Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
-
Upload
dinas-perikanan-dan-kelautan-provinsi-jawa-barat -
Category
Documents
-
view
1.114 -
download
7
Transcript of Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Laporan Praktikum Biologi Perikanan
LARVA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
Dosen Penanggung Jawab
Ani Suryanti, S.Pi, M.Si
Indra Lesmana, S.Pi, M.Si
Oleh
Tiur Natalia Manalu
120302028
VI / B
LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan berkatNya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Biologi
Perikanan. Laporan praktikum ini berjudul „‟Larva Ikan Nila (Oreochromis
niloticus)‟‟. Laporan praktikum ini dibuat dalam rangka membuka wawasan
pengetahuan mengenai perkambangan larva ikan nila di perairan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ani Suryani, S.Pi, M.Si, dan Indra Lesmana, S.Pi, M.Si, selaku dosen penanggung
jawab praktikum Biologi Perikanan. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada abang dan kakak asisten laboratorium yang telah membimbing penulis
baik di laboratorium maupun dalam pembuatan laporan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa dalam mengerjakan laporan praktikum ini masih
terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi perbaikan ke depan. Semoga laporan praktikum
ini bisa bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum.......................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ................................................ 3
2.2 Larva Ikan Nila Oreochromis niloticus) ....................................... 4
BAB III BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ....................................................... 9
3.2 Alat dan Bahan Praktikum ............................................................ 9
3.3 Prosedur Praktikum ....................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ............................................................................................. 10
4.1. 1 Gambar Perkembangan Larva Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) ....................................................... 8
4.1.2 Tabel Pengamatan Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 9
4.1.3 Analisis ............................................................................... 9
4.2 Pembahasan .................................................................................. 10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 13
5.2 Saran ............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan nila berasal dari sungai Nil di Afrika Utara dan masih berkerabat
dekat dengan ikan mujair sehingga mempunyai sifat yang hampir sama. Nila
merupakan ikan yang sangat populer dibudidayakan, dengan keunggulan yaitu
cara membudidayakannya mudah, tahan terhadap penyakit sesuai dengan iklim
tropis, memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan ikan
tersebut merupakan komoditas ikan air tawar yang memperoleh banyak perhatian
dari pemerintah dan pemerhati masalah perikanan dunia, terutama dalam hal
peningkatan gizi masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang. Berbagai
upaya penelitian dengan tujuan memperoleh ikan nila yang produktif terus
dilakukan di Indonesia (Hertanto, dkk., 2013).
Ikan Nila dapat dipijahkan secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan
hormon), semi buatan (dengan pemberian rangsangan hormon dengan proses
ovulasi secara alamiah), dan buatan (dengan pemberian rangsangan hormon
dengan proses ovulasi dan pembuahan dilakukan secara buatan). Nila jantan akan
membuat sarang pada dasar kolam kemudian mengundang betina untuk bertelur
pada sarang, ketika telur-telur Nila keluar, Nila jantan akan membuahi dengan
cara menyemprotkan “cairan jantan” ke telur-telur. Setelah telur dibuahi oleh si
jantan maka betina kembali menyimpan telur-telur ke dalam mulutnya. Nila mulai
dapat memijah pada umur 4 bulan atau bobot sekitar 100 – 150 gram tetapi
produksi telurnya masih sedikit. Induk yang paling produktif bobotnya antara 500
– 600 gram. Apabila bobot induk sudah melebihi 1 kg (umur sudah 1 tahun lebih),
induk dianggap sudah terlalu tua sehingga kualitas anaknya kurang baik.
Pembiakan terjadi setiap tahun tanpa adanya musim tertentu. Induk betina matang
kelamin dapat menghasilkan telur antara 300 -1.500 butir tergantung ukuran induk
betina tersebut (Febrina, 2013).
