LIPOMA

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang membungkus otot-otot dan organ-organ dalam. Kulit merupakan jalinan jaringan pembuluh darah, saraf dan kelenjar yang tidak berujung, semuanya mempunyai potensi terserang penyakit. Kulit pun menjadi asesoris bagi seseorang di mana keutuhan dan kehalusan kulit menambah rasa percaya diri seseorang dalam penampilan maupun pergaulan. Salah satu jaringan yang berada di bawah lapisan kulit adalah jaringan mesodermal di mana jaringan ini merupakan jaringan lemak. Pada jaringan ini dapat pula tumbuh kelainan berupa tumor yang di antaranya dikenal dengan nama Lipoma. Lipoma termasuk salah satu tumor jinak yang terdiri dari sel-sel lemak yang matur. Pertumbuhan lipoma pada jaringan subcutis leher, bahu, punggung dan bokong. Walaupun seseorang menjadi kurus tetapi lipoma yang tumbuh akan terus 1

description

d

Transcript of LIPOMA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang membungkus otot-otot

dan organ-organ dalam. Kulit merupakan jalinan jaringan pembuluh darah, saraf

dan kelenjar yang tidak berujung, semuanya mempunyai potensi terserang

penyakit. Kulit pun menjadi asesoris bagi seseorang di mana keutuhan dan

kehalusan kulit menambah rasa percaya diri seseorang dalam penampilan

maupun pergaulan.

Salah satu jaringan yang berada di bawah lapisan kulit adalah jaringan

mesodermal di mana jaringan ini merupakan jaringan lemak. Pada jaringan ini

dapat pula tumbuh kelainan berupa tumor yang di antaranya dikenal dengan

nama Lipoma. Lipoma termasuk salah satu tumor jinak yang terdiri dari sel-sel

lemak yang matur. Pertumbuhan lipoma pada jaringan subcutis leher, bahu,

punggung dan bokong. Walaupun seseorang menjadi kurus tetapi lipoma yang

tumbuh akan terus membesar dengan karakteristik berwarna kuning, bersimpai,

permukaannya berlobul-lobul dan mudah untuk dikeluarkan. Bila lipoma tumbuh

pada jaringan daerah retroperitoneal, perianal dan tidak segera diangkat maka

akan menjadi Liposarcoma yakni tumor ganas yang tumbuhnya cepat dan

infiltrat.

Karena kasus lipoma termasuk dalam pertumbuhan jaringan abnormal

dan digolongkan sebagai tumor jinak yang sering dijumpai, maka tetaplah perlu

bahwa seorang tenaga kesehatan masyarakat dan perawat profesional segera

membantu penderita lipoma dengan eksterpasi sehingga tidak terjadi kelanjutan

1

yang merugikan seperti tumor ganas. Penanganan yang segera menunjukkan pula

keprofesionalan dalam asuhan keperawatan bagi masyarakat untuk sehat optimal.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk memperdalam anatomi fisiologi penyakit yang merupakan dasar

pengkajian dan intervensi keperawatan.

2. Memperoleh pengalaman nyata dalam merawat pasien yang menderita

lipoma serta memberikan asuhan keperawatan yang tepat sesuai dengan

konsep-konsep yang diperoleh dari perkuliahan dan literatur.

C. Metode Penulisan

Penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif berdasarkan

pengamatan langsung pada pasien lipoma yang meliputi: pengkajian, diagnosa,

implementasi dan evaluasi serta studi kepustakaan.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini diawali dengan BAB I Pendahuluan yang

berisi tentang: Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan dan

Sistematika Penulisan. BAB II Tinjauan Teoretis yang terdiri dari: Konsep

Dasar dan Konsep Asuhan Keperawatan. Dalam konsep dasar medik berisi

tentang definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, tes

diagnostik, terapi dan komplikasi. Pada konsep dasar asuhan keperawatan

dibahas mengenai pengkajian, diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan.

BAB III Pengamatan kasus, BAB IV Pembahasan Kasus, BAB V

Kesimpulan dan diakhiri dengan Daftar Pustaka.

2

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Konsep Dasar

1. Definisi

Lipoma adalah tumor jinak yang mengandung atau terdiri dari jaringan lemak.

