Leuk Osita
-
Upload
clavulanat-amoxy -
Category
Documents
-
view
107 -
download
1
Transcript of Leuk Osita
-
TOTAL LEUKOSIT DAN DIFERENSIASINYA PADA KAMBING PERANAKAN ETAWA (Capra aegagrus hircus)
DI CARIU, BOGOR DAN CIPANAS-CIANJUR, JAWA BARAT
NURUL HAYYA HAFIZHIAH
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2008
-
42
ABSTRAK
Nurul Hayya Hafizhiah. Total Leukosit Dan Diferensiasinya Pada Kambing Peranakan Etawa (Capra aegagrus hircus) Di Cariu, Bogor Dan Cipanas-Cianjur, Jawa Barat. Dibawah bimbingan Endang Rachman Supriatna.
Sel darah putih (leukosit) yang terdiri dari limfosit, monosit, basofil, netrofil dan eosinofil merupakan komponen darah yang berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh. Keberadaan leukosit dalam sirkulasi darah harus diperhatikan, hal ini sebagai indikator status kesehatan hewan. Peningkatan/penurunan jumlah leukosit dalam sirkulasi darah dapat diartikan sebagai hadirnya agen penyakit, peradangan, penyakit autoimun atau reaksi alergi, untuk itu perlu diketahui gambaran normal leukosit pada setiap individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran normal leukosit Kambing Peranakan Etawa (PE), sehingga kejadian penyakit pada Kambing PE lebih mudah dideteksi. Sampel darah pada penelitian ini diambil dari 20 ekor Kambing PE dewasa dan sehat secara klinis (10 jantan dan 10 betina) yang didapat dari dua peternakan yaitu peternakan PE Cariu dan ALL (Adhie Lestari Lirboyo) Cipanas pada bulan Februari dan Maret 2008. pengambilan sampel darah melalui vena jugularis menggunakan Vacutainer 3ml+EDTA dengan jarum No.22 kemudian dibuat preparat ulas dan diwarnai dengan Giemsa 10% untuk mengetahui diferensiasi leukosit. Pengamatan jumlah total leukosit dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik FKH IPB menggunakan kamar hitung Burker dan larutan pengencer Turk. Dari pengamatan di dua peternakan Kambing PE, didapatkan data normal leukosit Kambing PE di peternakan PE Cariu sebagai berikut : kisaran nilai absolut untuk neutrofil 3.300-9.200/mm3, eosinofil 100-900/mm3, basofil 0/mm3, monosit 300-1.100/mm3 dan limfosit 4.700-11.400/mm3 dengan rataan nilai absolut neutrofil 5.400 1.920/mm3, eosinofil 600357/mm3, basofil 00/mm3, monosit 500257/mm3 dan limfosit 6.4002.067/mm3 dan kisaran nilai relatif untuk neutrofil berkisar antara 25-61%, eosinofil 1-9%, basofil 0%, monosit 3-7% dan limfosit 31-66% dengan rataan untuk neutrofil 41,911,8%, eosinofil 4,3,2,9%, basofil 00%, monosit 4,11,3% dan limfosit 49,911,3%. Sedangkan pada Peternakan ALL kisaran nilai absolut untuk neutrofil 3.100-9.100/mm3, eosinofil 100-900/mm3, basofil 0/mm3, monosit 300-1.000/mm3 dan limfosit 4.600-10.700/mm3 dengan rata-rata nilai absolut untuk neutrofil 5.4001.868/mm3, eosinofil 500314/mm3, basofil 00/mm3 monosit 500226/mm3, limfosit 6.4001.818 /mm3dan kisaran nilai relatif untuk neutrofil berkisar antara 28-60%, eosinofil 1-8%, basofil 0%, monosit 2-6% dan limfosit 32-60% dengan rataan neutrofil 41,911,5%, eosinofil 3,92,6%, basofil 00%, monosit 3,71,2% dan limfosit 50,510,6%.
Kata kunci : Kambing PE, leukosit
-
43
ABSTRACT
Nurul Hayya Hafizhiah. Total leucocyte values and their differential from Etawah crossbred (Capra aegagrus hircus) at Cariu, Bogor and Cipanas-Cianjur, Jawa Barat. Under direction of Endang Rachman Supriatna. White blood cell (leucocytes) well known as first line of body defense system, the presences of leucocytes needs our attention since the increased/decreased of leucocytes in blood circulation known as the presences of infections, inflammation, cancer or decreased with some medications (such as methotrexate), some autoimmune conditions, some severe infections, bone marrow failure, an allergic or toxic reaction and congenital marrow aplasia (marrow doesn't develop normally). This study was aimed to describes the number of normal leucocytes in Etawah Crossbred using 10 males and 10 females Etawah Crossbred which are in healthy status and mature. Blood sample was taken at PE Cariu and (ALL) Adhie Lestari Lirboyo Farm. Vacutainer 3ml+EDTA with No.22 needle are required to collect bloods from jugular vein. The number of total leucocytes observed using Burker counting chamber and Turk solvent. In objectives to know the differential of leucocytes, blood smear was made and fixed with methanol then colorized using 10% aqueos Giemsa solution. The differential it self classified leucocytes into each type: neutrophils (also known as segmented, Polymorphonuclear cells, granulocyte), lymphocytes, monocytes, eosinophils, and basophils. The result as follows of the averages of absolute differential number count of PE Cariu are neutrophil 5.400 1.920/mm3, eosinophil 600357/mm3, basophil 00/mm3, monocyte 500257/mm3 and limphocyte 6.4002.067/mm3 and the averages leucocytes are neutrophil 41,9,11,8%, eosinophil 4,3,2,9%, basophil 00%, monocyte 4,11,3% and limphocye 49,911,3%. While at ALL Farm the averages of absolute differential number count are neutrophil 5.4001.868/mm3, eosinophil 500314/mm3, basophil 00/mm3 monocyte 500226/mm3, limphocyte 6.4001.818/mm3 and the averages leucocytes are neutrophil 41,911,5%, eosinophil 3,92,6%, basophil 00%, monocyte 3,71,2% and limphocyte 50,510,6%.
Keywords : Etawah crossbred, leucocytes.
-
44
JUMLAH TOTAL LEUKOSIT DAN DIFERENSIASINYA PADA KAMBING PERANAKAN ETAWA (Capra aegagrus hircus)
DI CARIU-BOGOR DAN CIPANAS-CIANJUR, JAWA BARAT
NURUL HAYYA HAFIZHIAH
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran Hewan
pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2008
-
45
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Total Leukosit Dan Diferensiasinya Pada Kambing Peranakan Etawa
(Capra aegagrus hircus) Di Cariu, Bogor Dan Cipanas-Cianjur, Jawa
Barat
Nama : Nurul Hayya Hafizhiah
NRP : B04104124
Disetujui,
Drh. Endang Rachman Supriatna, MS Ketua
Diketahui,
Dr. Nastiti Kusumorini Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan IPB
Tanggal Lulus :/../.
-
46
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 28 September 1986 dan merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan (Alm) Muhammad Alifuddin dan
Eva.
Pada tahun 1998, penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD N 01
Leuwiliang kemudian penulis melanjutkan sekolah di SLTPN 01 Leuwiliang dan
lulus pada tahun 2001. Setelah lulus dari SLTP, penulis melanjutkan sekolah di SMU
N 01 Leuwiliang dan lulus pada tahun 2004.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH)
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada
tahun 2004. Selama kuliah penulis terdaftar sebagai anggota HIMPRO SATLI (Satwa
Liar) dan HIMPRO HKSA (Hewan kesayangan dan satwa akuatik).
-
47
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji syukur hanya bagi Allah SWT, yang telah memberi
berkat rahmat dan rodhi-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor.
Skripsi dengan judul Total Leukosit dan Diferensiasinya Pad KAmbing
Peranakan Etawa (Capra aegragrus hircus) di Cariu, Bogor dan Cipanas-
Cianjur, Jawa Barat didedikasikan untuk papa yang selalu ada dalam hati penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bimbingan, dukungan dan bantuan baik moril maupun materi dari berbagai pihak.
Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada ;
1. Allah SWT,
2. Keluargaku yang senantiasa memberikan dorongan dan semangat, yang selalu
mendoakan, mendukung dan memberikan bantuannya,
3. Drh.Endang Rachman Supriyatna, MS, selaku pembimbing atas bimbingan,
arahan hingga terselesaikannya skripsi ini,
4. Dr.drh.Damaina Rita Ekastuti, MS, selaku pembimbing akademik, atas
kesabaran dan bantuannya selama penulis menyelesaikan studi di FKH-IPB
dan atas kesediannya menjadi dosen penguji pada saat sidang skripsi serta
untuk semua sarannya dan kritiknya,
5. Prof. Dr. Drh. Fachriyan H.Pasaribu berserta staff Laboratorium Bakteriologi
Departeman Ilmu Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner atas bantuan
dan dukungannya kepada penulis pada penelitian terdahulu,
6. Staff Laboratorium Patologi Klinik Departemen Klinik Reproduksi dan
Patologi FKH-IPB khususnya Pak Djajat,
7. Staff Laboratorium Fisiologi Departemen Anatomi Fisiologi dan
Farmakologi,
-
48
8. Keluarga besar (Alm) Prof. Dr. Ir. Muhammad Eidman MSc khususnya
kepada Ety Eidman SH atas nasehat, saran serta dukungannya selama penulis
menjalani studi di FKH IPB dan maaf sering merepotkan bude,
9. Keluarga Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, terimakasih atas
bantuan dan dukungannya selama penulis menjalankan studi di FKH-IPB,
10. Keluarga Agoeng Widodo, MSc beserta Keluarga Chairul Muluk Ms, Ph.d
terimakasih atas bantuan dan keikhlasannya dalam membiayai pendidikan
penulis hingga terselesaikannya skripsi ini,
11. Akbar Ramadhan, SKH beserta keluarga atas waktu, bantuan, dukungan,
motivasi dan kesabarannya. Penulis ucapkan banyak terimakasih selama ini
telah memberi pengertian dan selalu menemani hari-hari penulis,
12. Special thanks to : Dr. drh. Iman Supriatna, drh. Agus Setiadji,
Gymnolaemata especially for de Jejaka (Brian, K-bo, Laksana, Wangsit, Eza
dan Libun), Adam Saba, Dinny Malta W., Resia Komala Sari dan Ais,
Asteroidea especially for Dewi Ayu Agustianti, Asriyani DopongTonung,
Renny Safety Anggie, yang menghadirkan penulis ditengah-tengah
perkuliahan, serta rekan-rekan Asteroidea lainnya yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu,
Penulis tak lupa berharap atas keridhoan-Nya sehingga kekurangan dan kesalahan
yang ada akan menjadi sebuah pembelajaran bagi sebuah keberhasilan. Semoga hasil
dari penelitian ini akan bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Aguatus 2008
Nurul Hayya Hafizhiah
-
49
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... vii
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 Latar Belakang ................................................................................................ 1 Tujuan .............................................................................................................. 1 TINJAUAN PUSTAKA Kambing Peranakan Etawa (PE) ..................................................................... 2 Klasifikasi dan Morfologi .................................................................... 2 Pakan ................................................................................................... 3 Penyebaran dan Habitat........................................................................ 3 Perilaku ............................................................................................... 4 Darah .............................................................................................................. 4
Sel Darah Merah (Eritrosit) ................................................................. 5 Sel Darah Putih (Leukosit) .................................................................. 6
Leukosit Agranulosit ..................................................................... 7 Limfosit ................................................................................... 7 Monosit .................................................................................... 9
Leukosit Granulosit ....................................................................... 10 Neutrofil .................................................................................. 10 Eosinofil .................................................................................. 13 Basofil ..................................................................................... 16
Trombosit ............................................................................................ 18
MATERI DAN METODE .................................................................................... 20 Waktu dan Tempat .......................................................................................... 20 Materi .............................................................................................................. 20 Metode ......... ................................................................................................... 20 Sampel Darah ...................................................................................... 20 Preparat Ulas Darah ............................................................................ 21 Pewarnaan Giemsa .............................................................................. 22
