Learning Issue1 New
-
Upload
teus-fatamorgana -
Category
Documents
-
view
73 -
download
2
Transcript of Learning Issue1 New
PEMICU 4
Seorang ibu membawa anaknya R, perempuan 3 tahun dengan keluhan hidung R berbau
±1 minggu, keluar cairan kental sebelah hidung (+), bersin – bersin tidak begitu sering dan
kadang – kadang berdarah sedikit, batuk (-) .
Pada pemeriksaan didapat :
Telinga : normal
Hidung : cavum nasi kanan sekret (+) mukopurulen, cavum nasi kiri : normal
Tenggorokan : normal
Temperatur : 36,8 OC
Berat badan : 15 Kg
Apa yg terjadi pada R ?
MORE INFO
Hasil pemeriksaan foto sinus paranasal : tampak gambaran semi opaque bentuk bulat di daerah
cavum nasi kanan. Dari autoanamnese OS tidak pernah memasukan sesuatu ke dalam
hidungnya. Ibu R seorang penjahit baju asesoris dengan perhiasan dan payet.
UNFAMILIAR TERMS
(-)
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 1
MASALAH
• Keluhan hidung berbau ± 1 minggu
• Keluar cairan kental dari sebelah hidung
• Sedikit berdarah
ANALISIS MASALAH
HIPOTESIS
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 2
hidung berbau,keluar cairan kental,
Sedikit berdarah
Benda asing Infeksi Alergi
Bersin cairan kental
Respon tubuh mengeluarkan
benda asing
Iritasi Berdarah
Pintu masuk MO
Sekret mukopurule
n
Corpus alienum di hidung
LEARNIG ISSUE
1. Anatomi hidung
2. Histologi hidung
3. Fisiologi hidung
a. Sistem pertahanan dihidung
b. Fungsi hidung sebagai organ penghidu
4. Patogenesis & patofisiologi
5. Gejala klinis corpus alienum hidung
6. Penegakan diagnosis
7. Penatalaksanaan
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 3
ANATOMI HIDUNG
Hidung
Hidung terdiri atas nasus externus (hidung luar) dan cavum nasi.
Nasus Externus.
Nasus externus mempunyai ujung yang bebas, yang dilekatkan ke dahi melalui radix
nasi atau jembatan hidung. Lubang luar hidung adalah kedua nares atau lubang hidung. Setiap
baris dibatasi di lateral oleh ala nasi dan di medial oleh septum nasi.
Rangka nasus eksternus dibentuk di atas oleh os nasale, processus frontalis ossis
maxillaries, dan pars nasalis ossis frontalis. Di bawah, rangka ini dibentuk oleh lempeng-
lempeng tulang rawan, yaitu cartilago nasi superior dan inferior, dan cartilago septi nasi.
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 4
Cavum Nasi.
Cavum nasi terletak dari dares di depan sampai choanae di belakang. Rongga ini dibagi
oleh septum nasi atas belahan kiri dan kanan. Setiap belahan mempunyai dasar, atap, dinding
lateral dan dinding medial. Dasar dibentuk oleh processus palatines maxillae dan lamina
horizontalis ossis palatini, yaitu permukaan atas palatum durum. Bagian atap sempit dan
dibentuk dari belakang ke depan oleh corpus ossis sphenoidalis, lamina cribrosa ossis
ethmoidalis, os frontale, os nasale, dan cartilagines nasi. Dinding lateral ditandai dengan 3
tonjolan disebut concha nasalis superior, media, dan inferior. Area di bawah setiap concha
disebut meatus.
Recessus spenoethmoidalis adalah daerah kecil yang terletak di atas concha nasalis
superior dan di depan corpus ossis sphenoidalis. Di daerah ini terdapat muara sinus
sphenoidalis.
Meatus nasi superior terletak di bawah dan lateral concha nasalis superior. Di sini
terdapat muara sinus ethmoidales posteriores.
Meatus nasi media terletak di bawah dan lateral concha media. Pada dinding lateralnya
terdapat prominentia bulat, bulla ethmoidalis, yang disebabkan oleh penonjolan sinus
ethmoidales medii yang terletak di bawahnya. Sinus ini bermuara pada pinggir atas meatus.
