makalah

16
TUGAS MAKALAH TEORI GESTALT Disusun untuk memenuhi tugas mk Teori-Teori Konseling 1 Dosen pengampu Ibu. Hastin Budisiwi, S.Psi, M.Pd Disusun Oleh : Arif Fahrudin (1115500011) Eva Rosdiana Maulida (1115500029) Moch. Mughni H.B.L (1115500056) Kelas : 2 D Progi BK PROGRAM STUDY BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL 2015

description

teori konseling

Transcript of makalah

Page 1: makalah

TUGAS MAKALAH

TEORI GESTALT

Disusun untuk memenuhi tugas mk Teori-Teori Konseling 1

Dosen pengampu Ibu. Hastin Budisiwi, S.Psi, M.Pd

Disusun Oleh :

Arif Fahrudin (1115500011)

Eva Rosdiana Maulida (1115500029)

Moch. Mughni H.B.L (1115500056)

Kelas : 2 D

Progi BK

PROGRAM STUDY BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

2015

Page 2: makalah

DAFTAR ISI BAB I ...................................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 3

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................... 3

B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................................... 4

C. TUJUAN ................................................................................................................................ 4

BAB II .................................................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 5

A. Nama Pendekatan ................................................................................................................. 5

B. Tokoh ..................................................................................................................................... 5

C. Konsep Dasar Konseling Gestalt ......................................................................................... 6

D. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah ..................................................................................... 7

E. Tujuan Konseling Gestalt ..................................................................................................... 8

F. Peran Konselor Gestalt ......................................................................................................... 8

G. Deskripsi Proses Konseling Gestalt ..................................................................................... 9

H. Deskripsi Fase-fase Proses Konseling Gestalt : .................................................................. 9

I. Teknik – Teknik Konseling Gestalt ................................................................................... 11

J. KELEBIHAN DAN KETERBATASAN TEORI GESTALT ......................................... 12

K. CONTOH PENERAPAN PENDEKATAN KONSELING GESTALT .......................... 13

BAB III ................................................................................................................................................. 15

PENUTUP ........................................................................................................................................ 15

A. KESIMPULAN ................................................................................................................... 15

B. SARAN ................................................................................................................................. 15

Page 3: makalah

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konseling adalah suatu pelayanan profesional yang terancang untuk mendampingi

seseorang agar memperoleeh pemahaman lebih mendalam tentang berbagai permasalahan

dan segala kemampuan pribadi. yang nantinya hal ini akan di gunakan untuk

mendampingi klien atau konseli yang sedang dalam masalah.

Teori konseling ialah suatu konseptualisasi atau kerangka acuan berpikir tentang

bagaimana proses konseling berlangsung. yang nantinya akan menghasilkan layanan

konseling terhadap konseli sehingga menghasilkaan perubahan yang berarti terhadap

perubahan yang terjadi pada diri konseli dalam hal berpikir, cara berperasaan dan cara

berperilaku.

Lahirnya suatu teori mempunyai kaitan dasar pribadi, sosiologis, dan filosofis. Suatu

teori mencerminkan kepribadian pembuatnya, sebagai suatu hasil proses waktu, kondisi

kekuatan sosial dan budaya dan filsafat yang dianut pembuatnya. Teori-teori konseling

muncul bersamaan dengan munculnya konseling itu sendiri sejak permulaan abad 20.

Sebagaimana dikatakan di atas, pemunculan suatu teori berkaitan dengan pribadi

pembuatnya, waktu dan tempat, kondisi sosial budaya dan filsafat. Demikian pula

pemuculan teori-teori konseling mempunyai karakteristik tersendiri dan juga memiliki

kelebihhan dan keterbatasan.

Ada beberapa teori konseling yang bisa digunakan oleh konselor untuk menyelesaikan

suatu permasalahan. Begitu pula dengan pendekatan konseling Gestalt yang

menitikberatkan pada semua yang timbul pada saat ini.

