LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN...
Transcript of LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN...
LAPORAN
STATUS LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN KARAWANG
TAHUN 2013
PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG
PROPINSI JAWA BARAT
ii
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
KATA PENGANTAR
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Kabupaten
Karawang terus melaksanakan kegiatan pembangunan di berbagai sektor. Dengan
berpedoman pada Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik, Kabupaten Karawang berusaha mengutamakan prinsip
pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sebagaimana tertuang
dalam misi ke lima Kabupaten Karawang yaitu “Meningkatkan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup”.
Berkaitan dengan hal tersebut, setiap tahun Pemerintah Kabupaten Karawang
menyusun buku Status Lingkungan Hidup (SLH) Kabupaten Karawang yang diharapkan
berguna dalam penyediaan informasi lingkungan hidup dalam upaya meningkatkan
kualitas lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Karawang hingga dapat meningkatkan
kesadaran publik tentang pentingnya pengelolaan lingkungan secara berkelanjuan.
Penulisan SLH Kabupaten Karawang Tahun 2013 ini mengacu kepada ketentuan
yang ada dalam Pedoman Umum Status Lingkungan Hidup Provinsi, Kabupaten/Kota
2010 dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia dengan pendekatan
metode PSR (Pressure-State-Response) yang didasarkan pada konsep hubungan sebab
akibat di mana kegiatan manusia memberikan tekanan kepada lingkungan (pressure) dan
menyebabkan perubahan pada sumber daya alam dan lingkungan baik secara kualitas
maupun kuantitas (state), selanjutnya pemerintah dan masyarakat/ stakeholder melakukan
reaksi maupun umpan balik terhadap perubahan ini baik melakukan adaptasi maupun
mitigasi melalui berbagai kebijakan, program, maupun kegiatan (societal response).
Dengan dukungan data dan infomasi yang objektif, lengkap, dan akurat diharapkan
ini akan membantu para stakeholder dalam memperbaiki sistem dan pola pengelolaan
lingkungan yang ada. Dengan demikian kebijakan dan program yang dilaksanakan dapat
lebih terarah dan tepat sasaran menuju terwujudnya keberlanjutan lingkungan yang lestari.
Karawang, Desember 2013
KEPALA BADAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN KARAWANG.
Drs. ASIKIN. MM
Pembina Utama Muda
NIP. 19590807 198003 1 009
iii
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ v
BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP & KECENDERUNGANNYA
A. Lahan dan Hutan ............................................................................... 1
B. Keanekaragaman Hayati ................................................................... 7
C. Air ..................................................................................................... 10
D. Udara ................................................................................................. 11
E. Laut, Pesisir dan Pantai ...................................................................... 12
F. Iklim .................................................................................................. 16
G. Bencana Alam ................................................................................... 17
BAB II. TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN
A. Kependudukan .................................................................................. 18
B. Permukiman ....................................................................................... 19
C. Kesehatan ......................................................................................... 20
D. Pertanian ........................................................................................... 23
E. Industri .............................................................................................. 27
F. Pertambangan .................................................................................... 28
G. Energi ................................................................................................ 28
H. Transportasi ....................................................................................... 38
I. Pariwisata .......................................................................................... 30
J. Limbah B3 ........................................................................................ 32
BAB III. UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
A. Rehabilitasi Lingkungan ................................................................... 33
B. Pengawasan AMDAL ...................................................................... 33
C. Penegakan Hukum ............................................................................ 34
D. Peran Serta Masyarakat ..................................................................... 35
E. Kelembagaan ..................................................................................... 36
iv
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Keanekaragaman Jenis Fauna di Sekitar Kawasan Kars Pangkalan ............... 8
1.2 Luasan Daerah Pesisir ..................................................................................... 13
1.3 Hasil Analisis Komposisi Tanah di Pesisir Karawang Tahun 2008 ............... 13
2.1 Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Karawang Tahun 2008 .................... 21
2.2 Jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Karawang Tahun 2010 ........................... 22
v
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Peta Wilayah Kabupaten Karawang ................................................................ 2
1.2 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Tahun 2010 ................................ 4
1.3 Grafik Perbandingan Luas Lahan Kritis Tahun 2005-2010 ............................ 5
1.4 Luasan Lahan Kritis (Ha) Tahun 2010 ............................................................ 6
1.5 Sungai Besar dan Saluran Irigasi Besar .......................................................... 11
1.6 Grafik Rata-rata Curah Hujan Tahun 2012 ..................................................... 16
2.1 Grafik Kepadatan Penduduk per Kecamatan Tahun 2012 .............................. 19
2.2 Grafik Perkiraan Emisi CH4 dari Pertanian Tahun 2012 (Ton/Tahun) ........... 26
2.2 Grafik Perkiraan Emisi CH4 dari Peternakan Tahun 2012 (Ton/Tahun) ........ 26
2.3 Jumlah Industri Tahun 2009 ............................................................................ 27
3.1 Grafik Jumlah Anggaran Lingkungan Hidup Tahun 2006-2010 .................... 37
3.2 Persentase Jumlah Pegawai BPLH Tahun 2010 menurut Tingkat Pendidikan 37
1
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
BAB I
KONDISI LINGKUNGAN HIDUP
DAN KECENDERUNGANNYA
A. Lahan dan Hutan
Kabupaten Karawang berada dibagian utara Propinsi Jawa Barat yang secara
geografis terletak antara 107º02` - 107º40` Bujur Timur dan 5º56` - 6º34` Lintang Selatan.
Secara administratif, dapat dilihat pada Gambar 1.1, Karawang mempunyai batas-batas
wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara batas alam yaitu Laut Jawa
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Subang
- Sebelah Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bekasi
Dengan luas wilayah 1.753,27 km2 atau 3,73 persen dari luas Propinsi Jawa Barat,
Karawang merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan subur di Jawa Barat, sehingga
sebagian besar lahannya digunakan untuk pertanian.
Luas seluruh Lahan di Kabupaten Karawang adalah 175.327 Ha dengan perincian
sebagai berikut; Lahan Sawah seluas 97.529 Ha dan Lahan Kering seluas 77.798 Ha. Dari
jumlah tersebut sebesar 28,33 persen digunakan untuk Bangunan dan halaman sekitarnya.
Bentuk tanah di Kabupaten Karawang sebagian besar berbentuk dataran yang relatif
rata dengan variasi antara 0 - 5 m diatas permukaan laut. Hanya sebagian kecil wilayah
yang bergelombang dan berbukit–bukit dengan ketinggian antara 0 – 1200 m permukaan
laut.
Wilayah Kabupaten Karawang sebagian besar tertutup dataran pantai yang luas, yang
terhampar di bagian pantai Utara dan merupakan batuan sedimen yang dibentuk oleh
bahan-bahan lepas terutama endapan laut dan aluvium vulkanik.
Di bagian tengah ditempati oleh perbukitan terutama dibentuk oleh batuan sedimen,
sedang di bagian Selatan terletak Gunung Sanggabuana dengan ketinggian ± 1.291 m
diatas permukaan laut (BPS, 2013).
2
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
Gambar 1.1 Peta Wilayah Kabupaten Karawang
3
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
Dalam konteks RTRW Provinsi Jawa Barat sebagaimana ditetapkan dengan
Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 3 Tahun 1994, arah pengembangan Sistem Pusat-
pusat permukiman, dimana menyebutkan Karawang terletak pada wilayah utama dalam
Wilayah Pengembangan Tengah I meliputi Kota Hierarki II A Cikampek, Kota Hierarki III
A Karawang, Kota Hierarki IV A Rengasdengklok. Sedangkan pengembangan Kawasan
Tertentu, meliputi: (1) klasifikasi kawasan andalan Jawa Barat yang berkenaan dengan
Kabupaten Karawang yaitu Kawasan Andalan Industri, Kawasan Andalan Permukiman,
Kawasan Andalan sekitar jalur perhubungan (dilewati jaringan jalan tol), Kawasan
Andalan Lahan Basah pada jalur Pantura. (2) Kawasan Kritis yang secara potensial
merupakan kawasan banjir Jawa Barat bagian utara, lahan kritis di sekitar DAS Citarum
serta titik-titik lokasi penambangan dan penggalian. Dengan adanya rencana pembangunan
pelabuhan internasional Cilamaya seperti yang tertuang dalam RPJPD Provinsi Jawa Barat
Tahun 2005-2025 memungkinkan Kabupaten Karawang sebagai salah satu pusat kegiatan
nasional (PKN) karena sesuai dengan fungsinya Pelabuhan internasional
Berdasarkan RTRW Kabupaten Karawang, pemanfaatan ruang dapat dijelaskan
sebagai berikut: (1) Kawasan Lindung meliputi kawasan hutan lindung yang terletak di
bagian selatan (kecamatan pangkalan) merupakan kesatuan kawasan hutan lindung dengan
Kabupaten Purwakarta dan Cianjur; Kawasan Hutan Bakau terletak di bagian utara
(Kecamatan Cibuaya dan Tirtajaya) merupakan kawasan hutan bakau; Kawasan
perlindungan setempat dibagi menjadi sempadan pantai di bagian utara tepi Laut Jawa dan
sempadan sungai pada sungai Citarum, Sungai Cibeet, Saluran Irigasi Tarum Barat, Tarum
Utara dan Tarum Timur. (2) Kawasan Budidaya Pertanian meliputi sebagian besar
merupakan pertanian tanaman lahan basah, perikanan tambak di wilayah pesisir pantai,
hutan produksi di wilayah selatan sebagai penyangga hutan lindung serta pertanian lahan
kering yang relatif berpeluang mengalami pergeseran fungsi. (3) Kawasan Budidaya Non
Pertanian meliputi daerah industri berupa Kawasan industri dan Zona Indusri dengan
lokasi pengembangan Karawang, Klari, Rengasdengklok, Telukjambe, Cikampek,
Ciampel, Pangkalan; Kawasan Permukiman dengan koridor pengembangan di bagian
tengah meliputi Karawang-Cikampek-Pangkalan, Telukjambe-Jatisari-Ciampel, Klari-
Tirtamulya (RPJPD Kabupaten Karawang 2005-2025).
