Lapsus Mata Fix
-
Upload
aria-pratama -
Category
Documents
-
view
50 -
download
1
Transcript of Lapsus Mata Fix
RINGKASAN AWAL
Pasien datang diantar oleh suaminya ke poli mata RSUD – Selong pada hari kamis
tanggal 5 September 2013 dengan keluhan mata kanan membengkak dan terasa nyeri dan
sakit sampai menyebabkan pasien tidak bisa melihat. Pasien mengaku keluhan ini
dirasakan sejak satu minggu yang lalu. Awalnya pasien hanya mengeluh mata kanan
terasa panas dan mengeluarkan air berlebihan, satu hari kemudian mata kanan pasien
terasa membengkak, saat itu ketika pasien melakukan upacara 7 hari kelahiran anaknya
pasien menceritakan hal tersebut kepada tetangganya yang diyakini sebagai dukun
disekitar desa tempat tinggal pasien. Dari keterangan suami pasien mengatakan bahwa
mata kanan pasien disembur oleh sang dukun menggunakan sumber air murni di sekitar
tempat tinggal pasien, dari keterangan selanjutnya dikatakn bahwa sumber air murni
tersebut selain dipergunakan untuk mengambil air sebagai sumber air minum ternyata
juga digunakan untuk mandi, dan kebutuhan sehari-hari oleh warga disekitar desa
tersebut. Namun keterangan lain yang didapatkan dari pengtakuan pasien bahwa mata
kanannya hanya dioleskan dengan air tersebut namun, tidak disemburkan selain itu sang
dukun juga mengurut alis pasien hingga terasa sakit. sehari setelah pasien diobati oleh
dukun ternyata mata pasien semakin membengkak dan akhirnya pasien memutuskan
untuk berobat kesalah satu mantri/ perawat di desanya dan dikasih obat tetes. Setelah satu
kali berobat ternyata mata kanan pasien tidak sembuh sembuh dan pasien ahirnya
memutuskan untuk datang memeriksakan dirinya di poli mata RSUD Selong setelah satu
minggu dirmumah dan dengan kondisi kelopak mata yang sangat bengkak yaitu kelopak
mata atas mendesak bagian kelopak mata bawah yang menyebabkan bola mata tertutup
oleh palpebra yang membengkak dan ahirnya pasien tidak bisa melihat karena hal
tersebut. Selain itu juga konjungtiva mengalami pembengkakan atau edema konjungtiva.
Pasien mengaku tidak pernah mengalami sakit mata sebelumnya, pasien tidak pernah
mengalami demem atau flu sejenisnya, pasien juga tidak pernah mengeluhkan tentang
sakit gigi dan lainnya.. Pasien mengaku pembengkakan terjadi secara tiba tiba dan tidak
ada yang menderita sakit seperti dirinya di sekitar lingkungan rumahnya.0
Dari hasil pemeriksaan didapatkan palpebra mengalami pembengkakan, iritasi,
warna merah, iritasi pada konjungtiva, khemosis, kornea jernih dengan tajam penglihatan
mata kanan 2/60 dan mata kiri 15/15. Kornea, lensa pupil dan iris sulit untuk dievaluasi
karena pembengkakan palpebra dan kemosis dan rasa nyeri yang hebat.
Anamnesa dan hasil pemeriksaan fisik menunjukkan kedua mata pasien menderita
selulitis orbita.
Rencana terapi ialah KIE kepada pasien serta keluarga dan suaminya agar pasien
dirawat inap dan jika pembengkakan menurun dianjurkan untuk operasi tasiorafi.
