LBM 1 SGD 22
Transcript of LBM 1 SGD 22
-
7/30/2019 LBM 1 SGD 22
1/13
1SKENARIO
Gatal dan Bentol-bentol di Kulit
STEP 1
Ekskoriasi : lesi (hilangnya fungsi suatu jaringan) di kulit akibat garukan
Prick test : salah satu jenis tes kulit, penusukan di daerah volar lengan bawah dengan menggunakan leargen mengetahui ada alergi terhadap sesuatu dan tingkatan alerginya
Mengetahui Ig E yg aktif saat alergi, jika ditemukan Ig E meningkatkan permeabilitas di kulit.
CTM ( chloropheniramin tri maleat) : obat anti histamin untuk menstabilkan imun dan memiliki efek sedatif
ngantuk
Kulit : lapisan terluar tubuh yang melapisi dan melindungi tubuh bagian dalam
STEP 2
1. Fisiologi kulit Fungsi proteksi
Kulit menjadi bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya tekanan, gesekan,
tarikan, gangguan kimiawi.
Fungsi Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang menguap lebih
mudah di serap, begitupun yang larut lemak.Permeabilitas kulit terhadap O2, Co2, dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit di
pengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan, metabolisme dan jenis vehikulum.
Fungsi Ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa dalam tubuh berupa NaCl,
urea, asam urat, dan amonia.
BAKTERI
KULIT dengan ph
rendah
LISOZIM
Penghancuran
dinding sel Bakteri
KELENJAR KERINGAT
Pertumbuhan Bakteri
Terhambat
BAKTERI
pH RENDAH
SEBUM
(asam laktat)
-
7/30/2019 LBM 1 SGD 22
2/13
Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas
diperankan oleh badan-badan ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin di perankan oleh badan
krause yang terletak di dermis.
Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen(melanosit) akan membentuk warna pada permukaan kulit manusia, dan dengan
melalui kulit kita dapat membedakan ras dari seseorang karena kandungan pigmen yang di milikinya. Fungsi keratinasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu. Keratinosit, sel langerhans, melanosit.
Keratinosit di mulai dari sel basal mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas
dan berubah bentuknya menjadi sel spininosum, makain ke atas sel semakin menjadi gepeng dan
bergranula dan menjadi sel granulosum.
Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk lebih poligonal yaitu
sel spinosum, terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi sel granulosum.
Kemudian sel tersebut terangkat ke atas lebih gepeng, dan granula serta intinya hilang menjadi sel
spinosum dan akhirnya sampai di permukaan kulit menjadi sel yang mati, protoplasmanya mengering
menjadi keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel tanduk. Sel tanduk secara kontinu lepas daripermukaan kulit dan diganti oleh sel yang terletak di bawahnya
Fungsi pembentukan vit. D
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi,
kebutuhan tubuh akan vit. D tidak cukup hanya dari hal tersebut, sehingga vit. D secara sistemik masih
tetap di perlukan.
Patofisiologi : buku saku/ Elizabeth J Corwin; alih bahasa, Nike Budi Subekti; Editor edisi Bahasa
Indonesia, Egi n komara Yudah...[et all.]-Ed 3-Jakarta : EGC, 2009.
-
7/30/2019 LBM 1 SGD 22
3/13
2. Mekanisme terjadinya gatal !
Baratawidjaja, K. 1993. Penyakit alergi.Yayasan Penerbit IDI. Jakarta.
