Latar Belakan1

45
1. ` Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi yang terdapat pada saluran nafas atas maupun saluran nafas bagian bawah. Penyakit infeksi ini dapat menyerang semua umur, tetapi bayi dan balita paling rentan untuk terinfeksi penyakit ini. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.(DepKes RI 2009). Penyakit ISPA merupakan penyakit yg sering terjadi pada anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun. ISPA juga menjadi penyebab utama pasien datang berobat ke puskesmas dan 15-30% kunjungan berobat di rawat jalan da rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA(Dinkes 2009).

Transcript of Latar Belakan1

1. ` Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi yang terdapat pada

saluran nafas atas maupun saluran nafas bagian bawah. Penyakit infeksi ini dapat

menyerang semua umur, tetapi bayi dan balita paling rentan untuk terinfeksi penyakit

ini. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti

batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian

anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik

dapat mengakibat kematian.(DepKes RI 2009).

Penyakit ISPA merupakan penyakit yg sering terjadi pada anak. Episode

penyakit batuk pilek pada balita di indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun. ISPA

juga menjadi penyebab utama pasien datang berobat ke puskesmas dan 15-30%

kunjungan berobat di rawat jalan da rawat inap rumah sakit disebabkan oleh

ISPA(Dinkes 2009).

Penyebaran penyakit ISPA di Provinsi jawa Barat cukup merata menyerang

anak-anak dan orang dewasa. Menurut kepala dinas kesehatan kab Bandung(achmad

Kustidjadi) Jumlah penderita ISPA di Jawa Barat pada tahun 2012 diperkirakan

mencapai 20.687 kasus. ISPA merupakan penyakit yang angka kejadiannya paling

tinggi di daerah Kab. Bandung. Menurut Pada tanggal (27/1/2013) kepala Dinas

Keshatan Kab. Bandung enyatakan bahwa Angka kejadian Penyakit ISPA terutama

peuneumonia yang menyerang balita mempunyai target nasional untuk penemuan

kasus setiap tahunnya adalah 10% dari setiap tahunnya disetiap wilayah yang ada di

kab. Bandung. Jika melihat dari jumlah penduduk Kabupaten Bandung sebanyak 3,2

juta, maka estimasi ada 320 ribu balita. Dilihat dari angka tersebut, diperkirakan

kasus Ispa yang diderita balita yang ditemukan di Kabupaten Bandung sebanyak 32

ribu balita tiap tahunnya, dengan target 86% atau 27.250 kasus yang ditemukan dan

perlu segera untuk di obati. Faktor Penyebab penyakit ISPA adalah bakteri seperti

Streptococus pyogenes, Staphylococcus aerus,dan virus sperti mikrovirus,

Adenovirus. Bakteri tersebut muncul pada lingkungan yang kotor, beserta udara yang

cenderung berubah-ubah dan polusi udara yang meninggi.

Pada musim kemarau, banyak ditemukan kasus ISPA terutama pada balita. hal

ini dikarenakan pada musim kemarau masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih

serta Polusi yang semakin meningkat dan menyebabkan penurunan sistem imun

sehingga mempermudah invasi bakteri yang masuk melalui udara yang terkena

polusi. Penting bagi klien untuk mengetahui dan mewaspadai tanda dan gejala ISPA.

Begitupun petugas kesehatan untuk melaksanakan pencegahan dan pengendalian

infeksi yang tepat saat menangani pasien ISPA untuk meminimalkan kemungkinan

terjadinya penyebaran infeksi kepada diri sendiri, petugas kesehatan yang lain, pasien

maupun pengunjung.

Salah satu upaya yang dilakukan bangsa Indonesia adalah mengupayakan

pentingnya menyadari masyarakat dalam menanggulangi penyakit ISPA di Indonesia.

Maka penting bagi para petugas kesehatan untuk menggalakan program dalam

menanggulangi masalah kesehatan tersebut. Untuk itu sebaiknya program

pengendalian kasus ISPA dimulai dari tingkat primer seperti di Puskesmas.

Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) khususnya peuneumonia masih

merupakan penyakit utama, penyebab kesakitan dan kematian pada bayi dan balita.

pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia, dan ini

merupakan 30% dan seluruh kematian yg ada (Kanra 1997). Keadaan ini berkaitan

erat degan berbagai kondisi yg melatarbelakangi seperti mal nutrisi , kondisi

lingkungan juga polusi didalam rumah seperti asap, debu, dan sebagainya. Dari hasil

laporan dipuskesmas tahun 2011 jumlah penyakit peneumonia diperkirakan sebanyak

29.852 kasus menyerang anak usia antara 1-4 tahunserta yang ditemukan dan

ditangani sebanyak 22.320 kasus. Adapun lokasi kasus terbanyak terdapat diwilayah

puskesmas margaasih sebanyak 1.739 kasus, puskesmas ciparay 1.125 kasus dan

puskesmas majalaya 1.101 kasus.

Karena berdasarkan data yg didapat dari Dinas Kesehatan Kab. Bandung, salah

satu wilayah yang angka kejadian ISPA tersering dan termasuk kategori wilayah yg

angka kejadian ISPA nya tinggi salah satunya yaitu Majalaya dengan angka kejadian

1.101 kasus. Majalaya terkenal akan Perindustriannya yang banyak menghasilkan

devisa Negara. Perindustrian dimajalaya sangat berkembang pesat dengan berdirinya

pabrik- pabrik tekstil yang memenuhi jalanan dimajalaya. Tetapi seiring berkembang

pesatnya pabrik-pabrik dimajalaya tidak akan pernah luput dari limbah dan

pencemaran polusi perindustrian yg jika kita lihat dampaknya sangat berbahaya bagi

kesehatan. Limbah dan Pencemaran Polusi tentunya sangat berbahaya bagi kesehatan

dan sangat bahaya ketika hidung atau organ pernapasa kontak langsung dengan

polusi. Selain bau, Polusi mengandung zat-zat sisa yang sangat berbahaya jika di

hirup. Setelah Penulis menelusuri Majalaya dan penulis mendapatkan data bahwa

angka kejadian ISPA diwilayah tersebut sangatlah tinggi. Terutama di daerah

Wangisagara majalaya. Angka kejadian ISPA nya sangatlah tinggi dengan angka

kejadian 2346 pada Anak dan 3205 pada orang dewasa dan total keseluruhan 5551

angka kejadian ISPA pertahunnya. Mengingat Kejadian ISPA yang banyak terjadi di

masyarakat, khususnya di daerah Wangisagara dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu selain pencemaran polusi yang dikarenakan lokasi penelitian berdekatan

dengan pabrik yang setiap harinya menghasilkan limbah Industri, juga iklim cuaca

yang saat ini sedang mengalami iklim yg beubah-ubah, berikut faktor lingkungan dan

perilaku, serta pengetahuan masyarakat juga dapat mempengaruhi tingkat angka

kejadian ISPA. Pentingnya pencegahan untuk terhindar dari penyakit dapat dilakukan

dengan pemberian informasi dan pengetahuan tentang penyakit ISPA tersebut

sehingga masyarakat dapat melakukan pola hidup bersih dan sehat.

Bedasarkan uraian diatas, dan fenomena yang terjadi di masyarakat, peneliti

tertarik meneliti tentang TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP

DAMPAK DARI PENCEMARAN POLUSI DENGAN MENINGKATNYA

ANGKA KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA ANAK DI DESA

WANGISAGARA KECAMATAN MAJALAYA KAB. BANDUNG.

2. Identifikasi masalah

1. Bagaimana tingkat pengetahuan Ibu terhadap penyakit ISPA ?

2. Bagaimana Dampak dari Polusi terhadap pernapasan ?

3. Bagaimana tenaga Kesahatan menanggulangi penyakit ISPA?

3. Tujuan

3.1 Tujuan umum

Melakukan diagnosis komunitas di Desa Dukuh Kec Ibun

3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik masyarakat di Desa Dukuh Kec. Ibun .

2. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai ISPA.

3. Mengetahui Dampak dari Polusi terhadap Pernapasan.

4. Manfaat

4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa

1. Mahasiswa dapat melakukan diagnosis komunitas

2. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik masyarakat di Desa Dukuh Kec.

Ibun

3. Mahasiswa dapat mengetahui tingkat pengetahuan Ibu di Desa Dukuh

mengenai ISPA

4. Mahasiswa dapat mengetahui seberapa besar bahaya polusi terhadap

pernapasan.

4.2 Manfaat Bagi Puskesmas

Puskesmas dapat meningkatkan tindakan pelyanan preventif dan intervensi

terhadap ISPA di masyarakat Kecamatan.

4.3 Manfaat Bagi Fakultas Kesehatan Universitas Bale Bandung

Fakultas Kesehatan Universitas Bale Bandung dapat melayani masyarakat

melalui penerapan dari program pendidikan ilmu kesehatan komunitas serta

meningkatkan kemampuan mahasiswanya di bidang kesehatan khususnya kepedulian

serta pengabdian pada masyarakat. selain itu, manfaat penelitian ini dapat menambah

referensi untuk adik tingkat yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

4.4 Manfaat Bagi Komunitas

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran komunitas mengenai ISPA,

pencegahan, dan intervensi.

2. Meningkatkan kesehatan komunitas dalam jangka panjang.

5. Kerangka Pemikiran/ Kerangka Konsep

ISPA adalah penyakit infeksi yg menyerang pada saluran pernafasan bagian

atas(DinKes 2009). Angka kejadian ISPA yang sangat tinggi juga menyebabkan

Angka kematian Bayi.

Beberapa faktor yg menyebabkan tingginya angka kejadian ISPA dilihat dari faktor-

faktor Keseatan diantaranya adalah presdisposisi, Pendukung, dan Penguat.

5.1 Faktor Presdisposisi

faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku dan tindakan pada diri seseorang

atau masyarakat(Notoadmojo 2005). Faktor ini digunakan untuk menggambarkan

fakta bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan

kesehatan yang berbeda-beda. faktor- faktor ini terdiri dari :

5.1.1 Pengetahuan

Berdasarkan sumber dari Departemen Pendidikan Nasional, pengetahuan menurut

Notoadmojo (2007) adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. pengetahuan merupakan segala

sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek

tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat,

mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan

bertindak.

5.1.2 Pendidikan

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan kesehatan yang didasarkan kepada pengetahuan dan kesadaran melalui proses

pembelajaran diharapkan akan berlangsung lama (long lasting) dan menetap, karena

didasari oleh kesadaran. Kelemahan dari pendekatan pendidikan kesehatan ini adalah

hasilnya lama, karena perubahan perilaku melalui proses pembelajaran pada umumnya

memerlukan waktu yang lama (Notoatmodjo, 2005).

Orang dengan pendidikan formal yang lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang

lebih tinggi dibanding orang dengan tingkat pendidikan formal yang lebih rendah, karena

akan lebih mampu dan mudah memahami arti dan pentingnya kesehatan serta

pemanfaatan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2003),

5.1.3 Pekerjaan

Pekerjaan Adalah Sekumpulan atau sekelompok tugas dan tanggung jawab dimana

pekerjaan tersebut dilakukan dalam kuun waktu terrentu. Pekerjaan berkaitan erat

dengan proses pertanggung jawaban dan kewajiban.

5.1.4 Sikap

"Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2010)

Berbagai batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa rnanifestasi sikap itu tidak

dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku

yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu

sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Selain itu sikap juga dapat berupa

penilaian atau pendapat seseorang terhadap stimulus atau objek, misalnya dalam hal

ini adalah masalah kesehatan termasuk penyakit. Setelah seseorang mengetahui

stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus

atau objek kesehatan tersebut.

