luka Combus

34
BAB I TINJAUAN KASUS 1.1 IDENTITAS PASIEN No. RM : 41.13.27 Nama : Tn. R Umur : 39 tahun 1 bulan 15 hari Tanggal Lahir : 13 Desember 1975 Jenis Kelamin : Laki-Laki Alamat : Ds. Lopang RT 02 RW 04 Driyorejo Agama : Islam Status Perkawinan : Menikah Pekerjaan : Pekerja Pabrik Sistem Pembiayaan : PC Kerjasama (PT. Kedawung Setia) Tanggal MRS : 28 Januari 2015 Tanggal Pemeriksaan : 2 Februari 2015 1.2 ANAMNESA 1. Keluhan Utama Panas setelah terbakar 2. Keluhan Tambahan - 3. Riwayat Penyakit Sekarang 1

description

responsi kasus luka bakar

Transcript of luka Combus

BAB ITINJAUAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIENNo. RM: 41.13.27Nama: Tn. RUmur : 39 tahun 1 bulan 15 hariTanggal Lahir: 13 Desember 1975Jenis Kelamin: Laki-LakiAlamat: Ds. Lopang RT 02 RW 04 DriyorejoAgama: IslamStatus Perkawinan: MenikahPekerjaan: Pekerja PabrikSistem Pembiayaan: PC Kerjasama (PT. Kedawung Setia)Tanggal MRS: 28 Januari 2015Tanggal Pemeriksaan: 2 Februari 2015

1.2 ANAMNESA1. Keluhan UtamaPanas setelah terbakar

2. Keluhan Tambahan -

3. Riwayat Penyakit SekarangPasien tersembur api ketika sedang memotong besi. Saat pasien memotong besi,tiba tiba klep selang udara terlepas, dan timbul percikan api yang secara tiba tiba membesar dan menyambar tubuh pasien. Saat itu hanya merasa tubuhnya panas, dan menyiramnya dengan air. Kemudian pasien merasakan tubuhnya semakin nyeri dan memutuskan untuk segera ke UGD RSAL dr. Ramelan. Setelah di RSAL dr. Ramelan pasien mendapat infus dancairan pendingin.4. Riwayat Penyakit Dahulu-5. Riwayat Penyakit Keluargaa. Alergi obat: disangkal

1.3 PEMERIKSAAN FISIK1. Keadaan Umum: Tampak sakit sedangKesadaran: Compos mentisGCS: 4-5-62. Vital SignTekanan darah: 110/80 mmHgNadi: 82 x/menit, regulerRR: 20 x/menit, regulerSuhu: 36,6oC, axiller

3. Status Generalisa. Kepala Wajah: luka bakar (+) Edema palpebra: (-) Conjunctiva pucat: (-) Sclera icterus: (-) Pupil: Bulat, isokor 3 mm/3 mm Refleks cahaya: +I+ Gerak bola mata: +I+, simetris Mata cowong: -I- Turgor kulit: Normal Hidung: Simetris, sekret (-), hiperemi (-) Pernafasan cuping hidung: (-) Telinga: Simetris, sekret (-), luka bakar (+) Mulut: Sianosis (-) Mukosa bibir pucat: (-) Faring hiperemi: (-) Kelainan kongenital: (-) Jejas: (-)

b. Leher Massa: (-) Trauma: (-) Luka bakar : (+)

c. ThoraxThorax: NormochestPergerakan nafas: simetris Massa abnormal : (-)Jejas: (-)PulmoInspeksi: Normochest, gerak nafas simetris, sela iga normal,retraksi (-)Palpasi: Gerak nafas simetris, fremitus raba normal simetrisPerkusi: Sonor pada seluruh lapangan paruAuskultasi: Vesikuler I VesikulerWheezing ------Rhonki------Cor:Inspeksi: Ictus cordis tidak tampakPalpasi: Ictus cordis tidak teraba Perkusi :Batas jantung kanan di parasternal line dextrasetinggi ICS IVBatas jantung kiri di MCL sinistra setinggi ICS VAuskultasi: S1 S2 tunggal, Murmur (-), Gallop (-)

d. AbdomenInspeksi : Datar (flat), simetrisLuka bakar: (-)Kolateral: (-)Jejas: (-)Auskultasi: Bising usus (+) normalPalpasi: SupelNyeri tekan : (-)Hepar/Lien/Ren : Tidak terabaTeraba massa : (-)Perkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen

e. Ekstremitas1) Ekstremitas atas:Tampak luka bakar pada kedua lenganAkral hangat: +I+Edema: -I-CRT: < 2 detik2) Ekstremitas bawah:Akral hangat: +I+Edema: -I-CRT: < 2 detik

f. Tulang Belakang Scoliosis: (-) Lordosis: (-) Kifosis: (-)

4. Status LokalisLook : Tampak luka bakar pada kedua telinga dan leher. Kedua lengan tampak tertutup perban.Feel : Bekas luka bakar kadang masih terasa nyeri.