Sebuah celah melengkung, disebut hiatus semilunaris, terletak tepat di bawah bulla. Ujung
anterior hiatus masuk ke dalam saluran berbentuk corong disebut infundibulum. Sinus
maxillaris bermuara pada meatus nasi media melalui hiatus semilunaris. Sinus frontalis
bermuara dan dilanjutkan oleh infundibulum. Sinus ethmoidales anteriores juga bermuara
pada infundibulum.
Meatus nasi media dilanjutkan ke depan oleh sebuah lekukan disebut atrium. Atrium
ini dibatasi di atas oleh sebuah rigi, disebut agger nasi. Di bawah dan depan atrium, dan sedikit
di dalam naris, terdapat vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang telah bermodifikasi
dan mempunyai rambut-rambut melengkung dan pendek, atau vibrissae.
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 5
Meatus nasi inferior terletak di bawah dan lateral concha inferior dan padanya terdapat
muara ductus nasolacrimalis. Sebuah lipatan membrana mucosa membentuk katup yang tidak
sempurna, yang melindungi muara ductus.
Dinding medial atau septum nasi adalah sekat osteocartilago yang ditutupi membrana
mucosa. Bagian atas dibentuk oleh lamina perpendicularis ossis ethmoidalis dan bagian
posteriornya dibentuk oleh os vomer. Bagian anterior dibentuk oleh cartilago septi. Septum ini
jarang sekali terletak pada bidang median.
Membrana mucosa melapisi cavum nasi, kecuali vestibulum, yang dilapisi oleh kulit
yang telah mengalami modifikasi. Terdapat 2 jenis membrane mucosa, yaitu (1) mucosa
olfactorius dan (2) respiratorius.
Membrana mucosa olfactorius melapisi permukaan atas concha nasalis superior dan
recessus sphenoethmoidalis; juga melapisi daerah septum nasi yang berdekatan dan atap.
Fungsinya adalah menerima ransangan penghidu dan untuk fungsi ini mucosa memiliki sel-sel
penghidu khusus. Akson sel-sel ini (serabut n.olfactorius) berjalan melalui lubang-lubang pada
lamina cribrosa ossis ethmoidalis dan berakhir pada bulbus olfactorius. Permukaan membrana
mucosa tetap basah oleh secret kelenjar serosa yang berjumlah banyak.
Membrana mucosa respiratorius melapisi bagian bawah cavum nasi. Fungsinya adalah
menghangatkan, melembabkan, dan membersihkan udara inspirasi. Proses menghangatkan
terjadi oleh adanya pleksus venosus di dalam jaringan submucosa. Proses melembabkan
berasal dari banyaknya mucus yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar dan sel-sel goblet. Partikel
debu yang terinspirasi akan menempel pada permukaan mucosa yang basah dan lengket.
Mukus yang tercemar ini terus menerus didorong ke belakan oleh kerja cilia dari sel-sel silindris
bercilia yang meliputi permukaan. Sesampainya di pharynx mucus ini ditelan.
Persarafan cavum nasi
N. olfactorius berasal dari sel-sel olfactorius khusus yang terdapat pada membrana
mucosa. Saraf ini naik ke atas melalui lamina cribrosa dan mencapai bulbus olfactorius.
Saraf-saraf sensasi umum berasal dari divisi ophthalmica dan maxillaris n. trigeminus.
Persarafan bagian anterior cavum nasi berasal dari n. ethmoidalis anterior. Persarafan bagian
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 6
posterior cavum nasi berasal dari ramus nasalis, ramus nasopalatinus, dan ramus palatines
ganglion pterygopalatinum
Pendarahan Cavum Nasi
Suplai arteri untuk cavum nasi terutama berasl dari cabang-cabang a. maxillaris. Cabang
yang terpenting adalah a. sphenopalatina. A. sphenopalatina beranastomosis dengan cabang
septalis a. labialis superior yang merupakan cabang dari a. facialis di daerah vestibulum. Daerah
ini sering terjadi perdarahan (epistaxis).
Vena-vena membentuk plexus yang luas di dalam submucosa. Plexus ini dialirkan oleh
vena-vena yang menyertai arteri.
