Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar
-
Upload
agung-gutama -
Category
Documents
-
view
64 -
download
2
description
Transcript of Makalaah s. Sensori Persepsi Seminar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Otitis Media Akut (OMA) merupakan inflamasi akut telinga tengah yang berlangsung
kurang dari tiga minggu (Donaldson, 2010). Yang dimaksud dengan telinga tengah adalah
ruang di dalam telinga yang terletak antara membran timpani dengan telinga dalam serta
berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius (Tortora dkk, 2009).
Perjalanan OMA terdiri atas beberapa aspek yaitu efusi telinga tengah yang akan
berkembang menjadi pus oleh karena adanya infeksi mikroorganisme, adanya tanda inflamasi
akut, serta munculnya gejala otalgia, iritabilitas, dan demam (Linsk dkk, 1997; Kaneshiro,
2010; WHO, 2010).
Dalam realita yang ada, OMA merupakan salah satu dari berbagai penyakit yang
umum terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di negara-negara dengan ekonomi rendah
dan Indonesia, serta memiliki angka kejadian yang cukup bervariasi pada tiap-tiap negara
(Aboet, 2006; WHO, 2006; WHO-SEARO, 2007).
Penyakit ini juga telah menimbulkan beban lain yang cukup berarti, diantaranya
waktu dan biaya. Ramakrishnan menemukan bahwa OMA merupakan penyakit infeksi yang
paling sering terjadi di Amerika Serikat (Ramakrishnan, 2007). Salah satu laporan Center for
Disease Control and Prevention (CDC) dalam salah satu programnya yaitu CDC’s Active
Bacterial Core Surveillance (ABCs) di Amerika Serikat tahun 1999 menunjukkan kasus
OMA terjadi sebanyak enam juta kasus per tahun.
Meropol, dkk juga mendapati 45-62% indikasi pemberian antibiotik pada anak-anak
di Amerika Serikat disebabkan OMA (Meropol dkk, 2008).
Di Indonesia sendiri, belum ada data akurat yang ditemukan untuk menunjukkan
angka kejadian, insidensi, maupun prevalensi OMA. Suheryanto menyatakan bahwa OMA
merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, bahkan di poliklinik
THT RSUD Dr. Saiful Anwar Malang pada tahun 1995 dan tahun 1996, OMA menduduki
peringkat enam dari sepuluh besar penyakit terbanyak dan pada tahun 1997 menduduki
peringkat lima, sedangkan di poliklinik THT RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 1995
menduduki peringkat dua (Suheryanto, 2000). Di sisi lain, penelitian maupun pendataan yang
meninjau hubungan faktor usia dan kejadian OMA belum pernah dilakukan di Medan. Situasi
1
ini mencetuskan pemikiran untuk mengetahui hubungan faktor usia dengan terjadinya OMA,
secara khusus di RSUP H. Adam Malik Medan periode 2009-2010.
Dan pada Poli THT RSUD Lubuk Basung, di temukan kasus OMA yang terjadi pada
anak usia di atas 11 tahun, tepatnya usia 14 tahun yang berinisial Ny. R. Yang mana
merupakan kasus yang di angkat dalam pembuatan makalah ini.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada klien yaitu NY. R
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat memahami definisi OMA
Mahasiswa dapat memahami tentang penyebab OMA
Mahasiswa dapat memahami tentang patofisiologi OMA
Mahasiswa dapat memahami tentang manifestasi klinis OMA
Mahasiswa dapat menerapkan tentang asuhan keperawatan dengan OMA pada NY. R
1.3 BATASAN MASALAH
Agar batasan masalah ini tidak meluas penulis membatasi batasannya hanya seputar :
Defenisi
Anatomi Fisiologi
Etiologi
Patofisiologi
Manifestasi klinis
Penatalaksanaan
Asuhan keperawatan
P engkajian
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Implementasi
Evaluasi
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 DEFINISI
Otitis media akut merupakan radang infeksi atau inflamasi pada telinga tengah oleh
bakteri atau virus dengan gejala klinik nyeri telinga, demam, bahkan hingga hilangnya
pendengaran, tinnitus dan vertigo. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan
umumnya berlangsung dalam waktu 3-6 minggu( Revai, Krystal et al. 2007).
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum
telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999).
Otitis media adalah infeksi telinga tengah yang dapat terjadi dalam beberapa
bentuk. Otitis media akut (OMA) adalah efusi supuratif (nanah ) pada telinga tengah dan
tanda-tanda peradangan telinga tengah(Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar, 1997).
OMA (Otitis Media Akut) adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga
tengah (Mansjoer, 2001).