Fisiologi Manusia : Dari sel ke sistem/ Laurale Sherwood
Dolor
Suhu Naik
Perivasculer
Aliran darah
Vasodilatasi Gatal
Histamin
Merah
Tumor
Protein plasma
keluar kejaringan
Pori2 Kapiler
membesar
Permeabilitas
ALERGI
Kalor
Menekan Saraf
MAKANAN
TUBUHRes on Selektif
Reaksi Hi osensitasi
DI CERNA
IgE + Antigen
PROTEIN
Sel B
Anti Gen
PROTEIN
JARINGAN
MediatorDegranulasiSel mast
-
7/30/2019 LBM 1 SGD 22
4/13
www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/.../Vol.18_no.3_5.pdf
3. Kenapa gatal sangat terasa di malam hari4. Macam pemeriksaan alergi selain prick test dan kelebihannya ?
Pemeriksaan Alergi
Untuk mengetahui kemungkinan adanya reaksi alergi di dalam tubuh seseorang dapat dilakukan dengan
pemeriksaan kadar IgE di dalam darah. Seseorang dengan kadar IgE yang berada pada ambang batas tinggi akan
memiliki kecenderungan mudah mengalami reaksi alergi. Selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan alergi untuk
menentukan alergen penyebab, dan berikut ini beberapa jenis pemeriksaan yang umumnya dilakukan :
1. ANAMNESE (wawancara dengan pasien)
Dokter akan memberikan beberapa pertanyaan pada pasien terkait dengan dugaan alergi yang dialami, antara
lain meliputi gejala/keluhan yang dirasakan, riwayat bagaimana keluhan itu bisa timbul (misalnya gatal-gatal
muncul setelah makan udang), riwayat keluarga yang menderita alergi, dan pertanyaan lainnya yang
mendukung untuk menegakkan diagnosa. Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dengan
melihat gejala-gejala yang secara nyata terlihat.
2. TES TUSUK KULIT (Skin Prick/Puncture Testing)
Tes ini dilakukan dengan meletakkan setetes ekstrak (bahan-bahan alami) alergen
di permukaan kulit lengan bawah sisi dalam atau punggung yang sudah ditandai
sebelumnya. Kemudian, ekstrak alergen tersebut dimasukkan ke dalam kulit
dengan menusukkan lancet steril pada kulit. Hasil positif ditunjukkan dengan
munculnya benjolan merah dengan diameter tertentu yang disertai rasa gatal di
area kulit tempat tusukan tadi dalam waktu 15-20 menit. Tes tusuk kulit sangat
bermanfaat terutama untuk menentukan alergen inhalan, seperti debu, bulu
hewan peliharaan, polen, dan sebagainya.
Kelebihan Skin Prick Test dibanding Test Kulit yang lain :2
a. karena zat pembawanya adalah gliserin maka lebih stabil jika dibandingkan dengan zat pembawa berupa air.
b. Mudah dialaksanakan dan bisa diulang bila perlu.
c. Tidak terlalu sakit dibandingkan suntik intra dermal
d. Resiko terjadinya alergi sistemik sangat kecil, karena volume yang masuk ke kulit sangat kecil.
e. Pada pasien yang memiliki alergi terhadap banyak alergen, tes ini mampu dilaksanakan kurang dari 1 jam.
MMeekkaanniissmmee RReeaakkssii ppaaddaa SSkkiinn TTeesstt
Dibawah permukaan kulit terdapat sel mast, pada sel mast didapatkan granula-granula yang berisi
histamin. Sel mast ini juga memiliki reseptor yang berikatan dengan IgE. Ketika lengan IgE ini mengenali
alergen (misalnya house dust mite) maka sel mast terpicu untuk melepaskan granul-granulnya ke jaringan
setempat, maka timbulah reaksi alergi karena histamin berupa bentol (wheal) dan kemerahan (flare).5
-
7/30/2019 LBM 1 SGD 22
5/13
eprints.undip.ac.id/24418/1/yUDHA.pdf
3. TES KULIT (Intracutaneous Test)
Tes kulit dilakukan apabila ada dugaan alergi terhadap obat dengan menyuntikkan obat tersebut di kulit lengan
bawah hingga dapat memasuki lapisan bawah kulit. Hasil dapat diperoleh dalam waktu 15 menit, dan bila postif
akan timbul bentol merah disertai rasa gatal. Tes ini memiliki sensitifitas yang lebih baik dibandingkan dengan
tes tusuk kulit, namun memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menimbulkan reaksi sistemik dan seringkali
memberikan reaksi positif palsu. Meski demikian, tes ini diindikasikan ketika ekstrak alergen tidak cukup kuat
untuk memberikan hasil reaksi positif pada tes tusuk kulit.
