Lapsus Ujian Samlih Dr Asyikin Akbar
-
Upload
syamsu-akbar-tasima -
Category
Documents
-
view
37 -
download
8
description
Transcript of Lapsus Ujian Samlih Dr Asyikin Akbar
Laporan Kasus Ujian
F20.0 SKIZOFRENIA PARANOID
Oleh :
Syamsu Akbar Khairillah
I1A009088
Penguji
dr. H. Asyikin Noor, Sp. KJ, MAP
UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa
FK Unlam-RSJD Sambang Lihum
Banjar
Januari, 2014
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI
IDENTITAS
Nama : Tn. KE
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Duda
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pengangguran
Agama : Islam
Suku Bangsa : Banjar/Indonesia
Alamat : Desa Banua Asam, Pandawan, Kab. HST
Berobat tanggal : 26 Januari 2014
RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari autoanamnesis dan alloanamnesis dengan keponakan pasien
(Tn.Arifin) pada hari Minggu tanggal 26 Januari 2014, pukul 07.00 WITA di
IGD RSJD Sambang Lihum.
A. KELUHAN UTAMA :
Mengamuk
B. KELUHAN TAMBAHAN :
Bicara sendiri, mendengar bisikan, curiga terhadap orang lain, tidak
bisa tidur.
1
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Alloanamnesis:
Menurut keponakan pasien, pasien mengamuk sejak 4 hari SMRS
(tanggal 22 Januari 2014) yang lalu. Pasien mengamuk dan mengejar
orang-orang disekitarnya. Pasien mengamuk tanpa alasan yang jelas
Pasien awalnya hanya mengamuk dan mengejar saudara laki-lakinya, tapi
sekarang mengamuk pada siapa saja. Pada saat mengamuk pasien juga
berteriak keras dan mengeluarkan suara seperti hendak membunuh. Pasien
mengejar orang-orang disekitarnya dan memukul setiap orang yang ada
didekatnya dengan tangannya. Wajah pasien terlihat memerah dan
matanya melotot. Hal ini membuat keluarga dan tetangga pasien
ketakutan.
Satu hari sebelum mengamuk, pasien menjadi sulit tidur. Pasien
terjaga selama 24 jam. Pasien selalu mondar-mandir di dalam rumah
dengan tangan ke pinggang. Pasien terlihat gelisah dan ingin keluar rumah.
Karena keluarga takut pasien akan menganggu tetangga, jadi pasien tidak
diberi ijin keluar rumah.
Pada awal 2010 pasien mulai mendengar bisikan. Pasien menjadi
seperti ketakutan seperti dikejar-kejar seseorang. Pasien mendengar
bisikan seperti orang yang mau mencelakainya. Pasien terlihat seperti
melwan dengan bisikan itu. Sehingga terkadang pasien berteriak-teriak
mengajak orang itu berkelahi. Namun, keluarga tidak melihat siapa yang
berbicara dan diajak pasien berkelahi. Pasien merasa ada pikiran dari luar
2
yang masuk mempengaruhi pikirannya. Pasien menjadi curiga dengan
lingkungan sekitarnya. Pasien mengira orang-orang mau menyakitinya.
Bisikan itu dirasakan sampai sekarang.
Keluhan berlanjut dengan adanya bicara kacau yang mulai timbul
pada Juli 2010. Pasien mulai bicara sendiri seperti ada lawan bicara.
Pasien seperti marah dengan lawan bicaranya itu. Pasien mengeluarkan
kata-kata seperti ingin membunuh, mengeluarkan kata-kata kotor lain
seperti “bodoh”, dll.
Keluhan dirasakan semakin memberat oleh keluarga. Pada bulan
Juli 2010 pasien dibawa berobat ke RSJD Sambang Lihum. Setelah
diperiksa, pasien meminta untuk rawat jalan saja, jadi tidak dirawat
inapkan. Pasien rajin berobat dan kontrol ke poliklinik. Pasien
mendapatkan tiga macam obat yaitu CPZ, HLP, dan THP yang
dimasukkan dalam kapsul diminum tiga kali sehari. Satu bulan setelah
menjalani pengobatan kondisi pasien membaik. Bisikan-bisikan yang
mengganggu pasien mulai hilang. Namun, bicara kadang-kadang masih
kacau.
