Makalah 004 Gambaran Hematology Darah Pedet Friesian...

5
Seminar Nasional Peternakan Tropis Berkelanjutan 2 Surakarta, 6 November 2017 23 Makalah 004 Gambaran Hematology Darah Pedet Friesian Holstein yang Diberi Pelletcalf Starter dengan Limbah Kubis Terfermentasi Darmawan A.D, S. Mukodiningsih dan F. Wahyono Program Studi S1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang [email protected] Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengkaji kualitas pelletcalf starter dengan penambahan limbah kubis terfermentasi melalui uji biologis pada pedet Friesian Holstein yang ditinjau dari hematology darah. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi ( SplitPlot Design). Terdiri dari dua perlakuan yaitu umur ternak sebagai petak utama (A1: umur 3 minggu dan A2: 6 minggu) dan penambahan limbah kubis fermentasi sebagai anak petak (T1: 2% T2: 4% dan T3: 6%) dengan 4 ulangan. Materi yang digunakan adalah 12 ekor pedet sapi FH prasapih umur 7-42 hari dengan obot badan rata-rata 38 kg±5 kg, bahan pakan yang terdiri dari jagung giling, bekatul, bungkil kedelai, molasses, mieral mix, limbah kubis, gula dan garam, air. Peralatan yang digunakan meliputi cooling box, venoject dan tabung EDTA. Parameter yang diamati meliputi eritrosit dan leukosit darah. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (Analysis of Variance/ ANOVA).Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara umur dan jenis calf starter terhadap eritrosit dan leukosit. Pedet pada umur 3 minggu pada T1, T2,T3 masing masing mengasilkan eritrosit darah4,62;4,83; T3: 4,92 juta/ml danLeukosit sebesar 11.325;11.200; 9.800 gr/dl. Pedet umur 6 minggu memiliki Eritrosit T1, T2, T3 = 4,78; 4.93; 5.17 juta/mldan Leukosit T1,T2,T3 = 10.567;8.967;8.632 gr/dl. Kata kunci: pellet calf starter, fermentasi limbah kubis, eritrosit, leukosit Pendahuluan Fase pemeliharaan pedet yang baru lahir sampai dengan umur 6 minggu merupakan fase penting dalam pemeliharan sapi, karena pada fase ini sapi mulai tumbuh dan berkembang, sehingga perlu dilakukan upaya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan pedet. Pedet ketika lahir memiliki rumen yang belum berkembang dan belum berfungsi dengan baik, oleh karena itu perkembangan rumen harus dirangsang dengan pemberian pakan starter (Cunningham,1995). Pemberian calf starter dengan sumber protein dari bungkil kedelai dengan tambahan molases menghasikan perkembangan rumen yang baik pada pedet FH (Mukodiningsihet el, 2016). Di sisi lain pedet baru lahir sangat rentan terhadap gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh bakteri patogen, salah satunya yaitu gangguan pencernaan seperti diare yang menyebabkan kematian. Tingkat kesakitan dan kematian pedet cukup tinggi yaitu 62% dan 22% dan kejadian tertinggi disebabkan oleh kasus diare sebesar 39% (Wuduet al., 2008). Diare terjadi akibat peningkatan jumlah bakteri patogen (Krehbielet al., 2003), oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mengurangi bakteri patogen pada pedet. Jumlah bakteri patogen dalam saluran pencernaan dapat ditekan dengan menggunakan antibiotik, akan tetapi antibiotik berpotensi ikut terserap pada produk hasil peternakan (Greathead 2003). Oleh karena itu diperlukan alternatif salah satunya menggunakan bakteri asam laktat yang dihasilkan dari limbah kubis terfermentasi. Limbah kubis secara alami mengandung bakteri asam laktat (BAL) yang jumlahnya dapat diperbanyak melalui fermentasi (Suprihatin dan Perwitasari, 2010).Bakteri asam laktat dapat digunakan sebagai sumber probiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen (Murwani, 2008). Bakteri tersebut bersifat menekan bakteri patogen yang akan berkembang dalam saluran pencernaan, sehingga tercipta kondisi pencernaan dan penyerapan nutrien yang baik. Kesehatan ternak

Transcript of Makalah 004 Gambaran Hematology Darah Pedet Friesian...