1
STATUS LENGKAP PASIEN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Sri Hartati
Umur : 30 th
Jenis kelamin : perempuan
Agama / suku : Islam / sasak
Pekerjaan : IRT
Alamat : Aikmel
Nomer RM : 242204
2. ANAMNESIS
Keluhan utama:
Mata kanan terasa nyeri dan sakit
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang diantar oleh suaminya ke poli mata RSUD – Selong pada hari
kamis tanggal 5 September 2013 dengan keluhan mata kanan membengkak dan
terasa nyeri dan sakit sampai menyebabkan pasien tidak bisa melihat. Pasien
mengaku keluhan ini dirasakan sejak satu minggu yang lalu. Awalnya pasien hanya
mengeluh mata kanan terasa panas dan mengeluarkan air berlebihan, satu hari
kemudian mata kanan pasien terasa membengkak, saat itu ketika pasien melakukan
upacara 7 hari kelahiran anaknya pasien menceritakan hal tersebut kepada
tetangganya yang diyakini sebagai dukun disekitar desa tempat tinggal pasien. Dari
keterangan suami pasien mengatakan bahwa mata kanan pasien disembur oleh sang
dukun menggunakan sumber air murni di sekitar tempat tinggal pasien, dari
keterangan selanjutnya dikatakn bahwa sumber air murni tersebut selain
dipergunakan untuk mengambil air sebagai sumber air minum ternyata juga
digunakan untuk mandi, dan kebutuhan sehari-hari oleh warga disekitar desa
tersebut. Namun keterangan lain yang didapatkan dari pengtakuan pasien bahwa mata 2
kanannya hanya dioleskan dengan air tersebut namun, tidak disemburkan selain itu
sang dukun juga mengurut alis pasien hingga terasa sakit. sehari setelah pasien
diobati oleh dukun ternyata mata pasien semakin membengkak dan akhirnya pasien
memutuskan untuk berobat kesalah satu mantri/ perawat di desanya dan dikasih obat
tetes. Setelah satu kali berobat ternyata mata kanan pasien tidak sembuh sembuh dan
pasien ahirnya memutuskan untuk datang memeriksakan dirinya di poli mata RSUD
Selong setelah satu minggu dirmumah dan dengan kondisi kelopak mata yang sangat
bengkak yaitu kelopak mata atas mendesak bagian kelopak mata bawah yang
menyebabkan bola mata tertutup oleh palpebra yang membengkak dan ahirnya pasien
tidak bisa melihat karena hal tersebut. Selain itu juga konjungtiva mengalami
pembengkakan atau edema konjungtiva. Pasien mengaku tidak pernah mengalami
sakit mata sebelumnya, pasien tidak pernah mengalami demem atau flu sejenisnya,
pasien juga tidak pernah mengeluhkan tentang sakit gigi dan lainnya.. Pasien
mengaku pembengkakan terjadi secara tiba tiba dan tidak ada yang menderita sakit
seperti dirinya di sekitar lingkungan rumahnya.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat penyakit berat: DM (-),
tekanan darah tinggi (-); Riwayat mata merah sebelumnya (-), Riwayat penggunaan
obat-obatan dan riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan (-), riwayat trauma
(-), riwayat sinusitis (-), riwayat sakit gigi (-),
Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit
atau gejala-gejala yang sama seperti yang diderita oleh pasien saat ini.
3
3. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan : 5 September 2013
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan :
Status lokalis tanggal 5 September 2013
No Pemeriksaan Mata Kanan Mata Kiri
1. Visus 2/60 15/15
2 Gerakan bola mata Tidak bisa mengikuti
arah
Sejajar, nistagmus
(-)
3 Lapang pandang dengan teknik
konfrontasi
Buruk Baik
4 Palpebra
superior
Edema (+) (-)
Hiperemi (+) (-)
Silia (+) (+)
Pseudoptosis (-) (-)
Sikatrik (+) (-)
5 Palpebra
Inferior
Edema (+) (-)
Hiperemi (+) (-)
Silia Ada Ada
6 Lebar fissura palpebra ± 10 mm ± 10 mm
7 Konjungtiva palpebra
Superior
Inferior
Hiperemi (+) (-)
Hiperemi (+) (-)
8 Konjungtiva bulbi
Injeksi konjungtiva (sulit dievaluasi) (-)
Injeksi silier (sulit dievaluasi) (-)
4
Kemosis (+)
9 Sklera
Hiperemi (+) (-)
Udema (+) (-)
10 Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Bentuk Bulat Bulat
Permukaan (sulit dievaluasi) Cembung dan rata
Infiltrat (sulit dievaluasi) (-)
Benda asing (sulit dievaluasi) (-)
11 Bilik mata depan
Kedalaman
Hifema
Hipopion
Normal
(-)
(-)
Normal
(-)
(-)
12 Iris
Warna
Iridodenesis
Iridodialisis
Sinekia
Coklat
(-)
(-)
(-)
Coklat
(-)
(-)
(-)
13 Pupil Bentuk Bulat Bulat
Refleks langsung (sulit dievaluaassi) (+)
Refleks tidak langsung (sulit dievaluasi) (+)
14 Lensa
Kejernihan
Iris shadow
Jernih
Tidak tampak
Jernih
Tidak tampak
15 TIO (palpasi) Sulit dievaluasi Kesan normal
Gambaran mata pasien
5
Diagnosis Kerja
6
OD OS
kemosiskemosis
Palpebra superior Palpebra superior
OD: selulitis orbita
Diagnosis banding
Periostitis orbita
Rabdomiosarkoma
Pseudotumor
Pemeriksaan penunjang
Hasil laboraturium
- HB : 14,1 (N: 11,4-17,7)
- Leukosit : 12.000 (N:4.300-11.300)
- Eritrosit : 5,29 (N: 4,00-5,50)
- Trombosis : 305 (150-450)
- PCV : 44,5 (38,0-47,0)
- GDS : 100 (<140)
- HBsAg : (-)
Hasil CT
- Tamopak gambaran edema pada ekstraokuli dextra sisi anterior dan lateral.
