Laporan Ske b

download Laporan Ske b

of 42

Transcript of Laporan Ske b

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    1/42

    1

    Skenario B Blok 9

    Rabu, 9 November 2011

    A 28 weeks pregnant woman, 27 years old, G1P0A0, visited medical doctor for

    prenatal care. She had been suffering from hyperthyroid disease (Graves disease)

    and got prophyltiouracil 3x100 mg/day regularly since 2 years ago, but during

    pregnancy, she stopped consuming the medicine because she thought that the

    medicine will harm the fetus.

    The woman complained palpitation, and felt nervous and anxious. She also

    complained heat intolerance and fatigue.

    Physical Examination :

    Vital sign : BP 130/80 mmHg , HR 120 bpm, RR 24x/minute, Temp. 37,5

    Head :Exopthalmos(+) in both eyes

    Neck : Diffuse enlargement in anterior neck

    Chest : Tachycardia

    Extremity :Fine tremor at fingers

    Klarifikasi Istilah

    1. G1P0A0 : Gestasional 1 Partus 0 Abortus 0, Pertama kali

    hamil, belum pernah melahirkan, dan belum pernah

    keguguran/menggugurkan kandungannya

    2. Gravesdisease : Aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan ditandai

    dengan peningkatan laju metabolik (gondok dan gangguan sistem otonom)

    3.

    Prophyltiouracil : Obat anti-tiroid alternative yang digunakan sebagai

    pilihan pertama pada kasus hypertiroid yang dalam masa kehamilan

    4. Palpitasi : Perasaan yang berdebar-debar atau denyut jantung

    tidak teratur yang sifatnya subjektif

    5.

    Exopthalmos (+) : Penonjolan mata yang abnormal

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    2/42

    2

    6.

    Fine Tremor : Getaran yang invounter yang ringan

    7. Diffuse enlargement : Pembesaran yang menyebar yang tidak dapat

    dihitung sacara pasti ( batas yang tidak jelas/tegas)

    8.

    Heat intolerance : Ketidakmampuan untuk menahan sensasi

    peningkatan temperature

    9. Kehamilan 28 minggu : Masa kehamilan dimana perkembangan otak bayi

    sudah sampai pada tahap dapat merespon panas dan suara

    10.Gugup dan gelisah : Sensasi yang menyebabkan pikiran orang menajdi

    tergesa-gesa dan pikiran merasa tidak tenang (psikoneurotik)

    11.

    Tachycardia : Kecepatan denyut yang lebih cepat dari batas

    normal

    Identifikasi Masalah

    1. Seorang wanita hamil 28 minggu, 27 tahun, G1P0A0, menderita penyakit

    hipertiroid (graves disease) dan mengkonsumsi prophyltiouracil 3 x 100mg/hari secara teratur sejak 2 tahun yang lalu, tetapi Ia menghentikan

    konsumsi obat sejak kehamilan karena takut membahayakan fetus

    2.

    Wanita itu mengeluhkan palpitasi, merasa gugup dan gelisah, heat

    intolerance, dan kelelahan.

    3. Pemeriksaan Fisik :

    Vital sign : BP 130/80 mmHg , HR 120 bpm, RR 24x/menit,

    Temp. 37,5

    Kepala :Exopthalmos(+) di kedua mata

    Leher : Pembesaran yang menyebar pada anterior leher

    Dada : Tachycardia

    Extremitas :Fine tremor

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    3/42

    3

    Analisis Masalah

    1.

    Bagaimana fisiologi dari hormone tiroid?

    Jawab :

    Biosintesis Hormon Tiroid

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    4/42

    4

    KERJA HORMON TIROID

    1. Reseptor Hormon Tiroid

    Hormon tiroid, T3 dan T4, beredar dalam plasma sebagian besar

    terikat pada protein (TBP), tetapi dalam keseimbangan dengan hormon

    bebas. Hormon bebaslah yang diangkut melalui difusi pasif ataupun

    karier spesifik melalui membran sel, melalui sitoplasma sel, untuk

    berikatan dengan suatu reseptor pesifik pada inti sel.

    2. Efek Fisiologik Hormon Tiroid

    Efek transkripsional dari T3secara karakteristik memperlihatkan suatu

    lag time berjam-jam atau berhari-hari untuk mencapai efek yang

    penuh. Aksi genomik ini menimbulkan sejumlah efek, termasuk efek

    pada pertumbuhan jaringan, pematangan otak, dan peningkatan

    produksi panas dan konsumsi oksigen yang sebagian disebabkan oleh

    peningkatan aktivitas dari Na+-K+ ATPase, produksi dari reseptor

    beta-adrenergik yang meningkat. Sejumlah aksi dari T3 tidak genomik,

    seperti penurunan dari deiodinase-5' tipe 2 hipofisis dan peningkatan

    dari transpor glukosa dan asam amino. Kerja hormon tiroid sangat

    luasa antara lain bekerja pada perkembangan janin, konsumsi O2,

    produksi panas dan pembentukan radikal bebas, kardiovaskular,

    simpatik, pulmonary, hematopoetik, gastrointestinal, skeletal,

    neuromuscular, metabolisme lipid dan karbohidrat, serta pada

    endokrin.(SINTESIS)

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    5/42

    5

    2.

    Bagaimana hubungan antara umur dan jenis kelamin dengan penyakit

    Gravesdan Apa etiologi dari penyakit Graves?

    Jawab :

    Rasio wanita dan pria adalah 5:1. Penyakit ini dapat terjadi pada segala

    umur, dengan insiden puncak pada kelompok umur 20-40 tahun.

    Terdapat predisposisi familial kuat pada sekitar 15% pasien Graves

    mempunyai keluarga dekat dengan kelainan sama dan kira-kira 50%

    keluarga pasien dengan penyakit Graves mempunyai autoantibodi tiroid

    yang beredar di darah. Etiologi penyakit Graves diduga adalah

    autoimunitas atau adenoma tiroid.

    Faktor resiko Graves disease ada 8 yaitu:

    1.Genetik

    Gen yang berperan dalam timbulnya penyakit graves disease ini adalah

    gen HLA, gen CTLA-4, dan gen LYP

    2.Infeksi

    Infeksi menjadi kemungkinan awal dari terjadinya graves disease akibat

    reaksi autoimun yang dicetuskan oleh molecular mimicry dari antigen

    agen infeksi dengan antigen pada kelenjar tiroid

    3.Stress

    Stress dapat memicu terjadinya graves disease karena stress menginduksi

    penekanan dari system imun. Dan ketika seseorang tersebut tidak stress

    lagi maka akan terjadi kompensasi yang berlebihan dari system imun.

    Hal ini dapat menyebabkan pengendapan autoimun dari penyakit tiroid

    ini, sehingga dapat memicu terjadinya graves disease

    4.Gender

    Wanita lebih rentan terkena graves disease dengan ratio (8 : 1) dari laki-

    laki. Hal ini dikarenakan pengaruh dari hormone estrogen. yang mana

    estrogen ini dapat menganggu aktivitas dari system imun

    5.Usia

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    6/42

    6

    Pada wanita umumnya lebih sering terjadi pada usia setelah pubertas dan

    sampai pada masa menopause, sedangkan pada laki-laki lebih sering

    terjadi pada usia lanjut

    6.Kehamilan

    Kehamilan juga merupakan salah satu faktor risiko karena pada saat

    kehamilan terjadi penurunan fungsi dari system imun. Akibatnya

    setelah kelahiran terjadi peningkatan fungsi dari system imun. Hal ini

    menyebabkan gangguan pengaturan dari system imun sehingga dapat

    menimbulkan penyakit autoimun

    7.Iradiasi

    Penyinaran radiasi juga dapat memicu peningkatan autoantibodi dari

    kelenjar tiroid.

    3.

    Bagaimana pengaruh penyakit Graves terhadap ibu dan janin dan pengaruh

    kehamilan terhadap penyakit Graves ?

