Laporan Tetap Prakt Sawit
-
Upload
ocy-yossi-permata -
Category
Documents
-
view
259 -
download
4
Transcript of Laporan Tetap Prakt Sawit
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan dan
pertanian nasional di Indonesia. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi
penting dan berpeluang besar untuk menghasilkan devisa yang besar bagi negara
melalui ekspor. Saat ini Indonesia merupakan negara pengekspor minyak kelapa
sawit (crude palm oil) terbesar kedua setelah Malaysia.
Selain itu, crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit dapat
digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika,
industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat
digunakan untuk beragam kegunaan karena keunggulan sifat yang dimilikinya
yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang
tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan
tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik (Sastrosayono
Selardi, 2003)
Pola peningkatan permintaan CPO untuk ekspor maupun konsumsi dalam
negeri dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa komoditas non migas ini sangat
berpotensi untuk dikembangkan. Konsumsi negara-negara tujuan ekspor rata-rata
meningkat dengan laju 26,97 persen dari tahun 1980-2010. Tahun 2010 ekspor
viii
CPO sebesar 16.480.000 ton . Begitu juga dengan konsumsi domestik mengalami
peningkatan per tahun, sampai bulan Agustus tahun 2010 konsumsi CPO dalam
negeri tetap mengalami kenaikkan hingga 5.240.000 ton.
Di Indonesia sendiri, perkebunan kelapa sawit banyak merupakan
perkebunan rakyat atau bukan milik perusahaan. Permasalahan umum yang
dihadapi pada perkebunan sawit rakyat skala kecil antara lain rendahnya
produktivitas dan mutu produksinya. Produktivitas kebun sawit rakyat rata-rata 16
ton Tandan Buah Segar (TBS) per ha, sementara potensi produksi bila
menggunakan bibit unggul sawit bisa mencapai 30 ton TBS/ha. Produktivitas
CPO (Crude Palm Oil) perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2,5 ton CPO
per ha dan 0,33 ton minyak inti sawit (Palm Kernel Oil) per ha, sementara di
perkebunan negara rata-rata menghasilkan 4,82 ton CPO per hektar dan 0,91 ton
PKO per hektar, dan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3,48 ton CPO per
hektar dan 0,57 ton PKO per hektar. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia
menjadi negara pengekspor CPO terbesar kedua dibawah Malaysia, walaupun
luasan lahan untuk pembukaan kelapa sawit di Indonesia lebih besar dibandingkan
dengan di Malaysia.
Untuk menjaga kualitas serta produktivitas kelapa sawit itu maka
diperlukan adanya kegiatan pemeliharaan baik pada saat tanaman sawit masih
dalam masa pre-nursery, maupun saat main nursery. Selain itu proses pembibitan
tanaman kelapa sawit dalam tahap pre-nursery dan main nursery juga harus
dilakukan dengan baik dan sesuai standardisasi yang telah ditentukan. Oleh karena
itu praktikum pengelolaan perkebunan kelapa sawit ini perlu dilakukan dengan
ix
tujuan agar dapat memahami dan mempraktikkan teknis-teknis budidaya tanaman
kelapa sawit sehingga produktivitas dan kualitas dari tanaman kelapa sawit dapat
ditingkatkan.
B. Tujuan
Untuk mengetahui teknis pembibitan pada tanaman kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) mulai dari tahap pre-nursery (pembibitan awal) hingga main
nursery (pembibitan utama), termasuk kegiatan pemeliharaannya.
viii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sistematika Tanaman Kelapa Sawit
Menurut Setyamidjaja (2006), sistematika dari tanaman kelapa sawit
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angioepermae
Class : Monocotyledone
Ordo : Palmales
Famili : Palmaceae
Genus : Elaeis
Species : Elaeis Guineensis
2. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Perakaran tanaman kelapa sawit terdiri dari akar primer, sekunder, tertier
dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar
sekunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar
kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar
kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai lebih kurang satu
meter dan kebawah makin sedikit (Risza, 1994)
ix
Menurut Sunarko (2008), sejak berkecambah pada tahun pertama tidak
nampak pertumbuhan batang aktif. Mula-mula dibentuk poros batang, selanjutnya
dibentuk daun yang bertambah besar yang saling tindih membentuk spiral. Poros
batang diselubungi oleh pangkal-pangkal daun yang kelihatannya bertambah
besar, karena jumlah daun yang bertambah banyak.