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Laboratorium (tanggal 28 Januari 2015)a. Darah Lengkap Leukosit : 8.400/L (N)Eritrosit: 5.030.000/L (N)Hemoglobin: 14,9 g/dL (N)Hematokrit: 44,1% (N)Platelet: 310.000/L (N)b. EKG : dbnc. ElektrolitNa : 138,0 (N)K : 3,47 (N)Cl : 107,2 (N)

1.5 RESUME1. Anamnesa Laki-laki, 39 tahun, pekerja pabrik Tersembur api saat memotong besi, pasien merasakan badannya nyeri.

2. Pemeriksaan Fisika. Keadaan UmumInspeksi umum: Tampak sakit sedangb. Vital SignTekanan darah: 110/80 mmHgNadi: 82 x/menit, regulerRR: 20 x/menit, regulerSuhu: 36,6oC, axillerc. Status Generalis:KepalaWajah: luka bakar (+)Telinga: luka bakar (+)

d. Status LokalisLook : Tampak luka bakar pada kedua telinga dan leher. Kedua lengan tampak tertutup perban.Feel : Bekas luka bakar kadang masih terasa nyeri3. Pemeriksaan Penunjang:dbn.1.6 ASSESSMENTDiagnosa klinis: Combustio grade II 12%

1.7 PLANNING1. Planning Diagnosa: 2. Planning Terapi: Infus 2400 cc : 8 jam pertama 1200 cc, 16 jam selanjutnya 1200 cc Inj Ranitidin 1 amp Inj Ketorolac 1 amp Inj Tramadol 1 amp Inj Ceftriaxon 2 g3. Planning Monitoring: Keluhan Vital sign Produksi urin4. Planning Edukasi : tidak makan ddan minum

1.8 FOLLOW UP2 Februari 2015S : Pasien mengatakan masih merasakan nyeri pada luka bakarnyaO : Keadaan umum: tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis / GCS: 4-5-6 Vital Sign: Tensi : 110/70 mmHg Nadi : 84x/menit, reguler RR: 20 x/menit, reguler Temp: 36oC, axiller Status generalis: Kepala : tampak luka bakar pada beberapa bagian wajah dan telinga Leher : tampak luka bakar pada beberapa bagian leher Thorax:Pulmo:Inpeksi: Normochest , gerak nafas simetris, sela iga normal, retraksi (-)Palpasi: Gerak nafas simetris, fremitus raba normal simetrisPerkusi: Sonor pada seluruh lapangan paruAuskultasi: Vesikuler I Vesikuler, Wheezing - I -, Rhonki - I -Cor:Inspeksi: Ictus cordis tidak tampakPalpasi: Ictus cordis tidak teraba Perkusi : Batas jantung kanan di parasternal line dextra setinggi ICS IV Batas jantung kiri di MCL sinistra setinggi ICS VAuskultasi: S1 S2 tunggal, Murmur (-), Gallop (-) AbdomenInspeksi : Flat, simetrisAuskultasi: BU (+) normalPalpasi: Supel, Nyeri tekan (-), Hepar/Lien/Ren tidak terabaPerkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen Ekstremitas Luka bakar + + - - Edema - - - - Status lokalis :Look : Tampak luka bakar pada kedua telinga dan leher. Kedua lengan tampak tertutup perban.Feel : Bekas luka bakar masih terasa nyeriA : Combustio grade II 12%P : Infus RL 20 tetes/menit Inj Ceftriaxon 1 gr Inj Ranitidin 1 amp Inj Ketorolac 1 amp