Page 1: Makalah 004 Gambaran Hematology Darah Pedet Friesian ...eprints.undip.ac.id/73639/3/Fullpaper.pdf · Makalah 004 Gambaran Hematology Darah Pedet Friesian Holstein yang Diberi Pelletcalf

Seminar Nasional Peternakan Tropis Berkelanjutan 2

Surakarta, 6 November 2017

23

Makalah 004

Gambaran Hematology Darah Pedet Friesian Holstein yang Diberi Pelletcalf Starter

dengan Limbah Kubis Terfermentasi

Darmawan A.D, S. Mukodiningsih dan F. Wahyono

Program Studi S1 Peternakan

Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang

[email protected]

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk mengkaji kualitas pelletcalf starter dengan penambahan limbah kubis

terfermentasi melalui uji biologis pada pedet Friesian Holstein yang ditinjau dari hematology darah.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi ( SplitPlot Design). Terdiri

dari dua perlakuan yaitu umur ternak sebagai petak utama (A1: umur 3 minggu dan A2: 6 minggu) dan

penambahan limbah kubis fermentasi sebagai anak petak (T1: 2% T2: 4% dan T3: 6%) dengan 4

ulangan. Materi yang digunakan adalah 12 ekor pedet sapi FH prasapih umur 7-42 hari dengan obot

badan rata-rata 38 kg±5 kg, bahan pakan yang terdiri dari jagung giling, bekatul, bungkil kedelai,

molasses, mieral mix, limbah kubis, gula dan garam, air. Peralatan yang digunakan meliputi cooling

box, venoject dan tabung EDTA. Parameter yang diamati meliputi eritrosit dan leukosit darah. Data

yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (Analysis of Variance/ ANOVA).Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara umur dan jenis calf starter

terhadap eritrosit dan leukosit. Pedet pada umur 3 minggu pada T1, T2,T3 masing masing

mengasilkan eritrosit darah4,62;4,83; T3: 4,92 juta/ml danLeukosit sebesar 11.325;11.200; 9.800

gr/dl. Pedet umur 6 minggu memiliki Eritrosit T1, T2, T3 = 4,78; 4.93; 5.17 juta/mldan Leukosit

T1,T2,T3 = 10.567;8.967;8.632 gr/dl.

Kata kunci: pellet calf starter, fermentasi limbah kubis, eritrosit, leukosit

Pendahuluan

Fase pemeliharaan pedet yang baru lahir sampai dengan umur 6 minggu merupakan fase penting

dalam pemeliharan sapi, karena pada fase ini sapi mulai tumbuh dan berkembang, sehingga perlu

dilakukan upaya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan pedet. Pedet ketika lahir memiliki

rumen yang belum berkembang dan belum berfungsi dengan baik, oleh karena itu perkembangan

rumen harus dirangsang dengan pemberian pakan starter (Cunningham,1995). Pemberian calf starter

dengan sumber protein dari bungkil kedelai dengan tambahan molases menghasikan perkembangan

rumen yang baik pada pedet FH (Mukodiningsihet el, 2016).

Di sisi lain pedet baru lahir sangat rentan terhadap gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh

bakteri patogen, salah satunya yaitu gangguan pencernaan seperti diare yang menyebabkan kematian.

Tingkat kesakitan dan kematian pedet cukup tinggi yaitu 62% dan 22% dan kejadian tertinggi

disebabkan oleh kasus diare sebesar 39% (Wuduet al., 2008). Diare terjadi akibat peningkatan jumlah

bakteri patogen (Krehbielet al., 2003), oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mengurangi

bakteri patogen pada pedet. Jumlah bakteri patogen dalam saluran pencernaan dapat ditekan dengan

menggunakan antibiotik, akan tetapi antibiotik berpotensi ikut terserap pada produk hasil peternakan

(Greathead 2003). Oleh karena itu diperlukan alternatif salah satunya menggunakan bakteri asam

laktat yang dihasilkan dari limbah kubis terfermentasi.