4. TES TEMPEL (Patch Test)
Tes ini dilakukan bila ada dugaan reaksi alergi yang diakibatkan oleh adanya kontak
dengan bahan kimia, atau yang disebut dermatitis kontak alergi. Tes tempel
dilakukan dengan meletakkan bahan-bahan kimia dalam suatu tempat khusus
yaitu finn chamber (seperti plester), lalu menempelkannya pada kulit punggung.
Hasil tes baru dapat diperoleh dalam waktu 48-72 jam, dan selama tes dianjurkan
agar tidak melakukan aktivitas yang berat dan mengeluarkan keringat, tidak boleh
mandi, posisi tidur tertelungkup, dan usahakan agar punggung tidak bergesekan
dengan apa pun. Hasil postif ditunjukkan dengan munculnya bercak kemerahan
(rash) pada kulit terebut.
5. RAST (Radioallergosorbent Test)
RAST merupakan pemeriksaan darah yang akurat untuk mengukur kadar IgE spesifik dalam darah. Umumnya,
terjadinya alergi akan ditandai dengan adanya peningkatan kadar IgE yang spesifik, misalnya seseorang yang
memiliki alergi terhadap putih telur, akan menunjukkan peningkatan kadar IgE terhadap putih telur
tersebut (IgE spesifik putih telur). Pada RAST, alergen akan ditempatkan di suatu paper discs atau polyurethane
caps (CAP-RAST) dan kemudian direaksikan dengan sampel serum yang diambil dari pembuluh darah vena
pasien. Pengikatan IgE spesifik terhadap alergen tersebut terdeteksi melalui suatu enzyme linked-human IgE
antibody pada reaksi kolorimetrik. Pemeriksaan RAST spesifik untuk menentukan alergen penyebab reaksi
alergi, dan lebih reproducibleserta lebih aman dari pemeriksaan alergi lainnya. Meski demikian, hasil RAST perlu
diinterpretasikan bersama dengan hasil pemeriksaan alergi lainnya seperti anamnese, IgE serum dan test tusuk
kulit untuk memperoleh diagnosa yang lebih baik.
http://prodia.meta-technology.net/populer_detail.php?id=98&pagenum=1&lang=inahttp://prodia.meta-
technology.net/populer_detail.php?id=98&pagenum=1&lang=ina
http://prodia.meta-technology.net/populer_detail.php?id=98&pagenum=1&lang=inahttp://prodia.meta-technology.net/populer_detail.php?id=98&pagenum=1&lang=inahttp://prodia.meta-technology.net/populer_detail.php?id=98&pagenum=1&lang=inahttp://prodia.meta-technology.net/populer_detail.php?id=98&pagenum=1&lang=inahttp://prodia.meta-technology.net/populer_detail.php?id=98&pagenum=1&lang=inahttp://prodia.meta-technology.net/populer_detail.php?id=98&pagenum=1&lang=ina -
7/30/2019 LBM 1 SGD 22
6/13
5. Macam-macam alergi (tipe alergi nya)
1. Hipersensitivitas adalah reksi imun yang patologik, terjadi akibat sistem imun yang berlebihan
sehingga menimbulkan kerusakan jaringan tubuh
1. reaksi yang tidak terkontrol terhadap antigen asing seperti mikroba dan antigen lingkungan noninfeksi
1. Reaksi Hipersensitivitas Tipe I
Reaksi tipe 1 yang disebut juga reaksi cepat atau reaksi anafilaktik atau reaksi alergi, timbul
segera setelah tubuh terpajan dengan alergen. Pada reaksi tipe I alergen yang masuk ke dalam
tubuh menimbulkan respon imun berupa produksi IgE dan penyakit alergi seperti rinitids
alergi, asma dan dermatitis atopi. Urutan kejadian reaksi tipe I adalah sebagai berikut:
Fase sensitisasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikatnyaoleh reseptor spesifik (FC-R) pada permukaan sel mast atau basofil
Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang
spesifik dan sel mast melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi.
