Laporan tetap kayu handoko.doc
-
Upload
handoko-manuel-apriliyanto-siagian -
Category
Documents
-
view
76 -
download
12
Transcript of Laporan tetap kayu handoko.doc
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kayu adalah bahan yang kita dapatkan dari tumbuh-tumbuhan (pohon-
pohonan/trees) dan termasuk vegetasi alam. Kayu mempunyai 4 unsur esensial bagi
manusiaantaralain:
1. Selulosa, unsur ini merupakan komponen terbesar pada kayu, meliputi 70 %
berat kayu.
2. Lignin, merupakan komponen pembentuk kayu yang meliputi 18% - 28% dari
berat kayu. Komponen tersebut berfungsi sebagai pengikat satuan srtukturil kayu
dan memberikan sifat keteguhan kepada kayu.
3. Bahan-bahan ekstrasi, komponen ini yang memberikan sifat pada kayu, seperti :
bau, warna, rasa, dan keawetan. Selain itu, karena adanya bahan ekstrasi ini, maka
kayu bisa didapatkan hasil yang lain misalnya: tannin, zat warna, minyak, getah,
lemah,malam,dan lain sebagainya.
4. Mineral pembentuk abu, komponen ini tertinggal setelah lignin dan selulosa
terbakar habis. Banyaknya komponen ini 0.2% - 1% dari berat kayu.
a. Bagian-Bagian kayu
1. Kulit luar, lapisan yang berada paling luat dalam keadaan kering berfungsi sebagai
pelindung bagian-bagian yang lebih dalam pada kayu.
2. Kulit dalam, lapisan yang berada di sebelah dalam kulit luar yang bersifat basah
dan lunak, berfungsi mengangkut bahan makanan dari daun ke bagian lain.
3. Cambium, lapisan yang berada di sebelah kulit, jaringan ini ke dalam membentuk
kayu baru, sedangkan ke luar membentuk sel-sel jangat (kulit).
4. Kayu gubal, berfungsi sebagai pengangkut air berikut zat bahan makanan ke
bagian-bagian pohon yang lain.
5. Kayu teras, berasal dari kayu gubal, biasanya bagian-bagian sel yang sudah tua
dan kosong ini terisi zat-zat lain yang berupa zat ekstrasi.
6. Galih/hati, bagian ini mempunyai umur paling tua, karena galih (hati) ini ada dari
sejak permulaan kayu itu tumbuh
7.Garis teras ,jarijari retakan yang timbul akibat penyusutan pada waktu pengeringan
yang tidak teratur.
b. Keuntungan kayu
o Murah dan mudah dikerjakan
o Mempunyai kekuatan yang tinggi danbobotnyarendah
o Mempunyai daya penahan tinggi terhadap pegaruh listrik (bersifatisolasi),kimia,.
o Bila ada kerusakan dengan mudah dapat diganti dan bisa diperoleh dalam waktu
singkat
o Pembebanan tekan biasanya bersifat elastis Bilaterawat dengan baik akan tahan
lama.
c. Kerugian kayu
o Kurang homogen ketidaksamaan sebagai hasilalam.
o Cacat-cacat pada kayu.
o Mudahterbakar.
o Dapat memuai dan menyusut dengan perubahan-perubahan kelembaban.
o Terjadinya lendutan yang cukup besar.
Penggunaan kayu pada suatu bangunan (rumah) di masyarakat kita sudah turun-
temurun dan agaknya merupakan suatu kecintaan pula. Urat kayu yang indah sudah
begitu memesona kita, bahkan jauh sebelum masyarakat luas mengenal berbagai
variasi finishing yang membuat lebih indah tampilan kayu,semisal kusen dan
perangkat perlengkapan rumah lainnya. Sebagian jenis kayu sangat rapuh dan mudah
dimakan rayap, sebagian lainnya cukup keras dan dihindarkan rayap. Jati termasuk
jenis kayu yang keras dan awet sehingga sangat baik dipergunakan sebagai kusen.