Limbah kubis secara alami mengandung bakteri asam laktat (BAL) yang jumlahnya dapat

diperbanyak melalui fermentasi (Suprihatin dan Perwitasari, 2010).Bakteri asam laktat dapat

digunakan sebagai sumber probiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen (Murwani,

2008). Bakteri tersebut bersifat menekan bakteri patogen yang akan berkembang dalam saluran

pencernaan, sehingga tercipta kondisi pencernaan dan penyerapan nutrien yang baik. Kesehatan ternak

Page 2: Makalah 004 Gambaran Hematology Darah Pedet Friesian ...eprints.undip.ac.id/73639/3/Fullpaper.pdf · Makalah 004 Gambaran Hematology Darah Pedet Friesian Holstein yang Diberi Pelletcalf

Seminar Nasional Peternakan Tropis Berkelanjutan 2

Surakarta, 6 November 2017

24

dapat dilihat dari hematology darahnya, karena darah memiliki fungsi penting dalam pengaturet aan

fisiologis tubuh. Jumlah eritrosit, hemoglobin, dan hematokrit menggambarkan kemampuan membawa

oksigen ke jaringan dan ekskresikan karbondioksida (CO2) dari tubuh. Ketiga parameter ini berjalan

sejajar dan memiliki fungsi terkait satu sama lain (Meyer et al. 2004). Nilai leukosit darah

menunjukakan ada tidaknya infeksi dalam tubuh, ketika terjadi infeksi maka nilai leukosit dalam darah

akan meningkat (Frandson 1996). Hasil uji mikrobiologis pemanfaatan limbah kubis fermentasi

dalam pellet calf starter sebanyak 6%, menghasikan bakteri asam laktat paling tertinggi disbanding 2

dan 4% (Sholikhah, 2015).

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengkaji kualitas pelletcalf starter dengan

penambahan limbah kubis terfermentasi melalui uji biologis terhadap perkembangan rumen dan

kesehatan pedet Friesian Holstein yang ditinjau dari hematology darahnya. Manfaat dari penelitian ini

adalah memberikan informasi kualitas pellet calf starter dengan penambahan limbah kubis fermentasi

yang teruji secara biologis pada pedet FH dari gambaran hematology darahnya.

Materi dan Metode

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni - Agustus 2016. Pembuatan pakan dilakukan di

Laboratorium Teknologi Makanan Ternak dan Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Fakultas

Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro. Pemeliharaan pedet bertempat di Balai Besar

Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden, Purwokerto.

Analisis sempel darah dilakuakan di Laboratorium Klinik Omnia Purwokerto.

Materi

Penelitian yang telah dilakukan menggunakan 12 ekor pedet Frisien Holstein (FH) lepas

colostrum dengan umur antara 7 hari – 42 hari, bahan penyusun pellet. Alat-alat yang digunakan

antara lain adalah peralatan pelleting, peralatan kandang, timbangan pedet dan peralatan tulis serta

peralatan laboratorium untuk pengambilan sampel darah.

Metode

Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, pembuatan limbah kubis

fermentasi dan pembuatan pellet calf starter (Mukodiningsih et al, 2010), pelaksaaan, pengambilan

data, analisis sampel dan analisis data.

Tahap persiapan dilakukan kurang lebih 1 bulan yang meliputi pengadaan bahan pakan dan

peralatan yang dibutuhkan untuk penelitian.

Pembuatan limbah kubis fermentasi dilakukan dengan cara, limbah kubis dipotong-potong

dengan ukuran ± 1 cm. Kemudian diblender hingga tekstur berubah seperti bubur. Limbah kubis yang

telah halus kemudian ditambahkan garam sebesar 6% dan gula 6,4% dari berat limbah kubis yang

dibuat. Campuran limbah kubis, garam dan gula lalu dibungkus dengan menggunakan plastik hingga

anaerob dan diperam selama 6 hari. Berdasarkan penelitian sebelumnya (Sholikhah, 2015) limbah

kubis yang ditambah garam sebesar 6% dan diperam selama 6 hari menghasilkan total bakteri tertinggi

yaitu 1,1 x 108 cfug.

Pembuatan pelet meliputi beberapa proses, yaitu menyiapakan bahan baku seperti jagung giling,

bekatul, bungkil kedelai, molases dan mineral mix serta aquadest sebanyak 70% dari berat calf starter

yang dibuat. Selanjutnya adalah mencampur beberapa bahan baku pakan diatas dan ditambahkan

Aquadest sebanyak 35% dari total bahan pakan. mencampur formula calf starter yang disusun atas

dasar Total Digestible Nutrient (TDN) 79,10% dan Protein Kasar (PK) 19,61%

Proses selanjutnya adalah conditioning calf starter dengan cara dikukus menggunakan panci

pengukus dan kompor hingga suhu mencapai 800 C kemudian diangkat dan diangin-anginkan hingga

dingin. Setelah dingin kemudian dicampur fermentasi limbah kubis sesuai perlakuan yang diberikan

yaitu: T1 (2% limbah kubis terfermentasi + 100% Calf starter), T2 (4% limbah kubis terfermentasi +

