengetahui tujuan, peran konselor, proses, dan teknik dalam pendekatan
konseling Gestalt.
c. Untuk mengetahui kelebihan maupun keterbatasan dari penddekatan konseling
Gestalt.
d. Untuk mengetahui contoh penerapan teori dan teknik dari pendekatan konseling
Gestalt.
![Page 5: makalah](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022020103/577c79591a28abe05492589c/html5/thumbnails/5.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nama Pendekatan
Pendekatan yang akan dibahas pada makalah ini adalah mengenai pendekatan
konseling Gestalt. Pendekatn konseling gestalt ini dikembangkan oleh Frederick S.Pearl
(1894-1970) yang didasari oleh empat aliran psikoanalisis, fenomenologis, dan
eksistensialisme.
Kata “Gestalt” berasal dari bahasa Jerman yang berarti meresepsikan suatu bentuk,
maka bentuk itu tidak pernah tampil bagian per bagian tapi selalu sebagai keseluruhan.
Misalnya ketika melihat sebuah pohon , kita menangkapnya secara keseluruhan, bukan
bagian per bagian batang, cabang, ranting, dan daun.
Pendekatan konseling Gestalt mengungkapkan mengenai struktur dan perkembangan
kepribadian. Pendekatan konseling Gestalt adalah suatu pendekatan eksistensial yang
menekankan kesadaran di sini dan sekarang. Fokus utamanya adalah pada apa dan
bagaimananya tingkah laku dan pada peran urusan yang tak selesai dari masa lampau yang
menghambat kemampuan individu untuk bisa berfungsi secara afektif.
Disamping itu, pendekatan konseling Gestalt juga menekankan pentingnya dialog
sebagai bentuk komunikasi hati ke hati. Perbedaan perspektif dalam dialog bukan masalah,
bahkan harus dijadikan kekuatan yang mengiringi proses konseling. Tujuan yang ingin
dicapai pada pendekatan konseling Gestalt ini adalah kesadaran klien akan perilakunya yang
keliru dan keinginan pribadi untuk mengubah perilaku itu.
B. Tokoh
Frederick dilahirkan di Berlin dan berasal dari keluarga Yahudi. Masa mudanya
adalah masa-masa yang penuh dengan masalah. Dia mengganggap dirinya sebagai sumber
masalah dalam keluarganya dan dia bermasalah dengan pendidikannya. Bahkan di kelas
tujuh, Frederick sempat tinggal kelas sebanyak dua kali dan bahkan keluar dari sekolah
karena dia memiliki masalah dengan gurunya. Walaupun dimasa mudanya Frederick
![Page 6: makalah](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022020103/577c79591a28abe05492589c/html5/thumbnails/6.jpg)
memiliki masalah dengan pendidikan, tetapi dia dapat menyelesaikan sarjananya, dan pada
tahun 1916 dia bergabung dengan angkatan darat Jerman pada PD I.
Proses perkembangan teori Gestalt tidak bisa dilepaskan dari sosok Laura (Lore)
Posner (1905-1990). Dia adalah isteri Frederick Perls yang secara signifikan turut
mengembangkan teori Gestalt. Laura dilahirkan di Pforzheim Jerman. Awal mulanya dia
adalah seorang pianis sampai dengan umur 18 tahun. Pada awalnya, Laura juga seorang
pengikut aliran Psikoanalisa, yang kemudian pindah untuk mendalami teori-teori Gestalt.
Pada tahun 1926, Laura dan Perls secara aktif melakukan kolaborasi untuk mengembangkan
teori Gestalt, hingga pada tahun 1930 akhirnya mereka menikah. Pada tahun 1952, mereka
mendirikan New York Institute for Gestalt Therapy.