OMA adalah peradangan telinga bagian tengah yang disebabkan oleh pejalaran
infeksi dari tenggorok (farinitis) A sering terjadi pada anak-anak (Wikipedia Bahasa
Indonesia, Ensiklopedia Bebas).
2.2 ANATOMI FISIOLOGI
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran
dan keseimbanga) anatominya juga sangat rumit . Indera pendengaran berperan penting pada
3
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk
perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan
orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
1. Telinga Luar
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius
eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan
membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang
lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama
oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus
membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis
auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi
temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari
di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis
auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai
kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial
tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir
pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula
seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme
pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga.
Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi
kulit.
2. Telinga Tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah
lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua
Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas
lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu
mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan
rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke
nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang
temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.
Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang
membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial
telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran
4
kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat
memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis,
dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin.
anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi,
cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini
dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,
menghubungkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun
dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau
menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan
menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.
3. Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk
pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial
VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan
bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun
tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak
membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan
dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan
dan arah gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan
dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran,
dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna
mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe,
yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui
aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis
semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang
cairan yang dina¬makan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara
perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi
bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam
cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin
membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang
vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan
linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris
5
yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius
internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan
nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus,
menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini
di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII).
Kanalis auditorius internus membawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang
otak
2.3 ETIOLOGI
Penyebab utama otitis media akut (OMA) adalah invasi bakteri piogenik ke dalam
telinga tengah yang normalnya adalah steril. Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik,
seperti Streptococcus hemoliticus, Haemophilus Influenzae (27%), Staphylococcus aureus
(2%), Streptococcus Pneumoniae (38%), Pneumococcus. Selain itu kadang-kadang
ditemukan juga Haemofilus influenza, Escherichia coli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus
vulgaris dan Pseudomonas aurogenosa. Haemofilus influenza sering ditemukan pada anak
berusia dibawah 5 tahun. Infeksi saluran napas atas yang berulang dan disfungsi tuba
eustachii juga menjadi penyebab terjadinya OMA pada anak dan dewasa.
Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya
otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek,
6
lebar, dan letaknya agak horisontal(Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas).
2.4 PATOFISIOLOGI
Tabung eustachius melindungi telinga tengah dari sekresi dan memungkinkan untuk
drainase sekret ke nasofaring. Hal ini juga memungkinkan pemerataan tekanan udara dengan
tekanan atmosfer di telinga tengah. Sebuah obstruksi mekanis tabung eustachius dapat
mengakibatkan infeksi dan efusi telinga tengah. Sebuah obstruksi fungsional dapat terjadi
dengan terus-menerus dari pembuluh, terutama pada bayi dan anak kecil, karena jumlah dan
kekakuan tulang rawan mereka kurang dibandingkan anak yang lebih tua dan orang dewasa.
Obstruksi tuba Eustachius menyebabkan tekanan telinga tengah dan negatif MEE steril.
Drainase efusi ini dihambat oleh aksi mukosiliar gangguan dan tekanan negatif yang
berkelanjutan. Kontaminasi dari telinga tengah dapat terjadi dari sekret nasofaring dan
menyebabkan infeksi. Karena bayi dan anak-anak memiliki tabung estachius lebih pendek
dari anak yang lebih tua, itu membuat mereka lebih rentan terhadap refluks sekresi nasofaring
ke telinga tengah dan pengembangan infeksi. Faktor predisposisi lainnya termasuk infeksi
saluran pernapasan atas, alergi, sindrom Down(Kapita selekta kedokteran, 1999).
Bakteri masuk ke tabung eustachius menyebabkan akumulasi cairan purulen di telinga
tengah. Bakteri umum termasuk Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan
Moraxella catarrhalis. S. pneumoniae adalah jenis yang paling umum infeksi (40 persen
sampai 50 persen dari semua kasus) dan yang paling mungkin untuk menyelesaikan tanpa
pengobatan antibiotik.
2.5 KOMPLIKASI
Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulakn komplikasi. Baru setelah ada
antibiotika, semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari OMSK.
Bila pengobatan OMA tidak tepat dan adekuat, maka OMA bisa memberikan komplikasi atau
perluasan ke mastoid.
Komplikasi OMA menurut Mawson 1978, Youwer 1983 dan Paparella 1988 dapat
dibagi menjadi:
1. Komplikasi Intra temporal
7
a. Otitis media supuratif kronik
Dapat terjadi karena penanganan OMA yang terlambat, penanganan
yang tidak adekuat, daya tahantubuh yang lemah dan virulensi kuman yang
tinggi. Secara klinis ada 2 stadium yaitu stadium aktif dimana dijumpai sekret
pada liang telinga dan stadium nonaktif dimana tidak ditemukan sekret di
liang telinga.
b. Mastoiditis Akut
Adanya jumlah pus yang berlebihan akan masuk mendesak selulae
mastoid dan terjadi nekrosis pada dinding selule dengan bentuk empiema,
mastoidkapsul akan terisi sel peradangan sehingga bentuk anatomi akan
hilang. Dan infeksi dapat melanjut menembus tulang korteks sehingga terjadi
abses subperiosteal.
