makalah (2)

20
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Impetigo secara klinis didefinisikan sebagai penyakit infeksi menular pada kulit yang superfisial yaitu hanya menyerang epidermis kulit, yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah (pustula) seperti tersundut rokok/api. Penyakit ini merupakan salah satu contoh pioderma yang sering dijumpai di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Terdapat dua jenis impetigo yaitu impetigo bulosa yang disebabakan oleh Stafilokokus aureus dan non-bulosa yang disebabkan oleh Streptokokus β hemolitikus. Dasar infeksinya adalah kurangnya hygiene dan terganggunya fungsi kulit. Insiden impetigo ini terjadi hampir di seluruh dunia. Paling sering mengenai usia 2-5 tahun, umumnya mengenai anak yang belum sekolah, namun tidak menutup kemungkinan untuk semua umur dimana frekuensi laki-laki dan wanita sama. Di Amerika Serikat, merupakan 10% dari masalah kulit yang dijumpai pada klinik anak. Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun. Impetigo nonbullous atau impetigo krustosa meliputi kira-kira 70 persen dari semua kasus impetigo. Kebanyakan kasus ditemukan di daerah tropis atau beriklim panas serta pada negara-negara yang berkembang dengan

Transcript of makalah (2)

Page 1: makalah (2)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Impetigo secara klinis didefinisikan sebagai penyakit infeksi menular pada kulit yang

superfisial yaitu hanya menyerang epidermis kulit, yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-

lepuhan kecil berisi nanah (pustula) seperti tersundut rokok/api. Penyakit ini merupakan

salah satu contoh pioderma yang sering dijumpai di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

Terdapat dua jenis impetigo yaitu impetigo bulosa yang disebabakan oleh Stafilokokus

aureus dan non-bulosa yang disebabkan oleh Streptokokus β hemolitikus. Dasar infeksinya

adalah kurangnya hygiene dan terganggunya fungsi kulit.

Insiden impetigo ini terjadi hampir di seluruh dunia. Paling sering mengenai usia 2-5

tahun, umumnya mengenai anak yang belum sekolah, namun tidak menutup kemungkinan

untuk semua umur dimana frekuensi laki-laki dan wanita sama. Di Amerika Serikat,

merupakan 10% dari masalah kulit yang dijumpai pada klinik anak. Di Inggris kejadian

impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-

15 tahun. Impetigo nonbullous atau impetigo krustosa meliputi kira-kira 70 persen dari

semua kasus impetigo. Kebanyakan kasus ditemukan di daerah tropis atau beriklim panas

serta pada negara-negara yang berkembang dengan tingkat ekonomi masyarakatnya masih

tergolong lemah atau miskin.

Tempat predileksi tersering pada wajah, terutama sekitar mulut, hidung, ketiak, dada

serta punggung. Gambaran klinisnya berupa vesikel, bula atau pustul yang apabila pecah

membentuk krusta tebal kekuningan seperti madu atau berupa koleret di pinggirnya.

Terapi umumnya berupa medikamentosa dan non medikamentosa dengan prinsip

tetap menjaga higiene tubuh penderita agar tidak mudah terinfeksi penyakit kulit. Prognosis

umumnya baik. Impetigo umumnya sembuh tanpa penyulit dalam 2 minggu apabila diobati

secara teratur. Komplikasi berupa radang ginjal (glorulonefritis) pasca infeksi Streptococcus

terjadi pada 1-5% pasien terutama usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh

pengobatan antibiotik. Gejala berupa bengkak dan kenaikan tekanan darah, pada sepertiga

terdapat urine seperti warna teh. Keadaan ini umumnya sembuh secara spontan walaupun

Page 2: makalah (2)

2

gejala-gejala tadi muncul. Komplikasi lainnya yang jarang terjadi adalah infeksi tulang

(osteomielitis), radang paru-paru (pneumonia), selulitis, psoriasis, Staphylococcal scalded

skin syndrome, radang pembuluh limfe atau kelenjar getah bening.

Ada dua tipe impetigo, yaitu impetigo bullosa dan impetigo non-bullosa. Impetigo

non-bullosa disebut juga impetigo krustosa atau impetigo kontagiosa.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini maka hal – hal yang dapat ditanyakan antara lain:

1. Apakah yang dimaksud dengan impetigo?

2. Apa sajakah jenis – jenis impetigo?

3. Apa sajakah faktor - faktor penyebab impetigo?

4. Bagaimana patofisiologi impetigo?

5. Bagaimana penatalaksanaan dari impetigo?

6. Bagaimana mencegah terjadinya kasus impetigo?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:

1. Mengetahui yang dimaksud dengan impetigo

2. Mengetahui ragam jenis dari penyakit impetigo

3. Mengetahui faktor – faktor yang turut menyebabkan impetigo

4. Mengetahui runtutan patofisiologi impetigo

5. Mengetahui penatalaksanaan impetigo

6. Mengetahui cara pencegahan impetigo

1.4 Manfaat

Manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk memperluasan wawasan dan metode

mempelajari dari penyakit kulit yaitu impetigo.