Retrobulbar tampak baik, tak tampak massa dan nervus optikus tampak baik.
Orbita kiri tak tampak keklainan
- Tak tampak kelainan pada basis kranii
- Sinus paranasalis kanan kiri tampak normal
- Tulang tulang normal
Kesan : celulitis orbita dextra
7
Penatalaksanaan
1. Cefotaxim 2X1 gr
2. Asam mefenamat 3 X 500 mg
3. Clorampenicol EO 2 X OD
4. KIE
5. Rencana Operasi
8
IDENTIFIKASI ISU ATAU MASALAH
Setelah dilakukan inspeksi dan pemeriksaaan terlihat hampir semua bagian
konjungtiva mengalami kemosis atau pembengkakan serta terjadi pembengkakan
hebat pada palpebra hingga menutupi bola mata.
Gejala dan kronologi kejadian yang didapatkan melalui anamnesis dan pemeriksaan
mata menunjukkan telah terjadi selulitis orbita
9
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Orbita adalah sebuah rongga berbentuk segi empat seperti buah pir yang berada di
antara fossa kranial anterior dan sinus maksilaris. Tiap orbita berukuran sekitar 40
mm pada ketinggian, kedalaman, dan lebarnya. Orbita dibentuk oleh 7 buah tulang
Secara anatomis orbita dibagi menjadi enam sisi, yaitu:
1. Dinding medial, terdiri dari os maxillaris, lacrimalis, ethmoid, dan
sphenoid.Dinding medial ini seringkali mengalami fraktur mengikuti sebuah
trauma. Os ethmoid yang menjadi salah satu struktur pembangun dinding
medial merupakan salah satu lokasi terjadinya sinusitis etmoidales yang
merupakan salah satu penyebab tersering selulitis orbita.
2. Dinding lateral, terdiri dari sebagian tulang sphenoid dan zygomaticum.
3. Langit- langit, berbentuk triangular, terdiri dari tulang sphenoid dan
frontal. Defek pada sisi ini menyebabkan proptosis pulsatil.
4. Lantai, terdiri dari os. Palatina, maxillaris, dan zygomaticum.
Bagian posteromedial dari tulang maksilaris relatif lemah dan seringkali
10
terlibat dalam fraktur blowout.
5. Basis orbita, merupakan bukaan anterior orbita
6. Apeks orbita, merupakan bagian posterior orbita dimana keempat dinding
orbita bekonvergensi, memiliki dua orifisium yaitu kanal optikus dan
fisura orbital superior
Septum
orbital
Pada orbita terdapat suatu membran jaringan ikat yang tipis yang melapisi
berbagai struktur. Membran tersebut terdiri dari fascia bulbi, muscular sheats,
intermuscular septa, dan ligamen lockwood. Di dalam orbita terdapat struktur-
struktur sebagai berikut: bagian n. optikus, muskulus ekstraokular, kelenjar
lakrimalis, kantung lakrimalis, arteri oftalmika, nervus III, IV, dan VI, sebagian
nervus V, dan fascia serta lemak.
Inflamasi periorbital dapat diklasifikasikan menurut lokasi dan derajat
keparahan. Salah satu pertanda anatomis dalam menentukan lokasi penyakit
adalah septum orbital. Septum orbital adalah membran tipis yang berasal dari
periosteum orbital dan masuk ke permukaan anterior lempeng tarsal kelopak
mata. Septum memisahkan kelopak mata superfisial dari struktur dalam orbital
dan membentuk barier yang mencegah infeksi dari kelopak mata menuju rongga
orbita.
11
B. Definisi
Selulitis orbita adalah infeksi akut pada jaringan lunak orbita di belakang septum
orbita. Selulitis orbita dapat berkembang menjadi abses subperiosteal atau abses
orbital.
C. Etiologi
Orbita dapat terinfeksi melalui tiga jalur seperti pada selulitis preseptal
12
- Infeksi eksogen, dapat berasal dari trauma tembus pada mata khususnya terkait
dengan retensi benda asing intraorbital dan kadang- kadang terkait dengan
tindakan bedah seperti eviserasi, enukleasi, dan orbitotomi.
- Persebaran infeksi sekitar, seperti sinusitis, infeksi gigi, dan struktur intraorbita.
