Laporan Tengah Semester Direktorat Pembinaan SMA · 2019-05-07 · minat dan bakat yang dimilikinya...
Transcript of Laporan Tengah Semester Direktorat Pembinaan SMA · 2019-05-07 · minat dan bakat yang dimilikinya...
Laporan
Tengah Semester Direktorat Pembinaan SMA
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia
Tahun 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang
senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga
penyusunan Laporan Tengah Tahunan (semester) Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas Tahun 2018 dapat diselesaikan.
Laporan tengah tahunan disusun untuk melaporkan capaian kinerja Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam kurun waktu 1 semester dan
membantu dalam penyusunan Laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Atas Tahun 2017. Dasar hukum penyusunan laporan ini
adalah Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan
dan kinerja instansi pemerintah, khususnya pasal 2 menyatakan bahwa setiap
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran menyusun Laporan
Kinerja sebagai pertanggungjawaban keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui
alat pertanggungjawaban secara periodik.
Laporan tengah tahunan merupakan laporan yang menggambarkan dan
menjelaskan tentang pelaksanaan capaian program, kegiatan dan anggaran yang
sedang berjalan pada semester pertama tahun 2018, kesimpulan, serta saran dan
rekomendasi untuk perbaikan dan pertimbangan perencanaan dan pelaksanaan
program dan kegiatan di semester ke dua tahun 2018.
Semoga laporan tengah tahunan ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan untuk
pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran Direktorat Pembinaan SMA
semester ke dua.
Jakarta, Juli 2018
Direktur Pembinaan SMA,
Drs. Purwadi Sutanto, M. Si
NIP 19610404 198503 1003
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................
A. Landasan Filosofis Pendidikan .........................................................................
B. Dasar Hukum ....................................................................................................
C. Organisasi Direktorat Pembinaan SMA ...........................................................
1. Tugas Pokok dan Fungsi ...............................................................................
2. Struktur Organisasi Direktorat Pembinaan SMA .........................................
BAB II RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015 – 2019 ............................................
A. Rencana Strategis .............................................................................................
1. Visi Direktorat Pembinaan SMA ..................................................................
2. Misi Direktorat Pembinaan SMA .................................................................
3. Tujuan Strategis Direktorat Pembinaan SMA ..............................................
4. Indikator Kinerja Kunci Direktorat Pembinaan SMA ..................................
5. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Direktorat Pembinaan SMA 25
B. Rencana Kinerja Tahunan ................................................................................
C. Penetapan Kinerja .............................................................................................
D. Rencana Kerja Dan Anggaran Direktorat Pembinaan SMA Tahun 2016 ........
1. Sub Direktorat Program Dan Evaluasi ..........................................................
2. Sub Direktorat Kurikulum ............................................................................
3. Sub Direktorat Kelembagaan Sarana Dan Prasarana ....................................
4. Sub Direktorat Peserta Didik ........................................................................
5. Subbagian Tata Usaha ...................................................................................
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA .......................................................................
A. Pengukuran Kinerja ..........................................................................................
1. Pelaksanaan Kegiatan Subdit Program Dan Evaluasi ...................................
2. Pelaksanaan Kegiatan Subdit Kurikulum .....................................................
3. Pelaksanaan Kegiatan Subdit Kelembagaan Dan Sarana Prasarana .............
4. Pelaksanaan Kegiatan Subdit Peserta Didik .................................................
5. Pelaksanaan Kegiatan Subbag Tata Usaha ...................................................
B. Capaian Kinerja Direktorat ..............................................................................
C. Akuntabilitas Keuangan ...................................................................................
BAB IV PENUTUP .......................................................................................................
A. KESIMPULAN ................................................................................................
B. SARAN/REKOMENDASI ..............................................................................
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya di dalam
batang tubuh UUD 1945 Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1), Pasal 31, dan Pasal
32, juga mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
Sistem pendidikan nasional tersebut harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen
pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global. Untuk itu, perlu dilakukan pembaharuan
pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia dan untuk itu
setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan
minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, status ekonomi,
suku, etnis, agama, dan gender. Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan
akan membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills)
sehingga mendorong tegaknya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat
madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila, sebagaimana diamanatkan
dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pembangunan pendidikan saat ini dilaksanakan dengan mengacu pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015--2019
dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005--2025.
Berdasarkan RPJPN tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud) telah menyusun Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka
Panjang (RPPNJP) 2005—2025 sebagai Peta Jalan (Road Map) pembangunan
pendidikan 2005—2025 dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005—2025 (Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2007). Di dalam RPPNJP 2005—2025 ditentukan tema-tema pembangunan yang
telah diselaraskan dengan tema-tema pembangunan dalam RPJPN 2005—2025
seperti ditunjukan pada Gambar 1.1.
RPJMN-I
(2005-2009)
Menata kembali NKRI, menbangun Indonesia yang
aman dan damai, yang adil dan demokratis, dengan tingkat
kesejahteraan yang lebih baik
RPJMN-II
(2009-2014)
Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan
kualitas SDM, membangun kemampuan IPTEK,
memperkuat daya saing perekonomian
RPJMN-III
(2015-2019)
Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan
pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis pada SDA
yang tersedia, SDM yang berkualitas serta kemampuan IPTEK.
RPJMN-IV
(2020-2024)
Mewujudkan manusia Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur
melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan struktur
perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif
TEMA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
2005‐ 2009 2010‐ 2014 2015‐ 2019 2020‐ 2024
Peningkatan Kapasitas & Modernisasi
Penguatan
Pelayanan
Daya Saing
Regional
Daya Saing Internasional
Gambar 1.1. Tema pembangunan pendidikan 2005—2025
Periode pertama dalam RPPNJP, pembangunan pendidikan difokuskan pada
peningkatan kapasitas satuan pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan dalam
memperluas layanan dan meningkatkan modernisasi penyelenggaraan proses
pembelajaran. Sementara pada periode kedua sebagai tindak lanjut hasil peningkatan
kapasitas dan modernisasi pendidikan, pemerintah mendorong penguatan layanan
sehingga pendidikan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Pada saat ini pembangunan pendidikan dan kebudayaan memasuki periode
ketiga, dimana pemerintah bertugas untuk mendorong agar penguatan layanan di
satuan pendidikan dapat menghasilkan keluaran-keluaran (manusia, karya, atau
inovasi) yang berdaya saing minimal pada tingkat regional di Asia Tenggara (ASEAN),
sehingga Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara kembali menjadi
barometer dunia dan menjadi poros dalam peningkatan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat ASEAN.
Dengan digabungnya fungsi kebudayaan bersama dengan pendidikan
merupakan langkah untuk mengembalikan fungsi kementerian sesuai dengan BAB
XIII UUD 1945. Pendidikan dan kebudayaan menjadi satu bagian yang sangat
berkaitan, sehingga pendidikan tidak hanya menjadi sumber daya manusia sebagai
penggerak ekonomi namun dapat sekaligus menjadi manusia yang menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.
Program Kerja Direkotrat Pembinaan SMA mengacu pada Rencana Strategis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2015—2019 yang merupakan
upaya komprehensif dalam menjabarkan tema pembangunan pendidikan tahap III
yaitu mendorong daya saing regional, serta arahan Presiden yaitu kebijakan Trisakti
yang mencakup kedaulatan di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan
berkepribadian dalam kebudayaan, juga Nawa Cita (9 agenda perubahan), yang
meliputi: 1) menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara; 2) membuat pemerintah selalu
hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis,
dan terpercaya; 3) membangun indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; 4) memperkuat kehadiran negara
dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi,
bermartabat, dan terpercaya; 5) meningkatkan kualitas hidup manusia indonesia; 6)
meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga
bangsa indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa asia lainnya; 7)
mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik; 8) melakukan revolusi karakter bangsa; serta 9) memperteguh
kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Dalam Upaya mengawal Pencapaian dari sasaran –sasaran kegiatan yang
telah tertuang dalam program kerja Direktorat Pembinaan SMA tersebut perlu disusun
Laporan Semester untuk mengawal proses pelaksanaan kegiatan dan Laporan akhir
tahun dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP),
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006
Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dijelaskan bahwa
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini mempunyai tujuan
akhir untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Akuntabilitas kinerja tersebut akan menjadi prasyarat untuk terciptanya pemerintah
yang baik dan terpercaya.
Dalam Peraturan Pemerintah tersebut juga dijelaskan bahwa sasaran Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah:
1. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel, yakni instansi pemerintah yang
beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan
lingkungannya;
2. Terwujudnya transparansi instansi pemerintah dalam pelaksanaan fungsi dan
tugasnya secara operasional;
3. Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional;
4. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
A. Landasan Filosofis Pendidikan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
memberikan landasan filosofis serta berbagai prinsip dasar dalam pembangunan
pendidikan.Berdasarkan landasan filosofis tersebut, sistem pendidikan nasional
menempatkan peserta didik sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha
Esa dengan segala fitrahnya dengan tugas memimpin kehidupan yang berharkat dan
bermartabat serta menjadi manusia yang bermoral, berbudi luhur, dan berakhlak
mulia.
Pendidikan merupakan upaya memberdayakan peserta didik untuk
berkembang menjadi manusia Indonesia seutuhnya, yaitu yang menjunjung tinggi dan
memegang teguh norma dan nilai sebagai berikut:
1. Norma agama dan kemanusiaan untuk menjalani kehidupan sehari-hari, baik
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, makhluk individu, maupun makhluk
sosial;
2. Norma persatuan bangsa untuk membentuk karakter bangsa dalam rangka
memelihara keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3. Norma kerakyatan dan demokrasi untuk membentuk manusia yang memahami
dan menerapkan prinsip-prinsip kerakyatan dan demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan
4. Nilai-nilai keadilan sosial untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang
merata dan bermutu bagi seluruh bangsa serta menjamin penghapusan segala
bentuk diskriminasi dan bias gender serta terlaksananya pendidikan untuk semua
dalam rangka mewujudkan masyarakat berkeadilan sosial.
B. Dasar Hukum
Laporan Tengah Semester ini disusun berdasarkan Undang-Undang dasar,
Undang-Undang, Keputusan dan Instruksi Presiden dan aturan hukum lainnya, antara
lain:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
(RKP);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L);
5. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah;
6. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 9 Tahun 2007
tentang Indikator Kinerja Utama;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 Tentang
Pelaporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah;
8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja
dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
9. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Perubahan Lampiran
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
Nomor 25 Tahun 2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 35
tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja dilingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 11 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 22 Tahun 2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2015-2019;
13. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Tahun 2015-2019.
14. Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMA Tahun 2015-2019.
C. Organisasi Direktorat Pembinaan SMA
1. Tugas Pokok dan Fungsi
Dalam rangka mencapai target program prioritas bidang pendidikan yang
ditetapkan, maka Direktorat Pembinaan SMA menyesuaikan struktur
organisasi dan penganggaran berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi
(Tupoksi) untuk mencapai sasaran-sasaran strategis yang telah ditetapkan.
Berikut ini adalah struktur organisasi dan anggaran berdasarkan Tugas
Pokok dan Fungsi dari Direktorat Pembinaan SMA berdasarkan Peraturan
Meneteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Secara umum, tugas dari Direktorat Pembinaan SMA adalah melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan
sekolah menengah atas. Dan memiliki fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang kurikulum, peserta didik,
sarana dan prasarana, pendanaan, dan tata kelola sekolah menengah
atas;
b. Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan di bidang kurikulum, peserta
didik, sarana dan prasarana, pendanaan, dan tata kelola sekolah
menengah atas;
c. Peningkatan kualitas pendidikan karakter peserta didik sekolah
menengah atas;
d. Fasilitasi sarana dan prasarana serta pendanaan sekolah menengah
atas;
e. Pemberian pertimbangan izin dan kerja sama penyelenggaraan sekolah
menengah atas yang diselenggarakan perwakilan negara asing atau
lembaga asing;
f. Fasilitasi pelaksanaan penjaminan mutu sekolah menengah atas;
g. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kurikulum,
peserta didik, sarana dan prasarana, pendanaan, dan tata kelola
sekolah menengah atas;
h. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kurikulum, peserta
didik, sarana dan prasarana, pendanaan, dan tata kelola sekolah
menengah atas;
i. Pelaksanaan evaluasi dan laporan di bidang kurikulum, peserta didik,
sarana dan prasarana, pendanaan, dan tata kelola sekolah menengah
atas; dan
j. Pelaksanaan administrasi Direktorat.
2. Struktur Organisasi Direktorat Pembinaan SMA
Secara organisasi, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas terdiri atas 4
(empat) sub direktorat, 8 (delapan) seksi dan dan 1 (satu) sub bagian. Rincian
detail organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sub Direktorat Program dan Evaluasi
Sub Direktorat program dan Evaluasi mempunyai tugas untuk melaksanakan
penyusunan bahan perumusan kebijakan, program dan anggaran, kerja sama,
pemberdayaan peran serta masyarakat, evaluasi pelaksanaan program dan
anggaran, dan pelaporan Direktorat. Sub Direktorat Program dan Evaluasi
terdiri dari 2 seksi, yaitu:
1) Seksi Program mempunyai tugas melakukan penyusunan bahan
perumusan kebijakan, pengumpulan, pengolahan, penyajian, data dan
informasi, dan penyusunan program, kegiatan dan anggaran Direktorat,
serta fasilitasi pendanaan sekolah menengah atas.
Subdit Kelembagaan
Program
Pembelajaran
Kelembagaan
Evaluasi
Penilaian
Kepribadian
2) Seksi Evaluasi mempunyai tugas melakukan pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan program, kegiatan, dan anggaran Direktorat
dan pelaksanaan fasilitasi pendanaan sekolah menengah atas,
penyusunan bahan koordinasi pelaksanaan kerja sama di bidang
pembinaan sekolah menengah atas, dan penyusunan laporan
Direktorat.
b. Sub Direktorat Kurikulum
Sub Direktorat Kurikulum mempunyai tugas untuk melaksanakan
penyusunan bahan perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan,
norma, standar, prosedur, kriteria, bimbingan teknis dan supervisi,
fasilitasi penjaminan mutu di bidang kurikulum sekolah menengah atas.
Sub Direktorat Kurikulum terdiri dari 2 seksi, yaitu:
1) Seksi Pembelajaran mempunyai tugas melakukan penyusunan
bahan perumusan, koordinasi, dan pelaksanaan kebijakan, norma,
standar, prosedur, kriteria, bimbingan teknis dan supervisi, fasilitasi
penjaminan mutu, evaluasi dan laporan di bidang pembelajaran
sekolah menengah atas.
2) Seksi Penilaian mempunyai tugas melakukan penyusunan bahan
perumusan, koordinasi, dan pelaksanaan kebijakan, norma,
standar, prosedur, kriteria, bimbingan teknis dan supervisi, fasilitasi
penjaminan mutu, evaluasi dan laporan di bidang penilaian sekolah
menengah atas.
c. Sub Direktorat Kelembagaan dan Sarana Prasarana
Sub Direktorat Kelembagaan dan Sarana Prasarana mempunyai tugas
untuk melaksanakan penyusunan bahan perumusan, koordinasi, dan
pelaksanaan kebijakan, norma, standar, prosedur, kriteria, bimbingan
teknis dan supervisi, pertimbangan pemberian izin penyelenggaraan
sekolah menengah atas yang diselenggarakan perwakilan negara asing
dan satuan pendidikan kerja sama yang diselenggarakan oleh lembaga
asing dengan lembaga pendidikan Indonesia, serta fasilitasi sarana dan
prasarana, tata kelola, dan penjaminan mutu di bidang tata kelola dan
sarana prasarana sekolah menengah atas. Sub Direktorat Kelembagaan
dan Sarana Prasarana terdiri dari 2 seksi, yaitu:
1) Seksi Kelembagaan mempunyai tugas melakukan penyusunan
bahan perumusan, koordinasi, dan pelaksanaan kebijakan, norma,
standar, prosedur, kriteria, bimbingan teknis dan supervisi,
pertimbangan pemberian izin penyelenggaraan sekolah menengah
atas yang diselenggarakan perwakilan negara asing dan satuan
pendidikan kerja sama yang diselenggarakan oleh lembaga asing
dengan lembaga pendidikan Indonesia, fasilitasi penjaminan mutu,
evaluasi dan laporan di bidang tata kelola sekolah menengah atas.
2) Seksi Sarana dan Prasarana mempunyai tugas melakukan
penyusunan bahan perumusan, koordinasi, dan pelaksanaan
kebijakan, norma, standar, prosedur, kriteria, bimbingan teknis dan
supervisi, fasilitasi sarana prasarana dan penjaminan mutu, evaluasi
dan laporan di bidang sarana dan prasarana menengah atas.
d. Sub Direktorat Peserta Didik
Sub Direktorat Peserta Didik mempunyai tugas untuk melaksanakan
penyusunan bahan perumusan, koordinasi, dan pelaksanaan
kebijakan, norma, standar, prosedur, kriteria, bimbingan teknis dan
supervisi dibidang peserta didik sekolah menengah atas. Sub Direktorat
Kelembagaan dan Peserta Didik terdiri dari 2 seksi, yaitu:
1) Seksi Bakat dan Prestasi mempunyai tugas melakukan
penyusunan bahan perumusan, koordinasi, dan pelaksanaan
kebijakan, norma, standar, prosedur, kriteria, bimbingan teknis dan
supervisi, evaluasi dan laporan di bidang bakat dan prestasi peserta
didik sekolah menengah atas.
2) Seksi Kepribadian mempunyai tugas melakukan penyusunan
bahan perumusan, koordinasi, dan pelaksanaan kebijakan, norma,
standar, prosedur, kriteria, bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi
dan laporan di bidang peningkatan kualitas pendidikan karakter dan
kepribadian peserta didik sekolah menengah atas.
e. Sub Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha memiliki tugas untuk urusan persuratan,
kepegawaian, keuangan, barang milik negara, dan kerumahtanggaan
Direktorat.
BAB II
RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015 – 2019
A. Rencana Strategis
Sejalan dengan tuntutan reformasi administrasi publik, maka dalam sistem
akuntabilitas kinerja perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus
dilakukan oleh instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan strategis lokal dan
global. Dengan pendekatan perencanan strategis yang jelas dan sinergis, setiap
instansi pemerintah lebih dapat menyelaraskan program kerja, dengan potensi,
peluang dan kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.
Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai
penjabaran dari sasaran, program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam rencana
strategis, yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan
tahunan. Di dalam rencana kinerja ditetapkan rencana target kinerja tahunan untuk
seluruh indikator kinerja yang ada pada tingkat sasaran dan kegiatan. Penyusunan
rencana kinerja dilakukan seiring dengan agenda penyusunan dan kebijakan
anggaran, serta merupakan komitmen bagi instansi untuk mencapainya dalam tahun
tertentu.
Renstra Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas mencakup visi, misi,
tujuan, dan sasaran kegiatan beserta dengan indikator kinerja. Renstra Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dalam
kurun waktu lima tahun, yaitu tahun 2015 – 2019. Didalamnya juga telah
memperhitungan berbagai potensi, peluang, dan kendala yang mungkin timbul dalam
rentang waktu tersebut. Selain itu Renstra ini menjadi pedoman bagi semua tingkatan
pengelola pendidikan, baik di pemerintah pusat, daerah, maupun satuan pendidikan.
1. Visi Direktorat Pembinaan SMA
Direktorat Pembinaan SMA mulai tahun 2015 tidak lagi memiliki visi dan
misi tersendiri, hal ini terjadi karena setiap program dari unit utama adalah
mendukung visi, misi, dan program prioritas Kementerian Pendidikan dan
mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Insan
cerdas dan insan kompetitif melandasi penetapan Visi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan 2019 sebagaimana tercantum di dalam
Rencana Strategis 2015-2019, yaitu:
Tabel 2. 1 Visi Kemdikbud 2015-2019
“Terbentuknya Insan serta Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan
yang Berkarakter dengan Berlandaskan Gotong Royong”.
Terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan yang berkarakter dapat
dimaknai sebagai terwujudnya dengan baik apa yang disebut sebagai tujuh
elemen ekosistem. Penyebutan insan secara terpisah adalah untuk
menekankan arti sangat penting dari peran pelaku dalam suatu ekosistem.
Tujuh elemen ekosistem pendidikan tersebut adalah:
a. Sekolah yang kondusif
Suasana kondusif di sekolah sangat diperlukan dalam membuat
sekolah yang efektif. Sekolah adalah suatu tempat yang di dalamnya
terjadi hubungan saling ketergantungan antara manusia dengan
lingkungannya. Sekolah yang kondusif sebagai tempat yang
menyenangkan bagi manusia yang berinteraksi di dalamnya, baik siswa,
guru, tenaga pendidik, orang tua siswa dan pelaku lainnya.
Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai juga
menjadi faktor pendukung. Faktor pendukung lain yang penting adalah
Visi Kemendikbud 2019:
Kepala Sekolah yang memimpin para pelaku menghadapi dan
menyelesaikan masalah.
b. Guru sebagai penyemangat
Guru yang baik adalah guru yang mempunyai empat kompetensi yang
mumpuni yaitu kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan
berkepribadian. Selain itu seorang guru juga harus punya naluri yang
sensitif atau peka terhadap kemampuan dan perkembangan siswanya.
Sensitif terhadap kebutuhan siswa serta mampu memberikan semangat
kepada siswa untuk aktif, kreatif, inovatif, dan sportif dalam
mengikuti proses belajar mengajar.
c. Orangtua yang terlibat aktif
Orang tua berperan sejak awal sebagai pendidik bagi anak-anaknya
dan terus berlanjut meskipun mereka sudah masuk sekolah. Keluarga
sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi seperti:
membentuk kepribadian anak, melaksanakan pedidikan anak di rumah
dan mendukung pendidikan di sekolah. Pemerintah memang memiliki
tanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan secara baik bagi
seluruh anak Indonesia. Orang tua memiliki hak dan kewajiban dalam
memilih satuan pendidikan, memperoleh informasi tentang
perkembangan pendidikan anaknya, serta memberi masukan kepada
sekolah. Orang tua yang terlibat aktif dalam penyelanggaraan
pendidikan di sekolah akan menjadikan pendidikan menjadi lebih
efektif.
d. Masyarakat yang sangat peduli
Penyelenggaraan pendidikan membutuhkan partisipasi dan kepedulian
masyarakat. Salah satu alasannya adalah keterbatasan sumber daya
Pemerintah. Partisipasi dan kepedulian masyarakat itu dapat berupa
menyelenggaraan satuan pendidikan sendiri atau mendukung satuan
pendidikan milik Pemerintah. Masyarakat yang menyelenggarakan
satuan pendidikan sendiri harus berupaya sebaik-baiknya dan tetap
mematuhi semua pedoman, aturan dan kurikulum yang ditetapkan
Pemerintah. Sedangkan partisipasi masyarakat dalam satuan
pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah dapat berupa materi,
tenaga dan pikiran. Masyarakat kini bisa memiliki peran serta dalam
pembahasan masalah
pendidikan baik akademis maupun non akademis, dan dalam proses
pengambilan keputusan dalam Rencana Pengembangan Sekolah.
e. Industri yang berperan penting
Di negara-negara maju, peran industri ditunjukkan secara nyata
berupa kerjasama program, dukungan finansial untuk penelitian dan
beasiswa. Bahkan di beberapa negara peran industri menjadi
kewajiban sesuai undang-undang yang mengaturnya. Pengalaman
Negara-negara tersebut dapat menjadi pelajaran bagi penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia. Selain dukungan finansial, peran industri
yang penting adalah dalam memecahkan permasalahan peralihan dari
dunia pendidikan ke dunia kerja. Dunia industri bisa berfungsi sebagai
tempat praktik, magang kerja, belajar manajemen industri dan
wawasan dunia kerja bagi siswa. Kerjasama sekolah dan industri
harus dibangun berdasarkan kemauan dan saling membutuhkan. Pihak
dunia kerja dan industri seharusnya menyadari bahwa pihak industri
tidak akan mendapatkan tenaga kerja siap pakai yang mereka perlukan
sesuai kualifikasi yang diharapkan, tanpa membangun program
pendidikan bersama.
f. Organisasi profesi yang berkontribusi besar
Organisasi profesi diharapkan bisa meningkatkan peran dalam
penyelenggaraan pendidikan. Organisasi profesi dapat memberi
masukan bahkan menentukan arah kebijakan pendidikan. Pemerintah
sudah seharusnya bekerja sama lebih erat dengan organisasi profesi,
melalui berbagai jalur komunikasi dan aspirasi. Interaksi yang baik
akan menguntungkan kedua belah pihak, sekaligus mempercepat
kemajuan pembangunan di bidang pendidikan.
g. Pemerintah yang berperan optimal
Berdasarkan hasil amandemen UUD 1945 ke IV (empat) tahun 2002
yaitu tentang pendidikan maka bentuk dukungan pemerintah
diantaranya telah dituangkan dalam pasal 31 ayat 1, 2, 3, 4, 5. Khusus
untuk dukungan pendanaan secara eksplisit dituangkan pada pasal 31
ayat 4 yang berbunyi
―Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang kurangnya
20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan nasional‖.