4
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
Untuk gambaran kondisi dari penggunaan lahan secara umum dan hutan khususnya
yang menjadi penyeimbang di Kabupaten Karawang saat ini akan dapat dilihat dalam
uraian di bawah ini.
1. Luas Wilayah menurut Penggunaan Lahan/ Tutupan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Karawang menurut penggolongan berdasarkan kriteria
“Non-Pertanian”, “Sawah”, “Lahan Kering”, “Perkebunan”, “Hutan” dan “Lainnya” sesuai dengan
data pada Buku Data: Tabel SD-1 dan diilustrasikan pada Gambar 1.2 adalah sebagai berikut:
a. Tutupan lahan paling besar adalah untuk sawah yang pada tahun 2013 ini mencapai lebih dari
50% luas Kabupaten Karawang yakni sebesar 97 Ha.
b. Penggunaan lahan untuk sawah yang terbesar terdapat di Kecamatan Tempuran yang berada di
daerah pesisir pantai utara, sebesar 6,4 Ha. Adapun penggunaan lahan untuk sawah yang
terkecil terdapat di Kecamatan Cikampek.
c. Besar lahan kering sebesar 2,7 Ha yang terdiri dari ladang huma, padang penggembalaan, dan
sementara tidak diusahakan. Jumlah sebesar ini patut menjadi perhatian Pemerintah untuk
pengelolaannya.
Gambar 1.2 Luas Wilayah menurut Penggunaan Lahan Tahun 2013
2. Luas Kawasan Hutan menurut Fungsi/ Statusnya
Kawasan hutan di Kabupaten Karawang yang dikategorikan menurut penggolongan
fungsi/statusnya yakni “Kawasan Konservasi”, “Hutan Lindung”, dan “Hutan Produksi” sesuai
5
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
dengan data dari Perum Perhutani Unit III KPH Purwakarta tahun 2008 s.d. 2011 pada Buku Data:
Tabel SD-2 dengan analisis sebagai berikut:
a. Telah terjadi peningkatan luasan hutan lindung dari sebesar 567 Ha.
b. Terjadi peningkatan luasan hutan produksi terbatas sebesar 183 Ha.
c. Terjadi peningkatan luasan hutan produksi konservasi sebesar 384 Ha.
d. Secara total, terjadi peningkatan luasan kawasan hutan dalam waktu empat tahun ini sebesar
1.134 Ha (5,02% dari tahun 2008).
3. Luas Tutupan Lahan dalam Kawasan Hutan
Sesuai data pada Buku Data: Tabel SD-4, tutupan lahan dalam kawasan hutan tersebar pada
kawasan hutan tetap yakni hutan lindung, hutan produksi terbatas, dan hutan produksi, dengan
luasan total 23.716 Ha.
Hutan lindung hanya berada di 5 (lima) kecamatan yakni Batujaya, Cibuaya, Batujaya,
Pakisjaya, Tirtajaya, dan Cilamaya. Hutan lindung terluas berada di Kecamatan Tirtajaya seluas
3.579 Ha. Sedangkan hutan produksi terluas adalah di Kecamatan Tegalwaru yakni seluas 5.294
Ha.
4. Luas Lahan Kritis
Jumlah total lahan kritis di Kabupaten Karawang mengalami penurunan yang cukup berarti
selama tahun 2005 hingga 2010, yakni 5.474 Ha. Perbandingan luas lahan kritis tahun 2005 s.d.
2010, seperti terlihat pada Buku Data: Tabel SD-5 dan Gambar 1.3 berikut:
Gambar 1.3 Grafik Perbandingan Luas Lahan Kritis Tahun 2005- 2010
6
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
Analisis lahan kritis pada tahun 2010 berdasarkan Buku Data: Tabel SD-5 adalah sebagai
berikut:
a. Lahan kritis di Kabupaten Karawang tersebar di 14 (empat belas) kecamatan. Urutan dari
yang paling besar yakni kecamatan: Pakisjaya (1.572 Ha), Ciampel, Tegalwaru, Batujaya,
Tirtajaya, Cilamaya Wetan, Pedes, Telukjambe Timur, Tempuran, Telukjambe Barat,
Cibuaya, Cilebar, Pangkalan, dan Cilamaya Kulon (92 Ha).
b. Selama kurun waktu 2005 sampai 2010 di Kecamatan Tegalwaru terjadi penurunan luas
lahan kritis yang besar, yakni hingga 2.036 Ha.
Gambar 1.4 Luasan Lahan Kritis (Ha) Tahun 2010
Selain itu, BPLH Kabupaten Karawang telah melakukan kajian terhadap status kerusakan
lahan dan tanah pada tahun 2012 dan 2013 dengan hasil sebagai berikut:
1. Status Kerusakan Lahan dan Tanah di Kecamatan Pangkalan
Beberapa parameter melebihi ambang kritis untuk parameter sifat fisik tanah (lokasi
perkebunan Desa Tamansari, Kecamatan Pangkalan), yaitu parameter porositas total
(hasil ukur: 24,45 %, ambang Kritis 30% < x < 70%), dan derajat pelulusan air (hasil
ukur: 10,5; Ambang Kritis 0.7 < x < 8 cm/jam). Sementara itu berdasarkan hasil uji
sifat kimia tanah (lokasi pertanian penduduk/persawahan), Desa Tamanmekar,
Kecamatan Pangkalan, parameter pH, derajat keasamannya relative rendah, yaitu 7.89
(kondisi netral 6.7 - 7.3).
2. Status Kerusakan Lahan dan Tanah di Kecamatan Klari dan Kecamatan Karawang Timur
Status kerusakan tanah berdasarkan parameter fisik, kimia dan biologi tanah di
Kecamatan Klari (Desa Anggadita dan Desa Gintungkerta) dan Kecamatan Karawang
7
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
Timur (Desa Adiarsa Timur dan Desa Warungbambu) termasuk pada kategori Rusak
Ringan.
5. Luas Kerusakan Hutan
Data kerusakan hutan selama tahun 2011, terjadi kerusakan sebagian kawasan hutan di
Kabupaten Karawang yang disebabkan oleh kebakaran hutan sebesar 27,20 Ha dan penebangan liar
sebesar 0,20 Ha, seperti terlihat pada Buku Data: Tabel SD-6.
6. Luas Konversi Hutan
Data konversi hutan sampai saat ini, telah terjadi konversi hutan atas nama PT. Atlasindo
sebesar 14 Ha, seperti terlihat pada Buku Data: Tabel SD-7.
B. Keanekaragaman Hayati
Kondisi alam Kabupaten Karawang, mendukung bagi berkembangbiaknya berbagai jenis
hewan dan tumbuhan perlu untuk dijaga kelestarian alamnya. Seperti terlihat pada Buku Data:
Tabel SD-9, bahwa terdapat 537 jenis hewan yang dilindungi dan 43 jenis tumbuhan yang
dilindungi. Beberapa jenis hewan dan tumbuhan yang dilindungi tersebut tercantum pada Buku
Data: Tabel SD-10.
1. Flora yang Ada di Karawang
Kabupaten Karawang memiliki wilayah yang cukup luas, dengan topografi yang beraneka
ragam, termasuk memiliki jenis flora yang khas. Tentang flora khas tersebut, Bina
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat
tahun 1993/1994 menetapkan bahwa Jambu Air Cingcalo (Syzuim aquem) sebagai flora khas
Daerah Kabupaten Karawang.
Selain jambu air Cingcalo, ditetapkan jenis species pohon lainnya yang merupakan ciri
khas Kabupaten Karawang yaitu pohon buah kawista. Jenis pohon ini dinyatakan sebagai
flora yang sudah langka sehingga perlu dijaga kelestariannya.
Segmen Kars Pangkalan merupakan kawasan hutan tanaman, yang jenisnya dikuasai jati
(Tectona grandis). Pada saat ini hutan terancam gundul karena tanaman jenis fancy-wood
tersebut dijarah oleh masyarakat. Sebagian besar hutan yang telah rusak tersebut dimanfaatkan
8
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
oleh penduduk untuk berkebun. Beberapa jenis tumbuhan yang relatif tidak terganggu di
antaranya adalah beringin (Ficus benfamina).
Selain tanaman jati masih terdapat satu jenis tumbuhan yang kayunya dapat
digunakan untuk bahan bangunan, yaitu kinyere (Bridelia monica). Sedangkan tumbuhan
yang dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar antara lain tangkolok (Kleinhovia hosita), kiara
(Ficus annulata), kedoya (Dvsoxvlum sp.), kesambi (Schleichera oleosa) juga untuk bahan
pembuatan arang, petal-hutan (Albizia trocera), dan seserehan (Pter aduncum).
Beberapa jenis tumbuhan di segmen Kars Pangkalan yang berpotensi sebagai obat antara
lain Chromolaena odorata dan Polvqala paniculata. Sedangkan kelompok bambu yang
berada di daerah ini di antaranya adalah bambu tali (Giqantochloa apus) dan bambu-gombong
(Dendrocalamus aspen).
2. Fauna yang Ada di Karawang
Jenis fauna khas Kabupaten Karawang yang telah ditetapkan Kabupaten Karawang yaitu
Ayam Ciparage (Gallus-gallus) sebagai fauna khas Daerah Kabupaten Karawang oleh Bina
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat
tahun 1993/1994.
Meskipun dalam jumlahnya sedikit, temyata beberapa jenis ikan asli sungai Citarum
masih ditemukan seperti lempuk (Callichrous bimacuiatus), seven (Cvclocheilichtvs sp.),
sengal (Owtosterrnum platvdoqon), balidra (Notwterus chitala), dan ikan betutu.