Merupakan rute infeksi tersering.
- Infeksi endogen, jarang terjadi. Organisme penyebab hampir serupa dengan
selulitis preseptal, ditambah dengan keterlibatan streptococcus pneumoniae.
D. Klasifikasi
13
E. Patologi
Penampakan patologik selulitis orbital mirip seperti inflamasi supuratif secara
umum kecuali dalam beberapa aspek, yaitu:
1. Karena tidak terdapat sistem limfatik, agen protektif terbatas pada elemen
fagositik dari jaringan retikular orbital
2. Karena ruang terbatas, tekanan intraorbital meningkat sehingga mengaugmentasi
virulensi infeksi menyebabkan nekrosis dini dan ekstensif terhadap jaringan
3. Umumnya, infeksi menyebar sebagai tromboflebitis dari struktur sekitar
F. Manifestasi klinis
Gejala meliputi pembengkakan dan nyeri hebat yang meningkat dengan gerakan bola
mata atau pada penekanan. Gejala lainnya dapat berupa demam, mual, muntah,
prostrasi, dan terkadang kehilangan penglihatan. Tanda yang sering dijumpai pada
selulitis orbital adalah pembengkakan kelopak mata yang kemerahan dan keras
seperti kayu, kemosis konjungtiva yang dapat mengalami protrusi dan menjadi
nekrotik, dbola mata mengalami proptosis aksial, terdapat restriksi dari gerakan
okular, dan pada pemeriksaan fundus didapati kongesti vena retinal dan tanda
papilitis atau papiloedema. Dapat juga ditemui disfungsi saraf optik.
G. Komplikasi 14
Komplikasi dapat terjadi bila selulitis tidak ditangani dengan tepat. Komplikasi
terdiri dari komplikasi okular, orbital, dan komplikasi lainnya. Komplikasi okular
biasanya adalah kebutaan, keratopati, neuritis optik, dan oklusi arteri retina sentral.
Komplikasi orbital adalah perkembangan selulitis orbital menjadi abses subperiosteal
dan abses orbita. Abses subperiosteal adalah penumpukan material purulen antara
dinding tulang orbital dengan periosteum, biasanya terdapat pada dinding orbita
media. Biasanya abses subperiosteal dicurigai bila terdapat manifestasi selulitis orbita
dengan proptosis eksentrik. Namun, diagnosis dipastikan dengan CT scan. Abses
orbita merupakan penumpukan material purulen di dalam jaringan lunak orbital.
Secara klinis dicurgai dengan tanda- tandan proptosis parah, kemosis, oftalmoplegia
komplit, dan pus di bawah konjungtiva. Komplikasi lainnya berupa abses parotid
atau temporal, komplikasi intrakranial, dan septikemia general atau pyaemia.
H. Pemeriksaan penunjang
1. Kultur bakteri dari usap nasal dan konjungitva dan spesimen darah
2. Pemeriksaan darah perifer lengkap
3. X-Ray PNS untuk mendeteksi adanya sinusitis terkait
4. USG orbital untuk mendeteksi adanya abses intraorbital
5. CT scan dan MRI untuk :
- Membedakan selulitits preseptal dan post septal
- Mendeteksi abses subperiosteal dan abses orbital
- Mendeteksi ekstensi intracranial
- Menentukan kapan dan darimana dilakukan drainase abses orbital
6. Punksi lumbal bila terdapat tanda- tanda keterlibatan meningel dan serebral.
15
Gambar 6 CT scan selulitis orbita(kiri)
I. Pengobatan
Selulitis orbital, terutama yang telah menunjukkan komplikasi- komplikasi
berbahaya membutuhkan tindakan bedah segera. Pengobatan selulitis preseptal
menggunakan co-amoxiclav 500/125mg setiap 8 jam. Infeksi yang parah
membutuhkan antibiotik IV. Pengobatan harus dimulai sebelum organisme penyebab
teridentifikasi. Terapi antibiotik awal harus mengatasi stafilokokus, H. influenzae,
dan bakteri anaerob. Selulitis pascatrauma, khususnya setelah gigitan hewan, harus
diberikan antibiotik untuk mengatasi basil gram negative dan gram positif.
Dekongestan hidung dan vasokonstriktor dapat membantu drainase PNS. Juga perlu
diberikan analgesia dan NSAID untuk mengontrol nyeri dan demam. Konsultasi
dengan otorlaringologis sejak dini bermanfaat. Sebagian besar kasus berespon cepat
dengan pemberian antibiotik. Kasus yang tidak berespon mungkin membutuhkan
tindakan bedah seperti drainase PNS melalui pembedahan. Pada selulitis praseptal
supuratif diindikasikan drainase melalui pembedahan sejak dini. MRI bermanfaat
untuk menentukan kapan dan dimana drainase harus dilakukan. Indikasi pembedahan
lainnya adalah terdapatnya abses intrakranial atau subperiosteal, dan gambaran
atipikal yang mungkin membutuhkan biopsi.
