Lp Buta Warna
-
Upload
sadu-sukendri -
Category
Documents
-
view
22 -
download
6
description
Transcript of Lp Buta Warna
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tak ada seorang pun manusia yang menghendaki dirinya buta warna, namun
tidak bisa di pungkiri dalam kehidupan nyata penderita buta warna memiliki keterbatasan
untuk menempuh karir di bidang tertentu. Misalnya saja saat masuk fakultas keperawatan
atau dalam pekerjaan tertentu seperti analis kimia dan sebagainya .Mereka memerlukan
ketajaman pembedaan warna untuk menekunu ilmunya, yang tidak dapat dibedakan oleh
orang yang menderita buta warna.
Buta warna itu sendiri adalah ketidak mampuan seseorang untuk membedakan
warna tertentu. Orang tersebut biasanya tidak buta semua warna melainkan hanya pada
warna tertentu saja, meskipun demikian ada juga seseorang yang sama sekali tidak bisa
melihat warna jadi hanya tampak hitam, putih dan abu-abu saja. Penyakit buta warna
merupakan kelainan genetik atau turunan, tanda dan gejala seseorang menderita buta
warna bisa diketahui saat dia masih balita. Penyebabnya adalah kerusakan pada sel
kerucut di dalam retina, sehingga tidak mampu menangkap spektrum warna tertentu.
Sehingga bisa dilakukan deteksi dini pada balita untuk mengetahui apakah dia menderita
buta warna atau tidak.
B. Rumusan masalah
1. Definisi dari buta warna ?
2. Klasifikasi dari buta warna ?
3. Jenis jenis buta warna ?
4. Etiologi dari buta warna ?
5. Patofisiologi dari buta warna ?
6. Pathway dari buta warna ?
7. Tanda dan Gejala dari buta warna ?
8. Pemeriksaan Buta Warna ?
9. Pencegahan Penyakit Buta Warna ?
10. Laporan pendahuluan dan askep buta warna ?
C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah memenuhi tugas mata kuliah persepsi sensori tentang
“Buta Warna”.
1
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN BUTA WARNA
A. Definisi
Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna. Buta warna
juga dapat diartikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang disebabkan
ketidakmampuan sel-sel kerucut (cone cell) pada retina mata untuk menangkap suatu
spektrum warna tertentu sehingga objek yang terlihat bukan warna yang sesungguhnya
Buta warna juga dapat diartikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang
disebabkan ketidak mampuan sel-sel kerucut (cone cell) pada retina mata untuk
menangkap suatu spektrum warna tertentu sehingga objek yang terlihat bukan warna
yang sesungguhnya. Buta warna merupakan suatu kelainan yang diakibatkan oleh sel-sel
kerucut mata yang tidak mampu dalam menangkap suatu spektrum warna-warna tertentu.
B. Klasifikasi
Buta warna dikenal berdasarkan istilah Yunani protos (pertama), deutros (kedua), dan
tritos (ketiga) yang pada warna 1. Merah, 2. Hijau, 3. Biru.
1. Anomalous trichromacy
Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat disebabkan
oleh faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa. Penderita anomalous
trichromacy memiliki tiga sel kerucut yang lengkap, namun terjadi kerusakan
mekanisme sensitivitas terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna tersebut.
Pasien buta warna dapat melihat berbagai warna akan tetapi dengan interpretasi
berbeda daripada normal yang paling sering ditemukan adalah:
a. Trikromat anomali, kelainan terdapat pada short-wavelenght pigment (blue).
Pigmen biru ini bergeser ke area hijau.spectrum merah. pasien mempunyai ketiga
pigmen kerucut akan tetapi satu tidak normal, kemungkinan gangguan dapat
terletak hanya pada satu atau lebih pigmen kerucut. Pada anomali ini
perbandingan merah hijau yang dipilih pada anomaloskop berbeda dibanding
dengan orang normal.
b. Deutronomali, disebabkan oleh kelainan bentuk pigmen middle-wavelenght
(green). Dengan cacat pada hijau sehingga diperlukan lebih banyak hijau, karena
terjadi gangguan lebih banyak daripada warna hijau.
