latar belakang masalah

download latar belakang masalah

of 4

description

K3

Transcript of latar belakang masalah

2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja secara harfiah terdiri dari tiga suku kata, yaitu keselamatan, kesehatan, dan kerja. Keselamatan dalam bahasa Inggris disebut safety yang berarti keadaan terbebas dari celaka dan hampir celaka (Geotsch dalam Rizky, 2009). Sedangkan kesehatan adalah dalam bahasa Inggris disebut health, kesehatan menurut UU RI No. 36 tahun 2009 ialah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Definisi terakhir ialah definisi mengenai kerja. Kerja dalam bahasa Inggris disebut work atau occupation yang berarti kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan (pengahasilan dan lain-lain) (Geotsch dalam Rizky, 2009).Pengertian dari Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara keilmuan adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Depnakertans RI, 2012). Tujuannya adalah untuk menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, sehingga dapat menekan serendah mungkin resiko kecelakaan yang mengakibatkan kerugian materi maupun nonmaterial.Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan diberbagai sektor kehidupan. Hal ini memicu manusia untuk bersifat lebih kreatif dan inivatif dalam menciptakan penemuan-penemuan baru yang lebih bermanfaat dimana hal ini nantinya akan berdampak pada perkembangan ekonomi suatu bangsa, salah satunya di bidang industri perkapalan. Contoh permasalahan kecelakaan terbesar di bidang industri adalah kebakaran. Hal ini dikarenakan apabila terjadi kebakaran, bukan hanya perusahaan yang bersangkutan saja yang akan mengalami kerugian tetapi pihak investor, pekerja, pemerintah dan masyarakat sekitarpun akan merasakan dampak yang sama.Berdasarkan data Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar dan PB) DKI Jakarta, sejak Januari hingga 28 Juli 2009 telah terjadi 413 kasus kebakaran. Rinciannya, Jakarta Barat 103 kasus, Jakarta Selatan 102 kasus, Jakarta Timur 86 kasus, Jakarta Pusat 66 kasus, dan Jakarta Utara 56 kasus. Jumlah ini terjadi peningkatan jika dibanding para periode yang sama di tahun 2008 yang hanya mencapai 396 kasus. Dalam peristiwa sepanjang tahun ini, setidaknya mengakibatkan 31 orang meninggal dunia. Sedangkan tahun lalu hanya 14 korban meninggal dunia. Namun secara umum faktor penyebabnya masih sama. Hanya saja frekuensinya yang berbeda. Tahun ini penyebabnya didominasi konsleting arus listrik, yakni 243 kasus, disusul kompor meledak 44 kasus, rokok 16 kasus, dan 98 kasus karena kebakaran mobil dan penyebab lainnya.PT. PAL Indonesia (Persero) adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan, perbaikan dan perawatan serta rekayasa umum. PT. PAL Indonesia mempunyai Divisi pembuatan, perawatan kapal serta rekayasa umum, yaitu: Divisi Kapal Niaga, Divisi Kapal Perang, Divisi Harkan, Divisi Rekaya Umum. Dalam perkembangannya saat ini PT. PAL Indonesia (Persero) telah dalam proses pembuatan sarana dan prasaran untuk membuka Divisi Kapal Selam.Divisi Kapal Niaga merupakan tempat pembuatan kapal yang bertujuan sebagai transportasi umum untuk manusia atau barang sesuai dengan permintaan dari klien. Dalam proses pembuatan kapal terdapat beberapa proses (design, pengumpulan material, penyatuan material, pengecatan dan pemasangan interior). Dalam proses penyatuan material terdapat proses yang sering terjadi yaitu pengelasan. Pengelasan adalah proses kerja yang bertujuan menyatukan material-material besi untuk menjadikannya satu-kesatuan., Proses pengelasan adalah proses melibatkan dari triangle kebakaran (panas, bahan, dan oksigen). Untuk Oksigen digunakan sebagai bahan bakar las dan bila Oksigen mengalami kebocoran dan terjadi kontak dengan panas atau percikan api dapat menimbulkan ledakan serta kebakaran di bengkel tersebut dan terdapat pengelasan yang menggunakan listrik dan bila terjadi arus pendek juga dapat mengakibatkan kebakaran.Dari banyaknya resiko terhadap kejadian kebakaran di PT. PAL Indonesia (Persero), maka perlu dilakukan upaya pencegahan kebakaran, salah satunya adalah proteksi kebakaran aktif dan pasif. Dalam pemasangan alat proteksi kebakaran aktif diperlukan kesesuaian antara penerapan standar pemasangan, pemeriksaan, dan pemeliharaan dan proteksi kebakaran aktif harus ada ketanggap daruratan dari setiap bengkel maupun di Divisi Kapal Niaga.Alat proteksi kebakaran aktif mencakup hydrant, APAR, springkel, detector kebakaran. Kondisi alat proteksi kebakaran aktif sangat berpengaruh dalam pengendalian kebakaran, apabila alat proteksi kebakaran mengalami kerusakan atau gangguan dapat mengganggu proses pencegahan kebakaran bila terjadi kebakaran. Untuk proteksi kebakaran pasif adalah ketanggap daruratan, meliputi jalur evakuasi, dan muster station sebagai tempat berkumpulnya penguhuni dari bengkel bila terjadi kebakaran.1.2Tujuan

1.2.1Tujuan UmumMendapatkan pengalaman, menambah pengetahuan, dan keterampilan bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja utamanya mengenai pemasangan dan perawatan evaluasi proteksi kebakaran aktif dan pasif sesuai dengan peraturan peraturan yang berlaku.1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengevaluasi proteksi kebakaran aktif di Divisi Kapal Niaga PT. PAL Indonesia (Persero), Surabaya.2. Mengevaluasi proteksi kebakaran pasif di Divisi Kapal Niaga PT. PAL Indonesia (Persero), Surabaya.1.3Manfaat

1.3.1Bagi Peserta Magang

Hasil penulisan laporan dapat memberikan pengetahuan mengenai penerapan pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) khususnya mengenai kesesuaian pemasangan, pemeriksaan, dan pemeliharaan alat proteksi kebakaran aktif di Divisi Kapal Niaga PT. PAL Indonesia (Persero), Surabaya.1.3.2Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Hasil laporan ini dapat menambah referensi dan menciptakan hubungan yang baik antara Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan pihak PT. PAL Indonesia (Persero), Surabaya.1.3.3Bagi Instansi

Sebagai masukan dan pengetahuan khususnya mengenai kesesuaian pemasangan, pemeriksaan, dan pemeliharaan sehingga dapat menjadi referensi bagi instansi untuk menentukan langkah-langkah kebijakan yang terus lebih baik dalam upaya menerapkan standar-standar keselamatan dan kesehatan kerja demi menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, serta menjamin kesehatan dan keselamatan kerja di PT. PAL Indonesia (Persero), Surabaya.1