Laporan Semisolid Kelompok 4b
-
Upload
anno-r-susanto -
Category
Documents
-
view
1.251 -
download
8
Transcript of Laporan Semisolid Kelompok 4b
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA 1A
SEDIAAN SEMISOLIDA
Nama asisten : ????, S. Si
Disusun oleh:
1. Edi Retno Susanto (10060308065)
2. Reza Ardiansyah (10060308064)
3. Iis Solihat (10060308067)
4. Hernawati (10060308068)
5. Zara Syafitri Solihat (10060308070)
6. Nyak Anesia Riani (10060308071)
Tanggal praktikum :Selasa, 10 Mei 2011
Tanggal pengumpulan laporan:Selasa, 24 Mei 2011
LABORATORIUM FARMASETIKA
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2011
SEMISOLID
I. Data Praformulasi Zat Aktif
Metil Salisilat
Warna : Tidak berwarna atau kuning pucat
Bau : khas aromatik
Rasa : Rasa manis, panas dan aromatik
Pemerian : Cairan
Kelarutan : Sukar larut dalam air;larut dalam etanol (95%) P,
dan dalam asetat glacial P
Titik didih : 2190-2240 C disertai peruraian
Bobot jenis : jenis sintetik antara 1,180 dan 1,85;jenis alamiah
antara 1,176 dan 1,182
Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar
Sumber : Farmakope Indonesia III.1979. Hal 379
Farmakope Indonesia IV.1995.Hal 551
II. Data Praformulasi Bahan Tambahan
a) Vaselin album (Vaselin putih)
Warna : putih kuning pucat
Bau : tidak berbau
Rasa : tidak berasa
Pemerian : masa lunak, lengket, sifat ini tetap setelah zat ini
dileburkan hingga dingin tanpa diaduk, berflorosensi lemah.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut
Dalam kloroform, dalam eter P, dan dalam eter minyak tanah P,
larutan kadang – kadang berfloresensi lemah.
Stabilitas :
- petrolatum stabil dengan bahan alam seperti komponen
hidroskarbon.
- Mudah teroksidasi sehingga distabilkan denganantioksidan seperti
butilated hidroksianisole, butilated hidroksi toluene, atau alpha
tokoperol.
Inkompatibilitas : inkompatibilitas dengan bahan – bahan inert/
netral.
Sumber : Farmakope Indonesia IV hal 823
Handbook Of Pharmaceutical Exipient hal 421
b) Adeps lanae (lanolin)
Warna : kuning
Bau : khas
Rasa : tidak berasa
Pemerian : masa seperti lemak, lengket
Kelarutan : tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air
kurang lebih 2 kali beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin,
lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter dan dalam
kloroform.
Bobot jenis : 0,932 – 0,945 g/cm3
Titik leleh : 238o C
Titik lebur : 45 – 55o C
Stabilitas : stabil dalam ruangan tertutup terhadap cahaya,
dingin, tempat kering, normal disimpan selama 2 tahun.
Inkompatibilitas : lanolin mungkin tertutup prooxidan, yang mana
stabil terhadap zat aktif.
Sumber : Farmakope Indonesia IV hal 57
Handbook Of pharmaceutical Exipient hal 333
c) Setosteril alcohol
Warna : putih / putih kekuningan
Bau : tidak berbau
Rasa : rasa manis khas
Pemerian : serpihan atau granul
Kelarutan : larut dalam etanol (95%)
Titik leleh :49-560 C
Stabilitas : stabil pada kondisi tepat di bawah normal. Terjaga
pada tempat dingin, kering dan tertutup rapat
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan agen pengoksidasi kuat dan
garam-garam logam
Sumber : Handbook Of pharmaceutical Exipient hal 125
d) Propilen glikol
Warna :jernih, tidak berwarna
Rasa : Khas
Bau : Tidak berbau
Pemerian : Cairan kental, jernih tidak berwarna; rasa khas;
praktis tidak berbau; menyerap air pada udara lembab
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan
dengan kloroform larut dalam eter dan dalam beberapa minyak
esensial; tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak
Titik leleh : 990C
Titik didih : 1850-1890
Bobot jenis : antara 1,035 dan 1,037
Stabilitas :
- stabil pada suhu dingin dan tempat tertutup
-Higroskopis, harus di simpan dalam ruangan terlindung dari
cahaya, di simpan dalam tempat dingin, tertutup dan kering
Inkompatibilitas :Inkompatibel dengan reagen pengoksidasi
seperti potassium permangan
Sumber : Farmakope Indonesia IV hal 712
Handbook Of pharmaceutical Exipient hal 521-522
e) Paraffin
Warna : tidak berwarna
Bau : hamper tidak berbau
Rasa : hamper tidak mempunyai rasa
Pemerian : cairan kental, transparan tidak berfloresensi
Kelarutan : larut dalam kloroform, eter, volatile oil, sukar larut
dalam methanol, praktis tidak larut dalam aseton, etanol 95% P, dan
air. Paraffin dapat bercampur dengan banyak wax yang melelehkan
dan dingin.