Pada beberapa kasus dimana drainase cukup baik akan terjadi keadaan
kronik dimana didapat retensi pus di dalam selule mastoid yang disebut
sebagai mastoid reservoir dengan gejala utama otore profus. Klinis : panas
tinggi, rasa sakit bertambah hebat, gangguan pendengaran bertambah, sekret
bertambah, bengkak dan rasa sakit di daerah mastoid.
c. Petrositis
Terjadi karena pneumotisasi di daerah os petrosus umumnya kurang
baik. Walau demikian, petrositis jarang terjadi pada OMA.
d. Fasial paralisis
Adanya pembengkakan pada selubung saraf di dalam kanalis falopian
akan terjadi penekanan pada saraf fasial. Pada OMA jarang terjadi kecuali bila
ada kelainan kongenital di mana terdapat hiatus pada kanal falopian.
Klinis : gejala pertama adalah klemahan pada sudut mulut yanng
cenderung menjadi berat. Paralisis terjadi pada stadium hiperemi atau
supurasi. Kelumpuhan ini akan sembuh sempurna bila otitis medianya
sembuh.
e. Labirintitis
Meskipun jarang terjadi perlu diketahui bahwa infeksi disini adalah
kelanjutan dari petrositis atau karena masuknya kuman melaui foramen ovale
8
dan rotundum. Peradangan ini dapat mengenai koklea, vestibulum dan kanalis
semi sirkularis. Klinis : mual, tumpah, vertigo dan kurang pendengaran tipe
sensorineural.
f. Proses adhesi atau perlengketan
Dapat 6 minggu. Sekret mukoid lebih dari terjadi pada otitis media yang
berlangsung yang kental dapat menyebabkan kerusakan tulang pendengaran
atau menyebabkan perleketan tulang pendengaran dengan dinding cavum
timpani.
g. Ketulian
2. Komplikasi Intrakranial
a. Abses extradural
Terjadi penimbunan pus antara duramater dan tegmen timpani.
Seringkali tegmen timpani mengalami erosi dan kuman masuk ke dalam
epitimpani, antrum, adn celulae mastoid. Penyebaran infeksi dapat pula
melalui pembuluh darah kecil yang terdapat pada mukosa periosteum menuju
bulbus jugularis, nervus facialis, dan labirin. Klinis : otalgia, sakit kepala,
tampak lemah.
b. Abses subdural
Jarang terjadi penimbunan pus di ruang antara duramater dan arachnoid.
Penyebaran kuman melalui pembuluh darah. Klinis : sakit kepala, rangsang
meningeal, kadang – kadang hemiplegi.
c. Abses otak
Terjadi melalui trombophlebitis karena ada hubunganb antara vena –
vena daerah mastoid dan vena – vena kecil sekitar duramater ke substansia
alba. Klinis : sakit kepala hebat, apatis, suhu tinggi, tumpah, kesadaran
menurun, kejang, papil edema.
d. Meningitis otogenik
Terjadi secara hematogen, erosi tulang atau melalui jalan anatomi yang
telah ada. Pada anak komplikasi ini sering terjadi karena pada anak jarak
9
antara ruang telinga tengah dan fossa media relatif pendek dan dipisahkan oleh
tegmen timpani yang tipis. Klinis : tampak sakit, gelisah, iritabel, panas tinggi,
nyeri kepala, rangsang meningeal.
e. Otitic Hodrocephalus
Jarang terjadi. Infeksi ini terjadi melalui patent sutura petrosquamosa.
Klinis : sakit kepala terus – menerus, diplopia, paresis N VI sisi lesi, mual,
tumpah, papil edem.
2.6 FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor pencetus terjadinya OMA dapat didahului oleh terjadinya infeksi saluran
pernapasan atas yang berulang disertai dengan gangguan pertahanan tubuh oleh silia dari
mukosa tuba eusthachii,enzim dan antibodi yang menimbulkan tekanan negative sehingga
terjadi invasi bakteri dari mukosa nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba eusthachii
dan menetapdi dalam telinga tengah menjadi otitis media akut.
Ada 5 stadium otitis media akut (OMA) berdasarkan pada perubahan mukosa telinga
tengah, yaitu :
1. Stadium Oklusi
Ditandai dengan gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan negative
telinga tengah. Kadang- kadang membrane timpani tampak normal atau berwarna
keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi sulit di deteksi.