2
c. Protanomali adalah tipe anomalous trichromacy dimana terjadi kelainan terhadap
long-wavelenght (red) pigmen, sehingga menyebabkan rendahnya sensitifitas
warna merah. Artinya penderita protanomali tidak akan mempu membedakan
warna dan melihat campuran warna yang dilihat oleh mata normal. Penderita juga
akan mengalami penglihatan yang buram terhadap warna spektrum merah. Hal
ini mengakibatkan mereka dapat salah membedakan warna merah dan hitam.
2. Dichromacy
Dichromacy adalah jenis buta warna di mana salah satu dari tiga sel kerucut tidak ada
atau tidak berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen pada kerucut,
seseorang yang menderita dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan
terhadap warna-warna tertentu.
Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pigmen yang rusak:
a. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkan oleh tidak adanya
photoreceptor retina merah. Pada penderita protonopia, penglihatan terhadap
warna merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1 % dari seluruh pria.
Keadaan yang paling sering ditemukan dengan cacat pada warna merah hijau
sehingga sering dikenal dengan buta warna merah - hijau..
b. Deutranopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang disebabkan tidak
adanya photoreceptor retina hijau. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam
membedakan hue pada warna merah dan hijau (red-green hue discrimination).
c. Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki short-wavelength
cone. Seseorang yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam membedakan
warna biru dan kuning dari spektrum cahaya tanpak. Tritanopia disebut juga buta
warna biru-kuning dan merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang dijumpai.
3. Monochromacy
Monochromacy atau akromatopsia adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki
sebuah pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Pasien hanya
mempunyai satu pigmen kerucut (monokromat rod atau batang). Pada monokromat
kerucut hanya dapat membedakan warna dalam arti intensitasnya saja dan biasanya
6/30. Pada orang dengan buta warna total atau akromatopsia akan terdapat keluhan
silau dan nistagmus dan bersifat autosomal resesif .
Bentuk buta warna dikenal juga :
a. Monokromatisme rod (batang) atau disebut juga suatu akromatopsia di mana
terdapat kelainan pada kedua mata bersama dengan keadaan lain seperti tajam
3
penglihatan kurang dari 6/60, nistagmus, fotofobia, skotoma sentral, dan mungkin
terjadi akibat kelainan sentral hingga terdapat gangguan penglihatan warna total,
hemeralopia (buta silang) tidak terdapat buta senja, dengan kelainan refraksi
tinggi. Pada pemeriksaan dapat dilihat adanya makula dengan pigmen abnormal.
b. Monokromatisme cone (kerucut), di mana terdapat hanya sedikit cacat, hal yang
jarang, tajam penglihatan normal, tidak nistagmus .
C. Jenis jenis buta warna
Buta warna memiliki dua jenis yaitu:
1. Buta warna total
Seseorang dengan Buta warna total hanya melihat semua warna menjadi hitam dan
putih saja.
2. Buta warna parsial/sebagian.
penderita hanya akan mengalami kesulitan dalam membedakan warna-warna
tertentu.secara fisik seseorang dengan buta warna parsial terlihat sama saja dengan
ornag normal. Artinya,tidak ada kelainan fisik yang signifikan antara ornag normal
dengan penderita buta warna parsial. Selain itu penderita buta warna parsila juga tidak
merasakan sakit ketika melihat suatu objek dengan perpaduan warna,hanya saja
penderita buta warna melihat objek tersebut dengan warna yang berbeda dari ornag
normal walaupu perbedaan itu tidak terlalu signifikasi.
D. Etiologi
Buta warna karena herediter dibagi menjadi tiga: monokromasi (buta warna
total), dikromasi (hanya dua sel kerucut yang berfungsi), dan anomalus trikromasi (tiga
sel kerucut berfungsi, salah satunya kurang baik). Dari semua jenis buta warna, kasus
yang paling umum adalah anomalus trikromasi, khususnya deutranomali, yang mencapai
angka 5% dari pria. Sebenarnya, penyebab buta warna tidak hanya karena ada kelainan
pada kromosom X, namun dapat mempunyai kaitan dengan 19 kromosom dan gen-gen
lain yang berbeda. Beberapa penyakit yang diturunkan seperti distrofi sel kerucut dan
akromatopsia juga dapat menyebabkan seseorang menjadi buta warna.