5.2 Faktor Pendukung

Menurut Notoatmodjo (2007), faktor pendukung mencakup ketersediaan sarana dan

prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat untuk berperilaku. Syafrudin

(2009) mengemukakan hambatan paling besar dirasakan dalam rangka pencapaian

tujuan untuk mewujudkan hidup sehat bagi masyarakat adalah faktor pendukung yang

terdiri dari :

5.2.1 Ketersediaan Sarana Pelayanan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007), sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat terdiri

dari rumah sakit, puskesmas, pustu, poliklinik, posyandu, polindes, praktek

dokter/bidan swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat

memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya perilaku pemberian imunisasi

campak pada bayi. Ibu yang mau memberikan imunisasi campak pada bayi tidak

hanya karena ia tahu dan sadar manfaat pemberian imunisasi campak melainkan ibu

tersebut dengan mudah dapat memperoleh tempat pemberian imunisasi campak.

Syarifudin (2009), meskipun kesadaran dan pengetahun masyarakat sudah tinggi

tentang kesehatan, namun praktek (practice) tentang kesehatan atau perilaku hidup

sehat masih rendah. Setelah dilakukan pengkajian oleh organisasi kesehatan sedunia

(WHO), terutama di negara-negara berkembang ternyata faktor pendukung atau

sarana dan prasarana tidak mendukung untuk masyarakat berperilaku hidup sehat.

5.2.2 Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan

Jarak adalah seberapa jauh lintasan yang di tempuh responden menuju tempat

pelayanan kesehatan yang meliputi rumah sakit, puskesmas, posyandu, dan lainya.

Notoatmodjo (2003), seseorang yang tidak mau mengimunisasi anaknya di tempat

pelayanan kesehatan dapat disebabkan karena orang tersebut tidak tau atau belum tau

manfaat imunisasi bagi anak, tetapi barang kali juga karena rumahnya terlalu jauh

dengan pelayanan kesehatan tempat mengimunisasi anaknya.

5.2.3 Dampak dari Pencemaran Polusi

5.3 Faktor Pendukung

Menurut Notoatmodjo (2005), faktor pendorong adalah faktor-faktor yang mendorong

atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang seseorang tahu dan mampu untuk

berperilaku tetapi tidak melakukannya, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor :

5.3.1 Dampak Pencemaran polusi

Pelayanan Fasilitas Kesehatan

Definisi Operasional

No Variabel Pengertian

Skala

Peng-

ukuran

Alat

Ukur

Kriteria

PenilaianNilai

1. Tingkat

Pengetahuan

Ibu terhadap

penyakit

ISPA pada

anak

Informasi yang

seorang ibu

ketahui tentang

ISPA dari

mulai

pengertian

ISPA,cara

pencegahan

ISPA,

Pengobatan,

serta apa yg

menjadi faktor

penyebab

penyakit ISPA

Oridinal Kuesion

er

Jika

Jawaban

Responde

n >80%

Benar

Jika

Jawaban

Responde

n 60-70%

Benar

Jika

Jawaban

Responde

n <50%

Baik

Cuku

p

Buruk

Benar

2. Dampak dari

pencemaran

Polusi

Apakah ada

dampak dari

pencemaran

polusi terhadap

penyakit Ispa.

Nominal Kuesion

er

Jika

Responde

n

mengetahu

i dan

merasakan

adanya

dampak

dari polusi

Jika

Responde

n

mengetahu

i tetapi

tidak

merasakan

dampak

dri polusi

Baik

Cuku

p

Jika

Responde

n sama

sekali

tidak

mengetahu

i dan tidak

merasakan

adanya

dampak

dari polusi

Buruk

6 Metode Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian ini adalah Para Ibu yg merupakan masyarakat dari

Dwsa wangisagara mengenai penyakit ISPA Periode Mei-Juni 2012 dengan Metode

Penelitian Deskriptip kuantitatif. Deskriptif kuantitatif yaitu suatu metode penelitian

untuk mengetahui Gambaran tentang suatu keadaan atau suatu fenomena yang sedang

dihadapi pada saat situasi sekarang (Arikunto, 2010). Penelitian ini dilakukan karena

adanya dampak dari pencemaran polusi terhadap tingkat angka kejadian penyakit Ispa

pada balita serta kurangnya pengetahuan ibu terhadap penyakit ISPA.