Burung walet (Aerodramus fuciphaqus) merupakan fauna yang menghuni 11 gua dari
sekitar 32 gua di segmen Kars Pangkalan. Selain populasi burung walet terdapat beberapa
fauna lain yang habitatnya di dalam dan di sekitar segmen Kars Pangkalan di antaranya
terdapat pada Tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1 Keanekaragaman Jenis Fauna di Sekitar Kawasan Kars Pangkalan
No Nama Lokasi Nama Ilmiah Keterangan
1 Kutilang Pycnonotus goiavier Jenis burung dengan populasi cukup banyak
2 Tekukur Streptopelia
chinensis
Populasinya cukup banyak dan meningkat yang
berhabitat di kawasan terbuka menunjukkan semakin
banyak kebun yang dibuka di wilayah hutan
9
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
No Nama Lokasi Nama Ilmiah Keterangan
3 Perkutut Geopelia striata Populasi cukup banyak dan meningkat yang berada di
kawasan terbuka
4 Gelatik-jawa Padda oryzivora Jenis burung pemakan padi-padian yang telah
mengalami kepunahan dari kawasan Kars Pangkalan
karena jenis burung ini diperdagangkan dan diekspor
ke luar negeri
5 Manyar jambul Ploceus manyar Populasi burung telah mengalami kepunahan
6 Bondol-haji Lonchura maja Populasi telah mengalami kepunahan
7 Bondol-jawa Lonchura Populasi telah mengalami kepunahan
8 Elang-brontok Haliastur indus Jenis burung dengan populasi yang masih dapat
dijumpai disebabkan oleh banyaknya ikan di S.
Cibeet
9 Cekakak-sungai Todirhampus sanctus Burung langka yang bertahan di sekitar hutan kars
10 Burung puyuh Tumix suscitator Populasinya masih dijumpai karena jenis ini dapat
bertahan hidup dengan cara bersembunyi di dalam
rumpun semak
11 Babi hutan Sus scrofa Populasinya masih ditemukan di sekitar kawasan
Kars Pangkalan
12 Monyet-warek Macaca fascicularis Di Kars Pangkalan adalah binatang yang potensial
menjadi hama pertanian, kelompoknya tinggal di
pepohonan yang tinggi dan populasinya relatif sedikit
yang berada di dalam hutan yang tersisa
13 Bajing kalapa Callosciurus notatus Keberadaannya mengikuti perkembangan lahan
pertanian, masih dapat dijumpai dengan populasi
yang sangat rendah, populasinya menjadi lebih kecil
lagi karena binatang pengerat ini diburu oleh manusia
untuk diambil dagingnya
14 Trenggiling Mans javanicus Merupakan hewan pemakan semut, keberadaannya
masih dapat dijumpai di segmen Kars Pangkalan
15 Landak Hystrix javanica Populasinya masih ditemukan di sekitar kawasan
Kars Pangakalan di tempat yang tidak terganggu
16 Musang Paradoxurus
hermaproditus
Populasinya terbatas dan semakin menurun
disebabkan ketersediaan pakan yang semakin sedikit
17 Kancil Tragulus javanicus Populasinya sudah hampir mengalami kepunahan
18 Meong-cangkok Feiis bengalensis Satwa ini masih sedikit dijumpai di Gunung
Sanggabuana tidak jauh dari Kars Pangkalan
19 Herpeto-fauna Naja sputatrix Seperti ular kobra, jenis ini masih ditemukan di
sekitar kawasan Kars Pangkalan
20 Ular-gibug/
ular tanah
Callooselesma,
rhodostoma atau
Angkistrodon
rhodostoma
Satwa ini masih ditemukan di sekitar kawasan Kars
Pangkalan dan merupakan hewan pemangsa tikus
10
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
No Nama Lokasi Nama Ilmiah Keterangan
21 Ular-sanca Phyton reticulates Satwa jenis ini masih ditemukan dan merupakan
hewan pemangsa tikus karena populasi tikus yang
banyak terdukung oleh luasnya lahan sawah di sekitar
Kars Pangkalan
22 Biawak berukuran
besar
Varanus salvator Jenis satwa ini masih banyak ditemukan di kawasan
hutan Kars Pangkalan dan kehadiran satwa ini
menunjukan daur pakan di kawasan Kars Pangkalan
masih berjalan
Keterangan : Laporan hasil penelitian oleh Amiruddin & H. Samodra
Sumber : Pusat Survei Geologi Badan Geologi
3. Ekosistem Lahan Basah
Jenis-jenis bakau/ mangrove yang ada di Kabupaten Karawang meliputi Rhizophora
adiculata, Rhizophora mucronata, Avicenia marina, Sonneratia alba dan Lumnitzera
racemoza serta vegetasi hutan lainnya yakni Dolichandrone soatacea, Acrostichum
aurecum dan Acanthus ilicifoleus.
Jenis-jenis komunitas terumbu karang yang ada di Kabupaten Karawang adalah Pontes,
Acropora dan Sponge. Beberapa jenis ikan hias hidup di daerah ini seperti ikan anjel (Angelfish)
dan ikan kupu-kupu (Butterfly Fish).
C. Air
Kabupaten Karawang dilalui oleh aliran sungai yang melandai ke Utara arah Sungai
Citarum dan merupakan pemisah antara Kabupaten Karawang dengan Kabupaten Bekasi,
sedangkan Sungai Cilamaya merupakan batas wilayah dengan Kabupaten Subang. Terdapat
4 (empat) buah sungai besar yaitu: Sungai Citarum, Sungai Cilamaya, Sungai Cikaranggelam dan
Sungai Cibeet, di mana keempat sungai tersebut digunakan sebagai badan air penerima buangan
oleh beberapa perusahaan/industri yang berada di sekitarnya. Untuk dimensi semua sungai, belum
ada data yang tersedia (Buku Data: Tabel SD-11).
Selain sungai, terdapat juga 3 saluran irigasi yang besar yaitu Saluran Induk Tarum Utara,
Saluran Induk Tarum Tengah dan Saluran Induk Tarum Barat yang dimanfaatkan untuk pengairan
sawah, tambak dan Pembangkit Tenaga Listrik. Panjang Saluran Pembuang dari irigasi adalah
600.850 m (± 600 km) dengan volume air yang bisa disalurkan ± 9,5 juta m3.
11
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
Gambar 1.5 Sungai Besar dan Saluran Irigasi Besar
Kabupaten Karawang juga mempunyai sumber daya air lain dalam bentuk Situ/ Embung.
Dari Buku Data: Tabel SD-12, terdapat 33 (tiga puluh tiga) situ yang menempati luasan areal total
537 Ha dengan potensi volume air total sebanyak lebih dari 61,5 juta m3.
D. Udara
Pada umumnya sektor transportasi memberikan tekanan yang lebih besar terhadap
pencemaran udara yaitu sekitar 60%-70% dibandingkan sektor industri yang berupa gas
buang dari cerobong yang hanya mencapai 10%-15%, sedangkan sisanya berasal dari
sumber pembakaran lain, misal rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan dan
lain-lain.
Jenis parameter pencemar udara didasarkan pada baku mutu udara ambien menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 meliputi: Sulfur dioksida (SO2), Karbon
12
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Ozon (O3), Hidrokarbon (HC), PM 10, Partikel
debu (PM 2,5), TSP (debu), Pb (timah hitam).
Data yang ditampilkan dalam Buku Data: Tabel SD-16 merupakan data primer kondisi
kualitas udara ambient hasil pengukuran yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Kabupaten Karawang pada tahun 2011 di 26 (dua puluh enam) lokasi. Hasil pengukuran
menunjukkan semua parameter masih di bawah baku mutu, namun ada satu parameter di satu
lokasi yang berada di atas baku mutu, yaitu Debu di Desa Tamansari (pembakaran kapur).
Hal ini disebabkan lokasi, wilayah tersebut merupakan tempat pembakaran kapur yang sudah
ada sejak 30 tahunan yang lalu. Artinya, wilayah tersebut harus di kaji lebih lanjut, bagaimana
dengan pola penyakit yang diderita masyarakat selama ini.
E. Laut, Pantai, dan Pesisir
Wilayah Kabupaten Karawang sebagian besar tertutup dataran pantai yang luas,
yang terhampar di bagian pantai Utara dan merupakan batuan sedimen yang dibentuk oleh
bahan-bahan lepas terutama endapan laut dan aluvium vulkanik.
Kondisi sumber daya pesisir sesuai dengan kewenangannya, seperti pada Tabel 1.2,
Kabupaten Karawang memiliki panjang pantai 73,65 km dan luas pesisir 20.481 Ha yang
merupakan sumber daya bagi perikanan tangkap dan ekosistem (hutan bakau). Secara administratif
kawasan pesisir di Kabupaten Karawang tersebar di 19 Desa dari 9 Kecamatan yang meliputi
Kecamatan Pakisjaya, Batujaya, Tirtajaya, Cibuaya, Pedes, Cilebar, Tempuran, Cilamaya Kulon
dan Cilamaya Wetan.
Tekstur tanah di pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar tergolong kelas pasir
berlempung, sehingga rentan abrasi, karena ukuran partikelnya yang kecil mudah terbawa oleh arus
laut (Tabel 1.3). Hanya sebagian kecil daerah yang memiliki tekstur berkelas pasir, yakni Pantai
Pakisjaya, sehingga Pantai Pakisjaya ini lebih tahan abrasi (pengikisan), namun sebaliknya sering
terjadi akresi (pendangkalan).
13
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
Tabel 1.2 Luasan Daerah Pesisir
No. Kecamatan Desa Luas Desa (Ha) Panjang Garis
Pantai (km)
1. Pakisjaya Tanjungpakis 1.828 11,25
2. Batujaya Segarjaya 1.626 2,25
3. Tirtajaya Tambaksari 2.475 6
4. Cibuaya Sedari 2.518 12
Cemarajaya 1.031 8
5. Pedes Sungaibuntu 996 4,5
6. Cilebar Pusakajaya Utara 866 6,3
Mekarpohaci 872 2,25
7. Tempuran Tanjungjaya 1.008 1,7
Sumberjaya 686 0,6
Cikuntul 547 0,8
Tempuran 479 1
Ciparagejaya 480 2,5
8. Cilamaya Kulon Pasirjaya 862 0,9
Sukajaya 620 3,6
9. Cilamaya Wetan Sukakerta 732 1
Rawagempol Kulon 548 1,7
Muara baru 738 4,5
Muara 1.569 2,8
Jumlah 20.481 73,65
Sumber: Dinas Perikanan, Kelautan, Peternakan Kabupaten Karawang, 2008
Tabel 1.3 Hasil Analisis Komposisi Tanah di Pesisir Karawang Tahun 2008
No. Pantai Pasir (%) Debu (%) Liat (%) Kelas Tekstur
1 Pakisjaya 94,95 0,32 4,74 Pasir
2 Cibuaya 82,73 5,82 11,45 Pasir berlempung
3 Cilebar 87,29 2,55 10,16 Pasir berlempung
4 Cilamaya Kulon 81,29 4,74 13,96 Pasir berlempung
Sumber: Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Karawang, 2008
14
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
Sebagian besar tekstur tanah di pantai Kabupaten Karawang, tersusun dari sedimen lumpur
yang mempunyai ukuran partikel paling kecil, yakni <2μm. Hanya sebagian kecil daerah yang
memiliki struktur pasir atau lanau (ukuran partikel >2μm), yaitu sebagian Kecamatan Pakisjaya dan
sebagian Kecamatan Cilamaya Wetan. Semakin kecil ukuran partikel tanah semakin mudah pula
terbawa oleh arus laut. Hal ini terbukti bahwa daerah-daerah pesisir di Kecamatan Cibuaya, Pedes,
Cilebar dan Tempuran yang memiliki tekstur tanah bersedimen lumpur memiliki tingkat abrasi
yang lebih tinggi dibandingkan pantai lainnya.