100% Calf starter) dan T3 (6% limbah kubis terfermentasi + 100% Calf starter)

Hasil campuran ditambahkan aquadest sebanyak 35% (sisa aquadest), kemudian dicetak dengan

menggunakan mesin pelleter dengan lubang berdiameter 5 mm. Pengeringan pellet dilakukan hingga

diperoleh kadar air pellet sebesar 12,5 - 13%. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan inkubator

Page 3: Makalah 004 Gambaran Hematology Darah Pedet Friesian ...eprints.undip.ac.id/73639/3/Fullpaper.pdf · Makalah 004 Gambaran Hematology Darah Pedet Friesian Holstein yang Diberi Pelletcalf

Seminar Nasional Peternakan Tropis Berkelanjutan 2

Surakarta, 6 November 2017

25

yang dilengkapai blower in dan blower out sebagai penguat aliran udara serta sumber pemanas

inkubator berasal dari luar kotak inkubator.

Tahap uji biologis (feeding trial) dilakukan dengan carapemberian formula pellet Calf starter plus

LKF pada pedet selama 5 minggu dengan 1 minggu pertama sebagai masa adaptasi dan 4 minggu

selanjutnya untuk pengambilan data. Kebutuhan nutrisi pedet dihitung berdasarkan bobot badan dan

pertambahan bobot badan per minggu sesuai dengan kebutuhan nutrisi pedet dalam NRC (2001)

dengan perbandingan susu dan Calf starter sebesar 60 : 40 dan hijauan secara ad libitum. Susu

diberikan pada pagi hari sekitar pukul 05.30 WIB dan sore hari sekitar pukul 15.30-16.00 WIB. Calf

starter diberikan 30 menit setelah pemberian susu sedangkan air minum diberikan ad libitum.

Parameter yang diamati meliputi adalah eritrosdit dan leukosit darah. Pengambilan sampel darah

dilakukan pada saat pedet berumur 3 minggu dan 6 minggu. Pengambilan sampel darah dilakukan

melalui vena jugularis menggunakan jarum venoject bermata dua dengan bantuan holder untuk

menampung darah pada tabung vacutainer yang berisi antikoagulan EDTA (Ethylene Diamine

Tetraacetic Acid), sebanyak 3 ml. Sampel darah kemudian dimasukkan dibawa ke Laboratorium untuk

dianalisis. Darah dalam bentuk whole blood digunakan untuk analisis hematology meliputi jumlah sel

darah merah (eritrosit) dan jumlah sel darah putih (leukosit).

Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (Analisys of Variance) untuk

mengetahui pengaruh perlakuan terhadap nilai hematology darah pedet FH , jika terjadi pengaruh

nyata dilanjutkan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) pada tingkat

kepercayaan 5% (Steel dan Torrie, 1993).

Hasil dan Pembahasan

Sel Darah Merah (Eritrosit)

Hasil analisis kadar Eritrosit pada darah pedet dengan perlakuan pellet calf starter yang

ditambah limbah kubis terfermentasi dengan taraf berbeda dan rentang umur berbeda dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Nilai Eritrosit.

Pakan Perlakuan

Umur Rata rata 3 minggu 6 minggu

----- (x 106/ml) --- T1 4,62 4,78 4,70 T2 4,83 4,93 4,88 T3 4,92 5,17 5,04 Rata-rata 4,79 4,96

Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa tidak ada pengaruh interaksi (P>0,05) antara

pemberian pellet calf starter yang ditambah limbah kubis terfermentasi dengan umur pedet terhadap

nilai eritrosit darah pedet. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pellet calf starter dengan

penambahan limbah kubis terfermentasi pada umur 3 dan 6 minggu menghasilkan nilai eritrosit yang

sama. Hasil ANAVA menunjukkan bahwa perbedaan umur tidak memberikan pengaruh nyata (P >

0,05) terhadap jumlah eritrosit, begitu juga dengan perlakuan jenis pakan memberikan pengaruh tidak

nyata (P > 0,05). Menurut Adeyemo et al., (2010) jumlah total eritrosit dipengaruhi oleh peningkatan

umur, kondisi nutrisi, aktivitas fisik dan jenis kelamin. Menurut Cunningham (1995) bahwa pedet saat

lahir hingga 6 minggu memiliki kondisi fisiologis yang sama, tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin

jantan dan betina. Kondisi nutrisi calf starter yang diberikan pada pedet juga sama baik kandungan

protein maupun TDN. Hal ini menyebabkan jumlah produksi eritrosit darah pedet penelitian sama.