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data yaitu :

Dalam penelitian ini data sekunder didapat dari Kantor Kepala Desa

Wangisagara mengenai Jumlah Warganya.

6.1 Data Primer

Data primer adalah data yang didapat langsung dari responden. Dalam penelitian

ini pengambilan data dilakukan dengan memberikan sejumlah daftar pertanyaan

(kuesioner) mengenai Penyakit ISPA kepada responden.

6.2 Studi literatur

Studi literatur merupakan teknik pengumpulan data menggunakan buku atau

referensi sebagai penunjang penelitian, dengan melengkapi atau mencari data-data

yang dibutuhkan dari literatur, referensi, majalah, makalah, dan yang lainnya,

sehingga peneliti memperoleh data-data tertulis melalui telaah bacaan yang ada

kaitannya dengan masalah penelitian.

7 Variable Penelitian

Variabel adalah hal-hal yang menjadi objek peneliti yang diterapkan dalam suatu

kegiatan penelitian yang menunjukkan variasi baik kuantitatif maupun

kualitatif (Arikunto. 2002). Variabel yg digunakan yaitu variabel bebas yg

dicantumkan dalam penelitian ini adalah variabel Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap

dampak dari pencemaran Polusi dan variabel terikat nya adalah meningkatnya angka

kejadian ISPA pada Anak.

8 Populasi dan Sample

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila sseorang ingin

menelitisemua elemen yg berada didalam wilayah penelitia (Arikunto2010) .

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah ibu yg memiliki balita serta

dengan kehadiran balita yg sedang terjangkit Ataupun Memiliki riwayat

penyakit ISPA.

Sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti (Arikunto, 2002). Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan. Perhitungan

sampel untuk populasi yang lebih kecil dari 10000 menurut Notoatmodjo (2002)

adalah sebagai berikut :

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila sseorang

ingin menelitisemua elemen yg berada didalam wilayah penelitia

(Arikunto2010). Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah ibu

yg memiliki balita serta dengan kehadiran balita yg sedang

terjangkit Ataupun Memiliki riwayat penyakit ISPA.

Sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti (Arikunto, 2002).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel

bertujuan. Perhitungan sampel untuk populasi yang lebih kecil

dari 10000 menurut Notoatmodjo (2002) adalah sebagai berikut :

n= ___N___

1+N(d)²

Dimana :

n = besar sampel

N = besar obyek penelitian dalam populasi

d = tingkat kepercayaan/ketetapan yang di inginkan =

10%=0,10

Selanjutnya dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan

berdasarkan teknik purposive sample yaitu mengambil subjek

bukan atas strata,random tetapi berdasarkan atas adanya tujuan

tertentu, karena adanya beberapa pertimbangan,yaitu

keterbatasan waktu,tenaga ,dan dana. Maka besar sampel yang

diambil sesuai jumlah populasi yang ada adalah :

n= ___N___

1+N(d)²

n= ___38___

1+38 (0,1)²

n= ___38___

1+0,38

n= ___38__

1,38

n= 27,54

n= 28

Jadi, besar jumlah yang akan dijadikan sampel pada penelitian

ini adalah sebanyak 28 Ibu.