    Jawab :

    Pengaruh kehamilan terhadap peningkatan hormon tiroid:

    Hormon tiroid sangat penting untuk perkembangan otak bayi.

    Selama kehamilan, esterogen mempengaruhi kadar TBG (Thyroid

    Binding Protein yaitu protein pengikat tiroksin dengan affinitas

    yang paling tinggi) sehingga meningkat sampai 2 kali lipat. Hal ini

    menyebabkan kadar total TT3dan TT4meningkat juga, sedangkan

    kadar FT4dan FTI tetap normal.

    Selama trimester pertama, akan ada eksaserbasi dari

    hipertiroidisme karena adanya efek stimulasi dari hCG. Namun,

    kondisi klinis akan berkurang selama trimester kedua dan ketiga

    sebagai hasil dari reduksi generalisasi dari respon imun seluler ibu

    untuk mengakomodasi (histo-incompatible faeto-placental unit).

    Selama periode postpartum, kurang lebih 50% wanita akan

    kambuh penyakit Graves nya dan hal ini biasanya terjadi 6-12

    bulan setelah melahirkan.

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    7/42

    7

    Kadar hCG meningkat pada trimester pertama kemudian akan

    menurun. Saat hCG meningkat, kadar hormon tiroid juga

    meningkat karena strukturnya homolog (peptida hCG terdiri atas 2

    rantai alfa dan beta, dimana rantai alfa hCG mirip dengan TSH)

    dengan TSH biarpun tidak seadekuat TSH.

    Ekskresi plasma I- turun selama kehamilan karena peningkatan

    filtrasi glomerulus (GFR) sehingga terjadi hiperplasia kelenjar

    tiroid yang fisiologis sebagai kompensasi kebutuhan I- selama

    kehamilan.

    Trimester pertama: Fetus bergantung pada hormon tiroid ibu melalui

    plasenta.

    Minggu ke 10-12 : Kelenjar tiroid fetus muli berfungsi tetapi tetap butuh

    I-dari ibu untuk menghasilkan hormon tiroid.

    Trimester kedua dan ketiga: Hormon tiroid disediakan oleh fetus dan ibu.

    Pengaruh hipertiroidisme terhadap kehamilan:

    Komplikasi dari penyakit Graves selama kehamilan adalah pre-

    eclampsia (kehamilan yang ditandai dengan hipertensi, edema, dan

    proteinuria)

    Tirotoksikosis yang tidak terkontrol berhubungan dengan insidens

    yang dari abortus spontan dan keabnormalitasan fetus yang lebih

    tinggi.

    Dapat menyebabkan komplikasi seperti preeklampsia, abortus

    spontan, defek fetus, serta postpartum tiroiditis.

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    8/42

    8

    4.

    Bagaimana patofisiologi dan pathogenesis penyakit Graves?

    Jawab :

    Patofisiologi hipertiroidisme

    Intoleransi sel T (autoimunitas) Sintesis sel Th meningkat Sel Th

    meransang limfosit sel B Sel B menghasilkan TSH-R Antibodi

    TSH-R ab berikatan dengan resepetor TSH (TSH-R) pada membran

    basalis sel folikel kelenjar tiroid Sintesis hormon tiroid meningkat.

    Efek regulasi feedback negatif pada kelenjar tiroid yang menghasilkan

    peningkatan FT dan FT adalah berupa supresi kadar TSH dalam plasma.

    Tipe antibodi TSH-R:

    TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin) : Antibodi ini

    (terutama IgG) bekerja sebagai LATS (Long Acting Thyroid

    Stimulants), mengaktifkan kerja sel tiroid secara lebih lama dan

    lambat daripada TSH, yang akan meningkatkan produksi dari

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    9/42

    9

    hormon tiroid. Efek kerja TSI pada kelenjar tiroid adalah 12 jam,

    sedangkan TSH hanya 1 jam sehingga menyebabkan kecepatan

    sekresi hormon meningkat 5-15 kali normal.

    TGI (Thyroid Growth Immunoglobulins) : Antibodi ini berikatan

    langsung dengan TSH-R dan telah melibatkan pertumbuhan tiroid.

    TBII (Thyrotrophin Binding Inhibiting Inmunoglobulins):

    .Antibodi ini menghambat TSH dengan reseptornya

    Manifestasi klinis:

    Nervous

    Emosi labil

    Palpitasi

    Insomnia

    Tremor

    Kelemahan otot

    Keringat berlebih

    BB menurun

    Intoleransi terhadap panas

    Oligomenorrhea atau amenorea

    Oftalmopati (lid lag, proptosis/eksoftalmus, periorbital edema.

    Pelebaran fisura palpebra)

    Bising sistolik

    Pembesaran kelenjar tiroid

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    10/42

    10

    5. Bagaimana farmakokinetik, farmakodinamik, indikasi, dan kontraindikasi

    dari OAT (termasuk prophyltiouracil) dan apa pengaruh OAT ?

    Jawab :

    Penurunan aktivitas tiroid dan efek-efek hormon tiroid dapat dilakukan

    oleh zat yang mempengaruhi produksi hormon tiroid, oleh zat yang

    memodifikasi respons jaringan terhadap hormon tiroid; atau dengan radiasi

    atau tindakan pembedahan yang merusak kelenjar tiroid. Goitrogen adalah

    zat yang menekan sekresi T3 dan T4 ke tingkat kadar subnormal sehingga

    meningkatkan kadar TSH, yang kemudian menyebabkan terjadinya

    pembesaran kelenjar (goiter). Senyawa antitiroid yang digunakan dalam

    klinik adalah tioamida, iodida, dan iodin radioaktif.

    1.

    TIOAMIDATioamida metimazol dan propiltiourasil merupakan obat utama untuk

    pengobatan tirotoksikosis.

    A. PROPILTIOURASIL

    Farmakokinetik

    Propiltiourasil diabsorpsi dengan cepat, dan mencapai

    kadar puncak dalam serum setelah 1 jam.

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    11/42

    11

    Bioavailabilitas obat ini sekitar 50-80% dapat disebabkan

    oleh absorpsinya yang tidak sempurna atau oleh efek first-pass yang besar di hati.

    Volume distribusi mendekati total air dalam tubuh dengan

    akumulasi di kelenjar tiroid.

    Sebagian besar Propiltiourasil yang memasuki tubuh akan

    diekskresikan oleh ginjal dalam waktu 24 jam berupa

    glukuronida yang tidak aktif.

    Waktu paruh yang pendek dalam plasma ( 1,5 jam ) tidak

    banyak berpengaruh pada masa kerja antitiroid atau interval

    pemberian obat karena kedua obat ini diakumulasikan oleh

    kelenjar tiroid.

    Cara pemberian Propiltiourasil dengan frekuensi setiap 6-8

    jam cukup beralasan karena dosis tunggal sebesar 100 mg

    dapat menghambat organifikasi iodin sebanyak 60% selama

    7 hari.

    Kedua tioamida ini melintasi sawar plasenta dan

    terakumulasi di kelenjar tiroid janin sehingga penggunaan

    obat-obat ini pada ibu hamil harus dilakukan dengan hati-

    hati.

    Karena resiko hipotiroidisme janin, kedua tioamida

    diklasifikasikan sebagai kategori D kehamilan (bukti resiko

    yang dialami janin manusia berdasarkan dara reaksi

    simpang dari berbagai penyelidikan dan pengalaman

    pemasaran obat).

    Propiltiourasil lebih disukai ketimbang metimazol pada

    kehamilan karena ikatan proteinnya lebih kuat sehingga

    tidak mudah melintasi plasenta.

    Diekskresi dalam konsentrasi kecil ke dalam air susu

    namun dianggap aman untuk bayi yang sedang menyusu.

