Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

17
Laporan Praktikum Biologi Perikanan LARVA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Dosen Penanggung Jawab Ani Suryanti, S.Pi, M.Si Indra Lesmana, S.Pi, M.Si Oleh Tiur Natalia Manalu 120302028 VI / B LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Transcript of Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Page 1: Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Laporan Praktikum Biologi Perikanan

LARVA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Dosen Penanggung Jawab

Ani Suryanti, S.Pi, M.Si

Indra Lesmana, S.Pi, M.Si

Oleh

Tiur Natalia Manalu

120302028

VI / B

LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

Page 2: Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena dengan berkatNya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Biologi

Perikanan. Laporan praktikum ini berjudul „‟Larva Ikan Nila (Oreochromis

niloticus)‟‟. Laporan praktikum ini dibuat dalam rangka membuka wawasan

pengetahuan mengenai perkambangan larva ikan nila di perairan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Ani Suryani, S.Pi, M.Si, dan Indra Lesmana, S.Pi, M.Si, selaku dosen penanggung

jawab praktikum Biologi Perikanan. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada abang dan kakak asisten laboratorium yang telah membimbing penulis

baik di laboratorium maupun dalam pembuatan laporan praktikum ini.

Penulis menyadari bahwa dalam mengerjakan laporan praktikum ini masih

terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang sifatnya membangun demi perbaikan ke depan. Semoga laporan praktikum

ini bisa bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Juni 2014

Penulis

Page 3: Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Tujuan Praktikum.......................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ................................................ 3

2.2 Larva Ikan Nila Oreochromis niloticus) ....................................... 4

BAB III BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ....................................................... 9

3.2 Alat dan Bahan Praktikum ............................................................ 9

3.3 Prosedur Praktikum ....................................................................... 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil ............................................................................................. 10

4.1. 1 Gambar Perkembangan Larva Ikan Nila

(Oreochromis niloticus) ....................................................... 8

4.1.2 Tabel Pengamatan Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 9

4.1.3 Analisis ............................................................................... 9

4.2 Pembahasan .................................................................................. 10

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ................................................................................... 13

5.2 Saran ............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila berasal dari sungai Nil di Afrika Utara dan masih berkerabat

dekat dengan ikan mujair sehingga mempunyai sifat yang hampir sama. Nila

merupakan ikan yang sangat populer dibudidayakan, dengan keunggulan yaitu

cara membudidayakannya mudah, tahan terhadap penyakit sesuai dengan iklim

tropis, memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan ikan

tersebut merupakan komoditas ikan air tawar yang memperoleh banyak perhatian

dari pemerintah dan pemerhati masalah perikanan dunia, terutama dalam hal

peningkatan gizi masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang. Berbagai

upaya penelitian dengan tujuan memperoleh ikan nila yang produktif terus

dilakukan di Indonesia (Hertanto, dkk., 2013).

Ikan Nila dapat dipijahkan secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan

hormon), semi buatan (dengan pemberian rangsangan hormon dengan proses

ovulasi secara alamiah), dan buatan (dengan pemberian rangsangan hormon

dengan proses ovulasi dan pembuahan dilakukan secara buatan). Nila jantan akan

membuat sarang pada dasar kolam kemudian mengundang betina untuk bertelur

pada sarang, ketika telur-telur Nila keluar, Nila jantan akan membuahi dengan

cara menyemprotkan “cairan jantan” ke telur-telur. Setelah telur dibuahi oleh si

jantan maka betina kembali menyimpan telur-telur ke dalam mulutnya. Nila mulai

dapat memijah pada umur 4 bulan atau bobot sekitar 100 – 150 gram tetapi

produksi telurnya masih sedikit. Induk yang paling produktif bobotnya antara 500

– 600 gram. Apabila bobot induk sudah melebihi 1 kg (umur sudah 1 tahun lebih),

induk dianggap sudah terlalu tua sehingga kualitas anaknya kurang baik.

Pembiakan terjadi setiap tahun tanpa adanya musim tertentu. Induk betina matang

kelamin dapat menghasilkan telur antara 300 -1.500 butir tergantung ukuran induk

betina tersebut (Febrina, 2013).