Karena kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, maka batangnya tidak
memiliki kambium dan pada umumnya tidak bercabang. Batang berbentuk
silinder dengan diameter antara 20-75 cm atau tergantung pada keadaan
lingkungan. Selama beberapa tahun minimal 12 tahun, batang tertutup rapat oleh
pelepah daun. Tinggi batang bertambah kira-kira 75 cm/tahun, tetapi dalam
kondisi yang sesuai dapat mencapai 100 cm/tahun. Tinggi maksimum tanaman
kelapa sawit yang ditanam di perkebunan adalah 15-18 m, sedangkan di alam
mencapai 30 m. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan
mengangkut bahan makanan (Risza,1994).
Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang daun sejajar. Pangkal
pelepah mempunyai duri-duri dan bulu-bulu halus sampai kasar (Setyamidjaja,
2006). Daun yang pertama kali keluar 5-7 helai berbentuk lancet, yaitu melekat
satu sama lain. Arah pertumbuhannya hampir tegak lurus ke atas. Pemisahan daun
dimulai dari bahagian tengah dan kemudian menuju ke pinggir. Panjang daun
dewasa kira-kira 3-5 m dengan jumlah anak daun 160-260 helai. Satu helai daun
kelapa sawit terdiri dari pelepah daun, tangkai daun tempat melekatnya duri-duri
dan helaian daun yang terdiri dari tulang daun induk (rachis) dan anak-anak daun
(leaflets) (Sunarko, 2008).
viii
Pembungaan kelapa sawit termasuk monocius (berumah satu) artinya
bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada satu
tandan yang sama. Namun kadang-kadang dijumpai juga dalam satu tandan bunga
jantan dan bunga betina. Bunga seperti ini disebut bunga banci (hermaprodit).
Tanaman kelapa sawit menyerbuk secara silang dan menyerbuk sendiri (Risza,
1994).
Lamanya pertumbuhan buah sejak bunga mulai diserbuki sampai di panen
lebih kurang 6 bulan. Bunga yang mulai tumbuh, susunannya pada tandan masih
longgar semakin lama semakin bertambah padat, saling berhimpitan dan
menyebabkan bentuk buah pada sebelah pangkal terjepit serta sebelah ujung bulat.
Besar maksimum buah tercapai pada umur 4-5 bulan, ukuran buah memiliki
panjang 3-6 cm, tebal 2-4 cm dan berat 10-29 gram (Risza, 1994).
3. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari.
Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, temperatur
optimal 24-28oC. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1-500 m dpl
(di atas permukaan laut). Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit
sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses
penyerbukan (BPPP,2008)
Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol,
Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai
dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0-
ix
5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur,datar, berdrainase
(beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan
padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15°.
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik
diantara garis lintang 120LU – 120LS. Curah hujan yang dikehendaki antara
2000-2500 mm pertahunnya dengan pembagian yang merata sepanjang tahun
(Risza, 1994). Curah hujan yang merata ini dapat menurunkan penguapan dari
tanah dan tanaman kelapa sawit. Air merupakan pelarut unsur-unsur hara dalam
tanah. Dengan bantuan air, unsur tersebut menjadi tersedia bagi tanaman. Bila
tanaman dalam keadaan kering, akar tanaman sulit menyerap ion mineral dari
dalam tanah (Penebar Swadaya, 1997).
4. Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit
Lokasi untuk pembibitan awal sebaiknya datar atau kemiringan tanah
30 sehingga pembuatan bedengan prenursery nantinya akan rata. Bagian atas
bedengan sebaiknya memiliki naungan, berupa atap buatan atau pohon.
Pagar prenursery untuk mencegah hewan pengganggu masuk dan merusak
pembibitan. Lokasi sebaiknya dekat dengan sumber air. Kondisi debit air harus
tetap dan tidak mengandung kapur (pH netral). Lokasi harus dekat sumber media
dengan topsoil yang cukup untuk mengisi babybag (polibag kecil), tanah tidak
bercadas atau tidak berkapur, dan akses jalan yang mudah dijangkau (Fauzi,
2007).
viii
Pembibitan dapat dilakukan dengan satu tahap atau dua tahap pekerjaan.
Pembibitan satu tahap berarti kecambah kelapa sawit langsung ditanam di polibag
besar atau langsung di pembibitan utama (main nursery). Pembibitan dua tahap
artinya penanaman kecambah dilakukan di pembibitan awal (prenursery) terlebih
dahulu menggunakan polibag kecil serta naungan, kemudian dipindahkan ke main
nursery ketika berumur 3-4 bulan menggunakan polibag yang lebih besar
(Dalimunthe, 2009).
Satu hektar pembibitan main nursery dapat menyediakan bibit untuk
sekitar 50-60 hektar lahan penanaman. Setelah area diratakan menggunakan alat
berat, sekaligus untuk mengambil topsoil, tentukan dan buat jaringan jalan, parit,
dan saluran pembuangan air (drainase). Buat lay out petak atau bedengan
memanjang dengan arah timur ke barat. Ukuran panjang dam lebarnya
disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jaringan irigasinya (Sunarko, 2009).
Naungan atau pelindung bisa berupa pohon hidup atau naungan buatan
yang terbuat dari daun kelapa sawit. Ukuran tingggi tiang dua meter (depan
belakang sama) dan jarak antar tiang tiga meter. Naungan dipertahankan hingga
kecambah berdaun 2-3 helai. Setelah itu, naungan berangsur-angsur dikurangi dari
arah timur agar sinar matahari pagi bisa lebih banyak masuk ke bedengan.
Pengurangan naungan dilakukan secara bertahap dan jangan semapai terlambat
karena dapat mengahambat pertumbuhan tanaman. Sebaliknya, jika pengurangan
terlalu cepat maka akan menyebabkan tanaman stress. Pengurangan naungan
dilakukan setelah bibit berumur 6 minggu (Sunarko, 2009).
ix
Selama tiga bulan di prenursery biasanya bibit tidak dipupuk. Namun, jika
tampak gejala kekurangan hara dengan gejala seperti daun menguning, bibit perlu
dipupuk menggunakan pupk N dalam bentuk cair. Konsentrasi pupuk urea atau
pupuk majemuk sekitar 0,2% atau 2 gram per liter air untuk 100 bibit. Pupuk
diaplikasikan melalui daun dengan cara disemprot pada bibit berumur lebih dari
satu bulan atau telah memiliki tiga helai daun. Frekuensi pemupukan dilakukan
seminggu sekali (Sunarko, 2009).
Pengendalian hama selama dalam masa pembibitan dapat
dilakukan secara manual, yaitu dengan mengambil satu per satu serangga, lalu
membunuhnya. Pengendalian lain dapat dilakukan secara kimiawi, yaitu dengan
menyemprotkan insektisida Sevin 85 ES dan Tendion yang telah dilarutkan dalam
air sesuai dosis yang direkomendasikan di kemasan. Hama lain yang dapat
merusak bibit di main nursery adalah babi hutan dan landak. Hama ini aktif
menyerang pada malam hari (nocturnal) secara berkelompok dengan memakan
umbut atau titik tumbuh bibit. Pencegahannya dengan mengecat pangkal batang
bibit menggunakan bahan residu, misalnya oli bekas atau limbah pabrik yang
dicampur Zn posfit. Selain itu, bisa menggunakan umpan beracun, seperti pisang,
telur, ikan busuk, dan daging babi yang telah tertangkap (Sunarko, 2009).