Namun masih dalam kisaran standart sesuai dengan pernyataan Weiss dan Wardrop (2010) bahwa

nilai normal eritrosit sapi berkisar 4,9-7,5 juta/ml. Guyton dan Hall (1996) menyatakan bahwafungsi

utama dari sel-sel darah merah adalah mengangkut hemoglobin dan seterusnya mengangkut oksigen

dari paru-paru ke jaringan.

Page 4: Makalah 004 Gambaran Hematology Darah Pedet Friesian ...eprints.undip.ac.id/73639/3/Fullpaper.pdf · Makalah 004 Gambaran Hematology Darah Pedet Friesian Holstein yang Diberi Pelletcalf

Seminar Nasional Peternakan Tropis Berkelanjutan 2

Surakarta, 6 November 2017

26

Sel Darah Putih (Leukosit)

Hasil analisis kadar Leukosit pada darah pedet dengan perlakuan pellet calf starter yang

ditambah limbah kubis terfermentasi dengan taraf berbeda dan rentang umur berbeda dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Nilai Leukosit

Pakan

Umur Rata –

rata 3 minggu 6 minggu

----- (/ml) ------- T1 11.325 10.567 10.946 T2 11.200 8.967 10.083 T3 9.800 8.633 9.216 Rerata 10.775 9.389

Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa tidak ada pengaruh interaksi (P>0,05) antara

pemberian pellet calf starter yang ditambah limbah kubis terfermentasi dengan umur pedet terhadap

nilai leukosit darah pedet. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pellet calf starter dengan

penambahan limbah kubis terfermentasi pada umur 3 dan 6 minggu menghasilkan nilai leukosit yang

sama. Hasil ANAVA menunjukakan bahwa perbedaan umur tidak memberikan pengaruh nyata (P >

0,05) terhadap penurunan jumlah leukosit, begitu juga dengan perlakuan pakan yang memberikan

pengaruh tidak nyata (P > 0,05). Rata rata jumlah leukosit yang didapat dari pedet hasil penelitian

berada dibawah standar maksimal yang disampaikan oleh Lumsden et al., (1980) yaitu bahwa pedet

yang berumur 2 minggu - 6 bulan memiliki nilai leukosit sebesar 5,6-13,7 x103/ml. Juga sesuai dengan

pernyataan Bami et al., (2008) yang menyatakan bahwa pedet yang berumur 7-24 hari memiliki

jumlah leukosit sebesar 10,92-13,88 x103/ml. Sedangkan menurut Weiss dan Wardrop (2010) Jumlah

Leukosit sapi normal adalah 5,1-13,3 x103/ml.

Sesuai dengan pernyataan Alakomi et al., (2000) bahwa bakteri asam laktat dapat menghambat

bakteri pembusuk dan bakteri patogen seperti bakteri gram negatif. Penurunan jumlah leukosit ini juga

menunjukan bahwa kesehatan ternak semakin baik karena jumlah leukosit darah dapat

mengindikasikan ada tidaknya infeksi dan penyakit pada ternak. Frandson (1996) menyatakan bahwa

sel darah putih (leukosit) merupakan salah satu sarana pertahanan tubuh terhadap suatu infeksi dan

apabila jumlah sel ini berlebihan, berkaitan dengan adanya penyakit yang bersifat kronis. Nilai

leukosit pedet pada umur 3 dan 6 minggu tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, tetapi

menunjukkan adanya penurunan jumlah dari umur 3 minggu ke 6 minggu. Hal ini dimungkinkan

karena fungsi organ tubuh pedet terutama rumen mulai berfungsi dengan baik sehingga kesehatan

ternak semakin membaik.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pedet yang

mendapatkan perlakuan pakan pellet calf starter yang ditambah limbah kubis terfermentasi dengan

taraf berbeda dengan umur berbeda hingga 6 minggu menghasilkan nilai eritrosit dan leukosit darah

sama. Perbedaan umur 3 dan 6 minggu menghasilkan nilai eritrosit dan leukosit darah sama. Taraf

penambahan limbah kubis fermentas dalam pellet calf starter juga menghasilkan nilai eritrosit dan

leukosit darah sama.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kepala BBPTU-HPT Baturraden Jawa Tengah atas

bantuan penyediaan materi dan dukungan tenaga teknis dalam penelitian sampai koleksi sampel,

laboratorium teknologi pakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro atas fasilitas

yang telah diberikan.