Pasien tidak berobat lagi terhitung sejak bulan Juli 2013. Satu
bulan semenjak putus berobat keluhan kembali dirasakan. Pasien mulai
mendengar bisikan lagi seperti dulu, bicara bertambah kacau. Pasien
menarik diri dari lingkungan karena kadang-kadang ada perasaan takut
dengan orang. Pasien jadi sering terlihat menyendiri, diam, wajah terlihat
bingung, dan kalau ditanya kadang-kadang menjawab, terkadang tidak.
3
Menurut keponakannya, pasien mulai berubah semenjak ada
masalah dengan ruamh tangganya. Pasien sudah 3 kali menikah dan belum
mempunyai anak. Sekarang pasien juga sendiri dan tidak membina rumah
tangga lagi.
Pasien merupakan prinadi yang tertutup dan jarang menceritakan
masalahnya. Pasien merupakan orang yang kurang sensitif, kadang-kadang
suka menyendiri. Pasien juga merupakan pribadi yang datar dan kurang
bisa berekspresi.
Pasien masih bisa mengurus diri sendiri. Aktivitas seperti mandi,
makan, BAB, BAK tidak terganggu. Sebelum mengamuk, hubungan
dengan lingkungan tidak terganggu. Pasien masih bisa berhubungan
dengan keluarga tapi jarang bergaul dengan lingkungan sekitar.
Pasien tidak pernah mencoba melukai diri sendiri. Pasien tidak
pernah menggunakan obat-obatan terlarang ataupun alkohol, tetatpi pasien
memang seorang perokok. Pasien tidak ada sakit sebelum keluhan
dirasakan.
Autoanamnesis:
Pasien datang diantar oleh keluarganya (keponakan dan tetangga)
dengan tangan tidak terikat tapi pasien selalu dipegangi oleh keluarga.
Pasien mengenakan baju kemeja kotak-kotak berwarna coklat dengan
celana panjang coklat. Wajah pasien terlihat seperti orang marah. Pasien
dapat menyebutkan siapa namanya, dapat menyebutkan dari mana dirinya
4
berasal dan dimana dia tinggal, dapat menyebutkan siapa yang
mengantarkannya ke RS, dan tau kalau waktu itu adalah pagi atau malam.
Pasien berkata dirinya tidak tahu kenapa dibawa ke RS. Pasien berulang
kali mencoba membuka gembok dari pintu dan berkata minta keluarkan
dari tempat kurungan.
Saat ditanya apakah pasien mendengar bisikan atau melihat hal-hal
aneh seperti bayangan pasien tidak menjawab. Pasien hanya berkata “ada
polisi” kemudian disambung kalimat “saya sudah baik”. Tidak ada
hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.
Selama anamnesis, pasien hanya sebentar menatap mata pemeriksa.
Pasien juga hanya sedikit-sedikit menjawab pertanyaan yang diberikan.
Pasien lebih banyak diam dan menunduk ke bawah. Pasien selalu mondar-
mandir, seperti gelisah, tangan di kedua pinggang dengan muka terlihat
marah.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pada tanggal 26 Juli 2010 pasien dibawa berobat ke poliklinik
RSJD Sambang Lihum. Saat itu pasien datang dengan keluhan bicara
kacau. Bicara kacau dirasakan 10 hari sebelum pasien dibawa berobat.
Pasien sering bicara sendiri terutamam waktu malam hari. Pasien biacara
seperti marah-marah dengan lawan bicaranya. Pasien sering merasa dikejar
oleh orang lain dan mendengar bisikan berupa hinaan maupun cacian.
Pasien merasa orang tersebut adalah musuhnya.
5
Pasien rutin berobat sampai tanggal 10 Juli 2013. Setelah itu pasien
tidak berobat lagi karena dirasa keluhan membaik.
RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
Menurut teori perkembangan jiwa anak menurut Erik Homburger Erikson.
1. Riwayat prenatal
Dari alloanamnesis dengan keponakan pasien tidak didapatkan
informasi yang cukup bermakna.
2. Riwayat Infanticy (0 - 1,5 tahun) Basic Trust Vs Mistrust
Dari alloanamnesis dengan keponakan pasien tidak didapatkan
informasi yang cukup bermakna.