J. Prognosis
16
Dengan pengenalan dan penanganan yang tepat, prognosis untuk sembuh total tanpa
komplikasi sangat baik. Morbiditas terjadi dari penyebaran patogen ke orbita yang dapat
mengancam penglihatan dan berlanjut ke penyebaran CNS. Selulitis orbital dapat
berlanjut menjadi abses orbital dan menyebar secara posterior menyebabkan trombosis
sinus kavernosus. Penyebaran sistemik dapat menyebabkan meningitis dan sepsis.
17
RINGKASAN AKHIR
Pasien datang diantar oleh suaminya ke poli mata RSUD – Selong pada hari kamis
tanggal 5 September 2013 dengan keluhan mata kanan membengkak dan terasa nyeri dan
sakit sampai menyebabkan pasien tidak bisa melihat. Pasien mengaku keluhan ini
dirasakan sejak satu minggu yang lalu. Awalnya pasien hanya mengeluh mata kanan
terasa panas dan mengeluarkan air berlebihan, satu hari kemudian mata kanan pasien
terasa membengkak, saat itu ketika pasien melakukan upacara 7 hari kelahiran anaknya
pasien menceritakan hal tersebut kepada tetangganya yang diyakini sebagai dukun
disekitar desa tempat tinggal pasien. Dari keterangan suami pasien mengatakan bahwa
mata kanan pasien disembur oleh sang dukun menggunakan sumber air murni di sekitar
tempat tinggal pasien, dari keterangan selanjutnya dikatakn bahwa sumber air murni
tersebut selain dipergunakan untuk mengambil air sebagai sumber air minum ternyata
juga digunakan untuk mandi, dan kebutuhan sehari-hari oleh warga disekitar desa
tersebut. Namun keterangan lain yang didapatkan dari pengtakuan pasien bahwa mata
kanannya hanya dioleskan dengan air tersebut namun, tidak disemburkan selain itu sang
dukun juga mengurut alis pasien hingga terasa sakit. sehari setelah pasien diobati oleh
dukun ternyata mata pasien semakin membengkak dan akhirnya pasien memutuskan
untuk berobat kesalah satu mantri/ perawat di desanya dan dikasih obat tetes. Setelah satu
kali berobat ternyata mata kanan pasien tidak sembuh sembuh dan pasien ahirnya
memutuskan untuk datang memeriksakan dirinya di poli mata RSUD Selong setelah satu
minggu dirmumah dan dengan kondisi kelopak mata yang sangat bengkak yaitu kelopak
mata atas mendesak bagian kelopak mata bawah yang menyebabkan bola mata tertutup
oleh palpebra yang membengkak dan ahirnya pasien tidak bisa melihat karena hal
tersebut. Selain itu juga konjungtiva mengalami pembengkakan atau edema konjungtiva.
Pasien mengaku tidak pernah mengalami sakit mata sebelumnya, pasien tidak pernah
mengalami demem atau flu sejenisnya, pasien juga tidak pernah mengeluhkan tentang
18
sakit gigi dan lainnya.. Pasien mengaku pembengkakan terjadi secara tiba tiba dan tidak
ada yang menderita sakit seperti dirinya di sekitar lingkungan rumahnya.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan palpebra mengalami pembengkakan, iritasi,
warna merah, iritasi pada konjungtiva, khemosis, kornea jernih dengan tajam penglihatan
mata kanan 2/60 dan mata kiri 15/15. Kornea, lensa pupil dan iris sulit untuk dievaluasi
karena pembengkakan palpebra dan kemosis dan rasa nyeri yang hebat.
Anamnesa dan hasil pemeriksaan fisik menunjukkan kedua mata pasien menderita
selulitis orbita.
Rencana terapi ialah KIE kepada pasien serta keluarga dan suaminya agar pasien
dirawat inap dan jika pembengkakan menurun dianjurkan untuk operasi tasiorafi.
Selulitis orbita ini kemungkinan disebabkan oleh dakrosistitis yang dialami oleh pasien,
diperberat dengan pengobatan yang tidak selaras dan higienitas yang kurang.
