LaporanDSJBDSJABDJSK-Farmakologi-NSS-Ajeng.docx

4
A. Benzodiazepin Benzodizepin merupakan salah satu obat yang bekerja di sistem saraf pusat, bersifat hipnotik dan sedative. Kerja benzodiazepin terutama merupakan interaksinya dengan reseptor penghambat neurotransmitter yang diaktifkan oleh asam gamma amino butirat (GABA). Reseptor GABA merupakan protein yang terikat pada membrane dan dibedakan dalam 2 bagian besar sub-tipe, yaitu reseptor GABA A dan reseptor GABA B . 1. Reseptor inotropik GABA A terdiri dari 5 atau lebih sub unit (bentuk majemuk α, β, dan γ subunit) yang membentuk suatu reseptor kanal ion klorida kompleks. Resptor ini berperan pada sebagian besar besar neurotransmitter di SSP. 2. Reseptor GABA B , terdiri dari peptide tunggal dengan 7 daerah transmembran, digabungkan terhadap mekanisme signal transduksinya oleh protein-G. Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABA A , tidak pada reseptor GABA B . Benzodiazepin berikatan langsung pada sisi spesifik (subunit γ) reseptor GABA A (reseptor kanal ion Klorida kompleks), sedangkan GABA berikatan pada subunit α atau β. Pengikatan ini akan menyebabkan pembukaan kanal klorida, memungkinkan masuknya ion klorida kedalam sel, menyebabkan peningkatan potensial elektrik

description

cbsjbcsjkabcjskc

Transcript of LaporanDSJBDSJABDJSK-Farmakologi-NSS-Ajeng.docx

A. BenzodiazepinBenzodizepin merupakan salah satu obat yang bekerja di sistem saraf pusat, bersifat hipnotik dan sedative. Kerja benzodiazepin terutama merupakan interaksinya dengan reseptor penghambat neurotransmitter yang diaktifkan oleh asam gamma amino butirat (GABA). Reseptor GABA merupakan protein yang terikat pada membrane dan dibedakan dalam 2 bagian besar sub-tipe, yaitu reseptor GABAA dan reseptor GABAB. 1. Reseptor inotropik GABAA terdiri dari 5 atau lebih sub unit (bentuk majemuk , , dan subunit) yang membentuk suatu reseptor kanal ion klorida kompleks. Resptor ini berperan pada sebagian besar besar neurotransmitter di SSP.2. Reseptor GABAB, terdiri dari peptide tunggal dengan 7 daerah transmembran, digabungkan terhadap mekanisme signal transduksinya oleh protein-G. Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABAA, tidak pada reseptor GABAB. Benzodiazepin berikatan langsung pada sisi spesifik (subunit ) reseptor GABAA (reseptor kanal ion Klorida kompleks), sedangkan GABA berikatan pada subunit atau . Pengikatan ini akan menyebabkan pembukaan kanal klorida, memungkinkan masuknya ion klorida kedalam sel, menyebabkan peningkatan potensial elektrik sepanjang membrane sel dan menyebabkan sel sukar tereksitasi.Diazepam bekerja pada reseptor otak yang spesifik, menghasilkan efek anti anxiety yang selektif. Pada dosis sedatif tidak menimbulkan depresi napas, mual atau muntah. Kerugian pemakaian diazepam dapat terjadi sedasi yang berkepanjangan, rasa sakit didaerah suntikan intramuskuler dan absorbsi sistemik yang lambat. Dengan ditemukannya Midazolam yang efeknya lebih kuat, absorbsinya lebih cepat dan tidak menimbulkan sakit pada daerah penyuntikan, tetapi harus waspada dengan adanya depresi napas. Dosis diazepam 0,2-0,3 mg/kg dan Midazolam 1/3 diazepam (Sholehah, 2013)B. AntikolinergikObat antikolinergik disebut juga parasimpatolitik, berarti obat yang bekerja menghambat timbulnya efek akibat aktivitas susunan saraf parasimpatis. Antimuskarinik merupakan antikolinergik yang bekerja di alat yang dipersarafi serabut pascaganglion kolinergik. Antimuskarinik memperlihatkan efek sentral terhadap susunan saraf pusat, yaitu merangsang pada dosis kecil dan mendepresi pada dosis toksik.Atropin adalah obat antikholinergik yang banyak dipakai sebagai obat premedikasi. Atropin memunyai efek kompetitif inhibitor terhadap efek muskarinik dari acetycholine. Atropin ini dapat menembus bloodbrain barrtier, placenta barrie dan traktus gastrointestinal. Reaksi yang timbul pada pemberian antikholinergik adalah efek antisialagog, mengurangi sekresi ion H asam lambung, menghambat reflek bradikardia dan memberikan efek sedasi dan amnesi (terutama pada scopolamine). Efek yang kurang menyenangkan adalah adanya gelisah, agitasi naiknya nadi, midriasis, cycloplegia, kenaikan suhu dan mengeringnya secret jalan napas. Scopolamin mempunyai khasiat mengeringkan yang lebih kuat tetapi pasien sering mengalami berbagai halusinasi. Dosis atropin 0,01 mg/kg dan maksimal 0,5 mg pada orang dewasa (J. Mycek, 2001).C. NeuroleptikNeuroleptik merupakan kelompok medikasi kimia yang berlawanan dengan depresan SSP, merupakan sedatif yang tidak mengganggu sensoris, intelek, koordinasi, atau refleks. Neuroleptik ini mempunyai efek neurotoksik, yang meliputi efek samping piramidal (EPS), akatisia, dan efek samping parkinsonian.Mekanisme dari neuroleptik dianggap bekerja secara primer dengan blokade dopamin pada reseptor pasca sinaptik. Obat-obatan ini juga menimbulkan blokade -adrenergik, yang dapat menjelaskan kerja hipotensifnya (terutama untuk neuroleptik potensi rendah). Obat golongan ini mempunyai kerja antikolinergik dengan menghambat reseptor muskarinik (terbesar pada neuroleptik potensi rendah). Terdapat bermacam kerja lain yang menonjol yaitu, blokade pengambilan kembali norepinefrin serta blokade reseptor serotonin dan histamin.Beberapa contoh obat golongan ini adalah droperidol (1-2 mg/hari, dosis tunggal 5-10 g IM), klorpromazin (100 mg/hari, dosis dewasa 100-1500 mg/hari, dan dosis tunggal 25-100 g IM), mesoridazin (50 mg/hari, dosis dewasa 50-400 mg/hari, dan dosis tunggal 25 g IM) dan klorprotiksin (3-5 mg/hari, dosis dewasa 5-60 mg/hari, dan dosis tunggal 2-6 g IM) (Guze et al., 1997).

Daftar PustakaGuze, Barry., Steven R., Daniel J., Siegel. 1997. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC.J. Mycek, Mary, dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi ke-2. PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta.Sholehah, Liya Rosdiana. 2013. Penanganan Insomnia. Universitas Udayana: Denpasar.