3. Riwayat Early Childhood (1,5 - 3 tahun) Autonomy Vs Shame and
Doubt
Dari alloanamnesis dengan keponakan pasien tidak didapatkan
informasi yang cukup bermakna.
4. Riwayat pre school Age (3 – 6 tahun) Initiative Vs Guilt
Dari alloanamnesis dengan keponakan pasien tidak didapatkan
informasi yang cukup bermakna.
5. Riwayat School Age (6 – 12 tahun) Industry Vs Inferiority
Dari alloanamnesis dengan keponakan pasien tidak didapatkan
informasi yang cukup bermakna.
6
6. Riwayat Adolescence (12-20 tahun) Intimacy vs Isolation
Menurut keponakan pasien, pasien bersekolah sampai SMA.
Kemudian setelah lulus pasien bekerja di salah satu pabrik di
Banjarmasin.
7. Riwayat Young Adulthood (20-40 tahun) Intimacy vs Isolation
Keponakan pasien tidak mengetahui tepatnya umur berapa pasien
menikah. Pasien menikah sebanyak 3 kali. Pasien tidak pernah
mendapatkan anak selama pernikahan. Terakhir pasien bercerai
dengan istri ketiganya dan sekarang hidup sendiri.
8. Riwayat Pendidikan
Keponakan pasien tidak tau tepatnya usia berapa pasien mulai
bersekolah. Pasien bersekolah sampai SMA kemudian tidak
melanjutkan lagi ke jenjang yang lebih tinggi.
9. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja setelah lulus SMA. Pasien bekerja di salah satu
pabrik di Banjarmasin yang bergerak di bidang perkayuan. Pasien
tidak pernah bermasalah di tempat kerjanya. Pasien berhenti bekerja
semenjak keluhan dirasakan.
10. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah sebanyak tiga kali. Keponakan pasien tidak tau
tepatnya pada usia berapa pasien pertama kali menikah. Rumah tangga
pasien tidak harmonis. Pasien tidak memiliki seorang anakpun dari
pernikahannya. PAsien menikah 3 kali dan bercerai pada awal 2010.
7
C. RIWAYAT KELUARGA
Penderita adalah anak ke 4 dari 4 bersaudara. Hubungan dengan
anggota keluarga yang lain baik. Tidak ada riwayat penyakit yang sama
dengan pasien pada keluarga pasien. Keponakan pasien tidak tau lagi
anggota keluarga yang lain. Jadi, informasi tidak bisa digali lebih lanjut.
Genogram :
Keterangan
Laki-laki :
Perempuan :
Penderita :
Meninggal :
D. RIWAYAT SITUASI SEKARANG
Pasien tinggal sendiri di rumahnya. Rumah pasien dengan keluarga
berdekatan. Lingkungan pasien menerima pasien dengan baik walaupun
diketahui ada gangguan kejiawaan.
E. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGAN
Pasien tidak merasa dirinya sakit.
8
STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1.Penampilan
Pasien seorang laki-laki, datang dengan dipegangi keluarga. Pasien
menngenakan kemeja coklat kotak-kotak dengan celana kain panjang
berwarna coklat. Rambut pasien sebagian besar sudah beruban. Pasien
tampak cukup terawat.
2.Kesadaran
Compos mentis.
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Hiperaktif
1. Pembicaraan
Irrelevan
5. Sikap terhadap pemeriksa
Tidak kooperatif.
6. Kontak psikis
Kontak verbal ada, tidak dapat dipertahankan.
B. Keadaan Afektif, Perasaan, Ekspresi Afektif serta Empati
Afek : Tumpul
Ekspresi Afektif : Marah
Keserasian : Tidak Serasi
Empati : Tidak dapat diraba rasakan
9
C. Fungsi Kognitif
Pendidikan : Cukup. Sekolah sampai SMA
Konsentrasi : Terganggu
Orientasi : Waktu : Terganggu
Tempat : Terganggu
Orang : Terganggu
Daya Ingat : Segera : Sulit dievaluasi
Jangka Pendek : Sulit dievaluasi
Jangka Panjang : Selui dievaluasi
Pikiran Abstrak : Sulit dievaluasi
Kemampuan menolong diri sendiri : Kurang
D. Gangguan Persepsi
Halusinasi auditorik/visual (+/+)
Ilusi : tidak ada
Depersonalisasi/derealisasi : tidak ada
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktivitas : lambat
b. Kontinuitas : asosiasi longgar
c. Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi Pikir :
a. Preokupasi : sulit dievaluasi
b. Gangguan Isi Pikir : waham curiga
10
F. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls os terganggu.