Diferensiasi Leukosit .......................................................................... 22 Parameter Pengamatan ......................................................................... 22 Penghitungan Total Leukosit .............................................................. 23
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 25 Nilai Absolut Leukosit Kambing PE .................................................. 25
-
50
Diferensiasi Leukosit Kambing PE .................................................... 26 Limfosit ............................................................................................... 28
Monosit ................................................................................................ 29 Neutrofil .............................................................................................. 30
Eosinofil .............................................................................................. 32 Basofil ................................................................................................. 33
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36
LAMPIRAN ....................... ................................................................................... 41
-
51
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tipe granula neutrofil dan jenis proteinnya .............................................. 12
2. Jumlah trombosit normal pada masing-masing hewan ............................. 19
3. Total leukosit dan nilai absolut Kambing PE pada Peternakan Cariu ...... 25
4. Total leukosit dan nilai absolut Kambing PE pada Peternakan ALL ........ 26
5. Diferensiasi leukosit pada Kambing PE pada Peternakan Cariu .............. 27
6. Diferensiasi leukosit pada Kambing PE pada Peternakan ALL ................ 28
-
52
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Capra aegragrus hircus ............................................................................. 3
2. Darah yang telah disentrifuse..................................................................... 4
3. Skema eryttropoietin .................................................................................. 6
4. Buffy coat................................................................................................... 7
5. Neutrofil yang bermigrasi menuju jaringan .............................................. 12
6. Bentuk-bentuk neutrofil pada hewan domestik ......................................... 13
7. Ilustrasi eosinofil ....................................................................................... 15
8. Macam-macam bentuk basofil pada hewan domestik ............................... 17
9. Skema pembuatan preparat ulas darah ...................................................... 21
10. Skema pembacaan differensiasi leukosit .................................................. 22
11. Skema gambar kamar hitung Burker ........................................................ 24
12. Limfosit kecil dan limfosit besar pada Kambing PE ................................. 29
13. Monosit pada kambing PE ......................................................................... 30
14. Neutrofil pada Kambing PE ...................................................................... 31
15. Eosinofil pada Kambing PE ...................................................................... 33
16. Basofil pada hewan domestik ................................................................... 34
-
53
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kambing PE pada peternakan Cariu ......................................................... 41
2. Kambing PE pada peternakan ALL .......................................................... 41
3. Status kesehatan Kambing PE pada Peternakan Cariu ............................. 42
4. Status kesehatan Kambing PE pada Peternakan ALL ............................... 43
5. Pengambilan darah Kambing PE .............................................................. 44
6. Komposisi antikoagulan EDTA ................................................................ 44
7. Komposisi larutan Turk ............................................................................. 45
8. Skema pembentukan darah ....................................................................... 45
9. Peralatan yang digunakan selama penelitian ............................................. 46
10. Mekanisme interaksi sel Mast, IgE dan IgG ............................................. 47
11. Intereaksi antara komplemen dan lisosom ................................................. 48
12. Prinsip kekebalan selular ........................................................................... 49
-
54
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kambing Peranakan Etawa (PE) adalah salah satu ternak potensial di
Indonesia (Anonim 2008b) yang kini banyak dibudidayakan karena kemampuannya
beradaptasi dengan kondisi agroklimat Indonesia yang beragam. Kambing PE
merupakan hasil persilangan antara Kambing Jawa dengan Kambing Etawa yang
berasal dari India. Kambing Etawa didatangkan dari India dan disebut juga Kambing
Jamnapari (Anonim 2008b).
Dari segi ekomoni, Kambing PE memiliki keunggulan komparatif jika
dibandingkan dengan jenis kambing lainnya karena mampu menjadi penghasil daging
dan susu yang produktif sepanjang tahun serta mudah dipelihara. Postur tubuh
Kambing PE yang besar dan bulunya yang lebat merupakan salah satu keunggulan
komparatif lainnya, namun dari segi kesehatan Kambing PE lebih rentan terhadap
penyakit dibandingkan dengan kambing lainnya (Anonim, 2008b), hal tersebut yang
masih menjadi kendala dalam ternak Kambing PE.
Keterlambatan dalam pengobatan Kambing PE yang berakibat kematian
sering kali disebabkan tidak terdeteksinya penyakit/status kesehatan Kambing PE,
untuk itu pengetahuan mengenai gambaran leukosit normal pada Kambing PE
diperlukan untuk mengetahui status kesehatannya. Gambaran leukosit dari seekor
hewan dapat dijadikan sebagai salah satu indikator terhadap penyimpangan fungsi
organ atau infeksi agen infeksius dan benda asing serta untuk menunjang diagnosa
klinis (Anonim 2008a).
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran normal leukosit
dan jumlah normal total leukosit pada Kambing PE yang meliputi total, diferensiasi
dan nilai absolut dari masing-masing leukosit.
-
55
TINJAUAN PUSTAKA
Kambing Peranakan Etawa (PE)
Kambing PE merupakan hasil persilangan antara Kambing Jawa dengan
Kambing Etawa yang berasal dari India dan disebut juga Kambing Jamnapari
(Wikipedia 2008a). Kambing PE pertama kali dibudidayakan oleh masyarakat
Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah (Cahyono 1998).
Klasifikasi dan Morfologi
Kambing liar, Capra aegagrus di dunia ini di bagi atas tiga kelompok, yaitu
kelompok Benzoar dari Pasangan (C.a aegagrus), kelompok Ibeks (C.a ibex) dan
kelompok Markhor (C.a falconeri). Setiap kelompok meliputi beberapa subspesies
yang terpisahkan secara geografi.
Kambing PE dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Wikipedia 2008a) :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Subfamili : Caprinae
Genus : Capra
Spesies : Capra aegagrus
Subspecies : Capra aegagrus hircus.
Karateristik kambing ini, pada kambing jantan berbadan besar dengan tinggi
gumba pada jantan 90-127 cm dan berbobot dapat mencapai 91 kg sedangkan pada
betina tinggi gumbanya sekitar 92 cm serta memiliki berat tubuh dibawah jantan,
sekitar 63 kg. Baik kambing jantan maupun kambing betina, masing-masing memiliki
telinga panjang dan terkulai ke bawah, dahi dan hidungnya cembung. Dari segi
reproduksi, Kambing PE dapat melahirkan hingga tiga ekor dalam satu tahun. Masa
kebuntingan berkisar antara 150-154 hari, dewasa kelamin dapat dicapai pada usia
-
56
empat bulan. Untuk mendapatkan hasil yang baik biasanya kambing ini dikawinkan
pada umur 12 bulan. Rataan produksi susu setelah melahirkan pertama 1-2 liter/hari
(Wikipedia 2008a).
Gambar 1 Capra aegragrus hircus.
Pakan
Pakan yang diberikan dapat terdiri dari konsentrat dan dedak dengan
perbandingan 1: 3 (Anonim 2008d). Pakan dasar kambing PE adalah dedaunan dan
rerumputan serta pakan tambahan berupa konsentrat (Gall 1981). Pakan tambahan
dapat disusun dari bungkil kelapa, bungkil kedelai, dedak, tepung ikan yang ditambah
dengan vitamin dan mineral. Untuk pakan dasar umumnya adalah daun kayangan,
daun lamtoro, daun gamal, daun nangka dan lainnya. Pemberian hijauan sekitar 3%
dari bobot tubuh (dasar bahan kering) atau 10-15% bobot badan (dasar bahan segar)
(Dunn 1994).
Pemberian pakan tambahan diberikan pada saat bunting tua dan postpartum,
sekitar 1,5% bobot badan dengan kandungan protein 16% (Wikipedia, 2008a). Untuk
memacu pertumbuhan berat badan, dapat diberikan growth stimulant (GS) berupa
Bio-N-Plus. Bahan ini mengandung premix vitamin dan mineral yang merupakan
-
57
campuran dari berbagai vitamin dan mineral mikro yang digunakan dalam ransum
sebesar 0,5% (Anonim 2008d).
Penyebaran dan Habitat
Kambing liar berasal dari Spanyol kemudian menyebar ke India, Mongolia
dan Siberia dan sudah dibudidayakan manusia sejak 9000 tahun yang lalu (Wikipedia
2008a). Habitat asli kambing liar alam adalah daerah pegunungan yang berbatu-batu
(Wikipedia 2008a), oleh sebab itu, peternakan kambing konvensional banyak
didirikan di daerah dataran tinggi.
Perilaku
Di alam aslinya, kambing hidup berkelompok 5 sampai 20 ekor. Dalam
pengembaraannnya mencari makanan, kelompok kambing dipimpin oleh kambing
betina yang paling tua sedangkan kambing jantan berperan sebagai penjaga keamanan
rombongan. Waktu aktif mencari makan dilakukan pada siang maupun malam hari
(Wikipedia 2008a).
Darah
Darah terdiri dari cairan ekstraselular (cairan plasma) dan cairan intraselular
(cairan dalam sel darah). Ratarata volume darah manusia dewasa normal ialah
sekitar 8% dari bobot tubuh atau sekitar 5 liter (Guyton 1997).
Komponen darah terdiri dari 60% bagian cair (plasma darah) dan 40% bagian
padat (butir darah). Bila darah disentrifuse terdiri dari tiga lapisan yaitu, 54% plasma
darah pada lapisan pertama terdiri dari 91% air, 7% protein darah, dan 2% nutrisi,
hormon serta elektrolit, lapisan kedua adalah buffy coat dengan persentasi 1% yang
terdiri dari leukosit dan trombosit dan 45% eritrosit pada lapisan paling ketiga.
-
58
www.nsbri.org/HumanPhysSpace/focus3/fig2.jpg
Gambar 2 Darah yang telah disentrifuse.
Darah beredar di dalam sistem vaskuler dan melaksanakan fungsinya sebagai
sistem transportasi nutrisi, oksigen, sisa-sisa metabolisme dan hormon dan juga
sebagai alat pertahanan tubuh dari benda-benda asing yang bersifat patogen, infeksi
bakteri ataupun virus. Selain itu dapat pula berperan dalam menjaga hemostasis
dalam proses pembekuan darah dan persembuhan luka (Guyton 1997; Wikipedia
2008j).
Sel Darah Merah
Sel darah merah (eritrosit) berasal dari bahasa Yunani, erythros berarti merah
dan kytos (lubang) dengan cyte yang saat ini lebih dikenal sebagai sel. Eritrosit
manusia normal berbentuk lempeng bikonkaf berdiameter kira-kira 7,8 m dengan
ketebalan 2,5 m pada bagian tepi dan pada bagian tengah 1 m. Volume rata-rata
eritrosit sekitar 90-95 m3 (Guyton 1997). Bagian utama dari eritrosit yang utama
adalah hemoglobin. Hemoglobin merupakan sebuah molekul kompleks yang terdiri
dari heme yang didalamnya terdapat Fe (besi). Fe berperan sebagai pengikat molekul
O2 di paru-paru atau insang dan melepaskannya ke seluruh tubuh. Morfologi eritrosit
-
59
antar spesies sangat bervariasi, pada bangsa onta, eritrositnya berbentuk oval
sehingga sering disebut dengan sel oval.
Proses pembentukkan eritrosit disebut dengan erythropoiesis yang diproduksi
terus menerus di sumsum tulang dari tulang besar, dengan rata-rata 2 juta/detik.