viii
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum pengelolaan perkebunan kelapa sawit dilakukan di areal kebun
percobaan kelapa sawit jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian unsri
Indralaya, dimulai pukul 08.15-10.00 pada tanggal 08 Maret 2012 sampai dengan
08 Juni 2012
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, parang,
ember, palu, paku, pisau cuter dan penggaris. Sedangkan bahan-bahan yang
diperlukan dalam praktikum yaitu kecambah sawit, polybag ukuran dan , bambu,
kayu, kawat pagar, daun kelapa, pupuk majemuk (mutiara), dan tali plastik.
C. Cara Kerja
Pre Nursery
1) Persemaian
1. Siapkan polybag kecil berukuran 12 x 23 cm atau 15 cm x 23 cm,
lalu isi dengan tanah sampai penuh, polybag diberi lubang untuk
drainase (biasanya polybag-polybag yang dijual telah dilubangi).
ix
2. Benih sawit yang sudah berkecambah disemai dalam polybag yang
telah berisi tanah dengan posisi radikula dibawah dan plumula
diatas. Permukaan benih sawit jangan sampai tenggelam seluruhya,
namun sebagian permukaan biji terlihat dari luar.
3. Percikkan air secukupnya untuk menjaga kelembaban media
tumbuh sawit, ratakan tanah bagian atas dan pastikan benih sawit
tidak akan roboh.
4. Kemudian diletakkan pada bedengan-bedengan.
5. Bibit sawit tersebut harus disiram setiap hari minimal 1 kali sehari
dan dilakukan pengamatan terhadap junlah daun serta tinggi
tanaman per minggu sampai bibit dipindah ke main nursery.
2) Pembuatan bedengan / pendederan
1. Cari lokasi dengan tanah datar (maksimal kemiringan 5°).
2. Bersihkan alang-alang atau gulma disekitar lokasi pembibitan.
3. Cangkul tanah sepanjang ± 70 cm (sesuai dengan jumlah polybag)
berjumlah dua baris dan jarak antar baris 10 cm. Buat saluran parit
di sekeliling barisan tujuannya agar polybag tidak terkena
genangan air hujan.
3) Pembuatan naungan
1. Potong bambu atau kayu sepanjang 1 meter sebanyak 10 buah, dan
bambu sepanjang 2 meter sebanyak dua buah.
2. Pancangkan bambu disetiap sudut bedengan, ditambah 1 buah
ditengah-tengah bedengan.
viii
3. Pasang dan kaitkan bambu diatap bedengan menggunakan paku
dan tali plastik sehingga terbentuk kerangka rumah naungan.
4. Kerangka yang telah terbentuk selanjutnya ditutup dengan daun-
daun sawit dengan kerapatan secukupnya, dan pastikan agar
penutup tersebut tidak akan rusak jika terkena angin kencang
maupun hujan deras.
Main Nursery
1) Persiapan Tanam
1. Siapkan polybag besar berukuran 42 cm, lebar 33 cm atau
berdiameter 23 cm, dan tebal 0,15 cm.
2. Isi polybag dengan tanah bagian top soil yang berstruktur gembur,
isi hingga penuh lalu tanah dipadatkan dengan tangan atau dengan
cara dihentakkan sebanyak 3 kali agar media tanam memadat.
3. Siram dengan air secukupnya agar diperoleh tanah dengan
kapasitas lapang.
2) Penanaman
1. Buat lubang didalam polybag besar seukuran dengan diameter
polybag kecil (baby bag).
2. Sayat polybag kecil menggunakan pisau cutter dari bawah ke atas
dengan hati-hati, ingat jangan sampai media tanamnya ikut terlepas
atau hancur.
ix
3. Masukkan bibit beserta media tanamnya kedalam lubang dalam
polybag besar yang telah dibuat sebelumnya, lalu atur agar
posisinya tegak seperti semula.