Selain itu, tampilan uratnya begitu menawan sehingga kayu jenis ini pun banyak
diolah menjadi perangkat furnitur. Ada sejenis kayu yang sangat keras, yakni kayu
ulin. Saking kerasnya, jenis kayu yang banyak terdapat di daerah Sumatera bagian
selatan ini disebut juga kayu besi.
Kayu mindi atau geringging yang banyak ditanam di daerah tropis dan sub tropis,
tergolong kelas kuat III-II, setara dengan mahoni, sungkai, meranti merah dan kelas
awet IV. Kayu ini berwarna merah kecoklatan Kayu mindi sudah terbukti baik
sebagai bahan baku mebel dan parket. Jenis lain yang juga cukup keras ialah kayu
hitam yang sohor di dunia dengan nama kayu ebony.
Kayu ebony yang banyak terdapat di bagian timur wilayah Indonesia adalah
primadonanya kayu dan banyak diekspor ke mancanegara sehingga harganya pun
melonjak tinggi. Kayu yang telah diolah menjadi papan serat (multipleks) biasanya
dibuat menjadi lemari atau perangkat furnitur lainnya. Multipleks adalah produk
industri yang dibuat dari lempengan-lempengan kayu yang dipres dan disatukan
membentuk lembaran besar dan diberi lapisan lembaran halus di kedua sisinya
dengan sistem perekatan.
Parket ialah lembaran kayu berbentuk persegi yang juga disebut ubin kayu,
karena berfungsi sama seperti ubin/keramik lantai (juga dalam berbagai ukuran).
Produk ini berupa lempengan-lempengan papan kecil yang disatukan melalui sistem
penyambungan yang akurat, perekatan yang kuat. Dipasang sebagai ubin lantai
dengan bantuan perekat khusus dan penyelesaiannya berupa laminasi melamin yang
mengilap. Untuk lantai parket umumnya dipergunakan kayu yang berserat halus
dengan tampilan guratan urat kayu yang indah.
d. Cara memotong
Karena kayu yang didapatkan merupakan kayu yang dimanfaatkan untuk bahan
kayu komersil maka cara memotong kayu yang digunakan adalah dengan cara tegak
lurus penampang lingkaran tahun, hal ini dilakukan agar dapat menghasilkan jumlah
kayu yang lebih banyak atau dapat dikatakan dengan sistem radial untuk
mendapatkan hasil potongan kayu yang stabil untuk kontruksi bangunan.
B.Tujuan
Untuk menetukan warna,arah serat,gambar,berat,kesan raba,lingkaran tumbuh
dan bau pada kayu.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kegiatan penentuan jenis kayu (identifikasi jenis kayu) merupakan salah satu
bagian dari rangkaian kegiatan pengujian dalam arti luas yaitu menentukan jenis
kayu, mengukur dimensi kayu untuk mendapatkan volume serta menetapkan mutu.
Penentuan jenis kayu pada hakekatnya bukan hanya sekedar untuk memenuhi
persyaratan dalam pelaksanaan pengujian saja, namun amat penting artinya bagi
semua pihak baik bagi pemerintah, pihak produsen maupun pihak konsumen.
Terkait dengan kepentingan pemerintah, penentuan jenis kayu berperan penting
dalam menentukan besarnya pungutan negara (PSDH dan DR) yang dikenakan.
Pungutan pemerintah tersebut selain didasarkan atas wilayah asal kayu, juga
didasarkan atas jenis kayu. Disamping secara langsung terkait dengan
kepentingan pemerintah, penentuan jenis kayu memegang peranan penting dalam
upaya ikut serta mencegah penyimpangan dimana suatu jenis kayu yang dilarang
untuk ditebang/dipasarkan, diperdagangkan secara bebas dengan menggunakan nama
lain.