A. Daya Nilai
Daya nilai sosial : Sulit dievaluasi
Uji daya nilai : Sulit dievaluasi
Penilaian realitas : Sulit dievaluasi
H. Persepsi
Sulit dievaluasi
I. Tilikan
Tilikan derajat 1 : Penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit
J. Taraf dapat dipercaya
Tidak dapat dipercaya.
3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
Status Internus :
Keadaan Umum : Baik
Tanda Vital : Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 82 X/menit
Respirasi : 18 X/menit
Suhu : 36,3 oC
Bentuk badan : proporsional
Kulit : sawo matang, tidak sianosis, turgor cepat kembali,
kelembaban cukup, tidak anemis.
11
Kepala : Mata : Palpebra tidak edema , konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik, pupil isokor
Hidung : tidak ada sekret dan epistaksis
Mulut : Bibir tidak anemis, kelembaban cukup
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks : I : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Pa : Fremitus raba simetris kanan dan kiri
Pr : Cor : batas jantung normal
Pulmo : sonor
A : Cor : S1S2 tunggal, murmur (-)
Pulmo: Vesikuler, Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)
Abdomen : I : Simetris, datar
A : Bising usus normal
Pa : Hepar/Lien tidak teraba,nyeri tekan epigastrium (-)
Pr : Timpani, asites (-), nyeri ketuk (-)
Ektremitas : Tidak ada edema atau atrofi.
Gangguan Lain : Benjolan di regio glutea sinistra, konsistensi kenyal,
mobile, nyeri tekan (-), berdarah (-), kemerahan (-)
Status Neurologis :
Nervus I-XII : tidak ada kelainan
Gejala rangsangan meningeal : tidak ada
Gejala TIK meningkat : tidak ada
Refleks fisiologis : normal
12
Refleks patologis : tidak ada
Pemeriksaan Laboratorium : Leukositosis
4. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Anamnesis:
Pasien mulai berperilaku aneh sejak bercerai dengan istri yang ketiga.
Perilaku aneh yang pertama muncul adalah bicara yang kacau. mendengar
bisikan sejak Juli 2010. Pasien mendengar bisikan seperti hinaan, cacian.
Pasien menjadi curiga dengan sekitarnya dan menarik diri dari lingkungan.
Pasien mulai mendengar bisikan yang berbunyi menghina, mencaci.
Pasien juga seperti melihatnya musuh didepannya dan berteriak marah.
Pasien menjadi curiga dengan lingkungannya dan mulai menarik diri.
4 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengamuk dan menyerang
orang di sekitarnya.
Pasien tidak bisa tidur 1 hari sebelum keluhan mengamuk timbul
Pasien pernah menjalani pengobatan sejak Juli 2010 dan berhenti berobat
sejak Juli 2013.
Sejak berhenti berobat bisikan kembali muncul, pasien selalu terlihat
bingung dan gelisah, dan akhirmya mengamuk.
Pasien merupakan prinadi yang tertutup dan jarang menceritakan
masalahnya. Pasien merupakan orang yang kurang sensitif, kadang-kadang
suka menyendiri.
Pemeriksaan Psikiatri:
13
- Penampilan : Cukup terawat
- Kesadaran : Jernih
- Perilaku : Hiperaktif
- Sikap : Non kooperatif
- Afek : Tumpul
- Ekspresi : Marah
- Orientasi : Terganggu
- Halusinasi : Audiotorik (+), visual (+)
- Waham : Curiga
- Arus pikir : Asosiasi longgar
- Preocupasi : Sulit dievaluasi
- Tilikan : Derajat 1
- Taraf dapat dipercaya : Tidak dapat dipercaya
5. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F 20.0
Aksis II : Ciri kepribadian skizoid
Aksis III : None
Aksis IV : Masalah keluarga
Aksis V : GAF scale 30-21 (disabilitas berat dalam komunikasi &
daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang).
6. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik
14
Tidak ada kelainan.