4. Kemudian tekan tanah disekitar lubang agar lebih padat dan
merata, jika kurang maka dapat ditambahkan lagi dengan tanah
secukupnya.
5. Lakukan pengamatan dan ambil foto tanaman setiap satu minggu
sekali, parameter yang diamati yaitu jumlah daun dan tinggi
tanaman.
viii
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan bibit kelapa sawit pada tahap pre nursery
No Tanggal Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1Minggu ke-1
(13 April 2012)1 cm -
2Minggu ke-2
(20 April 2012)1,9 cm -
3Minggu ke-3
(27 April 2012)2,5 cm -
4Minggu ke-4
(4 Mei 2012)3,7 cm 2
5Minggu ke-5
(11 Mei 2012)5,2 cm 2
Keterangan :
- : (belum tumbuh)
Tabel 2. Hasil pengamatan bibit kelapa sawit pada tahap main nursery
No Tanggal Tinggi Tanaman Jumlah Daun
1Minggu ke-1
(11 Mei 2012)5,2 cm 2
2Minggu ke-2
(25 Mei 2012)6 cm 2
3Minggu ke-3
(1 juni 2012)6,4 cm 3
4 Minggu ke-4 7,2 cm 3
ix
(8 juni 2012)
B. Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang tertera pada tabel dapat disimpulkan bahwa
bibit sawit pada tahapan pre nursery mulai membentuk daun pada minggu
keempat, sedangkan pada tahapan main nursery jumlah daun bertambah pada
minggu ketiga atau minggu ketujuh dari awal pembibitan. Dapat dikatakan cukup
lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan bibit sawit lainnya. Hal ini
mungkin disebabkan karena keadaan fisik awal kecambah kelapa sawit yang
kurang baik, seperti ukuran plumula dan radikula yang sangat kecil sehingga
menyulitkan proses penyerapan hara dan air dalam tanah. Radikula merupakan
bakal akar yang nantinya akan berperan untuk mengabsorbsi hara dan nutrisi guna
pembentukan batang dan daun sawit. Oleh karena itu jika pertumbuhan radikula
tidak baik maka akan berdampak pula dengan pertumbuhan daun dan batangnya.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Sunarko dan Pahan, (2009) yang
mengemukakan bahwa Pemeliharaan akar akan meningkatkan absorpsi tanaman
terhadap unsur hara oleh tanaman melalui akar. Perakaran yang kuat lebih tahan
terhadap penyakit pangkal batang dan kekeringan.
Selain itu kegiatan pemeliharaan dalam masa pembibitan juga
mempengaruhi kecepatan tumbuh bibit kelapa sawit itu sendiri, dalam hal ini
pemupukan dilakukan pada minggu keempat tahap main nursery. Jenis pupuk
yang digunakan yaitu pupuk majemuk dengan nama dagang pupuk mutiara. Dosis
yang diberikan adalah 5 gram pupuk/ pokok/polybag. Pemupukan dilakukan
dengan membenamkan pupuk disekeliling bibit sawit, namun tidak dibenarkan
viii
memberikan pupuk pada satu lingkaran penuh, akan tetapi pemberian pupuk
disekeliling pokok membentuk bulan sabit atau hanya setengah lingkaran. Jarak
pupuk dari pokok sekitar 10cm dari batang. Hal ini dimaksudkan agar pupuk
dalam tanah tidak mengenai akar tanaman sawit karena pupuk majemuk ini
tergolong pupuk yang bersifat panas. Dalam praktikum ini kegiatan pemupukan
hanya dilakukan sebanyak satu kali. Sedangkan pada tahap pembibitan pre
nursery tidak perlu dilakukan pemupukan karena umur bibit yang masih terlalu
kecil. Namun apabila terlihat gejala kekurangan hara seperti daun yang
menguning, pemberian pupuk perlu dilakukan.