Jika dilihat dari bentuk topografi setiap lokasi pantai, hanya Pantai Pakisjaya saja yang
mengindikasikan bentuk pantai yang relatif tahan terhadap abrasi. Terbukti dari bentuk
topografinya yang masih memperlihatkan bentuk yang menanjak dari bibir pantai ke daratan dan
tidak memperlihatkan adanya indikasi bekas kikisan abrasi.
Lain halnya dengan Pantai Cibuaya, Cilebar dan Cilamaya Kulon. Ketiga pantai tersebut
memperlihatkan bentuk topografi yang menurun dan cenderung terlihat datar. Ini membuktikan
bahwa pantai-pantai tersebut telah terkena dampak abrasi, sehingga sebagian sedimen pantainya
hilang terkikis ombak.
Di kawasan pesisir dan laut Kabupaten Karawang terdapat banyak sumber daya alam yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, di antaranya sumber daya hutan mangrove, sumber daya
terumbu karang, sumber daya perikanan laut dan sumber daya perikanan tambak.
1. Sumber Daya Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang adalah lingkungan hidup di dasar laut yang komunitasnya
didominasi oleh karang batu, di mana kehidupan di dalam komunitas ini saling berkaitan. Terumbu
karang merupakan struktur kehidupan yang terbentuk dari koloni ribuan hewan kecil halus yang
disebut polip karang yang hidup bersimbiosis dengan tumbuhan mikroalgae yang dinamakan
Zooxhantella yang berfotosintesis dan menghasilkan sisa metabolisme berupa substrat kapur
kalsium karbonat secara stabil dan terus-menerus.
Laju pertumbuhan terumbu karang tergolong sangat lambat sekitar 1-6 cm/tahun. Terumbu
karang tersebar di perairan tropis antara 30°LS-30°LU pada suhu perairan hangat sekitar 18-34°C
(optimalnya 26-30°C) dengan dasar keras, berarus, memiliki derajat keasaman normal, salinitas
tinggi 32-35‰ dan kecerahan atau kejernihan tinggi.
Jenis terumbu karang sangat banyak sekali, di antaranya Porifera, Acropora, Millepora,
Heliopora, Halimeda, Coelenterata, Bryozoa, Tunicata, dan lain-lain. Berdasarkan sifat
kekerasannya, terumbu karang terbagi menjadi terumbu karang keras (coral massive), agak keras
(coral submassive) dan lunak (soft coral). Sedangkan berdasarkan karakteristiknya, biota terumbu
15
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
karang ada yang berenda (lace coral), bercabang (coral branching), berongga (sponge, ascidian),
bertanduk (gorgonian), berbentuk lembaran (acropora tabulate), berbentuk jari (acropora
digitate), berbentuk seperti kerak (coral encrusting), dan masih banyak lagi.
Potensi terumbu karang di Kabupaten Karawang tergolong kecil. Yang masih bisa diamati
adalah terumbu karang di lepas pantai Pasir Putih dan pantai Desa Sukajaya Kecamatan Cilamaya
Kulon serta pantai Ciparage Kecamatan Tempuran. Dapat dilihat data pada Buku Data: Tabel SD-
19, bahwa luas terumbu karang diperkirakan sebesar 2.091 Ha di mana lebih dari separuh luasan
kondisinya sudah rusak. Potensi terumbu karang ini terletak pada jarak kurang lebih 2-4 mil laut
dan kedalaman 3-8 meter. Jenis terumbu karang yang dijumpai di daerah ini adalah Acropora dan
Porifera (sponge) yang membentuk gugusan gosong terumbu karang (patch reef).
2. Sumberdaya Hutan Mangrove
Mangrove (bakau, api-api dan sejenisnya) adalah vegetasi khas di daerah pesisir pantai.
Jenis-jenis tumbuhan mangrove yang ada di Kabupaten Karawang adalah Rhizopora apicullata,
Rhizopora mucronata, Avicennia marina, Sonneratia alba, Lumnitzera racemoza, Pinus merkusii,
Cocos nucifera, Dolichandrone spathacea, Acrostichum aurecum dan Acanthus ilicifoleus.
Mangrove adalah vegetasi tropis yang sangat berperan dalam menjaga pantai dari abrasi dan
akresi. Akar mangrove mempunyai andil besar dalam memperkuat kestabilan volume sedimen
pantai, sehingga volumenya tidak berkurang ataupun bertambah. Mangrove bukan hanya penting
sebagai pencegah abrasi dan akresi, tetapi juga merupakan ekosistem yang sangat penting bagi
sumber daya hayati perairan estuari dan perairan laut. Organisme pesisir dan laut menggunakan
mangrove sebagai tempat penetasan (spawning area) dan tempat pertumbuhan (nursery area)
untuk anak-anak (juvenile) mereka sehingga keberadaan ekosistem mangrove sangat penting bagi
kelestarian sumber daya hayati laut itu sendiri.
Mangrove dapat tumbuh subur di wilayah pesisir Karawang. Wilayah pesisir Karawang
memiliki banyak muara sungai, sehingga memiliki karakteristik sedimen pantai berlumpur-pasir.
Perairan yang kaya unsur hara dari aliran muara sungai dan substrat yang berpasir-lumpur ini
merupakan kondisi lingkungan yang mendukung untuk tumbuh suburnya vegetasi mangrove.
Hutan mangrove di Kabupaten Karawang tersebar di 9 (sembilan) kecamatan, yaitu
Kecamatan Pakisjaya, Batujaya, Tirtajaya, Cibuaya, Pedes, Cilebar, Tempuran, Cilamaya Kulon
dan Cilamaya Wetan. Mengingat mangrove lebih cocok tumbuh di tanah yang berpasir-lumpur,
khusus di daerah Pakisjaya yang struktur tanahnya hanya berpasir dan tidak berlumpur, vegetasi
didominasi oleh tanaman pakis atau Pinus merkusii, bukan oleh tanaman mangrove. Untuk data
luasan dan kerapatannya pada tahun 2011, dapat dilihat pada Buku Data: Tabel SD-21.
16
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
F. Iklim
Sesuai dengan bentuk morfologinya Kabupaten Karawang terdiri dari dataran rendah
yang mempunyai temperatur udara rata-rata 270C dengan tekanan udara rata-rata 0,01
milibar, penyinaran matahari 66 persen dan kelembaban nisbi 80 persen. Curah hujan
tahunan berkisar antara 1.100 - 3.200 mm/tahun. Pada bulan Januari sampai April bertiup
angin Muson Laut dan sekitar bulan Juni bertiup angin Muson Tenggara. Kecepatan angin
antara 30 - 35 km/jam, lamanya tiupan rata-rata 5 - 7 jam.
Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan georografhi
dan perputaran/ pertemuan arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan sangat beragam
menurut bulan. Catatan rata-rata curah hujan di Kabupaten Karawang selama tahun 2012
mencapai 1.521 mm dengan rata-rata curah hujan per bulan sebesar 131 mm, lebih rendah
jika dibandingkan dengan rata-rata curah hujan pada tahun 2010 yang mencapai 5.668 mm
dengan rata-rata curah hujan per bulannya mencapai 463,83 mm.
Pada tahun 2012 rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu rata-
rata mencapai 3.513 mm, dan yang terendah terjadi di Agustus yaitu secara rata-rata hanya
40 mm.
Berdasarkan data curah hujan pada Januari-Oktober 2009, (Buku Data: Tabel SD-22), bulan
Januari merupakan bulan yang tingkat curah hujannya tertinggi yaitu 479 mm, sedangkan tingkat
curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus 2009.
Gambar 1.6 Grafik Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun 2012
17
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
G. Bencana Alam
Suatu kejadian alam dikatakan sebagai bencana apabila mengakibatkan korban dan
penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana, prasarana,
dan utilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan masyarakat.
Karakteristik lahan yang berada di Kabupaten Karawang sebagian besar berupa lahan
persawahan yang mencapai lebih dari 50% luasan total, menjadi salah satu alasan sering terjadinya
banjir dan kekeringan. Pada saat musim hujan air berlimpah, namun kondisi tanah yang berupa
persawahan yang ditunjang oleh kontur tanah yang datar menyebabkan air mudah tergenang.
Sedangkan pada musim kemarau, cadangan air tidak tersedia. Hal inilah yang menyebabkan
daerah-daerah yang sebagian besar daerahnya berupa lahan persawahan sekaligus kerap mengalami
bencana banjir dan kekeringan.
1. Bencana Banjir
Bencana banjir terjadi di Karawang pada tahun 2012 melanda 8 (delapan) wilayah
kecamatan sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data: Tabel BA-1. Total area yang terendam
seluas 8.802 Ha. Selain disebabkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi, juga disebabkan
meluapnya Sungai Citarum dan Cibeet.
2. Kekeringan
Dengan semakin berkurangnya jumlah areal yang ditutupi oleh vegetasi yang dapat
menyerap air, kualitas sumber daya tanah untuk konservasi air menurun. Pada musim kemarau,
cadangan sumber air tanah menjadi berkurang dan lama-kelamaan bisa terjadi kekeringan.