2. Psikologik
Perilaku hiperaktif, afek tumpul, ekspresi marah, orientasi
terganggu, halusinasi auditorik/visual (+/+), waham curiga (+)
pengendalian impuls terganggu, arus pikir asosiasi longgar, tilikan
derajat 1.
3. Sosial/Keluarga
Terdapat masalah yang berkaitan dengan keluarga. Os bercerai dari
istrinya dan tidak mendapatkan anak, semenjak itu menjadi suka bicara
sendiri.
7. PROGNOSIS
Diagnosis penyakit : Dubia ad malam
Perjalanan penyakit : Dubia ad malam
Ciri kepribadian : Dubia ad malam
Riwayat herediter : Dubia ad bonam
Usia saat menderita : Dubia ad malam
Pola keluarga : Dubia ad bonam
Pendidikan : Dubia ad bonam
Aktivitas pekerjaan : Dubia ad malam
Ekonomi : Dubia ad malam
Lingkungan sosial : Dubia ad bonam
Organobiologi : Dubia ad bonam
Pengobatan psikiatri : Dubia ad malam
15
Ketaatan berobat : Dubia ad malam
Kesimpulan : Dubia ad malam
8. RENCANA TERAPI
Psikofarmaka :
Po. Chlorpromazine 3x100 mg tablet
Haloperidol 3 x 5 mg tablet
Trihexylpenidyl 3 x 2 mg tablet
Psikoterapi : Support terhadap penderita dan keluarga
Usul pemeriksaan penunjang: Laboratorium darah lengkap
9. DISKUSI
Dari autoanamnesis dan alloanamnesis didapatkan adanya gejala klinis
yang bermakna yaitu sering berbicara sendiri, mengamuk, merasa seperti
diancam, dan curiga dengan lingkungan. Keadaan ini menimbulkan
penderitaan (distress) dan disabilitas bagi pasien dan keluarganya sehingga
dapat disimpulkan sebagai Gangguan Jiwa.
Pada pemeriksaan status internus dan status neurologis tidak
ditemukan adanya kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum
yang menimbulkan gangguan otak, sehingga penyebab organik dapat
disingkirkan, sehingga pasien di diagnosis sebagai Gangguan Jiwa
Psikotik Non-Organik.
Pada pasien ditemukan adanya gangguan isi pikiran berupa waham
curiga yaitu pasien orang-orang ingin menyakitinya dan menjadi curiga
16
dengan lingkungan. Pasien juga mendengar bisikan-biskan yang
mengancam dan pikiran pasien terasa seperti dipengaruhi oleh pikiran dari
luar selain dirinya. Sehingga berdasarkan PPDGJ-III di diagnosis
sebagai Skizofrenia (F.20).
Disamping itu, ditemukan adanya gejala waham dan halusinasi yang
menonjol sehingga berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ-III), diagnosis diarahkan pada Skizofrenia
Paranoid (F.20.0).
Berdasarkan hasil anamnesis serta pemeriksaan status mental, dan
merujuk pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus ini
dapat didiagnosa sebagai skizofrenia paranoid (F20.0). Pedoman diagnostik
secara umum skizofrenia telah terpenuhi dan secara spesifik digolongkan ke
dalam skizofrenia paranoid.
Gejala yang ada pada penderita telah memenuhi pedoman umum
diagnostik untuk skizofrenia, yaitu adanya penyimpangan yang fundamental
dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta afek yang tidak wajar.
Dalam diagnosa skizofrenia, harus ada sedikitnya satu gejala yang sangat
jelas diantara gejala-gejala berikut (1):
Thought echo, atau Thought insertion, atau Thought broadcasting
Delution of control, delution of influence, delution of passivity, delution
perception
Halusinasi auditorik
Waham-waham menetap jenis lainnya.
17
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini :
Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja
Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan
Perilaku katatonik
Gejala-gejala “negatif”.
Adanya gejala tersebut berlangsung lebih dari 1 bulan, dan harus ada
perubahan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa prilaku pribadi
(personal behavior).
Pedoman diagnostik yang terpenuhi dari penderita adalah adanya waham
Kebesaran. Gejala-gejala ini sudah berlangsung lebih dari 1 bulan terakhir.