Untuk memperjelas kecurigaan terhadap diagnose selulitis maka, dilakukan
pemeriksaan laboraturium dan CT-Scan. Hasil laboraturium menunjukkan terjadinya
leukositosishal ini menunjukkan terjadinya infeksi. Hasil CT-Scan menunjukkan adanya
edena pada ektraokuler bagian anterior dan lateran, yang lain dalam batas normal dan
kesan menunjukkan selulitis orbita dextra.
Rencana terapi ialah KIE kepada pasien dan suaminya agar menyetujui untuk
dilakukan operasi serta operasi dilakukan bila edema palpebra dan kemosis konjungtiva
menurun serta pembengkakan palpebra berkurang.
Prognosis penglihatan untuk pasien selulitis orbita yang memerlukan pembedahan
tidak sebaik prognosis untuk pasien yang belum memerlukan pembedahan (tahap awal).
Adanya kemosis yang sulit mengempes dan edema palpebra yang mengeras membatasi
tingkat pencapaian penglihatan pada kelompok pasien ini.
19
TINDAK LANJUT DAN INTERVENSI
Intervensi dan Evaluasi
Tanggal Intervensi Yang Dilakukan, Diagnosis Holistik & Rencana Selanjutnya
Pemeriksaan I
(06 /09/ 2013)
di R.MATA
Evaluasi:
- Pemeriksaan vital sign- Keluhan?- KU?- Pemeriksaan mata?- Diagnosis?- Obat yang diberikan? - Rencana?
Hasil :
- TD: 130/70, Nadi : 84X/menit, pernafasan : 20X/menit, Suhu :36,50C- Kel : mata kanan terasa nyeri dan berair. tidak bisa tidur pada malam hari
karna sakit.- OD : Visus (2/60)
Palpebra : blefaritis (+), edema (+), epipora (+), secret (-) Konjujgtiva : iritasi (-), kemosis (+) Sklera : iritasi Kornea : keruh (+), DF (-), Makula (sulit dievaluasi), arkus sinilis (-) Iris : sulit dievaluasi Pupil : sulitb dievaluasi COA : dangkal (sulit dievaluasi) Lensa :sulit dievaluasi
- OS : Visus (15/15)Mata tenang
- Pengobatan : cefotaxim 2X1 gr (IV/ skin test terlebih dahulu), asam mefenamat 3X 500 mg, clorampenicol EO 2 X OD
- Rencana : pemeriksaan laboraturium, tarsorapi jika bengkak berkurang
Intervensi:
20
- edukasi mengenai cara membersihkan mata yang baik dan benar- edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan untuk mencegah berbagai
penyakit termasuk penyakit mata
(07/09/ 2013) Evaluasi:
- Evaluasi dari intervensi sebelumnya - Rencana?
Hasil :
- TD: 130/70, Nadi : 84X/menit, pernafasan : 20X/menit, Suhu :36,50C- Kel : mata kanan masih terasa nyeri dan berair. tidak bisa tidur pada malam
hari karna sakit.- OD : Visus (1/60)
Palpebra : blefaritis (+), edema (+), epipora (+), secret (-) Konjujgtiva : iritasi (+), kemosis (+) Sklera : iritasi Kornea : keruh (+), DF (-), Makula (sulit dievaluasi), arkus sinilis (-) Iris : sulit dievaluasi Pupil : sulitb dievaluasi COA : dangkal (sulit dievaluasi) Lensa :sulit dievaluasi
- OS : Visus (15/15)Mata tenang
- Pengobatan : cefotaxim 2X1 gr (IV/ skin test terlebih dahulu), asam mefenamat 3X 500 mg, clorampenicol EO 2 X OD, clyndamisin 3 X 300 mg
- Hasil laboraturium : leukositosis (12.000)- Rencana : tarsorapi jika bengkak berkurang,
Intervensi:
- edukasi mengenai cara membersihkan mata yang baik dan benar- edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan untuk mencegah berbagai
penyakit termasuk penyakit mata
21
(08/09/ 2013) Evaluasi:
- Evaluasi dari intervensi sebelumnya - Rencana?
Hasil :
- TD: 130/70, Nadi : 84X/menit, pernafasan : 20X/menit, Suhu :36,50C- Kel : mata kanan masih terasa nyeri. tidak bisa tidur pada malam hari karna
sakit.- OD : Visus (1/60)
Palpebra : blefaritis (+), edema (+), epipora (+), secret (-) Konjujgtiva : iritasi (+), kemosis (+) Sklera : iritasi (+) Kornea : keruh (+), DF (-), Makula (sulit dievaluasi), arkus sinilis (-) Iris : sulit dievaluasi Pupil : sulitb dievaluasi COA : dangkal (sulit dievaluasi) Lensa :sulit dievaluasi
- OS : Visus (15/15)Mata tenang
- Pengobatan : cefotaxim 2X1 gr (IV/ skin test terlebih dahulu), asam mefenamat 3X 500 mg, clorampenicol EO 2 X OD, clyndamisin 3 X 300 mg
- Hasil laboraturium : leukositosis (12.000)- Rencana : tarsorapi jika bengkak berkurang,
Intervensi:
- edukasi mengenai cara membersihkan mata yang baik dan benar- edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan untuk mencegah berbagai
penyakit termasuk penyakit mata(09/09/2013) Evaluasi:
- Evaluasi dari intervensi sebelumnya - Rencana?