3 Februari 2015S : Pasien mengatakan masih merasakan nyeri pada luka bakarnya. O : Keadaan umum: tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis / GCS: 4-5-6 Vital Sign: Tensi : 100/60 mmHg Nadi : 82x/menit, reguler RR: 20x/menit, reguler Temp: 36oC, axiller Status generalis: Kepala: tampak luka bakar pada beberapa bagian wajah dan telinga. Leher: tampak luka bakar pada beberapa bagian leher Thorax:Pulmo:Inpeksi: Normochest , gerak nafas simetris, sela iga normal, retraksi (-)Palpasi: Gerak nafas simetris, fremitus raba normal simetrisPerkusi: Sonor pada seluruh lapangan paruAuskultasi: Vesikuler I Vesikuler, Wheezing - I -, Rhonki - I -Cor:Inspeksi: Ictus cordis tidak tampakPalpasi: Ictus cordis tidak teraba Perkusi : Batas jantung kanan di parasternal line dextra setinggi ICS IV Batas jantung kiri di MCL sinistra setinggi ICS VAuskultasi: S1 S2 tunggal, Murmur (-), Gallop (-) AbdomenInspeksi : Flat, simetrisAuskultasi: BU (+) normalPalpasi: Supel, Nyeri tekan (-), Hepar/Lien/Ren tidak terabaPerkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen

Ekstremitas Luka bakar + + - - Edema - - - - Status lokalis:Look : Tampak luka bakar pada kedua telinga dan leher. Kedua lengan tampak tertutup perban.Feel : Bekas luka bakar masih terasa nyeriA : Combustio grade II 12%P : Infus RL 20 tetes/menit Inj Ceftriaxon 1 gr Inj Ranitidin 1 amp Inj Ketorolac 1 amp

4 Februari 2015S : Pasien mengatakan kadang masih merasakan nyeri pada luka bakarnyaO : Keadaan umum: tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis / GCS: 4-5-6 Vital Sign: Tensi : 110/70 mmHg Nadi : 78x/menit, reguler RR: 16x/menit, reguler Temp: 36,5oC, axiller Skala nyeri : 3 Status generalis: Kepala: A/I/C/D: -/-/-/- Leher: Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-) Thorax:Pulmo:Inpeksi: Normochest , gerak nafas simetris, sela iga normal, retraksi (-)Palpasi: Gerak nafas simetris, fremitus raba normal simetrisPerkusi: Sonor pada seluruh lapangan paruAuskultasi: Vesikuler I Vesikuler, Wheezing - I -, Rhonki - I -Cor:Inspeksi: Ictus cordis tidak tampakPalpasi: Ictus cordis tidak teraba Perkusi : Batas jantung kanan di parasternal line dextra setinggi ICS IV Batas jantung kiri di MCL sinistra setinggi ICS VAuskultasi: S1 S2 tunggal, Murmur (-), Gallop (-) AbdomenInspeksi : Flat, simetrisAuskultasi: BU (+) normalPalpasi: Supel, Nyeri tekan (-), Hepar/Lien/Ren tidak terabaPerkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen Ekstremitas Luka bakar + + - - Edema - - - - Status lokalis :Look : Tampak luka bakar pada kedua telinga dan leher. Kedua lengan tampak tertutup perban.Feel : Bekas luka bakar kadang masih terasa nyeriA : Combustio grade II 12%P : Infus RL 20 tetes/menit Inj Ceftriaxon 1 gr Inj Ranitidin 1 amp Inj Ketorolac 1 amp1.9 PROGNOSISBaik (Dubia ad bonam)BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. DefinisiLuka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.