Ganguan jiwa skizofrenia adalah salah satu penyakit yang cenderung
berlanjut (kronis, menahun). Oleh karenanya terapi pada skizofrenia
memerlukan waktu relatif lama berbulan bahkan bertahun-tahun. Hal ini
bertujuan untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan (relapse). Terapi
yang diberikan meliputi terapi dengan obat-obatan anti Skizofrenia
(psikofarmaka) dan terapi dengan memberikan edukasi dan support kepada
keluarga dan penderita (psikoterapi) (2).
Tujuan umum pengobatan adalah mengurangi keparahan gejala,
mencegah kekambuhan dari masa timbulnya gejala dan hal-hal yang
berkaitan dengan kemunduran fungsi, dan memberikan dukungan untuk
mencapai taraf hidup yang terbaik. Obat antipsikosis, aktivitas rehabilitasi
dan komunitas pendukung, dan psikoterapi adalah tiga komponen utama
dalam pengobatan (3).
18
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat-
syarat antara lain sebagai berikut (2) :
1. Dosis rendah dengan efektivitas terapi dalam waktu relatif singkat
2. Tidak ada efek samping, kalaupun ada relatif kecil
3. Dapat menghilangkan dalam waktu relatif singkat gejala positif
maupun negatif skizofrenia
4. Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat)
5. Tidak menyebabkan kantuk
6. Memperbaiki pola tidur
7. Tidak menyebabkan habituasi, adiksi, dan dependensi
8. Tidak menyebabkan lemas otot
9. Kalau mungkin pemakaiannya dosis tunggal (single dose).
Penderita ini dianjurkan untuk mendapat terapi psikofarmaka dengan
Chlorpromazine 3x100 mg/hari yang merupakan obat anti psikotik yang
berguna untuk menghindari terjadinya gejala peningkatan aktivitas fisik
dan mental, serta kurang tidur. Selain itu ditambah dengan Haloperidol
(lodomer) 3x5 mg/hari yang juga sebagai anti psikotik yang mempunyai
efek sedasi lemah dan membantu menghilangkan gejala psikotik berupa
waham dan halusinasi (4).
Obat antipsikotik kuat seperti Haloperidol (lodomer), sering
menyebabkan gejala ekstrapiramidal seperti sindroma Parkinson (berupa
gemetar, badan kaku seperti robot, hipersalivasi) dan gejala
19
ekstrapiramidal lainnya. Untuk mengatasi hal ini, digunakan obat
Trihexipenidil (hexymer) 3 x 2 mg tablet/hari (4).
Mekanisme kerja obat antipsikosis adalah memblokade Dopamine
pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik
dan sistem ekstrapiramidal sehingga efek samping obat anti psikosis
adalah (4):
1. Sedasi dan inhibisi psikomotor
2. Gangguan otonomik (hipotensi ortostatik, antikolonergik berupa
mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata
kabur
3. Gangguan endokrin
4. Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, sindrom Parkinson)
5. Hepatotoksik.
Sindrom Parkinson terdiri dari tremor, bradikinesia, rigiditas. Efek
samping ini ada yang cepat dan ditolerir oleh pasien, ada yang lambat, dan
ada yang sampai membutuhkan obat simptomatis untuk meringankan
penderitaan pasien. Bila terjadi sindrom Parkinson maka
penatalaksanaannya: hentikan obat anti psikosis atau bila obat antipsikosis
masih diperlukan diberikan trihexipenidil 3x2 mg/hari p.o. atau sulfas
atropin 0,5 – 0,75 mg IM. Apabila sindrom Parkinson sudah terkendali
diusahakan penurunan dosis secara bertahap, untuk menentukan apakah
masih dibutuhkan penggunaan obat antiparkinson (4).
20
s Pemeriksaan laboratorium rutin dam kimia darah terutama untuk
memeriksa fungsi hati (SGOT, SGPT) diperlukan karena efek samping
obat antipsikosis salah satunya adalah hepatotoksik. Selain melalui
pemeriksaan laboratorium, dapat juga dari pemeriksaan fisik berupa tanda
ikterik, palpasi hepar (4).
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001.
2. Made wirnata. Skizofrenia. 2009.
3. Rambisa A. Skizofrenia Paranoid. www.google.com. Diakses tanggal 18 April 2013.
4. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta: PT Nuh Jaya, 2007.
22