(Sumber: Patologi. Bagian Patologi, Anatomi FKUI 1990)

2. Anatomi Fisiologi

Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia, membungkus otot-otot

dan organ-organ dalam. Kulit merupakan jalinan jaringan pembuluh darah,

saraf dan kelenjar yang tidak berujung, semuanya memiliki potensi untuk

terserang penyakit.

a. Fungsi Kulit

Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng

pertahanan terhadap bakteri, virus dan jamur. Kehilangan panas dan

penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh darah kulit atau

sekresi kelenjar keringat. Setelah kehilangan seluruh kulit, maka cairan

tubuh yang penting akan menguap dan elektrolit-elektrolit akan hilang

dalam beberapa jam seperti pada luka bakar. Kulit juga merupakan tempat

sensasi raba, tekan, suhu, nyeri dan nikmat, berkat jalinan ujung-ujung

saraf yang saling berpautan.

b. Struktur kulit

Secara mikroskopis, kulit terdiri dari tiga lapisan: epidermis, dermis

3

dan lemak subkutan. Epidermis bagian terluar kulit dibagi menjadi dua

lapisan utama yaitu lapisan sel-sel tidak berinti yang bertanduk (stratum

Korneum atau lapisan induk), dan lapisan dalam yaitu stratum malfigi;

stratum malfigi ini merupakan asal sel-sel permukaan bertanduk setelah

mengalami proses diferensiasi. Stratum malfigi dibagi menjadi: lapisan

basal (stratum germinativum), stratum spinosum, dan stratum granolosum.

Stratum granolosum terletak tepat di bawah stratum korneum. Stratum

granosum mempunyai fungsi penting dalam pembentukan protein dan

ikatan-ikatan kimia stratum korneum.

Lapisan basal sebagian besar terdiri dari sel-sel epidermis yang tidak

berdiferensiasi dan terus-menerus mengalami mitosis, memperbarui

epidermis. Kalau sel ini mengalami mitosis, salah satu sel anak akan tetap

berada di lapisan basal untuk kemudian membelah lagi, sedangkan sel yang

lain bermigrasi ke atas menuju stratum spinosum.

Sel epidermis utama yang berdiferensiasi adalah keratinosit,

membentuk keratin, suatu protein fibrosa. Pada waktu keratinosit

meninggalkan lapisan malfigi dan bergerak ke atas, maka sel-sel ini akan

mengalami perubahan bentuk, orientasi, struktur sitoplasmik dan

komposisi. Proses ini mengakibatkan transformasi dari sel yang hidup,

aktif mensintesis, menjadi sel-sel yang mati dan bertanduk dari stratum

kormeum, suatu proses yang dinamakan keratinisasi. Keratinosit dari

lapisan sel basal bentuknya silindris. sel-sel ini menjadi polihedral pada

waktu berada dalam stratum spinosum menjadi semakin pipih dalam

lapisan granular dan menjadi lamelar pada stratum korneum. Unsur-unsur

sitoplasma juga mengalami perubahan yang penting, demikian pula

nukleus dan membran sel. Keratinosit mensintesis tonofilamen tersusun

4

dalam berkas yang mengelilingi inti sel. Dalam stratum spinosum sintesis

terus berlangsung dan berkas tonofilamen ini menjadi lebih

kompleks membentuk suatu jalinan yang meluas sampai sitoplasma.

Dengan pergeseran ke stratum granolosum maka granula-granula

keratohialin mulai terbungkus padat. Susunan kimia keratohialin belum

diketahui secara memuaskan dan peran akhirnya dalam proses keratinisasi

juga belum jelas. Agaknya keratohialin ini jelas berperanan dalam

membentuk gambaran amorf padat elektron dari matriks sel-sel bertanduk.

Seperti dijelaskan di atas, agaknya selama proses diferensiasi, keratinosit

melewati fase sintetik di mana terbentuk tonofilamen, keratohialin, badan

lamelar dan unsur-unsur sel lainnya. Akhirnya sel-sel ini akan melalui fase

transisi, di mana komponen-komponen sitoplasma mengalami disosiasi dan

degradasi. Unsur sel sisanya membentuk suatu kompleks amorf, fibrosa

yang dikelilingi oleh membran impermeabel yang diperkuat yaitu sel-sel

induk. Proses migrasi sel epidermis yang telah terprogram ini memakan

waktu sekitar 28 hari.

Sel utama kedua pada lapisan basal adalah melanosit. Perbandingan

sel-sel basal terhadap melanosit adalah: 10 : 1 di dalam melanosit disintesis

granula-granula pigmen yang disebut melanin. Melalui tonjolan-tonjolan

dendritik yang panjang. Melanosin tersebut dipindahkan ke keratinosit.