Jaminan stok berbagai komoditas perikanan umumnya tergantung pada

keberadaan fase larva. Pada tahap awal daur hidup ikan mempunyai mortalitas

yang tinggi karena kepekaan terhadap predator, ketersediaan makanan, dan juga

Page 5: Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

perubahan lingkungan yang terjadi di alam (critical period). Dengan

terganggunya tahap-tahap awal dari kehidupan ikan maka hal ini memberi

dampak negatif bagi populasi ikan. Kondisi perairan sangat menentukan

kelimpahan dan penyebaran organisme di dalamnya, akan tetapi setiap organisme

memiliki kebutuhan dan preferensi lingkungan yang berbeda untuk hidup yang

terkait dengan karakteristik lingkungannya. Ada tiga alasan utama bagi ikan untuk

memilih tempat hidup yaitu 1) yang sesuai dengan kondisi tubuhnya, 2) sumber

makanan yang banyak, 3) cocok untuk perkembangbiakan dan pemijahan. Dalam

rangka pengelolaan sumberdaya hayati perairan laut, pemahaman terhadap faktor-

faktor fisik laut dan pengaruhnya terhadap perkembangan biota laut merupakan

suatu kebutuhan yang mutlak (Anwar, 2008).

Peningkatan usaha budidaya menuntut ketersediaan benih yang cukup,

berkualitas dan berkesinambungan. Hal ini merupakan permasalahan yang sering

dihadapi dalam usaha budidaya ikan, karena benih merupakan komponen utama

yang sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya. Permasalahan yang

dihadapi untuk mengatasi ketersediaan benih yang berkesinambungan adalah

keberhasilan dalam usaha pembenihan, usaha pembenihan selain ketersediaan

induk, yang perlu juga diperhatikan adalah pada perawatan larva. Larva ikan

bawal merupakan tahapan yang paling kritis pada siklus hidupnya dan merupakan

suatu tahapan yang tingkat mortalitasnya paling tinggi. Salah satu faktor penting

dalam perawatan larva ikan adalah pengelolaan kualitas air dan terjaganya

kualitas air (Kelabora dan sabariah, 2010).

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal dan memahami

fase perkembangan larva ikan nila (Oreochromis niloticus) dan mengetahui masa

kritis pada perkembangan ikan adalah pada masa larva

1.3 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tahap-tahap

perkembangan larva ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam akuarium dan

sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Page 6: Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan nila (Oreochromis niloticus)

Berdasarkan morfologinya, ikan nila umumnya memiliki bentuk tubuh

panjang dan ramping, dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, menonjol,

dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus dibagian

tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke bawah dari pada letak

garis yang memanjang di atas sirip dada. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip

dubur mempunyai jari-jari keras dan tajam seperti duri. Sirip punggungnya

berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip

punggung berwarna abu-abu atau hitam. Ikan Nila memiliki lima sirip, yaitu sirip

punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip

anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggung memanjang, dari

bagian atas tutup insang hingga bagian atas sirip ekor. Ada sepasang sirip dada

dan sirip perut yang berukuran kecil. Sirip anus hanya satu buah dan berbentuk

agak panjang. Sementara itu, sirip ekornya berbentuk berbentuk bulat dan hanya

berjumlah satu buah (Iwantoro, 2012).

Ikan nila dalam klasifikasi biologi termasuk dalam:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Osteichthyes

Ordo : Percomorphi

Famili : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Jenis : Oreochromis niloticus, L