Jaminan stok berbagai komoditas perikanan umumnya tergantung pada
keberadaan fase larva. Pada tahap awal daur hidup ikan mempunyai mortalitas
yang tinggi karena kepekaan terhadap predator, ketersediaan makanan, dan juga
perubahan lingkungan yang terjadi di alam (critical period). Dengan
terganggunya tahap-tahap awal dari kehidupan ikan maka hal ini memberi
dampak negatif bagi populasi ikan. Kondisi perairan sangat menentukan
kelimpahan dan penyebaran organisme di dalamnya, akan tetapi setiap organisme
memiliki kebutuhan dan preferensi lingkungan yang berbeda untuk hidup yang
terkait dengan karakteristik lingkungannya. Ada tiga alasan utama bagi ikan untuk
memilih tempat hidup yaitu 1) yang sesuai dengan kondisi tubuhnya, 2) sumber
makanan yang banyak, 3) cocok untuk perkembangbiakan dan pemijahan. Dalam
rangka pengelolaan sumberdaya hayati perairan laut, pemahaman terhadap faktor-
faktor fisik laut dan pengaruhnya terhadap perkembangan biota laut merupakan
suatu kebutuhan yang mutlak (Anwar, 2008).
Peningkatan usaha budidaya menuntut ketersediaan benih yang cukup,
berkualitas dan berkesinambungan. Hal ini merupakan permasalahan yang sering
dihadapi dalam usaha budidaya ikan, karena benih merupakan komponen utama
yang sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya. Permasalahan yang
dihadapi untuk mengatasi ketersediaan benih yang berkesinambungan adalah
keberhasilan dalam usaha pembenihan, usaha pembenihan selain ketersediaan
induk, yang perlu juga diperhatikan adalah pada perawatan larva. Larva ikan
bawal merupakan tahapan yang paling kritis pada siklus hidupnya dan merupakan
suatu tahapan yang tingkat mortalitasnya paling tinggi. Salah satu faktor penting
dalam perawatan larva ikan adalah pengelolaan kualitas air dan terjaganya
kualitas air (Kelabora dan sabariah, 2010).
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal dan memahami
fase perkembangan larva ikan nila (Oreochromis niloticus) dan mengetahui masa
kritis pada perkembangan ikan adalah pada masa larva
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tahap-tahap
perkembangan larva ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam akuarium dan
sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan nila (Oreochromis niloticus)
Berdasarkan morfologinya, ikan nila umumnya memiliki bentuk tubuh
panjang dan ramping, dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, menonjol,
dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus dibagian
tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke bawah dari pada letak
garis yang memanjang di atas sirip dada. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip
dubur mempunyai jari-jari keras dan tajam seperti duri. Sirip punggungnya
berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip
punggung berwarna abu-abu atau hitam. Ikan Nila memiliki lima sirip, yaitu sirip
punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip
anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggung memanjang, dari
bagian atas tutup insang hingga bagian atas sirip ekor. Ada sepasang sirip dada
dan sirip perut yang berukuran kecil. Sirip anus hanya satu buah dan berbentuk
agak panjang. Sementara itu, sirip ekornya berbentuk berbentuk bulat dan hanya
berjumlah satu buah (Iwantoro, 2012).
Ikan nila dalam klasifikasi biologi termasuk dalam:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Jenis : Oreochromis niloticus, L
Nila memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan. Ikan ini
hidup di perairan tawar seperti kolam, sawah, sungai, danau, waduk, situ dan
genangan air lainnya. Nila juga masih dapat tumbuh di perairan payau pada
salinitas 10-20 permil. Ikan ini dapat tumbuh dengan baik pada suhu 25-30oC dan
pada masa berpijah membutuhkan suhu 22-27oC. Nilai pH optimum untuk
perkembangbiakan dan pertumbuhan nila adalah 7-8. Nila sangat merespon
terhadap pemeliharaan intensif terutama faktor pemberian pakan dalam jumlah
yang memadai dan kualitasnya tinggi. Nila memiliki keunggulan antara lain
pertumbuhan relatif cepat, mudah berkembang biak, dan daya adaptasi terhadap
pertumbuhan lingkungan tinggi. Nila bersifat omnivor yaitu jenis hewan yang
memakan tumbuhan maupun hewan lainnya. Pada stadium larva mempunyai
kebiasaan makan di perairan yang dangkal. Jenis makanan yang disukai larva
yaitu zooplankton seperti zat-zat renik yang melayang di air, dan udang-udang
kecil. Pada nila dewasa umumnya mencari makan di tempat yang lebih dalam.