Dengan pembuatan makalah ini pula dapat menjadi rujukan referensi untuk mempelajari

penyakit kulit.

Page 3: makalah (2)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Epidemologi

Impetigo terjadi di seluruh Negara di dunia dan angka kejadiannya selalu meningkat dari

tahun ke tahun. Di Amerika Serikat Impetigo merupakan 10% dari masalah kulit yang

dijumpai pada klinik anak dan terbanyak pada daerah yang jauh lebih hangat, yaitu pada

daerah tenggara Amerika (Provider synergies, 2:2007). Di Inggris kejadian impetigo pada

anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun.

Sekitar 70% merupakan impetigo krustosa (Cole, 1:2007).

Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk

lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah atau tempat penitipan anak atau

juga pada tempat dengan hygiene buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk (Cole,

1:2007).

Tempat predileksi tersering pada wajah, terutama sekitar mulut, hidung, ketiak, dada

serta punggung. Gambaran klinisnya berupa vesikel, bula atau pustul yang apabila pecah

membentuk krusta tebal kekuningan seperti madu atau berupa koleret di pinggirnya

(Sulaiman, 2006).

II.2 Definisi Impetigo

Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan epidermis kulit

(Djuanda, 56:2005). Impetigo biasanya juga mengikuti trauma superficial dengan robekan

kulit dan paling sering merupakan penyakit penyerta (secondary infection) dari Pediculosis,

Skabies, Infeksi jamur, dan pada insect bites (Beheshti, 2:2007). Secara klinis didefinisikan

sebagai penyakit infeksi menular pada kulit yang superfisial yaitu hanya menyerang epidermis

kulit, yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah (pustula) seperti

tersundut rokok/api

Page 4: makalah (2)

4

II.3 Jenis – jenis Impetigo

a). Impetigo Krustosa

Tempat predileksi tersering pada impetigo krustosa adalah di wajah, terutama sekitar

lubang hidung dan mulut, karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut. Tempat lain

yang mungkin terkena, yaitu anggota gerak (kecuali telapak tangan dan kaki), dan badan,

tetapi umumnya terbatas, walaupun penyebaran luas dapat terjadi (Boediardja, 2005; Djuanda,

2005).

Biasanya mengenai anak yang belum sekolah. Gatal dan rasa tidak nyaman dapat terjadi,

tetapi tidak disertai gejala konstitusi. Pembesaran kelenjar limfe regional lebih sering

disebabkan oleh Streptococcus.

Kelainan kulit didahului oleh makula eritematus kecil, sekitar 1-2 mm. Kemudian segera

terbentuk vesikel atau pustule yang mudah pecah dan meninggalkan erosi. Cairan serosa dan

purulen akan membentuk krusta tebal berwarna kekuningan yang memberi gambaran

karakteristik seperti madu (honey colour). Lesi akan melebar sampai 1-2 cm, disertai lesi

satelit disekitarnya. Lesi tersebut akan bergabung membentuk daerah krustasi yang lebar.

Eksudat dengan mudah menyebar secara autoinokulasi (Boediardja, 2005).

b). Impetigo Bulosa

Page 5: makalah (2)

5

Tempat predileksi tersering pada impetigo bulosa adalah di ketiak, dada, punggung.

Sering bersama-sama dengan miliaria. Terdapat pada anak dan dewasa. Kelainan kulit berupa

vesikel (gelembung berisi cairan dengan diameter 0,5cm) kurang dari 1 cm pada kulit yang

utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada awalnya vesikel berisi cairan yang

jernih yang berubah menjadi berwarna keruh. Atap dari bulla pecah dan meninggalkan

gambaran “collarette” pada pinggirnya. Krusta “varnishlike” terbentuk pada bagian tengah

yang jika disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan basah. Bulla yang utuh jarang

ditemukan karena sangat rapuh (Yayasan Orang Tua Peduli, 1:2008).

Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya maka, kelainan itu dapat menyertai

dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-lain. Lesi dapat lokal atau tersebar,

seringkali di wajah atau tempat lain, seperti tempat yang lembab, lipatan kulit, ketiak atau

lipatan leher. Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening di dekat lesi. (Yayasan Orang

Tua Peduli, 1:2008).

Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam, lemah, dan diare. Jarang

sekali disertai dengan radang paru, infeksi sendi atau tulang. (Yayasan Orang Tua Peduli,

1:2008).

II.4 Faktor Penyebab Impetigo

Penyebab utama impetigo yakni infeksi bakteri Staphylococcus aureus atau Group A

Beta Hemolitik Streptococcus. Faktor resiko meningkat pada anak usia 2-5 tahun, kurang

kebersihan badan (higienitas buruk), ada penyakit/ luka pada kulit sebelumnya, ada infeksi

saluran pernafasan atas, dan paling penting ditemukan manifestasi klinis yang mengarah pada

impetigo.

II.5 Patofisologi Impetigo

Infeksi Staphylococcus aureus atau Group A Beta Hemolitik Streptococcus dimana kita

ketahui bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit berkat kemampuannya

mengadakan pembelahan dan menyebar luas ke dalam jaringan dan melalui produksi

beberapa bahan ekstraseluler. Beberapa dari bahan tersebut adalah enzim dan yang lain

Page 6: makalah (2)

6

berupa toksin meskipun fungsinya adalah sebagai enzim. Staphylococcus dapat menghasilkan

katalase, koagulase, hyaluronidase, eksotoksin, lekosidin, toksin eksfoliatif, toksik, sindrom

syok toksik, dan enterotoksin. Bakteri staph menghasilkan racun yang dapat menyebabkan

impetigo menyebar ke area lainnya. Toxin ini menyerang protein yang membantu mengikat

sel-sel kulit. Ketika protein ini rusak, bakteri akan sangat cepat menyebar. Enzim yang

dikeluarkan oleh Stap akan merusak struktur kulit dan terjadi rasa gatal dapat menyebabkan 

terbentuknya lesi pada kulit.

Rasa gatal dengan lesi awal berupa makula eritematosa berukuran 1-2 mm, kemudian

berubah menjadi bula atau vesikel. Pada Impetigo contagiosa, awalnya berupa warna

kemerahan pada kulit (makula) atau papul (penonjolan padat dengan diameter <0,5cm) yang

berukuran 2-5 mm. Lesi papul segera menjadi vesikel atau pustul (papula yang berwarna

keruh/mengandung nanah/pus) yang mudah pecah dan menjadi papul dengan

keropeng/koreng berwarna kunig madu dan lengket yang berukuran <2cm dengan kemerahan

minimal atau tidak ada kemerahan disekelilingnya, sekret seropurulen kuning kecoklatan yang

kemudian mengering membentuk krusta yang berlapis-lapis. Krusta mudah dilepaskan, di

bawah krusta terdapat daerah erosif yang mengeluarkan sekret, sehingga krusta akan kembali

menebal. Sering krusta menyebar ke perifer dan menyembuh di bagian tengah. Kemudian

pada Bullous impetigo, bula timbul secara tiba tiba pada kulit yang sehat dari plak

(penonjolan datar di atas permukaan kulit) merah, berdiameter 1-5cm, pada daerah dalam dari

alat gerak (daerah ekstensor), morfologi bervariasi dari miliar sampai lentikular dengan

dinding yang tebal, dapat bertahan selama 2 sampai 3 hari. Bila pecah, dapat menimbulkan

krusta yang berwarna coklat, datar dan tipis.

II.6 Penatalaksanaan

a) Terapi Non Farmakologis

- Menghilangkan krusta dengan cara mandi selama 20-30 menit  disertai mengelupaskan

krusta dengan handuk basah dan bila perlu olesi dengan zat antibakteri.

- Mencegah menggaruk daerah lecet atau dapat dilakukan dengan menutup daerah yang lecet

dengan perban tahan air dan memotong kuku, lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet

sembuh.

Page 7: makalah (2)

7

- Terapi non farmakologis untuk pencegahan penyakit impetigo yaitu mandi teratur dengan

sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan, namun dapat mengiritasi pada sebagian

kulit orang yang kulit sensitif), menjaga kebersihan yang baik (cuci tangan teratur, menjaga

kuku jari tetap pendek dan bersih), jauhkan diri dari orang dengan impetigo, orang yang

kontak dengan orang yang terkena impetigo segera mencuci tangan dengan sabun dan air

mengalir, mencuci pakaian, handuk dan sprei dari penderita impetigo terpisah dari yang

lanilla (cuci dengan air panas dan keringkan di bawah sinar matahari atau pengering yang

panas), dan gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang

terinfeksi dan cuci tangan setelah itu.

b) Terapi farmakologis

Menggunakan obat antibiotik topikal atau antibiotik per-oral. Penggunaan antibiotik per-

oral diberikan jika pasien sensitif terhadap antibiotik topikal dan kondisi penyakit atau lesi

yang ditimbulkan sudah parah (lesi lebih luas). Antibiotik topikal yang dapat digunakan yaitu

mupirocin dan asam fusidat. Antibiotik per-oral yang dapat digunakan yaitu eritromisin dan

flukloksasilin.