Dimana :

n = besar sampel

N = besar obyek penelitian dalam populasi

d = tingkat kepercayaan/ketetapan yang di inginkan = 10%=0,10

Selanjutnya dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan berdasarkan teknik

purposive sample yaitu mengambil subjek bukan atas strata,random tetapi

berdasarkan atas adanya tujuan tertentu, karena adanya beberapa pertimbangan,yaitu

keterbatasan waktu,tenaga ,dan dana. Maka besar sampel yang diambil sesuai jumlah

populasi yang ada adalah :

n= ___N___

1+N(d)²

n= ___38___

1+38 (0,1)²

n= ___38___

1+0,38

n= ___38__

1,38

n= 27,54

n= 28

Jadi, besar jumlah yang akan dijadikan sampel pada penelitian ini adalah

sebanyak 28 Ibu.

9Alat dan Teknik Pengumpulan Data

9.1. Alat pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan angket

atau kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh inlormasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya,

atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010)_ Jenis kuesioner yang digunakan

adalah kuesioner tertutup yaitu dimana setiap pertanyaan disediakan pilihan

jawaban, dan responden harus menjawab dngan memlilh salah satu jawaban yg

telah disediakan.

Pendekatan yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan pada

penelitian ini dengan menggunakan untuk mengukur pengetahuan dalam penelitian

ini dengan menggunakan Skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian

atau gedgar sosial (Riduwan, 2002). Untuk menentukan penskalaan dengan metode

ini responden diminta agar memberikan respon dalam 5 macam kategori pernyataan

yaitu: Sangat Setuju (S), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (LS), dan Sangat

Tidak Setuju (STS). Karena pengukuran data dalam penelitian ini berdasarkan dari

apa yang dilihat dan diketahui oleh responden, untuk meminima lisasir kesalahan

maka setiap pernyataan dalam angket dibuat sesederhana mungkin untuk

memudahkan responden dan menentukan pilihan jawaban yang dianggap paling

sesuai.

Penyebaran angket dilakukan sendiri oleh peneliti yang berakses

dari mahasiswa.

10 Teknik pengumpulan data

10.1 Teknik pengumpulan data peneliti jabarkan sebagai berikut :

10.1.1 Penelitian dilakukan sendiri oleh peneliti dengan mengunjungi langsung

tempat yang dijadikan objek penelitian.

10.1.2 Peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan peneliti

kepada responden.

10.1.3 Peneliti menjelaskan isi kuesioner yang telah di siapkan sebelunmya,

kemudian responden diberi kesempatan bertanya mengenai hal yang

tidak dipahami. Setelah responden menyetujui untuk ikut berperan serta dalam

penelitian, responden diminta untuk menandatangani lembar

persetujuan responden.

10.1.4 Kuesioner kemudian diberikan kepada responden, sambil menerangkan

bahwa kuesioner tersebut akan diambil Kembali oleh peneliti pada keesokan

harinya.

10.1.5 Berdasarkan kemampuan peneliti dan dilihat dari waktu, tenaga dan dana

maka penelitian berupa pembagian kuesioner dan pengambilan

Kembali kuesioner akan dilaksanakan selama 3 hari.

11 Uji Instrument

Kuesioner yang baik meniiliki 2 ciri utama yang harus dipenuhi

yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 2010), maka diperlukan uji validitas dan

reliabilitas instrumen untuk mengukur keandalan dan kesesuaian kuesioner.

Uji validitas dan reliability akan dilakukan terhadap 20 orang di …… dengan

criteria responden yang hampir sama dengan masalah yang akan di teliti.

12. Uji validitas

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketetapan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya (Arikunto, 2010). Suatu

test atau instrunlen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang

tinggi apabila alat pengukur menjalankan fungsi ukuranya yang sesuai

dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Validitas suatu item pernyataan ditujukan dengan nilai keefisienan

validitas yang dihitung dengan menggunakan rumus korelasi item

total terkoreksi (correcte(l item - total corelatiort) karena skala pengukuran

kuesioner berupa skala Iikert yang dirumuskan sehagai berikut :

r x y=N ¿¿¿

(Arikunto,2010 )

Dimana :

rxy = koefisien validasi

X = Skor item ke –i

Y = Total skor dari setiap item yang di koreksi

N = Jumlah responden

Semua item dikatakan valid jika nilai koefisien validitasnya lebih

dan' atau sama dengan 0,300 ( Kaplan 1993 dalam Azwar 2011).