Setiap melanosit saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan ini dan

sekitar 36 keratinosit membentuk apa yang disebut sebagai unit melanin

epidermis. Melanosum dihidrolisis oleh enzim dengan kecepatan yang

berbeda-beda. Jumlah melanin dalam keratinosit menentukan warna dari

kulit. Melanin melindungi kulit dari pengaruh-pengaruh matahari yang

merugikan. Sebaliknya sinar matahari meningkatkan pembentukan

5

melanosum dan melanin. Orang kulit hitam mempunyai jumlah melanosit

yang sama dan orang kulit putih mempunyai melanosum yang kecil dan

lebih mudah dihancurkan.

Dermis terletak tepat di bawah epidermis dan terdiri dari serabut-

serabut kolagen, elastin dan retikulin yang tertanam dalam suatu substansi

dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf

yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang

tumbuh. Di sekitar pembuluh darah yang kecil terdapat limphosit, histiosit,

sel mast dan leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan invasi benda-

benda asing. Serabut-serabut kolagen khusus menambatkan sel-sel basal

epidermis pada dermis. Adneksa dermis adalah rambut kuku dan kelenjar-

kelenjar ekrin (keringat) sebasea dan apokrin.

Di bawah dermis terdapat lapisan kulit ketiga: lemak subkutan.

Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk mempertahankan

suhu tubuh dan mempertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan

energi. Dari sudut kosmetik, lemak subkutan ini mempengaruhidarya tarik

seksual pada kedua jenis kelamin.

Kelenjar keringat terdapat pada hampir seluruh kulit, kecuali pada

telinga dan bibir. Kelenjar-kelenjar ini membentuk suatu larutan hipotonik

yang jernih, encer dan mengandung banyak urea dan laktat. Kelenjar

keringat juga membantu mempertahankan suhu tubuh.

Kelenjar sebasea merupakan struktur lobular yang terdiri dari sel-sel

yang berisi lemak. Substansi berminyak disebut serbum disalurkan menuju

saluran sentral dan dikeluarkan melalui saluran-saluran pilosebasea,

folikel-folikel rambut, kelenjar sebasea banyak pada wajah, dada,

6

punggung dan bagian proksimal lengan. Aktivitasnya terutama diatur oleh

hormon-hormon androgenik.

3. Etiologi

- tidak diketahui dengan pasti,

- bahan kimia,

- lingkungan,

- genetik,

- imunologi, virus.

4. Patofisiologi

Sel tumor adalah sel tubuh yang mengalami transparmasi dan tumbuh secara

autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda

dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Pada umumnya tumor mulai

tumbuh dari satu sel di suatu tempat (unisentrik) atau dari beberapa sentral

(multilokuler) pada waktu yang sama. Selama pertumbuhan tumor masih

terbatas pada organ dasarnya maka tumor disebut masih dalam fase lokal.

Tetapi kalau sudah terjadi infiltrasi ke organ sekitarnya, maka tumor telah

mencapai fase lokal infasif atau lokal infiltratif. Penyebaran lokal ini disebut

penyebaran perkontinuitatum, karena masih berhubungan dengan sel induknya.

Sel tumor ini bertambah terus tanpa batas, sehingga tumor makin lama makin

besar dan mendesak jaringan sekitarnya sehingga dapat menyumbat saluran

tubuh dan menimbulkan obstruksi. Bila tumor ini ganas dapat menyebar ke

bagian tubuh lain dan umumnya fatal bila dibiarkan karena merusak organ

yang bersangkutan dan menyebabkan kematian.

7

5. Tanda dan Gejala

- rasa gatal, rasa terbakar, geli.

- Kehilangan rasa pada bagian yang terkena,

- Kulit kering, bersisik kemerahan,

- Nyeri

- Ditemukan masa tumor,

- Palpasi teraba benjolan,

- Mual, muntah;

- Menurunnya nafsu makan;

- Berat badan turun.

6. Tes Diagnostik

- roentgen;

- pielogram intravena;

- pielogram retrogret;

- aurtrografi;

- histologik;

- histopatologik.