Gen buta warna terkait dengan dengan kromosom X (X-linked genes). Jadi
kemungkinan seorang pria yang memiliki genotif XY untuk terkena buta warna secara
turunan lebih besar dibandingkan wanita yang bergenotif XX untuk terkena buta warna.
Jika hanya terkait pada salah satu kromosom X nya saja, wanita disebut carrier atau
pembawa, yang bisa menurunkan gen buta warna pada anak-anaknya. Menurut salah satu
riset 5-8% pria dan 0,5% wanita dilahirkan buta warna. Dan 99% penderita buta warna
4
termasuk dikromasi, protanopia, dan deuteranopia . Dua gen yang berhubungan dengan
munculnya buta warna adalah OPN1LW (Opsin 1 Long Wave) opsin (pigmen visual),
yang menyandi pigmen merah dan OPN1MW (Opsin 1 Middle Wave), yang menyandi
pigmen hijau . Buta warna dapat juga ditemukan pada penyakit makula, saraf optik,
sedang pada kelainan retina ditemukan cacat relative penglihatan warna biru dan kuning
sedang kelainan saraf optik memberikan kelainan melihat warna merah dan hijau
E. Patofisiologi
Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh cahaya. Benda-
benda tertentu di lingkungan, misalnya matahari, api, dan bola lampu, memancarkan
cahaya. Pigmen-pigmen di berbagai benda secara selektif menyerap panjang gelombang
tertentu cahaya yang datang dari sumber-sumber cahaya, dan panjang gelombang yang
tidak diserap dipantulkan dari permukaan benda. Berkas-berkas cahaya yang dipantulkan
inilah yang memungkinkan kita melihat benda tersebut. Suatu benda yang tampak biru
menyerap panjang gelombang cahaya merah dan hijau yang lebih panjang dan
memantulkan panjang gelombang biru yang lebih pendek, yang dapat diserap oleh
fotopigmen di sel-sel kerucut biru mata, sehingga terjadi pengaktifan sel-sel tersebut.
Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut yang mempunyai pigmen terutama cis
aldehida A2. Penglihatan warna merupakan kemampuan membedakan gelombang sinar
yang berbeda. Warna ini terlihat akibat gelombang elektromagnetnya mempunyai
panjang gelombang yang terletak antara 440-700 .
Warna primer yaitu warna dasar yang dapat memberikan jenis warna yang
terlihat dengan campuran ukuran tertentu. Pada sel kerucut terdapat 3 macam pigmen
yang dapat membedakan warna dasar merah, hijau dan biru.
1. Sel kerucut yang menyerap long-wavelength light (red)
2. Sel kerucut yang menyerap middle- wavelength light (green)
3. Sel kerucut yang menyerap short-wavelength light (blue)
Ketiga macam pigmen tersebut membuat kita dapat membedakan warna mulai
dari ungu sampai merah. Untuk dapat melihat normal, ketiga pigmen sel kerucut harus
bekerja dengan baik. Jika salah satu pigmen mengalami kelainan atau tidak ada, maka
terjadi buta warna.Warna komplemen ialah warna yang bila dicampur dengan warna
primer akan berwarna putih. Putih adalah campuran semua panjang gelombang cahaya,
sedangkan hitam tidak ada cahaya ,Gelombang elektromagnit yang diterima pigmen akan
diteruskan rangsangannya pada korteks pusat penglihatan warna di otak. Bila panjang
gelombang terletak di antara kedua pigmen maka akan terjadi penggabungan warna.
5
F. Pathway
Terlampir
G. Tanda dan Gejala
Tanda seorang mengalami buta warna tergandung pada beberapa factor; apakah
kondisinya disebabkan factor genetik, penyakit, dan tingkat buta warnanya; sebagian
atau total. Gejala umumnya adalah kesulitan membedakan warna merah dan hijau (yang
paling sering terjadi), atau kesulitan membedakan warna biru dan hijau (jarang
ditemukan).Gejala untuk kasus yang lebih serius berupa; objek terlihat dalam bentuk
bayangan abu-abu (kondisi ini sangat jarang ditemukan), dan penglihatan berkurang.