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    12/42

    12

    Farmakodinamik

    Tioamida bekerja dengan berbagai mekanisme. Kerja

    utamanya adalah dengan mencegah sintesis hormon

    dengan menghambat reaksi yang dikatalisis-peroksidase

    tiroid dan dengan menghambat organifikasi iodin.

    Selain itu, obat-obat ini menghambat penggabungan

    iodotirosin

    Obat-obat ini tidak menghambat ambilan iodida oleh

    kelenjar tiroid.

    Propiltiourasil dan metimazol (dalam tingkatan lebih

    rendah) menghambat deiodinasi T4 dan T3 di perifer.

    Karena pengaruh pada sintesis hormon lebih kuat

    ketimbang pengaruh pada pelepasan hormon, mula

    kerja obat-obat ini lambat dan sering memerlukan

    waktu 3-4 minggu sebelum simpanan T4 habis.

    B. METIMAZOL

    Farmakokinetik

    Metimazol diabsorpsi secara sempurna tetapi pada

    kecepatan yang bervariasi.

    Metimazol terakumulasi dengan mudah oleh kelenjar tiroid

    dan volume distribusinya serupa dengan volume distribusi

    propiltiourasil.

    Diekskresi lebih lambat daripada Propiltiourasil, dan

    sebanyak 65-70% ditemukan kembali dalam urin dalam

    waktu 48 jam.

    Waktu paruh pendek yang pendek dalam plasma ( 6 jam )

    tidak banyak berpengaruh pada masa kerja antitiroid atau

    interval pemberian obat karena kedua obat ini

    diakumulasikan oleh kelenjar tiroid.

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    13/42

    13

    Karena dosis tunggal sebesar 30 mg metimazol

    memperlihatkan efek antitiroid selama lebih dari 24 jam,pemberian dengan dosis tunggal setiap hari cukup efektif

    dalam penatalaksanaan hipertiroidisme ringan sampai

    sedang.

    Dapat menyebabkan malformasi kongenital meskipun

    jarang terjadi.

    Diekskresi dalam konsentrasi kecil ke dalam air susu

    namun dianggap aman untuk bayi yang sedang menyusu.

    Kedua tioamida ini melintasi sawar plasenta dan

    terakumulasi di kelenjar tiroid janin sehingga penggunaan

    obat-obat ini pada ibu hamil harus dilakukan dengan hati-

    hati.

    Karena resiko hipotiroidisme janin, kedua tioamida

    diklasifikasikan sebagai kategori D kehamilan (bukti resiko

    yang dialami janin manusia berdasarkan dara reaksi

    simpang dari berbagai penyelidikan dan pengalaman

    pemasaran obat).

    Farmakodinamik

    Tioamida bekerja dengan berbagai mekanisme. Kerja

    utamanya adalah dengan mencegah sintesis hormon

    dengan menghambat reaksi yang dikatalisis-peroksidase

    tiroid dan dengan menghambat organifikasi iodin.

    Selain itu, obat-obat ini menghambat penggabungan

    iodotirosin

    Obat-obat ini tidak menghambat ambilan iodida oleh

    kelenjar tiroid.

    Propiltiourasil dan metimazol (dalam tingkatan lebih

    rendah) menghambat deiodinasi T4 dan T3 di perifer.

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    14/42

    14

    Karena pengaruh pada sintesis hormon lebih kuat

    ketimbang pengaruh pada pelepasan hormon, mulakerja obat-obat ini lambat dan sering memerlukan

    waktu 3-4 minggu sebelum simpanan T4 habis.

    Toksisitas Tioamida

    Efek samping tioamida ditemukan pada 3-12 % pasien yang

    diobati.

    Umumnya efek samping timbul secara dini, terutama mual dan

    distres saluran cerna.

    Perubahan sensasi kecap atau bau dapat terjadi pada

    penggunaan metimazol.

    Efek samping yang paling umum adalah ruam makulopapular

    dengan rasa gatal (4-6%) dan terkadang disertai dengan tanda-

    tanda sistemik seperti demam

    Efek samping yang jarang ditemukan adalah ruam urtikaria,

    vaskulitis, reaksi yang mirip-lupus, limfadenopati,

    hipoprotrombinemia, dermatitis eksfoliatif, poliserositis, dan

    atralgia akut.

    Hepatitis (lebih sering pada penggunaan Propiltiourasil) dan

    ikterus kolestatik (lebih sering pada penggunaan metimazol)

    dapat bersifat fatal; meskipun peningkatan kadar transaminase

    asimtomatik juga terjadi.

    Komplikasi yang paling berbahaya adalah agranulositosis

    (hitung granulosit < 500 sel/mm3), yaitu reaksi simpang yang

    jarang namun berpotensi fatal. Reaksi ini ditemukan pada 0,1-

    0,5% pasien yang menggunakan tioamida, tetapi resiko ini

    meningkat pada pasien-pasien yang lebih tua dan mereka yang

    mendapat terapi metimazol dosis tinggi (lebih dari 40 mg/haro)

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    15/42

    15

    Sensitivitas silang antara propiltiourasil dan metimazol adalah

    sekitar 50%; oleh sebab itu, pertukaran kedua ini obat padapasien-pasien dengan reaksi berat tidak dianjurkan.

    2. INHIBITOR ANION

    Anion-anion monovalen seperti perklorat (ClO4-), perteknetat

    (TcO4-), dan tiosianat (SCN-) dapat menghambat ambilan

    iodida oleh kelenjar tiroid melalui inhibisi kompetitif

    mekanisme transpor iodida.

    Kegunaan klinis utama kalium preklorat adalah menghambat

    ambilan kembali I- oleh tiroid pada pasien dengan

    hipertiroidisme yang terinduksi iodida (misalnya,

    hipertiroidisme yang terinduksi-amiodaron)

    Kalium perklorat jarang digunakan karena dapat menyebabkan

    anemia aplastik

    3. IODIDA

    Iodida merupakan antitiroid yang utama sebelum diperkenalkannya

    tioamida dalam tahun 1940an, kini, iodida jarang digunakan tersendiri

    sebagai terapi.

    Farmakodinamik

    Menghambat organifikasi dan pelepasan hormon serta

    mengurangi ukuran dan vaskularitas kelenjar tiroid yang

    hiperplastik.

    Pada individu yang rentan, iodida dapat menginduksi

    hipertiroidisme (fenomena jodbasedow) atau mencetuskan

    hipotiroidisme.

    Efek utamanya adalah menghambat pelepasan hormon,

    mungkin melalui penghambatan proteolisis tiroglobulin.

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    16/42

    16

    Perbaikan gejala-gejala tirotoksik berlangsung cepat dalam

    waktu 2-7 hari sehingga iodida memiliki nilai terapi pada krisistiroid.

    Iodida mengurangi vaskularitas, ukuran, dan kerapuhan

    kelenjar yang hiperplastik, sehingga obat-obat ini dapat

    bermanfaat sebagai preparat preoperatif untuk pembedahan.

    Penggunaaan Klinis Iodida

    Kerugian terapi iodida meliputi suatu peningkatan simpanan

    iodin dalam kelenjar, yang dapat memperlambat mula kerja

    terapi dengan tioamida atau mencegah efektivitas terapi dengan

    iodin radioaktif selama beberapa minggu.

    Pemberian iodida harus dimulai setelah dimulainya terapi

    tioamida dan pemberian iodida harus dihindari apabila terdapat

    kemungkinan adanya pengobatan iodin radioaktif.

    Pemakaian iodida pada wanita hamil dalam jangka panjang

    harus dihindari karena iodida dapat melewat sawar plasenta dan

    dapat menyebabkan goiter pada janin.

    Toksisitas

    Reaksi simpang terhadap iodin jarang terjadi dan pada

    kebanyakan kasus dapat pulih kembali bila pemberian iodin

    dihentikan.

    Reaksi tersebut mencakup ruam akneiformis (mirip dengan

    bromisme), pembengkakan kelenjar saliva, ulserasi membran

    mukosa, konjungtivitis, rinorea, demam akibat obat, rasa logam

    pada lidah, kelainan pendarahan, dan reaksi anafilaktoid

    (jarang).