Jenis makanan yang disukai oleh nila dewasa adalah fitoplankton, algae, tumbuh-
tumbuhan air dan organisme renik yang melayang di air (Ellisma, 2013).
2.1 Larva Ikan nila (Oreochromis niloticus)
Kelangsungan hidup (survival rate) adalah perbandingan jumlah
organisme yang hidup pada akhir suatu periode dengan jumlah organisme yang
hidup pada awal periode. Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai parameter
untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup. Parameter untuk
mengetahui tingkat kelangsungan hidup suatu populasi ikan yaitu mortalitas ikan.
Kelangsungan hidup sebagai salah satu parameter uji kualitas benih adalah
peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu, sedangkan mortalitas adalah
kematian yang terjadi pada suatu populasi organisme yang dapat menyebabkan
turunnya jumlah populasi. Kelangsungan hidup akan menentukan produksi yang
diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran ikan yang dipelihara. Kelangsungan
hidup benih ditentukan oleh kualitas induk, kualitas telur, kualitas air serta
perbandingan antara jumlah pakan dan kepadatannya. Kualitas air berupa
parameter fisik dan kimia yang tidak stabil akan mempengaruhi kelangsungan
hidup organisme akuatik dalam melakukan aktivitas (Elisma, 2013).
Telur yang telah dibuahi berbentuk bulat, transparan,mengapung di
permukaan air sedangkan yang tidak dibuahi berwarna putih dan tenggelam di
dasar. Telur yang dibuahi akan berkembang menjadi embrio dan akhirnya menetas
menjadi larva. Perkembangan larva terdiri dari dua tahap yaitu prolarva dan post
larva. Prolarva adalah larva yang masih mempunyai kuning telur dan tubuh
transparan. Post larva adalah larva yang kuning telurnya telah habis dan organ-
organ tubuhnya telah terbentuk sampai larva tersebut memiliki bentuk menyerupai
ikan dewasa. Perkembangan larva ikan atas 4 fase yaitu;1) fase yolk sac yaitu
mulai dari menetas hingga kuning telur habis, 2) fase prefleksion yaitu dimulai
dari kuning telur habis terserap sampai terbentuk spin, 3) fase fleksion yaitu
dimulai dari terbentuknya spin, calon sirip ekor, perut dan punggung sampai
hilangnya spina, 4) fase pasca fleksion yaitu dimulai dari hilang atau tereduksinya
spina sampai menjadi juvenil. Oleh karena perkembangan morfologis dari
masing-masing spesies ikan berbeda-beda, maka perlu dikaji perkembangan
morfologis larva ikan`yang dipelihara secara terkontrol selama proses penyerapan
kuning telur (Usman, dkk., 2003).
Proses pemijahan ikan Nila berlangsung sangat cepat. Telur ikan Nila
berdiameter kurang lebih 2,8 mm, berwarna abu-abu, kadang-kadang berwarna
kuning, tidak lengket, dan tenggelam di dasar perairan. Telur-telur yang telah
dibuahi dierami di dalam mulut induk betina kemudian menetas setelah 4-5 hari.
Telur yang sudah menetas disebut larva. Panjang larva 4-5 mm. Larva yang sudah
menetas diasuh oleh induk betina hingga mencapai umur 11 hari dan berukuran 8
mm. Larva yang sudah tidak diasuh oleh induknya akan berenang secara
bergerombol di bagian perairan yang dangkal atau di pinggir kolam. Telur ikan
Nila bulat dengan warna kekuningan. Ikan Nila mulai berpijah pada bobot 100-
150 gram, tetapi produksi telurnya masih sedikit. Induk yang paling produktif
bobotnya antara 500-600 gram. Ketika masih benih, makanan yang disukai ikan
Nila adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp, Monia sp atau
Daphnia sp. Selain itu, juga memakan alga atau lumut yang menempel pada
benda-benda di habitat hidupnya (Iwantoro, 2012).