Fase efektor yaitu waktu terjadi respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek
mediator-mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologik.
Sekitar 50-70% masyarakat membentuk IgE terhadap antigen yang masuk ke tubuh melalui
mukosa seperti selaput lendir hidung, paru, dan konjungtiva, tetapi hanya 10-20% masyarakat
yang menderita rinitis alergi dan sekitar 3-10% yang menderita asma bronkial. IgE yang
biasanya dibentuk dalam jumlah sedikit, segera diikat oleh sel mast/basofil. IgE yang sudah adadi permukaan sel mast akan menetap untuk beberapa minggu. Sensitisasi dapat pula terjadi
secara pasif bila serum (darah) orang yang alergi dimasukkan ke dalam kulit/sirkulasi orang
normal.
Reaksi yang terjadi dapat berupa eritem (kemerahan oleh karena dilatasi vaskular) dan
bentol/edem (pembengkakan yang disebabkan oleh masuknya serum ke dalam jaringan).
Puncak reaksi terjadi dalam 10-15 menit. Pada fase aktivasi terjadi perubahan dalam membran
sel akibat metilasi fosfolipid yang diikuti oleh influks Ca2+ yang menimbulkan aktivasi
fosfolipase. Dalam fase ini energi dilepas akibat glikolisis dan beberapa enzim diaktifkan dan
menggerakkan granul-granul ke permukaan sel. Kadar cAMP dan cGMP dalam sel
berpengaruh pada degranulasi. Peningkatan cAMP akan mencegah, sedangkan peningkatan
cGMP memacu degranulasi. Pelepasan granul ini adalah fisiologik dan tidak menimbulkan lisis
atau matinya sel. Degranulasi sel mast dapat pula terjadi atas pengaruh anafilatoksin, C3a dan
C5a.
2. Reaksi Hipersensitivitas Tipe II
Reaksi tipe II yang disebut juga reaksi sitotoksik terjadi oleh karena sibentuk antibodi jenis IgG
atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu. Ikatan anitbodi dan antigen
yang merupakan bagian dari sel pejamu tersebut dapat mengaktifkan komplemen dan
menimbulkan lisis. Lisis sel dapat pula terjadi melalui sensitisasi sel NK sabagai efektor
Antibody Dependent Cell Cytotoxicity (ADCC). Contoh reaksi tipe II adalah destruksi sel daarah
-
7/30/2019 LBM 1 SGD 22
7/13
merah akibat reaksi transfusi dan penyakit anemia hemolitik pada bayi yang baru dilahirkan
dan dewasa. Sebagian kerusakan jaringan pada penyakit autoimun seperti miastenia gravis dan
tirotoksitosis juga ditimbulkan melalui mekanisme reaksi tipe II. Anemia hemolitik dapat
ditimbulkan oleh obat seperti penisilin, kinin, dan sulfonamid.
3. Reaksi Hipersensitivitas Tipe III
Reaksi tipe III yang disebut juga reaksi kompleks imun terjadi akibat endapan kompleks antigen-
antibodi dalam jaringan atau pembuluh darah. Antibosi di sini biasanya jenis IgG atau IgM.
Kompleks tersebut mngaktifkan komplemen yang kemudian melepas berbagai mediator terutama
macrophage chemotactic factor. Makrofag yang dikerahkan ke tempat tersebut akan merusak
jaringan sekitar tempat tersebut.antigen dapat berasal dari infeksi kuman patogen yang persisten
(malaria), bahan yang terhirup (spora jamur yang menimbulkan alveolitis ekstrinsik alergi) atau
dari jaringan sendiri (penyakit autoimun). Infeksi tersebut disertai dengan antigen dalam jumlah
yang berlebihan, tetapi tidak disertai dengan respon antibodi efektif.