Bobot jenis : 0,84 – 0,89 g/cm3
Titik lebur : 96 – 105oC
Stabilitas : paraffin disimpan pada suhu tidak lebih 40oC,
walau berulang kali mencair dan mengental berubah fisik
Sumber : Handbook Of pharmaceutical Exipient hal 417
f) Tween 80 (Polysarbatum 80)
Warna : kuning
Bau : berbau khas dan hangat
Rasa : pahit
Pemerian : cairan kental
Kelarutan : larut dalam etanol dan air, praktis tidak larut dalam
minyak mineral dan minyak sayur
Bobot jenis :1,065-1,095
Ph :6-8
Stabilitas : stabil terhadap elektrolit dan dalam asam serta
basa lemah perlahan-lahan akan terbentuk saponidikasi dengan basa
kuat asam ester sensitive terhadap oksidasi. Di simpan dalam wadah
tertutup dari cahaya dan kering.
Inkompatibilitas : dapat terjadi pengendapan dan pelunturan warna
dengan beberapa zat khususnya fenol, tannin. Aktivitas antimikroba
oleh bahan pengawet paraben dengan menurunkan konsentrasi
polysorbat.
Sumber :Handbook Of pharmaceutical Exipient hal 479
g) Span 80
Warna : kuning
Bau : berbau khas
Rasa : pahit
Pemerian : cairan
Kelarutan : umumnya terdispersi dalam minyak, larut dalam
pelarut organic, dalam air walaupun tidak larut, tetapi umumnya
terdispersi
pH : ≤8
Stabilitas :
- Perlahan-lahan akan membentuk busa dengan adanya basa dan
asam kuat stabil terhadap asam lemah dan basa lemah
- Penyimpanan dalam wadah yang tertutup baik dalam tempat
kering dan dingin
Sumber :Handbook Of pharmaceutical Exipient hal 591
h) Setil alcohol
Warna : putih
Bau : khas
Rasa : rasa lemah
Pemerian : granul
Kelarutan : larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutan
meningkat dengan meningkatnya suhu, praktis tidak larut dalam air
Bobot jenis : ≈0,81 g/cm3 at 500C
Stabilitas :
- Stabil dengan adnya asam, alkali, cahaya dan air
- Tidak tengik
- Baik di simpan dalam wadah tertutup rapat dan dalam tempat
kering
Inkompatibilitas : Tidak bercampur dengan zat pengoksidasi kuat
Sumber : Handbook Of pharmaceutical Exipient hal 130-131
i) Aquadest
Warna : jernih
Bau : tidak berbau
Rasa : tidak berasa / hambar
Pemerian : cairan jernih
Titik didih : 100oC
Titik lebur : 0oC
Bobot jenis : 1 g/cm3
Stabilitas : mudah terurai dengan adanya udara dari luar
Inkompatibilitas :
- Air dapat bereaksi dengan obat dan bahan tambahan yang mudah
terhidrolisa ( dekomposisi di air / uap ).
- Air dapat bereaksi kuat dengan logam alkali, dengan cepat dengan
logam alkalin dan okside yang lain, seperti kalsium okside, dan
magnesium okside.
