LP KATARAK IBS.pdf

download LP KATARAK IBS.pdf

of 15

description

LP KATARAK IBS.pdf

Transcript of LP KATARAK IBS.pdf

  • LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

    PADA KLIEN KATARAK SENILIS MATUR

    Tugas Mandiri

    Stase Keperawatan Medikal Bedah Tahap Profesi

    Program Studi Ilmu Keperawatan

    Disusun Oleh:

    Ristia Anggarini

    13/ 359170/KU/16493

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UGM

    YOGYAKARTA

    2014

  • 2

    KATARAK

    A. Definisi Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa

    yang menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering

    dijumpai pada orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh

    dunia. Kata katarak berasal dari Yunani katarraktes yang berarti air terjun.

    Katarak sendiri sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi atau

    denaturasi protein sehingga memberikan gambaran area berawan atau putih.

    Katarak senilis merupakan tipe katarak didapat yang timbul karena proses

    degeneratif dan umum terjadi pada pasien di atas 50 tahun. Pada usia 70 tahun,

    lebih dair 90% individu mengalami katarak senilis. Umumnya mengenai kedua

    mata dengan salah satu mata terkena lebih dulu.

    B. Etiologi Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan

    lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh

    faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi

    vit E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang

    mengandung timbal. Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda,

    panas yang tinggi, dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan

    gejala seperti katarak.

    Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak

    congenital. Katarak congenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika

    hamil, atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi

    penyakit infeksi dan metabolic lainnya seperti diabetes mellitus.

    C. Patofisiologi Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya

    transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang

    memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia

    dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan

  • 3

    pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori

    menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam

    lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu

    transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran

    dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan

    bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita

    katarak.

    Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin.

    Kristalin dan adalah chaperon, yang merupakan heat shock protein. Heat shock protein berguna untuk menjaga keadaan normal dan mempertahankan

    molekul protein agar tetap inaktif sehingga lensa tetap jernih. Lensa orang

    dewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin untuk menggantikan kristalin yang

    rusak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.

    Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada katarak senilis yaitu:

    1. Katarak senilis kortikal

    Terjadi proses dimana jumlah

    protein total berkurang, diikuti

    dengan penurunan asam amino dan

    kalium, yang mengakibatkan kadar

    natrium meningkat. Hal ini

    menyebabkan lensa memasuki

    keadaan hidrasi yang diikuti oleh

    koagulasi protein.

    Pada katarak senilis

    kortikal terjadi derajat maturasi

    sebagai berikut:

    - Derajat separasi lamelar

    Terjadi demarkasi dari serat

  • 4

    kortikal akibat hidrasi. Tahap ini hanya dapat diperhatikan menggunakan

    slitlamp dan masih bersifat reversibel.

    - Katarak insipien

    Merupakan tahap dimana kekeruhan lensa dapat terdeteksi dengan adanya

    area yang jernih diantaranya. Kekeruhan dapat dimulai dari ekuator ke arah

    sentral (kuneiform) atau dapat dimulai dari sentral (kupuliform).

    - Katarak imatur

    Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian lensa.

    Volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik, bahan

    lensa yang degeneratif, dan dapat terjadi glaukoma sekunder.

    - Katarak matur

    Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian lensa.

    Deposisi ion Ca dapat menyebabkan kekeruhan menyeluruh pada derajat

    maturasi ini. Bila terus berlanjut, dapat menyebabkan kalsifikasi lensa.

    - Katarak hipermatur

    Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah mencair.

    Cairan keluar dari kapsul dan menyebabkan lensa menjadi mengerut.

    - Katarak Morgagni

    Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana nukleus lensa

    menggenang bebas di dalam kantung kapsul. Pengeretuan dapat berjalan

    terus dan menyebabkan hubungan dengan zonula Zinii menjadi longgar.

    2. Katarak senilis nuklear

    Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan lensa menjadi

    keras dan kehilangan daya akomodasi.

    Maturasi pada katarak senilis nuklear terjadi melalui proses sklerotik, dimana

    lensa kehilangan daya elastisitas dan keras, yang mengakibatkan menurunnya

    kemampuan akomodasi lensa, dan terjadi obtruksi sinar cahaya yang melewati

    lensa mata. Maturasi dimulai dari sentral menuju perifer. Perubahan warna

    terjadi akibat adanya deposit pigmen. Sering terlihat gambaran nukleus

  • 5

    berwarna coklat (katarak brunesens) atau hitam (katarak nigra) akibat deposit

    pigmen dan jarang berwarna merah (katarak rubra).

    D. Tanda dan Gejala Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat

    kemunduran secara progesif dan gangguan dari penglihatan. Penyimpangan

    penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.

    1. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan

    pasien dengan katarak senilis.

    2. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan sensitivitas

    kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari

    hingga silau ketika endekat ke lampu pada malam hari.

    3. Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan

    dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.

    Sebagai akibatnya, pasien presbiop melaporkan peningkatan penglihatan

    dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini

    disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second

    sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior.