Nila memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan. Ikan ini

hidup di perairan tawar seperti kolam, sawah, sungai, danau, waduk, situ dan

genangan air lainnya. Nila juga masih dapat tumbuh di perairan payau pada

salinitas 10-20 permil. Ikan ini dapat tumbuh dengan baik pada suhu 25-30oC dan

pada masa berpijah membutuhkan suhu 22-27oC. Nilai pH optimum untuk

perkembangbiakan dan pertumbuhan nila adalah 7-8. Nila sangat merespon

Page 7: Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

terhadap pemeliharaan intensif terutama faktor pemberian pakan dalam jumlah

yang memadai dan kualitasnya tinggi. Nila memiliki keunggulan antara lain

pertumbuhan relatif cepat, mudah berkembang biak, dan daya adaptasi terhadap

pertumbuhan lingkungan tinggi. Nila bersifat omnivor yaitu jenis hewan yang

memakan tumbuhan maupun hewan lainnya. Pada stadium larva mempunyai

kebiasaan makan di perairan yang dangkal. Jenis makanan yang disukai larva

yaitu zooplankton seperti zat-zat renik yang melayang di air, dan udang-udang

kecil. Pada nila dewasa umumnya mencari makan di tempat yang lebih dalam.

Jenis makanan yang disukai oleh nila dewasa adalah fitoplankton, algae, tumbuh-

tumbuhan air dan organisme renik yang melayang di air (Ellisma, 2013).

2.1 Larva Ikan nila (Oreochromis niloticus)

Kelangsungan hidup (survival rate) adalah perbandingan jumlah

organisme yang hidup pada akhir suatu periode dengan jumlah organisme yang

hidup pada awal periode. Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai parameter

untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup. Parameter untuk

mengetahui tingkat kelangsungan hidup suatu populasi ikan yaitu mortalitas ikan.

Kelangsungan hidup sebagai salah satu parameter uji kualitas benih adalah

peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu, sedangkan mortalitas adalah

kematian yang terjadi pada suatu populasi organisme yang dapat menyebabkan

turunnya jumlah populasi. Kelangsungan hidup akan menentukan produksi yang

diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran ikan yang dipelihara. Kelangsungan

hidup benih ditentukan oleh kualitas induk, kualitas telur, kualitas air serta

perbandingan antara jumlah pakan dan kepadatannya. Kualitas air berupa

parameter fisik dan kimia yang tidak stabil akan mempengaruhi kelangsungan

hidup organisme akuatik dalam melakukan aktivitas (Elisma, 2013).

Telur yang telah dibuahi berbentuk bulat, transparan,mengapung di

permukaan air sedangkan yang tidak dibuahi berwarna putih dan tenggelam di

dasar. Telur yang dibuahi akan berkembang menjadi embrio dan akhirnya menetas

menjadi larva. Perkembangan larva terdiri dari dua tahap yaitu prolarva dan post

larva. Prolarva adalah larva yang masih mempunyai kuning telur dan tubuh

transparan. Post larva adalah larva yang kuning telurnya telah habis dan organ-

Page 8: Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

organ tubuhnya telah terbentuk sampai larva tersebut memiliki bentuk menyerupai

ikan dewasa. Perkembangan larva ikan atas 4 fase yaitu;1) fase yolk sac yaitu

mulai dari menetas hingga kuning telur habis, 2) fase prefleksion yaitu dimulai

dari kuning telur habis terserap sampai terbentuk spin, 3) fase fleksion yaitu

dimulai dari terbentuknya spin, calon sirip ekor, perut dan punggung sampai

hilangnya spina, 4) fase pasca fleksion yaitu dimulai dari hilang atau tereduksinya

spina sampai menjadi juvenil. Oleh karena perkembangan morfologis dari

masing-masing spesies ikan berbeda-beda, maka perlu dikaji perkembangan

morfologis larva ikan`yang dipelihara secara terkontrol selama proses penyerapan

kuning telur (Usman, dkk., 2003).

Proses pemijahan ikan Nila berlangsung sangat cepat. Telur ikan Nila

berdiameter kurang lebih 2,8 mm, berwarna abu-abu, kadang-kadang berwarna

kuning, tidak lengket, dan tenggelam di dasar perairan. Telur-telur yang telah

dibuahi dierami di dalam mulut induk betina kemudian menetas setelah 4-5 hari.

