las listrik Electrode welding, Teknik Industri, Randy Suwandy
-
Upload
randy-suwandy -
Category
Education
-
view
1.654 -
download
11
Transcript of las listrik Electrode welding, Teknik Industri, Randy Suwandy
ELECTRIC WELDING TUGAS MAKALAH PROSES PRODUKSI
NAMA : RANDY SUWANDY NPM : 13.815.0021 MATA KULIAH : PROSES PRODUKSI
2014
Randy Suwandy Teknik Industri
12/5/2014
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 2
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
LATAR BELAKANG 3
BAB II 9
PEMBAHASAN 9
PENGERTIAN 9
PENGELASAN LEBUR 10
Pengelasan Busur 11
Macam-macam gerakan elektroda 11
Posisi-posisi pengelasan 11
Perlengkapan Keselamatan Kerja 15
KLASIFIKASI ELEKTRODA 16
Shielded Metal Arc Welding 17
Tungsten Electrode 18
Lapisan Electroda 18
Simbol Electroda dan Maknanya 19
Pengujian Electroda 20
Elektrode terumpan (consumable electrodes) 25
Elektrode tak terumpan (nonconsumable electrodes) 25
Proses Pengelasan Elektrode Terumpan 28
Proses Pengelasan Elektrode Tak Terumpan 32 Berbagai Pengelasan Busur 33 BAB III 42 PENUTUP 42 KESIMPULAN 42
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 3
BAB I (PENDAHULUAN)
A. LATAR BELAKANG
Dengan semakin berkembangnya teknologi industri saat ini, tidak bisa
mengesampingkan pentingnya penggunaan logam sebagai komponen utama produksi
suatu barang, mulai dari kebutuhan yang paling sederhana seperti alat-alat rumah
tangga hingga konstruksi bangunan dan konstruksi permesinan. Hal ini menyebabkan
pemakaian bahan-bahan logam seperti besi cor, baja, aluminium dan lainnya menjadi
semakin meningkat. Sehingga dapat dikatakan tanpa pemanfaatan logam, kemajuan
peradaban manusia tidak mungkin terjadi. Dengan kemampuan akalnya, manusia
mampu memanfaatkan logam sebagai alat bantu kehidupannya yang sangat vital.
Berbagai macam konstruksi mesin, bangunan dan lainnya dapat tercipta dengan adanya
logam. Logam tersebut menimbulkan kebutuhan akan teknologi perakitan atau
penyambungan. Salah satu teknologi penyambungan tersebut adalah dengan
pengelasan. Teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi dalam dua kelompok
besar, yaitu : 1. Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik
penyambunganlogam yang dapat dilepas kembali. 2. Penyambungan tetap (permanen
joint), yaitu teknik penyambungan logam dengan cara mengubah struktur logam yang
akan disambung dengan penambahan logam pengisi. Termasuk dalam kelompok ini
adalah solder, brazing dan pengelasan. Dari teknik tersebut dijadikan sebagai dasar
dibentuknya benda-benda logam seperti yang dimaksud pada uraian diatas. Dalam hal
ini proses pengelasan terdiri dari las listrik dan las gas.
Pada era sekarang ini banyak dilakukan penyambungan pada logam plat dengan
mempergunakan arus listrik dimana arus digunakan untuk melumerkan bahan tambah
agar dapat menyatukan dua plat yang akan disambung. Pelumeran bahan tambah pada
las listrik dilakukan oleh busur elektroda listrik. Busur elektroda listrik ini memberikan
panas yang tinggi untuk melumerkan bahan tambah serta bahan yang akan dilas
Pada umumnya las listrik dibedakann menjadi 2, yaitu
1. Las Tekan
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 4
Las tekan adalah pengelaasan yang dilakukan untuk mengalirkan arus listrik
melalui bidang – bidang dari bagian benda kerja yang akan dilas, dimana tahanan yang
ditimbulkan arus listrik akan menghasilakan panas yang besar yang digunakkan untuk
melumerkan bagian logam yang akan disambung.
Logam yang disambung tadi mendapat tekanan dan akan bersatu karena panas yang
dibangkitkan arus pada bidang – bidang logam.
Contoh las tekan antara lain las tumpul, las titik, dan las roda (las roll)
2. Las Lumer
Las lumer disebut juga las busur nyala karena pengelasan yang dilakukan
dengan jalan melelehkan logam yang dilas dengan busur nyala listrik. Jadi panas yang
diperoleh untuk melelehkan benda kerja didapat dari busur nyala listrik yang dibentuk
dari arus listrik diantara elektroda dan benda kerja (masa las listrik).
Kedua jenis las listrik tersebut adalah yang paling banyak digunakan untuk
menyambung bagian-bagian dari llogam, dimana untuk menyambung dua bidang logam
dengan car alas lumer dipergunakan bahan tambahan yang dinamakan elektroda las,
sedangkan las tekan hanya berdasarkan panas yang didapat dari pengaliran arus listrik.
II. LAS BUSUR NYALA
Las busur nyala adalah termasuk salah satu cara yang paling banyak digunakan
untuk menyambung bidang-bidang dari 2 buah logam dengan sumbeer pemanasan atau
pelumerannya dai busur nyala listrik.
Busur nyala yang menimbulkan panas digunakan untuk melelehakan bidang-
bidang benda kerja yang akan disambung, di mana untuk mendapatkan bususr nyala
adalah dengan mengontakkan elektroda las dengan benda kerja yang akan di las,
setelah arus listrik mengalir dari elektroda ke benda kerja maka kontak akan
diputuskan dengan menarik elektroda sedikit di atas benda kerja, sehingga jarak antara
benda kerja dengan elektroda menimbulkan busur nyala.
Pada umumnya suatu busur nyala terjadi karena arus listrik yang megalir
melalui udara dari elektroda ke benda kerja yang disebabkan adanya selisih tegangan
antara elktroda dan masa benda kerja yang disebut tegangan busur nyala. Tegangan
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 5
busur nyala untuk mesin las arus searah sekitar 40-45 volt dan mesin las arus bolak-
balik sekitar 50-60 volt dan tegangan busur nyala ini akan turun apabila busur nyala
terjadi, dimana busur nyala akan tetap stabil sekitar 15-30 volt setelah mulai
pengelasan benda kerja dilakukan.
2.1 Mesin (trafo) Las
Mesin las digunakan untuk membagi tegangan untuk mendapatkan busur nyala yang
memberikan panas untuk mencairkan logam-logam yang di las. Mesin las memperoleh
sumber tenaga atau dynamo las digerakkan oleh:
a. Aliran listrik dari gardu induk dimana arus listrik dari gardu masih mempunyai
tegangan tinggi yang belum dapat digunakan sabagai arus las. Oleh karena itu arus yang
mempunyai tegangan tinggi sebelum digunakan terlebih dahulu arus tersebut dirubah
menjadi arus searah melalui transformator.
b. Motor listrik, motor bensin atau motor diesel yang memutar poros generator las.
Berdasarkan arus yang bekerja pada mesin las, mesin las dibedakan menjadi dua, yaitu
mesin las dengan arus bolak – balik atau A.C dan mesin las dengan arus searah atau D.C .
a. Mesin las arus bolak – balik (A.C)
Mesin las arus bolak balik memperoleh busur nyala dari transformator, dimana dalam
pesawat las ini arus dari jaring – jaring listrik dirubah menjadi arus bolak – balik oleh
transformator yang sesuai dengan arus yang digunakan untuk mengelas, sehingga
mesin las ini disebut juga mesin las transformator. Transformator las mempunyai dua
buah kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Kumparan pada
transformator ini mengacu pada transformator step down, dimana kumparan
transformator ini dapat menggadakan arus yang berasal dari gardu induk.
Arus pada transformator dapat disetel sesuai kebutuhan dengan memutar ulir penyetel
arus. Pada transformator las A.C, terdapat dua kabel yaitu kabel busur dan kabel masa,
dimana jika kedua kabel tersebut tertukar, tidak akan mempengaruhi perubahan
temperature yang timbul
Keuntungan transformator A.C adalah
1. Dapat menghasilkan rigi – rigi las yang baik dan dapat menghindarkan timbulnya
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 6
keropos – keropos karena mempunyai busur nyala yang kecil
2. Pengawasan, perawatan, dan perlengkapan mesin las lebih murah.
Kerugiannya antara lain :
1. Tidak dapat dipergunakan untuk semua jenis elektroda
2. Tidak dapat digunakan untuk mengelas semua jenis logam
b. Mesin las arus searah (D.C)
Mesin las arus searah memperoleh busur nyala dari arus listrik yang diperoleh dari
dynamo las arus searah dan pesawat perata arus sehingga berdasarkan hal tersebut ,
pesawat mesin las dibedakan menjadi dua, yaitu dynamo las yang digerakkan oleh
mesin diesel / bensin dan mesin las yang mengambil sumber arus AC dan
menyearahkannya menjadi DC.