13. Uji reliabilitas

Dalam penelitian ini dilakukan juga up reliabilitas yaitu untuk

mengetahui sejauhmana tingkat konsistensi dari item kuesioner dalam setiap

dimensi variabel yang dicker. Kuesioner dinyatakan reliabel artinya yaitu hasil

pengukuran tetap konsisten, meskipun diujicobakan pada objek yang sama

dengan menggunakan alat ukur yang sama (Azwar, 2011).

Untuk mengukur reliabilitas secara statistik digunakan koefisien

reliabilitas alpha cornbach yang dirumuskan sebagai berikut :

α= [[ kk−1 ]−[ 1−∑

s

2 j

s2 x ]( Azwar,2011 )

Dimana :

a Koetisien reliabilitas alpha

K : banyaknya item pernyataan

s j : Varians skor setiap item

sex : Varians skor total

Sekumpulan pernyataan untuk mengukur suatu variabel dikatakan

reliabel dan berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika koefisien

reliabilitasnya lebih dari atau sama dengan 0,700 (Kaplan 1993 dalam Azwar

2011).

14. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

14.1 Teknik pengolahan data

14.1.2 Editing

Pada tahap editing peneliti melakukan pengecekan terhadap data yang

ada.

14.1.2 Koding

Koding merupakan suatu metode untuk mengkonversikan data

yang dikumpulkan selama penelitian di dalam simbol yang cocok

untuk keperluan analisis. Koding butir jawaban untuk pernyataan sikap

dengan skala likert dengan nilai untuk pernyataan positif dan negatif adalah

1,2,3,4.

14.1.3 Pemindahan data

Yaitu memindahan data dan hasil pengkodean ke dalam master tabel

14.1.4 Tabulasi

Yaitu memindahkan data dari master tabel ke dalam tabel

ataupun diagram.

15. Teknik analisa data

Teknik yang digunakan dalam analisa aspek sikap adalah dengan skala

likert. Skoring untuk jawaban respon pada aspek sikap, jika pernyataan positil

yaitu : SS (4), S (3), TS (2), STS (1). Sedangkan pernyataan negatif yaitu :

SS (1), S (2), TS (3), STS (4). Setelah setiap item diberi nilai, kemudian

dilakukan tabulasi dan dimasukan dalam rumus sebagai berikut :

T = 50 + 10 [ X−XS ]

( Azwar,2011 )

Dimana :

T = Skor standar yang digunakan dalam Skala Likert

X = Skor responden pada skalapengetahuan yang Hendon

diubah menjadi skor - T

X = Mean skor dalam kelompok

S = Standar deviasi skor kelompok

Untuk menentukan kategori sikap, maka dicari nilai median T, bila

a. T > X = maka sikap responden dikategorikan positif (Favorable)

b. T < X maka sikap responden dikategorikan negatif (Unfavorable)

Setelah diperoleh kriteria untuk respon pengetahuan kemudian

kategori di atas dihitung dengan rumus presentase :

P = fn

x 100 %

( Arikunto,2010)

Dimana :

P = presentase

f == frekuensi kategori tertentu

n = jumlah responden

Setelah dilakukan pengolahan data, kemudian diinterpretasikan

dengan menggunakan skala :

0% = Tidak seorangpun responden

10/10- 19% = Sangat sedikit responden

20%; - 39% = Sebagian kecil responden

40% - 59% =Sebagian responden

60% - 79% = Sebagian besar responden

80%-99% = Hampir seluruh responden

100% = Seluruh responden

7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian di Laksanakan di Desa Dukuh Kecamatan Ibun Kab Bandung,

tepatnya di pemukiman warga setempat. Waktu di Laksanakan yaitu mulai 23 Maret

sampai dengan 16 Juni 2013.