Proses produksi eritrosit bisa dirangsang oleh hormone erythropoietin (EPO) yang
disintesis di ginjal. Mekanisme eritopoiesis sebagai berikut ; keadaan hipoksia (kadar
oksigen darah rendah) akan merangsang hormon EPO sehingga ginjal akan
mensistesis hormon EPO lebih banyak. Adanya peningkatan hormon EPO akan
merangsang produksi eritrosit di sumsum tulang sehingga jumlah eritrosit yang
beredar dalam sirkulasi akan meningkat. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya
kemampuan darah untuk menangkap oksigen bebas sehingga kadar oksigen dalam
darah akan meningkat (Frandson 1992; Guyton 1997; Lancraft 2008). Selain itu EPO
juga dapat digunakan sebagai obat doping pada saat olahraga.
Pada fetus, hati merupakan tempat utama dalam memproduksi eritrosit.
Eritrosit berkembang dari stem sel kemudian menjadi retikulosit dan menjadi eritrosit
matang dalam jangka waktu 7 hari dan memiliki masa hidup sekitar 120 hari.
www.lakechiganocollege.edu
Gambar 3 Skema eritropoiesis.
-
60
Pada tahun 2007, telah dilaporkan bahwa eritrosit juga memiliki peranan
dalam imun respon: ketika lisis oleh agen patogen seperti bakteri, hemoglobinnya
melepaskan radikal bebas untuk merusak membran sel dan dinding sel agen patogen
kemudian membunuhnya/membasminya (Jiang 2007).
Sel darah Putih
Sel darah putih (leukosit) berasal dari bahasa Yunani, leukos berarti putih dan
kytos yang berarti sel. Istilah leukosit berasal dari sampel darah yang telah
disentrifuse, leukosit akan ditemukan pada Buffy coat, yaitu lapisan tipis berwarna
putih khas yang terletak diantara lapisan sel darah merah yang tersedimentasi dengan
lapisan plasma darah.
Dalam sistem pertahanan tubuh, leukosit merupakan unit yang paling aktif
karena berperan dalam melawan berbagai penyakit infeksi dan benda asing (Guyton
1997; Maton 1993). Fungsi utama leukosit merusak bahan-bahan infeksius dan dan
toksik melalui proses fagositosis (dilakukan oleh makrofag dan neutrofil) dan
membentuk antibodi (Guyton 1997).
Pembentukkan leukosit sebagian dilakukan di sumsum tulang (granulosit,
monosit dan sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel
plasma). Dalam satu liter darah manusia dewasa, jumlah normal leukosit sekitar 4-
11x109 dan pada manusia dewasa yang sehat - sekitar 7.000-25.000 sel per tetes,
sedangkan pada bangsa Kambing berkisar antara 7.200-17.700/mm3. Dalam kasus
leukemia, jumlah leukosit dapat meningkat hingga 50.000 sel per tetes.
www.lakemichigancollege.edu/.../anat/circ.htmGambar 4 Buffy coat.
-
61
Morfologi leukosit berbeda dengan eritrosit dalam beberapa hal, yaitu leukosit
memiliki inti, mengandung hemoglobin dan hanya memiliki satu bentuk. Berdasarkan
ada atau tidaknya granula, leukosit terbagi atas dua golongan besar yaitu agranulosit
dan granulosit.
Leukosit agranulosit
1. Limfosit Limfosit adalah jenis leukosit yang terlibat dalam sistem kekebalan pada
vertebrata. Berdasarkan ukurannya, limfosit dibedakan menjadi dua kelompok besar
yaitu, limfosit besar (large lymphocyte) dan limfosit kecil (small lymphocyte). Pada
fetus, limfosit dibentuk di sumsum tulang dan dipengaruhi oleh beberapa fungsi baik
oleh kelenjar timus untuk limfosit T maupun bursa ekuivalen oleh limfosit B dan
kemudian akan berdiferensiasi, sehingga dapat menghasilkan antibodi pada anak-
anak (Meyer et al. 1992; Wikipedia 2008b). Pada akhir masa fetal dan post natal,
kebanyakan limfosit diproduksi di limpa, limfonodus dan usus yang berhubungan
dengan jaringan limfoid. Limfopoiesis pad organ sekunder bergantung pada stimulasi
antigenik.
Limfosit sebagian besar disimpan dalam berbagai area jaringan limfoid
kecuali pada sedikit limfosit yang secara temporer diangkut dalam darah (Guyton
1997). Limfosit tersebar dalam nodus limfe namun dapat juga dijumpai dalam
jaringan limfoid khusus, seperti limpa, daerah submukosa dari traktus gastrointestinal
dan sumsum tulang (Guyton 1997).
Secara umum, limfosit berukuran 7-8 m (Junqueira 1977), namun jika dilihat
dari ukurannya, limfosit kecil berdiameter 6-9 m dan limfosit besar berdiameter 9-
15 m (Dellmann dan Eurell 1998). Persentasi limfosit sekitar 20-40% dari total
leukosit dan pada bangsa Kambing, jumlah limfosit berkisar antara 35-80%. Populasi
limfosit dalam darah meliputi tiga tipe sel yaitu, sel B, sel T dan non T, non B atau
sel null, yang tampak mirip satu sama lain di bawah mikroskop cahaya. Pada
mamalia limfosit B berkembang pada ekuivalen bursa sedangkan pada bangsa
Burung, limfosit B berkembang pada bursa Fabrisius dan nantinya akan
berdiferensiasi menjadi sel plasma dan sel memori. Jumlah limfosit B lebih sedikit
-
62
dibandingkan dengan limfosit T, sekitar 10-12% dari total limfosit dan berperan dalan
kekebalan humoral. Limfosit T berkembang di timus dan akan berdiferensiasi
menjadi sel T Killer, sel T helper dan sel T memori dan berperan dalam kekebalan
selular dan diperkirakan jumlahnya sekitar 70-75% dari seluruh limfosit dalam darah
(Ganong 1999; Hartono 1989) sedangkan jumlah populasi limfosit Nul sekitar 10-
15%. Limfosit Nul dapat dibedakan menjadi dua bentuk, hal ini berkaitan dengan
surface marker dan memiliki peranan dalam cell mediatedtoxicity yang mencakup
Natural killer function (N-K cell) dan antibody-dependent cellular cytotoxicity (K-
cell) (Hartono 1989).
Fungsi utama limfosit adalah memproduksi antibodi atau sebagai sel efektor
khusus dalam menanggapi antigen yang dibawa oleh makrofag (Tizard 1982),
menghasilkan berbagai limfokin, salah satunya adalah migration inhibitor factor yang
mencegah perpindahan makrofag. Zat lain yang juga dihasilkan dari limfosit yang
terstimulasi adalah faktor kemotaktik untuk makrofag, lymphocyte transforming
substance dan faktor penyebab peradangan (Delmann dan Brown 1992). Jumlah
limfosit dalam darah dipengaruhi oleh jumlah produksi, resirkulasi dan proses
penghancuran limfosit (Jain 1993). Masa hidup limfosit berminggu-minggu,
berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun, hal ini dikarenakan ketergantungan
tubuh akan sel-sel tersebut (Guyton 1997).
2. Monosit Monosit merupakan leukosit yang berukuran paling besar dibandingkan yang
lainnya dalam peredaran darah (Haen 1995). Jumlah monosit 3-8% dari total leukosit
dan pada bangsa Kambing, jumlah monosit 0-6% (Cornell University 1996).
Morfologi monosit dapat digambarkan sebagai berikut, memiliki satu nukleus,
bersifat motil dan fagositik, sitoplasma lebih banyak dari limfosit, berwarna abu-abu
pucat dan memiliki inti berbentuk lonjong seperti ginjal atau tapal kuda (Jain 1993;
Swenson dan Reece 1993) serta memiliki diameter 12-18 m (Dellmann dan Eurell
1998). Menurut Dellmann dan Eurell (1998) monosit adalah precursor makrofag
jaringan yang memiliki inti pleomorfik, artinya intinya bisa terlihat panjang,
berbentuk tidak teratur, padat, berlekuk, berbentuk seperti tapal kuda, dan kadang
-
63
agak berlobus. Pada umumnya, monosit dikenal sebagai sel yang berwarna terang
sampai biru tua dan memiliki inti yang tidak bulat. Pada umumnya, luas kromatin
monosit lebih luas daripada neutrofil dan limfosit dan pada beberapa spesies, monosit
akan terlihat seperti granula kecil yang berwarna merah muda (pink) (Cornell
University 1996).
Jumlah monosit pada bangsa Kambing antara 0-6% dari total leukosit. Masa
edar monosit dalam aliran darah 1-3 hari dan kemudian masuk ke dalam jaringan di
seluruh tubuh dan akan berubah menjadi makrofag (Tizard 1982; Wikipedia 2008e).
Perubahan monosit menjadi makrofag, terjadi saat monosit bergerak dari aliran darah
menuju jaringan dengan cara kemotaksis dan dibantu dengan limfokin (Swenson dan
Reece 1993). Limfokin adalah substansi yang dihasilkan oleh leukosit yang berperan
dalam aktivasi makrofag, transformasi limfosit, dan kekebalan dengan perantara sel
(Haen 1995). Monosit yang telah menjadi makrofag baik pada aliran darah maupun
jaringan disebut sebagai sistem fagositik mononuklear. Fungsi sistem tersebut adalah
menghancurkan dan mengolah bahan asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga
dapat memberikan respon tanggap kebal (Tizard 1982).
Fungsi utama monosit dalam sistem imun, yaitu merespon adanya tanda-tanda
inflamasi dengan cara bergerak cepat (kira-kira 8-12 jam) ke tempat yang terinfeksi,
mengirimkan makrofag dan sel dendrit untuk merangsang respon imun, membentuk
protein dari suatu komplemen dan mengeluarkan substansi yang mempengaruhi
terjadinya proses peradangan kronik (Swesnson et al. 1993; Wikipedia 2008e),
bertanggungjawab terhadap pemprosesan dan pembuangan senescent sel (sel mati)
dan debris (pecahan sel) serta memfiltrasi bakteri dan racun dari darah portal (Meyer
et al. 1992). Kontak yang dekat antara limfosit dan monosit diaktifkan dari limfokin-
limfosit T (Ganong 1999).
Monosit muda mempunyai kemampuan yang sangat kecil untuk melawan
infeksi, tetapi setelah memasuki jaringan, ukuran diameternya akan mulai membesar
dan meningkat hingga lima kali lipatnya sampai berukuran 80 m. Makrofag
memiliki peranan yang sangat penting dalam inflamasi karena mengandung dan
-
64
mensekresikan banyak substansi aktif biologis, termasuk enzim proteolitik,
interferon, interleukin-1, komponen komplemen, prostaglandin, dan protein carrier.
Leukosit granulosit
Leukosit granulosit adalah leukosit yang memiliki memiliki ciri yang khas
karena berdiameter hampir sama (10-15 m), memiliki butir spesifik yang jelas
meskipun ukuran, bentuk dan afinitas pewarnaan dapat berbeda pada setiap spesies
dan intinya bergelambir (polymorphnuclear) (Hartono 1989). Pembentukan dan
penyimpanannya, dilakukan oleh sumsum tulang dan saat diperlukan oleh tubuh akan
segera dilepaskan pada sistem sirkulasi. Dalam keadaan normal, leukosit granulosit
yang bersirkulasi dalam darah kira-kira tiga kali jumlah yang disimpan dalam
sumsum tulang, jumlah ini sesuai dengan persedian leukosit granulosit selama 6 hari
(Guyton 1997).