Di pihak produsen, selain untuk memenuhi kewajiban dalam membayar pungutan
yang dibebankan pemerintah, kepastian suatu jenis kayu juga penting artinya dalam
proses produksi dan pemasaran. Setiap jenis kayu mempunyai sifat dan karakteristik
yang berbeda sehingga dalam pengolahannyapun memerlukan penanganan yang
berbeda pula. Sedangkan bagi konsumen, dengan adanya kepastian jenis kayu, akan
lebih memudahkan untuk memilih kayu-kayu yang cocok untuk kepentingannya.
a. Metoda pengenalan jenis kayu
Untuk mengenal/menentukan suatu jenis kayu, tidak selalu dilakukan dengan
cara memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat dilakukan dengan
memeriksa sepotong kecil kayu. Penentuan jenis kayu dalam bentuk log, pada
umumnya dengan cara memperhatikan sifat-sifat kayu yang mudah dilihat seperti
penampakan kulit, warna kayu teras, arah serat, ada tidaknya getah dan sebagainya.
Penentuan beberapa jenis kayu dalam bentuk olahan (kayu gergajian, moulding,
dan sebagainya) masih mudah dilakukan dengan hanya memperhatikan sifat-sifat
kasar yang mudah dilihat. Sebagai contoh, kayu jati (Tectona grandis) memiliki
gambar lingkaran tumbuh yang jelas). Namun apabila kayu tersebut diamati dalam
bentuk barang jadi dimana sifat-sifat fisik asli tidak dapat dikenali lagi karena sudah
dilapisi dengan cat, maka satu-satunya cara yang dapat dipergunakan untuk
menentukan jenisnya adalah dengan cara memeriksa sifat anatomi/strukturnya.
Demikian juga untuk kebanyakan kayu di Indonesia, dimana antar jenis kayu sukar
untuk dibedakan, cara yang lebih lazim dipakai dalam penentuan je-nis kayu adalah
dengan memeriksa sifat anatominya (sifat struktur).
Sifat fisik/kasar atau makroskopis adalah sifat yang dapat diketahui secara jelas
melalui panca indera, baik dengan penglihatan, pen-ciuman, perabaan dan
sebagainya tanpa menggunakan alat bantu. Sifat-sifat kayu yang termasuk dalam
sifat kasar antara lain adalah :
o warna, umumnya yang digunakan adalah warna kayu teras,
o tekstur, yaitu penampilan sifat struktur pada bidang lintang,
o arah serat, yaitu arah umum dari sel-sel pembentuk kayu,
o gambar, baik yang terlihat pada bidang radial maupun tangensial
o berat, umumnya dengan menggunakan berat jenis
o kesan raba, yaitu kesan yang diperoleh saat meraba kayu,
o lingkaran tumbuh,
o bau, dan sebagainya.
Sifat struktur/mikroskopis adalah sifat yang dapat kita ketahui dengan
mempergunakan alat bantu, yaitu kaca pembesar (loupe) dengan pembesaran 10
kali. Sifat struktur yang diamati adalah : Pori (vessel) adalah sel yang berbentuk
pembuluh dengan arah longitudinal. Dengan mempergunakan loupe, pada bidang
lintang, pori terlihat sebagai lubang-lubang beraturan maupun tidak, ukuran kecil
maupun besar. Pori dapat dibedakan berdasarkan penyebaran, susunan, isi, ukuran,
jumlah dan bidang perforasi).
Parenkim (Parenchyma) adalah sel yang berdinding tipis dengan bentuk batu
bata dengan arah longitudinal. Dengan mempergunakan loupe, pada bidang lintang,
parenkim (jaringan parenkim) terlihat mempunyai warna yang lebih cerah dibanding
dengan warna sel sekelilingnya. Parenkim dapat dibedakan berdasarkan atas
hubungannya dengan pori, yaitu parenkim paratrakeal (berhubungan dengan pori)
dan apotrakeral (tidak berhubungan dengan pori).
Jari-jari (Rays) adalah parenkim dengan arah horizontal. Dengan
mempergunakan loupe, pada bidang lintang, jari-jari terlihat seperti garis-garis yang
sejajar dengan warna yang lebih cerah dibanding warna sekelilingnya. Jari-jari dapat
dibedakan berdasarkan ukuran lebarnya dan keseragaman ukurannya.