Pemerintah memegang peranan penting dalam peningkatan akses,
kualitas, dan relevansi pendidikan serta daya saing anak-anak
Indonesia, terutama dalam penyediaan sarana dan prasarana sesuai
dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional
Pendidikan (SNP), pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
pada semua jenjang pendidikan serta pemberian beasiswa miskin
melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP) sehingga keterjangkauan dan
jaminan untuk memperoleh layanan pendidikan dasar dan menengah
dapat terpenuhi. Selain itu pemerintah juga harus menjamin
ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional di
seluruh jenjang pendidikan dan seluruh satuan pendidikan, serta
mengurangi kesenjangan akses dan kualitas antar propinsi, kabupaten
dan kota serta daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
Pemerintah daerah pun dituntut untuk berperan lebih daripada waktu
sebelumnya. Sebagian cukup besar penggunaan dana pendidikan dari
APBN berada dibawah kontrol Pemerintah Daerah. Pemanfaatan dana
pendidikan yang berasal dari APBN dan APBD dapat diupayakan
semakin terkoordinasi, antara lain dengan mengkaitkan alokasi dana
Pemerintah dihubungkan dengan seberapa besar alokasi APBD daerah
bersangkutan.
Terbentuknya insan serta ekosistem kebudayaan yang berkarakter
dapat dimaknai sebagai:
a. Terwujudnya pemahaman mengenai pluralitas sosial dan
keberagaman budaya dalam masyarakat, yang diindikasikan oleh
kesediaan untuk membangun harmoni sosial, menumbuhkan
sikap toleransi, dan menjaga kesatuan dalam keanekaragaman;
b. Terbentuknya wawasan kebangsaan di kalangan anak-anak usia
sekolah yang diindikasikan oleh menguatnya nilai-nilai
nasionalisme dan rasa cinta tanah air;
c. Terwujudnya budaya dan aktivitas riset, budaya inovasi, budaya
produksi serta pengembangan ilmu dasar dan ilmu terapan yang
sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri untuk
mendukung pusat-pusat pertumbuhan ekonomi;
d. Terwujudnya pelestarian warisan budaya baik bersifat benda
(tangible) maupun tak benda (intangible);
e. Terbentuknya karakter yang tangguh dengan melestarikan,
memperkukuh dan menerapkan nilai-nilai kebudayaan Indonesia;
f. Tingginya apresiasi terhadap keragaman seni dan kreativitas
karya budaya, yang mendorong lahirnya insan kebudayaan yang
profesional yang lebih banyak;
g. Berkembangnya promosi dan diplomasi budaya.
Berlandaskan gotong-royong dapat dimaknai sebagai berikut:
Gotong-royong merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia.
Gotong- royong diakui sebagai kepribadian dan budaya bangsa yang
telah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Gotong-royong
dalam pembangunan pendidikan dan kebudayaan berarti banyak hal
yang dilakukan secara bersama oleh banyak pihak secara sadar,
sukarela, dan keinginan saling tolong menolong. Berlandaskan
gotong-royong akan memposisikan pembangunan pendidikan dan
kebudayaan sebagai sebuah gerakan. Gerakan yang dicirikan antara
lain oleh keterlibatan aktif masyarakat dan kepercayaan yang tinggi
terhadap lingkungan lembaga satuan pendidikan seperti sekolah.
2. Misi Direktorat Pembinaan SMA
Mengacu pada visi Kemdikbud 2019, misi Kemdikbud yang diembankan
kepada Direktorat Pembinaan SMA tahun 2015-2019 adalah:
Tabel 2. 2 Misi Kemdikbud 2019
Kode Misi
M1 Mewujudkan Pelaku Pendidikan dan Kebudayaan yang Kuat
M2 Mewujudkan Akses yang Meluas dan Merata
M3 Mewujudkan Pembelajaran yang Bermutu
M4 Mewujudkan Penguatan Tata Kelola serta Peningkatan Efektivitas
Birokrasi dan Pelibatan Publik
Misi Renstra Kemendikbud 2015-2019 dapat dimaknai sebagai berikut:
a. Mewujudkan pelaku pendidikan dan kebudayaan yang kuat adalah
menguatkan siswa, guru, kepala sekolah, orangtua dan pemimpin
institusi pendidikan dalam ekosistem pendidikan; memberdayakan
pelaku budaya dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan; serta
fokus kebijakan diarahkan pada penguatan perilaku yang mandiri dan
berkepribadian;
b. Mewujudkan akses yang meluas dan merata adalah mengoptimalkan
capaian wajib belajar 12 tahun; meningkatkan ketersediaan serta
keterjangkauan layanan pendidikan, khususnya bagi masyarakat yang
terpinggirkan, serta bagi wilayahterdepan, terluar, dan tertinggal (3T);
c. Mewujudkan pembelajaran yang bermutu adalah meningkatkan mutu
pendidikan sesuai lingkup standar nasional pendidikan; serta fokus
kebijakan didasarkan pada percepatan peningkatan mutu untuk
menghadapi persaingan global dengan pemahaman akan
keberagaman, penguatan praktik baik dan inovasi;
d. Mewujudkan penguatan tata kelola serta peningkatan efektivitas
birokrasi dan pelibatan publik adalah dengan memaksimalkan
pelibatan publik dalam seluruh aspek pengelolaan kebijakan yang
berbasis data, riset dan bukti lapangan; membantu penguatan kapasitas
tata kelola pada pendidikan di daerah, mengembangkan koordinasi
dan kerjasama lintas sektor di tingkat nasional serta mewujudkan
birokrasi Kemdikbud yang menjadi teladan dalam tata kelola yang
bersih, efektif dan efisien.
Misi Renstra dapat pula dijelaskan sebagai bagian dari revolusi mental.
Penerapannya terintegrasi pada pengelolaan pendidikan yang mencakup
tujuh jalan revolusi mental, yaitu:
a. Menerapkan paradigma pendidikan untuk membentuk manusia mandiri
dan berkepribadian;
b. Mengembangkan kurikulum berbasis karakter dengan mengadopsi
kearifan lokal serta vokasi yang beragam berdasarkan kebutuhan
geografis daerah serta bakat dan potensi anak;
c. Menciptakan proses belajar yang nyaman dan menyenangkan untuk
menumbuhkan kemauan belajar dari dalam diri anak;
d. Memberi kepercayaan kepala sekolah dan guru untuk mengelola
suasana dan proses belajar yang kondusif agar anak nyaman belajar;
e. Memberdayakan orangtua untuk terlibat lebih aktif pada proses
pembelajaran dan tumbuh kembang anak;
f. Membantu kepala sekolah untuk menjadi pemimpin yang melayani
warga sekolah;
g. Menyederhanakan birokrasi dan regulasi pendidikan diimbangi
pendampingan dan pengawasan yang efektif.
3. Tujuan Strategis Direktorat Pembinaan SMA
Rumusan tentang tujuan dan sasaran strategis
adalahbuntukbmenggambarkan ukuran-ukuran terlaksananya misi dan
tercapainya visi. Tujuan strategis Kemendikbud tahun 2015-2019 yang
diembankan kepada Direktorat Pembinaan SMA adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 3 Tujuan Strategis
Kode Tujuan Strategis
T1 Peningkatan Kepastian Akses Pendidikan Menengah yang
Bermutu dan Relevan dengan Kebutuhan Masyarakat
T2 Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Dasar dan
Menengah yang Berorientasi pada Pembentukan Karakter
T3 Peningkatan Sistem Tata Kelola yang Transparan dan Akuntabel
dengan Melibatkan Publik
Tujuan strategis ini untuk memenuhi hak dasar masyarakat/WNI, tanpa
memandang status sosial ekonomi dan budaya, ras, etnik, agama, gender,
ataupun faktor geografis, serta mendapatkan pendidikan yang berkualitas
agar tercapai kesejahteraan yang adil dan merata. Penjabaran tujuan
tersebut secara rinci sebagai berikut:
a. Peningkatan Kepastian Akses Pendidikan Menengah yang Bermutu dan
Relevan dengan Kebutuhan Masyarakat
Peningkatan akses di semua jenjang pendidikan telah dilaksanakan
selama ini diseluruh wilayah Indonesia. Upaya peningkatan lebih lanjut
akan dilakukan, mengingat masih ada ketidakmerataan tingkat akses
pendidikan antar provinsi, kabupaten dan kota. Perhatian lebih besar
dibanding era sebelumnya akan diberikan pula pada peningkatan akses
pendidikan anak berkebutuhan khusus. Meskipun upaya penuntasan
wajib belajar sembilan tahun telah dilaksanakan dan tuntas bagi 66,15%
dari keseluruhan kabupaten dan kota (340 dari 514 kabupaten dan kota),
peningkatan akses pendidikan dasar dan menengah untuk memenuhi
program wajib belajar dua belas tahun merupakan agenda yang harus
dipenuhi dalam lima tahun ke depan sebagaimana diamanatkan dalam
RPJMN 2015—2019. Seiring dengan hal ini, fokus peningkatan akses
untuk jenjang pendidikan menengah adalah peningkatan jaminan bagi
lulusan SMP/MTs untuk dapat melanjutkan ke pendidikan menengah.
Solusi atas kendala biaya dan jarak atau keterjangkauan antara lain
melalui pendirian sekolah menengah baru di setiap kecamatan yang
dikombinasikan dengan penyediaan biaya operasional pendidikan serta
bantuan khusus bagi siswa miskin dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP).
Inovasi dalam penerapan sistem pembelajaran berbasis teknologi
informasi diperhatikan untuk mengakselerasi peningkatan akses
pendidikan menengah. Fokus peningkatan akses menengah dalam lima
tahun kedepan juga menitikberatkan pada peningkatan akses bagi anak
berkebutuhan kusus, pengembangan daerah 3T, dan memperhatikan
aspek gender.
b. Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah yang
Berorientasi pada Pembentukan Karakter
Peningkatan mutu dan relevansi pembelajaran pada semua jenjang
pendidikan dalam lima tahun ke depan difokuskan pada pembentukan
karakter siswa. Peningkatan mutu pembelajaran pendidikan dasar dan
menengah didukung oleh semakin banyak pelibatan siswa di kelas
secara interaktif, sehingga mendorong kreativitas siswa, daya kritis
dalam berpikir dan kemampuan analisis. Ditargetkan adanya
peningkatan hasil yang signifikan dalam hasil tes nasional dan hasil tes
internasional. Sebagai contoh, hasil tes PISA siswa Indonesia
meningkat dalam periode lima tahun ke depan. Di samping tes yang
demikian itu, mengingat Indonesia sebagai negara maritim dan
kepulauan, pembentukan karakter bagi siswa menjadi hal yang utama
dalam rangka mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peningkatan mutu pada pendidikan dasar dan menengah berkaitan erat
dengan pengembangan dan penerapan kurikulum secara baik. Evaluasi
yang terus-menerus atas pelaksanaan Kurikulum 2006 dan Kurikulum
2013 diharapkan menghasilkan kurikulum yang lebih baik dan
diterapkan secara baik. Contoh aspek yang mutlak diperhatikan dalam
konteks ini adalah pendidikan karakter dan pendidikan kewargaan.
Pendidikan karakter dimaksudkan untuk membina budi pekerti,
membangun watak, dan mengembangkan kepribadian peserta didik.
Sementara itu, pendidikan kewargaan dimaksudkan untuk
meningkatkan wawasan kebangsaan di kalangan anak usia sekolah,
sehingga terbentuk pemahaman mengenai pluralitas sosial dan
keberagaman budaya dalam masyarakat, yang berdampak pada
kesediaan untuk membangun harmoni sosial, menumbuhkan sikap
toleransi, dan menjaga kesatuan dalam keanekaragaman.
c. Peningkatan Sistem Tata Kelola yang Transparan dan Akuntabel
Peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan kinerja bertujuan
untuk menjaga agar, (a) mutu laporan keuangan tetap memperoleh opini
hasil audit Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK, dan (b) tingkat
pencapaian akuntabilitas pengelolaan kinerja dalam kategori B (baik),
yaitu dengan cara peningkatan efisiensi dan efektivitas perencanaan
dan pelaksanaan program kerja dan anggaran serta pengembangan
koordinasi dan kerjasama lintas sektor di tingkat nasional.
Selain itu konsistensi dalam pelaksanaan reformasi birokrasi akan terus
dilakukan dan difokuskan pada kebijakan untuk mewujudkan birokrasi
Kemendikbud yang menjadi teladan dalam memberikan layanan prima,
mewujudkan tata kelola yang bersih, efektif dan efisien, Wilayah Bebas
Korupsi (WBK) dan transparansi dengan melibatkan publik dalam
seluruh aspek pengelolaan kebijakan berbasis data, riset, dan bukti
lapangan. Partisipasi pemerintah daerah dalam pendidikan akan dicapai
melalui penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM). SPM ditujukan
agar penyediaan sumber daya oleh pendidikan menjadi lebih fokus dan
bermutu. Diharapkan semakin banyak daerah yang telah memenuhi
SPM pendidikan sehingga penyediaan sumber daya oleh daerah
semakin berorientasi pada mutu layanan pendidikan.
Oleh karena itu perlu penguatan kapasitas tata kelola pada birokrasi
pendidikan di daerah. Penerapan penyediaan anggaran pendidikan
melalui APBN yang setiap tahunnya semakin meningkat melalui
mekanisme BOS, Program Indonesia Pintar (PIP), anggaran
pengembangan sarana prasarana melalui DAK akan diarahkan pada
ketersediaan sarana prasarana yang lengkap, baik dan mutu pendidikan
dalam rangka pemenuhan SPM pendidikan.
4. Indikator Kinerja Kunci Direktorat Pembinaan SMA
Untuk mengetahui ketercapaian masing-masing tujuan strategis yang telah
ditetapkan maka diperlukan sasaran strategis program yang harus dicapai
sampai tahun 2019 dari setiap tujuan strategis tersebut, sehingga menjadi
target yang harus dicapai dalam pembangunan pendidikan dasar dan
menengah selama 5 tahun kedepan. Pada setiap sasaran strategis
ditetapkan indikator kinerja program (IKP). Untuk mendukung IKP
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2015-2019
maka Direktorat Pembinaan SMA menetapkan Indikator Kinerja Kunci
(IKK) sebagai berikut:
a. Tujuan Strategis Peningkatan Kepastian Akses Pendidikan
Menengah yang Bermutu dan Relevan dengan Kebutuhan
Masyarakat.
Melalui tujuan strategis ini diharapkan dapat meningkatkan akses yang
meluas, merata, dan berkeadilan. Untuk mencapai tujuan ini dilakukan
upaya dengan mengoptimalkan program wajib belajar 12 tahun;
meningkatkan ketersediaan serta keterjangkauan layanan pendidikan,
khususnya bagi masyarakat yang berkebutuhan khusus dan masyarakat di
wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Beberapa sasaran
Indikator Kinerja Kunci untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Jumlah siswa SMA penerima BOS SM;
2) Jumlah RKB SMA yang dibangun;
3) Jumlah unit SMA baru yang dibangun;
4) Jumlah siswa SMA penerima bantuan melalui KIP;
5) Jumlah siswa SMA yang memperoleh beasiswa.
b. Tujuan Strategis Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan
Dasar dan Menengah yang Berorientasi pada Pembentukan
Karakter
Mewujudkan pembelajaran yang bermutu adalah meningkatkan mutu
pendidikan sesuai lingkup standar nasional pendidikan; serta
memfokuskan kebijakan berdasarkan percepatan peningkatan mutu
untuk menghadapi persaingan global dengan pemahaman akan
keberagaman, dan penguatan praktik baik dan inovatif. Untuk
melaksanakan tujuan strategis ini diperlukan beberapa sasaran program
sasaran Indikator Kinerja Kunci antara lain:
1) Pembangunan Prasarana Pembelajaran SMA;
2) Rehabilitasi Ruang Pembelajaran SMA;
3) Pengadaan Sarana Pembelajaran SMA;
4) Jumlah SMA yang menerapkan kurikulum yang ditetapkan oleh
pemerintah;
5) Jumlah bahan ajar SMA yang disusun;
6) Jumlah SMA yang menerapkan standar penilaian pendidikan;
7) Jumlah SMA Rujukan;
8) Jumlah siswa SMA yang mengikuti lomba/olimpiade, festival,
debat, dan unjuk prestasi tingkat nasional dan Internasional;
9) Jumlah Siswa SMA yang menerapkan pendidikan karakter.
c. Tujuan Strategis Peningkatan Sistem Tata Kelola yang Transparan
dan Akuntabel
Mewujudkan penguatan tata kelola serta peningkatan efektivitas
birokrasi dan pelibatan publik adalah dengan memaksimalkan
pelibatanpublik dalam seluruh aspek pengelolaan kebijakan yang
berbasis data, riset, dan bukti lapangan; membantu penguatan
kapasitas tata kelola pada pendidikan di daerah, mengembangkan
koordinasi dan kerjasama lintas sektor di tingkat nasional;
mewujudkan birokrasi Kemendikbud yang menjadi teladan dalam tata
kelola yang bersih, efektif, dan efisien. Performace atau kinerja
pengelola kegiatan menjadi sangat penting bagi terciptanya tata kelola
yang diinginkan tersebut. Selain perlunya kinerja yang baik, maka
ketercapaian tujuan strategis ini harus didukung oleh:
1) Jumlah layanan Sistem Pendataan dan Informasi Pendidikan SMA;
2) Jumlah dokumen rumusan kebijakan, perencanaan, penganggaran
dan pengendalian kegiatan bidang Pendidikan SMA serta koordinasi
lintas sektoral bidang Pendidikan SMA;
3) Jumlah kerja sama dan kemitraan institusi/instansi dalam dan luar
negeri.
5. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Direktorat Pembinaan
SMA
Berikut dijabarkan arah kebijakan dan strategi pencapaian sasaran strategis
Direktorat Pembinaan SMA tahun 2015-2019.
a. Meningkatnya ketersediaan layanan pendidikan SMA dicirikan dengan:
Melaksanakan Wajib Belajar 12 Tahun dengan memperluas dan
meningkatkan akses pendidikan menengah yang berkualitas untuk
mempercepat ketersediaan SDM terdidik untuk memenuhi kebutuhan
pasar kerja (Nawacita. 5): Peningkatan ketersediaan SMA di
kecamatan- kecamatan yang belum memiliki satuan pendidikan
menengah, melalui pembangunan USB, dan terutama penambahan
RKB, dan pembangunan SMP/MTs-SMA/MA satu atap.
b. Meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan SMA dicirikan
dengan:
Melaksanakan Wajib Belajar 12 Tahun dengan memperluas dan
meningkatkan akses pendidikan SMA yang berkualitas untuk
mempercepat ketersediaan SDM terdidik untuk memenuhi kebutuhan
pasar kerja (Nawacita. 5):
1) Pemberian dukungan bagi anak dari keluarga kurang mampu untuk
dapat mengikuti Program Indonesia Pintar pada pendidikan
menengah melalui Kartu Indonesia Pintar;
2) Penyediaan bantuan operasional sekolah untuk menjamin
kemampuan sekolah dalam menyelenggarakan layanan pendidikan
yang berkualitas;
c. Meningkatkan kualitas/mutu dan relevansi layanan pendidikan SMA
dicirikan dengan:
1) Melaksanakan Wajib Belajar 12 Tahun dengan memperluas dan
meningkatkan akses pendidikan SMA yang berkualitas untuk
mempercepat ketersediaan SDM terdidik untuk memenuhi kebutuhan
pasar kerja (Nawacita. 5), melalui:
a) Penguatan peran swasta dalam menyediakan layanan pendidikan
SMA yang berkualitas ;
b) Penilaian terhadap sekolah/madrasah swasta secara komprehensif
yang diikuti dengan intervensi untuk pengembangannya;
c) Penguatan kompetensi keahlian di SMA untuk bidangbidang
aplikatif seperti ekonomi, bisnis, komunikasi, dan bahasa, baik
bahasa Indonesia dan bahasa asing.
2) Memperkuat jaminan kualitas (quality assurance) pelayanan pendidikan
(Nawacita. 5) melalui:
a) Penerapan SPM jenjang pendidikan menengah sebagai upaya
untuk mempersempit kesenjangan kualitas pelayanan pendidikan
antar satuan pendidikan dan antardaerah;
b) Penguatan proses akreditasi untuk satuan pendidikan negeri dan
swasta;
3) Memperkuat kurikulum dan pelaksanaannya (Nawacita. 5) melalui:
a) Penguatan kurikulum yang memberikan keterampilan abad ke 21;
b) Diversifikasi kurikulum agar siswa dapat berkembang secara
maksimal sesuai dengan potensi, minat, dan kecerdasan individu;
c) Penyiapan guru untuk mampu melaksanakan kurikulum secara baik;
d) Evaluasi pelaksanaan kurikulum secara ketat, komprehensif, dan
berkelanjutan;
e) Peningkatan peran serta guru untuk berpartisipasi aktif dalam
memberikan umpan balik pelaksanaan kurikulum di tingkat kelas;
f) Penguatan kerjasama antara guru, kepala sekolah, dan pengawas
sekolah untuk mendukung efektivitas pembelajaran;
g) Pengembangan profesi berkelanjutan tentang praktek pembelajaran
di kelas untuk guru dan kepala sekolah;
h) Penyediaan dukungan materi pelatihan secara online untuk
membangun jaringan pertukaran materi pembelajaran dan penilaian
antar guru;
i) Peningkatan kualitas pembelajaran literasi, matematika, dan sains
sebagai kemampuan dasar yang dibutuhkan dalam kehidupan
keseharian dan dalam bermasyarakat, yang dilakukan secara
responsif gender; dan
j) Penguatan kurikulum tentang ketahanan diri seperti perilaku hidup
bersih dan sehat, kepedulian terhadap lingkungan, kesehatan
reproduksi, pengetahuan gizi seimbang, dan pendidikan jasmani
dengan tetap mengedepankan norma-norma yang dianut
masyarakat Indonesia, serta penguatan kurikulum tentang
kewirausahaan.