Pilihan obat

Antibiotik topikal

Mupirocin

Nama Generik   : Mupirocin

Nama paten      : BACTROBAN (GlaxoSmithKline)

Brand name      : Bactoderm (Ikapharmindo)

Indikasi             : infeksi kulit primer akut, misalnya impetigo, folikulitis, furunkulosis

Kontraindikasi   : hipersensitif terhadap mupirocin

Bentuk sediaan  : salep dan krim

Page 8: makalah (2)

8

Dosis                : salep→oleskan 3x/hr selama 10 hari,

                          krim→oleskan 3x/hr, jika perlu daerah yang diobati ditutup dengan kasa

                          lakukan evaluasi jika tidak ada respon klinis dalam 3-5 hari

Efek samping    : rasa terbakar, gatal, rasa tersengat, kemerahan

Asam Fusidat

Nama Generik   : Asam Fusidat

Brand name      : Afucid (Ferron), Fusycom (Combiphar), Fuladic (Guardian),  Futaderm

(Interbat)

Indikasi             : Impetigo kontagiosum, folikulitis superfisdial, furunkulosis, sikosis barbae,

hidradenitis akselaris, abses, paronikia, eritrasma

Kontraindikasi   : hipersensitif terhadap asam fusidat.

Bentuk sediaan  : salep(Na fusidat) dan krim (asam fusidat)

Dosis                : tanpa pembalut/kasa steril : gunakan 3-4x/hari

                          dengan pembalut/kasa steril : gunakan lebih sering lama terapi kurang lebih 7

hari.

Efek samping    : reaksi sensitifitas misalnya ruam kulit, urtikaria, iritasi

Antibiotik per-oral

Eritromisin

Nama Generik   : Eritromisin

Nama paten      : ERYTHROCIN (Abbott)

Page 9: makalah (2)

9

Brand name      : Corsatrocin (Corsa).

Indikasi             : infeksi saluran nafas bagian atas dan bawah tonsilitas,  abses peritonsiler,

faringitis, laringitis, sinusitis, infeksi sekunder pada  demam dan flu, trakeitis, bronkitis akut dan

kronis, pneunomia,  bronkiektaksis. Infeksi telinga: otitis media dan eksternal, mastoiditis. 

Infeksi oral : gingivitis, angina vincenti. Infeksi mata: blefaritis.  Infeksi kulit dan jaringan lunak:

furunkel dan karbunkel, paronikia,  abses, akne pustularis, impetigo, selulitis, erisipelas.

Kontraindikasi   : hipersensitif terhadap eritromisin, penyakit hati.

Bentuk sediaan  : tablet atau kapsul

Dosis                : dewasa 1-2g/hr tiap 6, 8 atau 12 jam.  Infeksi berat 4g/hr dalam dosis terbagi.

                          Anak 30-50 mg/kgBB/hr tiap 6, 8 atau 12 jam.

                          Bayi-2tahun 125mg 4x/hr,  2-8tahun 250 mg 4x/hr atau 500 mg tiap12jam

                          Sebelum atau pada waktu makan.

Efek samping    : jarang: hepatotoksik, ototoksik.

                         Gangguan GI : mual, muntah, nyeri perut,diare.

                         Urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainya.

Flukloksasilin

Nama Generik   : flukloksasilin Na monohidrat

Brand name      : FLOXAPEN (GlaxoSmithKline)

Indikasi             : infeksi bakteri gram(+) termasuk yang resisten penisilin.

                          Infeksi karena stapilokokus terutama pada kulit (impetigo, selulitis)

Page 10: makalah (2)

10

Kontraindikasi   : hipersensitif terhadap penisilin,  bayi yang lahir dari ibu yang hipersensitif

penisilin.

Bentuk sediaan  : kapsul (250 mg, 500mg)

Dosis                : dewasa 250-500 mg tiap 8 jam (3x/hr).

                          Anak <2tahun 62,5mg 3x/hr (tiap 8 jam),  2-10tahun 125 mg 3x/hr (tiap 8 jam)

Efek samping    : mual, muntah, nyeri perut, diare.Urtikaria, ruam kulit, kadang terjadi reaksi

anafilaktik.

c) Pencegahan Penularan

Hindari kontak dengan cairan (pustula) yang berasal dari lepuhan di kulit.