2.2. EtiologiLuka bakar dihasilkan oleh berbagai macam penyebab. Scald burn merupakan penyebab tersering luka bakar pada populasi. Kedalaman luka bakar tergantung dari temperatur cairan, lama terkena cairan, dan kekentalan cairan. Scald burn biasanya akan sembuh sendiri tanpa memerlukan skkn graft. Grease burn cenderung dihasilkan oleh luka bakar pada lapisan kulit yang lebih dalam dan memerlukan penanganan operatif. Flame burn, merupakan penyebab paling sering kedua dari luka bakar, biasa disebabkan karena kebakaran rumah, api unggun, atau saat membakar sampah. Jika pakaian pasien terkena api, biasanya luka bakar akan mengenai seluruh ketebalan kulit. Flash burn juga merupakan luka bakar yang sering terjadi di masyarakat akibat pembakaran propana atau bensin. Flash burn biasanya mengenai kulit yang terekspose (tidak tertutup pakaian), misalnya wajah dan ekstremitas. Flash burn biasanya mengenai sebagian ketebalan kulit. Contact burn terjadi karena kontak atau sentuhan terhadap tungku kayu, logam panas, dan batubara. Contact burn biasanya lukanya dalam tapi luasnya terbatas pada area yang bersentuhan. Selain itu,luka bakar dapat juga diakibatkan oleh agen kimiawi dan elektrik.2.3. Epidemiologi Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar setiap tahunnya. Dari angka tersebut 112.000 penderita luka bakar memerlukan tindakan emergensi, dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di Indonesia belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk serta industri, angka luka bakar tersebut makin meningkat.Insiden luka bakar pada dewasa muda terdapat pada umur 20 29 tahun, diikuti oleh anak umur 9 tahun atau lebbih muda. Luka bakar jarang terjadi pada umur 80 tahun ke atas.Angka mortalitas luka bakar sudah banyak bekurang seiring dengan kemajuan dalam perawatan luka bakar. Walaupun luka bakar pada pasien sangat muda dan tua masih membawa peningkatan risiko mortalitas, namun gambaran untuk kelompo umur 14 44 yahun menunjukkan banyak perbaikan.Penentuan angka kematian karena luka bakar dibuat menurut LA 50 atau bahwa presentase luas permukaan tubuh dari luka bakar derajat 2 dan 3 yang dapat menimbulkan kematian pada 50% pasien yang mengalaminya.Pada tahun 1940an dan 1950an menunjukkan gambaran LA 50 sebesar 45%,. Sedangkan penelitian baru baru ini selama 16 tahun oleh Curreri dkk menunjukkan LA 50 pada kelompok umur 15 44 tahun sebesar 63%. Perbaikan ini berhubungan dengan perkembangan pada perawatan syok luka bakar, infeksi, trauma inhalasi, nutrisi operasi dan penutupan luka.2.4. Patofisiologi Luka BakarLuka bakar pada tubuh terjadi baik karena konduksi panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Derajat luka bakar berhubungan dengan beberapa faktor, termasuk konduksi jaringan yang terkena saat kontak dengan sumber tenaga panas. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan terhadap konduksi panas, sedangkan tuang merupakan yang paling tahan.Sel sel dapat menahan temperatur sampai 44o C tanpa kerusakan bermakna. Antara 44o C sampai 51o C, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan temperatur dan waktu penyinaran yang terbatas dapat ditoleransi. Di atas 51o C protein terdenaturasi dan kecepatan kerusakan jaringan sangat hebat. Temperatur di atas 70o C menyebabkankerusakan seluler yang sangat cepat dan hanya periode penyinaran yang sangat singkat yang dapat ditahan. Pada rentang panas yang lebih rendah, tubuh dapat mengeluarkan tenaga panas dengan perubahan sirkulasi, tapi pada rentang panas yang lebih tinggi hal ini tidak efektif. Luka bakar terbentuk dari beberapa daerah, dimulai dengan daerah koagulasi jaringan pada titik kerusakan maksimal. Mengelilingi daerah koagulasi terdapat daerah stasis yang ditandai dengan aliran darah yang cepat dan terdiri dari sel sel yang masih dapat diselamatkan. Di sekeliling daerah stasis terdapat daerah hiperemia, tempat sel kurang rusak dan dapat sembuh sempurna. Dengan pengeringan atau infeksi, sel pada daerah stasis dapat hilang dan luka dengan kedalaman tidak penuh dapat diubah menjadi kedalaman penuh. Salah satu tujuan perawatan luka bakar adalah menghindari hilangnya kedua daerah ini.2.5. Penentuan Luas Luka BakarLuas dan kedalaman dari luka bakar dapat segera ditentukan melalui anamnesa. Ada beberapa tehnik yang dapat digunakan untuk menghitung area total permukaan tubuh (Total Body Surface Area / TBSA). TBSA hanya mencakup area partial dermal injury dan full thickness dermal injury. TBSA tidak mencakup superficial burn injury yang mengenai epidermis. Rule of nines merupakan metode terbaik dalam memperkirakan luas area luka bakar. Penting diketahui bahwa proporsi tubuh untuk bayi dan anak - anak berbeda dengan orang dewasa. Kepala pada anak - anak memiliki proporsi lebih dari 9% TBSA dan ekstremitas bawah pada anak kurang dari 18% TBSA.

Tehnik kedua dalam menggunakan TBSA yaitu dengan menggunakan telpak tangan pasien, dimana telapak tangan pasien merepresentasikan 1% dari TBSA, sehingga luas total luka bakar dapat diperkirakan dengan membandingkan pada tangan pasien. Grafik Lund dan Browder merupakan metode yang lebih akurat dalam menghitung luas luka bakar. Diagram berdasarkan umur dapat membantu keakuratan dalam menghitung luas luka bakar.