    4. Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang

    terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area

    refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan

    gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau

    ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia

    monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau

    lensa kontak

    5. Noda, berkabut pada lapangan pandang.

    6. Ukuran kaca mata sering berubah.

  • 6

    E. Penegakan Diagnosis Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin mata. Sebagian

    besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi cukup

    padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun, katarak, pada

    stadium perkembangannya yang paling dini, dapat diketahui melalui pupil yang

    didilatasi maksimum dengan ophtalmoskop, kaca pembesar, atau slitlamp.

    Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin

    padatnya kekeruhan lensa, sampai reaksi fundus sama sekali hilang. Pada

    stadium ini katarak biasanya telah matang dan pupil mungkin tampak putih.

    Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan

    sinar celah (slit-lamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer

    selain daripada pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya

    infeksi pada kelopak mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa

    panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum

    F. Penatalaksanaan Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika

    gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala

    cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat

    menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui

    dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan

    hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti

    katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan

    kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan

    vitamin E.

    Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.

    Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari

    metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan

    dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan

    bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe

  • 7

    bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler

    cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang

    tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE,

    ECCE, dan phacoemulsifikasi.

    1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

    Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama

    kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan

    depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang

    metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan

    dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan

    tindakan pembedahan yang sangat lama populer.

    ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia

    kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.

    Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma,

    uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

    2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

    Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran

    isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa

    lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini

    dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,

    bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior,

    perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan

    dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps

    badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,

    sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular

    edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan

    pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul

    pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

  • 8

    3. Phakoemulsifikasi

    Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan

    kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-

    3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan

    katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah

    hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat

    dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak

    diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan

    pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.

    Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan

    kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis

    padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan

    dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan

    lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti

    itu.

    4. SICS

    Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang

    merupakan teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih

    menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah.

    Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita

    memerlukan lensa penggant untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara

    sebagai berikut:

    kacamata afakia yang tebal lensanya lensa kontak lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam

    mata pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang

    telah diangkat

  • 9

    G. Komplikasi 1. Komplikasi Intra Operatif

    Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi

    suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata

    kedalam luka serta retinal light toxicity.

    2. Komplikasi dini pasca operatif

    COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil

    dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean

    syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih

    paling sering)

    Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang

    tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti

    penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis

    anterior kronik dan endoftalmitis.

    Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi 3. Komplikasi lambat pasca operatif

    Ablasio retina Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi

    rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler

    Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi

  • 10

    H. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul saat pre-operasi:

    Dx keperawatan Tujuan Intervensi Cemas b.d krisis situasional : tindakan operasi

    NOC: kontrol kecemasan dan coping, setelah diberi penjelasan selama 5 menit diharapkan klien mampu mengatasi cemas dg: Indikator: Pasien mampu

    meengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

    Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan manunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas

    Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktifitas menunjukkan kecemasan

    Menurunkan cemas : Tenangkan pasien Jelaskan seluruh

    prosedur tindakan dan perasaan yang muncul pada saat tindakan

    Berusaha mamahami perasaan pasien

    Dampingi pasien untuk menguraangi kecemasan

    Doromg pasien menyampaikan perasaannya

    Kaji perasaan cemas pasien

    Dengarkan pasien dengan penuh perhatian

    Ciptakan hubungan saling percaya ajarkan tehnik relaksasi

    Kolaborasi pemberian obat untuk mengurangi kecemasan

    Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul saat intraoperatif:

    Diagnosa Keperaatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

    Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif : pembedahan

    NOC: Kontrol resiko Selama dilakukan tindakan operasi tidak terjadi transmisi agent infeksi. Indikator: Alat dan bahan yang

    dipakai tidak terkontaminasi

    Menghindari paparan yang bisa mengancam kesehatan (resiko

    Control infeksi: intraoperatif. - Berikan lingkungan yang

    aseptik selama prosedur - Batasi jumlah personil

    (orang) selama tindakan. - Pastikan alat yang dipakai

    sudah steril - Buka alat dengan

    memperhatikan teknik sterilitas

  • 11

    infeksi) Melaksanakan strategi

    kontrol resiko yang efektif.

    - Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan prosedur

    - Lakukan scrubing,gowning dan gloving sesuai prosedur

    - Pertahankan tehnik dan alat tetap steril selama prosedur operasi

    - Bila terjadi kontaminasi alat segera di pisahkan

    - Tutup luka operasi dengan baik dan benar.