Kematian larva yang tinggi dikarenakan pada fase kritis stadia larva,
terjadi peralihan pemanfaatan makanan dari kuning telur (endogenous feeding) ke
pemanfaatan pakan dari luar (exogenous feeding). Apabila terjadi kesenjangan
pemanfaatan energi dari endogenous feeding ke exogenous feeding maka akan
menyebabkan kematian larva. Kesenjangan diartikan pada saat kuning telur larva
habis, larva belum melakukan proses organogenesis secara sempurna seperti
pembentukan bintik mata, bukaan mulut dan lainnya. Ketidaksempurnaan dalam
proses organogenesis dengan memanfaatkan energi dari kuning telur (endogenous
feeding) akan mengakibatkan ketidakmampuan larva dalam memanfaatkan pakan
dari luar (exogenous feeding). cepatnya pertambahan panjang larva pada fase awal
tergantung kepada kecepatan penyerapan kuning telur. Proses pertambahan
panjang total larva ikan dari hari ke hari juga memanfaatkan kuning telur sebagai
sumber energi. Energi yang berasal dari kuning telur digunakan pertama kali
untuk proses perkembangannya. Apabila masih terdapat sisa energi kemudian
digunakan untuk pertumbuhan larva lebih lanjut (Pramono dan Sri, 2012).
Suhu berpengaruh terhadap ukuran penetasan, efesiensi penggunaan
kuning telur, pertumbuhan, kecepatan makan, waktu metamorfosis, tingkah laku,
kecepatan berenang, penyerapan dan laju pengosongan lambung serta
metabolisme. Suhu merupakan salah satu faktor penting sebagai controlling factor
yang mempengaruhi laju perkembangan dan laju pertumbuhan larva selama
periode endogenus feeding. Selain suplai pakan, suhu merupakan faktor
lingkungan yang paling berperan dalam menentukan pertumbuhan ikan. Faktor
penting lain yang mempengaruhi bobot larva adalah ukuran bukaan mulut larva.
Bobot larva ikan berkaitan dengan laju perkembangan bukaan mulut larva pada
suhu 300C dan suhu 32
0C yang lebih cepat dibandingkan dengan suhu ruang dan
suhu 280C. Hal ini yang memungkinkan larva pada perlakuan suhu 30
0C dan suhu
320C sudah dapat makan terlebih dahulu dibandingkan pada perlakuan suhu ruang
dan suhu 280C. Larva dengan mulut yang lebih kecil tumbuh lebih lambat
daripada larva dengan mulut yang lebih besar (Ardimas, 2012).
Sirkulasi air merupakan salah satu cara untuk menjaga kualitas air.
Sirkulasi air dapat membantu distribusi oksigen ke segala arah baik di dalam air
maupun difusinya atau pertukaran dengan udara dan dapat menjaga akumulasi
atau mengumpulnya hasil metabolisme beracun sehingga kadar atau daya racun
dapat dikurangi. Pada perawatan larva agar larva tidak terbawa arus dan tidak
hanyut sebaiknya arus air dan pergerakan air sebaiknya tidak terlalu cepat atau
deras. Agar pergerakan air dan arus tidak terlalu deras yaitu dengan cara mengatur
debit air yang masuk pada tempat perawatan larva, namun dari hal tersebut di atas
belum diketahui pasti kebutuhan debit air yang optimal untuk perawatan larva,
maka perlu dilakukan penelitian debit air untuk mendapatkan debit air yang
optimal untuk perwatan larva ikan (Kelabora dan Sabariah, 2010).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Biologi Perikanan dilaksanakan pada hari Senin, 26 Mei 2014,
pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Manajemen
Sumberdaya Perairan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah nampan/baki
sebagai tempat peralatan yang digunakan, akuarium kecil untuk tempat larva ikan
nila, alat tulis untuk mencatat data yang diperoleh, kamera digital sebagai
dokumentasi, aerator sebagai penghasil oksigen dalam akuarium dan kain
lap/tissue untuk membersihkan peralatan yang dipakai.