2.6. Kedalaman luka bakarLuka bakar dapat mengenai epidermis, seluruh dermis, maupun jaringan subkutan. Kedalaman luka bakar mempengaruhi proses penyembuhan lukanya. Membuat perkiraan tentang kedalaman luka bakar penting untuk menetukan pengobatan luka bakar, terutama untuk intervensi operasi.Superficial burns hanya mengenai epidermis, bersifat eritematous dan sangat nyeri. Luka ini dapat sembuh dalam waktu 3 - 5 hari. Pengobatan terbaik luka bakar ini dengan menggunakan obat topikal seperti lotion aloe, yang dapat mempercepat reepitelialisasi dan menenangkan pasien. Sebagai tambahan analgesik oral dapat membantu. Sunburns merupakan contoh luka bakar superfisial.Partial - thickness burns mengenai seluruh epidermis dan sebagian dari dermis. Partial -thickness burns dibagi menjadi superficial dan deep yang dibagi berdasarkan kedalaman luka pada dermis. Superficial dan deep partial thickness burn berbeda dalam penampilan, kemampuan penyembuhan dan kemungkinan kebutuhan akan eksisi dan skin graft. Superficial partial thickness burns memiliki tampilan berwarna merah muda, basah, dan terasa nyeri saat disentuh. Contoh dari superficial partial thickness burns adalah water scald burns. Luka bakar tipe ini biasanya akan sembuh dalam 2 minggu dan secara umum tidak menghasilkan luka parut, tetapi dapat terjadi pigmentasi. Luka tipe ini biasanya sembuh dengan baik dengan greasy gauze (sufratule) dan salep antibiotik.

Deep partial thickness burns mengenai seluruh bagian epidermis dan meluas ke bagian retikular dari dermis. Luka bakar ini memiliki tampilan kering dan coreng - coreng antara putih dan merah muda juga sensasi yang bervariasi. Jika terlindungi dari infeksi, deep partial thickness burns akan sembuh dalam 3 - 8 minggu, tergantung jumlah adnexa yang masih dapat hidup pada luka bakar. Tetapi dalam penyembuhannya luka bakar ini dapat menimbulkan kontraksi dan luka parut. Oleh karena itu, jika penampilan dari luka tidak terreepitelialisasi dengan sempurna dalam 3 minggu, maka dianjurkan eksisi melalui operasi dan skin graft.Full thickness burns mencakup epidermis dan seluruh bagian dermis. Tampilan luka ini berwarna coklat kehitaman, kasar, dan kehilangan sensasi. Kadang - kadang luka bakar ini memiliki tampilan warna cherry red yang terbentuk dari carboxyhemoglobin yang terfiksasi pada luka. Luka ini dapat dibedakan dari luka yang lebih superfisial karena luka ini biasanya terdapat kehilangan sensasi.dan tidak pucat. Luka ini dapat diobati dengan baik melalui eksisi dan skin graft.Penentuan kedalaman luka bakar biasanya mudah untuk luka superficial dan very deep. Tetapi agak lebih susah pada penentuan kedalaman luka bakar dari deep dermal dan potensi kesembuhan. Biasanya butuh waktu beberapa hari untuk menentukan mana luka yang akan sembuh dalam kurun waktu 3 minggu dan mana yang akan membutuhkan manajemen dengan eksisi dan skin graft. Beberapa tehnik sudah digunakan untuk menentukan kedalaman luka bakar, diantaranya celupan fluorescein, ultrasound, laser Doppler dan MRI. Tetapi bagaimanapun juga tidak ada satupun dari alat tersebut yang dapat dipercaya daripada penilaian spesialis bedah luka bakar yang sudah berpengalaman.2.7. Manajemen AwalIntravenous AccessPemberian cairan secara intravena (IV) penting untuk pasien yang membutuhkan resusitasi cairan dan analgesi IV. Dua jalur IV perifer biasanya cukup untuk pasien dengan luka bakar kurang dari 30%. Tetapi pada pasien dengan luka bakar yang lebih besar atau luka inhalasi yang signifikan membutuhkan penempatan jalur IV secara sentral. Baik jalur IV perifer maupun sentral dapat ditempatkan menembus jaringan yang terbakar jika diperlukan. Area yang terbakar terlebih dahulu disiapkan dengan pemberian larutan antimikroba topikal sebagaimana yang dilakukan pada kulit yang tidak terluka.EscharotomyBagian terpenting dari awal penanganan luka bakar adalah menentukan apakah dibutuhkan escharotomy. Luka bakar eschar dari full thickness burn injury dapat berkonstriksi membentuk lapisan kulit yang kencang, yang akan mengurangi perfusi dari bagian tubuh perifer, batang tubuh, dan mengganggu pernafasan. Secara umum escharatomy diindikasikan untuk full thickness burn yang melingkari seluruh ekstremitas atau full thickness burn injury yang mengenai dinding dada, dimana eschar akan mengurangi gerakan dinding dada pasien saat bernafas. Escharotomy dapat dilakukan dengan scalpel atau electrocauter. Pembebasan dikatakan adekuat jika setelah pemisahan dari eschar terjadi perbaikan perfusi dan sabagai tambahan terkadang terdengar popping sound.