Gangguan persepsi warna dapat dideteksi dengan menggunakan table warna khusus yang
disebut dengan Ishuhara Test Plate. Pada setiap gambar terdapat angka yang dibentuk
dari titik-titik berwarna. Gambar digantung di bawah pencahayaan yang baik dan pasien
diminta untuk mengidentifikasi angka yang ada pada gambar tersebut. Ketika pada tahap
ini ditemukan adanya kelainan, test yang lebih detail laggi akan diberikan.
H. Pemeriksaan Buta Warna
1. Oftalmoskop
Suatu alat dengan system pencahayaan khusus, untuk melihat bagian dalam mata
terutama retina dan struktur terkaitnya
2. Tes Penglihatan Warna
a. Uji ishara
dengan memakai sejumlah lempeng polikromatik yang berbintik, warna primer
dicetak diatas latar belakang mosaic bintik-bintik serupa dengan aneka warna
sekunderyang membingungkan, bintik-bintik primer disusun menurut pola (angka
atau bentuk geometric) yang tidak dapat dikenali oleh pasien yang kurang persepsi
warna
b. Uji Pencocokan Benang
pasien diberi sebuah gelendong benang dan diminta untuk mengambilgelendong
yang warnanya cocok dari setumpuk gelendong yang berwarna-warni
3. Tes Sensitivitas Kontras
Adalah kesanggupan mata melihat perbedaan kontras yang halus, dimana pada pasien
dengan gangguan pada retina, nervus optikus atau kekeruhan media mata tidak
sanggup melihat perbedaan kontras tersebut
4. Tes Elektrofisiologik
a. Elektroletingrafi (ERG)
6
Untuk mengukur respon listrik retina terhadap kilatan cahaya bagian awal respon
flash ERG mencerminkan fungsi fotoreseptor sel krucut dan sel batang
b. Tro okulografi (EOG)
untuk mengukur potensial korneoretina tetap. Kelainan EOG terutama terjadi
pada penyakit secara dipus mempengaruhi epitel pigmen retina dan fotoreseptor.
I. Pencegahan Penyakit Buta Warna
Usaha awal yang dilakukan dalam tahap mempertinggi nilai kesehatan tanpa masa
a. Sebelum sakit yaitu:
1) Perbaikan keturunan dengan meningkatan kondisi lingkungan seperti nutrisi yang
bergizi,kondisi lingkungan yang tidak tercemar,pendidikan yang memadai.
2) Konsultasi dengan orang-orang yang ahli di bidang hereditas sebelum melakukan
pernikahan.
3) Mengkuti pendidikan kesehatan ataupun penyuluhan tentang kenali penyakit
genetika lebih dini agar dapat mempelajari tentang buta warna ataupun
kekurangan dirinya dan cara mengatasinya.
4) Ajarkan kepada anak-anak (atau orang yang dicintai) tentang situasi yang
sebenarnya. Jadilah terbuka untuk keluarga,terutama kepada anak-anak. Bantulah
mereka memahami tentang buta warna yang di derita. Ini akan sangat membuat
hidup penderita lebih mudah dan ini juga akan membuat mereka ekstra sensitif
dalam berbagai cara.
b. Pencegahan masa sakit
1. Mengenal dan mengetahui penyakit pada tingkat awal (Early diagnosa),dapat
dilakukan dengan cara:
Melakukan pendeteksian secara dini terhadap penyakit buta warna dengan bantuan
tes warna citra ishihara. Dengan pengaklasifikasian warna berdasarkan nilai
hue,instensity,dan saturation(HIS) dapat digunakan untuk memoditifikasi warna
citra tersebut secara proporsional sesuai dengan tingkat buta warna seseorang.
2. Mengadakan pengobatan yang tepat dan segera (promt treatment),dapat dilakukan
dengan:
Pengobatan awalnya yaitu dengan mengasosiasikan penderita buta warna dengan
objek tertentu tanpa kesulitan.misalnya mengahafalkan warna rambu-rambu lalu
lintas. Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan
kemampuan yang diakibatkan suatu penyakit(Disability limitation).