2. Stadium Hiperemis
Tamapak pembuluh darah yang melebar di sebagian atau seluruh membrane
timpani disertai oedem. Sekret yang mulai terbentuk masih bersifat eksudat serosa
sehingga sukar dinilai.
3. Stadium Supurasi
Oedem yang hebat pada mukosa telinga tengah disertai dengan hancurnya sel
epitel superficial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani menyebabkan
membrane timpani menonjol kea rah liang telinga luar. Gejala klinis pasien Nampak
terasa sakit, nadi, demam, serta rasa nyeri pada telinga bertambah hebat. Pada
keadaan lebih lanjut, dapat terjadi iskemia akibat tekanan eksudat purulent yang
10
makin bertambah, tromboflebitis pada vena-vena kecil bahkan hingga nekrosis
mukosa dan submukosa.
4. Stadium Perforasi
Rupturnya membrane timpani sehingga nanah keluar dari telinga tengah ke liang
telinga luar. Kadang pengeluaran secret bersifat pulsasi. Stadium ini sering
diakibatkan oleh terlambatnya pemberian antibiotika dan tingginya virlensi kuman.
5. Stadium Resolusi
Ditandai oleh membrane timpani yang berangsur normal hingga perforasi
membrane timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Hal ini terjadi
jika membrane timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman
rendah(Kapita selekta kedokteran, 1999).
2.7 MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien, pada usia
anak – anak umumnya keluhan berupa.
Rasa nyeri di telinga dan demam.
Biasanya dari riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya.
Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri terdapat gangguan
pendengaran dan telinga terasa penih.
Pada bayi gejala khas Otitis Media akut adalah panas yang tinggi, anak gelisah
dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga yang sakit.
OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA.
Untuk membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut.
Gejala dan tanda OMA Otitis media dengan
11
efusi
Nyeri telinga, demam,
rewel
+ -
Efusi telinga tengah + +
Gendang telinga suram + +/-
Gendang yang
menggembung
+/- -
Gerakan gendang
berkurang
+ +
Berkurangnya pendengaran+ +
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan dengan atoskop (alat untuk memeriksa liang-liang gendang telinga
dengan jelas).
2. Melihat ada tidaknya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang
telinga menjadi kemerahan / agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.
3. Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang
telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon gendang telinga
terhadap perubahan tekanan udara.
2.9 PENATALAKSANAAN
A. Antibiotik
OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya.
Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotic. Penggunaan antibiotic tidak
mengurangi komplikasi yang terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran. Jika gejala
tidak membaik dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotic diberikan.
America Academy of Pediatric (APP) mengkatagorikan OMA yang dapat diobservasi
dan yang harus segera di terapi dengan antibiotic sebagai berikut;
12
USIA DIAGNOSIS PASTI
< 6 bulan Antibiotik
6 bulan – 2 tahun Antibiotik
>2 tahun Antibiotik jika gejala berat, observasi jika gejala
ringan
Gejala ringan adalah apabila nyeri telinga ringan dan demam <390C dalam 24
jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang sampai berat atau
demam 390C.
Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia 6
bulan-2 tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan atau diagnosis meragukan pada
anak di atas 2 tahun. Analgesia harus tetap diberikan selama observasi.
Pilihan pertama pemberian antibiotik pada OMA adalah dengan amoxycilin.
American Academy of Family Physicians (AAFP) menganjurkan pemberian dosis
standar 40mg/kgBB/hari pada anak dengan resiko rendah (umur >2tahun, tidak dalam
perawatan intensif, belum pernah menerima pengobatan antibiotik dalam 3 bulan
terakhir). Sedangkan pemberian dosis tinggi 80mg/kgBB/hari diberikan pada anak
dengan resiko tinggi ( umur <2tahun, dalam perwatan, ada riwayat pemberian
antibiotik dalam 3 bulan terakhir serta resisten terhadap pemberian dosis rendah
amoxycilin) . Sementara itu The Centre for Disease Control and Prevention (CDC)
merekomendasikan terapi antibiotik pada OMA sebagai berikut :
KKONDISI TERAPI
Otitis media dengan penonjolan
(bulging) membrane timpani
High-dose amoxycilin
(80-100mg/kgBB/hari per oral)
selama 7 hari
Otitis media tanpa bulging membrane
timpani
Penundaan pemberian antibiotik,
(sembuh spontan)
Otitis media berulang Penundaan pemberian antibiotic,
pemberian vaksin influenza
Otitis media e.cre sistensi bakteri High-dose amoxycilin clavulanate
13
terhadap amoxycilin dosis tinggi (80-90 mg/kgBB/hari per oral selama
7 hari); cefuroxime axetil (30
mg/kgBB 2 kali/hari per oral);
ceftriaxone (50mg/kg/hari IM selama
3 hari)
Penundaan antibiotik dan pengaturan pemberian antibiotik dilakukan pada
otitis media tanpa bulging karena pada otitis media jenis ini umumnya dapat sembuh
spontan tanpa pemberian antibiotik sebab pemberian antibiotic pada kasus ini
dianggap hanya akan menambah efek samping terhadap tubuh. Pengaturan pemberian
resep dapat dilakukan dengan pemberian acetaminophen jika terjadi otalgia serta
demam, dan jika setelah pemberian tersebut demam masih berlangsung serta tidak
ada perbaikan gejala klinis selama 3 hari , maka baru diberikan amoxycilin dosis
tinggi. Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam waktu 48-72
jam. Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedangkan pada 24 jam kedua mulai
terjadi perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 3 hari atau kembali muncul dalam
14 hari kemungkinan ada penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak
memadai/kurang adekuat atau bahkan telah terjadi resistensi bakteri terhadap
antibiotik tersebut.
