Liem Koen Hian

download Liem Koen Hian

of 3

description

Berisi tentang biografi dan perjuangan Liem Koen Hian selama membela Indonesia

Transcript of Liem Koen Hian

Paper Refleksi Pendidikan Pancasila dan KewarganegaraanRegita Tanara102015121Liem Koen Hian adalah wartawan dan tokoh politik Indonesia. Ia dilahirkan di Banjarmasin pada 1987 dalam keluarga pedagang kecil Tionghoa peranakan, dan wafat di Medan, 5 November 1952, Pada 1915 ia pindah ke Surabaya dan bekerja di harian Tjhoen Tjhioe. Pada 1917 ia menerbitkan mandblad (bulanan) Soe Liem Poo, tetapi penerbitan itu tidak bertahan lama, karena Liem kemudian pindah ke Aceh untuk berdagang. Pada akhir 1918 Liem pindah ke Padang dan menjadi pemimpin redaksi Sinar Soematra hingga 1921, ketika ia diminta untuk memimpin redaksi Pewarta Soerabaia oleh The Kian Sing. Tahun 1925, Liem mengundurkan diri dari surat kabar ini, lalu pada 1 April 1925 mendirikan Soeara Poeblik yang juga terbit di Surabaya hingga 1929.Sekeluarnya dari Soeara Poebliek, Liem Koen Hian (dan Kwee Thiam Tjing) sempat bergabung dengan Nanyang Societie, suatu perkumpulan judi orang-orang Tionghoa.Tindakannya yang paling monumental adalah mengubah Sin Jit Po menjadi Sin Tit Po pada tanggal 19 Desember 1929. Pada masa inilah Liem mulai mengembangkan visinya tentang "Indesche Burgerschap yang harus menjadi Indonesierschap bagi para hoakiauw di Lam Yang (tanah Indonesia)"1. Ia berketurunan Tionghoa yang mempunyai rasa nasionalisme tinggi, beliau membela bangsa Indonesia melalui karya-karyanya sebagai wartawan dan pemimpin redaksi di beberapa media. Beliau mempropagandakan orang keturunan Tionghoa adalah orang Indonesia2.Lalu dengan visinya tentang kewarganegaraan Indonesia, Liem mendirikan Partai Tionghoa Indonesia (PTI) yang mendukung gerakan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau juga terpilih menjadi salah satu anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).Beliau terus memperjuangkan keyakinannya akan tanah air, walau ditentang oleh kelompok China pendukung Belanda, tapi beliau tidak berhenti menyuarakan perjuangannya itu. Lalu menjelang kemerdekaan Indonesia, beliau duduk dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang diketuai Soekarno dan HattaLalu setelah 20 tahun membela tanah air, entah berita mana yang benar, ada yang menyebut bahwa Liem Koen Hian ditangkap karena menyelundupkan obat-obatan3, ada juga yang menyebut beliau ditangkap karena diduga terlibat PKI. Tidak jelas apa peran beliau, tapi ia ikut ditangkap dalam razia Agustus 1951. Saat itu beliau sudah lemah dan sakit-sakitan. Beliau berusaha membela diri tetapi petugas tetap menahannya tanpa pengadilan. Beliau dianggap kekiri-kirian. Pembelaannya tidak dianggap dan ini kali pertama dirinya dipenjara oleh bangsa sendiri. Kondisinya semakin memburuk, sakitnya bertambah parah di dalam penjara, dengan alasan kesehatan pula beliau dibebaskan tanggal 29 Oktober 1951. Dengan keadaan tertekan dan emosi ia melepaskan kewarganegaraan Indonesia. Beliau akhirnya memilih menjadi warga negara Tionghoa. Sebagian berpendapat bahwa beliau tidak kuat menerima kenyataan ia ditahan oleh bangsanya sendiri. Beliau merasa bahwa jasanya membela tanah air selama puluhan tahun tidak dihargai. Padahal, Liem Koen Hian telah menjalin persahabatan dengan Bung Karno, Bung Hatta, H Agus Salim, Bung Sjahrir, Bung Amir Sjarifuddin, AR Baswedan juga Dr Soetomo dan Dr Tjipto Mangoenkoesoemo, yang menyebutnya Orang Indonesia tanpa peci.4Lalu beliau mundur dari pergerakan dan pentas politik lalu membuka apotek di kawasan Tanah Abang, dan berniat membuka cabang di Medan. Dalam perjalanan ke Medan beliau mendapat serangan jantung dan akhirnya meninggal pada tanggal 5 November 1952. Liem meninggal di Indonesia, walau saat itu beliau bukan warga negara Indonesia lagi.5Menurut saya, Liem Koen Hian sangat layak disebut sebagai pahlawan kemerdekaan, orang membantu sekecil apapun layak