Telur yang sudah menetas disebut larva. Panjang larva 4-5 mm. Larva yang sudah

menetas diasuh oleh induk betina hingga mencapai umur 11 hari dan berukuran 8

mm. Larva yang sudah tidak diasuh oleh induknya akan berenang secara

bergerombol di bagian perairan yang dangkal atau di pinggir kolam. Telur ikan

Nila bulat dengan warna kekuningan. Ikan Nila mulai berpijah pada bobot 100-

150 gram, tetapi produksi telurnya masih sedikit. Induk yang paling produktif

bobotnya antara 500-600 gram. Ketika masih benih, makanan yang disukai ikan

Nila adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp, Monia sp atau

Daphnia sp. Selain itu, juga memakan alga atau lumut yang menempel pada

benda-benda di habitat hidupnya (Iwantoro, 2012).

Kematian larva yang tinggi dikarenakan pada fase kritis stadia larva,

terjadi peralihan pemanfaatan makanan dari kuning telur (endogenous feeding) ke

pemanfaatan pakan dari luar (exogenous feeding). Apabila terjadi kesenjangan

pemanfaatan energi dari endogenous feeding ke exogenous feeding maka akan

menyebabkan kematian larva. Kesenjangan diartikan pada saat kuning telur larva

habis, larva belum melakukan proses organogenesis secara sempurna seperti

pembentukan bintik mata, bukaan mulut dan lainnya. Ketidaksempurnaan dalam

proses organogenesis dengan memanfaatkan energi dari kuning telur (endogenous

Page 9: Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

feeding) akan mengakibatkan ketidakmampuan larva dalam memanfaatkan pakan

dari luar (exogenous feeding). cepatnya pertambahan panjang larva pada fase awal

tergantung kepada kecepatan penyerapan kuning telur. Proses pertambahan

panjang total larva ikan dari hari ke hari juga memanfaatkan kuning telur sebagai

sumber energi. Energi yang berasal dari kuning telur digunakan pertama kali

untuk proses perkembangannya. Apabila masih terdapat sisa energi kemudian

digunakan untuk pertumbuhan larva lebih lanjut (Pramono dan Sri, 2012).

Suhu berpengaruh terhadap ukuran penetasan, efesiensi penggunaan

kuning telur, pertumbuhan, kecepatan makan, waktu metamorfosis, tingkah laku,

kecepatan berenang, penyerapan dan laju pengosongan lambung serta

metabolisme. Suhu merupakan salah satu faktor penting sebagai controlling factor

yang mempengaruhi laju perkembangan dan laju pertumbuhan larva selama

periode endogenus feeding. Selain suplai pakan, suhu merupakan faktor

lingkungan yang paling berperan dalam menentukan pertumbuhan ikan. Faktor

penting lain yang mempengaruhi bobot larva adalah ukuran bukaan mulut larva.

Bobot larva ikan berkaitan dengan laju perkembangan bukaan mulut larva pada

suhu 300C dan suhu 32

0C yang lebih cepat dibandingkan dengan suhu ruang dan

suhu 280C. Hal ini yang memungkinkan larva pada perlakuan suhu 30

0C dan suhu

320C sudah dapat makan terlebih dahulu dibandingkan pada perlakuan suhu ruang

dan suhu 280C. Larva dengan mulut yang lebih kecil tumbuh lebih lambat

daripada larva dengan mulut yang lebih besar (Ardimas, 2012).

Sirkulasi air merupakan salah satu cara untuk menjaga kualitas air.

Sirkulasi air dapat membantu distribusi oksigen ke segala arah baik di dalam air

maupun difusinya atau pertukaran dengan udara dan dapat menjaga akumulasi

atau mengumpulnya hasil metabolisme beracun sehingga kadar atau daya racun

dapat dikurangi. Pada perawatan larva agar larva tidak terbawa arus dan tidak

hanyut sebaiknya arus air dan pergerakan air sebaiknya tidak terlalu cepat atau

deras. Agar pergerakan air dan arus tidak terlalu deras yaitu dengan cara mengatur

debit air yang masuk pada tempat perawatan larva, namun dari hal tersebut di atas

belum diketahui pasti kebutuhan debit air yang optimal untuk perawatan larva,

maka perlu dilakukan penelitian debit air untuk mendapatkan debit air yang

optimal untuk perwatan larva ikan (Kelabora dan Sabariah, 2010).

Page 10: Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Biologi Perikanan dilaksanakan pada hari Senin, 26 Mei 2014,

pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Manajemen

Sumberdaya Perairan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Medan.