    4. MEDIA KONTRAS TERIODINASI

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    17/42

    17

    Zat-zat media kontras teriodinasi yaitu diatrizoat (per oral) dan

    ioheksol (per oral atau intervena), dapat bermanfaat dalampengobatan hipertiroidisme

    Obat ini menghambat konversi T4 menjadi T3 di hati, ginjal,

    kelenjar hipofisis, dan otak

    5. IODIN RADIOAKTIF

    I131 adalah satu-satunya isotop yang digunakan dalam

    pengobatan tirotoksikosis.

    Bila diberikan per oral dalam bentuk larutan sebagai natrium

    I131, obat ini akan cepat diabsorpsi, dikonsentrasikan oleh

    kelenjar tiroid, dan dimasukkan ke dalam kompartemen folikel.

    Efek terapeutiknya bergantung pada emisi sinar beta dengan

    waktu paruh efektif selama 5 hari dengan kisaran penetrasi

    sebesar 400-2000 m.

    Keuntungan radioiodin ini antara lain, cara pemberian yang

    mudah, keefektifan, harga yang tidak mahal, dan ketiadaan rasa

    nyeri.

    Iodin radioaktif tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau

    ibu menyusui karena obat ini dapat melintasi plasenta dan

    menghancurkan kelenjar tiroid janin serta dieksresikan ke

    dalam ASI.

    6. OBAT-OBAT PENYEKAT ADRENOSEPTOR

    Penyekat beta yang tidak memiliki aktivitas simpatomimetik

    intrinsik (misalnya metoprolol, propanolol, atenolol)

    merupakan agen terapeutik tambahan yang efektif pada

    penanganan tirotoksikosis karena sebagian besar gejala

    penyakit tersebut menyerupai gejala yang timbul akibat

    stimulasi simpatis.

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    18/42

    18

    Propanolol adalah penyekat beta yang paling sering diteliti dan

    digunakan dalam terapi tirotoksikosis. Penyekat beta menimbulkan perbaikan klinis gejala hipertiroid

    tetapi tidak mengubah kadar hormon tiroid.

    6. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?

    Jawab:

    Tests Result ReferenceConclusion

    Blood

    Pressure

    130/80 mmHg 120/80 mmHg TD sistolik cenderung

    meningkat (namun

    masih dalam batas

    normal)

    HR 120 bpm 60-100 bpm Tinggi

    RR 24x/minute 16-24x/menit Normal

    Temperature 37,2 C 36,5-37,2 C Normal

    Head Exopthalmos

    (+) in both eyes

    Tidak ada ophtalmophaty

    Neck Diffuse

    enlargement in

    anterior neck

    Tidak ada

    pembesaran

    Terjadi hiperplasi pada

    kelenjar tiroid

    Chest Tachycardia Normocardia Peningkatan denyut

    jantung

    Extremity Fine tremor at

    fingers

    Tidak ada Gangguan

    neuromuskular

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    19/42

    19

    7.

    Bagaimana mekanisme abnormalitas?

    Tekanan darah meningkat karena ketika hormone tiroid yangberlebih menyebabkan peningkatan aliran darah melalui jaringan

    diantara 2 denyut jantung. Biasanya tekanan darah sistolik

    meningkat sebesar 10 sampai 15 mmHg

    Frekuensi denyut jantung meningkat dibawah pengaruh hormone

    tiroid karena horomon tiroid mempunyai pengaruh langsung pada

    eksitabilitas jantung. Oleh karena itu, frekuensi denyut jantung

    wanita ini meningkat karena dia dalam kondisi hipertiroid.

    Respiration rate meningkat karena hormone tiroid meningkatkan

    laju metabolisme basal 60%-100% dari laju normalnya sehingga

    kebutuhan akan oksigen meningkat dan pembentukan

    karbondioksida juga meningkat

    Suhu tubuh meningkat sedikit karena laju metabolisme basal

    meningkat

    Exophthalmos terjadi karena pembengkakan jaringan retroorbita

    dan timbulnyua perubahan degeneratif pada otot-otot ekstraokular

    yang disebabkan reaksi otot otot tersebut dengan immunoglobulin

    yang mana konsentrasinya meningkat karena konsentrasi TSI

    meningkat.

    Fine Tremor disebabkan hormone tiroid yang mempengaruhi

    sistem saraf pusat sehingga kepekaan sinaps saraf di daerah

    medulla yang mengatur tonus otot meningkat.

    8.

    Bagaimana mendiagnosis hipertiroid dalam kehamilan (anamnesis,

    pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang)?

    Jawab :

    Anamnesis

    a. Penderita datang dengan keluhan adanya benjolan pada leher depan

    bagian tengah

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    20/42

    20

    b. Usia dan jenis kelamin : nodul tiroid timbul pd usia < 20 tahun atau >

    50 tahun dan jenis kelamin laki-laki resiko malignancy tinggi (20-

    70%).

    c. Riwayat radiasi daerah leher & kepala pada masa anak-anak

    malignancy 33-37%

    d. Kecepatan tumbuh tumor. Nodul jinak membesar lama (tahunan),

    nodul ganas membesar dengan cepat (minggu/bulan)

    e. Gangguan menelan, sesak nafas, suara serak & nyeri (akibat

    penekanan/desakan dan/atau infiltrasi tumor sebagai pertanda telah

    terjadi invasi ke jaringan atau organ di sekitarnya)

    f. Asal dan tempat tinggal (pegunungan/pantai)

    g. Benjolan pada leher, lama, pembesaran

    h. Riwayat penyakit serupa pada keluarga

    i. Struma toksik :

    Kurus, irritable, keringat banyak

    Nervous

    Palpitasi

    Hipertoni simpatikus (kulit basah dingin & tremor)

    j. Struma non-toksik :

    Gemuk

    Malas dan banyak tidur

    Gangguan pertumbuhan

    Pemeriksaan Laboratorium :

    Kombinasi peningkatan FT4I atau FT4 dan TSH tersupresi dalam

    plasma. Pada penyakit Graves awal dan rekuren, T3 dapat

    disekresikan pada jumlah berlebih sebelum T4, jadi serum T4

    dapat normal sementara T3 meningkat. Jadi, jika TSH disupresi

    dan FT4I tidak meningkat, maka T3 harus diukur.

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    21/42

    21

    Pada wanita hamil, T3 dan T4 total meningkat karena pengaruh

    TBG (Thyroid Binding Globulin). Kadar FT3dan FT

    4dalam batas

    normal tinggi pada trimester pertama dan kembali normal pada

    trimester kedua. Nilai T4 total pada wanita hamil tidak berperan

    karena kenaikan tersebut adalah respon terhadap esterogen yang

    meningkatkan konsentrasi TBG.

    Konsentrasi TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin),

    autoantibodi imunoglobulin yang menstimulasi TSH-R Ab [stim]

    melalui radioimunologi.

    Pada wanita hamil, dilakukan pemeriksaan TSI sebaiknya pada

    trimester ketiga. TSI yang tinggi berhubungan dengan

    tirotoksikosis fetus.

    Kecepatan metabolisme basal, pada hipertiroidisme meningkat +30

    sampai +60.

    Pemeriksaan antibodi antimikrosomal untuk deteksi tiroiditis

    postpartum.

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    22/42

    22

    Pemeriksaan Fisik

    a. Inspeksi

    Pemeriksa berada di depan penderita. Penderita posisi duduk

    dengan kepala sedikit fleksi atau leher terbuka sedikit hiperekstensi agar

    m. sternokleidomastoideus relaksasi sehingga tumor tiroid mudah

    dievaluasi.