C. Konsep Dasar Konseling Gestalt
Pendekatan konseling Gestalt berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya
selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan
penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya,
melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut. Manusia aktif terdorong
kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi,
memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju
terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi. Dalam teori Gestalt terdapat empat konsep
pokok dalam terapi ini adalah penghayatan diri sendiri dalam situasi hidup yang konkret
(awarenesss), tanggung jawab perseorangan (unity of person), dan penyadaran akan berbagai
halangan yang menghambat penghayatan diri sendiri (blocked awareness).
Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia, pendekatan Konseling
Gestalt memandang bahwa tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Masa lalu telah pergi
dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan manusia adalah
masa sekarang. Dalam pendekatan Konseling Gestalt ini, kecemasan dipandang sebagai
“kesenjangan antara saat sekarang dan kemudian”. Jika individu menyimpang dari saat
sekarang dan menjadi terlalu terpaku pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan.
![Page 7: makalah](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022020103/577c79591a28abe05492589c/html5/thumbnails/7.jpg)
Dalam pendekatan gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai
(unfinished business), yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti
dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa
diabaikan. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan
ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran,
perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan di bawa pada kehidupan sekarang
dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang
lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani
perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu.
D. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah
Individu bermasalah kaena terjadi pertentangan antara kekuatan “top dog” dan
keberadaan “under dog”. Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut,
mengancam. Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif,
ingin dimaklumi.
Perkembangan yang terganggu adalah tidak terjadi keseimbangan antara apa-apa yang
harus (self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self).
1. Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis
2. Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya
3. Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang
4. Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi
Spektrum tingkah laku bermasalah pada individu meliputi :
1. Kepribadian kaku (rigid)
2. Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap tergantung
3. Menolak berhubungan dengan lingkungan
4. Memeliharan unfinished bussiness
5. Menolak kebutuhan diri sendiri
6. Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih”.
![Page 8: makalah](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022020103/577c79591a28abe05492589c/html5/thumbnails/8.jpg)
E. Tujuan Konseling Gestalt
Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu mengembangkan potensi diri dari
klien serta membantu klien agar berani mengahadapi berbagai macam tantangan maupun
kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslah dapat
berubah dari sifat ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain agar klien lebih menjadi
pribadi yang selalu percaya diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meningkatkan
kebermaknaan hidupnya.
Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara
penuh, melainkan baru memanfaatkan sebagaian dari potensi yang dimilikinya. Melalui
konseling konselor ini membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.
Secara lebih spesifik tujuan konseling Gestalt adalah sebagai berikut.
1. Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau
realita sesungguhnya.
2. Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya.
3. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke
mengatur diri sendiri (to be true to himself)
4. Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat bertingkah laku menurut prinsip-
prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu
akan muncul pasti dapat diatasi dengan baik.
F. Peran Konselor Gestalt
Peran konselor dalam pendekatan konseling Gestalt ini adalah :
1. Memfokuskan pada perasaan klien, antara kesadaran pada saat yang sedang
berjalan, serta hambatan terhadap kesadaran.
2. Tugas terapis adalah menantang klien sehingga mereka mau memanfaatkan indera
mereka sepenuhnya dan berhubungan dengan pesan-pesan tubuh mereka.
3. Menaruh perhatian pada bahasa tubuh klien, sebagai petunjuk non verbal.
4. Secara halus berkonfrontasi dengan klien guna untuk menolong mereka menjadi
sadar akan akibat dari bahasa mereka.
![Page 9: makalah](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022020103/577c79591a28abe05492589c/html5/thumbnails/9.jpg)
G. Deskripsi Proses Konseling Gestalt
Fokus utama konseling gestalt adalah terletak pada bagaimana keadaan klien sekarang
serta hambatan-hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya. Oleh karena itu tugas
konselor adalah mendorong klien untuk dapat melihat dan menerima kenyataan yang ada
pada dirinya serta mau mencoba menghadapinya. Dalam hal ini perlu diarahkan agar klien
mau belajar menggunakan perasaannya secara penuh. Untuk itu klien bisa diajak untuk
memilih dua alternatif, ia akan menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau membuka diri
untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang.