Page 5: Makalah 004 Gambaran Hematology Darah Pedet Friesian ...eprints.undip.ac.id/73639/3/Fullpaper.pdf · Makalah 004 Gambaran Hematology Darah Pedet Friesian Holstein yang Diberi Pelletcalf

Seminar Nasional Peternakan Tropis Berkelanjutan 2

Surakarta, 6 November 2017

27

Daftar Pustaka

Alakomi HL, Skytta E, Saarela M, Mattila-Sandholm T. 2000. Lactid acid permeabilizes Gram negatif bacteria

by distrupting the outer membran. J. Appl. Enuiron. Microbiol. 66:2001-2005

Chuningham, G.G. 1995. Veterinary Fisiology. WR. Saunders Company, Tokyo.

Chuzaaemi, S. 2012. Fisiologi Nutrisi Ruminansia. UB Press. Malang.

Cunningham, J. G. 2002. Textbook of Veterinary Phisiology. Saunders Company, USA.

Frandson, R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak IV. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

(Diterjemahkan oleh B. Srigandono dan K. Praseno)

Greathead H. 2003. Plants and plant extracts for improving animal productivity. Proc Nutr Soc. 62:279-290.

Guyton, A.C. dan Hall. 1996. Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 9. EGC, Jakarta.

Krehbiel, C.R. , S.R. Rust, G. Zhang, and S.E. Gilliland. 2003. Bacterial direct fed microbials in ruminants diet:

Performance response and mode of action. J. Dairy Sci. 81 (2): 120-132.

Mayer, D.J. and J.W., Harvey. 1998. Veterninary Laboratory Medicine, Interpretation and Diagnostic 2nd Ed., W.

B. Saunders Company. Philadelphia, pp : 43-44, 48, 62-64.

Meyer DJ, Coles EH, Rich LJ. 2004. Veterinary Laboratory Madicine Interpretation and Diagnosis.WB

Saunders Company, Philadelphia,Pennsylvania (US).

Mukodiningsih, S., S. Budhi A. Agus, Haryadi dan S.J. Ohh. 2010. Effect of molasses addition level to the

mixture of calf starter and corn fodder on pellet quality, rumen development and performance of

Holstein-Friesian calves in Indonesia. Journal of Animal Science and Technology 52 (3):229-236.

Mukodiningsih S, Achmadi J, Wahyono F, Sung K I and Ohh S J. 2016. Effect of feeding pellet type complete

calf starter combined with maize fodder and molasses on the rumen development of dairy calves.

Livestock Research For Rural Development 28 (5)

Murwani, R. 2008. Aditif Pakan. Universitas Negeri Semarang Press. Semarang.

National Research Council. 2001. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. 7th Revised Edition. National Academy

Press, Washington D. C.

Nurhasanah, H. 1995. Pemeliharaan Pedet Sapi Perah, Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Parakkasi, A. 1999.Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Quigly, Jd., III, L. A. Caldwell, G. D. Sinks And R. N. Heitmann. 1991. Changes In Blood Glucose,

Noneterified Fatty Acid, And Ketones In Response To Weaning And Feed Intake In Young Calves. J.

Dairy Sci. 74: 250-257.

Sholikhah, S.C. 2015. Populasi Bakteri dan Keberadaan Bakteri Gram Pada PelletCalfStarter Dengan

Penambahan Bakteri Asam Laktat dari Limbah Kubis Fermentasi. Fakultas peternakan dan Pertanian

Universitas Diponegoro (Skripsi).

Suprihatin dan D. S. Perwitasari. 2010. Pembuatan asam laktat dari limbah kubis. Seminar Nasional Teknik

Kimia Soebardjo Brotohardjono. ISSN 1978-0427. 281-288.

Weiss D J And Wardrop K J. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology Sixth Edition. Blackwell Publishing .Lowa

USA.

Wudu & B. Kelay & H. M. Mekonnen & K. Tesfu. 2008. Calf morbidity and mortality in smallholder dairy

farms in Ada’a Liben district of Oromia, Ethiopia. Trop Anim Health Prod 40:369–376.Yogyakarta.