1. Neutrofil Neutrofil dalam sirkulasi darah merupakan sel-sel matang yang dapat
menyerang dan menghancurkan bakteri dan virus (Guyton 1997). Pada bangsa reptil,
burung, kelinci dan ampibhi, neutrofil disebut dengan heterofil dan pada beberapa
mamalia, neutrofil merupakan leukosit utama dalam darah (Cornell University 1996).
Neutrofil, basofil dan eosinofil diklasifikasikan sebagai polymorphonuclear cells
(PMNs), hal ini dikarenakan karateristik dari intinya yang berbentuk multilobus
(Wikipedia 2008f).
Struktur neutrofil terdiri dari mitokondria, sedikit badan Golgi kompleks,
poliribosom, glikogen dan granula-granula, berdiameter 12-15 m, inti bergelambir
2-5 yang dihubungkan oleh lapisan tipis dan sitoplasmanya bergranul yang bersifat
eosinifilik dan basofilik (Dellmann dan Eurell 1998). Jumlah neutrofil sekitar 55-70%
dari total leukosit dan memiliki volume rata-rata 330 femtoliter (fl) (Wikipedia
2008f). Pembentukkan neutrofil dilakukan oleh sumsum tulang bersama-sama sel
granulosit lainnya, kemudian beredar di dalam sirkulasi darah atau disimpan di dalam
pool marginal (pinggiran dalam dari pembuluh kapiler dan pembuluh darah kecil)
setelah 4-6 hari masa produksi (Foster et al. 2008; Tizard 1988).
-
65
Indikasi sel neutrofil yang telah matang ditandai dengan adanya inti yang
berlobus-lobus yang dihubungkan oleh filamen dan lebih dikenal dengan nama sel
yang bersegmentasi (segmented cells), sedangkan sel neutrofil yang belum matang
masih memiliki satu buah lobus yang terlihat seperti pita dan disebut neutrofil muda
(bands neutrofil) (Foster et al. 2008; Swenson dan Reece 1993). Neutrofil band akan
dilepaskan ke sistem sirkulasi selama adanya respon granulositik (Dellmann dan
Eurell 1998) dan berjumlah kira-kira sekitar 100-300/l (Foster et al. 2008).
Neutrofil berperan sebagai garis pertahanan pertama dalam melawan
mikroorganisme asing khususnya melawan infeksi bakteri (bakteri gram negatif dan
beberapa bakteri gram positif) (Dellmann dan Eurell 1998; Meyer 2004). Pada saat
terjadi infeksi bakteri akut, bakteri akan merusak sel dan sel akan melepaskan faktor
kemotaktik ke jaringan. Faktor kemotaktik tersebut akan menarik neutrofil ke dalam
jaringan melalui proses diapedesis dan neutrofil akan menuju ke lokasi infeksi untuk
melakukan fagositosis (Meyer et al. 1992) seperti pada gambar 6. Setelah
memfagositosis benda asing, enzim lisosom akan mencerna benda asing tersebut
kemudian neutrofil akan mengalami otolisis dan melepaskan zat-zat hasil degradasi
ke dalam jaringan limfe. Jaringan limfe akan mengeluarkan histamin dan faktor
leukopoietik (sitokin dan interleukin) yang merangsang sumsum tulang melepaskan
cadangan neutrofil sehingga produksi neutrofil akan meningkat.
Adapun fungsi neutrofil antara lain : (1) Fagositosis dan mengandung zat
yang bersifat bakteriosidal (Duncan dan Keith 1977; Wikipedia 2008f). Setiap hasil
fagositik akan disekresikan sebagai oksigen reaktif dan enzim hidrolitik. (2)
Melepaskan bermacam-macam prion dalam tiga tipe granula yang disebut dengan
proses degranulasi. Granula spesifik dan azurofilik bekerja sama dalam memfagosit
bakteri. (3) Berperan juga dalam koagulasi, fibrinolisis, mengaktivasi limfosit dan
sitotoksik (Dellman 1998).
-
66
Tabel 1 Tipe granula dan jenis proteinnya (Dellman dan Eurell 1998)
Tipe Granula Protein
Granula azurophilic (primary granules)
Myeloperoxidase, bakteriasidal/meningkatkan permeabilitas protein (BPI), pertahanan dan serine proteases neutrophil elastasedan cathepsin GAsam hidrolitik enzim dan lisosim
Granula spesifik (secondary granules)
Lactoferrin dan CathelicidinBacterial lisosim, cationic protein, myeloperoksidase
Granula tertiary Cathepsin, gelatinase
Pada saat terjadi onset infeksi, neutrofil akan memproduksi pyrogen yang
mempengaruhi pusat regulasi suhu di otak sehingga dapat menyebabkan suhu tubuh
meningkat (demam). Kenaikan suhu ini membantu leukosit melawan infeksi dan
memperlambat proses reproduksi bakteri (Swenson 1984).
www.wikipedia.org Gambar 5 Neutrofil bermigrasi dari pembuluh darah menuju jaringan dan menyelubungi bakteri melalui fagositosis.
Rata-rata masa hidup neutrofil yang tidak aktif pada sistem sirkulasi sekitar 4-10
jam (Wikipedia 2008f) sedangkan masa hidup neutrofil yang telah bermigrasi
(posisinya berdekatan dengan sel endotel buluh darah) ke jaringan mampu bertahan
selama 1-2 hari (Wikipedia 2008f).
-
67
www.diaglab.vet.cornell.edu/clinpath Gambar 6 Beberapa neutrofil pada beberapa spesies hewan dan neutrofil muda /neutrofil band.
2. Eosinofil Eosinofil merupakan leukosit yang memiliki dua buah lobus yang
dihubungkan oleh selaput dari materi inti dan terkadang disebut dengan acidofil.
Dalam sistem pertahanan tubuh, eosinofil bertanggungjawab dalam melawan infeksi
dan parasit juga mengontrol mekanisme yang berkaitan dengan alergi dan asma
(Wikipedia 2008g).
Pada manusia dewasa, dalam keadaan normal, jumlah eosinofil sekitar 1-2%
atau 1-3% dari total leukosit (Anonim 2008a; Guyton 1997), sedangkan pada hewan
jumlah eosinofil berkisar antara 1-4% atau kurang dari 5% dari total leukosit
(Nordenson 2002; Wick 1997) dan bangsa Kambing jumlah normal eosinofil berkisar
antara 0-6% dari total leukosit (Cornell University 1996).
Adapun struktur eosinofil dapat digambarkan sebagai berikut, berdiameter 12-
17 m (Young et al. 2006), terdiri dari nukleus polimorfik yang sedikit padat dan
bersegmen (Dellmann dan Eurell 1998) serta sitoplasmanya mengandung granula
yang bersifat eosinofilik. Sebagai eosinofil yang matang, granula azurofilik akan
menghilang atau berubah menjadi granula yang spesifik (Dellmann dan Eurell 1998).
Secara umum, inti eosinofil yang telah matang (mature eosinophil), lebih pendek dan
-
68
sedikit bersegmen dibandingkan dengan inti neutrofil dan sitoplasma (jika terlihat),
berwarna biru muda (Cornell University 1996). Eosinofil pada ruminansia (kambing,
domba, dan sapi) memiliki jumlah granula yang sama dan yang berwarna jingga serta
hampir mengisi sel (Cornell University 1996; Dellmann dan Eurell 1998).
Sebagian besar eosinofil, dibentuk, berkembang dan matang di sumsum
tulang, sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah (Wikipedia 2008g). Setelah
eosinofil bermigrasi ke jaringan, eosinofil akan dibedakan menjadi oesinofil yang
menghasilkan sitokin interleukin 3 (IL-3), interleukin 5 (IL-5), dan faktor perangsang
koloni granulosit (GM-CSF) yang berasal dari respon sel prekursor myeloid (Metcalf
et al. 1986, 1987; Yamaguchi 1988).
Berikut beberapa fungsi dari eosinofil dalam sistem pertahanan tubuh :
Bertanggungjawab dalam melawan infeksi dan infestasi parasit pada vertebrata (Wikipedia 2008g),
Mengontrol mekanisme yang berhubungan dengan regulasi alergi dan asma serta beberapa penyakit berat (Dellmann dan Eurell 1998; Wikipedia 2008g),
Memakan atau menelan partikel asing kedalam tubuhnya (Foster et al. 2008), Dalam kondisi tertentu, eosinofil juga berperan dalam melawan infeksi virus,
karena RNAnya mengandung banyak granula dan fibrin untuk membersihkan
infeksi selama terjadinya inflamasi peradangan (Dellmann dan Eurell 1998;
Wikipedia 2008g),
Berperan juga dalam melawan kolonisasi cacing dalam bantuk larva, Mengatur produk dari sel mast atau basofil yang dilepaskan dalam respon
terhadap stimulasi IgE. Contohnya histamin yang dilepaskan oleh basofil atau
sel mast diatur oleh histamin yang berada di dalam eosinofil (Anonim
2008e),
Mempengaruhi proses biologis lainnya, termasuk perkembangan kelenjar mamae pada saat postpubertas, siklus estrus, penolakan allograft dan
neoplasia (Rothenberg 2008),
Bertanggungjawab terhadap produksi-produksi : protein granula kationik dan pelepasannya melalui degranulasi (Trulson et al. 2007), produksi oksigen
-
69
reaktif seperti superoksida (Saito et al. 2004), mediator lemak seperti
eicasanoid dari leukotrien, misalnya LTC4, LTD4, LTE4 dan golongan
prostaglandin (PGE2) (Bandeira et al. 2002), enzim elastase, growth promotor
(pemicu pertumbuhan), misalnya TGF beta, VEGF, dan PDGF (Kato et al.
2008; Horiuchi 1997), sitokin seperti IL-1, IL-2, IL-4, IL-5, IL-6, IL-8, IL-13,
dan TNF alpha (Rothenberg 2008).
Mekanisme eosinofil dalam mengatasi infeksi kecacingan dengan cara
melekatkan diri pada parasit dan membunuhnya melalui tiga cara. Pertama, eosinofil
akan melepaskan enzim hidrolotik dari granulanya yang telah dimodifikasi oleh
lisosom. Kedua, dengan melepaskan oksigen dalam bentuk yang sangat reaktif dan
bersifat mematikan. Ketiga, eosinofil akan melepaskan suatu polipeptida yang
bersifat larvasida, protein dasar utama dari granulanya. Eosinofil diduga
nendetoksifikasi beberapa substrat pencetus peradangan yang dilepaskan oleh sel
mast dan basofil dan juga memfagositosis serta menghancurkan kompleks antibody-
allergen sehingga penyebaran proses peradangan dapat dicegah (Guyton 1997).
www.wikipedia.org
Gambar 7 lustrasi eosinofil.
Distribusi eosinofil dalam darah sekitar 20 menit dan akan bertahan selama 8-12
jam, kemudian masuk ke dalam jaringan dan jika tidak ada stimulasi dapat bertahan
selama 8-12 hari (Guyton 1997; Young et al. 2006). Peningkatan jumlah eosinofil
dapat terjadi bila tubuh mengalami infeksi, misalnya kecacingan (Guyton 1997).
-
70
3. Basofil Basofil merupakan leukosit granulosit dengan jumlah yang paling sedikit, 0,5-
1,5% dari total leukosit. Ukuran basofil 10-15 m dengan inti bergelambir 2-3 dan
bentuknya tidak teratur, sitoplasma besar dengan inti sel yang tidak begitu jelas
terlihat dan berwarna biru tua sampai ungu (Dellman dan Brown 1992; Wikipedia
2008g), serta granulanya bersifat basofilik dan akan terwarnai dengan pewarnaan
alkohol.