3.2 Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah nampan/baki

sebagai tempat peralatan yang digunakan, akuarium kecil untuk tempat larva ikan

nila, alat tulis untuk mencatat data yang diperoleh, kamera digital sebagai

dokumentasi, aerator sebagai penghasil oksigen dalam akuarium dan kain

lap/tissue untuk membersihkan peralatan yang dipakai.

Adapun bahan yang digunakan adalah air bersih yang akan dipakai untuk

mengisi akuarium dan larva ikan nila (Oreochromis niloticus).

3.3 Prosedur Praktikum

1. Diisi akuarium dengan air bersih, jangan sampai penuh dan letakkan pada

tempat yang aman.

2. Dipasang aerator dalam akuarium untuk menghasilkan oksigen dengan arus

air yang rendah.

3. Dimasukkan larva ikan nila kedalam akuarium untuk aklimatisasi, hitung

panjang total (TL) awal larva ikan.

4. Dicatat perubahan yang terjadi pada larva ikan mulai dari hari pertama

pengamatan sampai pada hari ke-3, dihitung panjang total akhir larva ikan

serta amati jumlah larva ikan yang mati untuk menghitung mortalitasnya.

5. Diambil foto dari setiap pengamaytan sebagai dokumentasi kegiatan.

Page 11: Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambar Perkembangan Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Hari ke-1 Hari ke-2

Hari ke-3 Hari ke-4

Klasifikasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Osteichthyes

Ordo : Percomorphi

Famili : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Jenis : Oreochromis niloticus, L.

Page 12: Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

4.1.2 Tabel Pengamatan Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Waktu Pengamatan Morfologi Pengamatan

Pergerakan

Jumlah

Larva

Mati No Kuning

Telur

Sirip Organ Lain

Hari

ke-1

- Warna orange

mendominasi

- Besar dan

cerah

- Sirip

ekor

Mata lebih

besar dan

tubuh larva

transparan

Belum stabil -

Hari

ke-2

- Berwarna

orange, jumlah

berkurang

- Sirip

ekor

- Mata lebih

besar dari

perut

Cenderung di

dasar wadah

11

Hari

ke-3

- Warna kuning

kehitaman,

jumlah semakin

sedikt

- Sirip

ekor dan

perut

- Warna

tubuh sudah

mulai

menghitam

Mulai berada

diatas

3

Hari

ke-4

- Kuning telur

menghilang

- Sirip

ekor, perut

dan

punggung

- Organ-

organ tubuh

mulai

berfungsi

- Bergerak

bebas di atas

permukaan

-

4.1.3 Analisis

Pengamatan Pertumbuhan

Panjang Total (TL)awal = 7 mm

Panjang Total (TL)akhir = 9 mm

Pengamatan Pertumbuhan :

TLakhir-TLawal

Jumlah hari pengamatan

= 9-7 = 0.5 mm/hari

4

Pengamatan Mortalitas

Survival Rate (SR) :

Jumlah larva yang mati

Jumlah larva keseluruhan

= 14 X 100% = 7%

200

Page 13: Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

4.2 Pembahasan

Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa larva ikan nila (Oreochromis

niloticus) yang digunakan berjumlah 200 benih dalam akuarium untuk diamati

tahap-tahap perkembangannya. Kelangsungan hidup larva ikan nila didalam

akuarium harus dijaga agar dapat bertahan hidup. Menurut literatur Elisma (2013),

yang menjelaskan bahwa kelangsungan hidup sebagai salah satu parameter uji

kualitas benih adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu,

sedangkan mortalitas adalah kematian yang terjadi pada suatu populasi organisme

yang dapat menyebabkan turunnya jumlah populasi. Kelangsungan hidup akan

menentukan produksi yang diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran ikan yang

dipelihara. Kelangsungan hidup benih ditentukan oleh kualitas induk, kualitas

telur, kualitas air serta perbandingan antara jumlah pakan dan kepadatannya.

Kualitas air berupa parameter fisik dan kimia yang tidak stabil akan

mempengaruhi kelangsungan hidup organisme akuatik dalam melakukan

aktivitas.