Aliran Limfe Cavum Nasi
Pembuluh limfe mengalirkan limfe dari vestibulum ke nodi submandibulares. Bagian lain
dari cavum nasi mengalirkan limfenya ke nodi cevicales profundi superior.
SINUS PARANASALES
Sinus paranasales adlah rongga-rongga yang terdapat di dalam os maxilla, os frontale, os
shenoidale, dan os ethmoidale. Sinus-sinus ini dilapisi oleh mucoperiosteum dan berisi udara,
berhubungan dengan cavum nasi melalui aperture yang relative kecil.
Sekret yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar di dalam membrane mukosa didorong ke
dalam hidung oleh gerakan silia sel-sel silindris. Aliran dari secret juga dibantu oleh tenaga
menyedot yang terjadi pada waktu membuang ingus.Sinus berfungsi sebagai resonator suara;
sinus juga mengurangi berat tengkorak. Bila muara sinus tersumbat atau sinus terisi cairan,
kualitas suara jelas berubah.
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 7
Sinus maxillaris terletak di dalam corpus maxillaris . Sinus ini berbentuk pyramid dengan
basis membentuk dinding lateral hidung dan apex di dalam processus zygomaticus maxillae.
Atap dibentuk oleh dasar orbita, sedangkan dasar dibentuk oleh processus alveolaris.
Membrana mucosa sinus maxillaris dipersarafi oleh n. alveolaris superior dan n. infraorbitalis.
Sinus maxillaris bermuara ke dalammeatus nasi medius melalui hiatus semilunaris.
Sinus frontalis ada dua buah , terdapat di dalam os frontale dan dipisahkan satu dengan
yang lain oleh septum tulang, yang sering menyimpang dari bidang median. Setiap sinus
berbentuk segitiga, meluas ke atas, di atas ujung medial alis mata dank e belakang ke bagian
medial atap orbita.
Masing-masing sinus frontalis bermuara ke dalam meatus nasi medius melalui infundibulum.
Membrana mucosa dipersarafi oleh n. supraorbitalis
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 8
Sinus sphenoidalis, ada dua buah, terletak di dalam corpus ossis sphenoidalis. Setiap
sinus bermuara ke dalam recessus sphenoethmoidalis di atas concha nasalis superior.
Membrane mucosa dipersarafi oleh n. ethmoidalis posterior.
Sinus ethmoidalis terdapat di dalam os ethmoidalis, di antara hidung dan orbita. Sinus
ini terpisah dari orbita oleh selapis tipis tulang, sehingga infeksi dengan mudah menjalar dari
sinus ke dalam orbita. Sinus ini terbagi menjadi tiga kelompok: anterior, media, dan posterior.
Kelompok anterior bermuara ke dalam infundibulum; kelompok media bermuara ke dalam
meatus nasi medius, pada atau di atas bulla ethmoidalis; dan kelompok posterior bermuara ke
dalam meatus nasi superior. Membrana mucosa dipersarafi oleh n. ethmmoidalis anterior dan
posterior.[1]
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 9
HISTOLOGI HIDUNG
Rongga Hidung
Rongga hidung kiri dan kanan terdiri atas dua struktur vestibulum di luar dan rongga
hidung (atau fossa nasalis) di dalam. Vestibulum adalah bagian paling anterior dan paling lebar
di setiap rongga hidung. Kulit hidung memasuki nares (cuping hidung) yang berlanjut ke dalam
vestibulum dan memiliki kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan vibrissa (bulu hidung) yang
menyaring partikel-partikael besar dari udara inspirasi. Di dalam vestibulum, epitelnya tidak
berlapis tanduk lagi dan beralih menjadi epitel repiratorik sebelum memasuki fossa nasalis.
Rongga hidung berada di dalam tengkorak berupa dua bilik kavernosa yang dipisahkan
oleh septum nasi oseosa. Dari setiap dinding lateral, terdapat tiga tonjolan bertulang mirip rak
yang dikenal sebagai conchae. Concha media dan inferior dilapisi oleh epitel respiratorik;
concha superior ditutupi epitel penghidu khusus. Celah-celah sempit diantara concha
memudahkan pengondisian udara inspirasi dengan menambah luas epitel respiratorik yang
hangat dan lembab dengan melambatkan serta menambah turbulensi aliran udara. Hasilnya
adalah bertambahnya kontak antara aliran udara dan lapisan mukosa. Di dalam lamina propria
concha terdapatpleksus vena besar yang dikenal sebagai badan pengembang (swell bodies).