Basofil memiliki granula yang homogen, rER, mitokondria, dan kompleks
Golgi (Dellmann dan Eurell 1998). Granula basofil mengandung heparin, histamin,
asam hialunat, kondroitin sulfat, serotonin dan beberapa faktor kemotaktik. Heparin
berfungsi untuk mencegah pembekuan darah dan hiatamin berfungsi untuk menarik
oesinofil untuk mengaktifkan heparin (Lubis 1997).
Pada tiap spesies, ukuran, jumlah dan reaksi granula terhadap pewarnaan akan
menunjukkan hasil yang berbeda-beda, misalnya basofil pada anjing sulit untuk
dikenali karena jumlahnya sedikit meskipun granulanya besar sehingga tidak bisa
terbaca dengan mudah dibandingkan basofil pada sapi dan kuda (Dellmann dan Eurell
1998; Cornell University 1996). Basofil pada anjing memiliki ciri yang khas, nukleus
yang panjang dan melipat, digambarkan sebagai pita (ribbon-like) dan sitoplasmanya
berwarna abu-abu sampai lavender (lembayung muda), dan jarang ditemukan pada
anjing yang sehat (Cornell University 1996). Pada kucing, granula basofilnya
berbentuk batang, dan biasanya pada saat diwarnai akan berwarna orange-abu-abu
pudar (Dellmann dan Eurell 1998). Pada spesies domestik lain, basofilnya memiliki
granula yang besar, berbentuk bola atau oval, berwarna ungu kemerah-merahan dan
biasanya akan menutupi intinya (Dellmann dan Eurell 1998). Pada kuda, ruminansia
dan mamalia, basofilnya hampir sama mirip satu sama lain (Cornell University 1996).
Sel ini memiliki banyak granula-granula kecil berwarna ungu tua dengan inti yang
tidak jelas. Tanda panah pada gambar basofil sapi berikut, menunjukkan adanya inti
yang berlobus. Beberapa basofil memiliki sedikit granula, hal ini kemungkinan terjadi
karena sampel darah telah mengalami degranulasi (Cornell University 1996).
-
71
www.diaglab.vet.cornell.edu/clinpath Gambar 8 Macam-macam basofil pada hewan domestik. Jumlah basofil yang rendah biasanya ditemukan pada darah kuda dan sapi
yang sehat. Pembentukkan basofil terjadi dalam sumsum tulang bersamaan dengan
pembentukkan neutrofil (Duncan dan Keith 1977; Jain 1993). Basofil memproduksi
antigen spesifik dan diregulasi oleh basophilopoietiens yang diproduksi dari aktivasi
limfosit T (Jain 1993). Khususnya, interleukin-5, interleukin-3, dan GM-CSF yang
mengatur produksi basofil dan sel mast, diferensiasi dan pematangan serta
memproduksi juga interleukin-4 (Denburg et al. 1991; Ebisawa et al. 1989 dalam Jain
1993). Basofil dan sel mast merupakan sumber heparin dan aktivator lipase
lipoprotein plasma (plasma lipemia pembersih agen) (Duncan dan Keith 1977).
Meskipun berkembang sebagai sistem yang terpisah, namun keduanya saling
melengkapi (Dellmann dan Eurell 1998), hal tersebut karena keduanya yang berperan
dalam kondisi alergi (alergi condition) (Meyer dan Harvey 2004). Baik basofil
maupun sel mast dapat melepaskan isi granulanya melalui proses kemotaksis dan
secara fungsional mampu untuk meresintesis granulanya (Dellmann dan Eurell 1998).
Dalam sirkulasi darah, morfologi basofil mirip dengan sel mast besar karena
letaknya tepat di sisi luar kapiler darah dalam tubuh. Basofil memiliki reseptor IgE
yang menyebabkan terjadinya degranulasi melalui proses eksositosis (Dellman dan
Brown 1992). Adanya reseptor tersebut, mengakibatkan basofil dapat
-
72
membangkitkan reaksi hipersensitifitas dengan mensekresiksan mediator vasoaktif,
sehingga dapat menyebabkan peradangan akut pada tempat antigen berada (Tizard
1982). Dalam keadaan terstimuli, basofil akan melepaskan leukotriens dan mungkin
platelet activating factor. Mediator-mediator tersebut akan mengakibatkan kontraksi
otot halus, menginisiasi pembentukkan oedema dan dapat menyebabkan koagulasi
(Meyer et al. 1992). Selain itu pada saat terjadinya peradangan, basofil akan
melepaskan histamin dan sedikit bradikinin, serotonin sehingga menyebabkan reaksi
jaringan dengan menifestasi alergi (Guyton 1997). Masa hidup basofil beberapa hari
sedangkan sel mast bisa berminggu-minggu sampai berbulan-bulan (Jain 1993).
Trombosit
Platelet atau trombosit merupakan fragmen sitoplasmik dari megakariosit,
pleomorfik dan memperlihatkan variasi dalam bentuk dan ukuran (Jain 1993).
Berdasarkan bentuknya, trombosit berbentuk bulat kecil atau cakram oval dengan
diameter 2-4 m (Guyton 1997) sedangkan menurut Jain (1993), diameter trombosit
sekitar 2,5 m dan panjang sekitar 3,5 m.
Trombosit diproduksi dari bentuk megakariosit baru sekitar 3-4 hari (Jain
1993) dengan masing-masing megakariosit memproduksi antara 5.000-10.000
trombosit (Wikipedia 2008i). Pada fetus, trombosit dibentuk di hati, limpa dan
sumsum tulang sedangkan pada mamalia dewasa, trombosit dibentuk di sumsum
tulang.
Waktu paruh trombosit dalam sirkulasi darah pada masing-masing hewan
berbeda-beda, normalnya sekitar 3-11 hari (Jain 1993) sedangkan pada manusia
sekitar 8-12 hari (Guyton 1997) kemudian akan dihancurkan oleh limpa dan sel
kupffer yang berada di hati (Wikipedia 2008i).
Peranan trombosit selain dalam proses pembekuan darah juga berperan dalam
mempertahankan homeostasis (Guyton 1997; Jain 1993). Fungsi trombosit dapat
bersifat umum dalam beberapa kategori, yaitu : (1) Untuk berfungsi sebagai adhesif,
karena trombosit yang satu dengan yang lainnya dapat saling menempel melalui
reseptor perlekatan atau intergrins, (2) Pengumpulan, platelet-pletelet yang distimuli
-
73
oleh aktivasi dari thromboxane dan 2 receptor. Tetapi stimulsi/rangsangan tersebut
dapat dihambat oleh produksi inflamatori lainnya seperti PGI2 dan PGD2, dan (3)
Fagositosis (Movat et al. 1965; Wikipedia 2008i).
Jumlah normal trombosit pada manusia sehat sekitar 150.000-400.000/mm3
dari total darah (150-400x109/L) sedangkan pada hewan jumlah total trombosit
berbeda-beda, berikut Tabel jumlah trombosit normal pada masing-masing hewan.
Tabel 2 Jumlah trombosit normal pada masing-masing hewan
Komponen darah
Canine x109/L
Feline x109/L
Equine x109/L
Bovine x109/L
Caprine x109/L
Porcine x109/L
Trombosit1) 117-418 93-514 160-650 83-270 - 325-700 Trombosit2) 179 - 483 201 - 523 98 - 246 232 - 596 245 975 -
1).Sumber : http:// www.uoguelph.ca 2) Sumber : http ://www.diaglab.vet.cornel.edu
Jumlah trombosit yang melebihi batasan normal disebut dengan
thrombocytosis atau trombosis sedangkan jumlah trombosit dibawah normal disebut
trombositopenia. Baik trombocitosis maupun trombositopenia mungkin berkaitan
dengan masalah koagulasi. Penyebab umum trombositosis adalah adanya kelainan
myeloproliferatif (Wikipedia 2008i). Sedangkan penyebab trombositopenia antara
lain : (1) Penyebab umum yaitu, meningkatnya pendarahan (kecuali heparin-induced
thrombocytopenia immun), (2) Penurunan produksi trombosit, hal ini dapat
disebabkan akibat akibat defisiensi vitamin B12 atau asam folat, leukimia atau
myelodysplastic syndrome, (3) Penurunan produksi thrombopoietin oleh hati, hal ini
terjadi karena adanya liver failure, sepsis, infeksi virus atau bakteri sistemik, (4)
Demam berdarah karena penyakit ini dapat menginfeksi langsung pada sumsum
tulang megakariosit sebagai pertahanan trombosit secara imunologis (Wikipedia
2008i).
-
74
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai Absolut
Nilai absolut dari tiap leukosit diperoleh dengan cara mengalikan persentasi
dengan jumlah total leukosit dan besarnya dinyatakan dalam ribu/mm3
(Sastradipradja et al. 1989).
Tabel 3 Total leukosit dan nilai absolut Kambing PE pada Peternakan Cariu
Total leukosit dan Nilai absolut (ribu/mm3) Sampel Darah Total leukosit Neutrofil Eosinofil Basofil Monosit Limfosit
C1 11,7 5,0 0,4 0 0,4 6,0 C2 12,1 6,2 0,6 0 0,5 4,8 C3 10,6 3,3 0,1 0 0,3 6,9 C4 16,2 6,2 1,0 0 1,1 7,9 C5 10,3 3,8 0,9 0 0,3 5,3 C6 11,0 3,3 0,9 0 0,6 6,5 C7 13,4 7,4 0,1 0 0,7 5,2 C8 17,3 4,3 0,9 0 0,7 11,4 C9 15,1 9,2 0,6 0 0,6 4,7 C10 10,1 4,8 0,1 0 0,3 4,8 127,8 53,5 5,5 0 5,4 63,6
Rata-rata 12,8 5,4 0,6 0 0,5 6,4 Standar Deviasi 2,599 1,902 0,357 0,000 0,257 2,067
Kisaran Normal* 7,2-17,7 1,3-10,1 0-1,1 0-0,5 0-1,1 2,5-14,2
*) Sumber : http://www.diaglab.vet.cornel.edu/clinpath/. Keterangan : C1-C5: Kambing PE jantan, C6-C10: Kambing PE betina.
Tabel 3 menunjukkan nilai absolut untuk Peternakan Cariu,dengan kisaran
nilai absolut untuk neutrofil 3.300-9.200/mm3, eosinofil 100-900/mm3, basofil
0/mm3, monosit 300-1.100/mm3 dan limfosit 4.700-11.400/mm3 dengan rataan nilai
absolut untuk neutrofil 5.4001.920/mm3, eosinofil 600 357/mm3, basofil 00/mm3,
monosit 500/mm3257/mm3 dan limfosit 6.400/mm32.067/mm3.
-
75
Tabel 4 Total leukosit dan nilai absolut Kambing PE pada Peternakan ALL
Total leukosit dan Nilai absolut (ribu/mm3) Sampel Darah Total leukosit Neutrofil Eosinofil Basofil Monosit Limfosit
A1 11,5 5,3 0,3 0 0,3 5,5 A2 12,3 5,5 0,5 0 0,4 5,9 A3 10,8 3,2 0,1 0 0,3 7,1 A4 16,3 6,7 0,8 0 1,0 7,8 A5 10,5 3,7 0,8 0 0,4 5,8 A6 11,2 3,1 0,9 0 0,4 6,7 A7 13,0 7,3 0,1 0 0,4 5,2 A8 17,0 4,8 0,7 0 0,9 10,7 A9 15,0 9,0 0,6 0 0,6 4,8 A10 10,3 5,2 0,1 0 0,4 4,6 127,9 53,7 5,0 0 5,1 64,2
Rata-rata 12,8 5,4 0,1 0 0,5 6,4 Standar Deviasi 2,468 1,868 0,314 0,000 0,226 1,818
Kisaran Normal* 7,2-17,7 1,3-10,1 0-1,1 0-0,5 0-1,1 2,52-14,2
*) Sumber : http://www.diaglab.vet.cornel.edu/clinpath/. Keterangan : A1-A5: Kambing PE jantan, A6-A10: Kambing PE betina.