Konselor hendaknya menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-
keinginannya untuk melakukan diagnosis, interpretasi maupun memberi nasihat. Konselor
sejak awal konseling sudah mengarahkan tujuan agar klien menjadi matang dan mampu
menyingkirkan hambatan-hambatan yang menyebabkan klien tidak dapat berdiri sendiri.
Dalam hal ini, fungsi konselor adalah membantu klien untuk melakukan transisi dari sifat
ketergantungannya terhadap faktor luar menjadi percaya akan kekuatan dirinya sendiri.
Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan membuka ketersesatan atau kebuntuan klien.
Pada saat klien mengalami gejala kesesatan dan klien menyatakan kekalahannya
terhadap lingkungan dengan cara mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak berdaya,
bodoh, atau gila, maka tugas konselor adalah membuat perasaan klien untuk bangkit dan mau
menghadapi ketersesatannya sehingga potensinya dapat berkembang lebih optimal.
H. Deskripsi Fase-fase Proses Konseling Gestalt :
Fase pertama, konselor mengembangkan setiap pertemuan konseling, agar tercapai
situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada diri klien. Pola
hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masing-masing klien
mempunyai sifat keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung
kepada masalah yang harus dipecahkan.
Fase kedua, konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien. Ada dua hal yang
dilakukan konselor dalam fase ini, yaitu :
![Page 10: makalah](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022020103/577c79591a28abe05492589c/html5/thumbnails/10.jpg)
- Membangkitkan motivasi klien, dalam hal ini klien diberi kesempatan untuk
menyadari ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya. Semakin tinggi kesadaran
klien terhadap ketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk mencapai perubahan
dirinya, sehingga makin tinggi pula keinginannya untuk bekerja sama dengan
konselor.
- Membangkitkan dan mengembangkan otonomi klien dan menekankan kepada klien
bahwa klien boleh menolak atas saran-saran konselor asal dapat mengemukakan
alasan-alasannya kenapa menolak untuk mengikuti saran konselor secara bertanggung
jawab.
Fase ketiga, konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat
ini, klien diberi kesempatan untuk mengingat merasakan kembali segala perasaan dan
perbuatan pada masa lalunya. Melalui fase ini, konselor berusaha menemukan celah-celah
kepribadian atau aspek-aspek kepribadian yang hilang, dari sini dapat diidentifikasi apa yang
harus dilakukan klien.
Fase keempat, setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran,
perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling.
Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas
kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi. klien telah memiliki kepercayaan
pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat sekarang, sadar dan bertanggung
jawab atas sifat otonominya, perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya dan tingkah lakunya.
Dalam situasi ini klien secara sadar dan bertanggung jawab memutuskan untuk
“melepaskan” diri dari konselor, dan siap untuk mengembangan potensi dirinya.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam konseling Gestalt yaitu sebagai berikut :
a. Inklusi, konselor terlibat sepenuhnya dalam mendengarkan curahan pengalaman klien.
b. Kehadiran, konselor hadir dihadapan klien dan dengan terbuka mengekspresikan
pengamatan, perasaan, pikiran, dan pengalaman pribadinya.
c. Komitmen dan penghayatan dialog, dalam konseling komunikasi harus melebihi
obrolan yang biasa saja karena dalam melakukan konseling komunikasi itu harus
![Page 11: makalah](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022020103/577c79591a28abe05492589c/html5/thumbnails/11.jpg)
benar benar terbuka, jujur serta serius karena untuk membantu mengerti masalah yang
sedang dihadapi secara penuh tanpa ada yang ditutup tutupi.