Jika pasien alergi terhadap golongan Penicilin alternative antibiotik yang
digunakan adalah cefuroxime axetil, ceftriaxone injeksi (2-3x50mg/kg/hari) atau
generasi kedua sefalosporin seperti cefdinir, cefpodoxime atau cefuroxime. Pilihan
lainnya adalah golongan makrolid seperti azithromycin dan clarithromicyn.
B. Analgesia/ pereda nyeri
Selain antibiotik, penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri.
Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti paracetamol
atau ibuprofen. Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan ibuprofen harus
dipastikan bahwa anak tidak mengalami gangguan pencernaan karena pemberian
ibuprofen dapat memperburuk keadaan tersebut.
Pemberian antihistamin (antialergi) atau dekongestan tidak memberikan
manfaat pada anak.
14
Pemberian kortikosteroid juga tidak dianjurkan.
Miringotomy, dengan melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan
dari dalam telinga juga tidak dianjurkan, kecuali jika terjadi komplikasi berat.
Pemberian antibiotik sebagai profilaksis hanya akan meningkatkan resistensi
bakteri terhadap antibiotik
15
2. 10 WOC
16
Infeksi sekunder (ISPA) Bakteri Streptococcus, Hemophylus Influenza
Trauma, Benda Asing
Ruptur Gendang Telinga
Invasi Bakteri
Infeksi telinga tengah
(kavum timpani, tuba eustachius)
Proses peradangan Peningkatan produksi cairan serosa
Tekanan udara pd telinga tengah (-)
Pengobatan tdk tuntas
Episode berulangNyeri
Akumulasi cairan mukus dan serosa
Ruptur membran timpani krn desakan
Sekret keluar dan berbau tidak enak
(otorrhoe)
Ggn Body Image
Retraksi membran timpani
Hantaran suara / udara yg diterima menurun Tinitus Penurunan fungsi
pendengaran Tuli konduktif ringan
Ggn persepsi sensori pendengaran
Infeksi berlanjut dpt sampai ke telinga dalam
Tjd erosi pd kanalis semisirkularis
Pening / vertigo Kesimb. Tbh menurun
Resiko tjd injuri / trauma
Kurangnya Informasi
Kurang pengetahuan
Kesulitan/sakit menelan dan mengunyah
Resiko pemenuhan kebuth nutrisi kurang dari kebuth
Merusak tulang krn adanya epitel
skuamosa di dlm rongga telinga tengah
(kolesteatom)
Tindakan operasi dgn mastoidektomi
Nyeri akut
Cemas Resiko Infeksi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN OMA PADA NY. R
Nama Kelompok : I (satu)
Hari/ tanggal Pengakajian : kamis 19 Juli 2012
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien :
Nama Pasien : Ny. R
Umur : 18 tahun
Suku / Bangsa : Minang/ Indonesia
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : PT. MA
Tanggal / waktu datang : 19 Juli 2012
Orang yang dapat dihubungi
Nama : -
Alamat : -
Hubungan dengan pasien : -
Diterima dari : Poli THT
Diagnosa Medis : OMA
2. Riwayat Kesehatan
17
1. Keluhan Utama
Klien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada telinga dan susah untuk
mendengar serta keluarnya cairan (pus) dari telinga
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan pernah mengalami penyakit yang sama semenjak kecil, umur
12 tahun. Klien tidak ada riwayat penyakit seperti DM dan penyakit pada organ
pernapasan.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami nyeri pada telinga dan adanya gangguan pendengaran seperti
ada yang menyumbat dan pendengaran menurun. Dari telinga klien keluar pus,
mukus dan juga rubor
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama. Klien
juga mengatakan dari keluarga tidak ada riwayat DM, hipertensi, dan penyakit
jantung.