    Resiko cidera perioperatif

    NOC: control resiko Selama dilakukan tindakan operasi rresiko cidera dapat di kontro Indicator: tidak terjadi injuri

    Surgical assistance - Tentukan peralatan dan

    instrumen yang diperlukan untuk tindakan pembedahan

    - Pasang peralatan dan instrumen pembedahan

    - Siapkan obat dan persediaan peralatan yang digunakan sesuai indikasi

    - Periksa instrumen dan susun menurut penggunaan

    - Atur posisi lampu dan nyalakan

    - Posisikan instrumen dekat dengan area tindakan

    - Antisipasi dan sediakan instrumen tambahan yang diperlukan selama prosedur

    - Rawat luka secara steril dan tutup luka

    - Bantu memindahkan pasien ke brancar dan pindahkan ke ruang post operasi

    - Dokumentasikan informasi tindakan

  • 12

    Surgical Precaution - Periksa fungsi dari

    peralatan operasi secara benar

    - Pindahkan semua peralatan yang tidak aman

    - Periksa inform consent untuk prosedur / tindakan

    - Pastikan bahwa perediaan darah dan identitas pasien benar

    - Minta pasien untuk menyebutkan namanya

    - Tanyakan pada pasien tentang riwayat alergi

    - Catat semua tindakan secara benar

    Diagnosa Keperawatan yang muncul pasca operasi:

    Dx keperawatan

    Tujuan Intervensi

    Resiko Jatuh b.d kondisi post operasi

    NOC: falls prevention behavior Indicator:

    - Kontrol kelemahan

    - Penempatan penghalang untuk mencegah jatuh

    Manajemen lingkungan : Berikan side raill Berikan penerangan yang

    cukup Instruksikan pasien memanggil

    perawat jika memerlukan sesuatu

    Pindahkan pasien dengan hati-hati.

  • 13

    PHACOEMULSIFIKASI

    A. Definisi Phacoemulsifikasi berasal dari 2 kata, yaitu phaco (lensa) dan

    emulsification (menghancurkan menjadi bentuk yang lebih lunak).

    Phacoemulsifikasi adalah teknik operasi pembedahan katarak dengan

    menggunakan peralatan ultrasonic yang akan bergetar dan menghancurkan lensa

    mata yang mengeruh, kemudian lensa yang telah hancur berkeping-keping akan

    dikeluarkan dengan menggunakan alat fako, diikuti dengan insersi lensa buatan

    intraocular pada posisi yang sama dengan posisi lensa mata sebelumnya.

    B. Indikasi dan Kontraindikasi Indikasi teknik fakoemulsifikasi :

    a. Tidak mempunyai penyakit endotel

    b. Bilik mata dalam

    c. Pupil dapat dilebarkan hingga 7mm.

    Kontraindikasi teknik Fakoemulsifikasi:

    a. Terdapat tanda-tanda infeksi

    b. Luksasi atau subluksasi lensa

    C. Keuntungan Phacoemulsification termodern memiliki kelebihan sebagai berikut :

    1. Kinder cut

    Pemotongan yang lebih nyaman untuk pasien.

    2. Smaller incision

    Insisi terdahulu biasanya 2.7 mm, dengan MICS hanya 1.8 mm.

    Implikasinya:

    a. Insisi tersebut terlalu kecil untuk dapat menyebabkan kornea

    melengkung dengan abnormal, dan menyebabkan astigmatisme (efek

    samping yang biasa terjadi pada operasi katarak).

    b. Kecilnya insisi tersebut juga sangat menekan resiko terhadap infeksi

    3. Easy to operate

  • 14

    Karena sedikit sekali cairan yang mungkin keluar dari insisi mikro tersebut

    maka tekanan pada mata cenderung stabil, sehingga memudahkan para dokter

    melakukan tindakan operasi.

    4. Heals faster

    Setelah 1-2 hari tindakan, pasien sudah bisa kembali beraktivitas. Rasa tidak

    nyaman setelah operasi, hilang dalam 3 hari.

    Kerugian : Kerve pembelajaran lebih lama, biaya tinggi, dan komplikasi lebih

    serius.

    Fakoemulsifier menggunakan sebuah jarum titanium berongga untuk

    memecah-mecah nucleus lensa yang keras, sekaligus membilas dan menyedot

    debris pecahan tersebut ke dalam mesin. Karena ukuran ujungnya, ECCE

    dapat dilakukan melalui sebuah insisi 3mm dengan trauma minimal terhadap

    mata. Namun, karena menggunakan mesin maka harus dilakukan pemeriksaan

    keamanan praoperatif terhadap system irigasi dan aspirasi, dan ujung

    ultrasonic harus diatur fungsinya secara tepat. Gelombang suara ultra yang

    digunakan untuk mengemulsifikasi lensa adalah energy listrik yang diubah

    menjadi gerakan lancer (maju-mundur), yang mengenai bahan lensa 40.000

    kali setiapdetiknya (40.000 Mhz). Ujung ultrasonic dikelilingi oleh sebuah

    selubung silicon sehingga cairan irigasi dapat terus mengalir agar kamera

    anterior tetap mengembang serta ujung tersebut dapat dipertahankan tetap

    dingin.

  • 15

    DAFTAR PUSTAKA Ilyas S. (2007). Ilmu Penyakit Mata. Tajam penglihatan, kelainan refraksi dan

    penglihatan warna hal 72-75. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.

    Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008. Nursing Outcomes Classification Fourth Edition. Mosby, Inc : Missouri.

    McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention Classification FourthEdition. Mosby, Inc : Missouri.

    North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses : Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia.

    Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner & Suddart, Edisi 8. Jakarta EGC.