Hindari pemakaian bersama handuk, pisau cukur atau pakaian dengan penderita.

Selalu cuci tangan setelah menangani lesi kulit.

II.7 Prognosa dan komplikasi

Prognosa baik apabila mencuci tangan dengan benar. Infeksi bisa dicegah dengan

memelihara kebersihan dan kesehatan tubuh. Goresan yang ringan atau luka lecet sebaiknya

dicuci bersih dengan sabun dan air, bila perlu olesi dengan zat anti bakteri.

Impetigo umumnya sembuh tanpa penyulit dalam 2 minggu apabila diobati secara teratur.

Komplikasi berupa radang ginjal (glorulonefritis) pasca infeksi Streptococcus terjadi pada 1-5%

pasien terutama usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan antibiotik. Gejala

Page 11: makalah (2)

11

berupa bengkak dan kenaikan tekanan darah, pada sepertiga terdapat urine seperti warna teh.

Keadaan ini umumnya sembuh secara spontan walaupun gejala-gejala tadi muncul. Komplikasi

lainnya yang jarang terjadi adalah infeksi tulang (osteomielitis), radang paru-paru (pneumonia),

selulitis, psoriasis, Staphylococcal scalded skin syndrome, radang pembuluh limfe atau kelenjar

getah bening.

Page 12: makalah (2)

12

BAB III

PEMBAHASAN

1. Mapping Impetigo

Terdapat luka yang terbuka

(karena terpotong, digigit serangga,

abrasi)

Terjadi Infeksi

Timbul gatal-gatal & bintik-bintik merah

Infeksi terus-menerus

Terbentuk vesikel purulen

Apabila tidak segera diobati

Lesi terus menyebar

Timbul erosi

Pada permukaan terbentuk krusta berwarna keemasan

Apabila masih tidak diobati maka dapat menyebar ke perifer.

(Biasanya pada daerah sekitar wajah dan ekstremitas tetapi dapat menyebar ke daerah manapun,

pada sebagian kasus terjadi glomerulonefritis)

F. Etiologi: Bakteri Streptococcus &

Stafilococcus

F. Predisposisi:

-Kontak dari manusia ke manusia khususnya anak-anak -Suhu panas & lembab -Hygiene kurang

Page 13: makalah (2)

13

BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

1. Impetigo adalah infeksi bakteri yang menyerang epidermal superfisial antara stratum

korneum dan granulosum, dan sangat infeksius

2. Ada 2 tipe:

Impetigo contangiosa bulosa = Impetigo neonatoum / impetigo vesiko-bulosa.

Pada neonatal biasanya terjadi 10-14 hari, letak terbanyak di telapak tangan,

wajah, membran mukosa dengan gejala konstritusi. Anak pra sekolah juga

sering terkena pada daerah leher dan tangan. Efloresensi yang nampak bula

dan erosi seperti kena sudut rokok.terapi menggunakan antibiotik.

Impetigo contangiosa krustosa / impetigo kontangiosa, impetigo vulgaris, atau

Impetigo Tillburry Fox. Manifestasi muncul makula eritematous, vesikel,

bula, pustula, krusta tebal. Predileksi di wajah dan ekstremitas

3. Etiologi Impetigo

Infeksi Staphylococcus aureus atau Group A Beta Hemolitik Streptococcus.

Staphylococus merupakan patogen primer pada impetigo.

IV.2 Saran

Demikianlah sedikit makalah mengenai impetigo, mungkin dari penulis terdapat banyak

kesalahan penulisan baik dalam bentuk ejaan maupun tanda baca. Penulis sangat mengharapkan

masukan dari pembaca untuk lebih menyempurnakan isi makalah ini.

Page 14: makalah (2)

14

Daftar Pustaka

1. Sladen MJ, Johnston GA. Common skin infection in children. BMJ 2004;329:95,9

2. Sladen MJ, Johnston GA. More common skin infection in children. BMJ 2005;330:

130.9

3. Strulgber DL, Penrod MD, blatny RA. Common bacterial skin infection..

physician,2002;66;199-234

4. Cole C, gazewood J. Diagnosis and treatmen of impetigo. Am,Fam

Physician,2007;75: 859-68

5. Impetigo. Kids Health into for parient. Diunduh dari http/www.rch.org.au/ Kids

Health into for parient.

6. Lewis LS.Impetigo .diunduh dari http://www.emedicine.com/ped/topic1172.htm

7. Hunter, John; Savin, John; Dahl Mark.Clinical Dermatology 3rd Edition.

8. David J. Gawkrodger. 2002. Dermatology 3rd Edition.