disebut sebagai pahlawan kemerdekaan, apalagi bapak Liem Koen Hian dan segala maca perjuangannya, beliau tetap setia membela walaupun kelihatannya tidaklah mudah untuk membela tanah air disaat posisinya ia adalah keturunan Tionghoa, memang benar kata-kata Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu, tetapi pada prakteknya tidak selalu seperti itu, masih ada batasan-batasan dan diskriminasi yang terjadi dikalangan masyarakat yang berbeda suku, agama, dan kebudayaan. Apalagi kalau kaum minoritas. Tetapi Liem Koen Hian tetap membela dengan cara-caranya sendiri, bahkan beliau berkata bahwa "Seorang peranakan, tidak peduli turunan dari bangsa apa saja, tetapi jika ia berasa dan berpikir seperti seorang Indonesier asli dan bersedia untuk menjalankan kewajibannya terhadap negeri yang ia cintai ini sebagai tumpah darahnya, maka boleh sekali mengaku sebagai Indonesier,". Beliau juga berjuang sebagai jurnalis, bahkan tergabung dalam BPUPKI dan PPKI. Tentu orang yang dipilih dalam BPUPKI dan PPKI bukanlah orang sembarangan, pada masa-masa menjelang kemerdekaan tentunya itu adalah masa-masa genting, memerlukan orang yang benar-benar diketahui kapasitasnya dalam membela dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.Tapi tanpa alasan yang cukup jelas, seakan-akan tidak diingat lagi perjuangan dan jasanya membela tanah air, beliau ditahan, bahkan dalam keadaan yang buruk. Hak-haknya seakan tidak didengar, ia ingin melawan pemerintah saat itu yang dinilainya sewenang-wenang. Sungguh sangat disayangkan, salah satu pahlawan bangsa, yang bahkan berjasa sampai kita semua bisa merdeka seperti ini, tanah air kita bebas merdeka.Mungkin karena kurangnya pendukung atau suara yang membela sosok Liem Koen Hian, atau bahkan suara pembelanya juga tidak didengar, sampai segala asas dan hak yang harusnya sangat bisa diperjuangkan, tidak ber hasil apa-apa. Atau memang benar pemerintah saat itu sewenang-wenang, tidak berpikir panjang, atau pendiskriminasian tadi yang membuat Liem Koen Hian mengalami kejadian seperti ini. Bila memang iya benar karena diskriminasi suku, bangsa, dan lainnya. Maka menurut saya, alasan ini sangatlah bodoh dan tidak masuk akal. Karena seseorang tidak bisa memilih dimana ia akan dilahirkan, terlahir dengan suku apa, atau bangsa apa. Yang membedakan seorang manusia dengan yang lainnya adalah cara berpikirnya, cara ia membantu orang lain dan tentu saja dalam berusaha membantu dirinya sendiri. Orang yang berjasa demi kebaikan orang banyak dan yang tidak hanya mementingkan kepentingannya sendiri saja, patut dan pantas disebut sebagai pahlawan. Seharusnya orang-orang yang mendapat bantuan baik tersebut lebih berterima-kasih dan menghormati pahlawan tersebut. Walaupun seorang pahlawan memperjuangkan sesuatu dengan hati yang tulus, tidak mengharapkan imbalan yang berlebihan, tetapi seseorang pasti juga akan kecewa bila hasil perjuangannya, walau untuk bangsa sendiri, tidak dihargai dan bahkan dirinya tidak dianggap bahkan menurut saya diperlakukan tidak layak terhadap seorang pahlawan (Liem Koen Hian dipenjara saat keadaannya buruk, bahkan memburuk didalam penjara). Hingga akhirnya iya melepas kewarganegaraan negara yang telah ia bela, sampai merdeka. Tjoa Tjie Liang menjelaskan, Koen Hian adalah orang yang mudah marah, apalagi bila ada orang yang meragukan kejujurannya, terutama mengenai bangsa dan negara. Dilihat dari sumber-sumber yang ada, menurut saya pantaslah Liem Koen Hian kecewa atau bahkan marah. Di akhir hayatnya beliau wafat di Indonesia, sebagai warga negara asing.

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Liem_Koen_Hian2. http://www.merdeka.com/peristiwa/liem-koen-hian-bapak-asimilasi-yang-kecewa.html3. http://forum.detik.com/liem-koen-hian-dan-ar-baswedan-t253634.html4. https://www.facebook.com/notes/perindo/liem-koen-hian-dan-ar-baswedan/1992524002341855. http://www.merdeka.com/peristiwa/liem-koen-hian-bapak-asimilasi-yang-kecewa.html