Mesin las yang digerakkan oleh mesin diesel atau bensin sangat baik dipakai dalam
pengerjaan di lapangan dan bengkel – bengkel yang tidak mempunyai jaringan listrik ,
karena mesin las ini bersifat portable.
Mesin las DC mempunyai polaritas yang berbeda – beda, tidak seperti mesin las AC yang
dapat digunakan dengan kutub sembarang (terbalik – balik). Berikut ini adalah
polaritas mesin las DC
1. Hubungan arus polaritas terbalik (DCRP)
DCRP (Direct Current Reverse Polarity) adalah jika kabel masa dipasang pada benda
kerja dengan kutub anoda dan kabel elektroda dihubungkan dengan kutub anoda.
Pada hubungan DCRP panas yang diberikan oleh mesin las didistribusikan 1/3 ke benda
kerja dan 2/3 nya ke elektroda sehingga panas yang diberikan mesin las ke elektroda
lebih banyak daripada panas yang diberikan ke benda kerja.
2. Hubungan arus polaritas lurus (DCSP)
DCSP (Direct Current Straight Polarity) adalah pemasangan kabel las dengan
menghubungkan antara kabel masa (benda kerja) dengan kabel anoda (positif) dan
kabel elektroda dengan kutub katoda (negatif).
Pada hubungan DCSP, panas yang diterima benda kerja lebih banyak daripada panas
yang diterima elektroda dengan perbandingan 2/3 banding 1/3.
Keuntungan mesin las arus DC adalah sebagai berikut :
1. Seluruh jenis elektroda dapat dipergunakan (elektroda berbalut dan tidak berbalut)
2. Seluruh jenis logam dapat dilas
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 7
3. Dapat dipergunakan untuk mengelas plat yang tipis
4. Mempunyai nyala busur yang stabil
5. Mesin las ini tidak mempunyai bagian – bagian yang berputar seperti dynamo las
6. Dapat dipergunakan untuk pekerjaan lapangan atau bengkel yang tidak dilalui jaring
– jaring listrik
c. Mesin las arus ganda (AC / DC)
Mesin las arus ganda adalah mesin las yang mempunyai transformator satu phase dan
alat perata dalam sebuah rangka. Arus dari jaringan kabel AC dirubah menjadi arus DC
dengan generator penyearah arus. Pengaturan arus dapat disetel dengan jalan memtuar
ulir pengeluaran arus.
Mesin las arus ganda dapat menyuplai arus antara 25 ampere sampai 140 ampere yagn
digunakan untuk mengelas plat – plat tipis, baja anti karat (stainless steel) dan
alumunium. Untuk mengelas benda kerja yang tebal ,arus dapat disetel 60 – 300
ampere.
2.2 Alat-alat perlengkapan las listrik
Bengkel las selain mempunyai mesin las, juga dilengkapi dengan alat-alat perlengkapan
lainnya seperti: kabel las, pakaian las, palu las, sikat kawat baja, kap atau topi las, dsb.
a. Ruangan las
Tempat atau ruang las adalah suatu perlengkapan yang harus dimiliki. Walaupun
ruangan ini tidak begitu diperlukan oleh pekerja las, tetapi oleh Jawatan Pengawasan
Keselamatan Kerja mengharuskan setiap bengkel las harus mempunyai perengkapan
tersebut.
b. Perlengkapan pengaman
Perlengakpan ini harus dipunyai setiap bengkel las untuk melindungi dari asap dan
radiasi panas serta sinar ultra violet. Peralatan pengaman terdiri dari:
1. Perlengkapan pelindung muka
2. Perlengkapan pelindung badan
c. Kabel las
Digunakan sebagai tempat mengalirnya arus dari sumber tenaga ke mesin las dan dari
mesin las ke elektrodalali kembali ke mesin las melalui kabel masa. Pada setiap mesin
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 8
terdapat dua kabel yaitu primer dan sekunder. Kabel primer adalah kabel yang
digunakan untuk mengalirkan arus listrik dari sumber tegangan ke dalam mesin las.
Sedangkan kabel sekunder digunakan untuk mengalirkan arus dari mesin las ke
penjepit elektroda dan kembali ke mesin las melalui kabel masa.
d. Tang las
Perlengkapan sewaktu mengelas yang gunanya untuk menjepit elektroda dan benda
kerja. Tang las terdiri dari tang elektroda dan tang masa, dimana alat-alat ini terdiri dari
beberapa jenis yaitu: tang elektroda itu sendiri, tang masa magnit, dan tang masa klem.
e. Palu terak (bik hammer) dan sikat baja
Palu terak adalah sebuah palu yang khusus dimana salah satu ujungnya dibuat
berbentuk runcingyang digunakan untuk mengetok sudut rigi-rigi las dan ujung yang
sebelah lagi berbentuk pahat picak yang digunakan untuk mengetok permukaan rigi-
rigi las.
Sikat baja digunakan untuk membersihkan bidang benda kerja sebelum dan sesudah di
las, juga membersihkan kotoran, debu dan sisi terak pada rigi-rigi las setelah diketok
dan dipahat oleh palu terak.
f. Tang penjepit benda kerja panas
Sebuah tang yang digunakan untuk menjepit benda kerja yang masih panas setelah di
las. Tang ini terbuat dari baja karbon pada keseluruhan tang dan berdasarkan kegunaan
dalam menjepit benda kerja panas.
BAB II (PEMBAHASAN)
Pengertian Las
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 9
Definisi las adalah suatu proses penyambungan plat atau logam menjadi satu
akibat panas dengan atau tanpa tekanan. Yaitu, dengan cara logam yang akan
disambung dipanaskan terlebih dahulu sehingga meleleh, kemudian baru disambung
dengan bantuan perekat (filler). Selain itu las juga bisa didefinisikan sebagai ikatan
metalurgi yang timbul akibat adanya gaya tarik antara atom, dan bisa juga dikatakan
salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang
diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur
listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik
akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari
elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah
dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah benda
tersebut. Sambungan las mempunyai tingkat kerapatan yang baik serta mempunyai
kekuatan sambungan yang memadai. Sambungan las ini juga mempunyai tingkat
efisiensi kekuatan sambungan yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan
sambungan yang lainnya. Di samping itu segi operasional pengerjaan sambungan
konstruksi las lebih sederhana dan relatif murah.
Proses pengelasan dibagi dalam dua kategori utama, yaitu pengelasan lebur dan
pengelasan padat. Pengelasan lebur menggunakan panas untuk melebur permukaan
yang akan disambung, beberapa operasi menggunakan logam pengisi dan yang lain
tanpa logam pengisi. Pengelasan padat proses penyambungannya menggunakan panas
dan/atau tekanan, tetapi tidak terjadi peleburan pada logam dasar dan tanpa
penambahan logam pengisi.Pengelasan lebur dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Pengelasan busur (arc welding, AW)
Pengelasan resistansi listrik (resistance welding, RW)
Pengelasan gas (oxyfuel gas welding, OFW)
Proses pengelasan lebur yang lain.
I. PENGELASAN LEBUR
A. Pengelasan Busur
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 10
Pengelasan busur adalah pengelasan lebur dimana penyatuan logam dicapai dengan
menggunakan panas dari busur listrik. Busur listrik timbul karena adanya pelepasan
muatan listrik melewati celah dalam rangkaian, dan panas yang dihasilkan akan
menyebabkan gas pada celah tersebut mengalami ionisasi (disebut plasma). Untuk
menghasilkan busur dalam pengelasan busur, elektrode disentuhkan dengan benda
kerja dan secara cepat dipisahkan dalam jarak yang pendek. Energi listrik dari busur
dapat menghasilkan panas dengan suhu 10.000˚F (5500˚C) atau lebih, cukup panas
untuk melebur logam. Genangan logam cair, terdiri atas logam dasar dan logam pengisi
(bila digunakan), terbentuk di dekat ujung elektrode. Kebanyakan proses pengelasan
busur, logam pengisi ditambahkan selama operasi untuk menambah volume dan
kekuatan sambungan las-an. Karena logam pengisi dilepaskan sepanjang sambungan,
genangan las-an cair membeku dalam jaluran yang berombak.
Pergerakan elektrode relatif terhadap benda kerja dapat dilakukan secara manual atau
dengan bantuan peralatan mekanik (pengelasan mesin, pengelasan automatik,
pengelasan robotik). Kelemahan bila pengelasan busur dilakukan secara manual,
kualitas las-an sangat tergantung kepada ketrampilan pengelas.