Dalam escharatomy sangat penting untuk memperhatikan saraf yang terletak di superficial kulit. Penting juga untuk memperhatikan dari kedalaman insisi escharatomy, insisi yang dilakukan hanya sebatas eschar, tidak sampai menembus fascia. Karena escharatomy bukan merupakan fasciotomy. Insisi yang terlalu dalam tidak diperlukan dan dapat mengenai struktur vital dibawahnya, seperti tendon dan memungkinkan terjadinya insisi dari jaringan yang sehat dan kematian jaringan yang sehat.Topical Wound AgentsSetelah tiba di pusat penyembuhan luka bakar, luka pasien sebaiknya dicuci sampai bersih dengan sabun dan air. Loose tissue dan blister harus di debridemant. Bila luka bakar mengenai area yang berrambut pada bagian tubuh atau muka, seharusnya rambut dicukur. Perawatan luka setiap hari harus dilakukan dengan sabun dan air dari keran yang mengalir. Penggunaan tangki air pada perawatan luka tidak dianjurkan karena memiliki risiko terjadinya cross - contamination. Luka bakar merusak lapisan pertahanan tubuh yang melindungi tubuh dari lingkungan, oleh karena itu wound dressing diperlukan untuk melindungi tubuh dari infeksi dan mengurangi hilangnya panas dari tubuh. Wound dressing yang ideal harus memenuhi syarat yaitu, murah, mudah digunakan, tidak butuh sering diganti, dan nyaman digunakan. Walaupun ada beberapa agen topikal yang tersedia untuk penangan luka bakar, sebaiknya digunakan yang sederhana dan empiris dalam penanganan luka bakar.Pemilihan agen topikal dalam penanganan luka bakar tergantung dari kedalaman luka bakar dan tujuan terapi. Superficial burn wounds (seperti sunburns) membutuhkan lotion pendingin seperti aloe vera yang dapat mempercepat perbaikan epitel. Partial thickness burn wounds butuh dilapisi oleh dengan aden topikal yang dapat menjaga kelembaban dan memberi perlindungan antimikroba. Deeper partial thickness burn wounds sebaiknya dilapisi oleh agen topikal yang melindungi eschar dari kolonisasi mikroba. Setelah eschar diambil dan luka mulai berepitelialisasi, sebaiknya diberi agen topikal yang mendukung epitelialisasi (seperti greasy gauze dan salep antibiotik). Full thickness burn injury sebaiknya dilapisi oleh agen topikal yang melindungi luka bakar dari infeksi selama eksisi dari luka.Penting diketahui bahwa antibiotik sistemik tidak dibutuhkan penanganan luka bakar. Karena penggunaan antibiotik profilaksis meningkatkan risiko dari infeksi oportunistik. Karena luka bakar eschar tidak memilikimikrosirkulasi yang cukup, sehingga tidak ada jalan untuk mentransportasikan antibiotik sistemik ke daerah luka bakar. Jadi satu - satunya cara harus diberikan antibiotik topikal dengan spektrum luas untuk melapisi tempat kolonisasi, eschar.Pada periode awal setelah terjadi luka bakar, organisme yang dominan berkolonisasi adalah streptococcus dan staphylococcus yang merupakan flora normal dari kulit. Setelah itu luka bakar menjadi terkolonisasi oleh organisme gram negatif. Oleh karena itu digunakan pada awal penanganan luka bakar harus memiliki spektrum yang luas, untuk meminimalkan kolonisasi padaluka, tapi tidak boleh menembus terlalu dalam pada luka bakar eschar.Silver Sulfadiazine merupakan agen antimikrobial topikal yang sering digunakan. Silver sulfadiazine memiliki cakupan antimikrobial yang luas, termasuk staphylococcus dan streptococcus. Tetapi silver sulfadiazine tidak berpenetrasi menembus eschar, sehingga kurang berguna untuk manajemen luka bakar yang terinfeksi. Luka yang diobati dengan silver sulfadiazine akan berkembang menjadi yellowish gray pseudoeschar, yang dapat dibersihkan dengan mudah saat rawat luka sehari - hari. Kekurangan yang tidak diharapkan pada silver sulfadiazine adalah dapat terjadinya leukopenia, walaupun tidak jelas apakah leukopenia yang terjadi merupakan akibat toksisitas dari silver sulfadiazine atau merupakan penurunan leukosit yang berasal dari inflamasi sistemik yang dialami tubuh. Karena leukopenia ini bersifat