LOG BOOK PRAKTIKUM 1.docx
Transcript of LOG BOOK PRAKTIKUM 1.docx
LOG BOOK PRAKTIKUM
LARUTAN
Disusun oleh
Kelompok 1 THP-B :
1. Ricky Dea Permadi (141710101001)
2. Ika Wahyuni (141710101034)
3. Oriza Krisnata Wiwata (141710101043)
4. Isnitzia Bellia Indiana (141710101064)
5. Reny Soraya (141710101085)
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu sistem
homogen yang mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing
komponennya tidak bisa dibedakan secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu
sistem yang heterogen disebut campuran.
Dalam larutan juga dapat di ukur pH, pengukuran pH dilakukan untuk
mengetahui tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan dengan metode tertentu.
pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH >7 menunjukkkan zat tersebut
memiliki sifat basa sedangkan nilai pH < 7 menunjukkan kondisi asam. Cara
untuk mengukur pH salah satunya yaitu dengan menggunakan alat yaitu pH
meter. Teknik pengukuran ini yaitu dengan mencelupkan ujung alat ke dalam
larutan kira-kira sedalam 5cm, nilai pH terukur relatif cukup akurat.
Salah satu cara untuk mengukur kadar zat suatu zat yaitu dengan titrasi
asam-basa. Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar zat suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah di ketahui konsentrasinya. Larutan
standar dalam titrasi memegang peranan yang amat penting, hal ini disebabkan
larutan ini telah diketahui konsentrasi secara pasti (artinya konsentrasi larutan
standar adalah tepat dan akurat). Dasar reaksi pada titrasi asam-basa adalah
netralisasi(penetralan) karena reaksi ini merupakan penggabungan ion-ion H+
asam dengan ion-ion OH- basa embentuk air yang netral.
Dalam bidang pangan pH (Derajat Keasaman) di gunakan dalam Menjaga
pH makanan olahan dalam kaleng agar tidak mudah rusak / teroksidasi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1.Untuk mengetahui metode pengenceran larutan dengan benar dan
perhitungannya
2.Untuk mengetahui pH suatu larutan
3.Untuk mengetahui perlakuan titrasi larutan dan menghitung konsentrasi
titran(hasil titrasi).
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HCL (Asam Klorida)
Pengertian Larutan asam klorida atau yang biasa kita kenal dengan larutan HCl dalam air, adalah cairan kimia yang sangat korosif dan berbau menyengat. HCl termasuk bahan kimia berbahaya. Dalam skala industri, HCl biasanya diproduksi dengan konsentrasi 38%. Ketika dikirim keindustri pengguna, HCl dikirim dengan konsentrasi antara 32~34%. Pembatasan konsentrasi HCl ini karena tekanan uapnya yang sangat tinggi, sehingga menyebabkan kesulitan ketika penyimpanan. Reaksi Pembentukan di Industri, asam klorida dibuat berdasarkan bahan baku garam dapur, asam sulfat peka dan batubara sebagai bahan bakar. Garam dapur atau natrium klorida (NaCl) dengan asam sulfat 100% dimasukkan dalam dapur dari besi tuang yang dilengkapi dengan pengaduk. Pada suhu kamar terjadi reaksi: NaCl + H2SO4→ NaHSO4+ HClv
Pada suhu panas terjadi reaksi : 2NaCl + H2SO4 → Na2SO4 + 2HCl Garam natrium sulfat (Na2SO4) ditampung di bawah dapur dan gas hidrogen klorida di dinginkandan direaksikan dengan air, maka terjadilah asam klorida cair. Kegunaan :
1.Asam klorida digunakan pada industri logam untuk menghilangkan karat atau kerak besioksida dari besi atau baja.
2.Sebagai bahan baku pembuatan vinyl klorida, yaitu monomer untuk pembuatan plastik polyvinyl chloride atau PVC.