Setiap 20-30 menit, badan pengembang pada satu sisi akan penuh terisi darah sehingga mukosa
concha membengkak dan mengurangi aliran udara. Selama masa tersebut, sebagian besar
udara diarahkan melalui fossa nasalis lain sehingga epitel respiratory dapat pulih dari dehidrasi.
Selain badan-badan pengembang, mukosa rongga hidung memiliki system vascular yang
rumit dan luas. Pembuluh-pembuluh besar membentuk jalinan-jalinan rapat dekat periosteum
di bawahnya, dan dari tempat ini, cabang-cabang pembuluh meluas ke permukaan. Daerah di
pembuluh tersebut mengalir dari belakang rongga hidung ke depan dalam arah yang
berlawanan dengan aliran udara inspirasi sehingga panas berpindah dan menghangatkan udara
tersebut secara cepat.
Suatu fungsi utama keseluruhan bagian konduksi adalah mengondisikan udara inspirasi
dengan membersihkan, melembapkan, dan menghangatkannya sebelum memasuki paru. Selain
vibrissa lembap, sejumlah besar vascular di lamina propria, dan sel epitel respiratorik yang
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 10
bersilia dan menghasilkan mucus, pengondisian juga melibatkan sejumlah besar kelenjar
mukosa dan serosa di mukosa. Begitu udara mencapai fossa nasalis, partikel dan polutan gas
terperangkap di lapisan mucus. Mucus ini, beserta secret serosa juga berfungsi melembapkan
udara yang masuk, melindungi alveoli paru yang halus dari kekeringan.
EPITEL RESPIRATORIK
Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia yang dikenal sebagai
epitel respiratorik. Epitel ini sedikitnya memiliki 5 jenis sel, yang kesemuanya menyentuh
membrane basal yang tebal:
Sel silindris bersilia adalah sel yang terbanyak. Setiap sel memiliki lebih kurang 300 silia
pada permukaan apikalnya.
Sel goblet mukosa juga banyak dijumpai di sejumlah area epitel respiratorik, yang terisi
di bagian apikalnya dengan granula glikoprotein musin.
Sek sikat (brush cell) adalah tipe sel silindris yang lebih jarang tersebar dan lebih sulit
ditemukan dengan permukaan apical kecil yang memiliki banyak mikrovili pendek dan
tumpul. Sel sikat memperlihatkan sejumlah komponen transduksi sinyal seperti
komponen pada sel kecap dan memiliki ujung saraf aferen pada permukaan basalnya
dan dipandang sebagai reseptor kemosensoris.
Sel granul kecil juga sulit ditemukan pada sediaan rutin, tetapi memiliki banyak granul
padat berdiameter 100-300 nm. Seperti sel sikat, sel-sel ini membentuk sekitar 3% total
sel dan merupakan bagian system neuroendokrin.
Sel basal, yaitu sel bulat kecil pada membrane basal tetapi tidak meluas sampai
permukaan lumen epitel, merupakan sel punca yang membentuk jenis sel lain.
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 11
MENGHIDU (OLFACTION)
Kemoreseptor olfaktorius terletak di epitel olfaktorius, yaitu regio khusus membrane mukosa
concha superior yang terletak di atap rongga hidung. Pada manusia, luasnya sekitar 10 cm2
dengan tebal sampai 100 µm. Epitel ini merupakan epitel bertingkat silindris yang terdiri atas 3
jenis sel:
Sel-sel basal adalah sel kecil, sferis atau berbentuk kerucut dan membentuk suatu
lapisan di lamina basal. Sel-sel ini adalah sel punca untuk kedua tipe sel lainnya.
Sel penyokong berbentuk kolumnar dengan apeks silindris dan dasar yang lebih sempit.
Pada permukaan bebasnya terdapat mikrovili, yang terendam dalam selapis cairan.
Kompleks tautan yang berkembang baik mengikat sel-sel penyokong pada sel-sel
olfaktori di sebelahnya. Peran suportif sel-sel ini tidak begitu dipahami, tetapi sel
tersebut memiliki banyak kanal ion dengan fungsi yang tampaknya diperlukan untuk
memelihara lingkungan mikro yang kondusif untuk fungsi penghidu dan ketahanan
hidup.