Kegiatan pengamatan dilakukan selama empat hari berturut-turut untuk

melihat perkembangan larva ikan nila dalam akuarium. Dari tabel pengamatan

dapat diketahui bahwa pada larva hari ke-1 warna kuning telur orange dengan

tubuh berbentuk transparan, diikuti dengan pengurangan volume kuning telur dan

pemunculan sirip pada hari ke-3. Pada hari ke-4 tubuh telah terlihat berwarna

hitam dan organ-organ tubuh telah berfungsi optimal. Menurut literature Usman,

dkk (2013), yang menjelaskan bahwa perkembangan larva terdiri dari dua tahap

yaitu prolarva dan post larva. Prolarva adalah larva yang masih mempunyai

kuning telur dan tubuh transparan. Post larva adalah larva yang kuning telurnya

telah habis dan organ-organ tubuhnya telah terbentuk sampai larva tersebut

memiliki bentuk menyerupai ikan dewasa. Perkembangan larva ikan atas 4 fase

yaitu; 1) fase yolk sac yaitu mulai dari menetas hingga kuning telur habis, 2) fase

prefleksion yaitu dimulai dari kuning telur habis terserap sampai terbentuk spin,

3) fase fleksion yaitu dimulai dari terbentuknya spin, calon sirip ekor, perut dan

punggung sampai hilangnya spina, 4) fase pasca fleksion yaitu dimulai dari hilang

atau tereduksinya spina sampai menjadi juvenil.

Page 14: Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Dalam kegiatan praktikum, sebelum larva ikan nila dilepaskan kedalam

akuarium terlebih dahulu diukur bobot tubuhnya. Panjang Total (TL) larva ikan

nila awal adalah 7 mm dan Panjang Total (TL) akhir 9 mm, sehingga diperoleh

perhitungan pengamatan pertumbuhan sebesar 0.5 mm/hari dengan jumlah hari

pengamatan 4 hari. Menurut literatur Iwantoro (2012), yang menjelaskan bahwa

panjang larva 4-5 mm. Larva yang sudah menetas diasuh oleh induk betina hingga

mencapai umur 11 hari dan berukuran 8 mm. Larva yang sudah tidak diasuh oleh

induknya akan berenang secara bergerombol di bagian perairan yang dangkal atau

di pinggir kolam. Telur ikan Nila bulat dengan warna kekuningan. Ikan Nila mulai

berpijah pada bobot 100-150 gram, tetapi produksi telurnya masih sedikit. Induk

yang paling produktif bobotnya antara 500-600 gram. Ketika masih benih,

makanan yang disukai ikan Nila adalah zooplankton (plankton hewani), seperti

Rotifera sp, Monia sp atau Daphnia sp. Selain itu, juga memakan alga atau lumut

yang menempel pada benda-benda di habitat hidupnya.

Dari hasil analisis juga dapat dilihat pada pengamatan mortalitas larva ikan

nila sebesar 7%, yang berarti bahwa tingkat kelulus hidupan (survival rate) larva

ikan nila dalam akuarium 97%. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi

lingkungan perairan mendukung pertumbuhan larva ikan nila dalam akuarium

sehingga menekan tingginya mortalitas. Menurut literatur Pramono dan Sri

(2012), yang menjelaskan bahwa kematian larva yang tinggi dikarenakan pada

fase kritis stadia larva, terjadi peralihan pemanfaatan makanan dari kuning telur

(endogenous feeding) ke pemanfaatan pakan dari luar (exogenous feeding).

Apabila terjadi kesenjangan pemanfaatan energi dari endogenous feeding ke

exogenous feeding maka akan menyebabkan kematian larva. Kesenjangan

diartikan pada saat kuning telur larva habis, larva belum melakukan proses

organogenesis secara sempurna seperti pembentukan bintik mata, bukaan mulut

dan lainnya. Ketidaksempurnaan dalam proses organogenesis dengan

memanfaatkan energi dari kuning telur (endogenous feeding) akan mengakibatkan

ketidakmampuan larva dalam memanfaatkan pakan dari luar (exogenous feeding).

cepatnya pertambahan panjang larva pada fase awal tergantung kepada kecepatan

penyerapan kuning telur.