Hasil :
- TD: 130/70, Nadi : 84X/menit, pernafasan : 20X/menit, Suhu :36,50C- Kel : mata kanan masih terasa nyeri. tidak bisa tidur pada malam hari karna
22
sakit.- OD : Visus (1/300)
Palpebra : blefaritis (+), edema (+), epipora (-), secret (-) Konjujgtiva : iritasi (+), kemosis (+) Sklera : iritasi (+) Kornea : keruh (+), DF (-), Makula (sulit dievaluasi), arkus sinilis (-) Iris : sulit dievaluasi Pupil : sulitb dievaluasi COA : dangkal (sulit dievaluasi) Lensa :sulit dievaluasi
- OS : Visus (15/15)Mata tenang
- Pengobatan : cefotaxim 2X1 gr (IV/ skin test terlebih dahulu), asam mefenamat 3X 500 mg, clorampenicol EO 2 X OD, clyndamisin 3 X 300 mg
- Hasil laboraturium : leukositosis (12.000)- Rencana : ST-Scan orbita/kepala, tarsorapi jika bengkak berkurang,
Intervensi:
- edukasi mengenai cara membersihkan mata yang baik dan benar- edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan untuk mencegah berbagai
penyakit termasuk penyakit mata
(10/09/2013)
Evaluasi:
- Evaluasi dari intervensi sebelumnya - Rencana?
Hasil :
- TD: 130/70, Nadi : 84X/menit, pernafasan : 20X/menit, Suhu :36,50C- Kel : mata kanan masih terasa nyeri - OD : Visus (1/∞)
Palpebra : blefaritis (+), edema (+), epipora (-), secret (-) Konjujgtiva : iritasi (+), kemosis (+) Sklera : iritasi (+) Kornea : keruh (+), DF (-), Makula (sulit dievaluasi), arkus sinilis (-) Iris : sulit dievaluasi Pupil : sulitb dievaluasi
23
COA : dangkal (sulit dievaluasi) Lensa :sulit dievaluasi
- OS : Visus (15/15)Mata tenang
- Pengobatan : cefotaxim 2X1 gr (IV/ skin test terlebih dahulu), asam mefenamat 3X 500 mg, clorampenicol EO 2 X OD, clyndamisin 3 X 300 mg
- Hasil laboraturium : leukositosis (12.000)- Hasil CT-Scan :
- Tamopak gambaran edema pada ekstraokuli dextra sisi anterior dan lateral. Retrobulbar tampak baik, tak tampak massa dan nervus optikus tampak baik. Orbita kiri tak tampak keklainan
- Tak tampak kelainan pada basis kranii
- Sinus paranasalis kanan kiri tampak normal
- Tulang tulang normal
Kesan : celulitis orbita dextra
- Rencana : tarsorapi jika bengkak berkurang,
Intervensi:
- edukasi mengenai cara membersihkan mata yang baik dan benar- edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan untuk mencegah berbagai
penyakit termasuk penyakit mata
11/09/2013) Evaluasi:
- Evaluasi dari intervensi sebelumnya - Rencana?
Hasil :
- TD: 130/70, Nadi : 84X/menit, pernafasan : 20X/menit, Suhu :36,50C- Kel : mata kanan masih terasa nyeri - OD : Visus (1/∞)
Palpebra : blefaritis (+), edema (+), epipora (-), secret (-) Konjujgtiva : iritasi (+), kemosis (+) Sklera : iritasi (+) Kornea : keruh (+), DF (-), Makula (sulit dievaluasi), arkus sinilis (-)
24
Iris : sulit dievaluasi Pupil : sulitb dievaluasi COA : dangkal (sulit dievaluasi) Lensa :sulit dievaluasi
- OS : Visus (15/15)Mata tenang
- Pengobatan : cefotaxim 2X1 gr (IV/ skin test terlebih dahulu), asam mefenamat 3X 500 mg, clorampenicol EO 2 X OD, clyndamisin 3 X 300 mg
- Hasil laboraturium : leukositosis (12.000)- Rencana : tarsorapi jika bengkak berkurang,
Intervensi:
- edukasi mengenai cara membersihkan mata yang baik dan benar- edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan untuk mencegah berbagai
penyakit termasuk penyakit mata
12/09/2013 Evaluasi:
- Evaluasi dari intervensi sebelumnya - Rencana?