- Dengan garam anhidrat material organic dan kalsium
Sumber : Handbook Of pharmaceutical Exipient hal 672.
j) Na-lauril sulfat
Warna : putih / kuning muda
Bau : berbau khas
Rasa : pahit
Pemerian : hablur kecil
Kelarutan : mudah larut dalam air, membentuk larutan
opalesen
pH : 7,0-9,5
Bobot jenis :1,079 g/cm3
Titik leleh :2040-2070C
Stabilitas :
- Stabil terjaga di bawah kondisi normal
- Dalam larutan, di bawah kondisi extrim, pH 2,5 atau di bawah
2,5 mengalami hidrolisis dengan laurel alcohol dan natrium
bisulfat
Inkompatibilitas :
- Inkompatibel dengan beberapa garam alkaloid
- Mengendap dengan logam dan garam kalium
Sumber : Handbook Of pharmaceutical Exipient hal 568-569
Farmakope Indonesia IV hal 595
k) HPC
Warna : putih / putih kekuningan
Bau : sedikit berbau khas
Rasa : tidak berasa
Pemerian : serbuk granul
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol dan eter,
tidak larut dalam air, tetapi dapat mengembang dalam air.
pH : 5,0 – 7,5
Stabilitas : higroskopik, stabil
Inkompatibilitas : alkali bereaksi
Sumber : Handbook Of pharmaceutical Exipient hal 272
l) Etanol
Warna : tidak berwarna
Rasa : rasa pahit
Bau : khas
Pemerian : cairan jernih, mudah menguap, bergerak, dan
mudah terbakar.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dan dalam
kloroform dan eter.
Bobot jenis: 0,8119 – 0,8139 g/mol
Stabilitas : mudah menguap, lebih mudah rusak dengan
adanya cahaya, dan muda terbakar.
Inkompatibilitas :
- Dalam kondisi asam, etanol bereaksi kuat dengan bahan
pengoksidasi.
- Inkompatibel dengan Aluminium dan berinteraksi dengan
beberapa obat.
Sumber : Farmakope Indonesia IV, hal.63
Handbook of Pharmaceutical Excipient, hal.13-14
III. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Mortir
Stamper
Cawan penguap
Water bath
Penangas air
Gelas kimia 50,100 dan
250 ml
Gelas ukur 10 ml dan 100
ml
Timbangan
Pot salep
Stirrer
Spatula
Stiker nama
Pipet tetes
Metil salisilat
Vaselin album
Lanolin
Setosteril alcohol
Propilen glikol
Paraffin
Tween 80
Span 80
Setil alcohol
Aquadest
Na-lauril sulfat
HPC
Etanol
Sudip
Thermometer
IV. Perhitungan dan Penimbangan
a) Perhitungan
1. Salep
G. Metil salisilat + Vaselin + Lanolin (5 %)
Metil salisilat 10 % = x 50 gram = 5 gram
Lanolin 5 % = x 50 gram = 2, 5 gram
Vaselin ad 50 untuk 5 % =50 g–(2,5+5 g)= 42,5 gram
H. Metil salisilat + Vaselin _ setosteril alkohol (10 %)
Metil salisilat 10 % = x 50 gram = 5 gram
Setosteril alkohol 10 % = x 50 gram = 5 gram
Vaselin ad 50 untuk 10 % = 50 g - (5 g + 5 g )= 40 gram
I. Vaselin dan gabungan adebs lanae dan propilen glikol (3:2)10 %
Metil salisilat 10 % = x 50 gram = 5 gram
Adebs lanae dan propilen glikol ( 3: 2) 10 % x 50 gram =
5 gram
adebs lanae = x 5 g = 3 gram
propilen glikol = x 5 g = 2 gram
Vaselin ad 50 = 50 g - ( 5 g + 5 g) = 40 gram
J. Vaselin dan gabungan adebs lanae dan propilen glikol (2:3)10 %
Metil salisilat 10 % = x 50 gram = 5 gram
Adebs lanae dan propilen glikol ( 2: 3) 10 % x 50 gram =
5 gram
adebs lanae = x 5 g = 2 gram
propilen glikol = x 5 g = 3 gram
Vaselin ad 50 = 50 g - ( 5 g + 5 g) = 40 gram
2. Krim
G. Metil salisilat 10 %, Parafin 15 %, Tween 80, span 80 5%, 8 %
+ setil alkohol 15 %, aqua ad 50 gram.