7
Langkah-langkah pencegahan ataupun usaha yang bisa dilakukan untuk
mengurangi kecatatan akibat buta warna,antara lain:
1. Menggunakan kacamata lensa warna.
Tujuannya,agar penderita dapat membedakan warna dengan lebih mudah. Cara
ini terbuktif efektif pada beberapa penderita. Menggunakan kacamata dengan
lensa yang dapat mengurangi cahaya silau. Biasanya penderita buta warna dapat
cahaya tidak terlalu terang atau menyilaukan. Jika tidak dapat melihat warna
sama sekali (buta dapat total),penderita dianjurkan menggunakan kacamata
lensa gelap dan mempunyai pelindung cahaya pada sisinya. Suasana lebih gelap
diperlukan karena sel rod ,yaitu sel yang hanya bisa membedakan warna
hitam,putih, dan abu-abu,bekerja dengan lebih baik pada kondisi cahaya yang
suram.
2. Rehabilitasi(Rehabilitation)
Rehabilitasi yang bisa dilakukan terhadap penderta buta warna yaitu ada 4
bentuk rehabilitasi antara lain:
a. Rehabilitasi fisik
Rehabilitas fisik yaitu dengan seseorang yang karena menderita buta perlu
mendapatkan rehabilitas dengan terapi pengobatan atau terapi warna khusus
bagi penderita buta warna. Agar dapat mengasosiasikan warna pada objek
tertentu
b. Rehabilitas mental
Rehabilitas mental yaitu dengan melakukan komunikasi secara personal
terutama bagi anggota keluarga.dengan berkomunikasi dapat membantu
meningkatkan kepercayaan dirinya sehingga dapat masuk dalam lingkunagan
masyarakat terutama lingkungan pekerjaan nanntinya.
c. Rehabilitas sosial vokasional
Rehabilitas sosial vokasional yaitu dengan memberikan kedudukan akan
pekerjaan yang sesuai dengan kondisi penderita buta warna misalnya
pekerjaan dibidang seni,sastra,wirausahawan.
8
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN BUTA WARNA
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan diagnosa medis.
b. Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan,
pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.
c. Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungan dengan
klien, dan status kesehatan.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama klien dengan buta warna adalah salah dalam menginterpetasikan
warna tertentu yang dilihatnya.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
klien tidak bisa dan kesulitan membedakan warna tertentu yang dilihatnya.
b. Riwayat penyakit sebelumnya
Buta warna dapat juga disebabkan oleh penyakit pada kelainan makula (retinitis
sentral dan degenerasi makula sentral), serta saraf optik.
c. Riwayat penyakit keluarga
Penyebab buta warna yang sering terjadi dikarenakan oleh faktor keturunan atau
kongenital.
4. Pemeriksaan Fisik Mata
a. Tes penglihatan warna: uji ishihara,tidak bisa membaca warna dengan benar
b. Pemeriksaan tajam penglihatan (visus dasar)
c. Pemeriksaan anatomik dilakukan dengan cara objektif
a) Inspeksi: perhatikan tanda-tanda nyata (adanya pembengkakan, kemerahan dan
tumor)
b) Palpasi: untuk menentukan adanya tumor, rasa sakit (nyeri tekan), keadaan dan
tahanan intra okuler.
d. Pemeriksaan Diagnostik
a) ERG: defisiensi salah satu sel kerucut
b) Oftalmoskop :Retina berwarna kuning-merah dengan bercak-bercak hitam.