Hasil :
- TD: 130/70, Nadi : 84X/menit, pernafasan : 20X/menit, Suhu :36,50C- Kel : mata kanan masih terasa - OD : Visus (1/∞)
Palpebra : blefaritis (+), edema (+), epipora (+), secret (-) Konjujgtiva : iritasi (-), kemosis (+) Sklera : iritasi Kornea : keruh (+), DF (-), Makula (sulit dievaluasi), arkus sinilis (-) Iris : sulit dievaluasi Pupil : sulitb dievaluasi COA : dangkal (sulit dievaluasi) Lensa :sulit dievaluasi
- OS : Visus (15/15)Mata tenang
- Pengobatan : cefotaxim 2X1 gr (IV/ skin test terlebih dahulu), asam
25
mefenamat 3X 500 mg, clorampenicol EO 2 X OD, clyndamisin 3 X 300 mg- Hasil laboraturium : leukositosis (12.000)- Rencana : tarsorapi jika bengkak berkurang,
Intervensi:
- edukasi mengenai cara membersihkan mata yang baik dan benar- edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan untuk mencegah berbagai
penyakit termasuk penyakit mata-
13/09/2013 Evaluasi:
- Evaluasi dari intervensi sebelumnya - Rencana?
Hasil :
- TD: 130/70, Nadi : 84X/menit, pernafasan : 20X/menit, Suhu :36,50C- Kel : mata kanan masih terasa nyeri namun kadang kadang.- OD : Visus (1/∞)
Palpebra : blefaritis (menurun), edema (menurun), epipora (-), secret (-) Konjujgtiva : iritasi (-), kemosis (menurun) Sklera : iritasi Kornea : keruh (+), DF (-), Makula (sulit dievaluasi), arkus sinilis (-) Iris : sulit dievaluasi Pupil : sulitb dievaluasi COA : dangkal (sulit dievaluasi) Lensa :sulit dievaluasi
- OS : Visus (15/15)Mata tenang
- Pengobatan : cefotaxim 2X1 gr, asam mefenamat 3X 500 mg, clorampenicol EO 3 X OD, clyndamisin 3 X 300 mg
- Hasil laboraturium : leukositosis (12.000)- Rencana : tarsorapi jika bengkak berkurang,
Intervensi:
26
- edukasi mengenai cara membersihkan mata yang baik dan benar- edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan untuk mencegah berbagai
penyakit termasuk penyakit mata-
14/09/2013 Evaluasi:
- Evaluasi dari intervensi sebelumnya - Rencana?
Hasil :
- TD: 130/70, Nadi : 84X/menit, pernafasan : 20X/menit, Suhu :36,50C- Kel : mata kanan masih terasa nyeri - OD : Visus (1/∞)
Palpebra : blefaritis (+), edema (menurun), epipora (-), secret (-) Konjujgtiva : iritasi (-), kemosis (menurun) Sklera : iritasi Kornea : keruh (+), DF (-), Makula (sulit dievaluasi), arkus sinilis (-) Iris : sulit dievaluasi Pupil : sulitb dievaluasi COA : dangkal (sulit dievaluasi) Lensa :sulit dievaluasi
- OS : Visus (15/15)Mata tenang
- Pengobatan : cefotaxim 2X1 gr (IV/ skin test terlebih dahulu), MP 8mg (2-1-0), clorampenicol EO 3 X OD, clyndamisin 3 X 450 mg
- Hasil laboraturium : leukositosis (12.000)- Rencana : tarsorapi jika bengkak berkurang,
Intervensi:
- Boleh pulang- Control 3 hari lagi (selasa, 17-09-13)- Edukasi cara memberikan salep mata dan cara menggati perban yaitu 1 kali
sehari tiap paghi hari.- edukasi mengenai cara membersihkan mata yang baik dan benar- edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan untuk mencegah berbagai
penyakit termasuk penyakit mata
27
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. 2006. Dasar – Teknik Pemeriksaan Dalam llmu Penyakit Mata. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Ilyas, Sidarta. 2008. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Vaughan Daniel G., Asbury T. 2002. Oftalmologi Umum, Edisi Keempatbelas (Alih
Bahasa: Waliban dan Bondan Hariono); Widya Medika: Jakarta.
28