Selain kegiatan pemupukan, kegiatan penyiangan juga perlu dilakukan
karena pertumbuhan gulma disekitar bibit sawit sawit dapat mengganggu
pertumbuhan juga merebut kebutuhan hara dari dalam tanah. Kegiatan penyiangan
dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan dan frekuensinya minimal
dua minggu sekali saat pre nursery dan satu minggu sekali saat main nursery atau
disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Gulma disekitar pokok dicabut lalu
dibuang, sambil mencabut gulma ada baiknya jika tanah dalam polybag diratakan
dan dipadatkan agar bibit sawit tetap tegak.
Kegiatan penyiraman sangat penting dilakukan dalam pemeliharaan bibit
kelapa sawit, karena tanaman sawit yang kekurangan air akan mengalami
kekeringan bahkan kematian. Porsi air yang diberikan pada saat pre nursery dan
main nursery tentu saja berbeda. Pada pre nursery, penyiraman dilakukan setiap
hari secara teratur (kecuali apabila terjadi hujan pada hari yang bersangkutan)
yakni pada pagi hari saat pukul 06.00-10.30 dan sore hari pukul 15.00 keatas.
ix
Volume air yang disiramkan sekitar 0,25-0,5 liter per bibit. Sedangkan saat main
nursery, penyiraman tetap dilakuakn pada pagi dan sore hari namun dengan
kebutuhan air penyiraman sebanyak 2 liter air/bibit/hari. Cara penyiraman juga
berbeda saat pre dan main nursery, penyiraman air pada saat pre nursery harus
dilakukan lebih hati-hati karena bibit muda yang masih rentan terhadap kerusakan.
Sebaiknya penyiraman dilakukan menggunakan hand sprayer.
Pada saat peletakan polybag main nursery ke lapangan, perlu dilakukan
penjarangan. Jarak antar baris polybag yaitu 50 cm x 50 cm. Kegiatan
penjarangan ini bertujuan untuk memudahkan kegiatan pemeliharaan sekaligus
merapikan posisi polybag dilapangan. Penjarangan di lapangan tidak membentuk
pola segitiga sama sisi karena bibit main nursery ini nantinya akan dipindah lagi
ke areal tanam sesungguhnya. Penjarangan yang baik akan terlihat lurus baik dari
sisi kanan maupun sisi kiri lahan.
Dari tabel pengamatan dapat dilihat bahwa pemindahan bibit pre nursery
ke main nursery dilakukan setelah bibit berdaun dua helai dan berumur 5 minggu
( 1 bulan 7 hari), hal ini dipertegas oleh Sunarko (2009) bahwa sehari sebelum
penanaman, media tanam dalam polibag harus disiram. Bibit dipindahkan
dari prenursery setelah berdaun 2-3 helai dan berumur maksimum tiga bulan.
Selain kegiatan-kegiatan penting seperti pemupukan, penyiangan dan
penyiraman ada juga beberapa hal yang kelihatannya tidak terlalu penting namun
sebenarnya harus dilakukan. Misalnya menegakkan polybag yang miring,
mengganti polybag yeng telah rusak dan meluruskan barisan polybag. Pelurusan
barisan polybag dapat dilakukan dengan menggunakan tali plastik dengan cara
viii
dua orang menarik tali dari utara ke selatan dimulai dari baris paling kanan.
Begitu juga dengan arah timur barat diluruskan dengan menggunakan tali dari
barisan paling kanan hingga baris terakhir.
Untuk mengantisipasi gangguan atau serangan dari hama babi hutan pada
saat main nursery maka diperlukan pembuatan pagar kawat disekeliling lahan.
Dalam praktikum ini pembuatan pagar menggunakan kawat berduri yang
disambung pada setiap pancangan kayu di beberapa titik. Pada sudut kanan lahan,
sisakan jarak sekitar 50 cm untuk tempat keluar masuk guna kegiatan
pemeliharaan.
ix
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Keadaan fisik awal plumula dan radikula kelapa sawit yang kurang baik
dapat mempengaruhi tinggi tanaman dan jumlah daun yang terbentuk.