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Klien mengatakan lingkungannya di sekitar rumah tenang, karena tidak di tepi
jalan. Klien mengatakan masyarakat di sana mandi dan nyuci di sungai yang tidak
jernih.
6. Riwayat Kesehatan Psikososial
Klien mengatakan hubungan dengan keluarga terjalin baik, tetapi agak susah
dalam berkomunikasi
3. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Kesadaran : Composmetis
b) Tanda vital
Tekan darah : 100/ 90 mmHg
Nadi : 80 x/i
Pernafasan : 22 x/i
Suhu : 36, 5 º C
c) Kulit
18
Warna : Sawo matang
Turgor : Baik/ elastis
Kelembaban : Lembab
Edema : Tidak ada tanda edema
d) Rambut
Warna : Hitam
Disribusi : Tebal
Karakteristik : Tidak rontok
e) Kelenjar getah bening
Bentuk : Normal
Tanda radang : Tidak ada tanda radang
Lainnya : Tidak ada
f) Kepala
Bentuk : Normochepal
Ukuran : -
Rambut : Hitam
Kulit kepala : Bersih
Edema : Tidak ada edema
g) Mata
Visus : Baik, simetris kiri dan kanan
Silia dan supersilia : Simetris kiri dan kanan
Kornea : Jernih
Palpepbra : Tidak ada edema
Konjungtiva : Tidak anemis
Sklera : Tidak ada ikterik
Pupil : 3mm/ 3mm, sama besar kiri dan kanan
Refleks Pupil : Sama baik kiri dan kanan
Lensa : Jernih
Lapang Pandang : Sama baik kiri dan kanan
Persepsi Warna : Baik
h) Telinga
Membran timpani : Infeksi pada telinga tengah dan berlubang, ada pus
Mastoid : Adanya pembengkakan
19
Telinga luar
o Kartilago : Ada tekanan nyeri
o Tragus : Simetris kiri dan kanan
o Lainnya : Ada ptanda peradangan
Webber : Telinga kiri (+), telinga kanan (-)
Rinne : Telinga kiri (+), telinga kanan (-)
i) Hidung
Bentuk : Simertis kiri dan kanan
Tanda radang : Tidak ada tanda peradangan
Septum hidung : Ada
Mukosa : Tidak ada tanda radang
j) Mulut
Mukosa bibir : Bersih, tidak anemis
Gusi : Warna merah muda, tidak ada pendarahan
k) Leher
Carotid bruit : Tidak ada pembesaran
Vena (JVP) : 5-2 H2O
Kelenjer : Tidak ada pembesaran kelenjer
l) Dada/thorax
Bentuk dada
Postur : Tegap
Bentuk dada : Normal
Kesimetrisan dada : Simetris kiri dan kanan
m) Ektremitas/ muskuloskeletal
Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
Tonus otot : Bernilai 5
4. Pengakajian Pendekatan Fungsional
Pola persepsi terhadap kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
DO : Personal hygiene klien tampak bersih
20
DS : Klien mengatakan jarang membersihkan telinganya
Pola aktivitas Latihan
DO : Klien tampak dapat beraktivitas dengan baik
DS : Klien mengatakan tidak ada masalah dalam beraktivitas
Pola eliminasi
DS : Klien mengatakan BAK dan BAB normal
Pola tidur dan istirahat
DS : Klien mengatakan tidur biasanya pukul 11.00 WIB
Pola nutrisi dan metabolisme
DO : Tubuh klien tamapak bugar dan segar
DS : Klien mengatakan ada memakan sayur, buah dan daging
Pola persepsi
DO : Klien tampak payah dalam mendengar
DS : Klien mengatakan suara terdengar kurang jelas pada telinga kanan
Pola toleransi dan koping terhadap stress.