Adapun bahan yang digunakan adalah air bersih yang akan dipakai untuk
mengisi akuarium dan larva ikan nila (Oreochromis niloticus).
3.3 Prosedur Praktikum
1. Diisi akuarium dengan air bersih, jangan sampai penuh dan letakkan pada
tempat yang aman.
2. Dipasang aerator dalam akuarium untuk menghasilkan oksigen dengan arus
air yang rendah.
3. Dimasukkan larva ikan nila kedalam akuarium untuk aklimatisasi, hitung
panjang total (TL) awal larva ikan.
4. Dicatat perubahan yang terjadi pada larva ikan mulai dari hari pertama
pengamatan sampai pada hari ke-3, dihitung panjang total akhir larva ikan
serta amati jumlah larva ikan yang mati untuk menghitung mortalitasnya.
5. Diambil foto dari setiap pengamaytan sebagai dokumentasi kegiatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambar Perkembangan Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Hari ke-1 Hari ke-2
Hari ke-3 Hari ke-4
Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Jenis : Oreochromis niloticus, L.
4.1.2 Tabel Pengamatan Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Waktu Pengamatan Morfologi Pengamatan
Pergerakan
Jumlah
Larva
Mati No Kuning
Telur
Sirip Organ Lain
Hari
ke-1
- Warna orange
mendominasi
- Besar dan
cerah
- Sirip
ekor
Mata lebih
besar dan
tubuh larva
transparan
Belum stabil -
Hari
ke-2
- Berwarna
orange, jumlah
berkurang
- Sirip
ekor
- Mata lebih
besar dari
perut
Cenderung di
dasar wadah
11
Hari
ke-3
- Warna kuning
kehitaman,
jumlah semakin
sedikt
- Sirip
ekor dan
perut
- Warna
tubuh sudah
mulai
menghitam
Mulai berada
diatas
3
Hari
ke-4
- Kuning telur
menghilang
- Sirip
ekor, perut
dan
punggung
- Organ-
organ tubuh
mulai
berfungsi
- Bergerak
bebas di atas
permukaan
-
4.1.3 Analisis
Pengamatan Pertumbuhan
Panjang Total (TL)awal = 7 mm
Panjang Total (TL)akhir = 9 mm
Pengamatan Pertumbuhan :
TLakhir-TLawal
Jumlah hari pengamatan
= 9-7 = 0.5 mm/hari
4
Pengamatan Mortalitas
Survival Rate (SR) :
Jumlah larva yang mati
Jumlah larva keseluruhan
= 14 X 100% = 7%
200
4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa larva ikan nila (Oreochromis
niloticus) yang digunakan berjumlah 200 benih dalam akuarium untuk diamati
tahap-tahap perkembangannya. Kelangsungan hidup larva ikan nila didalam
akuarium harus dijaga agar dapat bertahan hidup. Menurut literatur Elisma (2013),
yang menjelaskan bahwa kelangsungan hidup sebagai salah satu parameter uji
kualitas benih adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu,
sedangkan mortalitas adalah kematian yang terjadi pada suatu populasi organisme
yang dapat menyebabkan turunnya jumlah populasi. Kelangsungan hidup akan
menentukan produksi yang diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran ikan yang
dipelihara. Kelangsungan hidup benih ditentukan oleh kualitas induk, kualitas
telur, kualitas air serta perbandingan antara jumlah pakan dan kepadatannya.
Kualitas air berupa parameter fisik dan kimia yang tidak stabil akan
mempengaruhi kelangsungan hidup organisme akuatik dalam melakukan
aktivitas.