Beberapa daerah di Kabupaten Karawang mengalami kekeringan pada saat musim kemarau
panjang. Kekeringan terjadi di 11 wilayah kecamatan. Hal tersebut mengakibatkan padi gagal
panen seluas 18.743 Ha.
18
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
BAB II
TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN
A. Kependudukan
1. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Pada tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Karawang mencapai 2.207.181 jiwa.
Ini angka yang didapat dari hasil proyeksi dan angka tersebut masih sementara. Penduduk
laki-laki pada tahun 2012 berjumlah 1.137.818 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah
1.069.363 jiwa. Sex ratio penduduk Kabupaten Karawang adalah 106,40 yang artinya
penduduk laki-laki lebih banyak dibanding dengan penduduk perempuan, lihat Buku Data:
Tabel DE-1, Tabel DE-2, dan Tabel DE-3 (BPS, 2013).
Dengan luas Kabupaten Karawang sebesar 1.753,27 km² didapat kepadatan
penduduk per km² sebesar 1.258,89 jiwa. Penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Klari
dengan jumlah penduduk sebesar 165.878 jiwa, hal ini disebabkan kecenderungan
penduduk yang bekerja memilih tempat tinggal di wilayah Kecamatan Klari karena
wilayah ini mempunyai akses ke tempat bekerja yang strategi. Kemudian disusul
Kecamatan Karawang Barat yaitu sebesar 161.226 jiwa, hal ini disebabkan karena
Kecamatan Karawang Barat sebagai pusat pemerintahan. Sedangkan jumlah penduduk
terkecil berada di Kecamatan Tegalwaru dengan jumlah penduduk 34.675 jiwa.
Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Karawang pada tahun 2012 mencapai 589.259
Rumah Tangga. Dengan Rumah Tangga tertinggi diwilayah Kecamatan Klari yaitu 44.387
Rumah Tangga, kemudian Kecamatan Karawang Barat dengan 41.975 Rumah Tangga dan
Kecamatan Telukjambe Timur dengan 32.279 Rumah Tangga.
Sampai dengan saat ini, Kabupaten Karawang memiliki 9 Kecamatan yang secara langsung
lokasinya berdekatan dengan laut dan pesisir. Jumlah penduduk yang berada di wilayah laut pesisir,
tercatat 96.877 jiwa (27.484 rumah tangga). Jumlah penduduk di pesisir terbanyak terdapat
wilayah Kecamatan Cilamaya Wetan sebanyak 25.288 jiwa, sedangkan Kecamatan Pakisjaya
adalah yang paling kecil (lihat Buku Data: Tabel DE-5).
19
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
Gambar 2.1 Grafik Kepadatan Penduduk per Kecamatan Tahun 2012
2. Pendidikan
Jumlah sekolah (sekolah negeri dan sekolah swasta) dari tingkat SD, SLTP sampai dengan
SLTA paling banyak berada di Kecamatan Karawang Barat yaitu berjumlah 74 unit (lihat Buku
Data: Tabel DS-5). Untuk SD, dengan jumlah sekolah total sebanyak 849 unit, Kecamatan Ciampel
dan Majalaya mempunyai sekolah SD paling sedikit, hanya 16 unit. Untuk SLTP, Kecamatan
Karawang Barat mempunyai jumlah sekolah paling banyak yaitu 7 unit, dan di Kecamatan
Purwasari masih belum punya sekolah. Sedangkan SLTA, ada beberapa kecamatan yang tidak
mempunyai sekolah SLTA, yakni di Kecamatan Cilebar, Tegalwaru, dan Majalaya. Hal ini perlu
mendapat perhatian dari Pemerintah untuk lebih meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan
demi pemerataan pelayanan pendidikan hingga ke daerah-daerah pelosok.
B. Permukiman
1. Rumah Tangga Miskin
Dari Buku Data: Tabel SE-1, data yang tercatat pada tahun 2010, bahwa persentase rumah
tangga miskin terbesar adalah di Kecamatan Karawang Barat (5,93% rumah tangga masuk kategori
miskin dari seluruh rumah tangga miskin), sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan
Pangkalan (sebesar 1,37%).
20
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
2. Sumber Air Minum
Masyarakat Karawang menggunakan berbagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan airnya,
dapat dari ledeng, sumur, dan hujan. Untuk sumber ledeng, air ini belum dapat diakses di wilayah
Kecamatan Tegalwaru, Purwasari, Tirtamulya, Cilamaya Wetan, Cilamaya Kulon, Majalaya,
Tempuran, Jayakerta, Cilebar, dan Pakisjaya (Buku Data: Tabel SE-3).
3. Fasilitas Tempat Buang Air Besar
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang (Buku Data: Tabel SP-2 dan
SP-3), hanya sebanyak 60,44% sebagian besar warganya telah memiliki tempat buang air besar
sendiri. Jumlah paling sedikit ada di Kecamatan Batujaya, sebanyak masing-masing 12,80%.
4. Pembuangan Sampah
Dari data yang dicatat pada tahun 20012 (Buku Data: Tabel SP-4), jumlah perkiraan
timbulan sampah dari masyarakat adalah sebanyak 6.070 m3 per hari. Jumlah sebanyak ini menjadi
perhatian pemerintah untuk mengatasinya. Sementara cara pembuangan dengan ditimbun dan
dibakar banyak digunakan karena sarana angkutan sampah belum menjangkau secara merata,
padahal dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat cara pembuangan tersebut cukup merugikan
baik terhadap kesehatan masyarakat maupun kondisi lingkungan terutama udara dan tanah.
C. Kesehatan
1. Kelahiran dan Kematian
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang selama tahun 2012, tercatat jumlah
anak lahir hidup sebanyak 88.808 jiwa. Data dapat dilihat pada Buku Data: Tabel DS-6).
2. Jenis Penyakit Utama
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, tahun 2010, jenis penyakit utama yang diderita
masyarakat Kabupaten Karawang sebanyak 7 jenis, terdiri dari ISPA, influenza, diare dan
gastroenteritis, tukak lambung, batuk, hipertensi primer, dan rematik. Jumlah penderita secara
keseluruhan mencapai 544.445 orang. (Buku Data: Tabel DS-8).
21
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
3. Sarana Kesehatan
a. Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling
Pada tahun 2008 jumlah puskesmas yang ada di Kabupaten Karawang ada 44 buah yang
terdiri dari 31 puskesmas tanpa perawatan dan 13 puskesmas dengan tempat perawatan (DTP).
Dengan demikian rasio puskesmas terhadap penduduk adalah 1 puskesmas untuk setiap 47.600
penduduk. Angka ini masih lebih tinggi dari standar nasional yaitu 1 puskesmas untuk 30.000
penduduk.
Jumlah puskesmas pembantu (Pustu) yang ada di Kabupaten Karawang ada 71 pustu, tetapi
tidak semua pustu berjalan karena pustu rusak berat ataupun tidak ada petugas. Sedangkan rasio
pustu terhadap puskesmas adalah 1:1,61, jadi rata-rata setiap puskesmas memiliki 1-2 buah pustu.
Jumlah kendaraan puskesmas keliling roda empat pada tahun 2008 adalah 36 buah. Rasio pusling
(puskesmas keliling) terhadap puskesmas adalah 1. Jadi hampir semua puskesmas memiliki
pusling.
Tabel 2.1 Jumlah Sarana Kesehatan Di Kabupaten Karawang Tahun 2008
No. Uraian Jumlah (Unit)
A. Puskesmas 44
1 Tanpa Perawatan 31
2 DTP 13
B. Puskesmas Pembantu 72
C. Rumah Sakit 12
1 RSUD 1
2 RS Swasta 9
3 RS Bersalin 1
4 RS Ibu & Anak 1
D. Pusling & Ambulan 32
E. Posyandu 2.112
Jumlah 2.328
Sumber: Dinas Kesehatan Karawang
22
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
b. Rumah Sakit
Rumah sakit yang ada di Kabupaten Karawang hingga tahun 2008 berjumlah 15 buah, yang
terdiri dari 1 rumah sakit milik Pemda (tipe B) dan 14 rumah sakit milik swasta. Jumlah tempat
tidur sebanyak 1.283 buah sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Apabila jumlah tempat tidur dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kabupaten
Karawang tahun 2009 (2.094.408 jiwa) maka satu tempat tidur melayani 1.779 penduduk. Bila
ditinjau dari rasio tempat tidur dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka makin tinggi rasio
makin sedikit fasilitas sarana yang tersedia. Standar WHO untuk jangkauan pelayanan rumah sakit
adalah 1 tempat tidur untuk 500 penduduk.
Tabel 2.2 Jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Karawang Tahun 2010
No. Nama Rumah Sakit Jumlah Tempat Tidur (bed)
1 RSUD Karawang 330
2 RS Islam 73
3 RS Dewi Sri 118
4 RS Bayu Karta 129
5 RS Karya Husada 116
6 RS Saraswati 70
7 RS Proklamasi 59
8 RS Delima Asih 43
9 RS Cito 101
10 RS Aqma 60
11 RS Fikri Medika 50
12 RS Intan Barokah 55
13 RS Djoko Pramono 29
14 RS Puri Asih -
15 RS Lamaran MC 50
Jumlah 1.283
Keterangan : Jumlah tempat tidur diluar RS Puri Asih (Profil Kesehatan Kabupaten
Karawang, 1010)
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang
23
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
D. Pertanian
Kabupaten Karawang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Tahun 2005-2025, mempunyai basis pembangunan pada sektor pertanian dan
industri, sebagaimana dijabarkan dalam salah satu visinya “Karawang sejahtera berbasis
pertanian dan industri”. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa Karawang merupakan daerah
pertanian teknis yang subur, yang menjadi karakteristik kehidupan sosial ekonomi
masyarakat dan memberikan manfaat bagi peningkatan pendapatan serta menjamin
ketahanan pangan. Di samping itu keberadaan industri di Karawang secara eksisting
memiliki potensi untuk semakin tumbuh, baik yang berbasis sumber daya alam, maupun
yang memanfaatkan keuntungan faktor lokasi Karawang yang strategis (karena dihimpit
dua ibukota, yakni ibukota Provinsi Jawa Barat, Bandung, dan ibukota Indonesia, DKI
Jakarta).