2. Pemindahan bibit kelapa sawit pre nursery ke pembibitan main nursery
dilakukan saat bibit berumur 5 minggu dan telah berdaun 2-3 helai.
3. Pemberian pupuk majemuk dilakukan pada bibit main nursery dengan
dosis pupuk 5gram/bibit/polybag.
4. Kegiatan penjarangan bertujuan untuk memudahkan kegiatan
pemeliharaan seperti penyiraman, penyiangan, dll.
5. Jarak antar barisan polybag pada saat tahap main nursery adalah 50cm x
50 cm.
6. Penyiraman dilakukan dua kali sehari, bertujuan untuk memberikan
suplai air bagi pertumbuhan bibit sawit.
B. Saran
Sebaiknya dilakukan praktikum lebih lanjut pada pembibitan yang telah
dibuat (mungkin pada angkatan berikutnya), selain itu sebaiknya memasukkan
viii
praktek teknik pengajiran di lahan kelapa sawit dalam luasan hektar, karena
pengajiran merupakan keahlian yang sangat penting di lapangan.
PEMBIBITAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT(Elaeis guineensis Jacq.)
OlehFEBRI YOSSI PERMATA
(05091007057)
ix
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA2012
RINGKASAN
FEBRI YOSSI PERMATA. Pembibitan pada tanaman kelapa sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) (Diasuh oleh dosen praktikum NUSYIRWAN, ERIZAL
SODIKIN, dan ASISTEN Praktikum Pengelolaan Perkebunan Kelapa
Sawit).
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui teknis pembibitan
pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) mulai dari tahap pre-nursery
(pembibitan awal) hingga main nursery (pembibitan utama), termasuk kegiatan
pemeliharaannya. Praktikum ini dilaksanakan mulai dari tanggal 08 April hingga
08 Juni 2012 di kebun Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
Praktikum ini membahas tentang teknik pembibitan double stage yang
terdiri dari tahap pre nursery dan main nursery, dan juga kegiatan pemeliharaan
selama proses pembibitan meliputi pembuatan naungan, bedengan, pemupukan,
penyiraman, penyiangan, penjarangan, dan pengamatan setiap minggu. Adapun
parameter yang diamati yaitu jumlah daun serta tinggi tanaman.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa faktor fisik kecambah kelapa sawit
pada awal pembibitan menpengaruhi tinggi tanaman serta jumlah daun yang
terbentuk.
viii
ABSTRACT
FEBRI YOSSI PERMATA. Seedling stage of palm oil (Elaeis
guineensis Jacq.) (Supervised by NUSYIRWAN, ERIZAL SODIKIN, and
ASSISTANT of Management Palm Oil Farming Practice).
The practice has purpose to know about seedling technique palm oil
(Elaeis guineensis) begin pre nursery stage to main nursery stage, including to
maintenance activity. The practice start from April, 08 th until June, 08th 2012 at
Budidaya Pertanian’s farm, Agriculture Faculty, Universitas Sriwijaya, Indralaya,
Ogan Ilir, South Sumatera.
In this practice explain about double stage seedling tehnique that consist of
pre nursery stage and main nursery stage, and also cultivation activity while
seedling procces such as providing shelter, seed lining, spacing, spraying and
fertilizing, and observe the plant every weeks. Paramater of the observation are
plant’s high and amount of leaf.
The result of the observation indicated that physical factor of palm oil
germ when firstly planting at pre nursery affected high plant and amount of leaf
that fully formed.
ix
DAFTAR PUSTAKA
Dalimunthe, Masra. 2009. Meraup Untung dari Bisnis Waralaba Bibit Kelapa
Sawit.Jakarta. Agromedia Pustaka
Fauzi, Yan dkk. 2007. Kelapa Sawit , Budi Daya, Pemanfaatan Hasil, dan
Limbah,
Analisa Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Cetakan 21. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Risza, Suyatno. 1994. Kelapa Sawit. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Setyamidjaja,D. 2006. Kelapa sawit, teknik budi daya panen dan
pengolahan. Edisi revisi. Kanisius, Yogyakarta.