Nilai absolut pada peternakan ALL dapat dilihat pada Tabel di atas, dengan
kisaran untuk neutrofil 3.100-9.100/mm3, eosinofil 100-900/mm3, basofil 0/mm3,
monosit 300-1.000/mm3 dan limfosit 4.600-10.700/mm3 dengan rata-rata nilai absolut
untuk neutrofil 5.4001.868/mm3, eosinofil 500314/mm3, basofil 00/mm3, monosit
500226/mm3 dan limfosit 6.4001.818/mm3.
Diferensiasi Leukosit
Diferensiasi leukosit adalah pengelompokkan leukosit berdasarkan ukuran sel,
warna granula dan jumlah gelambir inti yang teramati pada preparat ulas. Nilai relatif
leukosit diperoleh dari hasil perhitungan dan pengamatan pada preparat ulas darah
dan besarnya nilai relatif dinyatakan dalam satuan persen (Sastradipradja et al. 1989).
-
76
Tabel 5 Diferensiasi leukosit Kambing PE pada Peternakan Cariu
Diferensiasi (%) Sampel Darah Neutrofil Eosinofil Basofil Monosit Limfosit C1 43 3 0 3 51 C2 51 5 0 4 40 C3 31 1 0 3 65 C4 38 6 0 7 49 C5 37 9 0 3 51 C6 30 8 0 5 59 C7 55 1 0 5 39 C8 25 5 0 4 66 C9 61 4 0 4 31 C10 48 1 0 3 48 419 43 0 41 499
Rata-rata 41,9 4,3 0 4,1 49,9 Nilai maximum 61 9 0 7 66 Nilai minimum 25 1 0 3 31 Standar Deviasi 11,8 2,9 0,0 1,3 11,3
Kisaran Normal* 18-57 0-6 0-3 0-6 35-80
*) Sumber : http://www.diaglab.vet.cornel.edu/clinpath/. Keterangan : C1-C5: Kambing PE jantan, C6-C10: Kambing PE betina.
Pada Tabel 5 dapat dilihat kisaran nilai relatif pada Peternakan Cariu, dengan
kisaran untuk neutrofil berkisar antara 25-61%, eosinofil 1-9%, basofil 0%, monosit
3-7% dan limfosit 31-66% dengan rataan untuk neutrofil 41,9,11,8%, eosinofil
4,3,2,9%, basofil 00%, monosit 4,11,3% dan limfosit 49,911,3%.
Sedangkan nilai relatif pada peternakan ALL disajikan pada Tabel 6, dengan
kisaran nilai relatif untuk neutrofil berkisar antara 28-60%, eosinofil 1-8%, basofil
0%, monosit 2-6% dan limfosit 32-60% dengan rataan neutrofil 41,911,5%,
eosinofil 3,92,6%, basofil 00%, monosit 3,71,2% dan limfosit 50,510,6%.
-
77
Tabel 6 Diferensiasi darah Kambing PE pada Peternakan ALL
Diferensiasi (%) Sampel Darah Neutrofil Eosinofil Basofil Monosit Limfosit
A1 46 3 0 3 48 A2 45 4 0 3 48 A3 30 1 0 3 66 A4 41 5 0 6 48 A5 35 8 0 2 55 A6 28 8 0 4 60 A7 56 1 0 3 40 A8 28 4 0 5 63 A9 60 4 0 4 32 A10 50 1 0 4 45 419 39 0 37 505
Rata-rata 41,9 3,9 0 3,7 50,5 Nilai Maksimum 60 8 0 6 66 Nilai Minimum 28 1 0 2 32 Standar Deviasi 11,5 2,6 0,0 1,2 10,6
Kisaran Normal* 18-57 0-6 0-3 0-6 35-80
*) Sumber : http://www.diaglab.vet.cornel.edu/clinpath/. Keterangan : A1-A5: Kambing PE jantan, A6-A10: Kambing PE betina. Limfosit
Rata-rata darah manusia memiliki kurang lebih 1012 sel limfoid, jaringan
limfoid kaseluruhan sekitar 2% dari total berat badan dengan 20-40% merupakan
persentasi limfosit dari total leukosit (Jansson 2008). Dari Tabel 5 dapat dilihat
persentasi limfosit tertinggi baik pada Peternakan Cariu maupun Peternakan ALL
adalah 66%. Hasil yang diperoleh dari kedua peternakan tersebut jika dibandingkan
dengan sumber, 35-80 %, menunjukkan hasil yang masih berada dalam kisaran
normal. Sedangkan pada Peternakan Cariu dan Peternakan ALL, nilai terendah
limfosit adalah 31% dan 32%, dan jumlah ini berada dibawah kisaran limfosit normal
untuk bangsa Kambing.
Menurut Nordenson (2002), adanya peningkatan jumlah limfosit dapat
dikarenakan adanya infeksi virus, benda asing yang masuk kedalam tubuh ataupun
adanya infeksi beberapa bakteri. Peningkatan jumlah limfosit dalam perifer disebut
-
78
limfositosis yang dapat disebabkan oleh berbagai causa misalnya, karena adanya
gangguan kesehatan atau stress akut, stimulasi imun ataupun infeksi viral (kasus ini
jarang terjadi) dan bakteri ataupun limfositik leukimia.
Penurunan jumlah limfosit (limfositopenia) yang dapat terjadi ketika tubuh terserang
HIV (human immunodeficiency virus) dan rusaknya sel T (khususnya subgrup CD4+
dari limfosit T). Tanpa adanya persediaan sel T, tubuh akan menjadi mudah terserang
penyakit/infeksi yang akan berdampak pada kesehatan individu. Limfositopenia juga
dapat disebabkan oleh stress berkelanjutan atau pemberian preparat kortokisteroid
dan juga merupakan hasil dari redistribusi atau lisisnya limfosit.
Jumlah limfosit yang beredar dalam darah, menurut Jain (1993) dapat
dipengaruhi oleh jumlah produksi, resirkulasi dan proses penghancuran limfosit itu
sendiri.
B
A
Gambar 12 Limfosit kecil (A) dan limfosit besar (B).
Monosit
Jumlah normal monosit pada bangsa Kambing berkisar antara 0-6% dan
persentase monosit sekitar 2-8% dari total leukosit. Dari Tabel 5 di atas, pada
Peternakan Cariu persentasi monosit sekitar 7% dan nilai terendahnya adalah 5%.
Sedangkan pada Tabel 6, nilai monosit tertinggi dan terendah pada Peternakan ALL
adalah 6% dan 2%. Berdasarkan literatur (Cornell University 1996), nilai relatif
-
79
tertinggi pada Peternakan Cariu melebihi kisaran normal persentasi monosit pada
bangsa Kambing.
Gambar 13 Monosit pada Kambing PE.
Menurut Duncan dan Keith (1977) dan Macer (2003), peningkatan jumlah
monosit dapat terjadi pada saat terjadinya inflamasi dan bersifat fagosit pada infeksi
bakteri kronis, kesakitan yang berlebihan (pada anjing dan kucing), adanya radang
suppuratif, hemoragi internal, adanya infeksi kronis, stress, hyperadrenocorticism,
immune-mediated disease, epyogranulomatous disease, necrosis dan red cell
regeneration. Selain faktor di atas, peningkatan jumlah monosit berkaitan dengan
adanya penurunan jumlah neutrofil.
Neutrofil
Jumlah normal neutrofil pada bangsa Kambing berkisar antara 18-57%, dari
Tabel 5, didapatkan pesentasi neutrofil tertinggi adalah 61% dan terendahnya 25%.
Sedangkan pada Tabel 6, persentasi neutrofil tertinggi dan terendah yang teramati
adalah sebasar 60% dan 28%. Hasil tertinggi neutrofil pada kedua peternakan
melebihi dari kisaran normal persentasi neutrofil pada bangsa Kambing, hal itu
kemungkinan dapat disebabkan karena peradangan ataupun dalam kondisi-kondisi
yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan neutrofil (neutrofilia).
-
80
Pada umumnya, neutrofilia dihubungkan dengan proses infeksi, hal ini
dikarenakan neutrofil tidak mengkonfirmasi adanya infeksi sehingga proses non
infeksius memperlihatkan peningkatan yang serupa.
Gambar 14 Neutrofil pada Kambing PE.
Menurut Foster et al. (2008), neutrofilia dapat terjadi karena faktor fisiologis
(pengaruh dari epinefrin), adanya infeksi bakteri, stress berlebihan (dipengaruhi oleh
corticosteroid), ataupun biasanya disebabkan adanya infeksi akut, misalnya
appendicitis, smallpox atau rheumatic fever, atau karena adanya inflamasi/kerusakan
jaringan. Beberapa agen penyakit yang dapat menyebabkan neutrofilia antara lain
bakteri (Actinobacillus spp, Actinomyces spp, Corynebacterium spp, Nocardia sp,
Spherophorus sp, Staphylococcus spp, Streptococcus spp, Pasteurella spp dan
Pseudomonas spp), virus (Canine distemper, Feline rhinotracheitis, infectinous
bovine rhinotracheitis dan pox virus), fungi (Blastomyces sp, Coccidiodes sp), parasit
(Fasciola sp, Paragonimus sp, Stephanurus sp, Toxoplasma sp), necrosis (luka bakar,
infark, infeksi, tumor ganas, trombosis dan uremia) dan faktor-faktor lainnya,
misalnya adanya endotoksin, benda asing, hemolisis, penyakit imun kompleks, dan
lainnya seperti yang diungkapkan oleh Duncan dan Keith (1977).
Penurunan jumlah neutrofil dari jumlah normal disebut dengan neutropenia.
Neutropenia dapat terjadi akibat marginasi neutrofil (pseudoneutropenia), kebutuhan
jaringan yang berlebihan terhadap neutrofil, penghancuran neutrofil/granulopoiesis
yang kurang/inefektif seperti yang dikemukakan oleh Duncan dan Keith (1977) dan
Meyer et al. (1992). Macer (2003) dan Meyer et al. (1992) mengemukakan adanya
-
81
infeksi bakterial khususnya bakteri gram negatif septikemia/endotoksin yang
menginfeksi tubuh (overwhelming bacterial infection) akan menyebabkan neutrofil
bermigrasi dalam jumlah yang besar ke jaringan dan sumsum tulang tidak mampu
untuk memenuhi kebutuhan neutrofil dalam sirkulasi sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan neutrofil di dalam sirkulasi. Selain itu, reaksi obat idiosinkronik
seperti sulfonamid, penicillin, sefalosporin, fenilbutazon (pada anjing), infeksi virus,
misalnya influenza, hepatitis, atau rubella menurut Wick (1997) merupakan beberapa
causa yang dapat menyebabkan neutropenia.
Neutropenia bisa juga bersifat konginetal (kelainan genetik) atau karena
perkembangan yang terhambat, misalnya pada kasus penyakit yang sejenis anemia,
bisa juga karena efek samping dari suatu pengobatan, misalnya kemoterapi
(Wikipedia 2008f). Predisposisi dari neutrofenia adalah hasil/manifestasi kolonisasi
oleh parasit intraseluler neutrofilik (Wikipedia 2008f).
Kelainan fungsi neutrofil jarang bersifat herediter. Kelainan fungsi tersebut
dalam hal fagositosis atau kelainan pada pernafasan dada (seperti penyakit kronis
granulomatous, penyakit immunodefisiensi (jarang terjadi) (Wikipedia 2008f).