Metil salisilat 10 % = x 50 gram = 5 gram
Parafin 15 % = x 50 gram = 7, 5 gram
Setil alkohol 15 % = x 50 gram = 7, 5 gram
Tween 80, span 80 5%, = HLB Butuh 12
5 % = x 50 gram = 2, 5 gram
Tween 80 = 15 7,7
12
Span 80 = 4,3 3
10, 7
Tween 80 = x 2,5 = 1, 8 gram
Span 80 = x 2,5 = 0, 7 gram
Tween 80, span 80 8 %
10% = x 50 gram = 4 gram
Tween 80 = 15 7,7
12
Span 80 = 4,3 3
10, 7
Tween 80 = x 4 = 2,9 gram
Span 80 = x 2,5 = 1,1 gram
H. Metil salisilat 10 %, Parafin 30 %, Na Lauril sulfat :Cetosteril
alkohol (1:9) 5 %, 10 %, aqua ad 50 gram
Metil salisilat 10 % = x 50 gram = 5 gram
Parafin 30 % = x 50 gram = 15 gram
Na Lauril sulfat :Cetosteril alkohol (1:9) 5 % x50gram =
2,5 gram
Na Lauril sulfat = x 2,5gram =0,25 gram
Setosteril alkohol = x 2,5gram =2,25 gram
Na Lauril sulfat:Cetosteril alkohol (1:9)10 % x 50 gram =
5 gram
Na Lauril sulfat = x 5gram =0,5 gram
Setosteril alkohol = x 5gram =4,5 gram
Aqua ad :
- Untuk Na Lauril sulfat :Cetosteril alkohol (1:9) 5%
= 50-(5 g+15g + 2,5 g) = 27,5 g 27,5 ml
- Untuk Na Lauril sulfat :Cetosteril alkohol (1:9) 10%
= 50- (5 g+15g + 5 g) = 25 g 25 ml
3. Gel
D. Metil salisilat 10% + HPC 15% + Etanol 95% Aqua ad 50 gram
Metil salisilat 10 % = x 50 gram = 5 gram
HPC 15 % = x 50 gram = 7,5 gram
Etanol 95%=untuk HPC 15% = 50-(5 g+7,5 g)=37,5 g 37,5
ml
E. Metil salisilat 10 % + HPC 15 % + Aqua ad 50 gram
Metil salisilat 10 % = x 50 gram = 5 gram
HPC 15 % = x 50 gram = 7,5 gram
Aqua ad untuk HPC 15 % = 50-(5 g + 7,5 g) = 37,5 g 37,5 ml
F. Metil salisilat 10 % + HPC 15 % + Aqua : Etanol 95 % (1:1) ad
50 gram
Metil salisilat 10 % = x 50 gram = 5 gram
HPC 15 % = x 50 gram = 7,5 gram
Aqua untuk HPC 15 % 50-(5 g + 7,5 g) = 37,5 g 37,5 ml
Aqua : Etanol 95 % (1:1)
Aqua x 37,5 gram = 18,75 gram
Etanol 95 % x 37,5 gram = 18,75 gram
b) Penimbangan
1. Salep
G. Metil salisilat + Vaselin + Lanolin (5 %)
Metil salisilat 10 %
Lanolin 5 %
5 gram
2, 5 gram
Vaselin ad 50 untuk 5 % 42,5 gram
H. Metil salisilat + Vaselin + setosteril alkohol (10 %)
Metil salisilat 10 %
Setosteril alkohol 10%
Vaselin ad 50 untuk 5 %
5 gram
5 gram
40 gram
I. Vaselin dan gabungan adebs lanae dan propilen glikol (3:2) 10%
Metil salisilat 10 %
Adeps lanae
propilen glikol
Vaselin ad 50 untuk 5 %
5 gram
3 gram
2 gram
40 gram
J. Vaselin dan gabungan adebs lanae dan propilen glikol (2:3) 10%
Metil salisilat 10 %
Adeps lanae
propilen glikol
Vaselin ad 50 untuk 5 %
5 gram
2 gram
3 gram
40 gram
2. Krim
G. paraffin 15% + tween & span 80 5%; 8% + setil alcohol 15% +
aqua ad 50 gram
Bahan Formula 1 Formula 2
Metil salisilat 10 %
Parafin 15 %
Setil alkohol 15 %
Tween 80 5 %
span 80 5%,
Tween 80 8 %
Span 80 8%,
5 gram
7, 5 gram
7, 5 gram
1,8 gram
0,7 gram
-
-
5 gram
7, 5 gram
7, 5 gram
-
-
2,9 gram
1,1 gram
Aqua 27,5 mL 25 mL
H. paraffin 30% + Na-lauril sulfat:setosteril alcohol (1:9) 5%;10%
+ aqua ad 50 gram
Bahan Formula 1 Formula 2
Metil salisilat 10 %
Parafin 30 %
Na Lauril sulfat
Setosteril alkohol
Aqua
5 gram
15 gram
0,25 gram
2,25 gram
27,5 mL
5 gram
15 gram
0,5 gram