    Apabila terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan

    beberapa komponen berikut :

    Lokasi : lobus kanan, lobus kiri, ismus

    Ukuran : besar/kecil, permukaan rata/noduler

    Jumlah : uninodusa atau multinodusa

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    23/42

    23

    Bentuk : apakah difus (leher terlihat bengkak) ataukah berupa noduler

    lokal

    Gerakan : pasien diminta untuk menelan, apakah pembengkakannya

    ikut bergerak

    Pulsasi : bila nampak adanya pulsasi pada permukaan pembengkakan

    b. Palpasi

    Pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi, pemeriksa

    berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan kedua

    tangan. Beberapa hal yang perlu dinilai pada pemeriksaan palpasi :

    Perluasan dan tepi

    Gerakan saat menelan, apakah batas bawah dapat diraba atau tidak

    dapat diraba trachea dan kelenjarnya.

    Konsistensi, temperatur, permukaan, dan adanya nyeri tekan

    Hubungan dengan m. sternocleidomastoideus (tiroid letaknya lebih

    dalam daripada musculus ini.

    Limfonodi dan jaringan sekitar

    c. Auskultasi

    Pada auskultasi perlu diperhatikan adanya bising tiroid yang

    menunjukkan adanya hipertiroid.

    9. Bagaimana diagnosis banding dan diagnosis kerja dari kasus ini?

    Jawab :

    Diagnosis kerja kasus ini adalah penyakit Graves.

    Diagnosis banding:

    1.

    Graves Disease

    2. Hashimoto Thyroiditis

    3. Struma Nodusa Toksik

    10.Bagaimana tatalaksana hipertiroid dalam kehamilan?

    Jawab :

    Berikut adalah tatalaksana hipertiroid dalam kehamilan :

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    24/42

    24

    Tirostatika (OAT)

    Derivat thioimidazole (karbimazol 5 mg, metimazol/tiamazol 5, 10,

    30 mg).

    Derivat thiouracyl (prophylthiouracyl 50, 100 mg).

    Pada wanita hamil, lini pertama adalah PTU dengan dosis

    terendah. Semua OAT aman digunakan pada trimester pertama

    karena aksis tiroid-hipofisis baru berfungsi pada minggu ke-12.

    Tiroidektomi

    Dilakukan jika OAT tidak adekuat atau pasien alergi terhadap

    OAT. Pada wanita hamil, pembedahan sangat tidak disarankan

    untuk dilakukan karena pengaruh anestesi terhadap ibu dan bayi.

    Jika terpaksa, pembedahan dilakukan pada trimester ketiga.

    RAI (radioactive iodium)

    Kontraindikasi pada ibu hamil dan anak-anak sebab dapat

    menembus plasenta secara bebas dan dapat melukai tiroid anak,

    RAI bekerja dengan merusak sel sekretoris folikel kelenjar tiroid

    melalui iodida yang disuntikan dengan dosis 5 mc.

    Beta blocker

    Seperti propanolol (2x10 mg), esmolol, atenolol untuk mengobati

    palpitasi dan tremor serta gangguan kardiovaskular. Obat ini hanya

    digunakan sampai hipertiroid terkontrol oleh OAT dan tidak boleh

    lebih dari 1 minggu sebab dapat masuk ke plasenta.

    11.

    Bagaimana tatalaksana pada saat persalinan pasien dengan hipertiroid?

    Jawab :

    Sebelum partus, pasien diusahakan mencapai eutiroid dengan penggunaan

    OAT. Tetapi, pada trimester ketiga umumnya plasenta meningkatkan

    imunitas melalui peningkatan Tsupressor agar menekan aktivitas TSH-R

    ab sehingga mencapai eutiroid. Perlu diperhatikan saat postpartum,

    plasenta yang keluar dapat menyebabkan Tsupressor menurun kembali

    jumlahnya sehingga ibu dapat mencapai krisis/badai tiroid.

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    25/42

    25

    12.Bagaimana komplikasi hipertiroid dalam kehamilan terhadap ibu dan

    fetus?

    Jawab :

    Pada ibu hamil:

    Keguguran

    Infeksi

    Preeklampsia

    Persalinan preterm

    Gagal jantung kongesti

    Badai/krisis tiroid

    Plasenta lepas

    Pada bayi adalah keadaan hipertiroidisme atau hipotiroidisme.

    13.Bagaimana prognosis hipertiroid dalam kehamilan bagi ibu dan fetus?

    Jawab :

    Dubia et malam: Kegagalan terapi menyebabkan pasien menjadi

    hipotiroidisme atau hipertiroidisme.

    Dubia et bonam: Status eutiroid.

    Pada kasus ini diperkirakan buruk untuk fetus sebab ibunya menghentikan

    pengobatan pada trimester awal. Pada ibu prognosisnya baik.

    14.Kapan pasien dengan hipertiroid pada kehamilan dirujuk ke level yang

    lebih kompeten (endokrin metabolik)?

    Jawab :

    Pasien dimonitor apabila diberi OAT tidak responsif dan apabila sudah

    krisis tiroid maka dikirim ke dokter spesialis.

    Kemampuan dokter umum pada kasus ini adalah 3A di mana dokter umum

    mampu membuat diagnosis klinik, memutuskan dan memberi terapi

    pendahuluan. Kemudian, merujuk ke spesialis yang relevan (endokrin

    metabolik). Jadi, pasien dengan hipertiroid pada kehamilan dirujuk ke

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    26/42

    26

    level yang lebih kompeten setelah diberi terapi pendahuluan (seperti

    pemberian Obat Anti Tiroid ). Namun, apabila pemberian OAT terbukti

    tidak efektif atau bila pasien hipersensitif terhadap OAT serta pada pasien

    dengan gejala mekanik akibat penekanan dari struma, maka perlu

    dilakukan tiroidektomi.

    15.Apa Kompetensi Dokter Umum (KDU) untuk kasus ini?

    Jawab :

    KDU : 3A

    Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan

    pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter. Dokter

    dapat memutuskan dan emmberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke

    spesialis yang relevan (kasus gawat darurat)

    Hipothesis

    Seorang wanita hamil 28 minggu, 27 tahun, G1P0A0menderitapenyakit Graves

    yang tidak diobati.

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    27/42

    27

    Kerangka Konsep

    Ibu, 27 Tahun,

    menderita Graves

    Disease

    Hamil 28 minggu

    (Trimester III)

    G1P0A0

    Kelainan Autoimun (terbentuk antibody TSH-R)

    Hiperplasia kelenjar hipertiroid (goiter)

    Hipersekresi hormone tiroid

    T4 & T3 meningkat

    efek

    feedback

    negatif

    metabolime

    tubuh

    meningkat

    hiperaktivitas

    SSS

    katabolisme

    protein

    meningkat

    sensibilitas

    meningkat

    TSH

    menurun

    temperat

    ur

    meningkat

    emosi

    labil

    jantung

    berdebar

    (takikardi,

    palpitasi)

    pernapasan

    meningkat

    lelah

    fine tremor

    gelisah dan gugup

    heat intolerance

    Pembentukan

    sitokin

    proinflamasi

    pada jaringan

    di retro orbita

    Sintesis

    glikosamin

    Ofthalmopati

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    28/42

    28

    Sintesis

    Kelenjar Tiroid

    Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus jaringan endokrin yang menyatu di

    bagian tengah oleh bagian sempit kelenjar, yaitu berada di atas trakea, tepat di

    bawah laring. Sel-sel sekretorik utama tiroid tersusun menjadi gelembung-

    gelembung berongga yang masing-masing membentuk unit fungsional yang

    disebut folikel. Pada potongan mikroskopik , folikel tampak sebagai cincin-cincin

    sel folikel yang meliputi lumen bagian dalam yang dipenuhi koloid, suatu bahan

    yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan ekstraseluler untuk hormon-hormon

    tiroid.