Produktivitas dalam pengelasan busur sering diukur sebagai waktu busur (arc time),
yaitu :
Waktu busur = waktu busur terbentuk : jam kerja
Untuk pengelasan manual, waktu busur biasanya sekitar 20 %. Waktu busur bertambah
sekitar 50 % untuk pengelasan mesin, automatik, dan robotik.
a) Teknologi Pengelasan Busur
Sebelum menjelaskan proses pengelasan busur secara individual, terlebih dulu akan
dibahas elemen-elemen dasar yang menyertai proses ini, seperti :
elektrode,
pelindung busur (arc shielding), dan
sumber daya dalam pengelasan busur.
Macam macam gerakan elektroda :
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 11
Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan untuk mengatur
jarak busur listrik agar tetap.
Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang
dikehendaki.
Ayunan keatas menghasilkan alur las yang kecil, sedangkan ayunan kebawah
menghasilkan jalur las yang lebar. Penembusan las pada ayunan keatas lebih dangkal
daripada ayunan kehawah.
Ayunan segitiga dipakai pada jenis elektroda Hydrogen rendah untuk mendapatkan
penembusan las yang baik diantara dua celah pelat.
Posisi di bawah tangan Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang
paling mudah dilakukan. Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan
pengelasan sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan. Kemiringan
elektroda 10 derajat - 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70
derajat - 80 derajat terhadap benda kerja.
Posisi tegak (vertical) Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah
pengelasannya keatas atau ke bawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling
sulit karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil
dengan kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadap vertikal dan 70
derajat - 85 derajat terhadap benda kerja.
Posisi datar (horizontal) Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga
mengelas merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda
mengikuti horizontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat – 10
derajat terhadap garis vertical dan 70 derajat – 80 derajat kearah benda kerja.
Posisi di atas kepala (Overhead) Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya
karena bahan cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu
diperlukan perlengkapan yang serba lengkap. Mengelas dengan posisi ini benda kerja
terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat – 20
derajat terhadap garis vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja.
Posisi datar (1G) Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu
zigzag dan setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada
kedua sisi, tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 12
(1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah. Dapat diapplikasikan pada material pipa
dengan jalan pipa diputar.
Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu pipa pada posisi
tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa. Kesulitan
pengelasan posisi horizontal adalah adanya gaya gravitasi akibatnya cairan Adapun las
akan posisi selalu sudut kebawah. Electrode pengelasan pipa 2G yaitu 90º Panjang
gerakan elektrode antara 1-2 kali diameter elektrode. Bila terlalu panjang dapat
mengakibatkan kurang baiknya mutu las. Panjang busur diusahakan sependek mungkin
yaitu ½ kali diameter elektrode las. Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan
gerakan melingkar dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi
kampuh agar tidak terjadi cacat. Gerakan seperti ini diulangi untuk pengisian
berikutnya.
Posisi vertikal (3G) Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate. Posisi 3G
ini dilaksanakan elektrode pada vertikal. pengelasan ini hampir sama dengan posisi 2G
akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu kebawah.
Posisi horizontal pipa (5G) Pada pengelasan posisi 5G dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Pengelasan naik Biasanya dilakukan pada pipa yang mempunyai dinding teal
karena membutuhkan panas yang tinggi. Pengelasan arah naik rendah
kecepatannya lebih dibandingkan pengelasan dengan arah turun, sehingga panas
masukan tiap satuan luas lebih tinggi dibanding dengan pengelasan turun. Posisi
pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan pengelasan
dilakukan mengelilingi pipa tersebut. Supaya hasil pengelasan baik, maka
diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2. Mulai
pengelasan pada jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan
dengan posisi jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 3. Gerakan elektrode untuk
posisi root pass (las akar) adalah berbentuk segitiga teratur dengan jarak busur
½ kali diameter elektrode.
2. Pengelasan turun Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran
minyak serta gas bumi. Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan
dikarenakan lebih cepat dan lebih ekonomis. Pengelasan posisi Fillet Pengelasan
fillet juga disebut sambungan T.joint pada posisi cairan las-lasan diberikan pada
posisi menyudut. Pada sambungan ini terdapat diantara material pada posisi
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 13
mendatar dan posisi tegak. Posisi sambungan ini termasuk posisi sambungan
yang relative mudah, namun hal yang perlu diperhatikan pada sambungan ini
adalah kemiringan elektroda, gerakan ayunan tergantung pada kondisi atau
kebiasaan operator las.
posisi-posisi pengelasan seperti gambar berikut :
fillet joint (T-joint)
butt joint
Posisi pengelasan 1G pipa, pada pengelasan pipa 1G ini, pipa
diputar dan pengelasan tetap memposisikan elektroda di atas material.
Pengelasan 2G pipa, Pipa diam, juru las mengelas mengitari
pipa
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 14
Pengelasan 5G pipa, pipa diam, juru las mengelas diawali
dari bagian bawah terus melingkan berhenti di pipa bagian atas pada sisi sebelahnya.
pada sisi lain dilakukan dengan cara yang sama yaitu diawali dari bawah terus
melingkar dan berhenti di atas. pengelasan ini disebut dengan posisi pengelasan 5G up
Hill.
Posisi pengelasan di atas adalah posisi 6G. pemasangan pipa dimiringkan 45 derajat
terhadap sumbu horizontal. pengelasan dilakukan dari pipa bagian bawah terus
melingkar ke arah kanan/kiri dan berhenti di atas. dilanjutkan dengan pengelasan
sebaliknya diawali dari bawah dan terus melingkar berhenti di bagian atas. Cara
pengelasan seperti ini disebut 6G up hill.
Angka-angka pada posisi-posisi pengelasan tersebut di atas menunjukkan tingkatan-
tingkatan posisi pengelasan. Angka yang semakin tinggi berarti menujukkan kwalifikasi
yang tinggi pula.
Posisi-posisi pengelasan di atas menunjukkan kwalifikasi juru las yang berhak
mengelasnya. jika juru las memiliki sertifikat kwalifikasi 6G, maka juru las tersebut
diperbolehkan untuk mengelas semua posisi. Tetapi jika juru las tersebut memiliki
sertifikat 4G plate, maka juru las tersebut tidak boleh menglas pipa posisi apapun, tetapi
bileh mengelas posisi pengelasan 1F, 2F, 3F, 4F maupun 1G, 2G, 3G dan 4G.
Titik-titik pada ujung ayunan menyatakan agar gerakan las berhenti sejenak pada
tempat tersebut untuk memberi kesempatan pada cairan las untuk mengisi celah
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 15
sambungan. Tembusan las yang dihasilkan dengan gerekan ayun tidak sebaik dengan
gerakan lurus elektroda. Waktu yang diperlukan untuk gerakan ayun lebih lama,
sehingga dapat menimbulkan pemuaian atau perubahan bentuk dari bahan dasar
Dengan alasan ini maka penggunaan gerakan ayun harus memperhatikan tebal bahan
dasar.
Alur Spiral
Alur Zig-zag
Alur Segitiga
Perlengkapan Keselamatan Kerja
Perlengkapan Keselamatan Kerja Helm Las Helm Ias maupun tabir las digunakan
untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah)
yang dapat merusak kulit maupun mata,Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus
yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut. Sinar Ias yang sangat
terang/kuat itu tidak boleh dilihat dangan mata langsung sampai jarak 16 meter. Oleh
karena itu pada saat mengelas harus mengunakan helm/kedok las yang dapat menahan
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 16
sinsar las dengan kaca las. Ukuran kaca Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan
pengelasan. Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut: No. 6. dipakai untuk
Ias titik No. 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper. No. 6 untuk pengelasan dari 30
sampai 75 amper. No. 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper. No. 12. untuk
pengelasan dari 200 sampai 400 amper. No. 14 untuk pangelasan diatas 400 amper.
Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun dalam dilapisi
dengan kaca putih. Sarung Tangan (Welding Gloves) Sarung tangan dibuat dari kulit
atau asbes lunak untuk memudahkan memegang pemegang elektroda. Pada waktu
mengelas harus selalu dipakai sepasang sarung tangan.
Apron Apron adalan alat pelindung badan dari percikan bunga api yang dibuat
dari kulit atau dari asbes. Ada beberapa jenis/bagian apron : apron lengan apron
lengkap apron dada Sepatu Las Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari
semburan bunga api, Bila tidak ada sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya
dapat juga dipakai masker Las Jika tidak memakai mungkinkan adanya kamar las dan
kamar ventilasi yang baik, maka gunakan sarung muka masker las, agar terhindar dari
asap dan debu las yang beracun.