7. Terapi

- operasi;

- radiasi;

- kemotherapi;

- radiologi;

8

8. Komplikasi

- kanker

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

- Riwayat anggota keluarga yang terkena tumor;

- Terpapar sinar radiasi atau bahan kimia;

b. Pola nutrisi metabolik

- kebiasaan makan makanan yang mengandung zat kimia atau bahan

pengawet dan makanan yang berlemak tinggi;

- riwayat minum alkohol;

- mual, muntah;

- berkeringat banyak;

- suhu tinggi;

- kerusakan atau kemerahan kulit;

- adanya benjolan pada kulit;

- hipopigmentasi, hiperpigmentasi;

- nafsu makan menurun;

- berat badan turun.

c. Pola eliminasi

- menurunnya jumlah urine output;

- anuri saat fase akut;

- diuresis;

9

- penurunan peristaltik khususn.

d. Pola aktivitas dan latihan

- riwayat pekerjaan;

- obesitas;

- sesak napas.

e. Pola persepsi sensori dan kognitif

- mati rasa, kaku, gatal-gatal;

- perubahan reflektendon;

- keluhan nyeri;

- perubahan orientasi, sikap dan tingkah laku.

f. Pola persepsi dan konsep diri

- Kecemasan;

- penampilan diri;

- gangguan terhadap perkerjaan atau keuangan.

g. Pola mekanisme coping dan toleransi terhadap stres

- sikap menghadapi penyakit;

- penerimaan terhadap diagnosis.

2. Diagnosa Perawatan.

a. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan adanya lukas

eksterpasi.

b. Nyeri yang berhubungan dengan luka operasi.

10

c. Gangguan gambaran diri yang berhubungan dengan penampilan kulit yang

jelek.

d. Kurang pengetahuan tantang pengetahuan tentang perawatan kulit yang

berhubungan dengan kurang informasi.

3. Perencanaan

a. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan adanya luka

eksterpasi

HYD:

Kulit utuh.

Tidak infeksi.

Rencana Tindakan.

1) Kaji keadaan luka (kering, bawah, kemerahan).

Rasional: Luka yang basah dan kemerahan menunjukkan adanya

infeksi.

2) Rawat luka dengan teknik steril.

Rasional: Perawatan secara steril mengurangi kontaminasi dan

meminimalkan risiko infeksi.

3) Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk kulit.

Rasional: Garukan menimbulkan pelebaran luka.

4) Anjurkan pasien untuk menjaga tubuh dengan cara mandi dua kali

sehari.

Rasional: Melancarkan sirkulasi.

5) Observasi suhu.

Rasional: Suhu meningkat tanda infeksi.

11

6) Beri terapi antibiotik sesuai pesanan medik.

Rasional: Antibiotik untuk mematikan kuman penyebab infeksi.

b. Nyeri yang berhubungan dengan luka operasi.

HYD:

Pasien bebas dari rasa nyeri.

Pasien tampak rileks, bisa tidur dan istirahat.

Rencana tindakan:

1) Kaji karakteristik nyeri (lokasi, lama, intensitas).

Rasional: Data membantu menentukan tindakan terhadap nyeri.

2) Observasi tanda-tanda vital.

Rasional: Nyeri hebat ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan

nadi.

3) Jelaskan penyebab rasa nyeri.

Rasional: Untuk mengurangi kecemasan.

4) Ciptakan lingkungan yang aman.

Rasional: Meningkatkan relaksasi.

5) Ajarkan latihan napas dalam

Rasional: Menurunkan tegangan otot.

6) Beri terapi analgetik sesuai pesanan medik.

Rasional: Analgetik menghilangkan nyeri.

c. Gangguan gambaran diri sehubungan dengan penampilan kulit yang jelek.

12

HYD:

Menerima perubahan tubuh dan mengintegrasikannya ke dalam self

konsep sehingga dapat mempertahankan body image yang positif.

Mengekspresikan penerimaan tentang perubahan body image.

Rencana tindakan:

1) Kaji perasaan dan persepsi pasien tentang penampilan kulit yang jelek.

Rasional: Memvalidasi persepsi diri dan mengambil tindakan untuk

mengatasi krisis.

2) Melibatkan pasien dalam perawatan.

Rasional: Membantu pasien untuk tidak bergantung.

3) Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang

telah diberikan.

Rasional: Untuk meningkatkan self image.

4) Haragai kpemecahan masalah yang konstruktif untuk meningkatkan

penampilan.

Rasional: Meningkatkan penekanan pada perilaku adaptif

5) Membantu pasien dalam menguatkan keterampilan koping dan ikut

terlibat dalam tindakan untuk memenuhi tujuan.