Pendekatan ini tidak memperhatikan masa lampau dan juga tidak memperhatikan

yang akan datang. Memperhatikan masa lampau jika dibutuhkan atau jika ada kaitannya

untuk menyelesaikan masalahnya yang sekarang. Jadi pendekatan Gestalt lebih

menekankan pada proses yang ada selama konseling berlangsung.

Page 4: makalah

Pendekatan konseling Gestalt juga menekankan pentingnya penyadaran (awareness),

yaitu persepsi, perasaan, dan tindakan klien. Klien diterima apa adanya menurut dunia

pengalamannya. Dalam penerimaan ini, penjelasan dan interpretasi dianggap tidak

penting.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apa pendekatan konseling Gestalt itu?

b. Apa konsep dasar dari pendekatan konseling Gestalt itu?

c. Bagaimana asumsi perilaku yang bermasalah dalam pandangan teori Gestalt?

d. Apa saja tujuan konseling dalam pendekatan Gestalt?

e. Bagaimana konselor memainkan perannya pada saat memberikan konseling

kepada kliennya?

f. Bagaimana proses dan teknik yang benar pada pendekatan konseling Gestalt?

g. Apa kelebihan dan keterbatasan pendekatan konseling Gestalt?

h. Bagaimana contoh aplikasi penerapan Teori dan teknik dari pendekatan Gestalt ?

C. TUJUAN

a. Untuk mengetahui makna dan konsep dasar dalam pendekatan konseling Gestalt.

b. Untuk mengetahui tujuan, peran konselor, proses, dan teknik dalam pendekatan

konseling Gestalt.

c. Untuk mengetahui kelebihan maupun keterbatasan dari penddekatan konseling

Gestalt.

d. Untuk mengetahui contoh penerapan teori dan teknik dari pendekatan konseling

Gestalt.

Page 5: makalah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Nama Pendekatan

Pendekatan yang akan dibahas pada makalah ini adalah mengenai pendekatan

konseling Gestalt. Pendekatn konseling gestalt ini dikembangkan oleh Frederick S.Pearl

(1894-1970) yang didasari oleh empat aliran psikoanalisis, fenomenologis, dan

eksistensialisme.

Kata “Gestalt” berasal dari bahasa Jerman yang berarti meresepsikan suatu bentuk,

maka bentuk itu tidak pernah tampil bagian per bagian tapi selalu sebagai keseluruhan.

Misalnya ketika melihat sebuah pohon , kita menangkapnya secara keseluruhan, bukan

bagian per bagian batang, cabang, ranting, dan daun.

Pendekatan konseling Gestalt mengungkapkan mengenai struktur dan perkembangan

kepribadian. Pendekatan konseling Gestalt adalah suatu pendekatan eksistensial yang

menekankan kesadaran di sini dan sekarang. Fokus utamanya adalah pada apa dan

bagaimananya tingkah laku dan pada peran urusan yang tak selesai dari masa lampau yang

menghambat kemampuan individu untuk bisa berfungsi secara afektif.

Disamping itu, pendekatan konseling Gestalt juga menekankan pentingnya dialog

sebagai bentuk komunikasi hati ke hati. Perbedaan perspektif dalam dialog bukan masalah,

bahkan harus dijadikan kekuatan yang mengiringi proses konseling. Tujuan yang ingin

dicapai pada pendekatan konseling Gestalt ini adalah kesadaran klien akan perilakunya yang

keliru dan keinginan pribadi untuk mengubah perilaku itu.

B. Tokoh

Frederick dilahirkan di Berlin dan berasal dari keluarga Yahudi. Masa mudanya

adalah masa-masa yang penuh dengan masalah. Dia mengganggap dirinya sebagai sumber

masalah dalam keluarganya dan dia bermasalah dengan pendidikannya. Bahkan di kelas

tujuh, Frederick sempat tinggal kelas sebanyak dua kali dan bahkan keluar dari sekolah

karena dia memiliki masalah dengan gurunya. Walaupun dimasa mudanya Frederick

Page 6: makalah

memiliki masalah dengan pendidikan, tetapi dia dapat menyelesaikan sarjananya, dan pada

tahun 1916 dia bergabung dengan angkatan darat Jerman pada PD I.