Antigen (Ag) dan antibodi (Ab) bersatu membentuk kompleks imun. Selajutnya kompleks imun
mengaktifkan C yang melepas C3a dan C5a dan merangsang basofil dan trombosit melepas
berbagai mediator antara lain histamin yang meningkatkan permeabelitas vaskular.
Dalam keadaan normal kompleks imun dimusnahkan oleh sel fagosit mononuklear terutama
dalam hati, limpa dan paru tanpa bantuan komplemen. Dalam proses tersebut, ukuran
kompleks imun merupakan faktor penting. Pada umumnya kampleks yang besar, mudah dan
cepat dimusnahkan dalam hati. Kompleks yang larut terjadi bila antigen ditemukan jauh lebih
banyak daripada antibodi yang sulit untuk dimusnahkan dan oleh karena itu dapat lebih laam
ada dalam sirkulasi. Kompleks imun yang ada dalam sirkulasi meskipun untuk jangka waktu
lama, biasanya tidak berbahaya. Permasalahan akan timbul bila kompleks imun menembusdinding pembuluh darah dan mengendap di jaringan. Gangguan fungsi fagosit diduga dapat
merupakan sebab mengapa kompleks imun sulit dimusnahkan.
4. Reaksi Hipersensitivitas Tipe IV
Disebut juga raksi hipersensitivitas lambat, timbul lebih dari 24 jam setelah tubuh terpajan oleh
antigen. Dibagi 2 :
Delayed Type Hypersensitivity (DTH)
Pada DTH, sel CD4+Th1 yang mengaktifkan makrofag berperan sebagai sel efektor. CD4+Th1
melepas sitokin (IFN-gamma) yang mengaktifkan makrofag dan menginduksi inflamasi. PadaDTH, kerusakan jaringan disebabkan oleh produk makrofag yang diaktifkan seperti enzim
hidrolitik, oksigen reaktif intermediet, oksida nitrat dan sitokin proinflamasi. Sel efektor yang
berperan pada DTH adalah makrofag. Contoh-contoh reaksi DTH adalah sebagai berikut :
Imunologi Dasar Edisi keenam FKUI (Karnen Garna Baratamidjaja)
6. Faktor-faktor pencetus alergi Alergi makanan
Alergi debu
Alergi kulit
Alergi udara dingin
Alergi obat
-
7/30/2019 LBM 1 SGD 22
8/13
a. Alergi yg disebabkan oleh sel T teraktivasi: Alergi Reaksi lambatDapat menyebabkan erupsi kulit sbg respon terhadap obat-obatan/ bahan kimia
tertentu terutama bahan kosmetik atau bahan kimia Rumah tangga dimana kulit
seseorang sering berkontak.
Alergi Rx lambat disebabkan oleh sel T teraktivasi dan bukan oleh Ab.
b. Alergi pada orang yang alergik dgn Ab IgE yg berlebihanKeadaan alerginya disebut alergi atopik karena disebabkan oleh respon sistem imun yg
tak lazim. Diturunkan secara genetis dari orang tua ke anak-anaknya dan ditandai
dengan adanya sejumlah besar Ab IgE.
(Fisiologi Kedokteran, Guyton)
7. Kandungan dalam ikan laut yang mengakibatkan alergi!
Pada alergi terhadap makanan, penyebab alergi adalah GLIKOPROTEIN yg terkandung dalammakanan. Reaksi alergi atau hipersensitivitas timbul apabila individu terpapar oleh suatu alergen. ( alergen
adalah antigen atau benda asing atau suatu substansi yg tak dikenal oleh sistem imun spesifik yg dapat
menimbulkan respon imun alergi. Hal ini dapat terjadi apabila individu tersebut secara genetik mempunyai
kemampuan untuk memproduksi antibodi dari kelas Ig E dalam jumlah yang cukup setelah terpapar oleh
alergen dalam jumlah yang sedikit.
