lp
-
Upload
eka-yulianti -
Category
Documents
-
view
45 -
download
9
description
Transcript of lp
![Page 1: lp](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082309/55721274497959fc0b907ec5/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROSCHIASIS
1. KONSEP FISIOLOGI
Dinding perut mengandung struktur muskulo aponeuresis yangkompleks. Dibagian
belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang. Disebelah atas, melekat pada iga. Di
bagian bawah melekat pada tulangpanggul.
Dinding perut ini terdiri dari berbagai lapis, yaitu dari luar kedalam lapisan kulit yang
terdiri dari kutis dan sub cutis, lemak sub cutandan fasia superfisialis (fasia scarpa).
Kemudian ketiga otot dindingperut, m. Oblikus abdominis externus, m. Oblikus
abdominis internus, m.tranfersus abdominis dan ahirnya lapis preperitoneum. Peritoneum,
yaitufasia tranversalis, lemak peritoneal dan peritoneum. Otot di bagian depan tengah
terdiri dari sepasang otot rectus abdominis dengan fasianya yangdi garis tengah dipisahkan
oleh linea alba.
Dinding perut membentuk rongga perut yang melindung isi didalamnya. Integritas
lapisan muskulo aponeuresis sangat penting untuk mencegah terjadinya hernia bawaan,
dapatan maupun iatogenik. Fungsi lain otot dinding perut adalah pada waktu pernafasan,
juga pada saatberkemih, dan buang air besar dengan meninggikan tekanan
intraabdomen.vaskularisasi dinding perut berasal dari beberapa arah. Dari kraniodorsal
diperoleh pendarahan dari cabang a. Intercostalis vi s/d xii dan aepigastrika superior. Dari
kaudal terdapat a. Iliaka sirkum fleksa
superfisialis, a pudenta externa dan a epigastrika inferior. Kekayaan vaskularisasi ini
memungkinkan sayatan perut horisontal maupun vertical tanpa menimbulkan gangguan
pendarahan.persyarafan dinding perut dilayani secara segmental oleh n. Torakalisvi s/d xii
dan n. Lumbalis
2. DEFINISI
Gastroschisis adalah fisura kongenital dinding depan perut yang tidak melibatkan
tempat insersi tali pusat, dan biasanya disertai penonjolan usus halus dan sebagian usus
besar (Sadler, T.W, 1997).
Gastroschizis adalah suatu herniasi pada isi usus dalam fetus yang terjadi pada salah
satu samping umbilical cord. Organ visera posisinya diluar kapasitas abdomen saat lahir
(Linda Sawden, 2002).
![Page 2: lp](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082309/55721274497959fc0b907ec5/html5/thumbnails/2.jpg)
3. ETIOLOGI
a. embriologi pada defek kongenital abdomen tidak sepenuhnya diketahui dan masih
merupakan subyek yang kontroversial. Meskipun beberapa bukti mengatakan bahwa
etiologi gastroschizis terletak disebelah lateral dan hampir selalu pada sebelah kanan
dari umbilicus.
Defek tersebut sebagai hasil dari rupturnya basis tali pusat dimana merupakan area
yang lemah dari tempat involusi vena umbilicus kanan. Pada awalnya terdapat
sepasang vena umbilikalis, yaitu vena umbilikalis kanan dan kiri. Ruptur tersebut
terjadi in-utero pada daerah lemah yang sebelumya terjadi herniasi fisiologis akibat
involusi dari vena umbilikalis kanan. Keadaan ini menerangkan mengapa
gastroschizis hampir selalu terjadi lateral kanan dari umbilicus. Teori ini didukung
oleh pemeriksaan USG secara serial, dimana pada usia 27 minggu terjadi hernia
umbilikalis dan menjadi nyata gastroschizis pada usia 34,5 minggu. Setelah
dilahirkan pada usia 35 minggu, memang tampak gastroschizis yang nyata. Dengan
penggunaan USG (ultrasonografi) yang makin luas, maka diagnosis dapat diketahui
saat janian masih dalam kandungan atau saat prenatal. Pada usia kehamilan 10
minggu, dinding dan kavitas abdomen dari fetus sudah dapat terlihat. Pada usia 13
minggu, secara normal terjadi kembalinya usus ke cavitas abdomen. Pada saat ini,
baik gastroschizis dan omfalokel dapat terdeteksi (Imam Sudrajat & Haryo Sutoto).
b. pecahnya suatu eksomphalos. Rupturnya omphalokel kecil dan transformasi menjadi
gastroschizis dapat terjadi didalam uterus. Tetapi banyak kejadian anomaly yang
berhubungan dengan omphalokel tidak mendukung teori ini. Pada gastroschizis
jarang terjadi anomaly, tetapi sering lahir premature (22%).
c. Teori lain untuk etiologi gastroschizis adalah terputusnya secara prematur arteri
omphalomesentrik kanan, yang mengakibatkan injuri iskemik pada dinding depan
abdomen dimana herniasi menembus dan terdiri dari isi abdomen. Pada kondisi
normal, arteri ini tetap ada (Imam Sudrajat& Haryo Sutoto).
d. Factor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalocel atau gastroschizis adalah
resiko tinggi kehamilan seperti:
1. Infeksi dan penyakit pada ibu
2. Penggunaan obat – obatan berbahaya, merokok
3. Kelainan genetik
4. Defisiensi gizi seperti asam folat, protein dan vitamin B. Complex
5. Hipoksia
![Page 3: lp](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082309/55721274497959fc0b907ec5/html5/thumbnails/3.jpg)
6. Salisilat dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen
7. Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk kedalam tubuh ibu
hamil.