    Konstituen utama koloid adalah kompleks yang dikenal Tiroglobulin, yang

    didalamnya berisi hormon-hormon tiroid dalam berbagai tahapan

    pembentukannya. Sel-sel folikel menghasilkan 2 hormon yang mengandung

    iodium yang berasal dari asam amino tirosin, yakni tetraiodotironin (T4 atau

    tiroksin) dan Triiodotironin (T3). Kedua hormon ini secara kolektif disebut

    hormon tiroid yang merupakan regulator penting bagi laju metabolisme basalkeseluruhan.

    Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar terbesar, yang normalnya memiliki

    berat 15 sampai 20 gram. Tiroid mengsekresikan tiga macam hormon, yaitu

    tiroksin (T4), triiodotironin (T3), dan kalsitonin.

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    29/42

    29

    Secara anatomi, tiroid merupakan kelenjar endokrin (tidak mempunyai ductus)

    dan bilobular (kanan dan kiri), dihubungkan oleh isthmus(jembatan) yang terletak

    di depan trachea tepat di bawah cartilago cricoidea. Kadang juga terdapat lobus

    tambahan yang membentang ke atas (ventral tubuh), yaitu lobus piramida.

    Secara embriologi, tahap pembentukan kelenjar tiroid adalah:

    Kelenjar tiroid mulanya merupakan dua buah tonjolan dari dinding depan

    bagian tengah farings, yang terbentuk pada usia kelahiran 4 minggu.

    Tonjolan pertama disebut pharyngeal pouch,yaitu antara arcus brachialis1 dan 2. Tonjolan kedua pada foramen ceacum, yang berada ventral di

    bawah cabang farings I.

    Pada minggu ke-7, tonjolan dari foramen caecum akan menuju pharyngeal

    pouch melalui saluran yang disebut ductus thyroglossus.

    Kelenjar tiroid akan mencapai kematangan pada akhir bulan ke-3, dan

    ductus thyroglossus akan menghilang. Posisi akhir kelenjar tiroid terletak

    di depan vertebra cervicalis 5, 6, dan 7. Namun pada kelainan klinis, sisa kelenjar tiroid ini juga masih sering

    ditemukan di pangkal lidah (ductus thyroglossus/lingua thyroid) dan pada

    bagian leher yang lain.

    Kelenjar tiroid dialiri oleh beberapa arteri:

    1.

    A. thyroidea superior (arteri utama).

    2.

    A. thyroidea inferior (arteri utama).

    3. Terkadang masih pula terdapat A. thyroidea ima, cabang langsung dari

    aorta atau A. anonyma.

    Kelenjar tiroid mempunyai 3 pasang vena utama:

    1. V. thyroidea superior (bermuara di V. jugularis interna).

    2.

    V. thyroidea medialis (bermuara di V. jugularis interna).

    3.

    V. thyroidea inferior (bermuara di V. anonyma kiri).

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    30/42

    30

    Aliran limfe terdiri dari 2 jalinan:

    1.

    Jalinan kelenjar getah bening intraglandularis

    2.

    Jalinan kelenjar getah bening extraglandularis

    Kedua jalinan ini akan mengeluarkan isinya ke limfonoduli pretracheal lalu

    menuju ke kelenjar limfe yang dalam sekitar V. jugularis. Dari sekitar V. jugularis

    ini diteruskan ke limfonoduli mediastinum superior.

    Persarafan kelenjar tiroid:

    1.

    Ganglion simpatis(dari truncus sympaticus) cervicalis media dan inferior

    2. Parasimpatis, yaitu N. laryngea superior dan N. laryngea recurrens

    (cabang N.vagus)

    N. laryngea superior dan inferior sering cedera waktu operasi, akibatnya pita

    suara terganggu (stridor/serak).

    Secara histologi, parenkim kelenjar ini terdiri atas:

    1. Folikel-folikel dengan epithetlium simplex kuboideum yang mengelilingi

    suatu massa koloid. Sel epitel tersebut akan berkembang menjadi bentuk

    kolumner katika folikel lebih aktif (seperti perkembangan otot yang terus

    dilatih).

    2. Cellula perifolliculares (sel C) yang terletak di antara beberapa folikel

    yang berjauhan.

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    31/42

    31

    Nasib Yodium yang Ditelan

    Yodium dapat diperoleh dari makanan laut atau garam beyodium (garam yang

    ditambah yodium). Yodium merupakan mikromeneral karena diperlukan tubuh

    dalam jumlah sedikit, yaitu 50 mg/tahun atau 1 mg/minggu. Yodium yang masuk

    ke oral akan diabsorbsi dari sistem digesti tubuh ke dalam darah. Biasanya,

    sebagian besar iodida tersebut dengan cepat dikeluarkan oleh ginjal, tetapi hanya

    setelah kira-kira satu perlimanya dipindahkan dari sirkulasi darah oleh sel-sel

    kelenjar tiroid secara selektif dan digunakan untuk sitesis hormon.

    Sintesis dan Sekresi Hormon Tiroid

    1. I odide Trapping, yaitu pejeratan iodium oleh pompaNa+/K+ ATPase.

    2.

    Yodium masuk ke dalam koloid dan mengalami oksidasi. Kelenjar tiroid

    merupakan satu-satunya jaringan yang dapat mengoksidasi I hingga

    mencapai status valensi yang lebih tinggi. Tahap ini melibatkan enzim

    peroksidase.

    3. I odinasi ti rosin, dimana yodium yang teroksidasi akan bereaksi dengan

    residu tirosil dalam tiroglobulin di dalam reaksi yang mungkin pula

    melibatkan enzim tiroperoksidase(tipe enzim peroksidase).

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    32/42

    32

    4. Perangkaian iodotironil, yaitu perangkaian dua molekul DIT

    (diiodotirosin) menjadi T4 (tiroksin, tetraiodotirosin) atau perangkaian

    MIT (monoiodotirosin) dan DIT menjadi T3 (triiodotirosin). reaksi ini

    diperkirakan juga dipengaruhi oleh enzim tiroperoksidase.

    5. Hidrolisisyang dibantu oleh TSH (Thyroid-Stimulating Hormone) tetapi

    dihambat oleh I, sehingga senyawa inaktif (MIT dan DIT) akan tetap

    berada dalam sel folikel.

    6. Tiroksin dan triiodotirosin keluar dari sel folikel dan masuk ke dalam

    darah. Proses ini dibantu oleh TSH.

    7.

    MIT dan DIT yang tertinggal dalam sel folikel akan mengalami

    deiodinasi, dimana tirosin akan dipisahkan lagi dari I. Enzim deiodinase

    sangat berperan dalam proses ini.

    8.

    Tirosin akan dibentuk menjadi tiroglobulin oleh retikulum endoplasmadan

    kompleks golgi.

    Pengangkutan Tiroksin dan Triiodotirosin ke Jaringan

    Setelah dikeluarkan ke dalam darah, hormon tiroid yang sangat lipofilik secara

    cepat berikatan dengan beberapa protein plasma. Kurang dari 1% T3 dan kurang

    dari 0,1% T4 tetap berada dalam bentuk tidak terikat (bebas). Keadaan ini

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    33/42

    33

    memang luar biasa mengingat bahwa hanya hormon bebas dari keseluruhan

    hormon tiroid memiliki akses ke sel sasaran dan mampu menimbulkan suatu efek.

    Terdapat 3 protein plasma yang penting dalam pengikatan hormon tiroid:

    1. TBG (Thyroxine-Binding Globulin)yang secara selektif mengikat 55% T4

    dan 65% T3 yang ada di dalam darah.

    2. Albumin yang secara nonselektif mengikat banyak hormone lipofilik,

    termasuk 10% dari T4 dan 35% dari T3.

    3.

    TBPA (Thyroxine-Binding Prealbumin)yang mengikat sisa 35% T4.