Kegiatan pengamatan dilakukan selama empat hari berturut-turut untuk
melihat perkembangan larva ikan nila dalam akuarium. Dari tabel pengamatan
dapat diketahui bahwa pada larva hari ke-1 warna kuning telur orange dengan
tubuh berbentuk transparan, diikuti dengan pengurangan volume kuning telur dan
pemunculan sirip pada hari ke-3. Pada hari ke-4 tubuh telah terlihat berwarna
hitam dan organ-organ tubuh telah berfungsi optimal. Menurut literature Usman,
dkk (2013), yang menjelaskan bahwa perkembangan larva terdiri dari dua tahap
yaitu prolarva dan post larva. Prolarva adalah larva yang masih mempunyai
kuning telur dan tubuh transparan. Post larva adalah larva yang kuning telurnya
telah habis dan organ-organ tubuhnya telah terbentuk sampai larva tersebut
memiliki bentuk menyerupai ikan dewasa. Perkembangan larva ikan atas 4 fase
yaitu; 1) fase yolk sac yaitu mulai dari menetas hingga kuning telur habis, 2) fase
prefleksion yaitu dimulai dari kuning telur habis terserap sampai terbentuk spin,
3) fase fleksion yaitu dimulai dari terbentuknya spin, calon sirip ekor, perut dan
punggung sampai hilangnya spina, 4) fase pasca fleksion yaitu dimulai dari hilang
atau tereduksinya spina sampai menjadi juvenil.
Dalam kegiatan praktikum, sebelum larva ikan nila dilepaskan kedalam
akuarium terlebih dahulu diukur bobot tubuhnya. Panjang Total (TL) larva ikan
nila awal adalah 7 mm dan Panjang Total (TL) akhir 9 mm, sehingga diperoleh
perhitungan pengamatan pertumbuhan sebesar 0.5 mm/hari dengan jumlah hari
pengamatan 4 hari. Menurut literatur Iwantoro (2012), yang menjelaskan bahwa
panjang larva 4-5 mm. Larva yang sudah menetas diasuh oleh induk betina hingga
mencapai umur 11 hari dan berukuran 8 mm. Larva yang sudah tidak diasuh oleh
induknya akan berenang secara bergerombol di bagian perairan yang dangkal atau
di pinggir kolam. Telur ikan Nila bulat dengan warna kekuningan. Ikan Nila mulai
berpijah pada bobot 100-150 gram, tetapi produksi telurnya masih sedikit. Induk
yang paling produktif bobotnya antara 500-600 gram. Ketika masih benih,
makanan yang disukai ikan Nila adalah zooplankton (plankton hewani), seperti
Rotifera sp, Monia sp atau Daphnia sp. Selain itu, juga memakan alga atau lumut
yang menempel pada benda-benda di habitat hidupnya.
Dari hasil analisis juga dapat dilihat pada pengamatan mortalitas larva ikan
nila sebesar 7%, yang berarti bahwa tingkat kelulus hidupan (survival rate) larva
ikan nila dalam akuarium 97%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi
lingkungan perairan mendukung pertumbuhan larva ikan nila dalam akuarium
sehingga menekan tingginya mortalitas. Menurut literatur Pramono dan Sri
(2012), yang menjelaskan bahwa kematian larva yang tinggi dikarenakan pada
fase kritis stadia larva, terjadi peralihan pemanfaatan makanan dari kuning telur
(endogenous feeding) ke pemanfaatan pakan dari luar (exogenous feeding).
Apabila terjadi kesenjangan pemanfaatan energi dari endogenous feeding ke
exogenous feeding maka akan menyebabkan kematian larva. Kesenjangan
diartikan pada saat kuning telur larva habis, larva belum melakukan proses
organogenesis secara sempurna seperti pembentukan bintik mata, bukaan mulut
dan lainnya. Ketidaksempurnaan dalam proses organogenesis dengan
memanfaatkan energi dari kuning telur (endogenous feeding) akan mengakibatkan
ketidakmampuan larva dalam memanfaatkan pakan dari luar (exogenous feeding).
cepatnya pertambahan panjang larva pada fase awal tergantung kepada kecepatan
penyerapan kuning telur.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pengamatan larva ikan nila pada hari ke-1 menunjukkan warna kuning telur
orange dengan tubuh berbentuk transparan, diikuti dengan pengurangan
volume kuning telur dan pemunculan sirip pada hari ke-3 dan pada hari ke-4
tubuh telah terlihat berwarna hitam dan organ-organ tubuh telah berfungsi
optimal.