4,5 gram
25 mL
Ket : Formula 1 = Na-lauril sulfat:setosteril alcohol (1:9)5%
Formula 2 = Na-lauril sulfat:setosteril alcohol (1:9)10%
3. Gel
D. metil salisilat 10% + HPC 15% + etanol 95% ad 50 gram
Bahan Formula
Metil salisilat 10 %
HPC 15 %
Etanol 95 %
5 gram
7,5 gram
37,5 ml
E. metil salisilat 10% + HPC 15% + aqua ad 50 gram
Bahan Formula
Metil salisilat 10 %
HPC 15 %
Aqua
5 gram
7,5 gram
37,5 ml
F. metil salisilat 10% + HPC 15% + aqua:etanol 95% (1:1) ad 50
gram
Bahan Formula
Metil salisilat 10 % 5 gram
HPC 15 %
Aqua
Etanol 95%
7,5 gram
18,75 ml
18,75 ml
V. Prosedur Percobaan
1. Salep
a) Metode pelelehan (fusion)
Timbang bahan berkhasiat (metil salisilat) yang akan digunakan
Timbang basis semisolid (vaselin, lanolin, dan propilen glikol)
yang akan digunakan
Basis dipanaskan diatas penangas air hingga lumer, kemudian aduk
sampai homogen.
Setelah masing – masing basis lumer, masukkan dalam mortar dan
aduk sampai homogen dan dingin.
Metil salisilat dimasukkan dalam mortar, tambahkan beberapa tetes
etanol 90%, kemudian gerus sampai halus.
Basis yang telah lumer, dan dingin sedikit demi sedikit dimasukkan
ke dalam bahan berkhasiat, gerus sampai homogen dan tercampur
rata.
Masukkan dalam pot salep
Amati sediaan semisolid (penampilan, stabilitas, homogenititas).
Catatan : sediaan salep menggunakan metode pelelehan dibuat dalam
2 formula. Formula 1 ( metil salisilat 5 g, vaselin 42,5g, lanolin 2,5 g),
formula 2 (metil salisilat 5g, adeps lanae 2 g, propilen glikol 3 g dan
vaselin 40 g)
b) Metode Triturasi
Timbang bahan berkhasiat (metil salisilat)
Timbang basis semisolid (vaselin album, setosteril alcohol, adaps
lanae dan propilen glikol)
Satu sama lain dicampurkan dengan metode pencampuran
geometris, sambil digerus dalam mortir ad homogeny.
Basis yang sudah tercampur ditambahkan sedikit demi sedikit ke
dalam mortir yang sudah berisi bahan berkhasiat
Aduk ad homogeny dan tercampur rata.
Masukan dalam pot salep
Amati sediaan semisolid (penampilan, homogenitas, stabilitas)
Catatan : sediaan salep menggunakan metode triturasi dibuat dalam 2
formula. Formula 1 ( metil salisilat 5 g, vaselin 40g, setosteril alkohol 5
g), formula 2 (metil salisilat 5g, adeps lanae 3 g, propilen glikol 2 g
dan vaselin 40 g)
2. Krim
Timbang bahan berkhasiat (metil salisilat) yang akan digunakan
Timbang basis (paraffin, tween & span 80, setil alcohol, aquadest,
Na-lauril sulfat, setosteril alkohol) yang akan digunakan
Basis dimasukkan dalam cawan penguap, panaskan diatas water
bath sampai suhu 70oC.
Air dipanaskan sampai suhu 70oC
Basis dimasukkan ke dalam mortar, dan tambahkan air. Gerus
sampai terbentuk masa krim yang homogen dan dingin
Metil salisilat dimasukkan dalam mortar yang telah dipanaskan,
kemudian gerus sampai halus
Basis yang telah lumer, dan dingin sedikit demi sedikit dimasukkan
ke dalam bahan berkhasiat (metil salisilat ), gerus sampai homogen
dan tercampur rata.
Masukkan dalam pot salep
Amati sediaan semisolid ( homogenitas, stabilitas krim, tipe
emulsi).