Proses perkembangan teori Gestalt tidak bisa dilepaskan dari sosok Laura (Lore)

Posner (1905-1990). Dia adalah isteri Frederick Perls yang secara signifikan turut

mengembangkan teori Gestalt. Laura dilahirkan di Pforzheim Jerman. Awal mulanya dia

adalah seorang pianis sampai dengan umur 18 tahun. Pada awalnya, Laura juga seorang

pengikut aliran Psikoanalisa, yang kemudian pindah untuk mendalami teori-teori Gestalt.

Pada tahun 1926, Laura dan Perls secara aktif melakukan kolaborasi untuk mengembangkan

teori Gestalt, hingga pada tahun 1930 akhirnya mereka menikah. Pada tahun 1952, mereka

mendirikan New York Institute for Gestalt Therapy.

C. Konsep Dasar Konseling Gestalt

Pendekatan konseling Gestalt berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya

selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan

penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya,

melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut. Manusia aktif terdorong

kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya

Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi,

memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju

terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi. Dalam teori Gestalt terdapat empat konsep

pokok dalam terapi ini adalah penghayatan diri sendiri dalam situasi hidup yang konkret

(awarenesss), tanggung jawab perseorangan (unity of person), dan penyadaran akan berbagai

halangan yang menghambat penghayatan diri sendiri (blocked awareness).

Dalam hubungannya dengan perjalanan kehidupan manusia, pendekatan Konseling

Gestalt memandang bahwa tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Masa lalu telah pergi

dan masa depan belum dijalani, oleh karena itu yang menentukan kehidupan manusia adalah

masa sekarang. Dalam pendekatan Konseling Gestalt ini, kecemasan dipandang sebagai

“kesenjangan antara saat sekarang dan kemudian”. Jika individu menyimpang dari saat

sekarang dan menjadi terlalu terpaku pada masa depan, maka mereka mengalami kecemasan.

Page 7: makalah

Dalam pendekatan gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai

(unfinished business), yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti

dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa

diabaikan. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan

ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesadaran,

perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan di bawa pada kehidupan sekarang

dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang

lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani

perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu.

D. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah

Individu bermasalah kaena terjadi pertentangan antara kekuatan “top dog” dan

keberadaan “under dog”. Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntut,

mengancam. Under dog adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif,

ingin dimaklumi.

Perkembangan yang terganggu adalah tidak terjadi keseimbangan antara apa-apa yang

harus (self-image) dan apa-apa yang diinginkan (self).

1. Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis

2. Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya

3. Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang

4. Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi

Spektrum tingkah laku bermasalah pada individu meliputi :

1. Kepribadian kaku (rigid)

2. Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap tergantung

3. Menolak berhubungan dengan lingkungan

4. Memeliharan unfinished bussiness

5. Menolak kebutuhan diri sendiri

6. Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam-putih”.

Page 8: makalah

E. Tujuan Konseling Gestalt

Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu mengembangkan potensi diri dari

klien serta membantu klien agar berani mengahadapi berbagai macam tantangan maupun

kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslah dapat

berubah dari sifat ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain agar klien lebih menjadi

pribadi yang selalu percaya diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meningkatkan

kebermaknaan hidupnya.

Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan potensinya secara

penuh, melainkan baru memanfaatkan sebagaian dari potensi yang dimilikinya. Melalui

konseling konselor ini membantu klien agar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian dapat

dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal.

Secara lebih spesifik tujuan konseling Gestalt adalah sebagai berikut.

1. Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau

realita sesungguhnya.

2. Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya.

3. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke

mengatur diri sendiri (to be true to himself)

4. Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat bertingkah laku menurut prinsip-

prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu

akan muncul pasti dapat diatasi dengan baik.

F. Peran Konselor Gestalt

Peran konselor dalam pendekatan konseling Gestalt ini adalah :

1. Memfokuskan pada perasaan klien, antara kesadaran pada saat yang sedang

berjalan, serta hambatan terhadap kesadaran.

2. Tugas terapis adalah menantang klien sehingga mereka mau memanfaatkan indera

mereka sepenuhnya dan berhubungan dengan pesan-pesan tubuh mereka.