Elektrode, dapat diklasifikasikan sebagai :
Elektroda dibagi menjadi beberapa klasifikasi, antara lain :
1. Elektroda menurut bahannya :
Elektroda baja karbon
Elektroda baja paduan
Elektroda bukan baja (non ferrous)
Komposisi bahan elektroda dibedakan untuk dapat mempermudah memilih bahan
tambah untuk mengelas benda kerja yang sesuai dengan bahan elektroda.
2.Elektroda berdasarkan fungsinya dalam kaitan hubungan dengan bahan pengelasan
yaitu:
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 17
Elektroda yang habis terpakai (Shielded Metal Arc Welding)
Elektroda yang habis terpakai maksudnya adalah elektroda yang habis menutupi
bahan atau kampuh las dalam proses las dan juga gas yang keluar akibat melelehnya
elektroda dan lapisan pelindung digunakan sebagai pelindung saat pengelasan busur.
Tujuannya lapisan las dilindungi adalah untuk mencegah oksidasi. Lapisan pelindung ini
jika sudah mengering akan membentuk terak yang mudah untuk dihilangkan dengan
palu atau sikat terak. Sedangkan bahan yang digunakan untuk melindngi oksidasi
berasal dari gas pembakaran busur itu sendiri atau dengan lapisan pelindung kimia dan
butir – butir zat pelindung oksidasi pada las SAW (Submerged Arc Welding).
Adapun lapisan – lapisan tersebut terdiri dari beberapa jenis yang disesuaikan dengan
maksud dan cara perlindungan yang tepat untuk berbagai jenis pengelasan. Jenis – jenis
lapisan pelindung yang dimaksud antara lain :
High cellulose sodium
High cellulose potassium
Low hydrogen sodium
Low hydrogen potassium
Iron powder, low hydrogen
High iron oxide
High iron oxide, iron powder
High titania potassium
Iron powder, titania
High tittania sodium
Low hydrogen potassium, iron powder
Elektroda yang tidak langsung habis terpakai (tungsten electrode)
Adalah jika elektroda yang dipakai berbahan tungsten, yaitu elektroda yang
memiliki ketahanan panas yang tinggi terhadap suhu las dan hanya digunakan sebagai
busur tetap untuk jarak tertentu. Elektroda ini digunakan pada pengelasan dengan
metode GTAW (Gas Tungsten Arc Welding).
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 18
3. Elektroda menurut lapisan pelindungnya
Elektroda berbalut
Elektroda las yang berbalut banyak dipergunakan pada proses mengelas dengan busur
nyala, dimana balutan dari suatu kawat inti elektroda terbuat dari bahan – bahan
seperti soda silikat, alumunium silikat, besi mangan, titan dioksida, kalsium karbonat
dan sebagainya.
Pada umumnya elektroda berbalut dibedakan menjadi dua yaitu
Elektroda berbalut tipis mempunyai tebal lapisan balutan 0,1mm dan berat
lapisan sekitar 1% – 5% dari berat elektroda.
Elektroda berbalut tebal mempunyai lapisan sekitar 1 – 3 mm dan berat lapisan
sekitar 15% – 30% dari berat elektroda.
Secara keseluruhan, fungsi lapisan elektroda adalah sebagai beikut:
1. Menyediakan Suatu perisai yang melindungi sekeliling busur api sehingga
oksigen dan nitrogen tidak memasuki logam las.
2. Membuat busur api stabil dan mudah dikontrol.
3. Mengisi setiap kekurangan yang disebabkan oleh oksidasi elemen-elemen
tertentu dari genangan las.
4. Menyediakan suatu terak pelindung untuk menurunkan kerapuhan akibat
pendinginan.
5. Membantu pengontrolan ukuran dan frekuensi tetesan logam cair.
6. Memungkinkan dipergunakannya posisi-posisi yang berbeda.
Elektroda tidak berbungkus (elektroda polos)
Elektroda ini sangat jarang digunakan karena sukar memelihara kestabilan
busur nyala dibandingkan dengan elektroda berbalut. Pada umumnya elektroda ini
digunakan dalam menggunakan las otomatis karena kampuh las mempunyai bahan
pengisi tersendiri dan pemakainnya pada mesin las tangan hanya pada mesin las arus
searah yang digunakan untuk mengelas benda kerja yang tidak terlalu penting
(berkualitas rendah) seperti : mengela pagar, jeruji jendela, dan sebagainya.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 19
Simbol Elektroda dan Maknanya
Berhubung sangat banyaknya jenis elektroda yang dipergunakan untuk berbagai
jenis pengelasan, maka untuk memudahkan pengidentifikasiannya agar sesuai dengan
bahan yang akan dilas dan cara pengelasannya, dibuatlah system symbol atau kode
yang akan mengidentifikasi jenis bahan dan lapisan pelindungnya, kekuatan
mekanisnya, posisi/cara pengelasan, dan jenis arus serta polaritas listrik yang
dikehendaki.
Masing-masing Negara maju menyusun symbol untuk negaranya sendiri sehingga
sangat banyak jumlah symbol yang digunakan. Namun dengan persetujuan diantara
mereka, terdapat kesamaan ataupun kemiripan dalam sifat mekanis maupun susunan
kimianya, sehingga dapat disusun suatu daftar, cara, dan metode pembacaan yang
berorientasi pada AWS (American Welding Society).
Bagian elektroda yang tidak berlapis pelindung
Dimaksudkan untuk nantinya dijepit oleh geraham las. Bagian elektroda tersebut adalah
sebagai berikut:
Untuk pengumpan (feeder) yang otomatis, bagian tak bersalut elektroda untuk
pegangan tanggam tidak boleh kurang dari 1” (25mm). Ujung elektroda harus terbuka
dan sisi lapis pelindung harus diserong untuk memudahkan penorehan busur nyala
pendahuluan. Lapis pelindung harus menyelubungi kawat inti paling sedikit ¼
lingkaran kawat tersebut dari nyala busur listrik.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 20
Pengujian Elektroda
Semua jenis elektroda diuji untuk menentukan mutu apakah sesuai dengan
semua persyaratan suatu elektroda las yang baik. Adapun cara pengujiannya adalah
sebagai berikut:
a) Uji analisis kimiawi
Komposisi kimiawi elektroda baja karbon tidak boleh melebihi limitasi yang tertera
pada table limit komposisi logam las.
b) Uji mekanis
Uji mekanis meliputi uji tarik bahan yang sudah dilaskan secara transversal
Uji tumbukan (Charpy u-notch impact test)
Uji lengkung bahan yang sudah dilaskan secara longitudinal terarah (longitudinal
guided bend test)
Uji las fillet
Setelah bahan dilaskan secara fillet, hasilnya diuji sifat wujudnya untuk
menentukan apakah las fillet bebas dari retakan, overlap, kerak terperangkap, porositas
permukaan, dan undercut yang lebih dalam dari 1/32” (0,8 mm). Kecembungan dan
panjang kakinya harus sesuai dengan table berikut:
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 21
Ukuran standar dan panjang
Ukuran standar dan panjang elektroda tercantum dalam tebel di bawah:
Kandungan air pada lapis pelindung
Elektroda dibuat dengan limit kandungan air yang dapat diterima tergantung
dari jenis dan kekuatan kawat intinya. Elektroda low hydrogen (E7015, E7016, E7018,
E7028, dan E7048) sangat peka terhadap penyerapan air. Lapis anorganiknya
dirancang untuk mengandung sangat sedikit kelembaban sehingga penyimpanannya
harus sangat teliti. Jika ternyata elektroda telah banyak menyerap air melebihi batas
yang dibolehkan, maka agar dapat dipergunakan kembali elektroda harus dipanaskan
untuk menghilangkan kandungan air tadi.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 22
Berikut adalah daftar syarat penyimpanan dan pengeringan elektroda:
Secara keseluruhan, elektroda dapat diklasifikasikan menurut klasifikasi AWS, jenis
bahan pelindung, posisi pengelasan yang sesuai, dan jenis arus listrik.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 23
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini:
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 24
Dalam penulisan kode elektroda pada tabel klasifikasi elektroda, biasanya berisi EXXXX.
Dengan keterangan sebagai berikut:
– E = Elektroda
– XX = dua huruf X terdepan (XX) menandakan kekuatan tarik bahan las setelah
dilaskan, misalnya E60XX berarti bahan tersebut kuat tariknya setelah dilaskan 60.000
psi, E70XX berarti bahan tersebut kuat tariknya setelah 70.000 psi, begitu pula
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 25
seterusnya.
– X = huruf X ketiga menunjukkan posisi pengelasan yang tepat. Untuk angka “1”
menunjukkan boleh dipergunakan untuk semua posisi. Angka “2” menunjukkan hanya
bisa dipergunakan dengan posisi tertentu.