Catatan : sediaan krim dibuat dalam 4 formula. Formula 1 (metil
salisilat 5g, paraffin 7,5g, tween 80 1,8g, span 80 0,7g, setil alcohol
7,5g dan air 27,5g), formula 2 (metil salisilat 5g, paraffin 7,5g, tween
80 2,9g, span 80 1,1 g, setil alcohol 7,5g dan air 26g), formula 3 (metil
salisilat 5 g, paraffin 15g, Na-lauril sulfat 0,25 g, setosteril alcohol
2,25g dan aqua 27,5 g), formula 4 (metil salisilat 5 g, paraffin 15g, Na-
lauril sulfat 0,5 g, setosteril alcohol 4,5g dan aqua 25 g)
3. Gel
Timbang bahan berkhasiat (metil salisilat) yang akan digunakan
Timbang HPC yang akan digunakan
HPC dikembangkan dengan menaburkannya diatas
air/etanol/keduanya.
Aduk cepat dengan stirrer selama + 2 menit.
Metil salisilat dimasukkan dalam mortar, tambahkan HPC yang
telah dikembangkan. kemudian aduk perlahan – lahan agar tidak
ada udara yang terjebak. Aduk sampai homogen dan rata.
Masukkan dalam pot salep
Amati sediaan semisolid ( homogenitas, penampilan, stabilitas).
Catatan : sediaan gel dibuat dalam 3 formula. Formula 1 (metil
salisilat 5g, HPC 7,5 dan air 37,5 mL), formula 2 (metil salisilat 5g,
HPC 7,5g, dan etanol 95% 37,5mL ), formula 3 (metil salisilat 5g,
HPC 7,5g, air 18,75 mL dan etanol 95% 18,75 mL)
VI. Hasil Pengamatan
1. Salep
Waktu
Pengamata
n
Salep
Vaselin dan
Lanolin 5%
Vaselin dan
setosteril
Vaselin dan
gabungan
Vaselin dan
gabungan
alkohol 10%
adeps lanae
dan propilen
glikol 2:3
adeps lanae
dan propilen
glikol 3:2
H1
Warna :Kuning
Bau : Bau
balsem (+++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Warna : Putih
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Warna :
Kuning
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Warna : Kuning
Bau : Bau
balsem (+++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
H2
Warna :
Kuning
Bau : Bau
balsem (+++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Warna : Putih
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Warna :
Kuning
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Warna : Kuning
Bau : Bau
balsem (+++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
H3 Warna :
Kuning
Bau : Bau
balsem (+++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
Warna : Putih
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
Warna :
Kuning
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
Warna : Kuning
Bau : Bau
balsem (+++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
terjadi
pemisahan)
pemisahan) terjadi
pemisahan)
pemisahan)
H4
Warna :
Kuning
Bau : Bau
balsem (+++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Warna : Putih
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Warna :
Kuning
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Warna : Kuning
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
H5
Warna :
Kuning
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Warna : Putih
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Warna :
Kuning
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Warna : Kuning
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
H6 Warna :
Kuning
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
Warna : Putih
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
Warna :
Kuning
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
Warna : Kuning
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan) pemisahan) pemisahan) pemisahan)
H7
Warna :
Kuning
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Warna : Putih
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Warna :
Kuning
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Warna : Kuning
Bau : Bau
balsem (++)
Homogenitas :
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
2. Krim
Waktu
Pengamata
n
Krim
Parafin 15%
+ tween &
span 80 5%
Parafin 15%
+ tween &
span 80 8%
Parafin 30% +
Na-lauril