4) Memperkuat sistem penilaian pendidikan yang komprehensif dan
kredibel (Nawacita. 5) melalui:
a) Peningkatan sistem penilaian pendidikan yang komprehensif;
b) Peningkatan mutu, validitas, dan kredibilitas penilaian hasil belajar
siswa;
c) Penguatan mutu penilaian diagnostik dan peningkatan kompetensi
guru dalam bidang penilaian di tingkat kelas;
d) Pemanfaatan hasil penilaian siswa untuk peningkatan kualitas
pembelajaran secara berkesinambungan;
e) Pemanfaatan hasil ujian untuk pemantauan dan peningkatan mutu
pendidikan berkelanjutan;
f) Penguatan lembaga penilaian pendidikan yang independen dan
kredibel; serta Pengembangan sumberdaya lembaga penilaian
pendidikan di pusat dan daerah.
5) Mengembangkan pendidikan kewargaan di sekolah (Nawacita. 8) untuk
menumbuhkan jiwa kebangsaan, memperkuat nilai-nilai toleransi,
menumbuhkan penghargaan pada keragaman sosial budaya, memperkuat
pemahaman mengenai hak-hak sipil dan kewargaan, serta tanggung jawab
sebagai warga negara yang baik (good citizen), melalui:
a) Penguatan pendidikan kewargaan yang terintegrasi ke dalam mata
pelajaran yang relevan yaitu: PKN, IPS (sejarah, geografi,
sosiologi/antropologi), bahasa Indonesia;
b) Penguatan pendidikan karakter pada anak-anak usia sekolah pada
semua jenjang pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai moral, akhlak,
dan kepribadian peserta didik dengan memperkuat pendidikan
karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran;
c) peningkatan kualitas proses pembelajaran dalam pendidikan agama
untuk memantapkan pemahaman ajaran agama, menguatkan
internalisasi nilai-nilai agama, menumbuhkan pribadi yang berakhlak
mulia, serta menumbuhkan sikap dan perilaku beragama yang toleran
dan saling menghormati di antara pemeluk agama yang berbeda;
d) pembinaan siswa melalui kegiatan kerokhanian dalam rangka
pendalaman dan pengamalan ajaran agama di sekolah;
e) penyediaan media pembelajaran, termasuk untuk anak-anak
berkebutuhan khusus.
6) Meningkatkan pemasyarakatan budaya produksi (Nawacita. 8), melalui:
a) Peningkatan pemahaman bahwa konsumsi yang berlebihan
(excessive consumption) tidak baik;
b) Penyebaran pengetahuan teknik-teknik pembuatan barang dan jasa
yang dapat dilakukan sendiri baik melalui jalur pendidikan maupun
melalui pemasyarakatan sehingga terbangun budaya swadesi
dengan sebutan populer Do It Yourself (DIY).
7) Meningkatkan iklim yang kondusif bagi inovasi (Nawacita. 8) melalui:
a) Pemberian penghargaan bagi temuan-temuan baru antara lain
dengan penegakan hak kekayaan intelektual dan berbagai
penghargaan sosial lainnya;
b) Peningkatan pemahaman masyarakat atas sifat acak dari setiap
kejadian (randomness nature of event) agar terbangun kemampuan
mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak terduga termasuk
efek negatifnya (calculated risk) yang pada akhirnya meningkatkan
daya kreasi.
c) Penyediaan ruang publik yang mendorong kreatifitas dan yang
memfasilitasi perwujudan ide kreatif antara lain ke dalam bentuk
barang, audio, visual, grafis, dan koreografi.
d. Meningkatkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan SMA
dicirikan dengan:
Melaksanakan Wajib Belajar 12 Tahun dengan memperluas dan
meningkatkan akses pendidikan SMA yang berkualitas untuk
mempercepat ketersediaan SDM terdidik untuk memenuhi kebutuhan
pasar kerja (Nawacita. 5), melalui: Penyediaan layanan khusus
pendidikan menengah terutama untuk memberi akses bagi anak yang
tidak bisa mengikuti pendidikan reguler.
e. Meningkatkan kepastian/keterjaminan memperoleh layanan pendidikan
SMA dicirikan dengan:
Melaksanakan Wajib Belajar 12 Tahun dengan memperluas dan
meningkatkan akses pendidikan SMA yang berkualitas untuk
mempercepat ketersediaan SDM terdidik untuk memenuhi kebutuhan
pasar kerja (Nawacita. 5), melalui:
1) Peningkatan pemahaman masyarakat tentang pentingnya
pendidikan menengah untuk mendorong kemauan orangtua
menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi.
2) Pemberian insentif baik finansial maupun non-finansial untuk
mendorong industri dalam penyediaan fasilitas magang.
f. Meningkatkan Keakuratan layanan pendataan dan akuntabiltas tata
kelola pendidikan SMA dicirikan dengan:
Melaksanakan Wajib Belajar 12 Tahun dengan memperluas dan
meningkatkan akses pendidikan SMA yang berkualitas untuk
mempercepat ketersediaan SDM terdidik untuk memenuhi kebutuhan
pasar kerja (Nawacita. 5), melalui:
1) Penegakan aturan dalam pemberian izin pembukaan
sekolah/madrasah baru.
2) Penguatan kerjasama pemerintah dan swasta dengan mengatur
secara jelas kontribusi pemerintah dalam membantu
sekolah/madrasah swasta dan akuntabilitas sekolah/madrasah
swasta dalam penggunaan bantuan pemerintah;
3) Memperkuat jaminan kualitas (quality assurance) pelayanan
pendidikan (Nawacita. 5), melalui: Peningkatan kapasitas
pemerintah kabupaten/kota dan satuan pendidikan untuk
mempercepat pemenuhan SPM.
Meningkatkan pengelolaan dan penempatan guru, (Nawacita. 5),
melalui:
1) Penegakan aturan dalam pengangkatan guru oleh pemerintah
kabupaten/kota maupun oleh sekolah/madrasah berdasarkan kriteria
mutu yang ketat dan kebutuhan aktual di kabupaten/kota;
2) Peningkatan efisiensi pemanfaatan guru dengan memperbaiki rasio
guru-murid dan memaksimalkan beban mengajar termasuk melalui
multigrade dan/atau multisubject teaching;
Membangun Transparansi dan Akuntabiltas Kinerja Pemerintahan
(Nawacita. 2), melalui Penerapan e-government untuk mendukung
bisnis proses pemerintahan dan pembangunan yang sederhana, efisien
dan transparan, dan terintegrasi.
B. Rencana Kinerja Tahunan
Mengacu pada Renstra Direktorat Pembinaan SMA tahun 2015-2019, Direktorat
Pembinaan SMA tahun 2015-2019 berusaha untuk mencapai tujuan strategis dan
sasaran kegiatan yang telah ditetapkan melalui pelaksanaan program, kegiatan, dan
Output pada setiap tahun. Adapun sasaran kegiatan Direktorat Pembinaan SMA
tahun 2015-2019, terdapat 3 sasaran kegiatan yang didukung oleh 17 IKK. Rencana
kinerja tahunan Pembinaan SMA tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 2. 4.
Tabel 2. 4 Rencana Kinerja Tahunan
Sasaran
Kegiata
n
Indikator Kinerja
Target 2018
Target Kinerja Anggaran (dalam
rupiah)
SK
3.1
Tercapainya Perluasan dan
Pemerataan Akses Pendidikan SMA
Bermutu, Berkesetaraan Jender, dan
Relevan dengan Kebutuhan
Masyarakat, di Semua Kabupaten
dan Kota
1,864,085,752,000
IKK
3.2
Jumlah RKB SMA yang
dibangun 1,624 Ruang 409,395,890,000
IKK
3.3
Jumlah unit SMA baru yang
dibangun 18 Unit 61,815,116,000
IKK
3.4
Pembangunan Prasarana
Pembelajaran SMA 1,627 Ruang 404,238,739,000
IKK
3.5
Rehabilitasi Ruang
Pembelajaran SMA 2,600 Paket 179,568,835,000
IKK
3.6
Pengadaan Sarana
Pembelajaran SMA 2,152 Paket 494,877,877,000
IKK
3.7
Jumlah SMA yang
menerapkan kurikulum yang
ditetapkan oleh pemerintah
8,012 Sekolah 16,358,035,000
Sasaran
Kegiata
n
Indikator Kinerja
Target 2018
Target Kinerja Anggaran (dalam
rupiah)
IKK
3.8
Jumlah bahan ajar SMA
yang disusun 19 Modul 2,878,210,000
IKK
3.9
Jumlah SMA yang
menerapkan Manajemen
Berbasis Sekolah
(MBS)
3,137 Sekolah 25,989,424,000
IKK
3.10 Jumlah SMA Rujukan 650 Sekolah 106,348,105,000
IKK
3.11
Jumlah SMA yang
melakukan pembelajaran
kewirausahaan
204 Sekolah 22,278,500,000
IKK
3.12
Jumlah siswa SMA yang
mengikuti lomba/olimpiade,
festival, debat, dan unjuk
prestasi tingkat nasional dan
Internasional
3,346 Siswa 85,424,578,000
IKK
3.13
Jumlah siswa SMA yang
memperoleh beasiswa 2,895 Siswa 10,577,040,000
IKK
3.14
Jumlah Siswa SMA yang
menerapkan pendidikan
karakter
5,000 Siswa 44,335,403,000
SK
3.2
Tersedianya bantuan pendidikan
bagi siswa SMA dari keluarga miskin
1,196,188,175,000
IKK
3.15
Jumlah siswa SMA
penerima bantuan melalui
KIP
1,367,559 Siswa 1,196,188,175,000
SK
3.3
Menguatnya tata kelola dan sistem
pengendalian manajemen di
Direktorat SMA
164,362,306,000
IKK
3.16
Jumlah Satker yang
Mendapat Dukungan
Manajemen dan
Layanan Teknis SMA
35 Satker 72,300,141,000
Dekonsentrasi 92,062,165,000
Jumlah 3,224,636,233,000
C. Penetapan Kinerja
Direktorat Pembinaan Sekolah Menegah Atas telah merumuskan Penetapan Kinerja
yang ditandatangani oleh Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas dengan
Direktur Jenderal Pendidikan Menengah pada Bulan Januari 2018. Penetapan kinerja
dilakukan sebagai bentuk perjanjian kerja dalam rangka upaya untuk memfokuskan
pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
agar dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.
Pelaksanaan program dan kegiatan tersebut, selain akan berorientasi kepada hasil,
juga senantiasa memperhatikan proses pelaksanaannya.
Penetapan kinerja juga dimaknai sebagai kesiapan dan kesanggupan pelaksana
program dan kegiatan kepada instansi atasan yang melakukan supervisi dan evaluasi
terhadap kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan tersebut
yang akan dicapai dalam kurun waktu satu tahun sesuai dengan rencana strategis.
Rencana Kerja Dan Anggaran Direktorat Pembinaan SMA Tahun 2018.
Untuk mencapai target IKK tahun 2018 yang telah ditetapkan, maka Direktorat
Pembinaan SMA telah menyusun program-program pembangunan pendidikan SMA.
Program tersebut kemudian dilaksanakan oleh setiap Sub Direktorat sesuai dengan
Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi).
Berikut ini adalah program-program Direktorat Pembinaan SMA per Sub
Direktorat.
1. Sub Direktorat Program Dan Evaluasi
a. Layanan Manajemen Program
Output ini bertujuan untuk menyusun dokumen perencanaan dan
penganggaran program Direktorat Pembinaan SMA. Proses penyusunan
perencanaan program pembangunan pendidikan SMA dilaksanakan lintas
sektoral. Dalam penyusunan perencanaan dan pengganggaran tersebut,
Direktorat Pembinaan SMA melakukan beberapa proses tahapan yang harus
berkoordinasi dengan unit kerja lain di lingkungan Kemdikbud maupun
dengan Instansi/Kementerian lainnya, diantaranya: Bappenas, Kementerian
Dalam Negeri, dan Kementerian Keuangan.
Penyusunan perencanaan program tersebut juga dilaksanakan secara
berkesinambungan. Pada tahun 2018 ini, Subdirektorat Program dan
Evaluasi harus menyusun rencana pelaksanaan anggaran di tahun berjalan dan
menyusun perencanaan program di tahun mendatang. Untuk mendukung hal
tersebut, maka diperlukan data dan informasi yang tepat dan akurat agar
program yang disusun dapat terlaksana dengan efektif, efisien, dan tepat
sasaran. Untuk itu, maka dalam output layanan manajemen program ini juga
ditunjang oleh kegiatan pengelolaan data dan informasi yang ditujukan untuk
mendukung proses penyusunan program. Berdasarkan hal tersebut maka
dibutuhkan beberapa kegiatan untuk mendukung hal tersebut. Berikut ini
adalah kegiatan yang dipersiapkan untuk mendukung output Layanan
Manajemen Program.
1) Penyusunan Program dan Anggaran
Dalam penyusunan dokumen perencanaan dan anggaran diperlukan beberapa
tahapan. Dokumen perencanaan yang harus dipersiapkan meliputi dokumen
perencanaan di tahun 2018 dan di tahun 2019, baik pusat maupun deerah
(dekonsentrasi). Untuk mendukung setiap tahapan dalam proses penyusunan
perencanaan, maka dipersiapkan beberapa kegiatan untuk mendukung hal
tersebut. Adapun kegiatan dalam penyusunan program dan anggaran adalah:
a) Penajaman Rencana Strategis Direktorat SMA 2015 - 2019;
b) Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) Tahun 2018 (pusat);
c) Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) Program SMA tingkat
Provinsi Tahun 2018
d) Penyusunan Program Kerja Direktorat Pembinaan SMA Tahun 2018;
e) Koordinasi Pelaksanaan Program Direktorat Pembinaan SMA;
f) Penyusunan Program dan Anggaran Tahun 2019 ;
g) Desiminasi Program SMA Tahun 2018;
h) Review Juknis Bantuan Direktorat Pembinaan SMA 2018.
2) Pengelolaan Data dan Informasi
Dalam penyusunan program tentunya harus didukung oleh data dan
informasi yang valid dan akurat. Dengan data dan informasi yang baik,
diharapkan dapat dihasilkan program yang efektif, efisien, dan tepat
sasaran. Berdasarkan hal tersebut, maka data dan informasi merupakan
sesuatu yang cukup penting dalam proses penyusunan perencanaan program
maupun anggaran.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat tersusun data dan informasi
individual persekolahan SMA di seluruh Indonesia. Data dan informasi ini
juga dibutuhkan untuk pemetaan kondisi pendidikan SMA di seluruh
Indonesia. Berdsarkan hal tersebut, maka data dan informasi tersebut sangat
dibutuhkan sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan, program, dan
anggaran Direktorat Pembinaan SMA. Selain itu, kegiatan ini juga
ditujukan untuk memberikan layanan informasi pendidikan SMA kepada
masyarakat maupun instansi lain yang membutuhkan data dan informasi
persekolahan SMA.
Untuk mendapatkan data dan informasi yang valid dan akurat, maka
dibutuhkan suatu pengelolaan terhadap data dan informasi
persekolahan SMA. Dalam pelaksanaan pengelolaan data dan informasi
tersebut, maka Direktorat Pembinaan SMA mempersiapkan beberapa
rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mendukung terwuudnya hal
tersebut, yakni:
a) Workshop Peningkatan Kualitas Data SMA 2018;
b) Pengolahan dan pemutakhiran data pokok SMA;
c) Pengelolaan portal dan database SMA;
d) Penyajian data pokok SMA 2018;
e) Penyusunan lokus bantuan Direktorat Pembinaan SMA 2018 dan 2019;
f) Penyusunan Buku Statistik dan Bantuan Pemerintah SMA 2019;
b. Layanan Manajemen Evaluasi
Keberhasilan suatu program akan sangat bergantung dari kualitas
perencanaan dan pengawasan. Oleh sebab itu untuk memenuhi target tata
kelola, akuntabilitas dan citra publik pengelolaan pendidikan, kegiatan
monitoring dan evaluasi program perlu dilaksanakan. Terkait dengan
pelaksanaan evaluasi, maka Subdirektorat Program dan Evaluasi
memprsiapkan 3 kegiatan utama untuk menunjang proses tersebut. Berikut ini
adalah kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk mendukung terwujudnya
manajemen evaluasi program.
1) Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi
Ruang lingkup pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini meliputi program-
program yang dilakukan di tingkat pusat (direktorat Pembinaan SMA); di
tingkat provinsi (dinas pendidikan) sebagai pelaksana teknis dana
dekonsentrasi, dan sekolah. Proses monitoring dan evaluasi dilaksanakan
terhadap pelaksanaan anggaran maupun program yang terkait dengan
Direktorat Pembinaan SMA.
Monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan anggaran ditujukan untuk
mewujudkan akuntabilitas dan tata kelola yang efektif serta efisien. Kegiatan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran dilaksanakan
setiap bulan. Monitoring dan evaluasi tersebut dilaksanakan untuk melihat
perkembangan pelaksanaan anggaran setiap subdirektorat di lingkungan
Direktorat Pembinaan SMA maupun pengelola dana dekonsentrasi di 34
provinsi. Selain itu, melalui proses monitoring diharapkan seluruh kendala
maupun hambatan dalam proses pelaksanaan anggaran dapat diselesaikan
sehingga setiap program dapat terlaksana dengan baik. Sedangkan evaluasi
program, dilaksanakan untuk melihat hasil yang dicapai oleh setiap program.
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program difokuskan pada program-
program prioritas pembangunan SMA, seperti: BOS, PIP, Pembangunan
Sarana dan Prasarana, dan implementasi pembelajaran. Melalui proses
tersebut, diharapkan dapat teridentifikasi capaian program-program tersebut.
Melalui monitoring dan evaluasi tersebut diharapkan dapat terangkum
seluruh proses pelaksanaan program dan anggaran. Selain itu, seluruh kendala
ataupun hambatan yang diperoleh dalam proses monitoring dan ketercapaian
program yang diperoleh dari hasil evaluasi, diharapkan dapat terjaring
berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan
kebijakan dan program kedepan.
Untuk mendukung hal tersebut, maka Subdirektorat Program dan Evaluasi
mempersiapkan beberapa kegiatan pendukung dalam pelaksanaan output
pemantauan dan evaluasi, sebagai berikut:
a) Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi (laporan daya serap bulanan);
b) Pemantauan Dana Dekonsentrasi Tahun 2018;
c) Pemantauan Dana Bantuan Pemerintah Dit. Psma Th 2017 dan 2018;
d) Pelaksanaan Evaluasi Pencapaian Hasil Program SMA Tingkat Provinsi
e) Sosialisasi aplikasi emonev;
f) Penyusunan Lakip;
g) Tindak lanjut pemeriksaan;
h) Koordinasi Program Direkorat Pembinaan SMA;
i) Koordinasi pelaksanaan bantuan Direktorat Pembinaan SMA;
2) Pelayanan Kerjasama antar Lembaga
Tertuang dalam visi Kemdikbud yaitu terbentuknya insan serta ekosistem
pendidikan yang berkarakter yang berlandaskan gotong royong. Gotong
royong merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia. Gotong royong
diakui sebagai kepribadian dan budaya bangsa yang telah berakar kuat dalam
kehidupan masyarakat. Gotong royong dalam pembangunan pendidikan dan
kebudayaan berarti banyak hal yang dilakukan secara bersama oleh banyak
pihak secara sadar, sukarela, dan keinginan saling tolong menolong.
Semangat gotong royong akan memposisikan pembangunan pendidikan dan
kebudayaan sebagai sebuah gerakan. Gerakan yang dicirikan antara lain oleh
keterlibatan aktif masyarakat dan kepercayaan yang tinggi terhadap
lingkungan lembaga satuan pendidikan seperti sekolah.
Terdapat tujuh elemen ekosistem pendidikan yang menjadi target renstra
Kemdikbud dimana menitikberatkan kepada pentingnya kerjasama dalam
membangun pendidikan baik antar pelaku ekosistem di internal pemerintahan
maupun dengan pelaku ekosistem lain. Oleh karena itu Direktorat
Pembinaan SMA sebagai bagian dari subsitem Kemdikbud yang khusus
membina pendidikan SMA perlu melihat pentingnya kerja sama dengan
elemen lain. Maka dalam implementasinya, Direktorat PSMA telah
menyusun program dan anggaran untuk Program Kerjasama dan Sinergi
Antar Lembaga untuk pengembangan dan pembinaan SMA yang lingkupnya
dalam dan luar negeri. Kegiatan Kerjasama dan sinergi antar lembaga
bertujuan sebagai berikut: (1) Mengindentifikasi bentuk kerjasama dan
sinergi antar lembaga dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMA; (2)
Bentuk kerjasama yang sudah dilakukan dan akan dilakukan oleh Direktorat
Pembinaan SMA; (3) Penyusunan pedoman kerjasama dan sinergi antar
lembaga; (4) Sosialisasi kerjasama dan sinergi antar lembaga yang telah
dilakukan Direktorat Pembinaan SMA; dan (5) Mengevaluasi kerjasama dan
sinergi antar lembaga yang telah dilakukan Direktorat Pembinaan SMA.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka disusunlah beberapa kegiatan
kerjasama dan sinergi antar lembaga, sebagai berikut :
a) Kajian Naskah Akademik Pembinaan dan Pengembangan SMA b) Workshop Penguatan Kerjasama antara SMA dengan Instansi lainnya
c) Kerjasama dengan Instansi Lainnya
d) Penyusunan buku informasi Dit. PSMA Tahun 2018
3) Pelayanan BOS dan DAK
Program BOS SMA adalah bantuan yang diberikan kepada sekolah negeri
dan swasta untuk membantu pembiayaan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan usaha sekolah dalam meningkatkan mutu dan akses
pendidikan. Besar bantuan dana BOS diperhitungkan dari jumlah siswa,
yaitu Rp.1.400.000,-/ siswa/tahun. Jumlah dana BOS menjangkau hampir
100% dari total siswa SMA di seluruh Indonesia. Tahun 2018 merupakan
tahun kedua dalam pelaksanaan mekanisme dalam proses penyaluran BOS
SMA. Sejalan dengan implementai UU 23 Tahun 2014 dimana kewenangan
SMA menjadi tanggungjawab Provinsi, dana BOS SMA untuk SMA negeri
tidak lagi disalurkan dalam bentuk hibah tetapi dalam bentuk Belanja
Langsung. Hal tersebut merupakan suatu hal berbeda dari tahun sebelumnya.
Untuk itu, maka dibutuhkan koordinasi diantara Direktorat Pembinaan SMA
dengan Dinas Pendidikan Provinsi terkait dengan pelaksanaan program BOS
SMA Tahun 2018.
Pada Tahun 2018, Pemerintah juga kembali mengalokasikan Dana Alokasi
Khusus (DAK) untuk jenjang SMA. DAK SMA difokuskan pada
peningkatan sarana dan prasarana SMA di seluruh Indonesia. Adapun menu
DAK untuk Tahun 2018 ini meliputi DAK Reguler berupa : Rehabilitasi,
Pembangunan Ruang Kelas Baru, Pembangunan Lab.IPA, Pembangunan
jamban, Pengadaan Peralatan Pendidikan (Peralatan IPA), sarana PJOK,
media pendidikan dan rehabilitasi jamban serta DAK Afirmasi untuk
pembangunan asrama siswa dan rumah dinas guru.