    Di dalam darah, sekitar 90% hormon tiroid dalam bentuk T4, walaupun T3

    memiliki aktivitas biologis sekitar empat kali lebih poten daripada T4. Namun,

    sebagian besar T4 yang disekresikan kemudian dirubah menjadi T3, atau

    diaktifkan, melalui proses pengeluaran satu yodium di hati dan ginjal. Sekitar

    80% T3 dalam darah berasal dari sekresi T4 yang mengalami proses pengeluaran

    yodium di jaringan perifer. Dengan demikian, T3 adalah bentuk hormon tiroid

    yang secara biologis aktif di tingkat sel.

    Fungsi Fisiologis Hormon Tiroid

    1. Meningkatkan transkripsi gen ketika hormon tiroid (kebanyakan T3)

    berikatan dengan reseptornya di inti sel.

    2.

    Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria sehingga pembentukkan

    ATP (adenosin trifosfat) meningkat.

    3. Meningkatkan transfor aktif ionmelalui membran sel.

    4.

    Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak, terutama pada masa

    janin.

    Pengaturan Sekresi Hormon Tiroid

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    34/42

    34

    Mula-mula, hipotalamus sebagai pengatur mensekresikan TRH (Thyrotropin-

    Releasing Hormone), yang disekresikan oleh ujung-ujung saraf di dalam

    eminansia mediana hipotalamus. Dari mediana tersebut, TRH kemudian diangkut

    ke hipofisis anterior lewat darah porta hipotalamus-hipofisis. TRH langsung

    mempengaruhi hifofisis anterior untuk meningkatkan pengeluaran TSH.

    TSH merupakan salah satu kelenjar hipofisis anterior yang mempunyai efek

    spesifik terhadap kelenjar tiroid:

    1. Meningkatkan proteolisis tiroglobulin yang disimpan dalam folikel,

    dengan hasil akhirnya adalah terlepasnya hormon-hormon tiroid ke dalam

    sirkulasi darah dan berkurangnya subtansi folikel tersebut.

    2. Meningkatkan aktifitas pompa yodium, yang meningkatkan kecepatan

    proses iodide trapping di dalam sel-sel kelenjar, kadangakala

    meningkatkan rasio konsentrasi iodida intrasel terhadap konsentrasi iodida

    ekstrasel sebanyak delapan kali normal.

    3. Meningkatkan iodinasi tirosinuntuk membentuk hormon tiroid.

    4.

    Meningkatkan ukuran dan aktifitas sensorik sel-sel tiroid.

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    35/42

    35

    5.

    Meningkatkan jumlah sel-sel tiroid, disertai dengan dengan perubahan sel

    kuboid menjadi sel kolumner dan menimbulkan banyak lipatan epitel

    tiroid ke dalam folikel.

    Efek Umpan Balik Hormon Tiroid dalam Menurunkan Sekresi TSH oleh

    Hipofisis Anterior

    Meningkatnya hormon tiroid di dalam cairan tubuh akan menurunkan sekresi TSH

    oleh hipofisis anterior. Hal ini terutama dikarenakan efek langsung hormon tiroid

    terhadap hipofisis anterior.

    Tirotoksikosis dan Hipertiroidisme

    Tirotoksikosis adalah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang

    beredar dalam sirkulasi darah, sedangkan hipertiroidisme adalah tirotoksikosis

    yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang hiperakitif.

    Gondok atau Goiter atau Struma

    Goiter adalah suatu pembengkakan pada kelenjar tiroid yang dapat

    menyebabkan pembengkakan di daerah leher dan laring. Klasifikasi gondok

    menurut derajatnya dibedakan menjadi :

    1. Diffuse Goiter yaitu struma yang menyebar seleuruhnya melalui kelenjar

    tiroid (dapat berupa simple goiter dan multinodular goiter

    2. Toxic goiter yaitu struma dengan keadaan hipertiroidisme, paling banyank

    disebabkan oleh Grave disease, tapi dapat juga disebabkan oleh multinodular

    goiter dan inflamasi (Tirotoksikosis)

    3. Non Toxic Goiter yakni goiter yang disebabkan oleh tipe lain misalnya

    oleh karena akumulasi lithium atau dapat karena penyakit autoimun.

    Grave Disease

    Epidemiologi

    Grave disease merupakan penyebab terbanyak kasus hipertiroid di

    Amerika dan Eropa. Sebuah studi kasus di Minnesota menunjukkan terdapat 30

    kasus grave disease per 100.000 orang per tahun. Di Seluruh dunia, grave disease

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    36/42

    36

    menyumbang 60-90 % kasus penyebab tirotoksikosis (terbanyak dari penyebab

    yang lain).

    Penyakit ini paling sering terjadi pada wanita (7:1 dibanding laki-laki).

    Grave disease juga paling sering terjadi pada usia pertengahan , tetapi tidak lazim

    dalam remaja, selama kehamilan, selama menopause, atau pada orang-orang di

    atas usia 50.

    Patofisiologi

    Pada awalnya terjadi peningkatan produksi TSH di adenohipofisis

    sehingga menstimulasi T3 dan T4 yang beredar dalam darah. Jika sedah sangat

    meningkat maka TSH akan turun sehingga ada gambaran klinik tirotoksikosis.

    Jadi terjadinya penyakit grave karena gangguan kerja otonom di kelenjar tiroid

    dan efek umpan balik tidak berjalan lancar.

    Hiperaktifitas ini terjadi karena di dalam darah timbul LATS (Long Acting

    Thyroid Stimulators) sehingga terjadi reaksi autoimun. Dapat berbentuk IgG dan

    IgM yang akan merangsang kelenjar tiroid mengeluarkan hormon tiroid sebanyak-

    banykanya tanpa kontrol dari adenohipofisis. LATS diproduksi oelh jaringan

    limfoid.

    Manifestasi Klinik

    1. Gejala pada jantung

    1. Takikardi

    2. Takiaritmia. Yang sering dijumpai adalah atrial fibrilasi yang rapid respon

    (heart rate yang lebih dari 100 x per menit yang cepat dan irreguler)

    3. Hipertensi

    4. Left ventricular Hipertrophy. Dilatasi Ventrikel Kiri oleh karena hipertensi

    pada tiroid toksik.

    5. Decompensatio cordis acuta. Biasa terjadi gagal jantung kiri yang diinduksi

    oleh hipertensi. Pada hipertiroid, segala penyakit jantung yang terjadi disebut

    thyroid heart disease. Aritmia dapat menyebabkan decompensatio cordis karena

    cardiac output pada tiroid heart disease tidak sama volumenya satu sama lain

    sehingga pompa jantung terganggu, menimbulkan dilatasi ventrikel kiri, akibatnya

    terjadi mitral insufisiensi.

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    37/42

    37

    6. Decompensatio cordis kronik. Biasa terjadi gagal jantung kanan.

    2. Gejala pada saluran pencernaan

    1. Adanya gangguan absorbsi yang cepat di usus halus

    2. Hiperperistaltik

    3. Dispepsia, Nausea, Meteorismus, Perut terasa penuh atau kembung

    4. Pada keadaan yang lebih buruk terjadi emesis dan diare kronik sehingga terjadi

    anoreksia yang menyebabkan keadaan umum menurun dan berat badan yang

    menurun pula.

    3. Gejala Neurologi

    1. Hiperrefleksi saraf tepi oleh karena hiperaktifitas saraf dan pembuluh darah

    akibat aktifitas T3 dan T4.

    2. Gangguan sirkulasi serebral oleh karena hipervaskularisasi ke otak

    3. Penderita mengalami vertigo, selfagia, sampai migrain

    4. Mata mengalami diplopia oleh karena eksophtalmus

    4. Gangguan Metabolisme

    Adanya gangguan toleransi glukosa misalnya timbul hiperglikemia kronik yang

    menyebabkan DM tipe 3 (DM tipe lain yang salah satunya diakibatkan karena

    struma toksik)

    5. Terhadap lingkungan

    Penderita tidak tahan terhadap udara panas. Penderita banyak keringat ,

    palpitasi, kesadaran menurun, dan bingung.