self - limited, oleh karena itu penggunaan silver sulfadiazine tidak seharusnya dihentikan karena leukopenia ini. Pasien dengan riwayat alergi sulfa, bisa atau tidak mengalami reaksi alergi. Jika dikhawatirkan terjadi reaksi alergi, dapat dilakukan test patch dari silver sulfadiazine.Mafenide merupakan agen antimikroba lain yang sering digunakan. Mafenide tersedia dalam bentuk cream dan larutan 5%. Mafenide memiliki spektrum antimikroba yang luas, yang mencakup gram negatif dan positif. Mafenide dapat melakukan penetrasi ke dalam luka eschar, sehingga sangat cocok untuk mengobati luka bakar yang diikuti dengan infeksi. Mafenide diberikan dua kali sehari. Kasa yang sudah diberi mafenide dapat digunakan sebagai penutup skin graft atau luka yang terinfeksi berat. Ada dua kekurangan dari mafenide, yaitu mafenide merupakan carbonic anhidrase inhibitor yang poten, sehingga dapat menyebabkan asidosis, selain itu pemberian mafenide pada luka dapat terasa sangat nyeri, sehingga pemberian mafenide terbatas pada partial thickness burn.Silver nitrat merupakan antimikroba topikal lain yang sering digunakan. Silver nitrat memiliki spektrum antimikroba yang luas mencakup organisme gram negatif maupun positif. Pemberian silver nitrat lebih tidak menyebabkan nyeri dan perlu diberikan 4x sehari untuk menjaga kelembaban luka. Silver nitrat memiliki dua kekurangan, yaitu akan menyebabkan semua benda yang tersentuh menjadi hitam, termasuk linen, dinding, lantai, dan pakaian, selain itu pemberian silver nitrat dalam larutan akan bersifat hipotonic, sehingga dapat menyebabkan hiponatremi dan hipokloremi. Oleh karena itu monitor serum elektrolit secara berkala perlu dilakukan saat memberikan silver nitrat. Silver nitrat juga dapat menyebabkan methemoglobinemia, walaupun dalam angka yang rendah. Jika terjadi methemoglobinemia, pemberian silver nitrat harus dihentikan.Salep bacitracin, neomycin, dan polimiksin B juga sering digunakan untuk melapisi luka superficial, bisa digunakan dengan atau tanpa kasa petrolatum untuk mempercepat epitelialisasi. Salep ini juga biasa digunakan pada luka bakar superfisial di wajah. Mupirocin merupakan obat topikal yang efektif dalam mengobati MRSA (Methicilin Resistant Staphylococcus Aureus). Mupirocin sebaiknya hanya digunakan saat hasil kultur menunjukkan adanya infeksi dari MRSA, untuk mencegah terjadinya infeksi yang resisten.Resusitasi CairanLuka bakar yang signifikan tidak hanya berakibat pada kerusakan jaringan lokal, tetapi juga mengawali dampak pada sistem tubuh yang lebih luas dan mengenai setiap organ. Pelepasan mediator inflamasi (seperti histamin, pristaglandin, dan sitokin) dapat mengawali menurunnya cardiac output, meningkatkan permeabilitas vaskular, dan mengganggu potensial sel membran. Dalam beberapa dekade belakangan telah diketahui bahwa ada faktor myocardial depresant yang akan menurunkan cardiac output pada beberapa hari pertama setelah terjadinya luka bakar. Penurunan fungsi jantung ini disebabkan oleh beberapa sitokin. Tujuan resusitasi cairan adalah untuk memberikan cairan pengganti yang adekuat untuk mengganti cairan yang hilang melalui kulit dan cairan yang masuk ke intersisial dari perdarshan sistemik akibat dari respon inflamasi tubuh.Pemahaman tentang fisiologi syok pada luka bakar penting untuk memahami mengapa diperlukannya resusitasi cairan dan alasan rasional mengapa ada bermacam - macam formula untuk resusistasi cairan. Luka bakar merusak barier tubuh, sehingga terjadi kehilangan cairan melalui penguapan yang berlebihan dan peningkatan permeabilitas selular pada daerah yang mengalami luka bakar.Pada kasus luka bakar yang luas (>20%) terdapat respon sistemik yang mengawali kebocoran kapiler. Pada tahun 1979, Arturson membuktikan bahwa peningkatan permeabilitas kapiler baik secara lokal maupun sistemik pada luka bakar lebih dari 25%. Oleh karena itu resusitasi luka bakar seharusnya tidak hanya memperhatikan