– X = huruf X terakhir menunjukkan jenis arus listrik yang sesuai dengan lapisan
elektrodanya
Elektrode terumpan (consumable electrodes)
Elektrode berbentuk batang atau kawat yang diumpankan sebagai logam pengisi
dalam pengelasan busur. Panjang batang las pada umumnya sekitar 9 sampai 18 in.
(225 sampai 450 mm) dengan diameter ¼ in. (6,5 mm) atau kurang. Kelemahan dari
elektrode bentuk batang, selama pengoperasiannya harus diganti secara periodik,
sehingga memperkecil waktu busur dalam pengelasan. Elektrode bentuk kawat
memiliki kelebihan bahwa pengumpanan dapat dilakukan secara kontinu karena kawat
memiliki ukuran jauh lebih panjang dibandingkan dengan elektrode bentuk batang.
Baik elektrode bentuk batang maupun bentuk kawat kedua-duanya diumpankan ke
busur listrik selama proses dan ditambahkan ke sambungan las-an sebagai logam
pengisi.
Elektrode tak terumpan (nonconsumable electrodes).
Elektrode tak terumpan dibuat dari bahan tungsten atau kadang-kadang dari
bahan grafit, yang dapat tahan terhadap peleburan oleh busur. Walaupun elektrode ini
tidak diumpankan, tetapi secara bertahap akan menipis selama proses pengelasan,
mirip dengan keausan bertahap pada perkakas pemotong dalam operasi pemesinan.
Untuk proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode tak terumpan, logam
pengisi harus diumpankan secara terpisah ke genangan las-an.
Pelindung busur pada suhu tinggi dalam pengelasan busur, logam yang
disambung sangat mudah bereaksi dengan oksigen, nitrogen, dan hidrogin dalam udara
bebas. Reaksi ini dapat memperburuk sifat mekanis sambungan las-an. Untuk
melindungi pengelasan dari pengaruh yang tidak diinginkan tersebut, digunakan gas
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 26
pelindung dan/atau fluks untuk menutup ujung elektrode, busur, dan genangan las-an
cair, sehingga tidak berhubungan secara langsung dengan udara luar sampai logam las-
an tersebut menjadi padat.
Gas pelindung, digunakan gas mulia seperti argon dan helium. Dalam pengelasan
logam ferrous yang dilakukan dengan pengelasan busur, dapat digunakan oksigen dan
karbon dioksida, biasanya dikombinasikan dengan Ar dan/atau He, untuk melindungi
las-an dari udara luar atau untuk mengendalikan bentuk las-an.
Fluks, digunakan untuk mencegah terbentuknya oksida dan pengotoran lainnya.
Selama proses pengelasan, fluks melebur dan menjadi terak cair, menutup operasi dan
melindungi logam las-an lebur. Terak akan mengeras setelah pendinginan dan harus
dilepaskan dengan cara dipecahkan. Fluks biasanya diformulasikan untuk melakukan
beberapa fungsi, seperti :
memberikan perlindungan pengelasan terhadap pengaruh udara luar,untuk
menstabilkan busur, dan
untuk mengurangi terjadinya percikan.
Metode pemakaian fluks berbeda untuk setiap proses. Teknik pemberian fluks dapat
dilakukan dengan cara :
menuangkan butiran fluks pada operasi pengelasan,
menggunakan elektrode batang yang dibungkus dengan fluks dan fluks tersebut
akan melebur selama pengelasan untuk menutup operasi, dan
menggunakan fluks yang ditempatkan dalam inti elektrode tabular dan fluks
dilepaskan pada saat elektrode diumpankan.
Sumber daya dalam pengelasan busur, dapat berupa :
arus searah (direct current, DC), atau
arus bolak-balik (alternating current, AC).
Mesin las yang menggunakan arus bolak-balik lebih murah harga dan biaya
pengoperasiannya, tetapi umumnya terbatas pemakaiannya hanya untuk pengelasan
logam ferrous. Mesin las yang menggunakan arus searah dapat dipakai untuk semua
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 27
jenis logam dengan hasil yang baik dan umumnya busur listrik dapat dikendalikan
dengan lebih baik pula.
Dalam semua proses pengelasan, daya yang digunakan untuk menjalankan
pengoperasian dihasilkan dari arus listrik I yang melewati busur dan tegangan E. Daya
ini dikonversikan menjadi panas, tetapi tidak semua panas ditransfer ke permukaan
benda kerja, karena adanya kebocoran daya dalam penghantar, adanya radiasi, percikan
nyala api, dan sebagainya sehingga mengurangi jumlah panas yang dapat dimanfaatkan.
Efisiensi transformasi panas (heat tranfer efficiency) f1 berbeda untuk setiap proses
pengelasan busur. Pengelasan dengan menggunakan elektrode terumpan memiliki
efisiensi yang lebih besar dibandingkan dengan elektrode tak terumpan, karena
sebagian besar panas yang dihasilkan digunakan untuk melebur elektrode dan benda
kerja. Sedang pengelasan busur tungsten gas yang menggunakan elektrode tak
terumpan memiliki efisiensi paling rendah. Efisiensi peleburan (melting efficiency)f2
selanjutnya mengurangi panas yang ada untuk pengelasan. Keseimbangan daya yang
dihasilkan dalam pengelasan busur didefinisikan dengan persamaan :
HRw = f1.f2.I.E = Um.Aw.v
dimana :
E = tegangan (V)
I = arus (A)
HRw = laju pembentukan panas pada las-an, (Watt atau Joule/sec. atau
Btu/sec.)
Um = energi peleburan logam (melting enrgy for metal), Btu/in3.
Aw = luar permukaan las-an, mm2 atau in2
V = kecepatan gerak pengelasan, mm/sec. atau in/min.
Catatan : 1 Btu = 1055 J
Laju volume pengelasan logam (volume rate of metal welded, MVR), dinyatakan dengan
rumus sebagai berikut :
MVR = HRw / Um , in.3/sec.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 28
Proses Pengelasan Elektrode Terumpan
Pengelasan elektrode terumpan adalah proses pengelasan dimana pada saat
terjadi busur listrik elektrode ikut mencair dan berfungsi sebagai logam pengisi.
Terdapat beberapa pengelasan busur yang menggunakan elektrode terumpan, seperti
antara lain :
pengelasan busur elektrode terbungkus (shielded metal arc welding, SMAW)
pengelasan busur logam gas (gas metal arc welding, GMAW)
pengelasan busur inti-fluks (flux-cored arc welding, FCAW,
pengelasan elektrogas (electrogas welding, EGW)
pengelasan busur rendam (submerged arc welding, SAW).
Pengelasan busur elektrode terbungkus
Pengelasan ini menggunakan batang elektrode yang dibungkus dengan
fluks.Panjang batang elektrode biasanya sekitar 9 sampai 18 in (230 sampai 460 mm)
dan diameter 3/32 sampai 3/8 in. (2,5 sampai 9,5 mm). Logam pengisi yang digunakan
sebagai batang elektrode harus sesuai dengan logam yang akan dilas, komposisinya
biasanya sangat dekat dengan komposisi yang dimiliki logam dasar. Lapisan
pembungkus terdiri dari serbuk selulose yang dicampur dengan oksida, karbonat, dan
unsur-unsur yang lain kemudian disatukan dengan pengikat silikat. Serbuk logam
kadang-kadang juga digunakan sebagai bahan campuran untuk menambah logam
pengisi dan menambah unsur-unsur paduan (alloy). Selama proses pengelasan bahan
fluks yang digunakan untuk membungkus elektrode, akibat panas busur listrik, mencair
membentuk terak yang kemudian menutupi logam cair yang menggenang di tempat
sambungan dan bekerja sebagai penghalang oksidasi.
Pemindahan logam elektrode terjadi pada saat ujung elektrode mencair
membentuk butir-butir yang terbawa oleh arus busur listrik yang terjadi. Arus listrik
yang digunakan sekitar 30 sampai 300 A pada tegangan 15 sampai 45 V. Pemilihan daya
yang digunakan tergantung pada logam yang akan dilas, jenis dan panjang elektrode,
serta dalam penetrasi las-an yang diinginkan.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 29
Pengelasan busur logam gas
Pengelasan ini merupakan proses pengelasan busur yang menggunakan
elektrode terumpan dalam bentuk kawat.Selama proses pengelasan berlangsung, gas
dihembuskan ke daerah las-an untuk melindungi busur dan logam yang mencair
terhadap atmosfir. Diameter kawat yang digunakan berkisar antara 1/32 sampai ¼ in.
(0,8 sampai 6,4 mm), tergantung pada ketebalan bagian logam yang akan disambung.