Neuron olfaktorius adalah neuron bipolar yang berada di seluruh epitel ini. Neuron ini
dibedakan dari sel-sel penyokong oleh letak intinya, yang terletak di antara sel
penyokong dan sel basal. Ujung dendrite setiap neuron bipolar merupakan ujung apical
(luminal) sel dan memiliki tonjolan dengan sekitar lusinan badan basal. Dari badan basal
tersebut, silia panjang nonmotil menonjol dengan aksonema tetapi memiliki luas
permukaan yang bermakna untuk kemoreseptor membran. Reseptor tersebut berespon
terhadap zat pembau dengan menimbulkan potensial aksi di sepanjang akson (basal)
neuron tersebut, yang meninggalkan epitel dan bersatu di lamina propria sebagai saraf
yang sangat kecil yang kemudian melalui foramina di lamina cribriformis ossis
ethmoidalis ke otak. Di tempat tersebut, saraf ini membentuk saraf cranial I, nervus
olfactorius, dan akhirnya bersinaps dengan neuron lain di bulbus olfaktorius.
Lamina propria di epitel olfaktorius memiliki kelenjar serosa besar (kelenjar Bowman), yang
menghasilkan suatu aliran cairan di sekitar silia penghidu dan memudahkan akses zat pembau
yang baru.
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 12
SINUS DAN NASOFARING.
Sinus Paranasalis adalah rongga bilateral di tulang frontal, maksila, ethmoid dan
sphenoid tengkorak. Sinus-sinus ini dilapisi oleh epitel respiratorik yang lebih tipis dengan
sedikit sel goblet. Lamina proprianya mengandung sedikit kelenjar kecil dan menyatu dengan
periosteum di bawahnya. Sinus paranasalis berhubungan langsung dengan rongga hidung
melalui lubang-lubang kecil dan mucus yang dihasilkan dalam sinus ini terdorong ke dalam
hidung sebagai akibat dari aktifitas sel-sel epitel bersilia.
Di bagian posterior rongga hidung, nasofaring adalah bagian pertama faring, yang
berlanjut sebagai orofaring kea rah kaudal, yaitu bagian posterior rongga mulut. Nasofaring
dilapisi oleh epitel respiratorik dan memiliki tonsila pharyngealis di media dan muara bilateral
tuba auditorius untuk setiap telinga tengah.[2]
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 13
FISIOLOGI MENGHIDU
Mukosa olfaktorius (penghidu/penciuman), yang terletak di langit-langit rongga
hidung, mengandung tiga jenis sel: reseptor olfaktorius, sel penunjang, dan sel basal. Sel-sel
penunjang mengeluarkan mucus, precursor untuk sel-sel reseptor olfaktorius yang baru, yang
diganti setiap sekitar dua bulan. Tidak seperti reseptor indera lainnya reseptor olfaktorius
merupakan ujung-ujung neuron aferen khusus, bukan sel-sel tersendiri. Akson-akson sel
reseptor secara kolektif membentuk saraf olfaktorius. Bagian reseptor dari selreseptor
olfaktorius terdiri dari sebuah kepala yang menggembung dan berisi beberapa silia panjang
yang meluas ke permukaan mukosa. Silia ini mengandung tempat pengikatan untuk melekatnya
berbagai molekul-molekul odoriferosa (pembentuk bau). Selama kita bernapas biasa, odoran
biasanya mencapai reseptor-reseptor peka hanya dengan berdifusi karena mukosa olfaktorius
terletak di atas jalur aliran udara normal. Tindakan mengendus meningkatkan proses ini dengan
menarik arus udara ke atas di dalam rongga hidung, sehingga semakin banyak molekul
odoriferosa di udara yang berkontak dengan mukosa olfaktorius.