Sunarko. 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Sunarko, 2009. Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit Dengan Sistem
Kemitraan. Jakarta. Agromedia Pustaka
viii
Lampiran 1. Kondisi Bibit Setiap Minggu Pada Tahap Pre-nursery
Gambar 1. Kondisi bibit kelapa sawit pada saat penanaman pertama di polybag
(08/04/2012)
Gambar 2. Kondisi bibit kelapa sawit pada minggu pertama (13/04/2012)
ix
Gambar 3. Kondisi bibit kelapa sawit tampak atas pada minggu kedua
(20/04/2012)
Gambar 4. Kondisi bibit kelapa sawit pada minggu ketiga (27/04/2012)
Gambar 5. Kondisi bibit kelapa sawit pada minggu keempat (04/05/2012)
viii
Gambar 6. Posisi peletakan polybag di pinggir bedengan (04/05/2012)
Gambar 7. Tampak atas bibit kelapa sawit pada minggu kelima pre-nursery
(11/05/2012)
ix
Gambar 8. Bibit kelapa sawiut yang siap dipindahkan ke main nursery
(11/05/2012)
Lampiran 2. Kondisi Bibit Setiap Minggu Pada Tahap main nursery
Gambar 1. Kondisi awal bibit yang dipindahkan ke polybag main nursery
(11/04/2012)
viii
Gambar 2. Kondisi bibit kelapa sawit pada minggu kedua (25/05/2012)
Gambar 3. Foto bibit pada umur dua minggu tampak keseluruhan polybag.
Gambar 4. Kondisi bibit kelapa sawit pada minggu ketiga tampak atas
(01/06/2012
ix
Gambar 5. Kondisi bibit main nursery pada minggu keempat (08/062012)
Gambar 6. Tempat peletakan polybag main nursery di lahan pembibitan
Gambar 7. Penjarangan polybag main nursery dengan jarak 50 cm x 50 cm
viii
Gambar 8. Kegiatan pemupukan bibit main nursery
Gambar 9. Kondisi lahan pada akhir pengamatan (08/06/2012)
Gambar 10. Pembuatan pagar untuk mengantisipasi serangan hama babi hutan
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Cover .......................................................................................... i
Halaman Persetujuan ................................................................................. ii
Halaman Pengesahan ................................................................................. iii
Daftar Nama Asisten ................................................................................. iv
Riwayat Hidup .......................................................................................... v
viii
Motto dan Persembahan ............................................................................ vi
Kata Pengantar .......................................................................................... vii
Daftar Isi ................................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Tujuan ........................................................................................................ 3
BABII. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 4
Sistematika Tanaman Kelapa Sawit .......................................................... 4
Morfologi Tanaman Kelapa Sawit ............................................................ 4
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit .................................................... 6
Pembibitan Kelapa Sawit .......................................................................... 7
BAB III. METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat .................................................................................... 10
Alat dan Bahan ......................................................................................... 10
Cara Kerja ................................................................................................. 10
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 14
Hasil ......................................................................................................... 14
Pembahasan .............................................................................................. 15
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 19
Kesimpulan ................................................................................................ 19
Saran .......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 20
ix
LAMPIRAN
Dosen Pengasuh Praktikum :
1. Dr. Ir. Erizal Sodikin, MS
2. Ir. Nusyirwan, MS
viii
Koordinator Asisten :
Azharudin Apriansyah, SP
Asisten Praktikum :
1. Fahrizal
2. Fauzal Rathomy
3. Frinika Rekayasa
4. Kartika
5. M. Umar Wahab Lubis
6. Putri Irene Kanny
Indralaya, Juni 2012
ix