Page 15: Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pengamatan larva ikan nila pada hari ke-1 menunjukkan warna kuning telur

orange dengan tubuh berbentuk transparan, diikuti dengan pengurangan

volume kuning telur dan pemunculan sirip pada hari ke-3 dan pada hari ke-4

tubuh telah terlihat berwarna hitam dan organ-organ tubuh telah berfungsi

optimal.

2. Panjang Total (TL) larva ikan nila awal adalah 7 mm dan Panjang Total (TL)

akhir 9 mm, sehingga diperoleh perhitungan pengamatan pertumbuhan

sebesar 0.5 mm/hari dengan jumlah hari pengamatan 4 hari.

3. Analisis pengamatan mortalitas larva ikan nila sebesar 7% yang berarti bahwa

tingkat kelulus hidupan (survival rate) larva ikan nila dalam akuarium 97%,

hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi lingkungan perairan mendukung

pertumbuhan larva ikan nila dalam akuarium.

4. Perkembangan larva terdiri dari dua tahap yaitu prolarva dan post larva,

prolarva adalah larva yang masih mempunyai kuning telur dan tubuh

transparan dan post larva adalah larva yang kuning telurnya telah habis dan

organ-organ tubuhnya telah terbentuk sampai larva tersebut memiliki bentuk

menyerupai ikan dewasa.

5. Kelangsungan hidup sebagai salah satu parameter uji kualitas benih adalah

peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu, sedangkan mortalitas

adalah kematian yang terjadi pada suatu populasi organisme yang dapat

menyebabkan turunnya jumlah populasi.

5.2 Saran

Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya praktikan sudah terlebih dahulu

menguasai dan memahami materi yang akan disampaikan agar proses praktikum

dapat berjalan dengan lancar.

Page 16: Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, N. 2008. Karakteristik Fisika Kimia Perairan dan Kaitannya Dengan

Distribusi Serta Kelimpahan Larva Ikan di Teluk Palabuhan Ratu.

Fakultas Kelautan dan Ilmu Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ardimas, Y. A. Y. 2012. Pengaruh Gradien Suhu Media Pemeliharaan Terhadap

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Betok Anabas

Testudineus Bloch. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Ellisma. 2013. Pemberian Pakan Dengan Kadar Protein yang Berbeda Terhadap

Tampilan Reproduksi Induk Ikan Belingka (Puntius Belinka Blkr).

[Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Program Studi

Budidaya Perairan. Universitas Bung Hatta, Padang.

Febrina, R. 2013. Produksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Bank Indonesia,

Jakarta.

Hertanto, M. A.,Yuniarti, A dan Rahardjo, S. 2013. Produksi Ikan Nila Merah

(Oreochromis Niloticus) Jantan Menggunakan Madu Lebah Hutan

Male. Fakultas Teknobiologi. Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.

Iwantoro. 2012. Hubungan Tampilan Pertumbuhan Dengan Karakteris Habitat

Ikan Nila (Oreochromis niloticus). FMIPA. Jurusan Biologi.

Universitas Bung Hatta, Padang.

Kelabora, D. M dan Sabariah. 2010. Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan

hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air

berbeda pada sistem resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia. Volume

IX, Nomor 1: 56–60. Politeknik Perikanan Negeri Tual Maluku

Tenggara. Pontianak.

Pramono, T. B dan Sri, M. 2012. Pola Penyerapan Kuning Telur dan

Perkembangan Organogenesis Pada Stadia Awal Larva Ikan Brek

(Puntius Orphoides). Program Sarjana Perikanan dan Kelautan.

Universitas Jendaral Soedirman, Purwoekerto.

Usman, B., Saad, C. R., Affandi, R., Kamarudin, M.S Dan Alimon, A. R. 2003.

Perkembangan Larva Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes Oltivelis),

Selama Proses Penyerapan Kuning Telur. Jurnal Lktiologi Indonesia,

Volume III, Nomor 1. Fakultas Perikanan, Universitas Bung Hatta,

Padang.

Page 17: Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)