8. Apa hubungan alergi dengan gatal yang dirasakan dan bentol-bentol dan apa respon selalu gatal!(Telah terjawab dalam skema)
1. GAMBARAN KLINIS ALERGI:
a. Pembengkakan lokal, gatal, dan merah pada kulit, pada pajanan alergen ke kulit.
b. Reaksi tipe IV sering di tandai oleh lepuhan dan pengerasan pada area yang terkena.
c. Diare dan kram abdomen, pada pajanan alergen saluran cerna.
d. Rinitis alergi, yang di tandai oleh mata gatal dan pilek encer, pada pajanan alergen saluran nafas. Dapta
di timbul kesulitan bernafas akibat konstriksi otot bronkiolus pada jalan nafas yang di induksi oleh
Histamin.
KOMPLIKASI :
Reaksi alergi yang hebat dapat menyebabkan anafilaksis. Hal ini di tandai oleh penurunan tekanan darah
dan penutupan jalan nafas.Tanpa intervensi, reaksi yang sangat hebat dapat menyebabkan syok
kardiovaskular, hipoksia, dan kematian.
Dermatitis kontak alergi,(reaksi terhadap poison Ivy) dapat menyebabkan irisan sekunder akibat
garukan berlebihan.
Corwin, Elizabeth J.
Patofisiologi : buku saku/ Elizabeth J Corwin; alih bahasa, Nike Budi Subekti; Editor edisi Bahasa Indonesia, Egi
komara Yudah...[et all.]-Ed 3-Jakarta : EGC, 2009.
-
7/30/2019 LBM 1 SGD 22
9/13
9. Apakah penyakit alergi merupakan penyakit herediter atau keturunanMenurut definisi American Academy of Pediatrics atau AAP, bayi dengan risiko tinggi alergi adalah bayi dengan
riwayat alergi yang kuat dalam keluarga, yaitu 5-15% berisiko terkena alergi, bila kedua orangtua tidak memiliki
riwayat alergi. 20-40% berisiko terkena alergi, bila salah satu orangtua memiliki riwayat alergi. Dan 40-60%
berisiko terkena alergi, bila kedua orangtua menderita alergi.
Aberg N et al. Prevalence of allergic diseases in school children in relation to family history, upper respiratory
infections and residential characteristics. Allergy 1996 Apr; 51(4): 232-7
2. Makalah presentasi Dr. Zakiudin Munasir, SpA(K). Divisi Alergi-Imunologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FKUI-RSCM Jakarta. Apakah alergi diturunkan? 2008
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang
jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.
Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan
faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
http://www.brighthub.com/health/allergies-asthma/articles/20843.aspx
10.Macam sistem imun dan patofisiologinya
( Imunologi Dasar, Karen Garna B, Iris Rengganis. FKUI )
11.Peran sistem imun dalam alergi
http://www.brighthub.com/health/allergies-asthma/articles/20843.aspxhttp://www.brighthub.com/health/allergies-asthma/articles/20843.aspxhttp://www.brighthub.com/health/allergies-asthma/articles/20843.aspx -
7/30/2019 LBM 1 SGD 22
10/13
Sebagai sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus dalam tubuh
Alergi merujuk pada reaksi berlebihan oleh sistem imun kita sebagai tanggapan pada kontak badan dengan bahan-
bahan asing tertentu. Berlebihan karena bahan-bahan asing ini umumnya dipandang oleh tubuh sebagai sesuatu yang
tidak membahayakan dan tidak terjadi tanggapan pada orang-orang yang tidak alergi. Tubuh-tubuh dari orang-orang
yang alergi mengenali bahan asing itu dan sebagian dari sistim imun diaktifkan. Bahan-bahan
alergi disebut allergens. Contoh-contoh dari allergens termasuk serbuk sari, tungau, jamur-
jamur, dan makanan-makanan. Untuk mengerti bahasa alergi adalah sangat penting untukmengingat bahwa allergens adalah bahan-bahan yang asing terhadap tubuh dan dapat
menyebabkan reaksi alergi pada orang-orang tertentu.