Saluran interseluler adalah saluran yang berada di antara sel-sel kayu yang
berfungsi sebagai saluran khusus. Saluran interseluler ini tidak selalu ada pada setiap
jenis kayu, tetapi hanya terdapat pada jenis-jenis tertentu, misalnya beberapa jenis
kayu dalam famili Dipterocarpaceae, antara lain meranti (Shorea spp), kapur
(Dryobalanops spp), keruing (Dipterocarpus spp), mersawa (Anisoptera spp), dan
sebagainya. Berdasarkan arahnya, saluran interseluler dibedakan atas saluran
interseluler aksial (arah longitudinal) dan saluran interseluler radial (arah sejajar jari-
jari). Pada bidang lintang, dengan mempergunakan loupe, pada umumnya saluran
interseluler aksial terlihat sebagai lubang-lubang yang terletak diantara sel-sel kayu
dengan ukuran yang jauh lebih kecil.
Saluran getah adalah saluran yang berada dalam batang kayu, dan bentuknya
seperti lensa. Saluran getah ini tidak selalu dijumpai pada setiap jenis kayu, tapi
hanya terdapat pada kayu-kayu tertentu, misalnya jelutung (Dyera spp.)
Tanda kerinyut adalah penampilan ujung jari-jari yang bertingkat-tingkat dan
biasanya terlihat pada bidang tangensial. Tanda kerinyut juga tidak selalu dijumpai
pada setiap jenis kayu, tapi hanya pada jenis-jenis tertentu seperti kempas
(Koompasia malaccensis) dan sonokembang (Pterocarpus indicus).
Terdapat perbedaan yang mendasar antara sifat struktur kayu daun lebar dan sifat
struktur kayu daun jarum. Kayu-kayu daun jarum tidak mempunyai pori-pori kayu
seperti halnya kayu-kayu daun lebar.
Untuk menentukan jenis sepotong kayu, kegiatan pertama yang harus dilakukan
adalah memeriksa kayu tersebut dengan memeriksa sifat kasarnya. Apabila dengan
cara tersebut belum dapat ditetapkan jenis kayunya, maka terhadap kayu tersebut
dilakukan pemeriksaan sifat strukturnya dengan mempergunakan loupe.
Untuk memudahkan dalam menentukan suatu jenis kayu, kita dapat mempergunakan
kunci pengenalan jenis kayu. Kunci pengenalan jenis kayu pada dasarnya merupakan
suatu kumpulan keterangan tentang sifat-sifat kayu yang telah dikenal, baik sifat
struktur maupun sifat kasarnya. Sifat-sifat tersebut kemudian didokumentasikan
dalam bentuk kartu (sistim kartu) atau dalam bentuk percabangan dua (sistem
dikotom).
Pada sistem kartu, dibuat kartu dengan ukuran tertentu (misalnya ukuran kartu
pos). Disekeliling kartu tersebut dicantunkan keterangan sifat-sifat kayu, dan pada
bagian tengahnya tertera nama jenis kayu. Sebagai contoh, kayu yang akan
ditentukan jenisnya, diperiksa sifat-sifatnya. Berdasarkan sifat-sifati tersebut, sifat
kayu yang tertulis pada kartu ditusuk dengan sebatang kawat dan digoyang sampai
ada kartu yang jatuh. Apabila kartu yang jatuh lebih dari satu kartu, dengan cara
yang sama kartu-kartu itu kemudian ditusuk pada sifat lain sesuai dengan hasil
pemeriksaan sampai akhirnya tersisa satu kartu. Sebagai hasilnya, nama jenis yang
tertera pada kartu terakhir tersebut merupakan nama jenis kayu yang diidentifikasi.
Dikotom berarti percabangan, pembagian atau pengelompokan dua-dua atas dasar
persamaan sifat-sifat kayu yang diamati. Kayu yang akan ditentukan jenisnya
diperiksa sifat-sifatnya, dan kemudian dengan mempergunakan kunci dikotom,
dilakukan penelusuran sesuai dengan sifat yang diamati sampai diperolehnya nama
jenis kayu yang dimaksud.