Kedua program tersebut merupakan termasuk program prioritas
pembangunan pendidikan SMA. Agar program-program tersebut dapat
terlaksana dengan baik, maka perlu dilaksanakan koordinasi yang baik antara
Direktorat Pembinaan SMA dengan Dinas Pendidikan Provinsi. Berdasarkan
hal tersebut, Subdirektorat Program dan Evaluasi telah mempersiapkan
beberapa kegiatan pendukung yakni:
a) Penyusunan Juknis BOS SMA
b) Pengolahan Data BOS SMA
c) Diseminasi Program SMA Tingkat Provinsi
d) Workshop Koordinasi Pelaksanaan BOS 2018
e) Workshop Pengelolaan DAK Fisik SMA Tahun 2018
f) Workshop Evaluasi DAK Fisik SMA Tahun 2018 Semester 1
g) Workshop Evaluasi DAK Fisik SMA Tahun 2018 Semester 2
2. Sub Direktorat Kurikulum
a. Sekolah yang dibina menjadi sekolah rujukan.
Di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 di sebutkan bahwa sistem
pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen
pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan
pendidikan secara terencana terarah, dan berkesinambungan. Berdasarkan hal
tersebut, maka program pembangunan pendidikan SMA juga diupayakan
untuk dapat mewujudkan pemerataan kualitas layanan pendidikan SMA. Salah
satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut adalah melalui pembinaan SMA
menjadi sekolah rujukan.
Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan standar minimal layananan
penyelenggaraan pendidikan yang harus dipenuhi oleh sekolah.SNP yang
terdiri dari standar isi, standar proses, standar penilaian, standar kelulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pembiayaan, dan standar pengelolaan, ditetapkan untuk mengatasi
kesenjangan mutu pendidikan serta sebagai acuan dalam mencapai standar
yang telah ditetapkan pada setiap jenjang pendidikan. Untuk
mengimplementasikan hal tersebut Kementerian Pendidikan Kebudayaan
melalui Direktorat Pembinaan SMA Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah telah meprogramkan sekolah yang menerapkan pemenuhan
Standar Nasional Pendidikan. Sasaran penerapan program ini adalah sekolah-
sekolah yang berada di 34 Propinsi dan 514 kabupaten/kota yang akan
dijadikan sebagai Sekolah Rujukan. Sekolah Rujukan adalah sebagai sekolah
referensi untuk sekolah-sekolah sekitar di wilayahnya. Sekolah Rujukan ini
juga sebagai laboratorium sekolah dalam penerapan kebijakan-kebijakan
pendidikan dan diharapkan hasil implementasi berbagai macam kebijakan
pendidikan pada Sekolah Rujukan akan menunjukan hasil yang baik,
terutama dalam mutu pendidikan secara umum. Sekolah Rujukan ini
merupakan tindak lanjut dari program peningkatan mutu sebelumnya yang
pernah dirintis oleh direktorat PSMA, seperti program Sekolah Standar
Nasional (SSN), Sekolah Kategori Mandiri (SKM), Sekolah Pusat Sumber
Belajar (PSB), dan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
Direktorat Pembinaan SMA sebagai direktorat teknis berkewajiban untuk
menyusun dan menyiapkan perangkat yang mendukung kegiatan dalam
penyiapan Sekolah Rujukan pada tingkat satuan pendidikan menengah
(SMA). Program Sekolah Rujukan mulai dilaksanakan tahun 2016 dengan
jumlah sekolah sebanyak 614 SMA. Tahun 2018 sasaran sebanyak 650 SMA.
Sekolah yang dipilih untuk menjadi Sekolah Rujukan merupakan sekolah yang
diusulkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi dengan mempertimbangkan
beberapa indikator, diantaranya adalah: pelaksana kurikulum 2013,
berakreditasi A; memiliki ekosistem pendidikan yang kondusif;
mengembangkan budaya mutu; melaksanakan program penumbuhan budi
pekerti; menjadi pusat keunggulan; dan lokasi yang strategis, mudah
dijangkau dan aman. Sekolah yang dipilih untuk menjadi Sekolah Rujukan
akan mendapatkan bantuan sebesar Rp.150.000.000,-.
Dalam pelaksanaan program-program tersebut telah disusun serangkaian
kegiatan yang ditujukan untuk mendukung pelaksanaan program Sekolah
Rujukan, yakni:
1) Verifikasi sekolah calon SMA rujukan
2) Bimbingan Teknis Bantuan Pemerintah SMA Rujukan
3) Penyaluran Teknis Pengelolaan Bantuan Pemerintah SMA Rujukan
4) Koordinasi Implementasi Program SMA Rujukan tahun 2018
5) Penyaluran Bantuan Pemerintah SMA Rujukan
6) Supervisi Bantuan Pemerintah SMA Rujukan
b. Sekolah yang mendapatkan pembinaan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS)
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah manajemen yang diyakini akan
memberikan dampak positip bagi sekolah dalam peningkatan mutu
pendidikan. MBS memberikan ruang bagi kepala sekolah dalam menetukan
arah tujuan sekolah yang dipimpinnya karena MBS bertujuan untuk
memandirikan dan memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan
(otonomi) kepala sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan.
Program kegiatan MBS termasuk dalam pengelolaan pembelajaran dan
penilaian. Sekolah diberikan kewenangan untuk meningkatkan proses
pembelajaran dan penilaian sesuai dengan kondisi sekolah. Namun sekolah
tetap mengacu pada panduan yang telah dipersiapkan dalam pengaturan
pembelajaran dan penilaian tersebut. Untuk itu Direktorat PSMA menyiapkan
kegiatan penyusuan panduan pembelajaran dan penilaian yang terdiri dari
1. Workshop review dan pengembangan naskah pembelajaran dan
penilaian,
2. Pembahasan dan penyempurnaan naskah pembelajaran
dan penilaian,
3. Editing dan finalisasi pengembangan naskah pembelajaran dan
penilaian.
Selain kegiatan tersebut juga dipersiapkan kegiatan bimbingan teknis dan
supervisi yang yang terdiri dari
1. ToT tim fasilitator pembinaan di SMA pasca evaluasi hasil belajar
(EHB),
2. Pelaksanaan pembinaan SMA pasca EHB,
3. Pelaksanaan pendampingan pasca EHB,
4. ToT penyiapan penyelenggaraan ujian sekolah di SMA
5. Workshop pembinaan penyiapan penyelenggaraan US
6. Workshop tim pengembang pembelajaran dan penilaian higher order
thinking skills (HOTS)
7. ToT tim fasilitator SMA pelaksana gerakan literasi sekolah (GLS)
8. Workshop pembinaan SMA pelaksana GLS
9. Pelaksanaan supervisi ujian nasional (UN)
Namun untuk kegiatan ToT pembinaan penyiapan penyelenggaraan ujian
sekolah, Workshop Pembinaan Penyiapan Penyelenggaraan Ujian Sekolah,
ToT Tim Fasilitator SMA Pelaksana GLS dan Workshop Pembinaan SMA
Pelaksana GLS direvisi menjadi kegiatan:
1. Workshop pengelola Sistem Kredit Semester (SKS)
2. Workshop Pengembangan Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM)
3. Workshop Peningkatan Mutu Penyelenggaraan dan Pengembangan Soal
USBN
4. Bimbingan Teknis Implementasi E-Raport
Sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan penyusunan naskah pembelajaran
dan penilaian adalah 25 naskah. Naskah-naskah tersebut akan dibahas dan
disempurnakan dalam 2 kali kegiatan. Selanjutnya ke-25 naskah tersebut
akan di edit dan difinalkan.
Workshop Pengelolaan Kredit Semester adalah kegiatan lanjutan tahun 2017
yang membahas pelaksanaan sekolah-sekolah yang telah melaksanakan
sistem kredit semester. Pada workshop ini diharapkan akan didapatkan
kesepakatan bentuk implementasi model SKS yang sesuai dengan
kondisi/karateristik sekolah. Kegiatan ini akan melibatkan 150 orang dari
sekolah pelaksana SKS.
Workshop Pengembangan Unit Kegiatan Belajar Mandiri adalah workshop
yang terkait dengan pelaksanaan SKS. Unit kegiatan belajar mandiri adalah
bentuk modul bagi siswa yang sekolah pelaksana SKS. UKBM ini masih
perlu mendapatkan masukan dari peserta workshop untuk mendapatkan
bentuk yang sesuai dengan perkembangan kecepatan belajar siswa.
Workshop Peningkatan Mutu Penyelenggaran dan Pengembangan Soal
USBN adalah dalam upaya untuk memandirikan sekolah dalam penyusunan
soal-soal ujian sekolah yang sesuai dengan standar soal yang telah ditetapkan.
Untuk memaksimalkan manfaat kemajuan teknologi, maka hasil penilaianpun
perlu disiapkan dalam bentuk elektronik. E-rapor adalah solusinya. Untuk itu
bimbingan teknis implementasi E-raport diprogramkan bagi sekolah rujukan
dan beberapa sekolah lain yang telah siap dalam implementasi e_rapor.
Sementara itu untuk kegiatan ToT Penyiapan Penyelenggaran Ujian Sekolah
di SMA akan melibatkan 100 orang narasumber pembahas. Untuk
pelaksanaan workshop Pembinaan Penyiapan Penyelenggaran Ujian sekolah
akan melibatkan 480 orang guru dari sekolah rujukan yang akan dilaksanakan
di 5 region. (Jakarta, Bogor, Surabaya, dan Makasar). Workshop Tim
Pengembang Pembelajaran dan penilaian HOTS melibatkan 100 orang
narasumber pembahas yang merupakan guru mata pelajaran dan dilaksanakan
dalam 2 kali pertemuan. Kegiatan Supervisi ujian sekolah akan dilaksanakan
pada saat ujian sekolah/ujian sekolah berstandar nasional berlangsung yang
akan dilaksanakan di 102 lokasi di 34 propinsi.
c. Sekolah yang menerapkan kurikulum 2013
Kurikulum merupakan perangkat pembelajaran yang akan mengarahkan
tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, kurikulum terus menerus disesuaikan
dengan kebutuhan zaman. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan
Kurikulum 2006 yang telah didisesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran
abad 21. Kurikulum 2013 juga merupakan jawaban dari permasalahan
kurikulum sebelumnya dan juga bertujuan untuk mendorong pseserta didik
agar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melakukan observasi,
bertanya, bernalar, dan berkomunikasi, misalnya mengkomunikasikan apa
yang diperoleh atau diketahui siswa dalam menerima materi pembelajaran.
Penerapan Kurikulum nasional 2013 sudah dilaksanakan sejak tahun
2013/2014 secara bertahap. Pada Tahun 2018 ini direncanakan seluruh
sekolah (SMA) menerapkan Kurikulum 2013. Sasaran sekolah yang akan
menerapkan kurikulum 2013 adalah 4220 SMA, yang merupakan sisa dari
target sasaran secara keseluruhan.
Dalam pembinaan pelaksanaan Kurikulum 2013, tidak hanya dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah pada masing- masing
direktorat teknis, namun juga menjadi tanggung jawab Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan yang tersebar di 34 propinsi. Selain itu Dinas Pendidikan
Propinsi sebagai perpanjangan tangan pelaksanaan kebijakan pusat juga
mempunyai tanggung jawab yang sama dalam pelaksanaan kurikulum 2013.
Mengingat penyiapan instruktur untuk pelatihan K-13 pada tahun 2018
dilaksanakan oleh direktorat teknis, maka beberapa kegiatan dalam output ini
perlu direvisi untuk menyesuaikan dengan kebutuhan kegiatan. Untuk itu
kegiatan yang direvisi adalah penyusunan panduan, bahan, dan materi
pendampingan implementasi kurikulum 2013 dan Workshop Pengembangan
Sistem Penyelenggaraan Bimbingan Teknis Dalam Jaringan (daring), yang
berubah menjadi seperti berikut:
a. Penyusunan Bahan
Penyusunan Panduan, Bahan, Materi Pendampingan implementasi
Kurikulum 2013 dan penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis
penyegaran instruktur propinsi (IP) K-13 yang akan melibatkan 200
orang dan dilaksanakan dalam 2 kali.
b. Koordinasi Pelaksanaan
Workshop Koordinasi dan Sinkronisasi Pelaksanan Pelatihan Kurikulum
2013 dengan LPMP merupakan kegiatan sosialisasi dan persamaan
persepsi tentang pelaksanaan kurikulum di SMA serta koordinasi dalam
pembagian tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kurikulum
2013 di sekolah-sekolah sasaran dan kegiatan ini juga melibatkan Dinas
Propinsi bidang SMA. Koordinasi ini akan dilaksanakan dalam 2 kali
pertemuan.
c. Pelaksanaan Kurikulum 2013
Pada kegiatan ini terdiri dari beberapa sub kegiatan dalam pelaksanan
Kurikulum 2013, yaitu
1. Pendampingan Penyelenggaran Pelatihan K-13 (Instruktur
Kab/Kota dan guru sasaran) akan dilaksanakan dalam 2 kali
kegiatan.
2. Workshop Pembinaan Kurikulum SMA bagi Pengawas dan Guru
Bimbingan Konseling (BK) yang akan melibatkan 102 orang dan
dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan.
3. Sosialisasi/Seminar Kurikulum (Uji publik) yang akan melibatkan
100 orang dan dilaksanakan dalam 5 kali pertemuan
4. Workshop Penyiapan Video Feature, e-modul, dan Video
Pembelajaran dilaksanakan dalam 2 kali kegiatan
5. Workshop pembahasan dan penyempurnaan aplikasi e- modul,video
dan skrip feature yang akan dilaksanakan dlam 2 kali kegiatan
6. Editing dan Finalisasi E-Modul, Video Pembelajaran dan Skrip
Features
7. Bimbingan Teknis Penyegaran Instruktur Provinsi
8. Penggandaan dan Pengiriman Serifikat/Ijazah Sekolah Menengah
Atas sebanyak 1.582.320 lembar.
d. Sekolah yang mendapatkan program keterampilan dan
kewirausahaan
Lulusan SMA dipersiapkan untuk meneruskan ke jenjang yang lebih
tinggi, yaitu perguruan tinggi. Namun kenyaaannya msih banyak (sekitar
30-40%) lulusan SMA yang tidak melanjutkan pendidikannya ke
perguruan tinggi. Ada berbagai alasan mengapa para lulusan tersebut
tidak melanjutkan pendidikannya. Hal ini disebakan antara lain (alasan
umumnya) adalah tingginya biaya pendidikan di pergurauan tinggi. Oleh
karena itu, perlu diprogramkan keterampilan bagi para siswa SMA agar
setelah mereka lulus dari SMA memiliki keterampilan/memiliki sertifikat
keahlian.
Dalam upaya mewujudkan kemandirian peserta didik, Direktorat
pembinaan SMA memberikan perhatian terhadap peningkatan kualitas
pembelajaran prakarya dan kewirausahaan di SMA. Pembelajaran
kewirausahaan pada dasarnya merupakan suatu pembelajaran tentang
nilai (value), kemampuan (ability), dan perilaku (attitude) dalam
menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai
resiko yang dihadapi.
Program kewirausahaan merupakan salah satu jawaban bagi pendidikan
SMA untuk mengenal konsep kewirausahaan, latihan mengembangkan
usaha, mendapatkan pengalaman praktis berwirausaha, menumbuhkan
minat berwirausaha, dan mengembangkan potensi berwirausaha.
Kewirausahan dalam ranah pendidikan tidak hanya dikembangkan untuk
menghasilkan manusia terampil tetapi juga inspiratif, pragmatis.
Pengembangan pendidikan kewirausahaan dilaksanakan secara
terprogram dan sistematis melalui kurikulum dan pembelajaran dan
dilaksanakan secara terbuka, eksploratif, dan meminimalkan
pembelajaran yang bersifat simulasi. Oleh karena itu, program
Kewirausahaan SMA harus menjadi alternatif dalam mempersiapkan
lulusan yang mampu menerapkan dan mnegelola peluang usaha serta
mampu menyesuaikan diri agar berhasil dalam kehidupan bermasyarakat.
Direktorat Pembinaan SMA sebagai direktorat teknis berkewajiban untuk
menyusun dan menyiapkan bahan-bahan yang terkait kegiatan
kewirausahaan pada satuan pendidikan menengah (SMA), sepert
pedoman/naskah panduan. Disamping itu juga memberikan bimbingan
teknis dalam pelaksanaan program kewirausahaan di sekolah.
Pada Tahun 2018 ini program kegiatan Kewirausahaan di SMA
dilaksanakan dalam bentuk bimbingan Teknis Bantuan pemerintah dan
dan Bimbingan teknis Pengelolaan program Kewirausahaan serta
penyaluran bantuan pemerintah. Sasaran dari masing – masing kegiatan
tersebut adalah 204 orang dari 204 sekolah pelaksana kewirausahaan
yang dilaksanakan sebanyak 2 angkatan. Adapun sekolah pelaksana
kewirausahaan adalah sekolah-sekolah yang dalam tiga tahun berturut-
turut lulusannya lebih dari 50 % tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.
Bimbingan Teknis Bantuan Pemerintah program Kewirausahaan
sebanyak 204 sekolah adalah kegiatan penandatangan MoU pemberian
bantuan antara Direktorat PSMA dan SMA Program Kewirausahaan.
Jumlah pesertanya adalah 204 orang kepala SMA Program
Kewirausahaan. Bimbingan Teknis Pengelolaan SMA Program
Kewirausahaan adalah bimbingan dalam pengelolaan SMA
Kewirausahaan baik pengelolaan secara program maupun keuangan.
Peserta Bimtek adalah wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum atau
Guru yang diangkat sebagai Penjab Kewirausahaan sebanyak 204 orang.
Penyaluran Bantuan Pemerintah SMA Program Kewirausahaan adalah
kegiatan penyaluran bantuan setelah kepala SMA Program
Kewirausahaan menandatangi MoU bantuan pemerintah pada saat bimtek
bantuan pemerintah.
3. Sub Direktorat Kelembagaan Sarana Dan Prasarana
a. Unit Sekolah Baru (USB)
Unit Sekolah Baru adalah bantuan pembangunan unit gedung baru untuk
penyelenggaraan sekolah SMA negeri maupun swasta yang diberikan kepada
provinsi ataupun yayasan dalam rangka memperluas akses dan pemerataan
layanan pendidikan SMA. Pembangunan Unit Sekolah Baru bertujuan untuk
meningkatkan Angka Partisipasi Pendidikan SMA. Oleh karena itu, Bantuan ini
difokuskan bagi daerah-daerah yang memiliki Angka Partisipasi Pendidikan
(APK) rendah.
Bantuan ini juga ditujukan bagi daerah-daerah terpencil yang tidak memiliki atau
kekurangan fasilitas pendidikan SMA. Selain itu, bantuan ini juga ditujukan bagi
daerah atau wilayah perbatasan Republik Indonesia yang memerlukan layanan
pendidikan SMA. Melalui program pembangunan USB diharapkan dapat
memperluas ketersediaan layanan pendidikan SMA, khususnya di daerah
terpencil.
Pada tahun 2018 ini, alokasi anggaran untuk Program Unit Sekolah Baru adalah
sebesar Rp. 61.855.449.000,- dengan sasaran 18 unit. Bantuan pembangunan
Unit Sekolah Baru untuk penyelenggaraan sekolah SMA yang diberikan kepada
Provinsi dalam rangka memperluas akses dan pemerataan layanan pendidikan
SMA. Untuk itu, Provinsi diharapkan dapat mengajukan usulan dalam bentuk
proposal dengan persyaratan minimal: Status Sertifikat/dalam proses BPN;
Ketersediaan lahan +/- 7 hektar; Kondisi Lahan siap bangun; Ada dukungan SMP
sederajat disekitar lokasi. Lokasi yang diprioritaskan untuk mendapatkan
bantuan ini adalah kecamatan-kecamatan yang belum tersedia layanan
pendidikan SMA/sederajat.
Untuk mendukung pelaksanaan program bantuan USB ini, maka dilaksanakan
beberapa kegiatan pendukung, yakni:
1) Penyusunan Panduan;
2) Verifikasi Sekolah Calon Penerima Bantuan;
3) Bimbingan Teknis Bantuan USB;
4) Penyaluran Bantuan
b. Ruang Kelas Baru (RKB) yang dibangun
Program Ruang Kelas Baru adalah bantuan pembangunan ruang kelas yang
diberikan kepada sekolah dalam rangka meningkatkan daya tampung sekolah.
Program ini juga ditujukan untuk meningkatkan akses layanan pendidikan SMA.
Dengan meningkatnya kapasitas ruang belajar yang ada, diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan sekolah dalam menampung siswa yang mendaftar.
Selain itu, bantuan ini juga ditujukan untuk meningatkan kualitas pembelajaran,
khususnya pada sekolah-sekolah dengan kondisi jumlah rombongan belajar
lebih banyak dari ruang kelas yang dimiliki sehingga harus menyelenggarakan
pendidikan secara double shift maupun menggunakan ruangan lain yang tidak
sesuai dengan standar yang sudh ditetapkan.
Pada tahun 2018, Direktorat Pembinaan SMA mengalokasikan anggaran sebesar
Rp.375.421.720.000,- untuk membangun 1.624 RKB. Secara umum, sasaran
RKB difokuskan pada daerah-daerah yang memiliki APK rendah atau Kab/Kota
yang memiliki APK di bawah APK Nasional. Secara khusus, program ini
ditujukan pada sekolah dengan kondisi: Jumlah pendaftar lebih banyak dari
jumlah yang diterima; Rombongan Belajar lebih banyak daripada Ruang Kelas
yang ada; Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan SMA dengan mekanisme
double shift; dan masih tersedia lahan untuk pembangunan.
Untuk mendukung pelaksanaan program RKB tersebut, maka akan dilaksanakan
beberapa kegiatan pendukung sebagai berikut:
1) Penyusunan Panduan RKB;
2) Bimbingan Teknis Bantuan RKB;
3) Penyaluran Bantuan RKB.
c. Ruang Belajar yang direhabilitasi.
Berdasarkan Aplikasi Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah
(Dapodikdasmen) yang diakses pada Bulan Januari 2018, teridentifkasi
sebanyak 16.088 ruang belajar yang mengalami kerusakan, yang terdiri dari 13.813
ruang dengan kondisi rusak sedang dan 2.275 ruang yang mengalami rusak berat.
Hal tersebut menunjukan bahwa cukup banyak siswa yang saat ini belajar
didalam ruang belajar yang rusak. Kondisi tersebut tentunya membuat proses
belajar mengajar menjadi kurang kondusif. Selain itu, faktor keselamatan juga
menjadi patut menjadi perhatian karena sebagian besar aktifitas siswa disekolah
berada di ruang belajar tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, maka Direktorat Pembinaan SMA mengalokasikan
anggaran sebesar Rp.129.088.700.000,-. Untuk merehabilitasi 2.500 ruang
belajar yang rusak sedang maupun berat. Jumlah tersebut memang masih jauh
dari total kebutuhan ruang belajar yang harus direhabilitasi. Berdasarkan hal
tersebut, maka proses pelaksanaan program rehabilitasi harus dilaksanakan
secara lebih selektif agar bantuan dapat diberikan kepada sekolah yang sangat
membutuhkan rehabilitasi ruang belajarnya. Untuk itu, maka telah dipersiaapkan
kegiatan pendukung, yakni:
1) Penyusunan Panduan Rehabilitasi;
2) Bimbingan Teknis Bantuan Rehabilitasi;
3) Penyaluran Bantuan Rehabilitasi.
d. Sekolah yang direnovasi
Program Sekolah yang di renovasi ini adalah bantuan yang diberikan kepada
sekolah untuk melakukan revitalisasi terhadap bangunan sekolah yang ada.