3. Menaruh perhatian pada bahasa tubuh klien, sebagai petunjuk non verbal.

4. Secara halus berkonfrontasi dengan klien guna untuk menolong mereka menjadi

sadar akan akibat dari bahasa mereka.

Page 9: makalah

G. Deskripsi Proses Konseling Gestalt

Fokus utama konseling gestalt adalah terletak pada bagaimana keadaan klien sekarang

serta hambatan-hambatan apa yang muncul dalam kesadarannya. Oleh karena itu tugas

konselor adalah mendorong klien untuk dapat melihat dan menerima kenyataan yang ada

pada dirinya serta mau mencoba menghadapinya. Dalam hal ini perlu diarahkan agar klien

mau belajar menggunakan perasaannya secara penuh. Untuk itu klien bisa diajak untuk

memilih dua alternatif, ia akan menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau membuka diri

untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sekarang.

Konselor hendaknya menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-

keinginannya untuk melakukan diagnosis, interpretasi maupun memberi nasihat. Konselor

sejak awal konseling sudah mengarahkan tujuan agar klien menjadi matang dan mampu

menyingkirkan hambatan-hambatan yang menyebabkan klien tidak dapat berdiri sendiri.

Dalam hal ini, fungsi konselor adalah membantu klien untuk melakukan transisi dari sifat

ketergantungannya terhadap faktor luar menjadi percaya akan kekuatan dirinya sendiri.

Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan membuka ketersesatan atau kebuntuan klien.

Pada saat klien mengalami gejala kesesatan dan klien menyatakan kekalahannya

terhadap lingkungan dengan cara mengungkapkan kelemahannya, dirinya tidak berdaya,

bodoh, atau gila, maka tugas konselor adalah membuat perasaan klien untuk bangkit dan mau

menghadapi ketersesatannya sehingga potensinya dapat berkembang lebih optimal.

H. Deskripsi Fase-fase Proses Konseling Gestalt :

Fase pertama, konselor mengembangkan setiap pertemuan konseling, agar tercapai

situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada diri klien. Pola

hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masing-masing klien

mempunyai sifat keunikan sebagai individu serta memiliki kebutuhan yang bergantung

kepada masalah yang harus dipecahkan.

Fase kedua, konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk

mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi klien. Ada dua hal yang

dilakukan konselor dalam fase ini, yaitu :

Page 10: makalah

- Membangkitkan motivasi klien, dalam hal ini klien diberi kesempatan untuk

menyadari ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya. Semakin tinggi kesadaran

klien terhadap ketidakpuasannya semakin besar motivasi untuk mencapai perubahan

dirinya, sehingga makin tinggi pula keinginannya untuk bekerja sama dengan

konselor.

- Membangkitkan dan mengembangkan otonomi klien dan menekankan kepada klien

bahwa klien boleh menolak atas saran-saran konselor asal dapat mengemukakan

alasan-alasannya kenapa menolak untuk mengikuti saran konselor secara bertanggung

jawab.

Fase ketiga, konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat

ini, klien diberi kesempatan untuk mengingat merasakan kembali segala perasaan dan

perbuatan pada masa lalunya. Melalui fase ini, konselor berusaha menemukan celah-celah

kepribadian atau aspek-aspek kepribadian yang hilang, dari sini dapat diidentifikasi apa yang

harus dilakukan klien.

Fase keempat, setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran,

perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling.

Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas

kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi. klien telah memiliki kepercayaan

pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat sekarang, sadar dan bertanggung

jawab atas sifat otonominya, perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya dan tingkah lakunya.

Dalam situasi ini klien secara sadar dan bertanggung jawab memutuskan untuk

“melepaskan” diri dari konselor, dan siap untuk mengembangan potensi dirinya.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam konseling Gestalt yaitu sebagai berikut :

a. Inklusi, konselor terlibat sepenuhnya dalam mendengarkan curahan pengalaman klien.

b. Kehadiran, konselor hadir dihadapan klien dan dengan terbuka mengekspresikan

pengamatan, perasaan, pikiran, dan pengalaman pribadinya.

c. Komitmen dan penghayatan dialog, dalam konseling komunikasi harus melebihi

obrolan yang biasa saja karena dalam melakukan konseling komunikasi itu harus

Page 11: makalah

benar benar terbuka, jujur serta serius karena untuk membantu mengerti masalah yang

sedang dihadapi secara penuh tanpa ada yang ditutup tutupi.