Kunci cara pengenalan jenis kayu di atas, baik sistem kartu maupun dengan
sistem dikotom, keduanya mempunyai kelemahan. Kesulitan tersebut adalah apabila
kayu yang akan ditentukan jenisnya tidak termasuk ke dalam koleksi. Walaupun
sistem kartu ataupun sistem dikotom digunakan untuk menetapkan jenis kayu,
keduanya tidak akan dapat membantu mendapatkan nama jenis kayu yang
dimaksud. Dengan demikian, semakin banyak koleksi kayu yang dimiliki disertai
dengan pengumpulan mengumpulkan sifat-sifatnya ke dalam sistem kartu atau sistem
dikotom, akan semakin mudah dalam menentukan suatu jenis kayu.
Kegiatan untuk menentukan suatu jenis kayu, secara teknis menjadi sangat
penting dalam rangka menentukan rencana penggunaannya, serta untuk kepentingan
transaksi jual-beli atau perdagangan kayu.
Secara teoritis, metoda pengenalan/penentuan/identifikasi jenis kayu mudah
dipelajari sebagai suatu pengetahuan. Namun demikian, keterampilan teknis
pengenalan/penentuan/identifikasi jenis kayu hanya akan diperoleh melalui proses
latihan yang rutin, berulang-ulang dan terus menerus.
Kelengkapan koleksi kayu akan sangat membantu proses pening-katan
kemampuan dan ketrampilan dalam pengenalan jenis kayu.
IV. HASIL & PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Sifat Fisik Kayu
1. Kayu Akasia
Warna : Coklat gelap
Tekstur : Agak kasar
Bau : Menyengat
Kesan raba : Agak kasar
Arah serat : Searah
2. Kayu Sengon
Warna : Coklat terang
Tekstur : Agak keras
Bau : Menyengat
Kesan raba : Kasar
Arah serat : Searah
3. Kayu Petai Cina
Warna : Coklat terang
Tekstur : Halus
Bau : Tidak menyengat
Kesan raba : Halus
Arah serat : Searah
4. Kayu Gelam
Warna : Coklat gelap
Tekstur : Halus
Bau : Menyengat, agak berbau tanah
Kesan raba : Halus
Arah serat : Searah
5. Kayu Seri
Warna : Coklat terang
Tekstur : Agak kasar
Bau : Menyengat
Kesan raba : Kasar
Arah serat : Searah
6. Kayu Rambutan
Warna : Coklat terang
Tekstur : Kasar
Bau : Menyengat
Kesan raba : Kasar
Arah serat : Searah
7. Kayu Meranti
Warna : Coklat gelap
Tekstur : Kasar
Bau : Menyengat, berbau kayu
Kesan raba : Kasar
Arah serat : Tidak searah
2. Tabel percobaan
Jenis kayu Berat awal Berat akhir
Kayu akasia 8,230 gr 5,930 gr
Kayu gelam 7,080 gr 4,730 gr
Kayu sengon 6,470 gr 4,370 gr
Kayu petai cina 4,170 gr 2,340 gr
Kayu seri 4,290 gr 2,940 gr
Kayu rambutan 4,300 gr 2,580 gr
Kayu meranti 6,320 gr 4,550 gr
3. Perhitungan % KA
% KA = Berat Awal – Berat Akhir x 100%
Berat Akhir
a. Kayu Akasia
% KA = 8,230 gr – 5,930 gr x 100%
5,930 gr
= 38,7%
b. Kayu Gelam
% KA = 7,080 gr – 4,730 gr x 100%
4,730 gr
= 49,6%
c. Kayu Sengon
% KA = 6,470 gr – 4 ,370 gr x 100%
4,370 gr
= 48,05%
d. Kayu Petai Cina
% KA = 4,170 gr – 2,340 gr x 100%
2,340 gr
= 78,2%
e. Kayu Seri
% KA = 4,290 gr – 2,940 gr x 100%
2,940 gr
= 45,9%
f. Kayu Rambutan
% KA = 4,300 gr – 2,580 gr x 100%
2,580 gr
= 66,7%
g. Kayu Meranti
% KA = 6,320 gr – 4,550 gr x 100%
4,550 gr
= 38,9%
B. Pembahasan
Pada praktikum ini kita membahas tentang kayu, apa yang dimaksud dengan
kayu, manfaat kayu, macam-macam kayu, keuntungan dan kerugian kayu dan lain