Dengan demikian Karawang melaksanakan pembangunan melalui dua kegiatan besar
tersebut yang tentunya akan mempunyai dampak baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap kualitas lingkungan khususnya di Kabupaten Karawang. Di dalam bahasan ini akan
tergambar beberapa pengaruh dari adanya kegiatan pertanian khususnya bagi lingkungan.
1. Luas Lahan Sawah dan Hasil Produksi per Hektar
Lahan di Kabupaten Karawang dibedakan menjadi lahan sawah dan lahan kering,
dimana lahan sawah dibagi menjadi lahan berpengairan teknis, setengah teknis dan
berpengairan sederhana. Sedangkan untuk lahan kering terdiri dari lahan untuk bangunan
dan halaman sekitarnya, tegal/kebun/ladang/ huma, padang rumput, tambak,
kolam/tebet/empang, lahan yang sementara tidak diusahakan, lahan untuk tanaman kayu-
kayuan dan perkebunan negara/swasta. Luas seluruh Lahan di Kabupaten Karawang adalah
175.327 Ha dengan perincian sebagai berikut; Lahan Sawah seluas 98.079 Ha dan Lahan
Kering seluas 116.125 Ha. Dari jumlah tersebut sebesar 55.94 persen digunakan untuk
Bangunan dan halaman sekitarnya.
Pada tahun 2012 produksi padi sawah dan ladang mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 2,29 persen yaitu dari 1383,34 ton pada tahun
2011 menjadi 1351,67 ton pada tahun 2012. Sedangkan untuk luas panen, mengalami
penurunan sebesar 0,7 persen, sedang untuk produktifitas per hektar mengalami kenaikan
24
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
yaitu dari 7,01 ton/Ha pada tahun 2011 menjadi 7.25 ton/Ha pada tahun 2012. Data dapat
dilihat pada Buku Data: Tabel SE-4
2. Produksi Tanaman Palawija menurut Jenis Tanaman
Untuk produktifitas tanaman palawija, diantaranya tanaman jagung dan kacang
kedelai, sesuai Buku Data: Tabel SE-5, mengalami kenaikan masing-masing sebesar 161,07
persen dan 1.876,56 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Produktivitas jagung
dan kacang hijau mengalami kenaikan masing-masing sebesar 71.64 persen untuk jagung
dan 236.07 persen untuk kacang hijau.
Untuk tanaman sayuran sebagian besar mengalami kenaikan, yaitu, jamur merang
sebesar 27,49 persen, kangkung sebesar 2,25 persen, terung sebesar 32,13 persen, dan
mentimun 13,94 persen. Sedangkan sayuran lainnya seperti halnya kacang panjang
mengalami penurunan produksi, yaitu sebesar 0,99 persen, petsai/sawi sebesar 58,21
persen, cabe 56,18 persen dan bayam sebesar 5,07 persen.
Tanaman Buah-buahan yang paling dominan di Kabupaten Karawang dan merata di
setiap Kecamatan adalah Mangga, Jambu biji, Jambu Air, Nangka, Pepaya dan Pisang
sedangkan buah-buahan lainnya hanya ada dibeberapa kecamatan saja. Kenaikan produksi
terjadi pada buah Jeruk, Pepaya, Salak, dan Nanas, sedangkan produksi buah-buahan
lainnya mengalami penurunan.
3. Penggunaan Pupuk untuk Tanaman Padi dan Palawija
Berdasarkan data dari PT. Pupuk Kujang, permintaan penggunaan untuk Kabupaten
Karawang pada 3 (tiga) jenis pupuk, yaitu urea, NPK, dan organik. Penggunaan pupuk dapat dilihat
pada Buku Data: Tabel SE-8.
4. Jumlah Hewan Ternak Menurut Jenis Ternak
Berdasarkan data pada Buku Data: Tabel SE-10, binatang ternak dari yang jumlahnya
terbanyak adalah domba, kambing, sapi potong, babi, kerbau, dan yang terkecil adalah kuda dan
sapi perah.
25
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
5. Jumlah Hewan Unggas menurut Jenis Unggas
Berdasarkan data pada Buku Data: Tabel SE-11, hewan unggas dari yang jumlah
produksinya di tahun 2010 terbanyak hingga yang terkecil adalah ayam pedaging, itik, ayam
kampung dan ayam petelur.
6. Perkiraan Emisi CH4 dan CO2 dari Pertanian dan Peternakan
Perkiraan perhitungan emisi gas pertanian didasarkan pada hasil tanam tahun 2012, yaitu
sebagai berikut:
a. Dari Buku Data: Tabel SP-6, terlihat bahwa aktivitas penanaman padi di sawah mempunyai
dampak terjadinya emisi CH4, yang mana semakin luas lahan maka gas metan yang terlepas ke
udara juga semakin banyak.
b. Dengan jumlah lahan sawah 98.064 Ha, Kabupaten Karawang diperkirakan telah
menyumbangkan emisi CH4 ke atmosfer sebanyak 28.073.734 ton dari aktivitas
pertanian dalam tahun 2012.
c. Dari Buku Data: Tabel SP-8, terlihat bahwa aktivitas pertanian yang dalam hal ini khusus pada
penggunaan pupuk urea, telah berdampak pada terjadinya peningkatan emisi CH4 yang
dilepaskan ke udara. Semakin banyak konsumsi pupuk urea maka gas metan yang terlepas ke
udara juga semakin banyak.
d. Kabupaten Karawang diperkirakan telah menyumbangkan emisi CO2 ke atmosfer sebanyak
3.923 ton dari aktivitas pengguaan urea dalam tahun 2012.
e. Dari Buku Data: Tabel SP-7 dan Tabel SP-7.a., terlihat bahwa aktivitas peternakan juga
mempunyai dampak terhadap terjadinya peningkatan emisi CH4 yang dibuang ke udara, yang
mana semakin banyak jumlah binatang ternak maka gas metan yang terlepas ke udara juga
semakin banyak.
f. Kabupaten Karawang diperkirakan telah menyumbangkan emisi CH4 ke atmosfer sebanyak
1.020,76 ton dari aktivitas peternakan dalam tahun 2012, yang berasal dari 738,82 ton dari
hewan ternak dan 281,94 ton dari hewan unggas.
26
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
Gambar 2.1 Grafik Perkiraan Emisi CH4 dari Pertanian Tahun 2012 (Ton/Tahun)
Gambar 2.1 Grafik Perkiraan Emisi CH4 dari Peternakan Tahun 2012 (Ton/Tahun)
27
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
E. Industri
Berkaitan dengan pertumbuhan sektor industri, pengembangannya diarahkan untuk tidak
mengurangi areal sawah teknis. Pengembangan diarahkan untuk mendukung dan memperkuat
pembangunan di sektor pertanian, sehingga tidak menghilangkan fungsi Karawang sebagai
lumbung padi Jawa Barat. Bahkan kebijakan pemerintah daerah diarahkan agar Kabupaten
Karawang tetap mempunyai fungsi ganda sebagai lumbung padi dan daerah pengembangan
industri.
Menurut konsep BPS, Industri dibedakan menjadi Industri Besar, Sedang, Kecil dan
Kerajinan Rumah Tangga. Pengelompokan tersebut berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu yang
mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih digolongkan Industri Besar, Industri Sedang
memiliki tenaga kerja 20–99 orang, Industri Kecil mempunyai tenaga kerja 5–19 orang, dan
Industri Kerajinan Rumah Tangga kerjanya berjumlah kurang dari 5 orang.
Berdasarkan data dari Departemen Perindustrian, pengelompokan industri didasarkan pada
jenis produksi, yaitu Logam Mesin & Rekayasa, Aneka Elektronika, Tekstil, Alat Angkut, Kimia,
Agro, Pulp & Kertas serta hasil hutan. Pada industri kecil juga dibedakan atas formal dan non
formal.
Sejak diterbitkannya Keppres Nomor 53 tahun 1989 tentang Pengembangan Kawasan
Industri, Kabupaten Karawang telah ditetapkan sebagai daerah pengembangan kawasan industri.
Jumlah industri pada sampai dengan tahun 2009 mencapai 9.409 unit, terdiri atas PMA 295 unit,
PMDN 187 unit dan non fasilitas 96 unit serta industri kecil 8.831 unit. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Buku Data: Tabel SE-12 dan SE-13.a.
Gambar 2.3 Jumlah Industri Tahun 2009
28
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
F. Pertambangan
Berdasarkan data sampai dengan tahun 2011, tercatat ada 3 kegiatan pertambangan galian C
berizin seluas kurang lebih 22 Ha dengan jenis galian yaitu andesit, tanah liat, dan batu
gamping/kapur (Buku Data: Tabel SE-14).
Kegiatan pertambangan yang tidak memiliki izin resmi dari instansi terkait, karena berada di
lingkungan masyarakat yang sudah turun-temurun mengusahakan tambang batu kapur dan pasir
sebesar 40 Ha.
G. Energi
Berdasarkan data dari Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat Cabang Pelayanan Wilayah
Kabupaten Karawang tahun 2011, terdapat 522.515 unit kendaraan bermotor (Buku Data: Tabel
SE-16) baik yang berbahan bakar premium maupun solar. Berdasarkan data dari Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi Kabupaten Karawang tahun 2011, terdapat
54 lokasi SPBU (Buku Data: Tabel SE-17), penggunaan pertamax masih sedikit dibandingkan
dengan premium, hal ini dikarenakan harga yang masih timpang.
H. Transportasi
Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam
pembangunan ekonomi yang menyeluruh. Perkembangan sektor transportasi akan secara
langsung mencerminkan pertumbuhan pembangunan ekonomi yang berjalan. Namun
demikian sektor ini dikenal pula sebagai salah satu sektor yang dapat memberikan dampak
terhadap lingkungan dalam cakupan spasial dan temporal yang besar.
Transportasi atau pengangkutan adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat
lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia,
hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin.
Ada lima unsur pokok transportasi , yaitu :
1. Manusia, sebagai pengguna transportasi
2. Barang, sebagai objek dari pengguna transportasi
3. Kendaraan, sebagai sarana transportasi
4. Jalan, sebagai prasarana transportasi
29
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
5. Organisasi, sebagai pengelola transportasi
Isu mengenai dampak lingkungan akibat transportasi merupakan isu yang telah
muncul sejak ditemukannya kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil.