I. Teknik – Teknik Konseling Gestalt
a) Permainan dialog, klien dikondisikan untuk mendialogkan dua kecenderungan
yang saling bertentangan yaitu, kecenderungan top dog (adil, menuntut, dan
berlaku sebagai majikan) dan under dog (korban, bersikap tidak berdaya, membela
diri, dan tak berkuasa). Disini ada permainan kursi kosong, yaitu klien diharapkan
bermain dialog dengan memerankan top dog maupun under dog sehingga klien
dapat merasakan keduanya dan dapat melihat sudut pandang dari keduanya.
b) Teknik pembalikan, Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali
mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya.
Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang
berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya. Misalnya : klien
mempunyai salah kepada ibunya lalu ibunya memarahi dirinya, yang menurutnya
ia tidak bersalah. Kemudia konselor menyuruhnya untuk berperan menjadi
seorang ibu untuk merasakan perasaan ibunya terhadap dirinya, supaya klien tau
apakah yang dilakukan ibunya salah apa benar.
c) Bermain proyeksi, Memantulkan pada orang lain perasaan-perasaan yang ada
pada dirinya sendiri. Dalam hal ini terdapat kaitanya dengan suatu cerita,
mencurahkan perasaan hati kepada orang lain untuk meminta pendapat apa yang
ia telah lalui, supaya bisa member jalan keluar yang baik terhadap dirinya.
d) Tetap dengan perasan, teknik ini bisa digunakan pada saat klien menunjuk pada
perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan yang sangat ingin
dihindarinya. tetapi mendesak klien untuk tetap atau menahan perasan yang ingin
ia hindari. Kebanyakan konselor sekarang menginginkan klien untuk cepat keluar
dari suatu permasalahan, padahal hal itu tidak menunjukan rasa bertanggung
jawab bagi klien nantinya. Biarlah klien merasakan apa yang ia hadapi, suruh
klien menyerapi perasaan yang ada supaya ia merasa puas dalam keadaan seperti
itu, lama-kelamaan klien juga akan menyadari apa yang ia harus perbuat nantinya
supaya lebih baik lagi.
![Page 12: makalah](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022020103/577c79591a28abe05492589c/html5/thumbnails/12.jpg)
J. KELEBIHAN DAN KETERBATASAN TEORI GESTALT
Kelebihan
Terapi Gestalt menolak mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk tidak
berubah, artinya dalam teori ini suatu permasalahan pasti ada jalan keluarnya
jangan pernah dirinya merasa tidak mampu untuk menangani atau menyelesaikan
permasalahan tersebut.
Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna dan
penafsiran-penafsiran sendiri. Dengan adanya tekni tetap dengan perasaan apa
yang klien rasakan maka akan terjadi suatu penekanan, orang terkadang kalau
sudah di tekan maka ia akan menemukan penafsiran apa yang nantinya akan ia
lakukan.
Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-
pesan tubuh. adanya salah satu teknik yaitu yang klien disuruh untuk menjadi
sosok atau individu dengan sudut pandang yang berbeda maka secara tidak
langsung teori gestalt memberikan perhatian tentang permasalahan klien tersebut
dan mencoba untuk meresapi permasalahan klien.
Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa
lampau yang relevan ke saat sekarang. Artinya permasalahan seorang klien yang
lalu di ceritakan dimasa sekarang, seperti contohnya yaitu menceritakan pemain
sepakbola yang dulu seperti maradona kemudian dimasa sekarang ada lionel messi
yang sama”mempunyai skill kidal yang sama-sama hebatnya.
Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung
menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah klien.
Kelemahan
Para klien sering bereaksi negative terhadap sejumlah teknik Gestalt karena
merasa dianggap tolol. Ya dengan adanya suatu teknik yang menyuruh klien
melakukan apa yang telah dialaminya tidak besar kemungkinan orang lain
menganggap hal ini lelucon dan membuang-buang waktu saja.
Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi
mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain.
![Page 13: makalah](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022020103/577c79591a28abe05492589c/html5/thumbnails/13.jpg)
Pendekatan gestalt cenderung kurang memperhatikan faktor kognitif.
Menjadi tidak produktif bila penggunaan teknik-teknik gestalt dikembangkan
secara mekanis.