9
B. Dignosa keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d defek penglihatan warna
2. Resiko terhadap cedera b.d kurangnya interpretasi warna
3. Harga diri rendah b.d Gangguan konsep diri
10
C. Intervensi
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Gangguan
sensori persepsi
(penglihatan) b.d
defek
penglihatan
warna
DS :
o Keluhan tidak
dapat
membedakan
warna tertentu
o Keluhan silau
pada cahaya
terang
DO:
o Interpretasi
warna rendah
o Tidak dapat
menyebutkan
angka dalam
buku ishihara
Fungsi sensori :
penglihatan
Indikator :
1. Ketajaman
penglihatan pusat
(kiri dan kanan)
2. Ketajaman
penglihatan sekitar
(kiri dan kanan)
3. Lapang pandang
pusat (kiri dan
kanan)
4. Lapang pandang
sekitar (kiri dan
kanan)
5. Respon untuk
rangsangan
penglihatan
Kompensasi tingkah
laku penglihatan
Indikator:
1. Monitor gejala dari
kemunduran
penglihatan dan
bentuk defisiensi buta
warna yang dialami
2. Posisikan sendiri
untuk kebaikan
penglihatan
3. Menggunakan cahaya
Peningkatan komunikasi : defisit
penglihatan
Aktivitas :
1. Catat reaksi pasien terhadap
rusaknya penglihatan (misal,
depresi, menarik diri, dan menolak
kenyataan)
2. Menerima reaksi pasien terhadap
defisiensi penglihatan warna yang
dimiliki
3. Andalkan penglihatan pasien yang
tersisa sebagaimana mestinya.
Terapi kegiatan
Aktivitas :
1. Tentukan komitmen pasien untuk
meningkatkan frekuensi dan/atau
jangkauan kegiatan
2. Bantu untuk menemukan makna
diri melalui aktivitas yang biasa
(misalnya bekerja) dan/atau aktivitas
liburan yang disukai
3. Bantu memilih kegiatan yang sesuai
dengan kemampuan fisik, psikologi,
dan social
4. Bantu untuk memfokuskan pada apa
yang dapat dilakukan pasien bukan
pada kelemahan pasien
5. Bantu mengidentifikasi dan
memperoleh sumber daya yang
diperlukan untuk kegiatan yang
11
yang adekuat
4. Menggunakan
kacamata Kacamata
dengan lensa yang
memiliki filter warna
khusus
dikehendaki.
2. Resiko terhadap
cedera b.d
kurangnya
interpretasi
warna
DS :
Keluhan klien
salah dalam
membedakan
warna yang
membuat ia
cidera
DO :
Klien mengalami
cedera saat
melakukan
aktivitasnya.
Risk Control
Indikator :
1 Kontrol faktor resiko
bahaya lingkungan
2 Mengembangkan
strategi kontrol resiko
3 Mengatur strategi
kontrol bahaya yang
diperlukan
4 Menyatakan resiko
5 Modifikasi gaya
hidup untuk
menurunkan resiko
6 Menghindari paparan
ancaman kesehatan
7 Berpartisipasi dlm
skrining utk
mengidentifikasi
risiko.
Environment Management
Aktivitas :
1 Sediakan lingkungan yang aman
untuk klien
2 Ingatkan klien untuk tetap
menggunakan kacamata dengan
lensa yang berfilter warna khusus
yang memungkinkan klien untuk
menginterpretasikan warna dengan
baik dan dapat menghindari diri
dari cidera
3 Menganjurkan keluarga untuk
menemani klien.
4 Memindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan
5 Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.
3 Harga diri
rendah b.d
Gangguan
konsep diri
DS:
o Merasa malu
dengan orang
lain
Body image
Indikator :
1. Menerima bagian
tubuh yang
mengalami gangguan
2. Puas dengan
penampilan tubuh
3. Puas dengan fungsi
Self estem enhancement
Aktivitas :
1 Monitor pernyataan pasien tentang
dirinya
2 Bantu pasien untuk meningkatkan
penilaian dirinya terhadap
penghargaan dirinya
3 Bantu pasien untuk meningkatkan
12
DO:
o Tampak
murung
o Menarik diri
o Perasaan (-)
terhadap
tubuh
tubuh kepercayaan dirinya
4 Berikan dorongan kuat untuk
pasien
5 Dorong kontak mata dalam
komunikasi dengan semua orang
6 Berikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga
7 Berikan pendidikan kesehatan pada
klien tentang penyakit
DAFTAR PUSTAKA
13
Maryam RS,ekasari,MF,dkk .2008.mengenal usia lanjut dan perawatannya.Jakarta:salemba
medika
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/definisi-buta-warna-mekanisme tanda.html#ixzz3oFtUXEUw
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23511/4/Chapter%20II.pdf
14