3.HCl merupakan bahan baku pembuatan besi (III) klorida (FeCl3) dan polyalumuniumchloride (PAC), yaitu bahan kimia yang digunakan sebagai bahan baku koagulan dan flokulan. Koagulan dan flokulan digunakan pada pengolahan air. 4.Asam klorida dimanfaatkan pula untuk mengatur pH (keasaman) air limbah cair industri,sebelum dibuang ke badan air penerima
2.2 NaOH (Natrium hidroksida)
Natrium hidroksida adalah basa kuat utama yang digunakan dalam industri kimia. Dalam massal itu yang paling sering ditangani sebagai larutan berair,karena solusi yang lebih murah dan lebih mudah untuk menang ani. Natrium hidroksida, basa kuat, bertanggung jawab untuk sebagian besar aplikasi ini. Dasar yang kuat lain seperti kalium hidroksida adalah mungkin untuk menghasilkan hasil yang positif juga. 56% natrium hidroksida yang dihasilkan digunakan oleh industri kimia, dengan 25% dari total sama yang digunakan oleh industri kertas. Natrium hidroksida juga digunakan untuk pembuatan garam natrium dan deterjen, untuk regulasi pH, dan untuk sintesis
organik. Hal ini digunakan dalam proses bayer produksi aluminium. Reaksi elektrolisa garam NaCl + H2O ==> Cl2 + NaOH.
2.3 CH3COOH (Asam asetat)
Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetid acid atau acidum aceticum, akan tetapi dikalangan masyarakat asam asetat disebut juga cuka atau asam cuka. Asam cuka merupakan cairan yang rasanya masam (agus, hatyana,dan dedi 1993) yang membuat nya melalui proses fermentasi alkohol dan fermentasi asetat yang didapat dari bahan kayu gula seperti anggur, apel, nira kelapa, malt, gula, lain sebagainnya (Anton A, 2003). Asam asetat dengan kadar kira-kira 25% beredar bebas dipasara dan bisannya ada yang bermerk dan tidak bermerk. Pada cuka yang bermerk biasanya tertera atau tertulis kadar asam asetat pada etiketnya.
2.4 Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia terlarut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. (Anief, 1997)
Larutan adalah campuran homogen antara terlarut dan pelarut. Pelarut yang umumnya digunakan adalah air. Untuk menyatakan zat pelarut dan terlarut dikenal istilah konsentrasi. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara seperti persen perberat (%/w), persen per volume (%/v), molaritas, molalitas, ppm, dan fraksi mol. (Anonim, 2009)
2.5 Pengenceran
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan (Khopkar, 1990). Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquades dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan (Brady, 1999). Apabila larutan lebih pekat, sesuaikan konsentrasi larutan yang diketahui dengan satuan yang diinginkan, jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama (Anonim, 2009). Proses pengenceran adalah pencampuran larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan menambah pelarut agar diperoleh volume akhir yang besar. (Brady, 1999)
2.6 Titrasi
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titter atau titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya, kadar larutan basa ditentukan dengan menggunakan larutan asam. Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis reaksi) keadaan ini disebut dengan titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant (Timbarlake, 2004: 221).
Asam dan basa yang saling berkaitan dalam pertukaran protein disebut pasangan asam-basa konjugasi. Tidak ada zat yang bertindak sebagai asam, jika tidak terdapat basa yang dapat menerima proton. Zat yang dapat bertindak sebagai asam maupun basa disebut zat amtipcotik (Anonim, 2012).
2.7 pH (Derajat Keasaman)
Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen (H+) yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Derajat keasaman suatu perairan, baik tumbuhan maupun hewan sehingga sering dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya suatu perairan (Odum, 1971). Nilai pH juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas perairan (Pescod, 1973). Nilai pH pada suatu perairan mempunyai pengaruh yang besar terhadap organisme perairan sehingga seringkali dijadikan petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan (Odum, 1971).
Biasanya angka pH dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator dari adanya keseimbangan unsur-unsur kimia dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur-unsur hara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan vegetasi akuatik. Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2 maupun CO2. Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan (Sary, 2006). Tingkat pH lebih kecil dari 4, 8 dan lebih besar dari 9, 2 sudah dapat dianggap tercemar. Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi, yaitu Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah
berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan.
Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain. Larutan penyangga yang sedangkan pH yang tinggi mengindikasikan perairan basa. Larutan penyangga yang bersifat basa Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebihi. Secara pH parameter ntuk kehidupan ikan-ikan tersebut adalah 6,5-8,4 (Asdak, 2007).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Preparasi Larutan
1. Beaker glas 100 mL dan 500 mL2. Gelas ukur 100 mL3. Labu ukur 500 mL dan 1 L4. Botol semprots5. Pengaduk6. Ruang asam7. Pi-pump
b. Pengukuran pH Larutan
1. Beaker glas 100 mL 2. Gelas ukur 100 mL3. Botol semprot4. Pi-pump5. pH meter
c. Titrasi Asam Basa
1. Beaker glas 250 mL 2. Gelas ukur 100 mL3. Erlenmeyer 100 mL4. Biuret 5. Botol semprot6. Pi-pump
3.1.2 Bahan
a. Preparasi Larutan
1. Larutan stok HCl 37 %2. NaoH (kristal)3. Larutan CH3COOH 4. Air distilat
b. Pengukuran pH Larutan
1. Larutan HCl, NaOH dan CH3COOH (larutan A1 sampai larutan A5)2. Air distilat3. Kertas pH universal4. Kertas tisu
c. Titrasi Asam Basa
1. Larutan HCl, NaOH dan CH3COOH (larutan A1 sampai larutan A5)2. Air distilat3. Kertas tisu4. Indikator
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Preparasi Larutan
1. Preparasi larutan HCl 2 N sebanyak 1 L dari larutan stok HCl 37 %
Masukkan ke dalam lemari asam
Ambil larutan stok HCL pekat 165,84 ml
Masukkan ke dalam gelas ukur(1 Liter)
Tambah air sampai tanda batas perlahan
Beri label A1
2. Larutan NaOH 1N sebanyak 1 liter
Larutan stok HCl 37%
Masukkan air bilasan ke labu ukur
Masukkan ke dalam beaker glass
Tambahkan 300 ml air
Masukkan larutan ke dalam labu ukur 1 liter
Aduk sampai larut
Bilas beaker glass dengan air
Lakukan berulang-ulang sampai hampir penuh
Lakukan berulang-ulang sampai hampir penuh
Tera Labu ukur dengan botol semprotsetelah itu beri label larutan A2
NaOH 40 gram
Masukkan ke dalam lemari asam
Ambil larutan CH3COOH 0,064 ml
Masukkan ke dalam labu ukur 1liter
Tambahkan air sampai tanda batas(sedikit demi sedikit)
Beri label larutan A3
3. Larutan CH3COOH 1 N dari larutan stok CH3COOH 90%
4. Pengencean Larutan 500 ml HCL 0,5 M
Larutan stok CH3COOH 90%
Masukkan ke dalam labu ukur 500 ml
Tambahkan air sampai tanda batas
Beri label larutan A4
Larutan A1 20,72 ml
5.Pengeceran larutan NaOH 0,5 M sebanyak 250 mL
Larutan A2 5 g
Masukkan ke dalam labu ukur 250 ml
Tambahkan air sampai tanda batas
Beri label larutan A5
Catat pH masing-masing larutan
3.2.2 Pengukuran Ph Larutan
Larutan A1 sampai A5 70 ml
Catat pH masing-masing larutan
Cek pH larutan menggunakan kertas pH
universal
Masukkan ke dalam beaker glass 100ml
Masukkan ke dalam biuret
Ambil 50ml larutan A2
Teteskan indikator
Masukkan ke dalam elemeyer
Hitung konsentrasi titran
Ukur volume perubahan titer (larutan A1 dalam biuret)
Tunggu sampai terjadi perubahan warna
3.2.3 Titrasi Asam Basa
Larutan A1 sampai 100ml
BAB 4 HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Pengenceran
Pengenceran Cara PengenceranLarutan 500 ml HCL 0,5 M 20,72 ml HCL 0,5 M + 479,28 ml AquadesLarutan 250 ml NaOH 0,5 M 5 g NaOH 0,5 M + 495 ml aquades
4.1.2 Penguuran pH
Larutan pH
A1
A2
A3
A4
A5
4.1.3 Titrasi Asam Basa
V1 Titer V2 Titer Perubahan Volume Konsentrasi Titrasi
Keterangan : V1 : Volume awal
V2 : Volume akhir
DAFTAR PUSTAKA
Agus, dkk. 1993. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Yogyakarta : UGM Press.
Anonim a. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Universitas Muslim Indonesia. Makassar
Anonim b. 2012. Pembuatan Larutan. Mataram
Anonim c. 2009. Pengaruh pH terhadap aktivitas Enzim. Mataram
Anton, A. 2003. Teknologi Kimia. Jakarta : PT Pradaya Pramita
Asdak. 2007. Hidrologi Dan Pengolahan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: UGM Press.
Brady, S. 1999. Kimia Universitas Asas Dan Struktur. Jakarta: Bina Rupa Aksara
Odum,E.P. 1971. Fundamental of Ecology.Philadelphia, London : W.B. Sounders Company.
Pascod,M.B. 1973. Investigasi of rational Effluent and Strean Standart for Tropical Countries. AIT,L
Sary, 2006. Bahan Kuliah Manajemen Kualitas Air. Politehnik vedca. Cianjur
Timberlake, Karen C. 2004. Kimia Umum. New jersey: Prentice hall