Agar dapat dibaui, suatu bahan harus (1) cukup mudah menjadi gas (mudah menguap),
sehingga sebagian molekulnya dapat masuk ke hidung dalam udara yang dihirup dan (2) cukup
mudah untuk larut-air, sehingga dapat larut ke dalam lapisan mucus yang melapisi mukosa
olfaktorius. Peningkatan suatu molekul odoriferosa ke tempat perlekatan khusus di silia
menyebabkan pembukaan saluran-saluran Na+ dan K+. Terjadi perpindahan ion-ion yang
menimbulkan depolarisasi potensial reseptor yang menyebabkan terbentuknya potensial aksi di
serat aferen. Frekuensi potensial aksi bergantung pada konsentrasi molekul-molekul zat kimia
yang terstimulasi.
Serat-serat aferen berjalan melalui lubang-lubang halus di lempeng tulang datar yang
memisahkan mukosa olfaktorius dari jaringan otak di atasnya. Serat-serat tersebut
segerabersinaps di bulbus olfaktorius, suatu struktur saraf kompleks yang mengandung
beberapa lapisan sel yang berbeda-beda yang secara fungsional serupa dengan lapisan retina
mata. Serat-serat yang keluar dari bulbus olfaktorius berjalan melalui dua rute: (1) rute
subkortikal yang terutama menuju ke daerah-daerah disistem limbik, khususnya sisi medial
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 14
bawah lobus temporalis (yang dianggap sebagai korteks olfaktorius primer), dan (2) rute
thalamus-kortikal. Sampai saat ini rute subkortikal dianggap sebagai satu-satunya jalur
penghidu. Rute ini mencakup hipotalamus. Rute talamus-kortikal, seperti pada indera lainnya
penting untuk persepsi sadar dan diskriminasi halus penghidu.
Adaptasi. Sekitar 50 persen reseptor olfaktori beradaptasi pada detik pertama atau
setelah terkena ransang. Sesudah itu, sangat sedikit reseptor yang beradaptasi dan berlangsung
sangat lambat. Namun dari pengalaman, kita semua tahu bahwa sensasi bau dapat beradaptasi
dengan jelasdalam waktu satumenit atau lebih sesudah seseorang memasuki atmosfer yang
berbau kuat. Telah diasumsikan suatu mekanisme neuronal dari adaptasi ini, yaitu sebagai
berikut: sejumlah besar serabut saraf sentrifugal melintas dari daerah olfaktori otak ke
belakangsepanjang traktus olfaktorius dan berakhir pada sel-sel inhibitor pada bulbul
olfaktorius, yaitu sel granula.
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 15
SISTEM PERTAHANAN HIDUNG
• Nonspesifik
• Bersin
• Sistem mukosiliar
Terdiri atas :
• Epitel bersilia
• Kelenjar penghasil mukus
• Palut lendir yg dihasilkan sel goblet
• Kelenjar serumusinosa submukosa
Mendorong aktif dan simultan gumpalan mukus+benda asing yg terperangkap masuk saat
menghirup udara
• Spesifik
• Humoral
Pembentukan Antibodi (Imunoglobulin)
• Seluler
Sel limfosit T
CORPUS ALIENUM DI HIDUNG
• Definisi
Benda (massa) yang dalam keadaan normal tidak dijumpai dihidung atau singkatnya
benda asing dalam hidung. Biasa terjadi pada anak 2-4 tahun dan pasien dengan retardasi
mental, juga dapat terjadi pada orang dewasa dengan gangguan jiwa.
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 16
• Benda asing :
• Benda mati
Karet penghapus, manik-manik, kancing baju, peluru plastik
• Benda hidup
Lalat, nyamuk, lintah
Gejala Klinis
Benda asing di hidung pada anaksering luput dari perhatian orang tua karena tidak ada
gejala dan bertahan untuk waktu yang lama. Dapat timbul rinolith di sekitar benda asing. Gejala
yang paling sering adalah:
hidung tersumbat,
rinore unilateral dengan cairan kental dan berbau. Benda asing, seperti karet busa,
sangat cepat menimbulkan secret yang berbau busuk.
Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis dan bersin.
Pada pemeriksaan, tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan
dapat terjadi ulserasi.
PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran napas
antara lain, faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi social, tempat tinggal),
kegagalan mekanisme proteksi yang normal (antara lain keadaan tidur, kesadaran menurun,
alkoholisme dan epileksi), factor fisik (yaitu kelainan dan penyakit neurologik), factor kejiwaan
(antara lain emosi, gangguan psikis), ukuran dan bentuk serta sifat benda asing, factor
kecerobohan (antara lain meletakkan benda asing di hidung, persiapan makanan yang kurang
baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil bermain pada anak-anak), memberikan
kacang atau permen pada anak.