Rasional: Penguatan respon koping untuk menghindari masalah atau

stresor dan meningkatakan harga diri.

d. Kurang pengetahuan tentang penyakit kulit yang berhubungan dengan

kurang informasi

HYD:

Dapat mengungkapkan proses penyakit.

13

Mengenali tanda dan gejala serta faktor penyebab penyakit.

Poasien dapat berpartisipasi dalam perawatan.

Rencana Tindakan:

1) Kaji pengetahuan klien/ tanyakan proses penyakit dan harapan klien.

Rasional: Mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan memilih cara

komunikasi yang tepat.

2) Jelaskan faktor penyebab, tanda dan gejala penyakit dengan bahasa yang

mudah dipahami.

Rasional: Penjelasan meningkatkan pengetahuan klien.

3) Beri penyuluhan tentang pentingnya perawatan kulit yang baik.

Rasional: Perawatan yang baik mengurangi risiko terjadinya penyakit

kulit.

4) Libatkan keluarga dalam rencana pengobatan

Rasional: Peran serta pasien dan keluarga membantu pelaksanaan terapi.

5) Beri penjelasan pasien untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan

kulit.

Rasional: Mendeteksi secara dini dan tindakan penanganan yang cepat.

6) Jelaskan prosedur pengobatan dan perubahan gaya hidup.

Rasional: Membantu pasien merasakan, mengontrol melalui apa yang

terjadi dengan dirinya.

14

BAB III

PENGAMATAN KASUS

Nama klien: Tn. I. D. , umur 24 tahun, beragama Katolik, suku Jawa, anak keempat

dari lima bersaudara. Klien ada riwayat penyakit ashma dalam keluarga, pernah

dirawat selama 10 hari karena sakit thypoit. Pasien mengatakan: “Sejak lima tahun

yang lalu ada benjolan kecil di paha kiri, tetapi tidak terasa sakit atau nyeri. Sejak

empat bulan yang lalu benjolan yang sudah sebesar telur ayam ini terasa nyeri, tetapi

tidak sampai mengganggu aktivitas harian sehingga masih bisa tetap kuliah dan olah

raga basket. Nyeri yang dirasakan hilang timbul, bertambah nyeri bila berjalan jauh.

Tanggal 9 Agustus yang lalu nyeri bertambah hebat sehingga tidak mampu

melakukan olah raga. Akhirnya berobat ke klinik dan dianjurkan untuk operasi dan

tanggal 11 Agustus 1999 masuk ke RS. Sint Carolus melalui UGD, dengan keluhan

utama benjolan di paha kiri terasa sakit”.

Saat pengkajian pasien post operasi hari pertama tampak sakit ringan,

berbaring di tempat tidur, ekspresi wajah rileks, tampak perban elastis di paha kiri.

Observasi: tensi 110/70 mmhg, nadi 72x/menit, suhu 36 ºC, peristaltik usus 6x/menit;

mengeluh agak pusing, dan masih nyeri pada luka operasi.

15

Hasil Laboratorium

Tanggal 12 Agustus 1999

Darah rutin:

Hemoglobin : 14,9 (12.0 - 18.0 g/dl).

Hemotokrit : 44 ( 37 - 52 %)

Leukosit : 8.500 (4.800 – 10.800)

Trombosit : 235.000 (350.000/uL)

Hemostasis rutin:

masa protrombin : PT 13.6 (120 – 180 detik).

APTT : 34.2 ( 30.0 – 40.0 detik).

16

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Setelah melaksanakan praktik langsung di lapangan pada pasien penderita

lipoma, bila dibandingkan dengan teori yang diperoleh dari berbagai literatur yang

ada, maka ada beberapa kesamaan maupun perbedaan baik pada pengkajian, diagnosa

keperawatan, juga pada tanda dan gejala. Pada pengkajian yang didapatkan pada teori

dikatakan: ada riwayat tumor pada keluarga, obat-obat yang dikonsumsi secara rutin,

terbakar sinar atau radiasi, mengkonsumsi makanan yang mengandung zat kimia atau

bahan pengawet, riwayat minum alkohol. Sedangkan pada tuan I.D. tidak ditemukan

hal-hal tersebut di atas. Ini bisa terjadi karena lipoma merupakan tumor jinak yang

tumbuh pada jaringan lemak di bawah kulit, karena terjadi keabnormalan sel. Pada

diagnosa keperawatan ditemukan kesamaan antara teori dan kasus di bangsal yaitu

nyeri. Namun nyeri yang diderita pasien karena luka post operasi. Sedangkan

kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan adanya luka eksterpasi tidak

terjadi karena pasien post operasi hari pertama dan tidak ada tanda-tanda kerusakan

integritas kulit seperti kemerahan di sekitar lokasi operasi. Kemudian gangguan

gambaran diri dan kurang pengetahuan tentang perawatan kulit yang berhubungan

dengan kurang pengetahuan tidak ditemukan karena pasien tidak ada masalah pada

kulit dan pasien tidak merasa malu dengan benjolan yang ada di pahanya.