2. Panjang Total (TL) larva ikan nila awal adalah 7 mm dan Panjang Total (TL)
akhir 9 mm, sehingga diperoleh perhitungan pengamatan pertumbuhan
sebesar 0.5 mm/hari dengan jumlah hari pengamatan 4 hari.
3. Analisis pengamatan mortalitas larva ikan nila sebesar 7% yang berarti bahwa
tingkat kelulus hidupan (survival rate) larva ikan nila dalam akuarium 97%,
hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi lingkungan perairan mendukung
pertumbuhan larva ikan nila dalam akuarium.
4. Perkembangan larva terdiri dari dua tahap yaitu prolarva dan post larva,
prolarva adalah larva yang masih mempunyai kuning telur dan tubuh
transparan dan post larva adalah larva yang kuning telurnya telah habis dan
organ-organ tubuhnya telah terbentuk sampai larva tersebut memiliki bentuk
menyerupai ikan dewasa.
5. Kelangsungan hidup sebagai salah satu parameter uji kualitas benih adalah
peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu, sedangkan mortalitas
adalah kematian yang terjadi pada suatu populasi organisme yang dapat
menyebabkan turunnya jumlah populasi.
5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya praktikan sudah terlebih dahulu
menguasai dan memahami materi yang akan disampaikan agar proses praktikum
dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, N. 2008. Karakteristik Fisika Kimia Perairan dan Kaitannya Dengan
Distribusi Serta Kelimpahan Larva Ikan di Teluk Palabuhan Ratu.
Fakultas Kelautan dan Ilmu Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ardimas, Y. A. Y. 2012. Pengaruh Gradien Suhu Media Pemeliharaan Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Betok Anabas
Testudineus Bloch. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Ellisma. 2013. Pemberian Pakan Dengan Kadar Protein yang Berbeda Terhadap
Tampilan Reproduksi Induk Ikan Belingka (Puntius Belinka Blkr).
[Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Program Studi
Budidaya Perairan. Universitas Bung Hatta, Padang.
Febrina, R. 2013. Produksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Bank Indonesia,
Jakarta.
Hertanto, M. A.,Yuniarti, A dan Rahardjo, S. 2013. Produksi Ikan Nila Merah
(Oreochromis Niloticus) Jantan Menggunakan Madu Lebah Hutan
Male. Fakultas Teknobiologi. Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Iwantoro. 2012. Hubungan Tampilan Pertumbuhan Dengan Karakteris Habitat
Ikan Nila (Oreochromis niloticus). FMIPA. Jurusan Biologi.
Universitas Bung Hatta, Padang.
Kelabora, D. M dan Sabariah. 2010. Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan
hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air
berbeda pada sistem resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia. Volume
IX, Nomor 1: 56–60. Politeknik Perikanan Negeri Tual Maluku
Tenggara. Pontianak.
Pramono, T. B dan Sri, M. 2012. Pola Penyerapan Kuning Telur dan
Perkembangan Organogenesis Pada Stadia Awal Larva Ikan Brek
(Puntius Orphoides). Program Sarjana Perikanan dan Kelautan.
Universitas Jendaral Soedirman, Purwoekerto.
Usman, B., Saad, C. R., Affandi, R., Kamarudin, M.S Dan Alimon, A. R. 2003.
Perkembangan Larva Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes Oltivelis),
Selama Proses Penyerapan Kuning Telur. Jurnal Lktiologi Indonesia,
Volume III, Nomor 1. Fakultas Perikanan, Universitas Bung Hatta,
Padang.