sebagainya. Tetapi yang paling penting atau yang menjadi sasaran utama kita
melaksanakan praktikum ini adalah untuk mengenal jenis kayu, warna,bau, berat
awal dan berat akhir dari kayu setelah diovenkan selama keruang lebih satu hari satu
malam. Hal pertama yang dilakukan oleh praktikan pada praktikum kayu ini adalah
mencari kayu dipanglong-panglong kayu dan menanyakan atau melihat langsung
cara memotong kayu, kayu yang dicari adalah beraneka ragam. Setelah mendapatkan
jenis-jenis kayu yang diinginkan, selanjutnya praktikan memotong kayu-kayu
tersebut dengan membentuk kubus. Setelah itu kayu yang sudah dibentuk kubus tadi
dimasukkan kedalam oven untuk dikeringkan untuk menghilangkan kadar airnya,
akan tetapi sebelum dimasukkan kedalam oven kita terlebih dahulu menimbang
kayu untuk mengetahui berat awal kayu tersebut dan menimbang lagi setelah
keesokan harinya untuk mengetahui berat akhir dari kayu tersebut. Tiap kayu
mendapatkan perlakuan yang sama. Walaupun dipotong dengan bentuk yang sama,
tiap kayu memiliki berat awal dan berat akhir yang berbeda, ini kemungkinan
dikarenakan tiap kayu memiliki berat jenis yang berbeda dan juga memiliki kadar air
berbeda pula satu sama lain.
Untuk warna tiap kayu memiliki warna yang hampir sama yakni coklat, hal ini
dapat kita bedakan dengan menggunakan panca indra kita, selain itu kita dapat
melihat perbedaan bau juga dengan menggunakan panca indra kita dengan cara
membaui, apakah kayu tersebut wangi atau bau menyengat dan lain sebagainya.
Pada dasarnya terdapat 2 (dua) sifat utama kayu yang dapat dipergunakan untuk
mengenal kayu, yaitu sifat fisik (disebut juga sifat kasar atau sifat makroskopis) dan
sifat struktur (disebut juga sifat mikroskopis). Secara obyektif, sifat struktur atau
mikroskopis lebih dapat diandalkan dari pada sifat fisik atau makroskopis dalam
mengenal atau menentukan suatu jenis kayu. Namun untuk mendapatkan hasil yang
lebih dapat dipercaya, akan lebih baik bila kedua sifat ini dapat dipergunakan secara
bersama-sama, karena sifat fisik akan mendukung sifat struktur dalam menentukan
jenis.
Untuk mengenal/menentukan suatu jenis kayu, tidak selalu dilakukan dengan
cara memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat dilakukan dengan
memeriksa sepotong kecil kayu. Penentuan jenis kayu dalam bentuk log, pada
umumnya dengan cara memperhatikan sifat-sifat kayu yang mudah dilihat seperti
penampakan kulit, warna kayu teras, arah serat, ada tidaknya getah dan sebagainya.
Penentuan beberapa jenis kayu dalam bentuk olahan (kayu gergajian, moulding,
dan sebagainya) masih mudah dilakukan dengan hanya memperhatikan sifat-sifat
kasar yang mudah dilihat. Sebagai contoh, kayu jati (Tectona grandis) memiliki
gambar lingkaran tumbuh yang jelas). Namun apabila kayu tersebut diamati dalam
bentuk barang jadi dimana sifat-sifat fisik asli tidak dapat dikenali lagi karena sudah
dilapisi dengan cat, maka satu-satunya cara yang dapat dipergunakan untuk
menentukan jenisnya adalah dengan cara memeriksa sifat anatomi/strukturnya.