    6. Gejala psikologi

    1. Iritatif, sensitif, dan anxiety

    2. Psikoneurosis sampai psikotik

    3. Depresi

    4. Insomnia

    5. Penderita sering merasa matanya membesar, juga sering kelopak

    matanya membesar.

    Komplikasi

    1. Gangguan pada Jantung seperti Hipertensi, gagal jantung, LVH,

    takikardi, takiaritmia, dan lain-lain

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    38/42

    38

    2. Diabetes Melitus Tipe III

    Pemeriksaan Fisik

    1. Keadaan Umum penderita, kesadaran dan status psikologisnya

    2. Tekanan darah meningkat

    3. Denyut jantung cepat dan tidak teratur oleh karena atrium fibrilasi

    4. Adanya gambaran kolateral di daerah tiroid oleh karena

    hipervaskularisasi.

    5. Pada palpasi tiroid didapatkan struma yang noduler, batasnya jelas,

    dan konsistensi kenyal. Cara melakukan pemeriksaan ini, penderita

    disuruh duduk dan pemeriksa memeriksa dari belakang pasien dengan

    menggunakan 3 jari, pasien disuruh menelan.

    Yang bergerak saat menelan adalah tiroid.

    6. Pada auskultasi di daerah tiroid terdengar bising sistolik / vascular

    bruit

    7. Hiperefleski pada pemeriksaan refleks APR (Ankle Patella Refleks) ,

    KPR (Knee Patella Reflex), refleks biseps dan triseps.

    8. Tremor halus pada tangan penderita. Cara melakukan pemeriksaan

    ini, penderita dalam keadaan duduk, tangan dan jari direntangkan (kira-

    kira tegak lurus pada posisi badan yang duduk) lalu lihat ada tremor atau

    tidak.

    9. Palpasi untuk melihat apakah ada pembesaran hati

    10. Refleks kulit abdomen meningkat sehingga terjadi retraksi kulit

    abdomen

    11. Kulit teraba lembab karena peningkatan produksi kelenjar keringat.

    12. Pada mata dapat terjadi morbus sign, juga dapat terjadi pembengkakan

    di belakang mata yang dikenal dengan istilah eksoftalamus/

    13. Conjungtiva Chemosis.

    14. Palpebra edema.

    Pada Kasus-Kasus yang kurang jelas, digunakan indeks wayne. Skor

    dilihat dari :

    Gejala Klinis :

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    39/42

    39

    - Sesak bila bekerja (Dispnoe deffort) : +1

    - Pasien berdebar-debar : +2

    - Aesthenia (Pasien Mudah lelah) : +2

    - Lebih menyukai udara dingin : +5

    - Lebih menyukai udara panas : -5

    - Banyak keringat : +3

    - Mudah gugup, bingung, grogi : +2

    - Nafsu makan bertambah tapi kurus : +3

    - Nafsu makan berkurang : -3

    - Berat badan turun : +3

    - Berat badan naik : -3

    Pemeriksaan Fisik

    - Perabaan kelenjar tiroid membesar : +3

    - Perabaan kelenjar tiroid tidak membesar : -3

    - Auskultasi kel. Tiroid ada bising sistolik : +2

    - Auskultasi kel. Tiroid tidak ada bising sistolik : -2

    - Ada eksophtalmus : +2

    - Tidak ada eksophtalmus : 0

    - Bila kelopak mata tertinggal saat bola mata digerakkan : +1

    - Bila kelopak mata tidak tertinggal saat bola mata digerakkan : 0

    - Ada hiperrefleksi, hiperkinetik : +4

    - Tremor halus pada jari : +1

    - Tidak ada tremor halus pada jari :

    - Tangan panas oleh karena hipertermi : +2

    - Tidak ada tangan panas : -2

    - Ada hiperhidrosis : +1

    - Tidak ada hiperhidrosis (tangan basah) : -1

    - Ada atrium fibrilasi : +4

    - Tidak ada atrium fibrilasi : 0

    - Nadi teratur / reguler : >90x/mnt 80-90x/mnt

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    40/42

    40

    Skor dari gejala klinis dan pemeriksaan fisik dijumlahkan, bila jumlah:

    - 10-14 : Normal

    - >14 : Hipertiroid

    - Mendeteksi adanya kalsifikasi, adanya penekanan pada

    trakea, dan mendeteksi adanya destruksi tulang akibat penekanan kelenjar yang

    membesar.

    2. Radio Active Iodine (RAI)--> scanning dan memperkirakan kadar uptake

    iodium berfungsi untuk menentukan diagnosis banding penyebab hipertiroid.

    3. USG Murah dan banyak digunakan sebagai pemeriksaan radiologi pertama

    pada pasien hipertiroid dan untuk mendukung hasil pemeriksaan laboratorium

    4. CT Scan --> Evaluasi pembesaran difus maupun noduler, membedakan

    massa dari tiroid maupun organ di sekitar tiroid, evaluasi laring , trakea (apakah

    ada penyempitan, deviasi dan invasi).

    5. MRI --> Evaluasi Tumor tiroid (menentukan diagnosis banding kasus

    hipertiroid)

    6. Radiografi nuklir --> dapat digunakan untuk menunjang diagnosis juga

    sebagai terapi.

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    41/42

    41

    Penatalaksanaan

    1. Farmakoterapi

    a. Obat anti tiroid (PTU/Propiltiourasil, MMI/Metimazole, Karbimazol/CMZ

    MMI) . Efeknya adalah menghambat sintesis hormon tiroid dan imunosupresif,

    PTU juga menghambat konversi T4 T3. Indikasi pengobatan dengan antitiroid

    ialah sebagai pengobatan lini pertama pada Graves dan obat jangka pendek pra

    bedah/RAI

    b. Antagonis Adrenergik Beta (Propanolol, Metoprolol, Atenolol, Nadolol).

    Efeknya ialah mengurangi dampak hormon tiroid pada jaringan. Indikasi ialah

    sebagai obat tambahan , kadang sebagai obat tunggal tiroiditis

    c. Bahan yang mengandung iodine (Kalium Iodida). Efeknya ialah

    menghambat keluarnya T4 dan T3 serta produksi ekstratiroidal. Indikasi persiapan

    tiroidektomi pada krisis tiroid.

    2. Tiroidektomi

    Prinsip umum, operasi baru dikerjakan kalau keadaan pasien sudah eutiroid, baik

    secara klinis maupun biokimiawi.

    3. Radioterapi (RAI/Radio Active Iodium)

    4. Oftalmopati Graves

    Dalam mengobati morbus graves, sering kita melupakan ophtalmopati graves

    (OG). OG mengganggu kualitas hidup pasien. Meskipun patogenesisnya sudah

    sedikit terungkap, pengobatan belum memadai. OG ringan cukup diberi

    pengobatan lokal (air mata artifisial dan salep, tetes mata obat penghambat Beta,

    kacamata hitam, prisma, mata waktu malam ditutup , dan hindari rokok). Pada OG

    yang lebih berat, dibutuhkan pengobatan yang lebih agresif. Kalau OG aktif,

    modus pengobatan ialah glukokortikoid dosis besar, radioterapi orbital atau

    dekompresi orbital. Apabila keadaan berat namun inaktif dianjurkan dekompresi.

    Prognosis

    Prognosis penyakit-penyakit yang berhubungan dengan keadaan hipertiroid tidak

    sebaik keadaan hipotiroid. Kemampuan dan pengetahuan seorang pemeriksa

    sangat dibutuhkan untuk menentukan prognosis penyakit ini. Kegagalan terapi

    memberikan prognosis yang buruk terhadap penyakit hipertiroidism.

  • 5/21/2018 Laporan Ske b

    42/42

    42

    DAFTAR PUSTAKA

    Guyton & Hall : Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, 2006

    Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia : Buku Ajar Ilmu

    Penyakit

    Dalam. Interna Publishing, 2009

    Katzung, Bertram G. : Farmakologi Dasar & Klinik. EGC, 2007