Gas pelindung yang digunakan adalah gas mulia seperti argon, helium, dan karbon
dioksida. Pemilihan gas yang akan digunakan tergantung pada logam yang akan dilas,
dan juga faktor-faktor yang lain. Gas mulya digunakan untuk pengelasan paduan
aluminium dan baja anti karat, sedang CO2 biasanya digunakan untuk pengelasan baja
karbon rendah atau medium.
Pengelasan busur logam gas banyak digunakan dalam pabrik untuk mengelas berbagai
jenis logam ferrous dan nonferrous.
Keuntungan pengelasan busur logam gas dibandingkan pengelasan manual adalah :
waktu busur lebih besar,
pengelasan biasanya dilakukan secara automatis,
sampah sisa logam pengisi jauh lebih sedikit,
terak yang ditimbulkan lebih sedikit karena tidak memakai fluks,
laju pengelasan lebih tinggi, dan
kualitas daerah las-an sangat baik.
Pengelasan busur inti-fluks
Proses pengelasan busur ini dikembangkan untuk mengatasi kekurangan
elektrode terbungkus yang memiliki panjang batang terbatas. Pengelasan busur inti-
fluks menggunakan elektrode tabung dengan inti fluks dan ditambah unsur-unsur lain.
Unsur-unsur lain yang ditambahkan dalam inti fluks tersebut adalah :
unsur-unsur deoksidiser, dan
unsur-unsur pemadu (alloying).
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 30
Kawat inti-fluks tabular sangat lentur/fleksibel sehingga dapat digulung dan
diumpankan secara kontinu melalui pistol las busur (arc welding gun.Terdapat dua
jenis pengelasan busur inti-fluks, yaitu :
pelindung sendiri (self shielded), dan
pelindung gas (gas shielded).
Pengelasan busur inti-fluks dengan pelindung sendiri di dalam inti kawat
terdapat fluks dan unsur lain yang dapat menghasilkan gas untuk melindungi busur dari
pengaruh atmosfir.
Pengelasan busur inti-fluks dengan pelindung gas, di dalam inti kawat tidak
ditambahkan unsur penghasil gas. Gas pelindung ditambahkan secara terpisah, sama
seperti pada pengelasan busur logam gas.
Keuntungan pengelasan inti-fluks, adalah :
elektrode dapat diumpankan secara kontinu, dan
kualitas las-an sangat baik, sambungan las-an halus dan seragam.
Pengelasan elektrogas
Pengelasan elektrogas adalah proses pengelasan busur yang menggunakan
elektrode terumpan secara kontinu, baik menggunakan kawat inti-fluks atau kawat
elektrode telanjang (bare electrode wire) dengan pelindung gas yang ditambahkan dari
luar. Proses pengelasan ini terutama digunakan dalam las tumpu vertikal, Kedua bagian
logam yang akan disambung dijepit dengan sepatu cetak yang didinginkan dengan air
agar dapat menahan panas logam cair. Sepatu cetak, bersama-sama dengan kedua ujung
logam yang akan dilas, membentuk rongga cetak. Kawat elektrode dalam proses
pengelasan ini biasanya diumpankan secara automatis. Busur terjadi antara elektrode
dan logam dasar sehingga logam cair yang dihasilkan akan mengisi rongga cetak secara
bertahap. Pada saat logam las-an membeku sepatu cetak secara automatis bergerak ke
atas.
Pengelasan busur rendam
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 31
Pengelasan busur rendam adalah proses pengelasan busur yang menggunakan
elektrode kawat telanjang yang diumpankan secara kontinu, dan busur las ditutup
dengan serbuk fluks.Kawat elektrode diumpankan secara automatis dari gulungan ke
busur. Fluks dituangkan melalui suatu tabung pengumpan di depan elektrode, sehingga
busur listrik yang timbul antara elektrode dengan logam dasar terendam oleh serbuk
fluks sepanjang alur las-an.
Panas yang ditimbulkan oleh busur mencairkan logam dan serbuk fluks. Fluks
cair akan mengapung di atas logam cair, membentuk selubung yang dapat mencegah
percikan dan terjadinya oksidasi. Setelah dingin, terak membeku dan mudah
dihilangkan, sedang serbuk yang tersisa diisap dengan sistem vakum dan dapat
dimanfaatkan kembali.
Keuntungan penggunaan pengelasan busur rendam adalah karena serbuk fluks
menutup seluruh operasi pengelasan, sehingga:
dapat meghindarkan terjadinya percikan dan semburan nyala api, radiasi, dan
hal-hal berbahaya lainnya.
tidak perlu menggunakan kaca pengaman,
pendinginan berjalan dengan lambat, sehingga kualitas sambungan las-an sangat
baik, memiliki ketangguhan dan keuletan yang tinggi.
Sifat-sifat yang merugikan adalah :
karena busur tidak tampak, maka penentuan pengelasan yang salah dapat
menggagalkan seluruh hasil pengelasan,
pengelasan terbatas hanya pada posisi horisontal.
Pengelasan busur rendam banyak digunakan dalam fabrik untuk pengelasan
bentuk-bentuk profil, seperti I-beam, T-beam, dan sebagainya
kampuh memanjang dan melingkar dengan diameter besar seperti pipa, tangki,
dan tabung tekanan tinggi.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 32
Proses Pengelasan Elektrode Tak Terumpan
Pengelasan elektrode tak terumpan pada umumnya menggunakan elektrode
wolfram yang dapat menghasilkan busur listrik tanpa turut mencair, dan sebagai logam
pengisi digunakan logam lain yang terpisah dari elektrode tersebut.
Terdapat beberapa pengelasan busur elektrode tak terumpan, seperti antara lain :
pengelasan busur tungsten gas (gas tungsten arc welding, GTAW),
pengelasan busur plasma (plasma arc welding, PAW), dan
beberapa pengelasan busur yang lain.
Pengelasan busur tungsten gas
Pengelasan busur tungsten gas adalah proses pengelasan busur yang
menggunakan elektrode tungsten dan gas mulia sebagai pelindung busur. Pengelasan
ini juga dikenal dengan nama pengelasan gas mulia tungsten (tungsten inert gas
welding, TIG) atau pengelasan gas mulia wolfram (wolfram inert gas welding, WIG).
Pengelasan busur tungsten gas dapat dilakukan dengan logam pengisi maupun tanpa
logam pengisi.Bila digunakan logam pengisi, harus ditambahkan dari luar baik berupa
kawat atau batangan, yang akan dilebur oleh panas busur yang timbul antara elektrode
dan logam dasar. Tetapi bila digunakan untuk mengelas pelat tipis kadang-kadang tidak
diperlukan logam pengisi. Tungsten dipilih sebagai elektrode karena memiliki titik
lebur tinggi yaitu 3410˚C. Sebagai gas pelindung biasanya digunakan argon, helium, atau
gabungan dari kedua unsur ini.
Pengelasan busur tungsten gas dapat digunakan hampir untuk semua jenis
logam dengan berbagai ketebalan, tetapi paling banyak digunakan untuk pengelasan
aluminium dan baja tahan karat. Pengelasan ini dapat digunakan secara manual atau
dengan mesin secara automatis.
Kelebihan dari pengelasan ini adalah :
kualitas las-an sangat baik
tidak ada percikan las-an, karena tidak ada logam pengisi yang ditransfer
melewati busur
sedikit atau tidak ada terak karena tidak digunakan fluks.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 33
Pengelasan busur plasma
Pengelasan busur plasma merupakan bentuk khusus dari pengelasan busur
tungsten gas dengan mengarahkan busur plasma ke daerah las-an. pemanasan gas
dilakukan dengan mengkonsentrasikan busur melalui lubang halus (nosel), dan melalui
lubang tersebut dialirkan pula gas mulia (misalnya, argon atau campuran argon-
hidrogen). Dalam pengelasan ini juga digunakan gas pelindung seperti argon, argon-
hidrogen, dan helium.
Suhu plasma sekitar 28.000˚C atau lebih besar, cukup panas untuk mencairkan
setiap logam yang dikenal. Panas ini diperoleh akibat terkonstrasinya daya sehingga
dihasilkan pancaran plasma dengan densitas energi yang sangat tinggi.
Karena memiliki konsentrasi energi sangat tinggi pada daerah yang kecil, maka
busur plasma sering digunakan untuk proses pemotongan logam dengan ketebalan
mencapai 100 mm atau lebih.
Pengelasan Busur yang Lain
Pengelasan busur yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan proses
pengelasan yang memiliki nilai komersial sangat tinggi. Beberapa pengelasan busur
yang lain, akan dibahas disini karena memiliki prinsip kerja yang khusus, yaitu :
pengelasan busur karbon (carbon arc welding, CAW), dan
pengelasan lantak (stud welding, SW).