Data lingkungan yang ada menunjukkan bahwa sektor transportasi umumnya member
kontribusi sekitar 23% dari emisi gas CO-nya (carbon monoxide/ green house gas) dan
tumbuh lebih cepat dari penggunaan energi di sektor lainnya.
Faktor-faktor lingkungan yang timbul akibat aktivitas transportasi umumnya terkait
dengan: kebisingan, polusi udara, tundaan pejalan kaki, kecelakaan lalu lintas, stress bagi
pengemudi dan kesehatan masyarakat.
Faktor penting yang menyebabkan dominannya pengaruh sektor transportasi
terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia antara lain:
- Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial).
- Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada.
- Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya kegiatan-kegiatan
perekonomian dan perkantoran di pusat kota.
- Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada, misalnya
daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota.
- Kesamaan waktu aliran lalu lintas.
- Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor.
- Faktor perawatan kendaraan.
- Jenis bahan bakar yang digunakan.
- Jenis permukaan jalan.
- Siklus dan pola mengemudi (driving pattern).
Sesuai dengan Buku data: Tabel SE-20, bahwa jalan yang ada wilayah Kabupaten Karawang
adalah 4.544 km yang mana terdiri dari jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, dan jalan
desa.
1. Sarana Terminal Kendaraan Penumpang Umum
Terminal merupakan sarana penunjang kelancaran transoprtasi. Keberadaan terminal
penumpang kendaraan umum menjadi sangat penting mengingat sebagian besar masyarakat
Karawang masih mengandalkan kendaraan umum sebagai sarana transportasi. Sebagai salah satu
Kabupaten yang memiliki beberapa kawasan industri, Karawang menjadi salah satu tujuan bagi
30
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
para pendatang yang bermaksud menjadi pekerja di industri yang tersebar di beberapa wilayah di
Karawang.
Guna memperlancar arus pendatang tersebut maka diperlukan sarana terminal yang
memadai, lokasi terminal yang strategis, yang memiliki fasilitas yang cukup memadai, serta
mampu menampung kendaran antar kota antar provinsi. Karawang mempunyai 4 (empat) buah
terminal yang beroperasi untuk melayani kendaran umum hingga ke angkutan pedesaan, yakni di
Klari, Karawang Barat, Rengasdengklok dan Cikampek. Kondisi luas terminal yang ada di
kabupaten Karawang seperti pada Buku Data: Tabel SE-21.
a. Terminal Klari yang merupakan terminal utama di kabupaten Karawang, hanya memiliki luas
kawasan sekitar 6.188 m2. Dengan kondisi ini maka terminal hanya mampu menampung
beberapa kendaraan bis antar kota dalam propinsi yang melayani trayek tertentu saja.
b. Terminal Tanjungpura dan terminal Cikampek berfungsi sebagai terminal untuk trayek
menuju ke beberapa kecamatan di Karawang.
2. Limbah Padat dari Sarana Transportasi
Terminal sebagai tempat bertemunya penumpang sebagai pengguna jasa transportasi dengan
kendaraan sebagai alat transportasi, akan menimbulkan beberapa dampak bagi lingkungan. Selain
menimbulkan pencemaran udara yang diakibatkan oleh gas buang dari kendaraan bermotor,
sampah menjadi permasalahan yang umum. Seringkali terminal menjadi tempat para pedagang
asongan dan pedagang kaki lima untuk berjualan.
Hal ini memberikan dampak ikutan, di mana sampah-sampah terutama sampah organik
seringkali tidak tertangani. Selain karena kesadaran para pengguna sarana terminal masih sangat
rendah, fasilitas berupa tempat sampah pun masih kurang (Buku Data: Tabel SP-12).
a. Volume tempat penampungan sampah sementara di terminal Klari sebagai terminal terbesar di
Kabupaten Karawang mampu menampung sampah sebanyak 1,9 m3/hari.
b. Terminal Tanjungpura dan terminal Cikampek sebagai terminal pembantu masing-masing
mampu menampung volume limbah padat sebanyak 1,2 m3/hari dan 1,5 m
3/hari.
I. Pariwisata
Kabupaten Karawang memiliki banyak obyek wisata yang dapat dijadikan sebagai
tujuan wisata keluarga. Terdapat obyek wisata alam dan wisata bahari di Karawang.
Berikut sekilas gambaran obyek wisata di Karawang hingga tahun 2011.
31
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
1. Lokasi dan Luas Kawasan Wisata di Kabupaten Karawang
Kabupaten Karawang sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa sedangkan sebelah tenggara
berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Cianjur. Di sebelah utara memiliki potensi wisata bahari
dan di sebelah tenggara memilik potensi wisata alam berupa air terjun. Meskipun pengelolaannya
masih belum optimal, tetapi obyek-obyek wisata tersebut masih potensial untuk dikembangkan.
Adapun luas kawasan yang menjadi obyek wisata unggulan di Kabupaten Karawang, sesuai data
pada Buku Data: Tabel SE-24 adalah sebagai berikut:
a. Pantai Tanjungpakis di Kecamatan Pakisjaya dengan panjang pantai 7 km membentang
meliputi Blok Bungin, Karangjaya dan Pakis I. Obyek wisata ini terletak di ujung sebelah
utara Karawang yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bekasi, lokasinya terletak di
Desa Tanjung Pakis, jarak dari kota ke lokasi ini cukup jauh, jika dengan menggunakan
sepeda motor dibutuhkan waktu sekirar 1,5 jam untuk mencapai lokasi wisata ini. Lokasi ini
cukup nyaman, dan telah dikelola secara profesional oleh perusahaan pariwisata PT. JHI sejak
tahun 2000-an. Rata-rata pengunjung yang datang ke lokasi ini tidak kurang dari 103.884
orang pada tahun 2010 dan ini merupakan salah satu objek wisata unggulan Kabupaten
Karawang. Luas kawasan wisatanya mencapai 5 Ha.
b. Karawang juga memiliki obyek wisata alam pegunungan yang cukup luas. Daya tarik wisata
pegunungan ini adalah terdapatnya beberapa air terjun alam yang disebut dengan curug, yaitu
Curug Cigentis, yang terletak di kaki Gunung Sanggabuana. Pada sekitar tahun 1990-an obyek
wisata ini banyak dikunjungi wisatawan dari dalam dan luar daerah, akhir-akhir ini obyek
wisata tersebut relatif kurang pengunjung dan pemerintah daerah telah mencanangkan
program wisata unggulan di wilayah ini untuk menarik kembali para wisatawan yang ingin
berkunjung ke wilayah ini. Luas kawasan wisatanya mencapai 10 Ha.
c. Pantai Pisangan juga memiliki daya tarik pantai yang cukup bagus. Lokasinya terletak di
sebelah utara Karawang tepatnya di Kecamatan Cibuaya, obyek wisata ini masih belum
dikelola secara optimal mengingat tepi pantai yang relatif lebih sempit jika dibandingkan
dengan Pantai Tanjungpakis. Luas kawasan wisatanya mencapai 12 Ha.
d. Lokasi obyek wisata Tanjungbaru ini berada di Kecamatan Cilamaya, jalur menuju ke pantai
ini lebih dekat dari arah Cikampek. Kondisi pantai ini cukup baik karena lokasi ini dibangun
dan dicanangkan sebagai obyek wisata unggulan Kabupaten Karawang. Luas kawasan
wisatanya mencapai 9 Ha.
32
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
2. Sarana Hotel/Penginapan, Jumlah Kamar, dan Tingkat Hunian
Berdasarkan data terakhir Dinas Pariwisata Kabupaten Karawang tahun 2012, tercatat 26
hotel/penginapan yang ada di wilayah Kabupaten Karawang, terdiri dari hotel bintang (7 unit) dan
hotel melati (19 unit) (Buku Data: Tabel SE-25).
3. Perkiraan Volume Limbah Padat dari Obyek Wisata
Salah satu dampak yang menyebabkan tekanan terhadap lingkungan, dari dikembangkannya
suatu kawasan menjadi daerah tujuan wisata adalah bertambahnya sampah/ limbah padat yang
dihasilkan oleh para wisatawan. Untuk kawasan pantai limbah yang terutama berasal dari
hempasan gelombang laut, semakin bertambah pada saat musim kunjungan wisata. Selain itu salah
satu faktor yang juga sangat memberikan pengaruh adalah kesadaran dari wisatawan untuk turut
serta menjaga kelestarian lingkungan.
Berdasarkan Buku Data: Tabel SP-13, diperkirakan volume limbah padat yang berasal dari
obyek wisata tahun 2011 mencapai 8,4 m3/hari.
J. Limbah B3
Perusahaan yang mendapatkan izin untuk penyimpanan sementara limbah B3 yang berada di
Kabupaten Karawang yaitu berjumlah 72 perusahaan. Perusahaan penghasil limbah B3 yang
tercatat menyampaikan laporan pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Karawang
tahun 2010 yaitu berjumlah 45 perusahaan. Data dapat di lihat pada Buku Data: Tabel SE-15 dan
Tabel SE-16.
33
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
BAB III
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
A. Rehabilitasi Lingkungan
Upaya penghijauan melalui penanaman pohon baik pohon pelindung maupun pohon
produktif terus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang melalui kegiatan-kegiatan seperti
Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK), Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(GNRHL), Kegiatan Hutan Rakyat, kegiatan pengkayaan hutan, dan kegiatan hutan kota.
Pada Tahun 2011, kegiatan penghijauan direncanakan tersebar di 7 kecamatan dengan luas
area rehabilitasi sebanyak 1.649 Ha dan jumlah bibit pohon yang ditanam sebanyak 1.133.429 bibit
pohon, termasuk di dalamnya bibit pohon mangrove untuk wilayah pesisir. Kecamatan yang
menjadi sasaran kegiatan yaitu Pangkalan, Tegalwaru, Ciampel, Telukjambe Barat, Cibuaya,
Tirtajaya, dan Batujaya. Pelaksanaan kegiatan pada tahun 2011 telah terealisasi seluruhnya sesuai
dengan yang direncanakan.