Bantuan ini diharakan dapat membantu sekolah untuk memperbaiki tampilan
bangunan sekolah agar terlihat lebih bagus. Selain itu, bantuan ini juga ditujukan
untuk sekolah-sekolah yang menjadi icon dari suatu daerah sehingga dapat
meningkatkan citra pelayanan pendidikan SMA di daerah tersebut. Berdasarkan
hal tersebut, maka bantuan ini diprioritaskan pada sekolah yang sudah berusia
diatas 20 Tahun.
Untuk melaksanakan program tersebut, telah dialokasikan anggaran sebesar
Rp.75.646.955.000,- dengan sasaran sebanyak 100 sekolah. Sekolah diharapkan
dapat memberikan proposal ke Direktorat Pembinaan SMA untuk dilakukan
review dan dinilai kelayakannya. Untuk itu, maka dipersiapkan kegiatan-
kegiatan pendukung dalam pelaksanaan penyaluran bantuan, yakni:
1) Penyusunan Panduan;
2) Verifikasi Penerima Bantuan;
3) Bimbingan Teknis Bantuan Rehabilitasi;
4) Penyaluran Bantuan Rehabilitasi.
e. Ruang perpustakaan yang dibangun
Layanan pendidikan SMA ditujukan untuk mempersiapkan siswa dalam
melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk itu,
maka layanan pendidikan SMA harus mempersiapkan siswanya dengan
kemampuan akademik yang baik sebagai bekal dalam melanjutkan ke
Pendidikan Tinggi. Salah satu upaya untuk mempersiapkan kemampuan
akademik tersebut adalah dengan mendorong minat baca siswa. Berdasarkan hal
tersebut, maka perpustakaan merupakan suatu fasilitas penting untuk
mewujudkan hal tersebut.
Pada tahun 2018 ini, Direktorat Pembinaan SMA mengalokasikan anggaran
sebesar Rp.224.062.100.000 untuk membangun sebanyak 750 ruang
perpustakaan di sekolah. Dalam pelaksanaan penyaluran bantuan, juga telah
dipersiapkan beberapa kegiatan pendukung agar bantuan dapat disalurkan
dengan tepat sasaran. Berikut ini adalah kegiatan pendukung dalam penyaluran
bantuan ruang perpustakaan.
1) Review Panduan Bantuan Perpustakaan;
2) Bimbingan Teknis Bantuan Perpustakaan;
3) Penyaluran Bantuan Perpustakaan;
4) Supervisi penerima Bantuan Perpustakaan
f. Ruang Laboratorium yang dibangun
Berdasarkan Aplikasi Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah
(Dapodikdasmen) yang diakses pada Bulan Januari 2018, teridentifkasi
sebanyak 4.591 SMA belum memiliki ruang laboratorium komputer. Ruang
laboratorium komputer dirasakan cukup penting mengingat kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi yang juga semakin pesat.
Ruang laboratorium memiliki peranan cukup penting dalam proses belajar
mengajar, dimana hal tersebut dirasakan akan lebih efektif apabila dapat
diperagakan secara langsung. Berdasarkan hal tersebut, maka Direktorat
Pembinaan SMA telah mengalokasikan anggaran sebesar
Rp.156.229.310..000,- untuk pembangunan 656 ruang laboratorium beserta
peralatannya. Untuk mendukung proses penyaluran bantuan pembangunan
laboratorium, maka telah dipersiapkan beberapa kegiatan pendukung, yakni:
1) Penyusunan Panduan Bantuan Laboratorium;
2) Verifikasi Penerima Bantuan Laboratorium
3) Bimbingan Teknis Bantuan Laboratorium;
4) Penyaluran Bantuan Perpustakaan.
g. Ruang penunjang lainnya yang dibangun
Standar sarana dan prasarana SMA menjelaskan bahwa ketersediaan fasilitas
dasar pada jenjang pendidikan SMA berupa ruang belajar (ruang kelas,
perpustakaan, laboratorium fisika/kimia/biologi dan lain-lain), perlu disertai
dengan kesiapan fasilitas pendukung seperti taman, tempat parkir, lapangan olah
raga, kantin, toilet siswa, tempat ibadah dan lain-lain.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.24 Tahun 2007 tentang standar sarana
dan prasarana SMA dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.24 Tahun 2008
tentang pedoman pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung menjadi payung
hukum dalam upaya penataan fasilitas pendukung seperti taman, kantin sekolah,
dan toilet siswa. Berbagai pertimbangan dan latar belakang diatas menjadi dasar
perlunya upaya kegiatan ruang penunjang lainnya penataan kantin, toilet, dan
taman sekolah oleh Direktorat Pembinaan SMA. Program ini di jalankan dengan
mengedepankan identifikasi dari desain yang inovatif, kreatif, efisien dan
terintegrasi terhadap lingkungan sekolah secara keseluruhan.
Pada tahun 2018 ini, Direktorat Pembinaan SMA mengalokasikan anggaran
sebesar Rp.25.751.990.000 untuk membangun sebanyak 221 ruang penunjang di
sekolah.
Dalam pelaksanaan program ini, maka dipersiapkan kegiatan pendukung, yakni:
1) Bimbingan Teknis Bantuan;
2) Penyaluran Bantuan.
h. Sekolah yang mendapatkan peralatan pendidikan
Era globalisasi yang didorong oleh kemajuan teknologi Informasi dan
komunikasi (TIK) mengharuskan pendidikan untuk dapat menyesuaikan
kompetensi lulusannya dengan tuntutan tersebut. Untuk meningkatkan daya
saing lulusan SMA, maka metode pembelajaran berbasis TIK dapat
dilaksanakan oleh seluruh SMA. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka
diperlukan sarana pendidikan berupa peralatan TIK yang cukup untuk
mendukung proses pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan hal tersebut, maka Direktorat Pembinaan SMA mengalokasikan
anggaran sebesar Rp.512.724.012.000,- untuk pengadaan 2.152 Paket peralatan
TIK untuk SMA diseluruh Indonesia. Cukup besarnya sasaran tersebut,
dibutuhkan beberapa kegiatan pendukung agar proses pengadaan alat TIK ini
dapat terlaksana dengan baik. Adapun kegiatan pendukung tersebut adalah:
1) Penyusunan Panduan Bantuan Alat TIK;
2) Bimbingan Teknis Bantuan Alat TIK;
3) Penyaluran Bantuan Alat TIK;
4) Supervisi penerima Bantuan Alat TIK.
i. Sekolah yang mendapatkan pembinaan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS).
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
mengamanatkan bahwa dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional secara
bertahap, terencana, dan terukur. Oleh karena itu, Pemerintahan melakukan
akreditasi terhadap seluruh sekolah. Pasal 60 tentang Akreditasi dinyatakan
bahwa, ayat (1) akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan
satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap
jenjang dan jenis pendidikan; dan ayat (2) akreditasi terhadap program dan
satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai
bentuk akuntabilitas publik. Lembaga mandiri yang berwenang untuk
melaksanakan akreditasi tesebut adalah Bandan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah (BAN S/M)
Akreditasi sekolah merupakan proses penilaian secara komprehensif terhadap
kelayakan program dan satuan pendidikan, yang diwujudkan dengan adanya
sertifikasi yang dikeluarkan oleh BAN S/M. Penggunaan instrumen akreditasi
yang komprehensif dikembangkan berdasarkan standar yang mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan (SNP). Hal ini didasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (juncto Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013) yang memuat kriteria minimal tentang komponen pendidikan.
Seperti dinyatakan pada pasal 1 ayat (1) bahwa SNP adalah kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Oleh sebab itu, SNP harus dijadikan standar mutu guna memetakan
secara utuh profil kualitas sekolah.
Mengingat pentingnya akreditasi dalam meningkatkan mutu pendidikan, maka
hasil akreditasi perlu ditindaklanjuti oleh masing- masing direktorat teknis
terkait. Program tindaklanjut lebih di fokuskan kepada sekolah-sekolah yang
nilai akreditasinya masih belum memadai. Oleh karena itu. Sasaran program
adalah sekolah yang harus akreditasi C atau TT (tidak terakreditasi). Sementara
itu, untuk sekolah sekolah yang belum terakreditasi juga perlu diberikan
perlakuan/bimbingan teknis untuk persiapan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas akan melaksanakan Kegiatan
Pembinaan dan peningkatan mutu kelembagaan SMA melalui beberapa
kegiatan, yakni:
a. Penyusunan Naskah Kelembagaan;
b. Supervisi Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK)
c. Profile MBS
d. Supervisi Penerima Bantuan Akreditasi
e. Penyusunan Naskah Sanitasi
f. Bimtek Sanitasi Sekolah
4. Sub Direktorat Peserta Didik
a. Sekolah yang menerapkan karakter Bangsa.
Pendidikan Karakter Bangsa yang bertujuan untuk mengaktualisasikan peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Melalui kegiatan ini siswa diharapkan mampu mengaplikasikan
sikap kerjasama, nasionalisme, rasa persatuan dan kesatuan bangsa, jujur, peduli,
berfikir kritis, positif, dll. Melalui hal tersebut diharapkan dapat membangun jiwa
kepemimpinan dikalangan generasi muda. Hal tersebut perlu ditanamkan pada
generasi muda untuk mencegah berbagai potensi ancaman terhadap bangsa,
diantaranya: disintegrasi bangsa, konflik, narkoba, hedonisme, dll.
Sekolah merupakan instrumen penting dalam pembentukan karakter bangsa,
mengingat sekolah merupakan suatu media dalam pembinaan generasi muda.
Pembelajaran di sekolah merupakan sarana yang diraskan cukup efektif dalam
menanamkan nilai-nilai yang akan membentuk generasi penerus. Berdasarkan hal
tersebut, Direktorat Pembinaan SMA mengalokasikan anggaran sebesar
Rp.24,903,138,000,- dengan sasaran 5.000 siswa mendapatkan pembinaan
karakter bangsa. Selain pelaksanaan program pembinaan peserta didik, dalam
program ini juga dialokasikan untuk bantuan pembinaan siswa kepada sekolah.
Dari total anggaran tersebut terdapat bantuan pendidikan untuk sekolah dengan
total alokasi anggaran sebesar Rp.7.000.000.000,-.Untuk mendukung hal
tersebut, maka dipersiapkan rangkaian kegiatan sebagai berikut:
1) Penyusunan Panduan;
2) Bimbingan Teknis;
3) Pelaksanaan Kegiatan Kawah Kepemimpinan Pelajar;
4) Pelaksanaan Pramuka Tingkat Provinsi;
5) Kegiatan Pramuka Tingkat Nasional;
6) ToT Pembina Pramuka Tingkat Nasional;
7) Desiminasi Program Peserta Didik SMA 2018;
8) Seleksi peserta dan LO Sislac;
9) Pembinaan dan Pembekalan Sislac, Ihsaf, AYL, Jenesys dan SYC
10) Finalisasi SOP Peserta Didik;
11) Sarasehan membangun karakter cinta damai
12) Pemberian Bantuan Program Pendidikan Karakter;
b. Siswa yang mendapatkan Program Indonesia Pintar (PIP)
Sebagai usaha untuk menekan angka putus sekolah siswa SMA, Direktorat
Pembinaan SMA memberikan bantuan berupa dana kepada siswa untuk
memenuhi biaya pribadinya melalui program Program Indonesia Pintar (PIP).
Biaya pribadi peserta didik melipui: pembelian seragam, pembelian buku dan alat
tulis, transportasi ke sekolah, uang saku, dll. Dengan bantuan PIP ini diharapkan
dapat mengurangi resiko siswa miskin dari putus sekolah karena kesulitan
ekonomi. Melalui program ini juga diharapkan dapat memberikan kesempatan
yang sama (equal opportunity) kepada siswa miskin agar dapat tetap bersekolah.
Program PIP merupakan salah satu program pengentasan kemiskinan yang menjadi
prioritas dari pemerintah. Saat ini upaya untuk pengentasan kemiskinan
diintegrasikan sehingga PIP ini menjadi bagian dari upaya pemerintah tersebut
bersama dengan program kementerian lain, yakni: Program Indonesia Sehat dan
Program Indonesia Sejahtera. Untuk mendukung keterlaksanaan program
tersebut, maka telah dipersiapkan rangkaian kegiatan pendukung, yakni:
1) Penyusunan Petunjuk Teknis;
2) Verifikasi Calon Penerima Bantuan;
3) Bimbingan Tekis berupa Workshop Koordinasi PIP dan pelaksanaan desiminasi
tingkat provinsi;
4) Penyaluran Bantuan;
5) Supervisi penerima bantuan berupa pelaksanaan supervisi, monitoring
percepatan PIP, dan roadshow penyerahan KIP Yatim Piatu.
c. Siswa yang mendapatkan Beasiswa Bakat dan Berprestasi.
Sebagai bentuk penghargaan atas bakat dan prestasi, Direktorat
Pembinaan SMA akan memberikan beasiswa bakat dan prestasi kepada siswa-
siswi yang layak menerima beasiswa tersebut. Beasiswa ini akan diberikan
kepada siswa-siswi pemenang Olimpiade Sains Nasional,
Olimpiade Olah Raga Siswa Nasional, dan Festival Lomba Seni Siswa
Nasional. Selain itu, beasiswa ini juga diberikan kepada siswa yang berhasil
membawa pulang medali pada olimpiade tingkat internasional.
Beasiswa bakat dan prestasi ini merupakan suatu bentuk apresiasi atas prestasi
yang dimiliki siswa. Melalui beasiswa ini diharapkan siswa dapat
mengembangkan bakat dan prestasi yang dimiliki sehingga dapat berguna bagi
bangsa. Dalam pelaksanaan program ini, telah dipersiapkan beberapa kegiatan
pendukung, yakni:
1) Verifikasi Calon Penerima Beasiswa;
2) Penyaluran Beasiswa Bakat dan Prestasi.
d. Siswa yang mengikuti lomba, festival.
Salah satu kegiatan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan SMA adalah
mendorong minat siswa dalam bentuk lomba di bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, olah raga, penelitian, debat bahasa indonesia, debat bahasa inggris,
kewirausahaan dan lomba apresiasi budaya. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan akademik siswa dan membentuk karakter
siswa yang bersikap sportif, jujur, berprestasi, menumbuhkan kecerdasan
estetika termasuk juga dibidang budaya dan kewirausahaan. Kegiatan Lomba,
Festival yang dilaksanakan pada tahun 2018 adalah :
1) Olimpiade Sains Nasional (OSN)
Salah satu kegiatan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan adalah
mendorong minat siswa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Usaha
mendorong minat tersebut dilakukan dengan menyelenggarakan Olimpiade 9
bidang pengetahuan sains, yaitu: Matematika, Fisika, Kimia, Biologi,
Informatika, Astronomi, Ekonomi, Kebumian, dan Geografi. Lomba-lomba
tersebut dilaksanakan secara berjenjang dari mulai tingkat sekolah,
kabupaten/kota, provinsi, nasional.
Mekanisme secara berjenjang tersebut juga sekaligus menjadi alat seleksi
untuk mewakili Indonesia di olimpiade internasional. Indonesia direncanakan
akan mengirim siswa dari hasil seleksi dan pembinaan pemenang OSN 2018
untuk mengikuti berbagai event internasional yang akan diselenggarakan
sepanjang tahun 2018.
Pada tahun 2018, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan target
kepada Direktorat Pembinaan SMA untuk meningkatkan prestasi siswa
Indonesia di semua event Olimpiade Internasional dengan raihan medali emas.
Untuk mencapai target raihan emas pada olimpiade internasional, maka akan
diteruskan kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi terkemuka di
Indonesia dalam bentuk program pembinaan khusus (training centre),
sebelum siswa mengikuti olimpiade internasional.
2) Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN);
Selain meningkatkan intelektualitas, pendidikan juga harus dapat
menciptakan jiwa yang bersikap sportif, jujur, berprestasi, serta mempererat
persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka
Direktorat Pembinaan SMA melaksanakan kegiatan olahraga pendidikan
melalui O2SN. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka meningkatkan
semangat berolaharaga di kalangan siswa SMA. Kegiatan ini bertujuan untuk
membangun fisik yang sehat, kuat dan membentuk karakter siswa. Kegiatan
seleksi ini akan dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat kabupaten/kota,
provinsi, dan pusat. Pada Tahun 2018, O2SN akan mempertandingkan 5 Cabang
Olahraga, yakni: Atletik, Renang, Bulutangkis, Karate, dan Pencak Silat.
Kegiatan O2SN ini akan melibatkan 544 siswa SMA diseluruh Indonesia.
3) Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional
Indonesia dikenal dunia internasional salah satunya adalah karena kekayaan
seni dan budayanya. Seni dan budaya Indonesia menjadi warisan bangsa
yang harus tetap dijaga dan dikembangkan. Berdasarkan hal tersebut, maka
Direktorat Pembinaan SMA pada tahun 2018 ini akan melaksanakan Festival
dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) yang akan melibatkan 646 siswa
SMA diseluruh Indonesia. Untuk menjaring siswa terbaik yang mewakili
provinsinya, maka seleksi FLS2N akan dilaksanakan secara berjenjang mulai
dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Nasional.
Pada Tahun 2018 ini, kegiatan FLS2N akan mempertandingkan 7 lomba,
yakni: desain poster, kriya, vokal solo, gitar solo, tari kreasi berpasangan,
baca puisi, dan teater monolog. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat
menumbuhkembangkan jiwa seni dikalangan siswa SMA. Selain itu,
kegiatan ini juga menjadi wahana bagi siswa untuk mengapresiasikan bakat
seni yang ada.
4) Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI);
Kegiatan Olimpiade Penelitian dilaksanakan dalam rangka
menumbuhkembangkan semangat penelitian dikalangan siswa SMA. Hal ini
menjadi penting mengingat pendidikan SMA ditujukan untuk
mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang Pendidikan Tinggi. Untuk
itu, semangat penelitian perlu untuk dikembangkan dalam rangka
meningkatkan kemampuan akademik siswa.
Mekanisme pelaksanaan OPSI dilaksanakan sesuai dengan kaidah dalam
penelitian. Setiap siswa dapat mendaftarkan dan mengirimkan proposal
secara online. Kemudian proposal yang terkumpul diunggah dan dinilai oleh
Tim Penilai. Penelitian yang memenuhi syarat kemudian akan diseleksi lebih
lanjut untuk ditentukan pemenangnya. Acara puncak dari Gelar Pameran dan
Presentasi Finalis OPSI akan dilaksanakan di Kota Semarang, Jawa Tengah
pada 15 s.d. 20 Oktober 2018. Kegiatan tersebut akan melibatkan 100 siswa
SMA diseluruh Indonesia.
5) Lomba Debat Bahas Indonesia Dan Bahasa Inggris Tingkat Nasional
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemikiran analitik siswa dalam
mengemukan dan mempertahankan pendapat, membangun rasa percaya diri,
serta menumbuh sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan
pendapat. Ajang debat ini akan membicarakan isu-isu hangat mengenai
perkembangan kondisi nasional maupun internasional yang terjadi. Lomba
Debat Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris ini akan dilaksanakan secara
berjenjang mulai dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat.
Kegiatan lomba debat pada tingkat pusat akan dilaksanakan di Bengkulu
pada tanggal 5 s.d. 12 Agustus 2018.
6) FIKSI (Festival dan Inovasi Kewirausahaan Siswa Indonesia)
Dalam rangka menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan, maka Direktorat
Pembinaan SMA akan melaksanakan Lomba Kewirausahaan bagi siswa SMA.
Selain itu, kegiatan ini juga ditujukan untuk memberikan wahana bagi siswa
yang memiliki jiwa kewirausahaan untuk mengapresiasikan dalam lomba
ini. Kegiatan lomba kewirausahaan ini akan mempertandingkan 6 bidang,
yakni: boga, fashion, desain grafis, games, dan craft/kerajinan. Kegiatan ini
akan dilaksanakan di Yogyakarta, D I Yogyakarta pada tanggal 1 s.d. 6
Oktober 2018, dengan peserta 150 siswa.
e. Sekolah yang menerapkan Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran sekolah dan peserta
didik tentang lingkungan yang sehat. Kegiatan sosialisai ini sekaligus
penilaian dari lomba sekolah sehat tingkat nasional yang bekerja sama antar
lembaga kementerian. Hal ini tidak terlepas dari tujuan pendidikan adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mandiri. Salah satu usaha
yang dilakukan dan terus dikembangkan adalah Usaha Kesehatan Sekolah
atau yang disebut dengan UKS. Program UKS pada semua jenis dan tingkat
pendidikan, baik Sekolah Negeri maupun Swasta, khusus pengembangan
UKS tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) penyelenggaraannya bersama-
sama dengan lembaga pendidikan mulai tingkat daerah sampai tingkat pusat.
Program UKS ini hendaknya dilaksanakan dengan baik sehingga sekolah
menjadi tempat yang dapat meningkatkan kesehatan peserta didik.
Penyelenggaraan program kesehatan sekolah sebagai upaya untuk mencapai
tujuan pengembangan kemampuan hidup, sebagai syarat utama tercapainya
kesehatan yang optimal, dan selanjutnya menghasilkan tenaga kerja yang
berkualitas. Peningkatan kualitas manusia Indonesia memerlukan berbagai
upaya yang di antaranya melalui upaya pendidikan dan kesehatan baik di
sekolah maupun luar sekolah. Pendidikan kesehatan memiliki berbagai
tujuan, yaitu memiliki pengetahuan tentang isu kesehatan, memiliki nilai dan
sikap positif terhadap prinsip hidup sehat, memiliki keterampilan dalam
pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan, memiliki kebiasaan
hidup sehat, mampu menularkan perilaku hidup sehat, peserta didik tumbuh
kembang secara harmonis, menerpakan prinsip- prinsip pencegahan
penyakit, memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar, memiliki
kesegaran jasmani dan kesehatan yang optimal. Sebagai tempat yang baik
tumbuh dan kembangnya generasi penerus, maka sekolah perlu
memerhatikan hal-hal yang mendukung dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan, baik di sekolah maupun di lingkungan hidupnya, sehingga
mereka dapat tumbuh secara harmonis, efisien, dan optimal, maka perlu di
ciptakan lingkungan yang sehat dan memupuk kebiasaan hidup sehat.
Kegiatan sosialisai Sekolah yang melaksanakan Program Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) akan di laksanakan di beberapa provinsi.
5. Subbagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha memiliki tugas-tugas yang berkaitan dengan persuratan,
kepegawaian, dan urusan kerumahtanggaan dalam lingkungan Direktorat
pembinaan SMA. Berikut ini adalah beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh
Sub Bagian Tata usaha :
a. Layanan Dukungan Manajemen Eselon 1
Layanan dukungan Eselon I termasuk Layanan Umum, Pelayanan Umum dan
Perlengkapan, dan pengelolaan keuangan
1. Layanan Umum dan Tata usaha
Pelayanan Tata Laksana terdiri dari :
1. Bimbingan teknis Prosedur Operasional Standar.
Dalam rangka memenuhi reformasi birokrasi yang menyangkut tugas
dan fungsi organisasi, serta memenuhi standar pelayanan publik perlu
adanya Standar Operasional Prosedur (SOP). Mekanisme kegiatan
meliputi penyusunan dengan melibatkan Subdirektorat, Subbagian Tata
Usaha, Sekretariat Ditjen Dikdasmen, Biro Hukum dan Organisasi.
2. Pelayanan Hubungan Masyarakat ( Pameran/Visualisasi )
Dalam rangka memenuhi keterbukaan publik, Direktorat Pembinaan
SMA berperan aktif mengikuti Acara Pameran seperti Pameran Hari
Pendidikan Nasional, Pemeran Hari Guru dan Pameran Pusbangtendik
bekerja sama dengan Sekretariat Dikdasmen. Dalam pameran tersebut
Direktorat Pembinaan SMA menampilkan hasil-hasil kegiatan meliputi
buku pedoman, buku Olimpiade , CD Pembelajaran, informasi publik
dan diberikan kepada pengunjung Pameran.
2. Pelayanan Umum dan Perlengkapan
Salah satu tugas dan fungsi Sub bagian Tata usaha adalah memberikan
layanan dalam pemenuhan data kepegawaian dan pengembangan Sumber
Daya Manusia.
Kegiatan kegiatan tersebut di tuangkan dalam :
1. Bimbingan Teknis Administrasi Pengelolaan Barang Milik Negara
Menindaklanjuti Permendikbud Nomor 60 Tahun 2015 tentang
Pelaksanaan Kewenangan Pengelolaan Barang, perlu dilakukan
Sosialisasi dengan tujuan dapat terpahami mekanisme tata cara
penetapan status penggunaan BMN, penjualan, hibah dan pemusnahan
bongkaran, serta penghapusan BMN. Peserta Bimtek adalah pegawai
pada Subdirektorat, Subbagian. Narasumber Sekretariat Direktorat
Jenderal Dikdasmen, Biro Umum Kemdikbud.
2. Pembinaan Capacity Pegawai
Sumber Daya Manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam
suatu organisasi. Agar tujuan organisasi tercapai dibutuhkan dorongan,
motivasi untuk mencapai visi dan misi organisasi. Untuk Itu Direktorat
Pembinaan SMA menyelenggarakan Capacity Building yang bertujuan
meningkatkan dan menumbuhkan kebersamaan para pegawai dalam
mencapai visi dan misi Direktorat Pembinaan SMA. Peserta
adalah seluruh pegawai di lingkungan Kantor Direktorat Pembinaan
SMA.
3. Bimbingan Teknis Administrasi Pengelolaan Persuratan dan Kearsipan.
Menindaklanjuti Permendikbud Nomor 74 Tahun 2015 tentang Tata
Naskah Dinas di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dan Permendikbud Nomor 60 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Arsip
dan Dokumentasi, dipandang perlu dilakukan Bimbingan Teknis kepada
Tenaga Administrasi Umum pada Subdirektorat dan Subbagian. Tujuan
Bimtek ini diharapkan dapat terpahaminya mekanisme prosedur tata
naskah dinas persuratan meliputi Jenis Naskah, pengamanan dan
penyampaian, pencatuman alamat, pemberian nomor, tanggal dan kode
naskah. Untuk Pengelolaan Arsip meliputi arsip aktif, Inaktif, arsip Fital,
arsip Audiofisual, arsip elektronik serta masa retensi arsip dan
penyusutan arsip.
4. Pelatihan Bahasa Inggris
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa
inggris secara aktif dan pasif melalui kursus bahasa inggris. kursus ini
sangat berguna untuk meningkatkan kemampuan pegawai dalam
penulisan dan pembicaraan terutama pegawai yang kuliah di luar negeri
atau yang di tugaskan ke luar negri.
5. Bimbingan Teknis Administrasi Pengelolaan Kepegawaian.
Menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010,
serta Reformasi Birokrasi, perlu dilakukan bimbingan teknis dengan
tujuan agar terpahaminya azas, prinsip, nilai dasar, serta kode etik dan
kode prilaku, jenis, status dan kedudukan, fungsi, tugas dan peran,
jabatan, hak dan kewajiban ASN. Peserta adalah pegawai dari
Subdirektorat dan Subbagian. Narasumber Sesditjen Dikdasmen, Biro
Kepegawaian Kemdikbud dan BKN.
6. Bimbingan Teknis Penyusunan SKP Online
Mendindaklanjuti Pemendikbud Nomor 14 Tahun 2016 tentang
ketentuan teknis pelaksanaan pemberian tunjangan kinerja pegawai,
perlu dilakukan bimbingan teknis dalam Penyusunan Sasaran Kinerja
Pegawai. Peserta Bimtek adalah Pegawai pada Subdirektorat dan
Subbagian. Tujuan adalah terpahaminya mekanisme penginputan
sasaran kinerja, baik harian, mingguan dan bulanan serta tahunan
7. Input Data Kepegawaian.
Input Data Kepegawaian bertujuan untuk memasukkan data
kepegawaian seluruh pegawai Direktorat pembinaan SMA ke dalam
aplikasi yang telah disediakan. Dengan adanya input data kepegawaian
di harapkan data semua pegawai terinput dan valid. Data kepegawaian
tersimpan dengan rapi dan mudah di cari.
8. Bimbingan Teknis Pengadaan Barang dan Jasa
Dalam upaya peningkatan tata kelola pengadaan barang dan jasa di
lingkungan Direktorat Pembinaan SMA, dipandang perlu dilakukan
bimbingan teknis pengadaan barang dan jasa pemerintah. Tujuan bimtek
dimaksud adalah terpahaminya proses pengadaan barang dan jasa baik
melalui lelang umum maupun lelang elektronik (LPSE). Peserta adalah
pegawai pada Subdirektorat dan Subbagian. Narasumber dari Biro
Umum, Sesditjen Dikdasmen dan LKPP
9. Bimbingan Teknis Tunas Integritas RBI
Dalam manajemen perubahan perlu didukung oleh agen- agen
perubahan yang nantinya akan menjadi pengerak integritas, role
mode sebagai pengerak 7 tata nilai budaya kerja di lingkungan
Kemendikbud. Untuk itu perlu dilakukan bimbingan teknis Tunas-Tugas
Integritas. Tujuan bimtek ini nantinya tunas-tunas itegritas dapat
mengimplementasikan tata nilai budaya kerja kepada seluruh pegawai
di lingkungan Kantor Direktorat Pembinaan SMA. Peserta adalah
Pegawai pada Subdirektorat, Subbagian. Narasumber Tim RBI
Kemdikbud dan Menpan.
10. Pelatihan Desain Presentasi Interaktif
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan staf dalam
membuat presentasi yang menarik di butuhkan keahlian khusus dalam
membuat slide yang menarik, sehingga apabila pegawai memulai
melakukan presentasi, materi presentasinya tidak membosankan dan
audience cepat mengerti tentang materi yang diberikan dalam
tampilan slide tersebut.
11. Bimbingan Teknis Peningkatan Publik Speaking
Mengundang perwakilan subdit dan subbag tata usaha. pelatihan ini
bertujuan untuk menyampaikan informasi dan kebijakan direktorat yang
jelas dan di lengkapi data data yang akurat kepada masyarakat luas dari
sabang sampai merauke. Informasi yang di berikan oleh narasumber
harus meyakinkan.
12. Sosialisasi Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi Instansi
Mengundang perwakilan Subdit dan Subbag di lingkungan Dit. PSMA
Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan staf dalam pengelolaan pelaksanaan RBI pada Direktorat
Pembinaan SMA.
13. Penyusunan Program kerja RBI
Mengundang perwakilan Subdit dan Subbag di lingkungan Dit. PSMA
Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan staf dalam pengelolaan Program Kerja RBI pada Direktorat
Pembinaan SMA.
14. Bimbingan Teknis Reformasi Birokrasi Instansi
Mengundang perwakilan Subdit dan Subbag di lingkungan Dit. PSMA
Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan staf dalam ada Direktorat Pembinaan SMA.
3. Pengelolaan Keuangan
Salah satu tugas dan fungsi Sub bagian Tata usaha adalah memberikan
layanan dalam pemenuhan data Keuangan antara lain :
a. Bimbingan teknis administrasi pengelolaan keuangan
Bimbingan Teknis Administrasi Pengelolaan Keuangan dilaksanakan
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan staf dalam
pengelolaan keuangan kegiatan pada Direktorat Pembinaan SMA.
b. Penyusunan Laporan satuan kerja
Penyusunan Laporan Keuangan Satuan Kerja (SATKER) dilaksanakan
dalam rangka pembenahan sistem administrasi keuangan Direktorat
Pembinan SMA yang telah terealisasi kegiatannya yang kemudian
dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan keuangan.
c. Penyusunan laporan persediaan.
Mengundang perwakilan Subdit dan Subbag di lingkungan Dit.
PSMA.Laporan Keuangan Satuan Kerja (SATKER) dilaksanakan dalam
rangka pembenahan sistem administrasi keuangan Direktorat Pembinan
SMA yang telah terealisasi kegiatannya yang kemudian
dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan keuangan.
2. Layanan Internal ( Overhead )
Layanan ini terdiri dari
1. Pengadaan Kendaraan Bermotor
2. Pengadaan Perangkat Pengolah data dan Komunikasi
3. Pengadaan Perangkat Dan Fasilitas Perkantoran.
3. Layanan Perkantoran
Program/kegiatan ini digunakan untuk mendukung operasionalisasi Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai direktorat pelaksana teknis pendidikan menengah atas.
Fokus program/kegiatan adalah pembayaran gaji dan tunjangan-tunjangan
pejabat dan pegawai pada Direktorat Pembinaan SMA dan tugas-tugas rutin
direktorat lainnya untuk kurun waktu tahun 2018. Layanan Perkantoran terdiri
dari
1. Gaji dan Tunjangan
2. Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 Tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dijelaskan bahwa akuntabilitas kinerja
adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.
Direktorat Pembinaan SMA sebagai bagian dari institusi pemerintah mengacu pada
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Program Kerja Tahunan.
Sesuai dengan target kinerja yang telah ditetapkan pada tahun 2018, Direktorat Pembinaan
SMA berkewajiban untuk mencapai target-target tersebut sebagai bentuk
pertanggungjawaban kinerja instansi. Untuk memaksimalkan tingkat keberhasilan unit kerja
dalam upaya pencapaian sasaran strategisnya dan juga sebagai bahan evaluasi akuntabilitas
kinerja dalam I tahun, maka diperlukan evaluasi berjalan di tengah tahunnya sebagai gambaran
tentang capaian-capaian kinerja yang sudah maupun belum dilaksanakan. Di bawah ini
diuraikan hasil capaian kinerja Direktorat Pembinaan SMA seperti capaian dari penetapan
kinerja, akuntabilitas keuangan dan hasil capaian kinerja selama semester I tahun 2018 :
A. Pengukuran Kinerja
1. Pelaksanaan Kegiatan Subdit Program Dan Evaluasi
Anggaran untuk pelaksanaan kegiatan di Subdit Program dan Evaluasi adalah
sebesar Rp 42.085.430.000,- dimana realisasi penyerapan anggaran sampai
dengan semester I telah mencapai Rp 18.109.578.000,- atau sebesar 43.0% dari
total alokasi anggaran. Realisasi anggaran untuk masing-masing tolak ukur
dijabarkan sebagaimana penjelasan berikut :
a. Layanan Manajemen Program
Alokasi anggaran untuk Sub output Layanan Manajemen Program semula
adalah sebesar Rp22.512.780.000,00. Sampai dengan akhir Juni 2018,
alokasi anggaran tersebut terserap sebesar Rp12.644.439.000,00 atau
56,2%. Alokasi tersebut terdiri dari dua sub-output, yakni:
1) Penyusunan Program dan Anggaran
Alokasi anggaran untuk sub output ini adalah Rp8.470.597.000,00.
Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap
sebesar Rp4.938.348.000,00 atau 58,3%. Alokasi tersebut terdiri dari 11
komponen, yakni:
a) Penajaman Renstra Direktorat PSMA
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
191.357.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut terserap sebesar Rp46.800.000,00 atau 24.5%.
b) Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) Tahun 2018 (Pusat)
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
215.224.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018. alokasi anggaran
tersebut terserap sebesar Rp58.424.000,00 atau 27.1%.
c) Pelaksanaan Penyusunan Rencana Tindak (Action plan) Program SMA
Tingkat Provinsi
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah Rp 1.074.587.000,00.
Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap
sebesar Rp1.061.443.000,00 atau 98.8%.
Penyusunan Rencana Tindak (action plan) Program SMA Tahun 2018
telah dilaksanakan pada tanggal 25 s.d. 27 Januari di Surakarta.
d) Penyusunan Program Kerja Dit. PSMA Tahun 2018
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar
Rp206.125.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp123.294.000,00 atau 59,9%.
e) Koordinasi Pelaksanaan Program SMA
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
202.410.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut telah terserap sebesar Rp 189.000.000,00 atau 93,4%.
f) Penyusunan Program dan Anggaran 2019
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
789.350.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut terserap sebesar Rp 368.796.000.00 atau 46,7%.
g) Diseminasi Program SMA Tahun 2018
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
2.226.990.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp 2.186.927.000,00 atau 98.2%.
Kegiatan Diseminasi Program SMA Tahun 2018 Tahap 1 telah
dilaksanakan pada tanggal 13 s.d. 15 Februari 2018 dan Tahap 2 pada
tanggal 19 s.d. 21 Februari 2018 di Sentul Bogor.
h) Review Juknis Bantuan Direktorat PSMA Tahun 2018
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar
Rp174.725.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut belum terserap.
i) Singkronisasi Program SMA Tahun 2018
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
1.056.415.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp 903.574.000,00 atau 85,5%.
j) Roadmap pemenuhan sarana prasarana 2024
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
1.277.159.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut belum terserap.
2) Pengelolaan Data dan Informasi
Alokasi anggaran untuk komponen ini adalah sebesar Rp
14.042.183.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut terserap sebesar Rp 7.706.092.000,00 atau 54,9%. Alokasi tersebut
terdiri dari enam subkomponen yakni:
a) Workshop Peningkatan kualitas Data SMA
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
10.518.113.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp 6.860.608.000,00 atau 65.2%.
Kegiatan Workshop Peningkatan Kualitas Data Pendidikan SMA Tahun
2018 tahap 1 sampai dengan tahap 4 telah dilaksanakan pada bulan
Februari dan Mei 2018 di Bekasi dan Bogor.
b) Pengolahan dan Pemutakhiran Data Pokok SMA
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
1.263.450.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp143.650.000,00 atau 11,4%.
c) Pengelolaan Portal dan Database SMA
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
1.614.920.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp 502.835.000,00 atau 31,1%.
d) Penyusunan Lokus Bantuan Dit. PSMA
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
182.400.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut belum terserap.
e) Penyusunan Buku Statistik dan Bansos SMA
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
363.300.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut terserap sebesar Rp189.999.000,00 atau 54,8%.
f) Dukungan pelaksanaan Asian Games Tahun 2018.
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar
Rp100.000.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut belum terserap.
b. Layanan Manajemen Evaluasi
Alokasi anggaran untuk Suboutput Layanan Manajemen Evaluasi adalah
sebesar Rp 19.572.650.000,00. Sampai dengan akhir Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp 5.465.138.000,00 atau 27,9%. Alokasi
tersebut terdiri dari tiga komponen, yakni:
1) Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi
Alokasi anggaran untuk Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi adalah
sebesar Rp 8.173.777.000,00. Sampai dengan akhir Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp 1.634.559.000,00 atau 20,0%.
Alokasi tersebut terdiri dari delapan subkomponen, yakni:
a) Pemantauan Pelaksanaan Anggaran
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah Rp 1.060.650.000,00.
Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut
terserap sebesar Rp 316.278.000,00 atau 29,8%.
b) Pemantauan Dana Dekonsentrasi Tahun 2018
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
744.320.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp 41.575.000,00 atau 5,6%.
c) Pemantauan dana bantuan pemerintah Direktorat Pembinaan SMA
Tahun 2017 dan 2018.
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
1.184.606.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp 939.525.000,00 atau 79,3%.
d) Pelaksanaan Evaluasi pencapaian hasil program SMA tingkat Provinsi.
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
3.562.748.000,00. Sampai dengan akhir Juni, alokasi anggaran tersebut
belum terserap.
e) Sosialisasi aplikasi e-Monev
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
273.900.000,00. Sampai dengan akhir Juni, alokasi anggaran tersebut
terserap sebesar Rp 129.600.000,00 atau 47,3%.
f) Penyusunan Rancangan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP).
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
392.570.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp 107.883.000,00 atau 27,5%.
g) Tindak Lanjut Pemeriksaan
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar
Rp263.384.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut belum terserap.
h) Koordinasi Program Direktorat PSMA
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar
Rp691.599.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp99.698.000,00 atau 14,4%.
2) Pelayanan kerjasama Antar Lembaga
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp4.520.871.000,00.
Sampai dengan akhir Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap sebesar
Rp 1.180.321.000,00 atau 26,1%. Alokasi tersebut terdiri dari empat
subkomponen. yakni:
a) Kajian Naskah Akademik Pembinaan dan Pengembangan SMA
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
645.126.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut terserap Rp. 7.088.000,00 atau 1,1%.
b) Workshop Penguatan Kerjasama antara SMA dengan Instansi lainnya
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
1.336.475.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut belum terserap.
c) Kerjasama dengan Instansi Lainnya
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
240.840.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut terserap sebesar Rp 120.760.000,00 atau 50,01%.
d) Penyusunan buku informasi Dit. PSMA Tahun 2018
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
1.462.198.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut terserap sebesar Rp 1.052.473.000,00 atau 72,0%.
3) Layanan Pengelolaan BOS dan DAK
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp 6.878.002.000,00.
Sampai dengan akhir Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap sebesar
Rp 2.650.259.000,00 atau 38,5%. Alokasi tersebut terdiri dari delapan
subkomponen, yakni:
a) Penyusunan Juknis BOS SMA
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
797.225.000,00 Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut terserap sebesar Rp171.900.000,00 atau 21,6%.
b) Pengolahan Data BOS SMA
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
320.850.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut terserap sebesar Rp 146.096.000,00 atau 45,5%.
c) Diseminasi Program SMA Tingkat Provinsi
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
1.782.030.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut terserap sebesar Rp497.842.000 atau 27,9%.
d) Workshop Koordinasi Pelaksanaan BOS 2018
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar
Rp855.107.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut terserap sebesar Rp803.969.000,00 atau 94,0%.
Kegiatan Workshop Koordinasi Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) Sekolah Menengah Atas (SMA) Tahun 2018 dilaksanakan pada
tanggal 5 s.d. 7 Mei di Bogor.
e) Pengelolaan dan Pengolahan DAK SMA
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar
Rp312.000.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut terserap sebesar Rp144.975.000,00 atau 46,5%.
f) Workshop Pengelolaan DAK Fisik SMA Tahun 2018
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar
Rp954.035.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut terserap sebesar Rp859.227.000,00 atau 90,1%.
Kegiatan Workshop Koordinasi Pengelolaan DAK Tahun 2018
dilaksanakan pada tanggal 12 s.d. 14 Mei di Bogor.
g) Workshop Evaluasi DAK Fisik SMA Tahun 2018 Semester 1
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar
Rp804.230.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut terserap Rp 26.250.000 atau 3,3%.
h) Workshop Evaluasi DAK Fisik SMA Tahun 2018 Semester 2
Alokasi anggaran untuk subkomponen ini adalah sebesar Rp
1.052.525.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut belum terserap.
2. Pelaksanaan Kegiatan Subdit Kurikulum
Anggaran untuk pelaksanaan kegiatan di Subdit Kurikulum adalah sebesar Rp.
166.384.256.000,- dimana realisasi penyerapan anggaran sampai dengan
semester I telah mencapai Rp153.109.901.000,- atau sebesar 81,2% dari total
alokasi anggaran. Realisasi anggaran untuk masing- masing tolak ukur
dijabarkan sebagaimana penjelasan berikut :
a. Sekolah Rujukan.
Sekolah rujukan dikembangkan dengan tujuan untuk mendorong sekolah dalam
memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) guna peningkatan dan
pemerataan mutu pendidikan melalui kerjasama antara sekolah rujukan dengan
sekolah lainnya sebagai mitra. Kegiatan ini memiliki 650 Paket sasaran output
dengan alokasi anggaran sebesar Rp 107.529.585.000,- dimana realisasi
penyerapan anggaran sampai dengan semester I baru mencapai Rp
104.026.889.000,- atau sebesar 96,7% dari total alokasi anggaran. Adapun
capaian masing-masing inputan kegiatan ini terdiri dari :
1) Bimbingan Teknis
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp7.196.105.000,00. Sampai
dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap sebanyak
Rp3.276.899.000,00 atau 25,4%.
a) Verifikasi Sekolah Calon SMA Rujukan
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp 704.525.000,00.
Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap
sebanyak Rp464.088.000,00 atau 48,3%.
b) Bimbingan Teknis Bantuan Pemerintah SMA Rujukan
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp 3.141.580.000,00.
Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap
sebanyak Rp 2.812.812.000,00 atau 89,5%.
c) Bimbingan Teknis Pengelolaan SMA Rujukan
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp 2.933.480.000,00.
Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut belum
terserap.
2) Penyaluran Bantuan
Alokasi anggaran untuk penyaluran bantuan ini semula adalah sebesar
Rp100.750.000.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp100.750.000.000,00 atau 100%.
b. Sekolah yang mendapatkan pembinaan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS)
Kegiatan ini memiliki 3,137 sasaran sekolah dengan alokasi anggaran sebesar
Rp20.093.215.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut terserap sebesar Rp5.826.433.000,00 atau 29.0%. Dalam output ini
didukung oleh tiga Komponen yaitu:
1) Penyusunan Panduan
Alokasi anggaran untuk komponen ini adalah sebesar Rp3.733.010.000,00.
Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap
sebesar Rp926.456.000,00 atau 27,3%.
2) Bimbingan teknis
Alokasi anggaran untuk komponen ini adalah sebesar Rp15.428.460.000,00
Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap
sebesar Rp3.735.708.000,00 atau 24,2%.
3) Supervisi
Alokasi anggaran untuk komponen ini adalah sebesar
Rp1.265.895.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp1.164.270.000,00 atau 92,0%.
c. Sekolah yang menerapkan kurikulum 2013
Kebijakan Direktorat Pembinaan SMA melaksanakan Program ini bertujuan untuk
mengimplementasikan kurikulum 2013 dalam rangka meningkatkan mutu
pembelajaran SMA. Kegiatan ini memiliki sasaran 8.012 Sekolah dengan
alokasi anggaran sebesar Rp 16.335.556.000,- dimana realisasi penyerapan
anggaran sampai dengan semester I telah mencapai Rp 3.937.757.000,- atau
sebesar 24.1% dari total alokasi anggaran. Adapun capaian masing-masing
inputan kegiatan ini terdiri dari :
1) Penyusunan bahan, Panduan dan Materi pelatihan dan pendampingan
Kurikulum 2013. Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp
389.675.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut terserap Rp378.104.000,00 atau 97,0%.