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 17
Benda asing mati (inanimate foreign bodies) di hidung cenderung menyebabkan edema
dan inflamasi mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi, epistaksis, jaringan granulasi dan dapat
berlanjut menjadi sinusitis. Benda asing hidup (animate foreign bodies) menyebabkan reaksi
inflamasi dengan derajat bervariasi, dari infeksi local sampai destruksi massif tulang rawan dan
tulang hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau. Cacing askaris di
hidung dapat menimbulkan iritasi dengan derajat yang bervariasi karena gerakannya.
Benda asing yang organik, seperti kacang-kacangan, mempunyai sifat higroskopik,
mudah menjadi lunak dan mengembang oleh air, serta menyebabkan iritasi pada mukosa.
Mukosa hidung menjadi edema, dan meradang, serta dapat pula terjadi jaringan granulasi di
sekitar benda asing, sehingga gejala sumbatan makin menghebat
Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan yang lebih ringan, dan lebih mudah
didiagnosis dengan pemeriksaan radiologik,karena umumnya benda asing anorganik bersifat
radioopak.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Anamnesis
• Hidung tersumbat
• (+) sekret mukopurulen yg banyak & bau busuk di sisi yng terdapat benda asing.
Pemeriksaan fisik
• Edema + inflamasi mukosa hidung unilateral
• Ulserasi
Rhinoskopi anterior
• (+) benda asing atau dapat disertai tanda – tanda peradangan (eritema, edema,
discharge, dapat juga disertai perdarahan → iritasi mekanik
Radiologis
• Radiologis
• Foto sinus paranasal
• CT scan
• Foto kepala
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 18
PENATALAKSANAAN
Jika pasien anak – anak, maka pasien dipangku ortu dengan satu tangan memegang kepala anak
(- bergerak). Dengan Rhinskopi anterior, sekret dihisap, benda asing akan nampak
Bila benda asing pipih à jepit dgn pinset (forceps alligator) & tarik
Bila benda asing bulat à masukkan alat pengait (cunam) benda asing tsb dari
bagian atau rongga hidung smp melewati benda asing lalu tarik ke bawah sampai
benda tsb keluar
Bila benda asing à hidup à biasanya diberikan anastesi ataupun dimatikan
terlebih dahulu
• Farmakologi
Antibiotik 5 – 7 hari bila tjd infeksi hidung & sinus
Anastesi lokal
Vasokonstriktor, pada anak yg (-) kooperatif à bius umum
• Non-farmakologi
Edukasi
Orang tua dianjurkan untuk selalu mengawasi anaknya terutama yg berumur < 5 tahun
dan menghindarkan benda – benda yg menarik perhatian anak, berwarna cerah dan berbau
pada anak.
KOMPLIKASI
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 19
• Edema pada mukosa bisa menyebabkan obstruksi pada drainase sinus dan tuba
eusthacii à sinusitis & OMA
• Rinolith
• Infeksi pada struktur sekitarnya yg dapat terjadi spt : selulitis, tetanus, periorbital,
meningitis, dan difteri
• Bahaya nekrosis dan aspirasi ke dalam saluran nafas
PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik jika dilakukan penanganan secara dini dan tepat. Tidak boleh
dibiarkan dalam rongga hidung karena bahaya nekrosis dan infeksi sekunder yangmungkin
timbul dan kemungkinan aspirasi ke dalam sal. pernafasan bawah.
KESIMPULAN
Pasien R didapati coprus alienum anorganik (benda mati) dihidungnya sesuai dengan
keluhan hidung berbau ±1 minggu, keluar cairan kental sebelah hidung, bersin – bersin tidak
begitu sering & berdarah sedikit. Pada hasil pemeriksaan foto sinus ternyaa tampak adanya
gambaran semi opaque bentuk bulat dan Ibu adalah seorang penjahit baju jadi kemungkinan
payet baju masuk ke hidung anak.
DAFTAR PUSTAKA
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 20
Corpus Alienum di Hidung (KELOMPOK 3) Page 21