Dalam praktikum kayu ini kita dapat melihat banyak perbedaan antara satu kayu
dengan kayu yang lain baik itu dari segi warna, tekstur, berat, kesan raba, bau dan
sebagainya. Selain itu dari praktikum ini kita dapat mengetahui mengapa berat kayu
sebelum diovenkan itu lebih berat dibandingkan dengan kayu yang sudah diovenkan
selama satu hari satu malam, ini dikarenakan kayu yang belum diovenkan baik
sengaja ataupun tidak disengaja masih memiliki kadar air walaupun sebelumnya
kayu tersebut sudah dikeringkan dengan cara diovenkan.
Melalui praktikum kayu ini pula kita dapat mengetahui cara memotong kayu,
paling tidak cara memotong kayu yang umumnya digunakan untuk komersil yakni
dengan cara tegak lurus dengan penampang lingkaran tahun, cara ini dilakukan untuk
memperoleh kayu sebanyak-banyaknya tapi tetap memiliki bentuk yang baik dan
stabil.
III. METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium pasca panen Jurusan Teknologi
Pertanian Universitas Sriwijaya. Dan waktu dilaksanakannya praktikum ini adalah
pada pukul 10.00 WIB s/d selesai.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan antara lain ; 1)Oven pengering,
2)timbangan digital,3) tentunya kayu yang dicari berat awal dan berat
akhirnya,4)Tujuh macam jenis kayu
C. Cara Kerja
1. Pertama kali kita potong kayu dengan bentuk kubus dengan ukuran yang
disesuaikan.
2. Setelah dipotong kita timbang kayu dengan menggunakan
neraca/timbangan digital untuk mengetahui berat awal kayu tersebut.
3. Kemudian untuk mengetahui berat akhir dari kayu tersebut kita masukkan
kayu tersebut kedalam oven selama kurang lebih satu hari satu malam ( 24
jam ).
4. Keesokan harinya kita bisa mengetahui berat akhir dengan cara menimbang
kembali kayu tersebut.
5. Untuk mengetahui warna dan bau kita cukup menggunakan panca indra
yakni dengan melihat dan membaui.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pada dasarnya terdapat 2 (dua) sifat utama kayu yang dapat dipergunakan
untuk mengenal kayu, yaitu sifat fisik (disebut juga sifat kasar atau sifat
makroskopis) dan sifat struktur (disebut juga sifat mikroskopis).
2. Kayu adalah bahan yang kita dapatkan dari tumbuh-tumbuhan (pohon-
pohonan/trees) dan termasuk vegetasi alam.
3. Parket ialah lembaran kayu berbentuk persegi yang juga disebut ubin kayu,
karena berfungsi sama seperti ubin/keramik lantai (juga dalam berbagai
ukuran).
4. Secara teoritis, metoda pengenalan/penentuan/identifikasi jenis kayu mudah
dipelajari sebagai suatu pengetahuan.
5. Untuk mengenal/menentukan suatu jenis kayu, tidak selalu dilakukan dengan
cara memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat dilakukan
dengan memeriksa sepotong kecil kayu.
6. Cara memotong kayu umumnya digunakan untuk komersil yakni dengan cara
tegak lurus dengan penampang lingkaran tahun, cara ini dilakukan untuk
memperoleh kayu sebanyak-banyaknya tapi tetap memiliki bentuk yang baik
dan stabil.
B. Saran
Pada praktikum pengetahuan bahan yang mengenai kayu telah dilakukan dengan
baik dan bejalan dengan lancar.Dan sebaiknya pada praktikum ini alat-alat yang akan
digunakan seperti oven dan timbangan agar di perbanyak agar untuk menghemat
waktu pada saat akan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Awang, S.A. dkk., 2002, Etnoekologi Manusia di Hutan Rakyat. Sinergi Press. Jogyakarta.
Mahfudz dkk., t.t., Sekilas Jati. Puslitbang Biotek dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Jogyakarta.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid IV. Badan Litbang Kehutanan (penerj.). Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.
Nandika, Dodi. 2005. Hutan bagi Ketahanan Nasional. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Salim, H S. 2003. Dasar-Dasar Hukum Kehutanan. Edisi Revisi. Jakarta: Sinar Grafika.
Simon, Hasanu. 2004. Membangun Desa Hutan. Kasus Dusun Sambiroto. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.