2) Koordinasi dan Singkronisasi pelaksanaan pelatihan Kurikulum 2013 dengan
LPMP. Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar
Rp1.091.470.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut belum terserap.
3) Pelatihan Kurikulum 2013 Tahun 2017.
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp14.854.411.000,00. Sampai
dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap
Rp3.559.653.000,00 atau 24,0%. Alokasi tersebut terdiri dari beberapa sub
komponen, yakni:
a) Pendampingan penyelenggaraan pelatihan K13 (instruktur kab/kota
dan guru sasaran). Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar
Rp 1.049.780.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp534.305.000,00 atau 50,9%.
b) Workshop pembinaan program kurikulum SMA bagi pengawas dan
guru BK. Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp
1.212.150.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp992.529.000,00 atau 81,9%.
c) Sosialisasi/Seminar Kurikulum (Uji Public). Alokasi anggaran untuk
output ini adalah sebesar Rp 2.155.400.000,00. Sampai dengan akhir
bulan Juni 2018. alokasi anggaran tersebut terserap sebesar
Rp398.750.000,00 atau 18,5%.
d) Workshop penyiapan video feature, e-modul, dan video
pembelajaran. Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp
2.001.920.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut belum terserap.
e) Workshop Pembahasan dan Penyempurnaan Aplikasi e-Modul, Video
dan Skrip Feature. Alokasi angaran untuk komponen ini adalah
sebesar Rp 2.590.090.000,00 sampai dengan akhir Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut belum terserap.
f) Bimbingan Teknis Penyegaran Instruktur Provinsi. Alokasi anggaran
untuk output ini adalah sebesar Rp 1.428.260.000,00. Sampai dengan
akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap sebanyak
Rp1.487.517.000,00 atau 100%.
g) Penggandaan dan Pengiriman Sertifikat/Ijazah SMA. Alokasi
anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp 3.674.151.000,00.
Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut
terserap sebanyak Rp 146.552.000,00
d. Sekolah yang menerapkan program Keterampilan/Kewirausahaan
Program kewirausahaan ini bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada
sekolah-sekolah yang berprestasi baik yang jumlah lulusannya banyak yang
tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Sasaran sekolah
kewirausahaan 204 sekolah dengan alokasi anggaran untuk output ini adalah
sebesar Rp22.425.900.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp21.318.812.000,00 atau 95,1%.
Alokasi tersebut terdiri dari dua komponen, yakni:
1) Bimbingan Teknis
Alokasi anggaran untuk Sub komponen ini adalah sebesar
Rp2.025.900.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp918.812.000,00 atau 45,4%.
a) Workshop asistensi Bantuan Pemerintah program Kewirausahaan.
Alokasi anggaran untuk Sub komponen ini adalah sebesar
Rp1.023.210.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap Rp918.812.000,00 atau 89,8%.
b) Workshop pengelolaan program kewirausahaan. Alokasi anggaran
untuk Sub komponen ini adalah sebesar Rp1.002.690.000,00. Sampai
dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut belum
terserap.
2) Penyaluran Bantuan Kewirausahaan. Pada tahun 2017 Direktorat
Pembinaan SMA memberikan bantuan kewirausahaan dengan nilai
bantuan sebesar Rp20.400.000.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni
2018, alokasi anggaran tersebut telah terserap Rp20.400.000.000,00 atau
100%.
3. Pelaksanaan Kegiatan Subdit Kelembagaan Dan Sarana Prasarana
Anggaran untuk pelaksanaan kegiatan di Subdit Kelembagaan dan Sarana
Prasarana adalah sebesar Rp.1.569.431.276.000,- dimana realisasi
penyerapan anggaran sampai dengan semester I telah mencapai Rp.
534.009.943.000,- atau sebesar 34,0% dari total alokasi anggaran.
Realisasi anggaran untuk masing-masing tolak ukur dijabarkan sebagaimana
penjelasan berikut :
a. Unit Sekolah Baru (USB)
Unit Sekolah Baru adalah bantuan pembangunan unit gedung baru untuk
penyelenggaraan sekolah SMA negeri maupun swasta yang diberikan kepada
Kabupaten/Kota ataupun yayasan dalam rangka memperluas akses dan
pemerataan layanan pendidikan SMA. Pembangunan Unit Sekolah Baru
bertujuan untuk meningkatkan Angka Partisipasi Pendidikan SMA. Oleh karena
itu, Bantuan ini difokuskan bagi daerah-daerah yang memiliki Angka Partisipasi
Pendidikan (APK) rendah. Selain itu, bantuan ini juga ditujukan bagi daerah atau
wilayah perbatasan Republik Indonesia (Sekolah Garis Depan) yang
memerlukan layanan pendidikan SMA. Program ini memiliki sasaran lokasi
sebanyak 18 USB, yang sampai dengan semester I telah tersalurkan untuk
membangun 18 USB. Alokasi anggaran program ini sebesar Rp. 61.855.449.000,-
dimana realisasi penyerapan anggaran sampai dengan semester I sebesar Rp.
33.473.729.000,- atau sebesar 54,1% dari total alokasi anggaran. Adapun capaian
masing-masing inputan kegiatan ini terdiri dari:
1) Verifikasi Calon Penerima Bantuan
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp1.130.300.000,00
Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap
sebesar Rp370.635.000,00 atau 32,8%.
2) Bimtek Sosialisasi Pemberian Bantuan
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp2.129.494.000,00.
Sampai dengan akhir bulan Juni 2017, alokasi anggaran tersebut terserap
sebesar Rp684.343.000,00 atau 32,1%.
3) Penyaluran Bantuan Pembangunan
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp43.515.040.000,00.
Untuk USB reguler, dan Rp14.753.830.000,00 untuk USB yang berasrama.
Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap
sebesar Rp27.185.378.000,00 atau 62,5% dengan sasaran 16 unit sekolah,
untuk USB reguler, dan Rp5.233.374.000,00 untuk USB yang berasrama
dengan sasaran 2 unit sekolah.
4) Supervisi Penerima Bantuan. Alokasi anggaran untuk output ini adalah
sebesar Rp326.785.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut belum terserap.
b. Ruang Kelas Baru (RKB) yang dibangun
Ruang Kelas Baru adalah bantuan pembangunan ruang kelas yang diberikan
kepada sekolah dalam rangka meningkatkan daya tampung sekolah.
pembangunan RKB difokuskan pada daerah-daerah yang memiliki APK rendah.
Program ini memiliki sasaran lokasi sebanyak 1,624 ruang.
Realisasi sampai dengan semester I telah tersalurkan untuk membangun 1.273
RKB, sehingga masih 351 ruang akan di bangun di semester II nanti. Alokasi
anggaran program ini sebesar Rp. 375.421.720.000,- dimana realisasi
penyerapan anggaran sampai dengan semester I sebesar Rp. 205.277.299.000,-
atau sebesar 54,7% dari total alokasi anggaran. Adapun capaian masing-masing
inputan kegiatan ini terdiri dari:
1) Workshop/Bimtek Sosialisasi Bantuan Pembangunan
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp2.565.200.000,00.
Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap
sebesar Rp1.103.360.000,00 atau 40,3%.
2) Analisis Kegiatan dan Penyusunan Laporan
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp206.000.000,00. Sampai
dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap sebesar
Rp90.999.000,00 atau 44,2%.
3) Penyaluran Bantuan
Alokasi anggaran untuk komponen penyaluran bantuan ini adalah sebesar
Rp359.278.899.000,00 untuk RKB reguler dan Rp13.371.621.000,00 untuk
RKB daerah 3T dan perbatasan. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp194.792.810.000,00 atau 54,2% dengan
sasaran 1.253 ruang untuk RKB reguler dan Rp9.360.130.000,00 atau 70,0%
dengan sasaran 20 ruang untuk RKB daerah 3T dan perbatasan.
c. Sekolah yang mendapat Ruang Laboratorium Komputer/Praktik Siswa.
Mengingat pentingnya pemanfaatan teknologi komputer dalam proses
pembelajaran dan keterbatasan fasilitas teknologi komputer, maka pemerintah
mencoba mengeliminasi keterbatasan tersebut dengan memberikan bantuan untuk
pembangunan laboratorium komputer. Program Laboratorium Komputer adalah
bantuan penyediaan Laboratorium Komputer yang diberikan kepada sekolah yang
belum memiliki laboratorium tersebut. Program ini memiliki sasaran lokasi
sebanyak 656 ruang laboratorium. Realisasi sampai dengan semester I
tersalurkan untuk membangun 505 ruang, sehingga masih 151 ruang akan di
bangun di semester II nanti. Alokasi anggaran program ini sebesar
Rp. 156.229.310.000,- dimana realisasi penyerapan anggaran sampai dengan
semester I sebesar Rp. 83.246.589.000,- atau sebesar 53,3% dari total alokasi
anggaran. Adapun capaian masing-masing inputan kegiatan ini terdiri dari:
1) Verifikasi Calon Penerima Bantuan. Alokasi anggaran untuk output ini
adalah sebesar Rp1.080.350.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018,
alokasi anggaran tersebut belum.
2) Bimtek Sosialisasi Bantuan Pembangunan. Alokasi anggaran untuk output
ini adalah sebesar Rp2.675.900.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni
2018, alokasi anggaran tersebut terserap sebesar Rp1.198.431.000,00 atau
44,8%.
3) Penyaluran Bantuan Pemerintah. Alokasi anggaran untuk output ini adalah
sebesar Rp148.011.380.000,00 untuk laboratorium komputer daerah reguler
dengan sasaran 646 sekolah dan Rp4.461.680.000,00 untuk laboratorium
komputer daerah daerah 3T dan perbatasan dengan sasaran 10 sekolah.
Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap
sebesar Rp78.451.182.000,00 atau 53,0% dengan sasaran 497 ruang untuk
laboratorium komputer daerah reguler dan Rp3.596.976.000,00 atau 80,6%
dengan sasaran 8 ruang.
d. Ruang Belajar yang direhabilitasi.
Kondisi sarana dan prasarana SMA masih belum memenuhi Standar Nasional
Pendidikan (SNP). Untuk itu, Direktorat Pembinaan SMA berupaya untuk
memenuhi sarana dan prasarana mutu dengan memberikan bantuan Ruang
Belajar yang direhabilitasi kepada sekolah dalam bentuk dana bantuan sosial
yang disalurkan langsung ke sekolah penerima. Untuk memenuhi kualitas
layanan pendidikan yang sesuai atau mendekati Standar Nasional Pendidikan.
Program ini memiliki sasaran lokasi sebanyak 2500 paket rehab. Realisasi
sampai dengan semester I tersalurkan untuk membangun 2202 paket rehab.
Alokasi anggaran program ini sebesar Rp129.088.700.000,- dimana realisasi
penyerapan anggaran sampai dengan semester I sebesar Rp67.085.750.000,-
atau sebesar 52.0% dari total alokasi anggaran. Adapun capaian masing-masing
inputan kegiatan ini terdiri dari:
1) Bimtek Sosialisasi Bantuan Sosial. Alokasi anggaran untuk komponen ini
semula adalah sebesar Rp2.889.400.000,00 menjadi Rp2.894.800.000,00.
Sampai dengan akhir bulan Juni 2017, alokasi anggaran tersebut terserap
sebesar Rp482.936.000,00 atau 16,7%.
2) Penyaluran Bantuan Pembangunan. Alokasi anggaran untuk komponen ini
adalah sebesar Rp267.910.000.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2017,
alokasi anggaran tersebut terserap sebesar Rp55.411.657.000,00 atau
20,7% dengan sasaran 1554 ruang.
e. Sekolah yang mendapatkan peralatan pendidikan.
Layanan pendidikan sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana
mutu yang dimiliki sekolah untuk mendukung kegiatan proses belajar mengajar.
Kondisi kepemilikan sarana dan prasarana dari sisi jumlah masih belum
memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP). Kegiatan ini untuk memenuhi
kualitas layanan pendidikan yang sesuai atau mendekati Standar Nasional
Pendidikan. Program ini memiliki sasaran lokasi sebanyak 2152 paket. Realisasi
sampai dengan semester I belum tersalurkan karena masih dalam proses clicking
ecatalog. Alokasi anggaran program ini sebesar Rp512.724.012.000,- dimana
realisasi penyerapan anggaran sampai dengan semester I sebesar Rp.
Rp33.409.000,- atau sebesar 0.04% dari total alokasi anggaran. Adapun capaian
masing-masing inputan kegiatan ini terdiri dari:
1) Penyusunan Materi dan Panduan. Alokasi anggaran untuk output ini adalah
sebesar Rp702.720.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, realisasi
penyerapan anggaran sampai dengan akhir Juni 2018 sebesar Rp.
Rp33.409.000,- atau sebesar 7,5%.
2) Bimtek operator komputer pembelajaran. Alokasi anggaran untuk output ini
adalah sebesar Rp18.473.820.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018,
alokasi anggaran tersebut belum terserap.
3) Penyaluran Bantuan. Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar
Rp492.347.472.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut belum terserap.
4) Supervisi penerima bantuan. Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar
Rp1.200.000.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut belum terserap.
f. Sekolah yang mendapatkan pembinaan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS).
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
mengamanatkan bahwa dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional secara
bertahap, terencana, dan terukur. Oleh karena itu, Pemerintahan melakukan
akreditasi terhadap seluruh sekolah. Pasal 60 tentang Akreditasi dinyatakan
bahwa, ayat (1) akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan
satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap
jenjang dan jenis pendidikan; dan ayat (2) akreditasi terhadap program dan
satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai
bentuk akuntabilitas publik. Lembaga mandiri yang berwenang untuk
melaksanakan akreditasi tesebut adalah Bandan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah (BAN S/M)
Akreditasi sekolah merupakan proses penilaian secara komprehensif terhadap
kelayakan program dan satuan pendidikan, yang diwujudkan dengan adanya
sertifikasi yang dikeluarkan oleh BAN S/M. Penggunaan instrumen akreditasi
yang komprehensif dikembangkan berdasarkan standar yang mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan (SNP). Hal ini didasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (juncto Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013) yang memuat kriteria minimal tentang komponen pendidikan.
Seperti dinyatakan pada pasal 1 ayat (1) bahwa SNP adalah kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Oleh sebab itu, SNP harus dijadikan standar mutu guna memetakan
secara utuh profil kualitas sekolah.
Mengingat pentingnya akreditasi dalam meningkatkan mutu pendidikan, maka
hasil akreditasi perlu ditindaklanjuti oleh masing- masing direktorat teknis
terkait. Program tindaklanjut lebih di fokuskan kepada sekolah-sekolah yang
nilai akreditasinya masih belum memadai. Oleh karena itu. Sasaran program
adalah sekolah yang harus akreditasi C atau TT (tidak terakreditasi). Sementara
itu, untuk sekolah sekolah yang belum terakreditasi juga perlu diberikan
perlakuan/bimbingan teknis untuk persiapan
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp9.657.442.000,00. Sampai
dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut belum terserap.
.
g. Sekolah yang mendapatkan bantuan sarana prasarana lainnya.
Sekolah yang mendapatkan bantuan sarana prasarana lainnya merupakan salah
satu bentuk Program Direktorat Pembinaan SMA bertujuan untuk peningkatan
kualitas pendidikan SMA sebagai pusat pengembangan mutu pendidikan melalui
Sekolah yang mendapatkan bantuan sarana prasarana lainnya. Program ini
memiliki sasaran lokasi sebanyak 221 paket. Realisasi sampai dengan semester I
tersalurkan untuk 198 paket, sehingga masih 23 paket yang akan disalurkan di
semester II. Alokasi anggaran program ini sebesar Rp25.751.990.000,- dimana
realisasi penyerapan anggaran sampai dengan semester I sebesar
Rp14.049.375.000,- atau sebesar 54,6% dari total alokasi anggaran. Adapun
capaian masing-masing inputan kegiatan ini terdiri dari:
1) Bimbingan Teknis Bantuan. Alokasi anggaran untuk output ini adalah
sebesar Rp751.990.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp189.375.000,00 atau 25,2%.
2) Penyaluran Bantuan. Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar
Rp25.000.000.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp13.860.000.000,00 atau 55,4%.
h. Sekolah yang direnovasi.
Program ini bertujuan untuk peremajaan sekolah-sekolah SMA yang sudah
memiliki umur ditas 20 tahun. Selain itu tujuan dari program ini adalah untuk
memenuhi kualitas layanan pendidikan yang sesuai atau mendekati Standar
Nasional Pendidikan. program ini memiliki sasaran 100 paket dengan alokasi
anggaran sebesar Rp75.646.955.000,- dimana realisasi penyerapan anggaran
sampai dengan semester I sebesar Rp35.640.044.000,- atau sebesar 47.1%.
dari total alokasi anggaran. Adapun capaian masing-masing inputan kegiatan ini
terdiri dari. Adapun capaian masing-masing inputan kegiatan ini terdiri dari:
1) Verifikasi Calon Penerima Bantuan. Alokasi anggaran untuk output ini
adalah sebesar Rp915.200.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018,
alokasi anggaran tersebut terserap Rp484.953.000,00 atau 53,0%.
2) Bimtek Sosialisasi Bantuan Pembangunan. Alokasi anggaran untuk output
ini adalah sebesar Rp1.160.535.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni
2018, alokasi anggaran tersebut terserap sebesar Rp155.091.000,00 atau
13,4%.
3) Penyaluran Bantuan Pembangunan. Alokasi anggaran untuk output ini adalah
sebesar Rp72.862.320.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp35.000.000.000,00 atau 48% dengan
sasaran 100 sekolah.
4) Supervisi penerima bantuan. Alokasi anggaran untuk output ini adalah
sebesar Rp708.900.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap belum terserap.
i. Ruang perpustakaan yang dibangun.
Melalui kegiatan pemberian bantuan Perpustakaan/Pusat Sumber Belajar,
diharapkan adanya peningkatan jumlah sekolah sekolah yang memiliki
perpustakaan/pusat sumber belajar berpusat pada peserta didik pada jenjang
pendidikan menengah khususnya SMA pada tingkat nasional dapat dicapai secara
bertahap sesuai dengan restra Kementerian Pendidikan Nasional 2015-2019.
Siswa akan dapat belajar secara maksimal dengan menggunakan ruang
perpusatakaan/ pusat sumber belajar sesuai dengan standar dan memadai
sehingga dapat meningkatkan kualitas belajarnya dan manfaat yang didapat yaitu
sekolah memiliki ruang perpustakaan/ pusat sumber belajar sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan yang dapat meningkatkan PBM sehingga akan
meningkatkan mutu proses belajar mengajar di sekolah. Program ini memiliki
sasaran lokasi sebanyak 750 perpustakaan yang sampai dengan semester I telah
tersalurkan untuk membangun 475 perpustakaan, dan masih 275 lokasi yang akan
di bangun di semester II nanti. Alokasi anggaran program ini sebesar
Rp224.062.100.000,- dimana realisasi penyerapan anggaran sampai dengan
semester I sebesar Rp95.204.107.000,- atau sebesar 42.5% dari total alokasi
anggaran. Adapun capaian masing-masing inputan kegiatan ini terdiri dari:
1) Bimtek Bantuan Pembangunan. Alokasi anggaran untuk output ini adalah
sebesar Rp2.898.950.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp1.131.608.000,00 atau 39,0%.
2) Verifikasi Penerima Bantuan Pembangunan
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp1.353.150.000,00.
Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut belum
terserap.
3) Penyaluran Bantuan Pembangunan. Alokasi anggaran untuk output ini adalah
sebesar Rp219.810.000.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp94.072.499.000,00 atau 42,8%.
4. Pelaksanaan Kegiatan Subdit Peserta Didik
Anggaran untuk pelaksanaan kegiatan di Subdit Peserta Didik adalah sebesar
Rp1.319.412.016.000,- dimana realisasi penyerapan anggaran sampai dengan
semester I telah mencapai Rp862.997.922.000,- atau sebesar 65.4% dari total
alokasi anggaran. Realisasi anggaran untuk masing-masing tolak ukur
dijabarkan sebagaimana penjelasan berikut :
a. Sekolah yang menerapkan karakter Bangsa.
Pendidikan Karakter Bangsa yang bertujuan untuk mengaktualisasikan peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Melalui kegiatan ini siswa diharapkan mampu mengaplikasikan
sikap kerjasama, nasionalisme, rasa persatuan dan kesatuan bangsa, jujur,
peduli, berfikir kritis, positif, dapat menumbuhkembangkan sikap hormat dan
saling menghargai dalam keberagaman, meningkatkan disiplin diri,
tanggungjawab, kesadaran terhadap lingkungan fisik, sosial dan budaya, hidup
bersih dan sehat, melatih kewirusahaan, menjalin silaturahmi antar siswa dari
berbagai wilayah di Indonesia, memperkokoh kesatuan bangsa, membangun
jiwa kepemimpinan di kalangan generasi muda, meningkatkan kematangan jiwa
dan kestabilan emosi dalam rangka pembentukan sikap dan perilaku terpuji, serta
menyalurkan bakat dan minat serta kreativitas siswa dalam rangka pembinaan
karakter bangsa. Kegiatan ini memiliki sasaran output 5.000 siswa yang sampai
dengan semester I telah tercapai 2088 siswa dengan alokasi anggaran sebesar
Rp24.903.138.000,- dimana realisasi penyerapan anggaran sampai dengan
semester I telah mencapai Rp. Rp10.401.540.000,- atau sebesar 41.8% dari total
alokasi anggaran. Adapun capaian masing-masing inputan kegiatan ini terdiri dari:
1) Penyusunan Panduan. Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar
Rp693.566.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran
tersebut terserap sebesar Rp639.241.000,00 atau 92,2%.
2) Bimbingan Teknis penerima bantuan. Alokasi anggaran untuk output ini
adalah sebesar Rp641.690.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018,
alokasi anggaran tersebut terserap sebesar Rp309.603.000,00 atau 48,2%.
3) Pelaksanaan Kegiatan. Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar
Rp16.567.882.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp6.802.696.000,00 atau 41,1%.
4) Penyaluran Bantuan. Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar
Rp7.000.000.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp2.650.000.000,00 atau 37,9%.
b. Sekolah yang menerapkan Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
Secara umum kegiatan ini bertujuan meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi
belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
derajat kesehatan peserta didik. Selain itu juga menciptakan lingkungan yang
sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis
dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas.
Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah menciptakan lingkungan kehidupan
sekolah yang sehat, meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan
membentuk perilaku masyarakat sekolah yang sehat dan mandiri. Di samping itu
juga meningkatkan peran serta peserta didik dalam usaha peningkatan
kesehatan di sekolah dan lingkungan masyarakat, meningkatkan keteramplan
hidup sehat agar mampu melindungi diri dari pengaruh buruk lingkungan.
Kegiatan ini memiliki sasaran 64 sekolah dengan alokasi anggaran sebesar
Rp445.611.000,- dimana realisasi penyerapan anggaran sampai dengan semester
I masih 0 dan akan dilaksankana pada semester II.
c. Siswa yang mendapatkan Program Indonesia Pintar (PIP).
Sebagai usaha untuk menekan angka putus sekolah siswa SMA, Direktorat
Pembinaan SMA memberikan bantuan berupa dana untuk operasional siswa
melalui program Program Indonesia Pintar (PIP). Pelaksanaan program ini
selain melalui kegiatan pusat. Pengalokasian dana PIP diharapkan dapat lebih
mencapai siswa miskin yang terancam putus sekolah karena kesulitan ekonomi.