Pada kasus defisiensi alfa 1-antitripsin, enzim neutrofil yang penting, enzim
elastase yang tidak dihambat oleh alfa 1-antitripsin akan menyebabkan kerusakan
jaringan yang parah akibat adanya inflamasi, hal ini akan terlihat pada penyakit
empisema pulmonum. Sedangkan pada kasus familial mediterranean fever (FMT),
adanya mutasi pada gen pyrin (marenostrin), yang menuju fase respon akut dapat
menyebabkan demam, arthralgia, peritonitis dan kadang-kadang amyloidosis
(Wikipedia 2008f).
Eosinofil
Jumlah normal eosinofil bangsa Kambing berkisar antara 0-6% dengan
jumlah 1-2% dari total leukosit. Baik pada Tabel 5 maupun pada Tabel 6, persentase
eosinofil dari kedua peternakan melebihi dari kisaran normal yaitu sebesar 9% pada
Peternakan Cariu dan 8% pada Peternakan ALL. Dari hasil tersebut dapat dikatakan
-
82
bahwa Kambing PE pada kedua peternakan mengalami eosinofilia namun tidak
diketahui secara klinis penyebabnya.
Nordenson (2002), mengatakan eosinofilia dapat terjadi jika tubuh mengalami
infeksi/infestasi kecacingan pada usus ataupun adanya reaksi alergi, penyakit
collegen vascular (misalnya rheumatoid arthritis), penyakit tumor (seperti penyakit
Hodgkins), penyakit kulit (seperti kulit terkelupas), penyakit Addisons, squamus
epitelia pada esophagus dalam kasus reflux esophagitis, karena penggunaan obat-
obatan, misalnya penicillin (Wikipedia 2008g), adanya infeksi cacing atau mungkin
karena asma bronchus ataupun hay fever atau tubuh dalam keadaan stress, seperti
yang dinungkapkan pula oleh Wick (1997).
Eosinofenia adalah penurunan jumlah eosinofil dalam darah. Eosinofenia
terjadi karena pemberian glukokortikoid atau mengidap penyakit Cushings. Dr.
Harvey Cushing adalah penemu penyakit Cushings yang teridentifikasi melalui
eosinofilia yang merupakan gejala utama pada pasien yang menderita penyakit
tersebut (Wikipedia 2008g). Foster et al. (2008) mengungkapkan bahwa, kucing dan
anjing yang mengalami stress berkepanjangan akan mengalami eosinofilia.
Gambar 15 Eosinofil pada Kambing PE.
-
83
Basofil
Basofil merupakan leukosit granulosit dengan jumlah yang paling sedikit, 0,5-
1,5% dari total leukosit dengan nilai relatif 0-3%. Basofil berperan dalam proses
inflamasi/peradangan, dimana jika teraktivasi maka granulnya akan melepaskan
histamin, proteogycans (seperti heparin dan kondroitin) dan enzim proteolitik
(misalnya elastase dan lisofosfolipase) serta menghasilkan sekreta seperti mediator
lipid seperti leukotrienes dan beberapa sitokin (Wikipedia 2008g). Baru diketahui
bahwa basofil merupakan sumber penting dari produksi sitokin, interleukin 4 yang
nantinya akan menjadi lebih penting daraipada sel T (Wikipedia 2008g). Interleukin-4
dianggap sebagai salah satu perkembangan kritis sitokin dalam reaksi alergi dan
produksi IgE melalui sistem imun (Wikipedia 2008g).
Dari 10 sampel darah yang diambil dari Peternakan Cariu ataupun Peternakan
Adhie Lestari Lirboyo, tidak satupun sampel darah yang setelah diwarnai dan diamati
terdapat basofil.
Jika jumlah basofil sangat tinggi jumlahnya (basofilia), penyebabnya antara
lain, anemia hemolotik ataupun penyakit chicken fox (Nordenson 2002) juga dapat
terlihat dalam beberapa bentuk dari leukemia atau limfoma (Wikipedia 2008g).
Basopenia (penurunan jumlah basofil) adalah penyakit yang sulit untuk
diperlihatkan/dipertunjukkan karena jumlah basofil terhitung jumlahnya sangat
sedikit, penyakit telah dilaporkan berhubungan dengan penyakit autoimun urticaria
(keadaan gatal kronis).
Sumber: www.wikipedia.org Gambar 16 Basofil pada hewan domestik.
-
84
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari pengamatan di dua peternakan Kambing PE, didapatkan data normal
leukosit Kambing PE di peternakan PE Cariu sebagai berikut kisaran nilai absolut
untuk 3.300-9.200/mm3, eosinofil 100-900/mm3, basofil 0/mm3, monosit 300-
1.100/mm3 dan limfosit 4.700-11.400/mm3 dengan rataan nilai absolut untuk neutrofil
5.4001.920/mm3, eosinofil 600357/mm3, basofil 00/mm3, monosit 500257/mm3
dan limfosit 6.4002.067/mm3 dan kisaran nilai relatif untuk neutrofil berkisar antara
25-61%, eosinofil 1-9%, basofil 0%, monosit 3-7% dan limfosit 31-66% dengan
rataan untuk neutrofil 41,9,11,8%, eosinofil 4,3,2,9%, basofil 00%, monosit
4,11,3% dan limfosit 49,911,3%.
Pada Peternakan ALL kisaran nilai absolut untuk neutrofil 3.100-9.100/mm3,
eosinofil 100-900/mm3, basofil 0/mm3, monosit 300-1.000/mm3 dan limfosit 4.600-
10.700/mm3 dengan rata-rata nilai absolut untuk neutrofil 5.4001.868/mm3,
eosinofil 500314/mm3, basofil 00/mm3, monosit 500226/mm3 dan limfosit
6.4001.818/mm3 dan kisaran nilai relatif untuk neutrofil berkisar antara 28-60%,
eosinofil 1-8%, basofil 0%, monosit 2-6% dan limfosit 32-60% dengan rataan
neutrofil 41,911,5%, eosinofil 3,92,6%, basofil 00%, monosit 3,71,2% dan
limfosit 50,510,6%.
Saran
Untuk mendapatkan data gambaran normal leukosit dan total leukosit serta
nilai absolut dari masing-masing komponen leukosit pada Kambing PE yang lebih
tepat perlu dilakukan studi lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan
beragam.
-
85
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim(a)]. 2008. Hitung Darah Lengkap. http://www.aidsinfonet.org. [22 Jan 2008]
[Anonim(b)]. 2008. Keunggulan Komparatif Kambing Etawa. http://www.antara.co.id/arc/2007/2/17/kambing etawa. [22 Jan 2008]. [Anonim(c)]. 2008. Manfaat Sehat Susu Kambing Etawa. http://www.harian-global.com/news.php?item.4542.7. [20 Feb 2008]. [Anonim(d)]. 2008. Penggemukan dan Budidaya Kambing Peranakan Etawa di
Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan. http://www.iptekda.lipi.go.id/root/buletin_ detail.asp?Berita_id=115. [20 Feb 2008].
[Anonim(e)]. 2008. The Merck Veterinary Manual. http://www.merck.co.inc. [22 April 2008]
Bandeira-Melo C, P Bozza, P Weller. 2002. The cellular biology of eosinophil eicosanoid formation and function. J Allergy Clin Immunol 109: (3): 393-400. PMID 11897981. [22 April 2008].
Cahyono B. 1998. Beternak domba dan kambing. Yogya: Kanisius. Cohen, Stephen, Richard C Burns. Pathways of the Pulp. 8th Edition. St. Louis:
Mosby, Inc. 2002. page 465. [22 April 2008]. [Cornell University]. 1996. Clinical Pathology Section -- NYS Animal Health
Diagnostic Laboratory. http://www.popmed.vet.cornell.edu.html. [08 Jan 2008]
[Cornell University]. 1996. Clinical Pathology Section Modules lymphocyte. http://www.diaglab.vet.cornell.edu/clinpath/modules/heme1/lymphocyte.htm. [22 April 2008]
[Cornell University]. 1996. Clinical Pathology Section monocyte. http://www.diaglab.vet.cornell.edu/clinpath/modules/heme1/monocyte.htm. [22 April 2008].
[Cornell University]. 1996. Clinical Pathology Section Modules neutrophil. http://www.diaglab.vet.cornell.edu/clinpath/modules/heme1/neutrophil.htm. [22 April 2008].
[Cornell University]. 1996. Clinical Pathology Section Modules eosinophil. http://www.diaglab.vet.cornell.edu/clinpath/modules/heme1/eosinophil.htm. [22 April 2008].
[Cornell University]. 1996. Clinical Pathology Section Modules basophil. http://www.diaglab.vet.cornell.edu/clinpath/modules/heme1/basophil.htm. [22 April 2008].
Dellmann HD, Brown EM. 1992. Histologi Veteriner. Edisi ketiga. Jakarta: UI Press.
-
86
Dellmann HD, Jo Ann Eurell. 1998. Textbook of Veterinary Histology. Carrol Cann, editor. Lippincott Williams&Wilkins. Dunn P. 1994. Goat Keepers Veterinary Book. USA: Farming Press. Duncan Robert J, Keith W. Prasse. 1977. The Iowa State : University Press. Effendi Zukesti. 2003. Peranan Leukosit sebagai AntiInflamasi Alergik dalam Tubuh.
Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. http://www.liberary.usu.ac.id. [22 April 2008].
Frandson R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. B. Srigandono dan Koen Praseno, penerjemah; Yogyakarta : Gadjah Mada Univ Press. Terjemahan dari: Anatomy and Physiology of Farm Animals.
Foster Race, Marthy Smith, Hooly Nash. 2008. Complete Blood Count. http://www.peteducation.com. [22 April 2008]. [GUelph Univercity]. 2008. AHL User's Guide - Hematology Reference Intervals.
http://www.uoguelph.ca/ahl/UsersGuide/19_hematology ref_intervals.htm. [22 April 2008].
Gall C. 1981. Goat Production. New YorkAcademik Press INC LTD. Ganong WF. 1999. Fisiologi kedokteran. Edisi ke-17. Adji Dharma, penerjemah.
ECG. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, ECG. Jakarta. Terjemahan dari : Review of Medical Physiology.
Guyton AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Irawati Setiawan, penerjemah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, ECG. Terjemahan dari : TextBook of Medical physiology.
Hartono. 1989. Histologi Veteriner. Pusat Antar Universitas. IPB. Haen PJ. 1995. Principles of Hematology. Harris L, editor. Chicago : Loyola
Marymont Univercity. Wm. C. brown Publisher. Horiuchi T, P Weller. 1997. Expression of vascular endothelial growth factor by
human eosinophils: upregulation by granulocyte macrophage colony-stimulating factor and interleukin-5. Am J Respir Cell Mol Biol 17 (1): 70-7. PMID 9224211. [22 April 2008].
Jain NC. 1993. Essential of Veterinary Hematology. USA : Lea and Febiger. Jansson Leif. 2008. Semester 4 lectures medice. Uppsala Univercity. [22 April 2008] Junqueira Lcarrlos. 1977. Basic Histologi. 8th edition. Jiang N, NS Tan, B Ho, JL Ding. 2007 Respiratory protein-generated reactive
oxygen species as an antimicrobial strategy. Nature Immunology. PMID 17721536. [22 April 2008].
Janeway, Charles, Paul Travers, Mark Walport, Mark Shlomchik. 2001. Immunobiology; Fifth Edition. New York and London: Garland Science. ISBN 0-8153-4101-6. [22 April 2008] .