DO : Klien tampak tidak suka dengan penyakit
DS : Klien mengatakan ingin cepat sembuh, agar tidak menganggu sekolah
Pola nilai dan keyakinan
DO : Klien terdengar mengucapakan “Ya Allah” dalam menahan kesakitan
DS : Klien mengatakan ada dalam beribadah
3.2 ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
21
1 DO:
Klien tampak meringis
kesakitan
Klien tampak sering
memegang telinga
Skala nyeri klien
adalah 7 (1-10)
Telinga klien terlihat
berwarna merah
DS:
Klien mengatakan
nyeri pada telinga
Klien mengatakan
telinga terasa panas
Klien mengatakan
sukar tidur karena
nyeri
Invasi bakteri
Infeksi telinga tengah
Proses peradangan
Nyeri
Gangguan rasa nyaman
: Nyeri
2 DO:
Klien tampak susah
mendengar
Dari telinga klien
tampak ada pus dan
mukus
Klien tampak
kebingungan
Invasi bakteri
Infeksi telinga tengah
Tekanan udara pada telinga
tengah (-)
Retraksi membran tympani
Hantaran udara menurun
Penurunan persepsi
sensori : pendengaran
22
DS:
Klien mengatakan
adanya terasa
penyumbatan pada
telinga
Klien mengatakan
payah dalam
mendengar
Klien mengatakan
terasa pekak pada
telinga
Klien mengatakan ada
cairan keluar dari
telinga dan berbau
3. DO :
Telinga kanan klien
berbau tidak enak
Sekret sering keluar
Klien terlihat minder
DS :
Klien menyatakan
selama sakit, malas
masuk sekolah
Klien mengatakan
merasa di asingkan
oleh temannya
Klien mengatakan
tidak percaya diri
Invasi bakteri
Infeksi telinga tengah
Peningkatan produksi cairan
serosa
Akumulasi cairan mukus
dan serosa
Ruptur membran tympani
karena desakan
Sekret keluar dan berbau
tidak enak
Gangguan body image
23
keluar rumah
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang akan muncul sebagai berikut :
1 Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga
2 Perubahan sensori-persepsi : Auditorius berhubungan dengan Gangguan penghantar
bunyi pada organ pendengaran
3 Gangguan body image berhubungan dengan adanya sekret pada telinga
3.4 INTERVENSI
NoDiagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
HasilIntervensi Rasional
1. Nyeri berhubungan
dengan proses
peradangan pada
telinga
Tujuan : nyeri
berkurang atau
hilang
KH :
Klien tidak
meringis
Skala nyeri : 1/2
a. Kaji tanda-tanda
perluasan infeksi,
mastoiditis,
vertigo
b. Jaga kebersihan
pada daerah liang
telinga
c. Hindari
mengeluarkan
ingus dengan
paksa/ terlalu
keras (sisi)
tengah.
d. Kompres hangat
e. Teknik relaksasi :
tarik nafas dalam
f. Kolaborasi
pemberian terapi :
a. Untuk
mengantisipasi
perluasan lebih
lanjut.
b. Untuk
mengurangi
pertumbuhan
mikroorganism
e
c. untuk
menghindari
transfer
organisme dari
tuba eustacius
ke
telinga
d. mengurangi
nyeri karena
infeksi
24
pemberian obat
antibiotik, seperti
amoxcylin dan
analgesia, seperti
paracetamol dan
ibuprofen
e. mengurangi
rasa nyeri
f. Mempercepat
proses
penyembuhan
2. Perubahan sensori-
persepsi :
Auditorius
berhubungan
dengan Gangguan
penghantar bunyi
pada organ
pendengaran
Tujuan :
memperbaiki
komunikasi
KH :
a. Klien dapat
kembali
mendengar
dengan normal
b. Komunikasi
terjalin baik
a. Mengurangi
kegaduhan pada
lingkungan klien.
b. Memandang klien
ketika berbicara.
c. Berbicara jelas
dan tegas pada
klien tanpa perlu
berteriak.
d. Memberikan
pencahayaan yang
baik bila klien
bergantung pada
gerak bibir.
e. Menggunakan
tanda-tanda non-
verbal (mis.
Ekspresi wajah,
mununjuk, atau
gerakan tubuh)
dan komunikasi
lainnya.
f. Instruksikan
a. Mengurang
bising pada
klien
b. Membuat klien
lebih mengerti
dalam
berkomunikasi
c. Membuat klien
lebih mengerti
tanpa harus
berteriak
d. Berkomunikasi
berfokus pada
gerak bibir
e. Memperlancar
komunikasi dan
membuat klien
lebih mengerti
f. Dapat saling
berinteraksi
dengan klien
dengan baik.
25
kepada keluarga
atau orang
terdekat klien
tentang
bagaimana teknik
komunikasi yang
efektif
g. Bila klien
menginginkan,
klien dapat
menggunakan alat
bantu
pendengaran.