Beberapa kegiatan fisik yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan dilakukan oleh instansi terkait di Kabupaten Karawang
diantaranya Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan, Dinas Ciptakarya, dan Dinas Binamarga.
Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain terkait dengan pengelolaan persampahan, pembuatan
dan perbaikan drainase jalan, pengerukan sungai/ saluran pembuang, dan pemeliharaan tanaman/
penghijauan.
B. Pengawasan AMDAL
Berdasarkan data yang tercatat pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten
Karawang, terdapat 157 jenis dokumen UKL-UPL yang ditetapkan (lihat Buku Data: Tabel UP-4).
Berdasarkan hasil pengawasan pelaksanaan dokumen AMDAL/UKL/UPL yang
dilaksanakan pada tahun 2009-2010 terhadap 55 perusahaan. (lihat Buku Data: Tabel UP-5).
Kegiatan pengawasan tersebut dilaksanakan mulai tanggal 13 Januari 2009 sampai dengan 22
Pebruari 2010 oleh Bidang Bina Hukum dan Dampak Lingkungan, BPLH Kabupaten Karawang.
Laporan semester dapat digunakan sebagai alat pantau BPLH terhadap penerapan dokumen
lingkungan, baik dari penaatan baku mutu maupun upaya untuk menciptakan produksi bersih
(clean production).
34
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
Selain kegiatan yang bersifat rutin, pelaksanaan pengawasan dilakukan juga terhadap
perusahaan/ industri atas permintaan sendiri, maupun apabila diduga terjadi permasalahan-
permasalahan lingkungan, di mana informasinya berasal dari laporan pengaduan masyarakat dan
media massa.
C. Penegakan Hukum
Pengaduan masyarakat terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup selama tahun 2009
yang tercatat pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Karawang sebanyak 20
pengaduan, yang terdiri dari 5 jenis pengaduan, yakni: pengaduan pencemaran air (9 pengaduan),
pencemaran udara (5 pengaduan), dan pengaduan pencemaran akibat limbah B3 (4 pengaduan),
pengaduan pencemaran dan kerusakan lingkungan (1 pengaduan), dan kinerja BPLH Kabupaten
Kaarwang (1 pengaduan) sebagaimana dapat dilihat pada Buku Data: Tabel UP-6 dan Tabel UP-7.
Dari semua pengaduan masyarakat tersebut, statusnya telah ditangani dan ditindaklanjuti
oleh BPLH bersama-sama dengan pihak terkait. Upaya penanganan pengaduan masyarakat
dilakukan oleh BPLH dan pihak terkait di antaranya dengan:
a. Melakukan verifikasi ke lokasi yang diduga terjadi permasalahan lingkungan, dengan
melakukan inventarisasi permasalahan, pengumpulan bahan keterangan untuk memperoleh
bukti dan informasi dari pihak terkait dan masyarakat sekitar.
b. Melakukan pengujian laboratorium terhadap sampel yang diambil dari lokasi yang
diindikasikan tercemar apabila diperlukan, untuk memperkuat analisis penyelesaian kasusnya.
c. Memfasilitasi pihak pelapor dan pihak yang dilaporkan, untuk mendudukkan permasalahan
dan diupayakan diselesaikan dengan saling menguntungkan, berdasarkan data dan fakta yang
diperoleh.
d. Apabila tidak dapat diselesaikan oleh BPLH maka akan dikoordinasikan dengan unsur
pemerintah lainnya yang lebih berkompeten untuk penyelesaian permasalahan.
e. Untuk pengaduan lewat SMS gateway dan media massa, dilakukan dengan peninjauan ke
lokasi dan hasilnya disampaikan melalui Bagian Humas Setda, untuk diteruskan kepada pihak-
pihak terkait.
35
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
D. Peran Serta Masyarakat
1. LSM Lingkungan
Berdasarkan ketentuan umum dalam UU Nomor 32 Tahun 2009, bahwa organisasi
lingkungan hidup adalah sekelompok orang yang terorganisasi dan terbentuk atas kehendak sendiri
yang tujuan dan kegiatannya berkaitan dengan lingkungan hidup.
Saat ini terdapat beberapa LSM lingkungan di Kabupaten Karawang yang ikut serta
membantu menyelesaikan permasalahan pencemaran dan kerusakan lingkungan ada yaitu: Upas
Korak, Lodaya, Sepetak, Laskar Karawang, LP2D, AMIB, dan Forkadas Citarum (lihat Buku Data:
Tabel UP-8).
2. Penerima Penghargaan Lingkungan
Pada tahun 2011 ini, tidak terdapat data penerima penghargaan lingkungan baik secara
perorangan maupun lembaga. Hal ini perlu untuk mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah
dalam rangka memupuk dan memotivasi masyarakat secara umum untuk dapat berperan serta
dalam menjaga dan melestarikan lingkungan.
3. Kegiatan Penyuluhan dan Kegiatan Masyarakat
Berdasakan LKPJ Bupati Karawang Tahun 2010, kegiatan penyuluhan, pelatihan, workshop
dan seminar yang terkait dengan pengelolaan lingkungan yang dilakukan di Kabupaten Karawang
sebanyak 16 kegiatan (Buku Data: Tabel UP-10), dengan peserta terdiri dari perusahaan/ industri,
masyarakat umum, masyarakat sekolah dan unsur aparat pemerintahan.
Berpedoman pada UU No. 32 Tahun 2009 pasal 70 ayat (2), bahwa peran serta masyarakat
dapat berupa:
1. Pengawasan sosial.
2. Pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan.
3. Penyampaian informasi dan/ atau laporan.
Apabila dilihat dari kriteria yang tercantum dalam UU No. 32/2009, maka peran serta
masyarakat di Kabupaten Karawang dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
terutama dalam hal mengembangkan dan menjaga budaya serta kearifan lokal dan ketanggapan
masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial, maupun dalam rangka pelestarian fungsi
lingkungan hidup sudah cukup baik. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa informasi kerusakan
lingkungan di berbagai wilayah di Kabupaten Karawang yang disampaikan oleh masyarakat
kepada BPLH Kabupaten Karawang.
36
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
Dengan adanya beberapa perusahaan yang telah mengembangkan Ruang Terbuka Hijau di
sekitar perusahaannya terutama di kawasan industri, maupun bantuan bibit pohon dan
penanamannya di pemukiman penduduk sekitar perusahaan maupun disalurkan melalui BPLH
Kab. Karawang untuk di alokasikan pada daerah-daerah gersang dengan melibatkan peran serta
masyarakat setempat, telah membuktikan peran serta masyarakat secara serius dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup menuju Indonesia hijau, bersih, sejuk dan nyaman.
Demikian juga bahwa BPLH Kabupaten Karawang setiap tahunnya secara berkala melalui
program dan kegiatan-kegiatannya yang berhubungan dengan penanaman pohon/penghijauan
maupun pengelolaan sampah/kebersihan lingkungan telah melibatkan masyarakat setempat.
E. Kelembagaan
1. Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan
Berdasarkan data sampai dengan Desember 2011, yang tercatat di Bagian Hukum Setda
Kabupaten Karawang, jumlah produk hukum yang terkait bidang tata ruang dan pengelolaan
lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung adalah sebanyak 35 produk hukum,
yang terdiri dari 22 Peraturan Daerah, 7 Peraturan Bupati dan 6 Keputusan Bupati (Buku Data: UP-
12).
2. Anggaran Pengelolaan Lingkungan
Jumlah alokasi dan realisasi anggaran Tahun 2010 sebesar Rp. 3.479.650.000,-. Anggaran
tersebut hanya berasal dari APBD Kabupaten, sedangkan dana dari APBD propinsi dan pusat
berupa DAK (dana alokasi khusus) pada tahun 2010 tidak tersedia seperti halnya pada tahun-tahun
sebelumnya lihat Buku Data: Tabel UP-13).
Jumlah anggaran tiap tahunnya tersebut, tidak seluruhnya dialokasikan untuk pelaksanaan
program dan kegiatan pengelolaan lingkungan secara langsung, akan tetapi ada juga yang bersifat
rutin, seperti pengadaan sarana pendukung pelayanan perkantoran serta biaya-biaya pemeliharaan
dan jasa perkantoran.
Berdasarkan data yang ada seperti terlihat juga pada grafik berikut, bahwa terdapat
peningkatan alokasi anggaran yang dikelola BPLH dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 kenaikan
anggaran dibanding tahun 2009 adalah sekitar 9,2%.
37
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
Gambar 3.1 Grafik Jumlah Anggaran Lingkungan Hidup Tahun 2006-2010
3. Personil BPLH
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 55 Tahun 2012, tentang
Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan
Kelurahan, bahwa pelaksanaan urusan wajib Pemerintah Daerah bidang lingkungan hidup
diberikan kewenangannya kepada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH).
BPLH Kabupaten Karawang mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam
melaksanakan sebagian kewenangan daerah di bidang pengelolaan lingkungan hidup serta tugas
pembantuan yang ditugaskan kepada Pemerintah Daerah. Sedangkan fungsinya yaitu pengaturan
dan perumusan kebijakan pemerintah daerah di bidang pengelolaan lingkungan hidup serta
pelaksanaan program pemerintah bidang pengelolaan lingkungan hidup.
Berdasarkan data sampai dengan Bulan Desember 2013, jumlah personil BPLH yaitu 37
pegawai (PNS) yang terdiri 28 orang pegawai laki-laki dan 9 orang pegawai perempuan, dengan
tingkat pendidikan seperti pada Buku Data: Tabel UP-14.
Gambar 3.2 Persentase Jumlah Pegawai BPLH Tahun 2013 menurut Tingkat Pendidikan
38
Laporan SLH Kabupaten Karawang
Tahun 2013
4. Jabatan Fungsional Lingkungan
Sampai dengan bulan Desember 2013, formasi Jabatan Fungsional Khusus baru PPLH
(Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup) sebanyak 3 orang. Jabatan Fungsional Teknis bidang
pengelolaan lingkungan hidup yang dibutuhkan dan dimungkinkan antara lain: Perencana, Peneliti,
PPNS Lingkungan, Analis Laboratorium dan jabatan fungsional teknis lainnya yang dapat lebih
mendukung pelaksanaan kegiatan BPLH Kabupaten Karawang.