cairan yang hilang pada tempat luka bakar, tapi kehilangan cairan dari seluruh tubuh. Kehilangan cairan akan lebih besar pada trauma inhalasi karena terdapat peningkatan kehilangan cairan melalui paru yang diakibatkan peningkatan pelepasan mediator inflamasi sitemik.KristaloidFormula Parkland, sebagaimana yang telah dideskripsikan oleh Baxter, masih merupakan cara yang sering digunakan dalam memperkirakan kebutuhan cairan. Rumus ini (4cc x kgBB x %TBSA) menyediakan perkiraan kebutuhan cairan dalam 24 jam. Cairan yang diberikan sebaiknya cairan RL, karena RL relatif hipotonik dan mengandung sodium, potassium, calcium chloride, dan laktat. Sodium chloride tidak digunakan karena dapat menjadi asidodis hiperchloremic.Dalam Formula parkland, separuh dari jumlah kebutuhan cairan diberikan dalam 8 jam pertama, dan separuh sisanya diberikann dalam 16 jam setelahnya. Pada anak dengan luka bakar yang memiliki berat kurang dari 15 kg sebaiknya selain mendapat cairan rumatan juga mendapat larutan yang mengandung dextrose, karena anak kecil tidak memiliki cadangan glikogen yang cukup.Penting diingat bahwa rumus ini hanya memberi perkiraan terhadap cairan yang dibutuhkan. Pemberian titrasi cairan bertujuan untuk mencapai urine output 30cc/jam pada orang dewasa dan 1cc/kg/jam pada anak anak. Foley kateter digunakan menghitung urine output dengan akurat. Jika urine output tidak adekuat, pemberian cairan harus ditambah. Sebaliknya urine output lebih dari 30cc/jam pemberian cairan harus dikurangi.Pasien dengan luka bakar yang lebih dalam atau full thickness burn injury membutuhkan volume resusitasi yang lebih besar.KoloidLarutan koloid sudah lama digunakan dalam resusitasi luka bakar walaupun masih menjadi perdebatan dalam beberapa dekade. Penggunaan koloid memiliki keuntungan dalam meningkatkan tekanan onkotik intravascular, dimana dapat menurunkan kebocoran kapiler dan dapat mengembalikan cairan dari intersisial ke dalam intravaskular.Formula Brooke dan Evans, yang berkembang pada tahun 1950 dan 1960, yang memakai penggunaan koloid pada jam pertama resusitasi. Tetapi penggunaan koloid pada awal setelah kebakaran dapat menyebabkan kebocoran koloid ke ruangan intersisial, dimana dapat memperberat edema jaringan. Oleh karena itu pemberian koloid sebaiknya tidak dilakukan kecuali setelah 12 sampai 24 jam setelah luka bakar, dimana kebocoran pembuluh kapiler mulai menutup.Beberapa formula koloid dapat digunakan. Albumin merupakan larutan onkotik paling aktif dan tidak memiliki risiko penularan penyakit. Fresh frozen plasma (FFP) juga dapat digunakan, tapi karena merupakan produk darah, FFP memiliki risiko terhadap penularan penyakit, walaupun sedikit. Dextran merupakan koloid non protein yang juga dapat digunakan pada resusitasi luka bakar. Low molecul weight dextran (Dextran 40) lebih sering digunakan. Karena dextran meningkatkan urine output melalui efek osmotik, urine output tidak dapat lagi dijadikan indikator akurat untuk menilai volume cairan pasien. Dextran juga dilaporkan memiliki efek alergi yang fatal pada beberapa pasien.Hipertonic SalineLarutan hipertonic saline sudah digunakan bertahun - tahun dalam resusitasi luka bakar. Keuntungan hipertonic saline dapat meningkatkan serum osmolaritas dan meminimalisir perpindahan cairan ke jaringan intersisial. Secara teoritis larutan ini menjaga volume intravaskular dan meminimalisir edema. Tapi teori ini tidak sepenuhnya didukung oleh literatur. Beberapa penelitian menunjukkan adanya volume resusitasi dan pembentukan edema baik dengan menggunakan larutan hipertonik maupun non hipertonik. Risiko larutan hipertonik adalah terjadinya hipernatremia.Tanpa memperhatikan tipe cairan resusitasi yang digunakan, urine output merupakan indikator resusitasi yang terbaik. Takikardi sering muncul pada respon inflamasi sistemik, nyeri, atau agitasi, dan tidak seharusnya dijadikan acuan dalammenilai status volume cairan pasien.

18