g. Alat bantu yang
menggantikan
fugsi dari
gendang telinga
3. Gangguan body
image berhubungan
dengan adanya
sekret pada telinga
Tujuan : gangguan
body image klien
teratasi
KH :
Body image
positif
Mendiskripsikan
secara faktual
perubahan fungsi
tubuh
Mempertahankan
interaksi sosial
a. Kaji secara verbal
dan nonverbal
respon klien
terhadap tubuhnya
b. Monitor frekuensi
mengkritik dirinya
c. Jelaskan tentang
pengobatan,
perawatan,
kemajuan dan
prognosis
penyakit
d. Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
a. Mengetahui
respect klien
b. Mengetahui
berapa besarnya
respon klien
terhadap
penyakitnya
c. Menerangkan
dalam
mempercepat
proses
penyembuhan
d. Memberikan
kekuatan batin
pada klien
untuk lebih
tegar
26
e. Identifikasi arti
pengurangan
melalui
pemakaian alat
bantu
e. Mengembalikan
fungsi telinga
dengan alat
bantu
3.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Tanggal/ jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf
1. 19-07-12/
Pukul 09.00
wib
Nyeri berhubungan
dengan proses
peradangan pada telinga
a. periksa adanya
tanda-tanda
perluasan infeksi
b. bersihkan daerah
liang telinga
S : Klien
mengatakan nyeri
pada telinga
O : Klien tampak
meringis
27
c. beritahu klien agar
tidak memaksa
dalam
mengeluarkan
ingus
d. Berikan kompres
hangat
e. Ajarkan teknik
relaksasi : tarik
nafas dalam
f. Berikan anti
inflamasi sesuai
resep
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi di
lanjutkan oleh
klien
2. 19-07-12/
Pukul 11.00
wib
Perubahan sensori-
persepsi : Auditorius
berhubungan dengan
Gangguan penghantar
bunyi pada organ
pendengaran
a. Hindari kegaduhan
di dekat klien
b. Pandangi klien
ketika berbicara
c. Berbicara yang
jelas, jangan
berteriak
d. Berikan
pencahayaan pada
bibir klien
e. Gunakan
komunikasi non-
verbal
f. Ajari keluarga
cara menggunakan
teknik komunikasi
S : Klien
mengatakan terasa
ada hambatan pada
lubang telinga
O : Dari telinga
klien tampak pus
dan mukus
A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi di
lanjutkan oleh
klien
28
yang efektif
g. Beri alat bantu
pendengaran bila
klien ingin
3. 19-07-12/
Pukul 12.00
wib
Gangguan body image
berhubungan dengan
adanya sekret pada
telinga
a. Kaji respon klien
secara verbal dan
non verbal
b. Kaji frekuensi
mengkritik dirinya
c. Beritahu tentang
perawatan dan
pengobatan
penyakit klien
d. Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
e. Selidiki arti
kekurangan
melalui alat bantu
S : Klien
mengatakan tidak
percaya diri keluar
rumah
O : Sekret berbau
tidak enak
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan oleh
klien
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Otitis media akut merupakan radang infeksi atau inflamasi pada telinga tengah oleh
bakteri atau virus dengan gejala klinik nyeri telinga, demam, bahkan hingga hilangnya
29
pendengaran, tinnitus dan vertigo. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan
umumnya berlangsung dalam waktu 3-6 minggu.
Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus,
Haemophilus Influenzae (27%), Staphylococcus aureus (2%), Streptococcus Pneumoniae
(38%), Pneumococcus.
Diagnosa yang muncul pada Ny. R adalah :
1 Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada telinga
2 Perubahan sensori-persepsi : Auditorius berhubungan dengan Gangguan penghantar
bunyi pada organ pendengaran
3 Gangguan body image berhubungan dengan adanya sekret
4.2 SARAN
Berdasarkan hasil pembuatan makalah dan hasil dari pengkajian di ruangan Poli THT
dengan kasus OMA, diharapkan khususnya pada mahasiswa/i mampu memahami dan
melakukan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, dan implementasi serta evaluasi
yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang sudah di pelajari baik dikampus
maupun di RSUD Lubuk Basung khususnya di Ruangan Poli THT.
DAFTAR PUSTAKA
Charismawati, Anisa, Otitis Media Akut, Kepaniteraan Klinik lab/SMF Ilmu Farmasi
Fakultas Kedokteran UNS / RSUD DR. MOERWADI. Surakarta. 2011
Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar, Buku Ajar Ilmu Penyakit TelingaHidung Tenggorokan,
Edisi III, FKUI,1997.
Diagnosis and Management of Acute Otitis Media. PEDIATRICS Vol. 113 No. 5 May 2004,
pp.1451-1456.
30
Djaafar, Zainul A., Helmi, Ratna D. Restuti. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Keenam. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. h. 65-68
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R. Kapita Selekta Kedokteran Bagian THT FK UI. Penerbit :
Media Aeusculapeus FK UI, Jakarta, 2001 ; hal. 79..
Revai, Krystal et al. 2007. IncidenceofAcuteOtitisMedia and Sinusitis Complicating
Riece H. Komplikasi Otitis Media Akuta. Kumpulan Karya Ilmiah
Wellbery C. Standard-Dose Amoxicilin for Acute Otitis Media May 1 2005
31