I. Teknik – Teknik Konseling Gestalt

a) Permainan dialog, klien dikondisikan untuk mendialogkan dua kecenderungan

yang saling bertentangan yaitu, kecenderungan top dog (adil, menuntut, dan

berlaku sebagai majikan) dan under dog (korban, bersikap tidak berdaya, membela

diri, dan tak berkuasa). Disini ada permainan kursi kosong, yaitu klien diharapkan

bermain dialog dengan memerankan top dog maupun under dog sehingga klien

dapat merasakan keduanya dan dapat melihat sudut pandang dari keduanya.

b) Teknik pembalikan, Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali

mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya.

Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang

berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya. Misalnya : klien

mempunyai salah kepada ibunya lalu ibunya memarahi dirinya, yang menurutnya

ia tidak bersalah. Kemudia konselor menyuruhnya untuk berperan menjadi

seorang ibu untuk merasakan perasaan ibunya terhadap dirinya, supaya klien tau

apakah yang dilakukan ibunya salah apa benar.

c) Bermain proyeksi, Memantulkan pada orang lain perasaan-perasaan yang ada

pada dirinya sendiri. Dalam hal ini terdapat kaitanya dengan suatu cerita,

mencurahkan perasaan hati kepada orang lain untuk meminta pendapat apa yang

ia telah lalui, supaya bisa member jalan keluar yang baik terhadap dirinya.

d) Tetap dengan perasan, teknik ini bisa digunakan pada saat klien menunjuk pada

perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan yang sangat ingin

dihindarinya. tetapi mendesak klien untuk tetap atau menahan perasan yang ingin

ia hindari. Kebanyakan konselor sekarang menginginkan klien untuk cepat keluar

dari suatu permasalahan, padahal hal itu tidak menunjukan rasa bertanggung

jawab bagi klien nantinya. Biarlah klien merasakan apa yang ia hadapi, suruh

klien menyerapi perasaan yang ada supaya ia merasa puas dalam keadaan seperti

itu, lama-kelamaan klien juga akan menyadari apa yang ia harus perbuat nantinya

supaya lebih baik lagi.

Page 12: makalah

J. KELEBIHAN DAN KETERBATASAN TEORI GESTALT

Kelebihan

Terapi Gestalt menolak mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk tidak

berubah, artinya dalam teori ini suatu permasalahan pasti ada jalan keluarnya

jangan pernah dirinya merasa tidak mampu untuk menangani atau menyelesaikan

permasalahan tersebut.

Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna dan

penafsiran-penafsiran sendiri. Dengan adanya tekni tetap dengan perasaan apa

yang klien rasakan maka akan terjadi suatu penekanan, orang terkadang kalau

sudah di tekan maka ia akan menemukan penafsiran apa yang nantinya akan ia

lakukan.

Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-

pesan tubuh. adanya salah satu teknik yaitu yang klien disuruh untuk menjadi

sosok atau individu dengan sudut pandang yang berbeda maka secara tidak

langsung teori gestalt memberikan perhatian tentang permasalahan klien tersebut

dan mencoba untuk meresapi permasalahan klien.

Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa

lampau yang relevan ke saat sekarang. Artinya permasalahan seorang klien yang

lalu di ceritakan dimasa sekarang, seperti contohnya yaitu menceritakan pemain

sepakbola yang dulu seperti maradona kemudian dimasa sekarang ada lionel messi

yang sama”mempunyai skill kidal yang sama-sama hebatnya.

Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung

menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah klien.

Kelemahan

Para klien sering bereaksi negative terhadap sejumlah teknik Gestalt karena

merasa dianggap tolol. Ya dengan adanya suatu teknik yang menyuruh klien

melakukan apa yang telah dialaminya tidak besar kemungkinan orang lain

menganggap hal ini lelucon dan membuang-buang waktu saja.

Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi

mengabaikan tanggung jawab kita kepada orang lain.

Page 13: makalah

Pendekatan gestalt cenderung kurang memperhatikan faktor kognitif.

Menjadi tidak produktif bila penggunaan teknik-teknik gestalt dikembangkan

secara mekanis.

K. CONTOH PENERAPAN PENDEKATAN KONSELING GESTALT

1. Setting Individu

Sebagai contoh, klien adalah seorang ibu yang terlalu keras mendidik anak perempuannya

yang berusia 13 tahun. Aturan keras dari ibu membuat anak merasa ketakutan, cemas dan

trauma bahakan beberapa hari tidak pulang kerumah yang tanpa sepengetahuan ibunya

ternyata anaknya menginap di rumah nenek. Suaminya yang merasa kecewa dan kewalahan

terhadap sikap istrinya yang keras itu akhirnya meminta cerai.

Latar bekang yang membuat istrinya keras seperti itu adalah didikan dari orang tua sang

istri yang terlalu keras dari kecil sampai remaja. Istri sebenarnya merasa “sakit hati” dengan

perlakuan itu dan sangant dendam. Dan didikan keras itulah yang diteruskannya kepada

putrinya.

Dalam kasus seperti ini, konselor dapat menerapkan teknik permainan dialog yang

didalamnya ada teknik kursi kosong. Klien disuruh untuk berperan sebagai under dog yang

menjadi korban. Klien di arahkan untuk menjadi sadar akan perbuatannya saat ini bahwa

sikapnya yang keras itu hanya sebagai ungkapan balas dendam yang di teruskan kepada

putrinya. Selain itu, klien bisa disuruh untuk melakukan permainan ulangan. Mengulang

kembali apa yang dialaminya dulu atas sikap kasar orang tuanya dengan upaya meningkatkan

kesadaran atas pengulangan tersebut.

2. Setting Kelompok

Sebagai contoh, teknik bermain peran di dalam kelompok. Misalnya seseorang yang

merasa khawatir akan apa yang di pikirkan orang lain terhadapnya, ia kemudian diminta

untuk memerankan orang yang mungkin menilainya itu. Setelah ia memerankan orang yang

Page 14: makalah

danggapnya menilai dirinya, ia di minta untuk mengecek kembali pada orang iti. Tidak jarang

terjadi bahwa apa yang dianggapnya itu tidak nyata. Semua itu hanya penilaian saja, padahal

orang lain tidak menilainya seperti yang dianggapnya.

Dalam setting kelompok seperti ini, biasanya anggota akan lebih cepat mengenali

keyakinan yang kurang rasional yang selama ini belum pernah dicocokkannya dengan orang

lain.

Page 15: makalah

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Teori Gestalt adalah terapi yang membuat seorang konseli atau klien merasa frustasi (berada

jalan buntu), tetapi frustasi itu dipandang sebagai landasan bagi usaha baru yang lebih konstruktif.

mengakui kegagalan dalam diri sendiri adalah cerminan bagi diri sendiri untuk menghadapi masalah

yang di hadapi. pendekatan yang dilakukan dengan cara keseluruhan tanpa memandang sebagian saja

dan penerapannya digunakan kepada diri seorang konseli.

B. SARAN

Ketika akan menerapkan teori gestalt harus memperhatikan keadaan yang di alami oleh klien

sebab teori gestalt juga memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri sehingga apabila tidak tepat

penggunaannya maka nantinya klien tidak merasa terbantu

Page 16: makalah

DAFTAR PUSTAKA

wingkel .W.S & Sri hastuti; Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, 2013; media

abadi, Yogyakarta

https://indahnurulsafitri.wordpress.com/2015/04/12/pendekatan-konseling-gestalt/ (diakses 4

Mei 2016)

https://binham.wordpress.com/2012/05/22/teori-dan-teknik-konseling-pendekatan-

gestalt/ (diakses 4 Mei 2016)

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-gestalt/ (diakses 4 Mei 2016)