K. CONTOH PENERAPAN PENDEKATAN KONSELING GESTALT
1. Setting Individu
Sebagai contoh, klien adalah seorang ibu yang terlalu keras mendidik anak perempuannya
yang berusia 13 tahun. Aturan keras dari ibu membuat anak merasa ketakutan, cemas dan
trauma bahakan beberapa hari tidak pulang kerumah yang tanpa sepengetahuan ibunya
ternyata anaknya menginap di rumah nenek. Suaminya yang merasa kecewa dan kewalahan
terhadap sikap istrinya yang keras itu akhirnya meminta cerai.
Latar bekang yang membuat istrinya keras seperti itu adalah didikan dari orang tua sang
istri yang terlalu keras dari kecil sampai remaja. Istri sebenarnya merasa “sakit hati” dengan
perlakuan itu dan sangant dendam. Dan didikan keras itulah yang diteruskannya kepada
putrinya.
Dalam kasus seperti ini, konselor dapat menerapkan teknik permainan dialog yang
didalamnya ada teknik kursi kosong. Klien disuruh untuk berperan sebagai under dog yang
menjadi korban. Klien di arahkan untuk menjadi sadar akan perbuatannya saat ini bahwa
sikapnya yang keras itu hanya sebagai ungkapan balas dendam yang di teruskan kepada
putrinya. Selain itu, klien bisa disuruh untuk melakukan permainan ulangan. Mengulang
kembali apa yang dialaminya dulu atas sikap kasar orang tuanya dengan upaya meningkatkan
kesadaran atas pengulangan tersebut.
2. Setting Kelompok
Sebagai contoh, teknik bermain peran di dalam kelompok. Misalnya seseorang yang
merasa khawatir akan apa yang di pikirkan orang lain terhadapnya, ia kemudian diminta
untuk memerankan orang yang mungkin menilainya itu. Setelah ia memerankan orang yang
![Page 14: makalah](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022020103/577c79591a28abe05492589c/html5/thumbnails/14.jpg)
danggapnya menilai dirinya, ia di minta untuk mengecek kembali pada orang iti. Tidak jarang
terjadi bahwa apa yang dianggapnya itu tidak nyata. Semua itu hanya penilaian saja, padahal
orang lain tidak menilainya seperti yang dianggapnya.
Dalam setting kelompok seperti ini, biasanya anggota akan lebih cepat mengenali
keyakinan yang kurang rasional yang selama ini belum pernah dicocokkannya dengan orang
lain.
![Page 15: makalah](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022020103/577c79591a28abe05492589c/html5/thumbnails/15.jpg)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori Gestalt adalah terapi yang membuat seorang konseli atau klien merasa frustasi (berada
jalan buntu), tetapi frustasi itu dipandang sebagai landasan bagi usaha baru yang lebih konstruktif.
mengakui kegagalan dalam diri sendiri adalah cerminan bagi diri sendiri untuk menghadapi masalah
yang di hadapi. pendekatan yang dilakukan dengan cara keseluruhan tanpa memandang sebagian saja
dan penerapannya digunakan kepada diri seorang konseli.
B. SARAN
Ketika akan menerapkan teori gestalt harus memperhatikan keadaan yang di alami oleh klien
sebab teori gestalt juga memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri sehingga apabila tidak tepat
penggunaannya maka nantinya klien tidak merasa terbantu
![Page 16: makalah](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022020103/577c79591a28abe05492589c/html5/thumbnails/16.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
wingkel .W.S & Sri hastuti; Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, 2013; media
abadi, Yogyakarta
https://indahnurulsafitri.wordpress.com/2015/04/12/pendekatan-konseling-gestalt/ (diakses 4
Mei 2016)
https://binham.wordpress.com/2012/05/22/teori-dan-teknik-konseling-pendekatan-
gestalt/ (diakses 4 Mei 2016)
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-gestalt/ (diakses 4 Mei 2016)