Skenario pelaksanaan dilakukan secara sistematis meliputi identifikasi dan
pengolahan data siswa penerima bantuan, penyusunan dokumen administrasi
keuangan, pengiriman dana bantuan ke rekening siswa melalui kerja sama
dengan bank pemerintah sebagai bank penyalur, pemantauan program, dan
pengolahan data siswa penerima bantuan. Kegiatan ini memiliki sasaran output
1,367,559 siswa yang sampai dengan semester I telah tercapai 1,005,709 siswa
dengan alokasi anggaran sebesar Rp 1,153,787,076,000,- dimana realisasi
penyerapan anggaran sampai dengan semester I telah mencapai Rp.
836,180,337,000,- atau sebesar 70% dari total alokasi anggaran. Adapun capaian
masing-masing inputan kegiatan ini terdiri dari:
1) Penyusunan dan penggandaan bahan. Alokasi anggaran untuk output ini
adalah sebesar Rp312.722.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018,
alokasi anggaran tersebut terserap sebesar Rp300.289.000,00 atau 96%.
2) Verifikasi calon penerima bantuan. Alokasi anggaran untuk output ini adalah
sebesar Rp1.335.533.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp441.392.000,00 atau 33%.
3) Bimbingan Teknis penerima bantuan. Alokasi anggaran untuk output ini
adalah sebesar Rp4.295.049.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018,
alokasi anggaran tersebut terserap sebesar Rp3.528.936.000,00 atau 82,2%.
4) Penyaluran bantuan. Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar
Rp1.174.988.500.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap Rp829.889.500.000,00 atau 70,6% dengan capaian
sebanyak 1.005.709 siswa.
5) Supervisi penerima bantuan. Alokasi anggaran untuk output ini adalah
sebesar Rp14.097.062.000,00. Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi
anggaran tersebut terserap sebesar Rp2.020.219.000,00 atau 14,3%.
d. Siswa yang mendapatkan Beasiswa Bakat dan Berprestasi.
Sebagai bentuk penghargaan bagi siswa berprestasi dan berbakat akan diberikan
beasiswa kepada siswa-siswi pemenang Olimpide Internasional, Debat Bahasa
Inggris, OSN, O2SN dan FL2SN tingkat nasional. Kebijakan dan Program ini
bertujuan untuk memberikan motivasi dan penghargaan bagi siswa berprestasi.
Impelementasi pelaksanaan program dilakukan melalui pemberian beasiswa
dengan melibatakan sasaran mencakup 2895 siswa SMA yang sampai dengan
semester I telah tercapai 277 Siswa. Alokasi anggaran beasiswa bakat dan prestasi
sebesar Rp10.928.040.000,- dimana realisasi penyerapan anggaran sampai dengan
semester I telah mencapai Rp1.117.171.000,- atau sebesar 10,2% dari total
alokasi anggaran. Adapun capaian masing-masing inputan kegiatan ini terdiri
dari:
1) Verifikasi Calon Penerima
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp155.040.000,-. Sampai
dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap
Rp84.671.000,- atau sekitar 54,6%
2) Penyaluran Beasiswa Bakat dan Prestasi
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp10.773.000.000,00.
Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap
sebesar Rp1.032.500.000,00 atau 9,6%.
e. Siswa yang mengikuti lomba, Festival.
Salah satu kegiatan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan SMA adalah
mendorong minat siswa dalam bentuk lomba di bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, olah raga, penelitian, debat bahasa indonesia, debat bahasa inggris,
kewirausahaan dan lomba apresiasi budaya. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan akademik siswa dan membentuk karakter
siswa yang bersikap sportif, jujur, berprestasi, menumbuhkan kecerdasan
estetika termasuk juga dibidang budaya dan kewirausahaan. Kegiatan ini memiliki
sasaran output 35 bidang yang sampai dengan semester I telah tercapai 9 bidang
dengan alokasi anggaran sebesar Rp88.106.361.000,- dimana realisasi
penyerapan anggaran sampai dengan semester I telah mencapai
Rp15.298.875.000,- atau sebesar 17.4% dari total alokasi anggaran. Adapun
capaian masing- masing inputan kegiatan ini terdiri dari:
1) Olimpiade Sains Nasional (OSN) adalah suatu kompetisi bersifat Nasional
yang dijadikan wadah oleh para remaja khususnya siswa SMA, yang berbakat
dalam bidang matematika, fisika, kimia, Komputer, Biologi, Astronomi dan
Geo Science (Kebumian), Geografi serta ekonomi. Kegiatan ini memiliki
sasaran input 35 bidang yang sampai dengan semester I telah tercapai 9
bidang dengan alokasi anggaran sebesar Rp46.211.906.000,- dimana
realisasi penyerapan anggaran sampai dengan semester I telah mencapai
Rp12.383.304.000,- atau sebesar 26.8% dari total alokasi anggaran.
2) Festival dan lomba seni siswa Indonesia memiliki sasaran input 1 bidang dengan
alokasi anggaran sebesar Rp6.930.535.000,- dimana realisasi penyerapan
anggaran sampai dengan semester I telah mencapai Rp143.890.000,- atau
sebesar 2,1% dari total alokasi anggaran.
3) Olimpiade olahraga siswa nacional (O2SN) memiliki sasaran input 8 bidang
dengan alokasi anggaran sebesar Rp10.579.296.000,- dimana realisasi
penyerapan anggaran sampai dengan semester I telah mencapai
Rp155.726.000,- atau sebesar 1.5% dari total alokasi anggaran.
4) Olimpiade penelitian Siswa Indonesia (OPSI) memiliki sasaran input 2
bidang dengan alokasi anggaran sebesar Rp7.453.334.000,- dimana realisasi
penyerapan anggaran sampai dengan semester I telah mencapai
Rp1.439.955.000,- atau sebesar 19,3% dari total alokasi anggaran.
5) Lomba debat bahas indonesia dan bahasa inggris tingkat nasional memiliki
sasaran input 1 bidang dengan alokasi anggaran sebesar Rp7.418.864.000,-
dimana realisasi penyerapan anggaran sampai dengan semester I telah
mencapai Rp455.089.000,- atau sebesar 6.1% dari total alokasi anggaran.
6) Lomba Apresiasi Sastra; memiliki sasaran input 1 bidang dengan alokasi
anggaran sebesar R3.838.031.000,- dimana realisasi penyerapan anggaran
sampai dengan semester I telah mencapai Rp.91.450.000,- atau sebesar 2,4%
dari total alokasi anggaran.
7) Lomba Kewirausahaan. memiliki sasaran input 1 bidang dengan alokasi
anggaran sebesar Rp5.674.395.000,- dimana realisasi penyerapan anggaran
sampai dengan semester I telah mencapai Rp. Rp629.461.000,- atau sebesar
11.1% dari total alokasi anggaran.
5. Pelaksanaan Kegiatan Subbag Tata Usaha
Bagian Tata Usaha memiliki tugas-tugas yang berkaitan dengan persuratan,
kepegawaian, dan urusan kerumahtanggaan dalam lingkungan Direktorat
pembinaan SMA. Anggaran untuk pelaksanaan kegiatan di Subbag Tata Usaha
adalah sebesar Rp34.202.370.000,- dimana realisasi penyerapan anggaran
sampai dengan semester I telah mencapai Rp14.837.896.000,- atau sebesar
43,4% dari total alokasi anggaran. Realisasi anggaran untuk masing-masing
tolak ukur dijabarkan sebagaimana penjelasan berikut :
a. Layanan Perkantoran
Program/kegiatan ini digunakan untuk mendukung operasionalisasi Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai direktorat pelaksana teknis pendidikan menengah atas.
Fokus program/kegiatan adalah pembayaran gaji dan tunjangan-tunjangan
pejabat dan pegawai pada Direktorat Pembinaan SMA dan tugas-tugas rutin
Direktorat lainnya untuk kurun waktu tahun 2018. Kegiatan ini memiliki sasaran
output 12 bulan yang sampai dengan semester I telah tercapai 6 bulan dengan
alokasi anggaran sebesar Rp 26.736.659.000,- dimana realisasi penyerapan
anggaran sampai dengan semester I telah mencapai Rp12.040.862.000,- atau
sebesar 45,0% dari total alokasi anggaran. Adapun capaian masing-masing
inputan kegiatan ini terdiri dari:
1) Gaji dan Tunjangan
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp18.226.331.000,00. Sampai
dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap sebesar
Rp9.9973.970.000,00 atau 54,7%.
2) Operasional dan Pemeliharaan Kantor
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp8.510.328.000,00.
Sampai dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap
sebesar Rp2.066.892.000,00 atau 24.3%.
b. Layanan Umum dan Tata Usaha
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp4.732.109.000,00. Sampai
dengan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap sebesar
Rp2.629.487.000,00 atau 55,6%. Alokasi tersebut terdiri dari empat suboutput,
yakni:
1) Pelayanan Tata Laksana
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp254.300.000,00. Sampai
dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap sebesar
Rp238.100.000,00 atau 93,8%.
2) Pengelolaan Keuangan
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp454.500.000,00. Sampai
dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap sebesar
Rp258.985.000,00 atau 57%
3) Pelayanan Umum dan Perlengkapan
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp4.023.509.000,00. Sampai
dengan akhir bulan Juni 2018, alokasi anggaran tersebut terserap sebesar
Rp2.132.092.000,00 atau 53,0%.
c. Layanan Internal (Overhead)
Alokasi anggaran untuk output ini adalah sebesar Rp2.733.602.000,00. Sampai
dengan Juni 2017, alokasi anggaran tersebut terserap sebesar Rp167.547.000,00
atau 6,1%.
B. Capaian Kinerja Direktorat
Tabel 3. 1 Tabel Capaian Kinerja Semester 1 Direktorat PSMA
Sasaran
Kegiatan Indikator Kinerja
Target 2018 Realisasi Semester 1
Target Kinerja Anggaran (dalam
rupiah) Fisik
Persent
ase Keuangan
Persent
ase
SK 3.1
Tercapainya Perluasan dan Pemerataan
Akses Pendidikan SMA Bermutu,
Berkesetaraan Jender, dan Relevan
dengan Kebutuhan Masyarakat, di
Semua Kabupaten dan Kota
1,864,085,752,000 690,077,946,743
IKK 3.2 Jumlah RKB SMA yang
dibangun 1,624 Ruang 409,395,890,000 1,253 77.2% 205,277,299,050 50.1%
IKK 3.3 Jumlah unit SMA baru yang
dibangun 18 Unit 61,815,116,000 18 100.0% 33,473,729,450 54.2%
IKK 3.4 Pembangunan Prasarana Pembelajaran SMA
1,627 Ruang 404,238,739,000 1,170 71.9% 192,500,071,000 47.6%
IKK 3.5 Rehabilitasi Ruang
Pembelajaran SMA 2,600 Paket 179,568,835,000 2,302 88.5% 102,725,793,930 57.2%
IKK 3.6 Pengadaan Sarana
Pembelajaran SMA 2,152 Paket 494,877,877,000 0 0.0%
- 0.0%
IKK 3.7 Jumlah SMA yang menerapkan kurikulum yang
ditetapkan oleh pemerintah
8,012 Sekolah 16,358,035,000 1,931 24.1%
3,937,756,720 24.1%
IKK 3.8 Jumlah bahan ajar SMA
yang disusun 19 Modul 2,878,210,000 0.0% 0.0%
IKK 3.9
Jumlah SMA yang
menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah
3,137 Sekolah 25,989,424,000 0 0.0%
- 0.0%
IKK
3.10 Jumlah SMA Rujukan 650 Sekolah 106,348,105,000 626 96.3% 104,026,899,290 97.8%
IKK
3.11
Jumlah SMA yang
melakukan pembelajaran
kewirausahaan
204 Sekolah 22,278,500,000 204 100.0% 21,318,811,710 95.7%
IKK 3.12
Jumlah siswa SMA yang mengikuti lomba/olimpiade,
festival, debat, dan unjuk
prestasi tingkat nasional dan Internasional
3,346 Siswa 85,424,578,000 581 17.4% 15,298,875,333 17.9%
IKK 3.13
Jumlah siswa SMA yang memperoleh beasiswa
2,895 Siswa 10,577,040,000 296 10.2%
1,117,170,500 10.6%
IKK
3.14
Jumlah Siswa SMA yang
menerapkan pendidikan karakter
5,000 Siswa 44,335,403,000 2,088 41.8% 10,401,539,760 23.5%
SK 3.2 Tersedianya bantuan pendidikan bagi
siswa SMA dari keluarga miskin 1,196,188,175,000 836,180,336,650
IKK 3.15
Jumlah siswa SMA
penerima bantuan melalui
KIP
1,367,559 Siswa 1,196,188,175,000 1,005,709 73.5% 836,180,336,650 69.9%
SK 3.3
Menguatnya tata kelola dan sistem
pengendalian manajemen di Direktorat
SMA
164,362,306,000 46,293,741,487
IKK
3.16
Jumlah Satker yang
mendapat Dukungan
Manajemen dan Layanan Teknis SMA
35 Satker 72,300,141,000 35 100.0% 38,806,955,848 53.7%
Dekonsentrasi 92,062,165,000
7,486,785,639 8.1%
Jumlah 3,224,636,233,000 1,572,552,024,880
C. Akuntabilitas Keuangan
Pagu belanja Direktorat Pembinaan SMA dalam DIPA dibagi dalam 4 (empat) pos
pengeluaran, yaitu: (1) Pegawai, (2) Barang, (3) Modal, (4) Bantuan Sosial (Bansos). Pos
pengeluaran belanja Pegawai yaitu pos yang dikhususkan untuk belanja pegawai, misalnya:
gaji dan tunjangan-tunjangan. Pos pengeluaran belanja Barang yaitu pos pengeluaran yang
meliputi belanja untuk keperluan sehari-hari perkantoran, pemeliharaan dan perjalanan dinas
sebagai penunjang kegiatan. Pos pengeluaran belanja Modal yaitu pos pengeluaran yang
meliputi kegiatan pengadaan sarana prasarana yang merupakan aset tetap. Pos pengeluaran
belanja Bansos yaitu pos pengeluaran yang meliputi kegiatan bantuan sosial kepada
penyelenggaraan pendidikan berupa dana Program Indobesia Pintar. Alokasi untuk pos-pos
pengeluaran tersebut dapat dilihat dari gambar 3.1. berikut ini.
Total pagu belanja pada DIPA Direktorat Pembinaan SMA tahun 2018 (termasuk
dekonsentrasi) sebesar Rp. 3,223,577,513,000,- (tiga trilyun dua ratus dua puluh tiga milyar
lima ratus tujuh puluh tujuh juta lima ratus tiga belas ribu rupiah). Dari jumlah tersebut
Belanja Pegawai mendapatkan alokasi 0.5%, Belanja Barang mendapatkan alokasi 52.9%,
Belanja Modal mendapatkan alokasi 0,08%, dan Belanja Bantuan Sosial mendapatkan
alokasi sebesar 36.4%.
Realisasi Anggaran Direktorat Pembinaan SMA yang ada dalam DIPA tahun 2018
sampai dengan semester I adalah 1,572,552,025,000-.Sehingga daya serap anggaran
Belanja Pegawai, 0.57%
Belanja Barang, 62.90%
Belanja Modal, 0.08%
Belanja Bansos, 36.45%
Direktorat Pembinaan SMA sampai Juni 2018 adalah 48.78%. Kendala yang terjadi
dalam pelaksanaan program 2018 pada semester I ini adalah :
1. Terjadi revisi DIPA karena perlu penyesuaian beberapa output. Proses revisi
DIPA/RKAKL Direktorat Pembinaan SMA yang cukup lama karena perlu
koordinasi dengan Sekertariat Ditjen Dikdasmen, DJA.
2. Terjadi beberapa kali perubahan dalam clicking e-katalog untuk pengadaan
alat TIK sehingga penentuan pemenang ekatalog juga mundur.
Sajian-sajian gambar berikutnya memperlihatkan realisasi daya serap DIPA 2018
Direktorat Pembinaan SMA sampai bulan Juni 2018 pada masing-masing pos pengeluaran.
Sajian ini bertujuan memperlihatkan pada pos pengeluaran mana terjadi daya serap yang
kecil atau yang besar.
Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bansos
Alokasi 18,226,331 2,027,687,400 2,675,282 1,174,988,500
Realisasi 9,973,970 732,522,188 166,367 829,889,500
-
500,000,000
1,000,000,000
1,500,000,000
2,000,000,000
2,500,000,000
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan evaluasi tingkat pencapaian kinerja Direktorat Pembinaan SMA yang terdiri
dari 17 Indikator Kinerja Kegiatan yang sudah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja
Tahunan Direktorat Pembinaan SMA, capaian kinerja fisik Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas mencapai 49.8%. Sedangkan capaian kinerja keuangan sebesar 48.78%
dari alokasi anggaran sebesar Rp. 3,223,577,513,000,- dan sampai dengan semester I tahun
2018 terealisasi Rp. 1,572,552,025,000,-.
Berikut lampiran 17 Indikator Kinerja Kegiatan yang sudah dicapai Direktorat Pembinaan
SMA sampai dengan Semester I tahun 2018.
Tabel 4. 1 Capaian IKK semester 1 Dit. PSMA
Sasaran
Kegiatan Indikator Kinerja
Target 2018 Realisasi Semester 1
Target Kinerja Anggaran (dalam
rupiah) Fisik
Persent
ase Keuangan
Persent
ase
SK 3.1
Tercapainya Perluasan dan Pemerataan
Akses Pendidikan SMA Bermutu,
Berkesetaraan Jender, dan Relevan
dengan Kebutuhan Masyarakat, di
Semua Kabupaten dan Kota
1,864,085,752,000 690,077,946,743
IKK 3.2 Jumlah RKB SMA yang
dibangun 1,624 Ruang 409,395,890,000 1,253 77.2% 205,277,299,050 50.1%
IKK 3.3 Jumlah unit SMA baru yang
dibangun 18 Unit 61,815,116,000 18 100.0% 33,473,729,450 54.2%
IKK 3.4 Pembangunan Prasarana Pembelajaran SMA
1,627 Ruang 404,238,739,000 1,170 71.9% 192,500,071,000 47.6%
IKK 3.5 Rehabilitasi Ruang
Pembelajaran SMA 2,600 Paket 179,568,835,000 2,302 88.5% 102,725,793,930 57.2%
IKK 3.6 Pengadaan Sarana
Pembelajaran SMA 2,152 Paket 494,877,877,000 0 0.0%
- 0.0%
IKK 3.7 Jumlah SMA yang menerapkan kurikulum yang
ditetapkan oleh pemerintah
8,012 Sekolah 16,358,035,000 1,931 24.1%
3,937,756,720 24.1%
IKK 3.8 Jumlah bahan ajar SMA
yang disusun 19 Modul 2,878,210,000 0.0% 0.0%
IKK 3.9
Jumlah SMA yang
menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah
3,137 Sekolah 25,989,424,000 0 0.0%
- 0.0%
IKK
3.10 Jumlah SMA Rujukan 650 Sekolah 106,348,105,000 626 96.3% 104,026,899,290 97.8%
IKK 3.11
Jumlah SMA yang
melakukan pembelajaran
kewirausahaan
204 Sekolah 22,278,500,000 204 100.0% 21,318,811,710 95.7%
IKK 3.12
Jumlah siswa SMA yang mengikuti lomba/olimpiade,
festival, debat, dan unjuk
prestasi tingkat nasional dan Internasional
3,346 Siswa 85,424,578,000 581 17.4% 15,298,875,333 17.9%
IKK 3.13
Jumlah siswa SMA yang memperoleh beasiswa
2,895 Siswa 10,577,040,000 296 10.2%
1,117,170,500 10.6%
IKK
3.14
Jumlah Siswa SMA yang
menerapkan pendidikan karakter
5,000 Siswa 44,335,403,000 2,088 41.8% 10,401,539,760 23.5%
SK 3.2 Tersedianya bantuan pendidikan bagi
siswa SMA dari keluarga miskin 1,196,188,175,000 836,180,336,650
IKK 3.15
Jumlah siswa SMA
penerima bantuan melalui
KIP
1,367,559 Siswa 1,196,188,175,000 1,005,709 73.5% 836,180,336,650 69.9%
SK 3.3
Menguatnya tata kelola dan sistem
pengendalian manajemen di Direktorat
SMA
164,362,306,000 46,293,741,487
IKK
3.16
Jumlah Satker yang
mendapat Dukungan
Manajemen dan Layanan Teknis SMA
35 Satker 72,300,141,000 35 100.0% 38,806,955,848 53.7%
Dekonsentrasi 92,062,165,000
7,486,785,639 8.1%
Jumlah 3,224,636,233,000 1,572,552,024,880
Adapun hambatan yang dialami dalam pelaksanaan program di semester 1 tahun 2018
adalah:
1. Adanya penambahan alokasi untuk tunjangan kinerja yang pengalokasiannya terjadi
sedikit mis persepsi dalam penggunaan mata anggaran.
2. Terjadi revisi DIPA karena perlu penyesuaian beberapa output. Proses revisi
DIPA/RKAKL Direktorat Pembinaan SMA yang cukup lama karena perlu koordinasi
dengan Sekertariat Ditjen Dikdasmen, DJA.
3. Terjadi beberapa kali perubahan dalam clicking e-katalog untuk pengadaan alat TIK
sehingga penentuan pemenang ekatalog juga mundur.
4. Penyaluran Bantuan yang sesuai PMK 168 harus 70% dan 30%, dalam proses
pelaksanaannya sekolah belum melaporkan pekerjaan sampai dengan 50% fisik.
Sehingga sisa pembanyaran 30% belum dapat disalurkan yang mengakibatkan
penyerapan masih rendah.
B. SARAN/REKOMENDASI
Tindak lanjut yang dapat dilakukan Direktorat Pembinaan SMA antara lain:
a. Terkait perubahan DIPA, Direktorat Pembinaan SMA secara terus menerus
berkoordinasi dengan berbagai institusi baik internal (Dirjen Dikdasmen) maupun
dengan pihak eksternal (Direktorat Jenderal Anggaran maupun Dirjen Perbendaharaan)
agar proses revisi berjalan tepat waktu sehingga tidak menghambat proses pelaksanaan
kegiatan.
b. Terkait dengan pelaksanaan ekatalog untuk peralatan pendidikan, Direktorat Pembinaan
SMA secara terus menerus berkoordinasi dengan Tim TP4P Kejaksaan Agung
sehingga pelaksanaan ekatalog tidak terus menerus mengalami perubahan.
c. Direktorat Pembinaan SMA menghimbau kepada sekolah-sekolah yang mendapatkan
bantah segera melaporkan pelaksanaan fisik 50%, agar penyaluran dana 30% dapat segera
di cairkan.
d. Direktorat Pembinaan SMA secara terus menerus melakukan sinkronisasi data dengan
berbagai institusi yang ada. Proses “matching” data dilaksanakan secara simultan.
e. Berkoordinasi secara intensif dengan tim pengelola Dapodikmen, Dinas Pendidikan
Provinsi dan Dinas Pendidikan Kab/Kota agar sekolah selalu mengupdate data
Dapodikmen sesuai kondisi sekolah agar data yang ada dapat dimanfaatkan oleh
Direktorat Pembinaan SMA sebagai bahan penyaluran Bantuan sesuai kondisi
disekolah.