Pengelasan busur karbon
Pengelasan busur karbon, adalah proses pengelasan busur elektrode tak
terumpan yang pertama kali dikembangkan. Proses busur karbon digunakan sebagai
sumber panas pembrasingan dan untuk mengendapkan bahan tahan aus di atas
permukaan logam yang lain. Saat ini elektrode karbon telah digantikan dengan
tungsten.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 34
Pengelasan lantak
Pengelasan lantak, digunakan untuk mengelas ujung logam pada bidang datar.
Alatnya berbentuk pistol, memegang ujung batang logam yang akan dilas. Bila picu
ditekan, ujung logam terangkat untuk membentuk busur kemudian ditekan kembali
kecairan logam.Operasi menggunakan pengatur waktu sesuai dengan ukuran logam
yang akan dilas. Busur dilindungi oleh tabung keramik, yang sekaligus menahan logam
cair dan melindungi operator.
Pengelasan Resistansi Listrik
Pada pengelasan ini, permukaan lembaran logam yang akan disambung ditekan
satu sama lain dan arus yang cukup besar kemudian dialirkan melalui logam sehingga
menimbulkan panas pada sambungan. Panas tertinggi muncul di daerah yang memiliki
resistansi listrik tertinggi, yaitu pada permukaan kontak ke dua lembaran logam.
Komponen-komponen utama dalam pengelasan resistansi listrik ditunjukkan dalam
gambar untuk operasi pengelasan titik. Komponen–komponen tersebut termasuk benda
kerja yang akan dilas (biasanya lembaran logam), dua buah elektrode yang saling
berhadapan, dan sumber listrik arus bolak-balik . Hasil dari operasi tersebut dalam
daerah lebur antara dua bagian benda
kerja, dalam pengelasan titik disebut
manik las (weld nugget).
Dalam pengelasan ini tidak digunakan gas
pelindung, fluks, atau logam pengisi, dan
elektrode yang menghubungkan daya
listrik merupakan elektrode tak terumpan.
Pengelasan risistansi listrik
diklasifikasikan sebagai pengelasan lebur
karena panas yang timbul melebur
permukaan kontak ke dua lembaran
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 35
logam tersebut. Namun demikian, terdapat pengecualian, beberapa pengelasan
resistansi listrik menggunakan suhu di bawah titik lebur logam yang disambung, jadi
tidak terjadi proses peleburan.
Sumber panas pada pengelasan resistansi listrik
Energi panas yang diberikan pada operasi pengelasan tergantung pada aliran
arus listrik, resistansi rangkaian, dan panjang waktu arus dialirkan, seperti rumus
berikut ini.
H = I2 R t
dimana :
H = panas yang dihasilkan, W-sec. atau J (1 J= 1/1055 Btu)
I = arus listrik (A)
R = resistansi listrik (w)
t = waktu, detik (sec.)
Arus yang digunakan dalam pengelasan resistansi listrik ini sangat besar
(umumnya, 5000 sampai dengan 20.000 A), tetapi tegangan relatif rendah (biasanya di
bawah 10 V). Panjang waktu arus dialirkan pada umumnya sangat singkat, untuk
pengelasan titik sekitar 0,1 sampai dengan 0,4 detik.
Alasan mengapa diperlukan arus sangat besar, adalah :
bilangan kuadrat dalam rumus di atas menyatakan bahwa arus mempunyai
pengaruh yang besar terhadap besarnya panas yang dihasilkan
resistansi listrik dalam rangkaian sangat rendah (sekitar 0,0001 ().
Resistansi listrik dalam rangkaian merupakan penjumlahan antara :
resistansi pada kedua elektrode
resistansi pada kedua lembaran benda kerja
resistansi permukaan kontak antara elektrode dan benda kerja
resistansi permukaan kontak antara benda kerja dengan benda kerja yang lain.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 36
Kondisi yang ideal bila resistansi terbesar dihasilkan oleh permukaan kontak ke
dua benda kerja, sehingga panas tertinggi dihasilkan pada lokasi ini, sesuai dengan
yang diharapkan. Resistansi pada permukaan kontak ini tergantung pada penyelesaian
permukaan, kebersihan (tidak ada cat, minyak, dan pengotoran yang lain), daerah
kontak, dan tekanan.
Keberhasilan dalam pengelasan resistansi listrik tergantung pada tekanan dan panas.
Fungsi tekanan yang utama dalam pengelasan ini adalah :
menekan elektrode ke permukaan benda kerja, dan permukaan benda kerja
dengan benda kerja yang lain agar terjadi kontak, sehingga dapat dialiri arus
listrik;
menekan permukaan kontak menjadi satu agar diperoleh sambungan bila suhu
pengelasan telah dicapai.
Kelebihan pengelasan resistansi listrik adalah :
tidak menggunakan logam pengisi
kecepatan produksi tinggi
tidak diperlukan operator dengan ketrampilan tinggi, karena mesin dijalankan
secara automatis,
memiliki kemampuan ulang (repeatability) dan keandalan yang baik.
Sedang kelemahan dari pengelasan resistansi listrik ini, adalah :
biaya investasi tinggi, karena harga peralatan mahal,
hanya dapat mengerjakan sambungan tumpang (lap joint),
Proses Pengelasan Resistansi Listrik
Terdapat beberapa proses pengelasan resistansi listrik yang sering digunakan dalam
industri, yaitu :
Pengelasan titik resistansi listrik (resistance spot welding, RSW),
Pengelasan kampuh resistansi listrik (resistance seam welding, RSEW),
Pengelasan proyeksi resistansi listrik (resistance projection welding, RPW),
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 37
Pengelasan titik resistansi listrik
Pengelasan titik resistansi listrik merupakan pengelasan resistansi listrik yang
paling banyak digunakan, seperti dalam produksi massal automobil, alat-alat rumah
tangga, furnitur logam, dan produk-produk lain yang terbuat dari lembaran logam.
Pada proses pengelasan ini peleburan bidang kontak pada lembaran logam
sambungan tumpang dicapai dengan menggunakan elektrode yang saling berhadapan.
Ketebalan lembaran logam yang disambung sekitar 0,125 in. (3mm) atau kurang,
biasanya dilakukan pada sederetan las-an titik, dalam kondisi sambungan las-an tidak
kedap udara. Ukuran dan bentuk las-an titik ditentukan oleh ujung elektrode, pada
umumnya berbentuk bulatan; tetapi kadang-kadang berbentuk yang lain seperti segi
enam, segi empat, dan bentuk-bentuk yang lain. Manik las-an yang dihasilkan pada
umumnya memiliki diameter 0,2 sampai dengan 0,4 in. (5 sampai dengan 10 mm), dan
HAZ berada disekelilingnya.
Operasi pengelasan titik dengan tahapan berikut :
1. elektrode ditutup dan gaya tekan diberikan
2. arus listrik dialirkan (disebut waktu las)
3. arus listrik diputus, tekanan tetap atau ditambah (arus yang kecil kadang-kadang
digunakan sesaat menjelang akhir tahapan ini, untuk menghilangkan tegangan
sisa dari daerah las-an);
4. elektrode dibuka, dan benda kerja yang telah dilas dipindahkan.
Material elektrode yang biasa digunakan terdiri dari dua kelompok, yaitu :
paduan tembaga
komposisi logam tahan api seperti kombinasi tembaga dan tungsten.
Kelompok yang kedua memiliki sifat tahan aus yang tinggi, sehingga banyak
digunakan dalam proses manufaktur. Perkakas akan selalu mengalami keausan secara
bertahap bila digunakan berulang-ulang. Dalam praktek, elektrode didesain dengan
saluran air pendingin.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 38
Karena penggunaan dari pengelasan titik semakin meluas, maka berbagai mesin
dan metode telah dikembangkan untuk melakukan operasi pengelasan titik, termasuk :
mesin pengelasan titik lengan-pemutus (rocker-arm spot welding machine)
mesin pengelasan titik jenis tekan (press type spot welding machine)
pistol pengelasan titik mampu jinjing (portable spot welding guns).
Pengelas titik lengan-pemutus, memiliki elektrode bawah stasioner dan elektrode atas
dapat digerakkan ke atas dan ke bawah untuk pembebanan dan pelepasan benda kerja.
Elektrode atas dihubungkan dengan lengan-pemutus yang gerakannya dapat
dikendalikan dengan mengoperasikan pedal kaki. Mesin yang modern dapat diprogram
untuk mengendalikan gaya dan arus listrik selama siklus kerja. Pengelas titik ini
merupakan jenis pengelas titik stasioner, dimana benda kerja dibawa ke mesin.