4. PATOFISIOLOGI
terlampir
5. MANIFESTASI KLINIK
Menurut A.H Markum(1991) manifestasi dari gastroschizis/omphalocele yaitu:
1. Organ visera keluar
2. Penonjolan pada isi usus
3. Pada pemeriksaan USG prenatal : tampak adanya Gastroscizis
Banyak usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada gastroschizis/ omfalochel
bervariasi tergantung kepada besarnya lubang dipusar. Jika lubangnya kecil mungkin
hanya usus yang menonjol tetapi jika lubangnya besar hati juga bisa menonjol melalui
lubang tersebut (Retno Setiowati, 2008).
Faktor GastroschisisLokasi Samping umbilicusDefek ukuran Kecil (2-4 cm)Tali pusat NormalKantong TidakIsi Usus, gonad.Usus Kusut , meradangMalrotasi AdaAbdomen kecil AdaFungsi Intestinal
Fungsi menurun pada awal
Anomali lain Tidak biasa kecuali atresia usus.sumber : American Pediatric Surgical Association, 2004
dalamhttp://kedokteranugm.com/?p=47
6. PEMERIKSAAN FISIK
Pengkajian
Data fokus pengkajian menurut Doengoes,MF 1991:
1. Mengkaji kondisi abdomen
a. Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka
b. Kaji letak defek, umumnya berada disebelah kanan umbilicus
![Page 4: lp](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082309/55721274497959fc0b907ec5/html5/thumbnails/4.jpg)
c. Perhatikan adanya tanda – tanda infeksi atau iritasi
d. Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut atau kronis sering
disebabkan oleh inflamasi, obstruksi
e. Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin disebabkan oleh
perlambatan pengosongan lambung, inflamasi, obstruksi.
2. Mengukur temperatur tubuh
a. Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak – anak dengan gangguan GI
biasanya berhubungan dengan dehidrasi, infeksi atau inflamasi
b. Lakukan pengukuran suhu secara continue setiap 24 jam
c. Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak
3. Kaji sirkulasi, kaji adanya sianosis perifer
4. Kaji distress pernafasan
a. Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru
b. Kaji adanya suara nafas tambahan
c. Perhatikan bila tampak pucat, sianosis
d. Perhatikan irama nafas, frekuensi
7. ANALISA
terlampir
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan rongga abdomen (paru-
paru)
2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan dehidrasi
3. Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar
4. Cemas pada orang tua b.d kurang pengetahuan penyakit yang diderita anaknya.
Post Operasi
1. Nyeri Akut berhubungan dengan prosedur pembedahan menutup abdomen.
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan luka post operasi
![Page 5: lp](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082309/55721274497959fc0b907ec5/html5/thumbnails/5.jpg)
9. INTERVENSI
DX TUJUAN INTERVENSI RASIONALPRE OPERASIPola nafas tidak efektif b.d penekanan rongga abdomen (paru – paru)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan manajemen jalan nafas selama 3 x 24 jam, diharapkan pola napas pasien kembali normal dan efektif dengan status respirasi skala 4Kriteria Hasil:
a. Pola nafas efektif, tidak ada sianosis dan dypsneu, mampu bernapas dengan mudah.b. Bunyi nafas normal atau bersihc. TTV dalam batas normald. Ekspansi paru normal
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi2. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan3. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.4. Monitor respirasi dan status oksigen
Resiko kurang volume cairan b.d. dehidrasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan manajemen cairan selama 3 x 24 jam, diharapkan keseimbangan cairan pada pasien adekuat dengan status cairan skala 4.Kriteria hasil:
1. Keseimbangan intake & output dalam batas normal2. Elektrolit serum dalam batas normal3. Tidak ada mata cekung4. Tidak ada hipertensi ortostatik
1. Pertahankan intake & output yang adekuat2. Monitor status hidrasi (membran mukosa yang adekuat)3. Monitor status hemodinamik4. Monitor intake & output yang akurat5. Monitor berat badan
![Page 6: lp](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082309/55721274497959fc0b907ec5/html5/thumbnails/6.jpg)
5. Tekanan darah dalam batas normal
Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kontrol infeksi selama 3 x 24 jam, diharapakan infeksi tidak terjadi (terkontrol) dengan status kontrol infeksi skala 4.Kriteria hasil:
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi3. Jumlah leukosit dalam batas normal4. Menunjukkan perilaku hidup sehat
1. Pertahankan teknik isolasi2. Batasi pengunjung bila perlu3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan4. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain5. Tingkatkan intake nutrisi
POST OPERASINyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera biologis, prosedur pembedahan menutup abdomen.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan manajemen nyeri selama 3 x 24 jam diharapkan pasien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada tingkat yang dapat diterima anak dengan status penerimaan nyeri skala 2Kriteria hasil :
1. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri (rewel)2. Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima
1. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, durasi, frekuensi, intensitas)2. Observasi isyarat –isyarat non verbal dari ketidaknyamanan.3. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (misal ruangan tenang, batasi pengunjung).4. Berikan analgesia sesuai ketentuan5. Kontrol faktor – faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (lingkungan yang berisik).
![Page 7: lp](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082309/55721274497959fc0b907ec5/html5/thumbnails/7.jpg)
anakResiko Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan luka post operasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengendalian infeksi selama 3 x 24 jam diharapkan pasien tidak mengalami infeksi dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada pasien dengan status pengendalian skala 4Kriteria hasil :
1. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi2. Temperatur badan3. Imunisasi
1. Pantau tanda atau gejala infeksi2. Informaiskan kepada orang tua tentang jadwal imunisasi3. Rawat luka operasi dengan teknik steril4. Memelihara teknik isolasi (batasi jumlah pengunjung)5. Ganti peralatan perawatan pasien sesuai dengan protaps(Imam Sudrajat& Haryo Sutoto).
![Page 8: lp](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022082309/55721274497959fc0b907ec5/html5/thumbnails/8.jpg)