Sumber:http://id.shvoong.com/exact-sciences/1941063-sistem-imun/#ixzz1r6ejeew4
12. Efek samping CTM selain mengantukEfek Samping:
Kadang-kadang menyebabkan rasa ngantuk.
Sedasi, gangguan saluran cerna,, hipotensi, kelemahan otot,tinitus, euphoria, nyeri kepala, stimulasi SSP, reaksialergi dan kelainan darah.
http://dewadysca.student.umm.ac.id/2011/05/25/ctm-sebagai-antihistamin/
13.Mengapa efek dari CTM hanya sementara dan Dosis CTM untuk dewasa dan anak-anakKarena pada obat antihistamin ini memiliki cara kerja 4-6 jam sehingga ketika farmakokinetik
obat tersebut telah habis maka kemungkinan penyakit yang diderita akan kambuh lagi.
Sumber: Farmakologi dan Terapi edisi 5. FKUI. 2007
Indikasi:
Pengobatan pada gejala-gejala alergis, seperti: bersin, rinorrhea, urticaria, pruritis, dll.
Komposisi:
Tiap tablet mengandung:
Chlorpheniramini maleas 4 mg
Efek Samping:
Kadang-kadang menyebabkan rasa ngantuk.
Sedasi, gangguan saluran cerna, efek anti muskarinik, hipotensi, kelemahan otot,tinitus,
euphoria, nyeri kepala, stimulasi SSP, reaksi alergi dan kelainan darah.
Takaran Pemakaian:
Dewasa: 3 - 4 kali sehari 0.5 - 1 tablet.
Anak-anak 6 - 12 tahun: 0.5 dosis dewasa.
Anak-anak 1 - 6 tahun: 0.25 dosis dewasa.http://dewadysca.student.umm.ac.id/2011/05/25/ctm-sebagai-antihistamin/
http://id.shvoong.com/exact-sciences/1941063-sistem-imun/#ixzz1r6ejeew4http://id.shvoong.com/exact-sciences/1941063-sistem-imun/#ixzz1r6ejeew4http://id.shvoong.com/exact-sciences/1941063-sistem-imun/#ixzz1r6ejeew4http://id.shvoong.com/exact-sciences/1941063-sistem-imun/#ixzz1r6ejeew4 -
7/30/2019 LBM 1 SGD 22
11/13
14.Terapi untuk alergi selain CTM !PENATA LAKSANAAN :
Antihistamin dan obat-obat yang menghambat degranulasi sel mast dapat mengurangi gejala alergi.
Kortikosteroid yang di hirup atau sistemik bekerja sebagai obat anti peradangan dan dapat mengurangi
gejala suatu alergi. Orang yang mengidap alergi dapat menggunakan ini dalam waktu cukup lama
sebelum obat menjadi efektif. Stabilezer sel mast inhalan mengurangi degranulasi sel mast dan dapat menurunkan gejala aleri tipe I.
Terapi disensitasi, berupa penyuntikan berulang alergen, dalam jumlah yang kecil dapat mendorong
pasien tersebut membentuk IgG terhadap alergen. Antibodi ini dapat bekerja sebagai antibodi
penghambat(blocking antibodies). Sewaktu pasien kembali terpajan terhadap alergen, antibodi
penghambat dapat berikatan dengan alergen berhubungan dengan kemampuan alergen untuk
berikatan dengan molekul IgE ganda secara kovalen bersama. Karena pengikatan IgG tidak
menyebabkan degranulasi sel mast yang berlebihan, maka gejala alergi dapat berkurang. Anti bodi IgG
dihasilkan setiap kali berikatan dengan alergen dan terkadang dapat menghentikan respon alergi.
Patofisiologi : buku saku/ Elizabeth J Corwin; alih bahasa, Nike Budi Subekti; Editor edisi Bahasa Indonesia,
Egi komara Yudah...[et all.]-Ed 3-Jakarta : EGC, 2009.