Pada tanda dan gejala ditemukan kesamaan, yaitu nyeri dan pada palpasi

terhadap benjolan dan masa tumor tidak ditemukan riwayat muntah, penurunan berat

badan dan tidak nafsu makan karena lipoma yang diderita pasien berada di jaringan

lemak di bawah kulit bukan di ruangan retroperitoneal, pada submucosa lambung dan

usus.

17

Masalah keperawatan yang ditemukan selama pengamatan kasus adalah nyeri

sehubungan dengan luka operasi. Tindakan keperawatan yang dilakukan di samping

memberikan terapi medik untuk mengurangi nyeri adalah menganjurkan pasien untuk

mengurangi dan melakukan aktivitas secara bertahap, memberi posisi nyaman, tidur

terlentang, dan bila duduk kaki diluruskan. Di samping nyeri ditemukan juga pusing.

Pusing bisa terjadi karena pengaruh anesthesi umum yang ± 48 jam pertama post

operasi masih bereaksi. Untuk mengatasinya pasien dianjurkan untuk istirahat baring

dan menjaga lingkungan yang tenang. Pasien juga merasa mual dan mulut terasa pahit

sehingga tidak nafsu makan. Menganjurkan pasien sarapan saat makan yang

dihidangkan masih panas dan diberi air putih hangat untuk mengurangi mual.

Karena keterbatasan waktu dan pasien akan pulang maka semua rencana

keperawatan yang masih perlu diteruskan diberi dalam bentuk penyuluhan mengenai

perlu kontrol sesuai waktu yang ditentukan dokter. Minum dan menghabiskan obat

untuk mempercepat penyembuhan serta cara-cara untuk merawat luka supaya tidak

terjadi infeksi dengan menjelaskan tanda-tanda dini infeksi seperti: kemerahan, gatal-

gatal, luka tidak kering-kering, ada nanah; Dan menganjurkan untuk kontrol ke

dokter bila ada tanda-tanda infeksi.

18

BAB V

KESIMPULAN

Setelah mempelajari tinjauan teoretis dan melakukan pengamatan langsung di

lapangan, dapat disimpulkan sebagai berikut: Lipoma merupakan tumor jinak yang

mengandung atau terdiri dari jaringan lemak. Tumor ini sering ditemukan pada

jaringan subcutis leher, bahu, punggung dan bokong. Kadang-kadang tumbuh dari

lemak mesenterium, retroperitoneum dan walaupun jarang dapat pula tumbuh pada

submucosa lambung dan usus, biasanya berupa tumor polipoid. Bila lipoma ini

tumbuh pada daerah retroperitoneal dan perirenal sering menjadi liposarcoma: tumor

ganas yang tumbuhnya cepat dan infiltrat. Maka untuk pencegahan dini hal tersebut

di atas bagi tenaga kesehatan terutama perawat profesional untuk memberi

penyuluhan kepada para pasien yang mengalami adanya benjolan untuk periksa dan

perlunya pengangkatan benjolan tersebut untuk menghindari komplikasi lebih lanjut

yaitu tumor ganas yang merupakan penyakit yang bisa mengancam kehidupan setiap

orang.

19

DAFTAR PUSTAKA

Doengues, Marilynne E. dkk., Nursing Care Plans, FA Daus Company,

Philadelphia 1989.

FKUI , 1990, Patologi: Bagian Patologi Anatomi.

Luckman and Serensen, S. Medical Surgical Nursing, A pschophysiologic

Approach, Edition 1993.

Price, Anderson Silvia, Patofisiologi, Ed. 4. Alih bahasa: Dr. Peter Anugerah, EGC.,

Jakarta 1995

Suhidajat, Sjasn, Buku Ajar Ilmu Bedah.

Tucker, Susan Martin, Mary, M. Canobio, Patient Care Standards, Ed. 5; Mosby

Year Book Inc. Missouri 1991

20