Pengelas titik jenis tekan, digunakan untuk benda kerja yang besar. Elektrode
atas memiliki gerakan garis lurus yang disiapkan untuk penekanan vertikal, dengan
daya pneumatik atau hidraulik. Tekanan yang digunakan lebih besar dan biasanya
diprogam untuk siklus kerja yang lebih kompleks. Sama seperti pengelas titik lengan-
pemutus, pada pengelas titik jenis tekan, mesin juga diletakkan stasioner sedang benda
kerja dibawa ke mesin.
Pistol pengelasan titik mampu jinjing, merupakan mesin pengelas titik dengan
pistol pengelas yang dapat dijinjing; digunakan untuk pengelasan benda kerja besar
yang sulit dipindahkan. Peralatan pistol terdiri dari elektrode saling berhadapan yang
memiliki mekanisme penjepit. Setiap unit memiliki bobot yang ringan sehingga dapat
dioperasikan dengan tenaga manusia atau robot industri. Pistol dihubungkan dengan
sumber daya menggunakan kabel listrik fleksibel (untuk mengalirkan arus listrik) dan
selang udara (untuk gerakan penjepit pneumatik). Air pendingin untuk elektrode, bila
diperlukan, dapat juga disiapkan melalui selang air. Pistol pengelasan titik mampu
jinjing banyak digunakan dalam perakitan akhir automobil untuk mengelas lembaran
logam bodi mobil.
Pengelasan kampuh resistansi listrik
Dalam pengelasan kampuh resistansi listrik ini digunakan elektrode roda yang
dapat diputar, dan serangkaian las-an titik yang tumpang-tindih dibuat sepanjang
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 39
sambungan tumpang. Proses pengelasan ini dapat menghasilkan las-an kedap udara,
sehingga banyak digunakan dalam pembuatan tangki gasolin, peredam suara automobil,
dan berbagai macam fabrikasi kontainer dari bahan logam lembaran. Secara teknik
pengelasan kampuh ini sama seperti pengelasan titik, hanya disini elektrode roda
biasanya diopersaikan secara kontinu, sehingga menghasilkan kampuh las-an lurus atau
garis kurve seragam. Sudut yang tajam sulit dikerjakan dengan menggunakan metode
ini.
Jarak antara manik las-an dalam pengelasan kampuh resistansi listrik ini
tergantung pada gerakan roda elektrode relatif terhadap aplikasi arus las. Operasi yang
biasa digunakan, disebut pengelasan gerakan kontinu (continuous motion welding),
roda berputar secara kontinu pada kecepatan yang konstan, dan arus listrik diberikan
pada interval waktu tertentu sesuai dengan jarak titik las-an yang diinginkan.
Frekuensi pelepasan arus biasanya diatur dengan interval sedemikianrupa
sehingga dihasilkan manik las-an tumpang-tindih. Tetapi bila interval pelepasan arus
listrik dikurangi, maka akan diperoleh manik las-an dengan jarak tertentu, metode ini
disebut pengelasan titik rol (roll spot welding). Variasi yang lain, arus las dialirkan
secara konstan (tidak berbentuk pulsa) sehingga dihasilkan kampuh yang benar-benar
kontinu.
Pendinginan benda kerja dan roda dilakukan dengan mengalirkan air pendingin pada
sisi atas dan bawah permukaan benda kerja dekat roda elektrode.
Pengelasan proyeksi resistansi listrik
Pengelasan proyeksi resistansi listrik hampir sama dengan pengelasan titik
resistansi listrik. Lembaran logam yang akan dilas, dipres dahulu dengan mesin pons,
sehingga terjadi sembulan (proyeksi) dari dalam logam. Diameter permukaan proyeksi
sama dengan tebal lembaran, sedang tinggi proyeksi lebih kurang 60 % dari tebal
lembaran tadi. Proyeksi tersebut merupakan titik-titik dimana akan dilakukan
sambungan las, sehingga cara ini dapat dihasilkan beberapa sambungan las sekaligus.
Keunggulan pengelasan proyeksi dibandingkan dengan pengelasan titik adalah :
penampilan lebih baik
umur elektrode lebih panjang karena digunakan permukaan rata
pemeliharaan elektrode lebih mudah
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 40
pembuatan titik-titik proyeksi diperlukan biaya, tetapi dengan menghemat biaya
pengelasan, maka secara keseluruhan biaya menjadi lebih murah.
Penyambungan kawat melintang seperti misalnya kawat pagar, kereta belanja, dan
pemanggangan. Dalam proses ini permukaan kontak yang berbentuk bulatan berfungsi
sebagai proyeksi, dimana terjadi panas resistansi untuk pengelasan.
Operasi pengelasan yang lain
Beberapa pengelasan yang lain, yang menggunakan prinsip pengelasan resistansi listrik
adalah :
pengelasan nyala (flash welding, FW),
pengelasan upset (upset welding, UW),
pengelasan perkusi (percussion welding, PEW), dan
pengelasan resistansi frekuensi tinggi (high-frequency resintance welding,
HFRW).
Pengelasan nyala, umumnya digunakan untuk sambungan tumpu (butt joints).Benda
kerja dijepit dalam mesin dan bagian-bagian yang akan disambung disatukan dengan
tekanan serendah mungkin, sehingga masih terdapat celah diantara kedua permukaan
kontak. Dengan menggunakan tegangan listrik yang tinggi akan menimbulkan loncatan
nyala api diantara kedua permukaan kontak tersebut, sehingga suhu naik mencapai
suhu tempa. Karena panas yang dihasilkan akibat adanya nyala api, kadang-kadang
pengelasan ini juga digolongkan sebagai pengelasan busur.
Sejalan dengan naiknya suhu pada permukaan kontak, tekanan perlahan-lahan
ditingkatkan hingga terbentuk sambungan las-an. Tekanan yang digunakan berkisar
antara 35 hingga 170 MPa. Sirip tipis yang terbentuk di sekeliling sambungan biasanya
dihilangkan dengan proses pemesinan.
Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak
disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak
tersebut tidak terdapat celah. Dalam opearasi pengelasan ini, benda kerja dijepit dalam
mesin dan ditekan, kemudian dialirkan arus listrik, sehingga terjadi pemanasan akibat
adanya resistansi listrik. Laju pemanasan tergantung pada tekanan, jenis bahan, dan
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 41
keadaan permukaan. Karena resistansi listrik berbanding terbalik dengan tekanan,
maka tekanan mula biasanya rendah kemudian ditingkatkan (upseting force) sehingga
terbentuk sambungan las-an. Tekanan yang digunakan berkisar antara 15 hingga 55
MPa. Cara pengelasan ini banyak digunakan untuk batang, pipa, struktur yang kecil, dan
benda-benda lain dengan penampang yang sama.
Pengelasan perkusi, juga hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja durasi
siklus pengelasan sangat pendek, umumnya hanya sekitar 1 hingga 10 mdetik.
Pemanasan yang cepat dihasilkan dengan pelepasan energi listrik secara mendadak
antara kedua permukaan, kemudian segera diikuti dengan proses perkusi (tumbukan)
satu bagian terhadap bagian yang lain sehingga terbentuk sambungan las-an.
Pengelasan resistansi frekuensi tinggi, merupakan proses pengelasan resistansi listrik
yang menggunakan arus bolak-balik frekuensi tinggi untuk menghasilkan panas,
kemudian segera diikuti dengan memberikan gaya tekan tambahan (upset force),
sehingga terjadi proses penyambungan.
Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 kHz, dan elektrode
dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan las-an dengan cepat.
Variasi dari proses ini, disebut pengelasan induksi frekuensi tinggi (high-frequency
induction welding, HFIW), arus pemanasan diinduksikan ke benda kerja dengan
menggunakan kumparan induksi frekuensi tinggi, Kumparan tidak bersentuhan dengan
benda kerja. Pengelasan resistansi frekuensi tinggi dan pengelasan induksi frekuensi
tinggi adalah pengelasan tumpu kontinu yang digunakan dalam penyambungan pipa
atau tabung dengan kampuh yang memanjang.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 42
BAB III (PENUTUP)
Kesimpulan : las adalah suatu proses penyambungan plat atau logam menjadi satu
akibat panas dengan atau tanpa tekanan, Dalam makalah ini dijelaskan
tentang klasifikasi elektroda beserta penggunaannya pada sistem las
listrik. Serta dicantumkan pula tabel dengan cara pembacaannya
dimaksudkan untuk memudahkan pembaca memahami klasifikasinya
Setelah membaca dari beberapa referensi yang di dapatkan, kami jadi
mengetahui Pengertian las listrik, alat-alat yang digunakan pada proses
pengelasan las listrik, Posisi pengelasan las listrik, tingkat kesususahan
dalam pengelasan las listrik serta keselamatan kerja yang semestinya
dilaksanakan dalam proses pengelasan las listrik
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 43