-
87
Kato Y et al. Leukotriene D4 induces production of transforming growth factor-beta1 by eosinophils. Int Arch Allergy Immunol 137 Suppl 1: 17-20. PMID 15947480. [22 April 2008].
Lancraft, M Thomas. 2008. Cardiovascular system (Blood). http://www.spcollege.edu/spg/science/lancraft/bsc1086/content/worksheets/Erythropoietin.pdf. [22 April 2008].
Lubis S. 1993. Diferensiasi leukosit pada infeksi Eimeria tenela dengan sediaan ulas darah tipis. [Skripsi]. Bogor: Fakulatas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Maton, Anthea et al. Human Biology and Health. Englewood Cliffs, New Jersey, USA: Prentice Hall. ISBN 0-13-981176-1. [22 April 2008].
Macer VJ. 2003. Veterinary Clinical Laboratory Technique. http: www.medaille.edu/vmacer/204_lec5_wbca_study.htm [22 April 2008].
Metcal FD. 2008. Leukosit. http://www.en.wikipedia.org. [22 Jan 2008]. Metcalf D, C Begley, N Nicola, G Johnson. 1987. Quantitative responsiveness of
murine hemopoietic populations in vitro and in vivo to recombinant multi-CSF (IL-3). Exp Hematol 15 (3): 288-95. PMID 3493174. [22 April 2008].
Meyer DJ, Coles EH and Rich LJ. 1992. Veterinary Laboratory Interpretation and diagnosis. WB Saunders Company, Philadelphia. Meyer DJ, John W. Harvey. 2004. Veterinary Laboratory Interpretation and diagnosis. 3th Edition. WB Saunders Company, Philadelphia.Movat H.Zet al. 1965. Platelet Phagocytosis and Aggregation. Journal of Cell
Biology 27: 531-543 [22 April 2008]. Nordenson NJ. 2002. White Blood Cell Count and Differential.
http://www.lifesteps.com/gm.Atoz/ency/white_blood_cell_count_and_differential.jsp. [14 Mar 2008].
Rothenberg M, Hogan S. The eosinophil. Annu Rev Immunol 24: 147-74. PMID 16551246. [22 April 2008].
Saito K, Nagata M, Kikuchi I, Sakamoto Y. 2004. Leukotriene D4 and eosinophil transendothelial migration, superoxide generation, and degranulation via beta2 integrin. Ann Allergy Asthma Immunol 93 (6): 594-600. PMID 15609771. [22 April 2008].
Sastradipradja D. et al. 1989. Penuntun Praktikum Fisiologi Veteriner. Pusat Antar Universitas. IPB. Shi H. 2004. Eosinophils function as antigen-presenting cells. J Leukoc Biol 76 (3):
520-7. PMID 15218055. [22 April 2008]. Swenson MJ. 1984. Dukes Physiology of Domestik Animal. 10th Edition. Cornell
University Press, Ithaca and London.
-
88
Swenson MJ, Reece WO. 1993. Dukes Physiology of Domestik Animal. 7th Edition. Cornell University Press, Ithaca and London.
Swenson J Melvin, William RO. 1993. Dukes Physiology of Domestik Animal. 11th Edition. Cornell University Press, Ithaca and London.
Tizard I. 1982. Pengantar Immunologi Veteriner. Surabaya: Airlangga University Press.
Tizard I. 1988. Pengantar Immunologi Veteriner. Surabaya: Airlangga University Press.
Trulson A, Bystrm J, Engstrm A, Larsson R, Venge P. 2007. The functional heterogeneity of eosinophil cationic is determinated by a gene polymorphism and post-translation modification. Clin Exp Allergy 37 (2): 208-18. PMID 7250693. [22 April 2008].
Wick S. 1997. Blood Cell Histology. http://www.unomaha.edu/hpa/blood.html. [14 Maret 2008]
[Wikipedia]. Wikipedia Indonesia Bebas Berbahasa Indonesia. 2008a. Kambing. http://www.wikipedia.org/wiki/Kambing#kambing_etawa. [22 Jan 2008].
[Wikipedia]. Wikipedia Foundation Inc. 2008b. White Blood Cell. http://www.en.wikipedia.org/wiki/White_blood_cell. [22 Jan 2008]. [Wikipedia]. Wikipedia Indonesia Ensiklopedi bebas Berbahasa Indonesia. 2008c.
Sel Pertahanan. http://en.wikipedia.org/wiki/sel pertahanan. [22 Jan 2008]. [Wikipedia]. Wikipedia, the free encyclopedia. 2008d. lymphocyte.
http://en.wikipedia.org/wiki/. Lymphocyte.htm [22 Jan 2008]. [Wikipedia]. Wikipedia, the free encyclopedia. 2008e. Monocyte.
http://en.wikipedia.org/wiki/Monocyte.htm. [22 Jan 2008]. [Wikipedia]. Wikipedia, the free encyclopedia. 2008f.Neutrophil.
http://en.wikipedia.org/wiki/Neutrophil.htm [22 Jan 2008]. [Wikipedia]. Wikipedia, the free encyclopedia. 2008g.Eosinophil.
http://en.wikipedia.org/wiki/Eosinophil.htm [22 Jan 2008]. [Wikipedia]. Wikipedia, the free encyclopedia. 2008h. Basophil.
http://en.wikipedia.org/wiki/Basophil.htm [22 Jan 2008]. [Wikipedia]. Wikipedia, the free encyclopedia. 2008i. Trombocyte.
http://en.wikipedia.org/wiki/Trombocyte.htm [22 Jan 2008]. [Wikipedia]. Wikipedia, the free encyclopedia. 2008j. Red Blood Cell. http://en.wikipedia.org/wiki/red blood cell.htm. [22 Jan 2008]. [Wikipedia]. Wikipedia Indonesia Ensiklopedi bebas Berbahasa Indonesia. 2008j.
Darah. http://en.wikipedia.org/wiki/darah. [22 Jan 2008].
-
89
Yamaguchi Y et al. 1988. Purified interleukin 5 supports the terminal differentiation and proliferation of murine eosinophilic precursors. J Exp Med 167 (1): 43-56. PMID 3257253. [22 April 2008].
Young, Barbara, Lowe Joseph O'connell, Stevens Alan et al. 2006., Wheater's Functional Histology. 5 edition. Elsevier Limited. ISBN 0-443-06850-X. [22 April 2008].
Young, Barbara, Lowe James S, Stevens Alan et al. 2006. Wheater's Functional Histology. 5 edition. Elsevier Limited. ISBN 0-443-06850-X. [22 April 2008].
-
90
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kambing PE pada Peternakan Cariu
Lampiran 2 Kambing PE pada Peternakan ALL
-
91
Lampiran 3 Status kesehatan Kambing PE pada Peternakan Cariu
Signalement Hewan Kambing Asal Warna kulit dan khas Sex
Berat Badan (kg)
Umur (Bln) Suhu (
0) Nafas (x/mnt) Nadi
(x/mnt)
C1 Jawa Timur Berjambul putih, kedua hidung berwarna putih,
ekor hitam. 30 15 38.5 18 80
C2 Jawa Tengah Kepala dan leher berwarna hitam, ekor berwarna emas 35 15 38 18 80
C3 Jawa Timur Hitam putih 40 24 38,7 17 84
C4 Jawa Tengah Berjambul putih pada kepala 35 24 39 18 76
C5 Jawa Tengah Dominan coklat 40 17 39,5 17 76 C6 Jawa Tengah Dominan hitam 35 29 38 18 68
C7 Jawa Timur Berwarna coklat pada
kepala dan leher, berekor sedikit keemasan
35 24 38 19 90
C8 Jawa Timur Dominant putih dan berekor emas 35 24 37 19 90
C9 Jawa Timur Berwarna putih pada hidung dan jambul 35 36 38 17 84
C10 Jawa Timur Putih pada hidung dan
jambul Pada kaki berwarna putih
35 36 38 18 84
Kisaran normal pada Kambing 38,5-40,5 20-30 60-90 Keterangan : C1-C5 : Kambing PE jantan, C6-C10 : Kambing PE betina
-
92
Lampiran 4 Status kesehatan Kambing PE pada Peternakan Adhie Lestari Lirboyo
Signalement hewan Kambing Asal Warna kulit&bulu khas Sex
Berat Badan (kg)
Umur (bln) Suhu (
0) Nafas (x/mnt) Nadi
(x/mnt)
A1 Kulon Pongo, Yogya Hitam putih, berjambul putih 45 29 38 18 72
A2 Purworejo-Jateng Hitam putih pada leher 60 36 38 18 68
A3 Banyumas Dominant hitam
dengan totol pada tubuh
65 24 38.5 18 68
A4 Jawa Timur Berjambul emas 50 38,5 16 76 A5 Jawa Timur Dominan coklat 55 39 16 80 A6 Lumajang-Jatim Dominan putih 35 17 39 17 84
A7 Lumajang-Jatim Pinggul&kepala berwarna coklat 35 14 38 17 80
A8 Jawa Timur Dominan coklat 20 15 38,5 19 80
A9 Cipanas-Cianjur
Dominan putih, kepala berwarna
hitam dan punggung sedikit
hitam
25 12 38,5 19 72
A10 Cipanas-Cianjur Hitam putih 25 12 38 19 72 Kisaran normal untuk Kambing 38,5-40,5 20-30 60-90
Keterangan : A1-A5 : Kambing PE jantan, A6-A10 : Kambing PE betina
-
93
Lampiran 5 Pengambilan darah Kambing PE melalui Vena Jugularis
Lampiran 6 Komposisi antikoagulan EDTA
Maximum Assay 99.5%
pH (5% solution) 4,3-4,7%
Maximum limits of impurities :
Water insoluble matter 0,003 %
Clorida (Cl) 0,004%
SO2 0,050%
Ca 0,02%
Cu 0,002%
Fe 0,001%
Pb 0,005%
Mg 0,001%
Pottasium (K) 0,01%
-
Lampiran 8 Skema pembentukan darah
Distilled water (ad) 100 ml
Aqueos gentian violet 1% (w/v) 1 ml
Glacial acetic acid 3 ml
Lampiran 7 Komposisi larutan Turk
94
-
95
(C)
(A) (B)
(D) (E)
Lampiran 9 Peralatan yang digunakan selama penelitian
Keterangan : Termos es (A), Hemocytometer set (B), Tabung Vacutainer(R) ( C), Tempat penyimpanan preparat (D) dan Mikroskop (E).
-
96
Lampiran 10 Mekanisme sel mast, IgE, IgG dan eosinofil berinteraksi untuk menghancurkan cacing.
Antigen cacing
IgGIgE
Cacing yang dipekakan Degranulasi sel Mast
Komplemen
Histamin
+ ECF-A*
Perbarahan Eosinofil yang
melekat
Memobilisasi dan tertariknya eosinofil
Degranulasi eosinofil
Pecahnya kutikel cacing oleh oesinofil *) eosinophil chemotactic factor of anaphylaxis.
-
97
Lampiran 11 Interaksi antara komplemen dan lisosom yang mengakibatkan lisisnya bakteri gram negatif
Komplemen membunuh organisme dan mengaktifkan lisosom
Antibodi atau endotoksin mengikat komplemen
Sferoplas lisis secara spontan
Lisozim ,mengubah bakteri menjadi sfeloplas
-
98
Lampiran 12 Prinsip kekebalan selular dapatan terhadap parasit intraselular fakultatif
Makrofag normal
Makrofag yang diaktivasi Faktor pengaktif
makrofag
Sel T
Bakteri
Penghancuran bakteri
Limfokin yang lain Perkembanganbiakkan
bakteri dan makrofag yang terus menerus
Manifestasi kekebalan yang termasuk hipersensivitas IV