STEP 3
1. Fisiologi kulit
o Proteksi pertahanan tubuh
o Eksresi keringat dan pengatur panas tubuh
o Absorbsi
o Pembentukan warna kulit
2. Mekanisme terjadinya gatal
o Alergen masuk antibodi bereaksi Ig E sel mast granula histamin keluar permeabilitas kulitmeningkat plasma keluar kering timbul rasa gatal
LI : yang mengaktifkan Ig E
Setelah alergen masuk terjadi apa??
3. Kenapa gatal sangat terasa di malam hari
Pengaruh suhu ( lebih dingin) terhadap antigen
Reaksi alergi lambat, ada rentang waktu saat alergen masuk dan gejala yang dirasakan pertama kali pas
ditengah malam .
4. Macam pemeriksaan alergi selain prick test dan kelebihan masing-masing
o Intradermal : alergi terhadap obat atau seranggao Patch test : tesuntuk dermatitis kontak (reaksi langsung saat terkena alergen)
Cara dan waktu muncul gajala
-
7/30/2019 LBM 1 SGD 22
12/13
5. Macam-macam alergi (tipe alergi nya)
o Alergi udara dingin
o Makanan : protein
o Debu : reaksinya langsung bersin-bersin
o Alergi obat
o Alergi
Tipe reaksi hipersensitivitas
Tipe 1 : reaksi cepat langsung saat terpajar alergen contohnya: anemia hemolitikTipe 2 : pengaktifkan Ig G dan Ig M contohnya: anemia hemolitik
Tipe 3(kompleks imun) : antigen dan antibodi ditemukan di dinding pembuluh darah dan mengaktifkan
komplemen contohnya: autoimun
Tipe 4 : yang berperan dalam imun adalah Limfosit T
6. Faktor-faktor pencetus alergi
o Makanan
o Suhu dan kelembapan
o Bahan iritan (kimia)
o Debu
7. Kandungan dalam ikan laut yang mengakibatkan alergi
o Protein yang di kandung di dalam makanan itu sendiri, dan zatnya tisak sesuai dengan tubuh sehingga
terjadi reaksi penolakan
o Bahan kimia di laut yang masuk ke dalam makanan laut atau saat proses pemasakan makanan bahan
iritan masuk
o Dalam ikan terkandung glikoprotein yang dianggap sebagai antigen sehingga terjadi reaksi penolakan
8. Apa hubungan alergi dengan gatal yang dirasakan dan bentol-bentol dan apa respon selalu gatal
o Reaksi lain : sesak nafas, batuk, bersin
o Alergen masuk, Ig E mengeluarkan histamin
Vasodilatasi kapiler aliran darah meningkat eritema suhu meningkat (kalor)terjadipeningkatan permeabilitas eksudasi plasma pembengkakan (tumor) massa menekan syaraf
gangguan fungsional (dolor)
9. Apakah penyakit alergi merupakan penyakit herediter atau keturunan
Penurunan sifat dari antibodi
Contoh : alergi debu pada orang tua anak asma
Mekanisme terjadinya asma yang berhubungan dengan alergi
10.Macam sistem imun dan patofisiologinya
o Non spesifik (bawaan)
Fisik kulit, selaput lendir, silia (bulu hidung), batuk dan bersin Biokimia : lisozim contoh berada pada air ludah dan keringat, asam lambung
Humoral : sitokinin, komplemen
Selular : fagosit, sel NK, sel mast, basofil
o spesifik : mampu membedakan self dan non self, mampu membentuk memori, difersitas, spesialisasi
dan membatasi diri
Sel B dan sel T
11.Peran sistem imun dalam alergi
12.Efek samping CTM selain mengantuk
13.Mengapa efek dari CTM hanya sementara dan Dosis CTM untuk dewasa dan anak-anak14.Terapi untuk alergi selain CTM
-
7/30/2019 LBM 1 SGD 22
13/13
SEMUA JADI LI
Kirim ke email [email protected]