sulfat:cetosteril
alcohol (1:9) 5%
Parafin 30% +
Na-lauril
sulfat:cetosteril
alcohol (1:9)
10%
H1
Tipe emulsi :
O/W
Homogenitas:
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Tipe emulsi :
W/O
Homogenitas:
(+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Tipe emulsi :
W/O
Homogenitas : (+
++)
Stabilitas : Stabil
(tidak terjadi
pemisahan)
Tipe emulsi :
W/O
Homogenitas : (+
++)
Stabilitas : Stabil
(tidak terjadi
pemisahan)
H2 Tipe emulsi :
O/W
Homogenitas
Tipe emulsi :
W/O
Homogenitas
Tipe emulsi :
W/O
Homogenitas : (+
Tipe emulsi :
W/O
Homogenitas : (+
: (+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
: (+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
++)
Stabilitas : Stabil
(tidak terjadi
pemisahan)
++)
Stabilitas : Stabil
(tidak terjadi
pemisahan)
H3
Tipe emulsi :
O/W
Homogenitas
: (+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Tipe emulsi :
W/O
Homogenitas
: (+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Tipe emulsi :
W/O
Homogenitas : (+
++)
Stabilitas : Stabil
(tidak terjadi
pemisahan)
Tipe emulsi :
W/O
Homogenitas : (+
++)
Stabilitas : Stabil
(tidak terjadi
pemisahan)
H4
Tipe emulsi :
O/W
Homogenitas
: (+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Tipe emulsi :
W/O
Homogenitas
: (+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Tipe emulsi :
W/O
Homogenitas : (+
++)
Stabilitas : Stabil
(tidak terjadi
pemisahan)
Tipe emulsi :
W/O
Homogenitas : (+
++)
Stabilitas : Stabil
(tidak terjadi
pemisahan)
H5
Tipe emulsi :
O/W
Homogenitas
: (+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Tipe emulsi :
W/O
Homogenitas
: (+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Tipe emulsi :
W/O
Homogenitas : (+
++)
Stabilitas : Stabil
(tidak terjadi
pemisahan)
Tipe emulsi :
W/O
Homogenitas : (+
++)
Stabilitas : Stabil
(tidak terjadi
pemisahan)
H6 Tipe emulsi :
O/W
Tipe emulsi :
W/O
Tipe emulsi :
W/O
Tipe emulsi :
W/O
Homogenitas
: (+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Homogentias
: (+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Homogenitas : (+
++)
Stabilitas : Stabil
(tidak terjadi
pemisahan)
Homogenitas : (+
++)
Stabilitas : Stabil
(tidak terjadi
pemisahan)
H7
Tipe emulsi :
O/W
Homogenitas
: (+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Tipe emulsi :
W/O
Homogenitas
: (+++)
Stabilitas :
Stabil (tidak
terjadi
pemisahan)
Tipe emulsi :
W/O
Homogenitas : (+
++)
Stabilitas : Stabil
(tidak terjadi
pemisahan)
Tipe emulsi :
W/O
Homogenitas : (+
++)
Stabilitas : Stabil
(tidak terjadi
pemisahan)
3. Gel
Waktu
Pengamatan
Gel
HPC 15%+aqua HPC 15%+EtanolHPC 15%
+Air:Etanol (1:1)
H1
Warna : putih
kemerahan
Bau : Bau balsem (++)
Homogenitas : (++)
Stabilitas : tidak terjadi
pemisahan tetapi
sediaan tidak
membentuk gel
Warna : Putih
Bau : Bau balsem
(++)
Homogenitas : (+)
Stabilitas :
terbentuk 2 fase dan
sediaan tidak
membentuk gel
Warna : Putih
Bau : Bau balsem (+
+)
Homogenitas : (++)
Stabilitas : Tidak
terjadi pemisahan
tetapi sediaan tidak
membentuk gel
H2 Warna : Putih
kemerahan
Bau : Bau balsem (++)
Warna : Putih
Bau : Bau balsem
(++)
Warna : Putih
Bau : Bau balsem (+
+)
Homogenitas : (++)
Stabilitas : tidak terjadi
pemisahan tetapi
sediaan tidak
membentuk gel
Homogenitas : (+)
Stabilitas :
terbentuk 2 fase dan
sediaan tidak
membentuk gel
Homogenitas : (++)
Stabilitas : Tidak
terjadi pemisahan
tetapi sediaan tidak
membentuk gel
H3
Warna : Putih
kemerahan
Bau : Bau balsem (++)
Homogenitas : (++)
Stabilitas : tidak terjadi
pemisahan tetapi
sediaan tidak
membentuk gel
Warna : Putih
Bau : Bau balsem
(++)
Homogenitas : (+)
Stabilitas :
terbentuk 2 fase dan
sediaan tidak
membentuk gel
Warna : Putih
Bau : Bau balsem (+
+)
Homogenitas : (++)
Stabilitas : Tidak
terjadi pemisahan
tetapi sediaan tidak
membentuk gel
H4
Warna : Putih
kemerahan
Bau : Bau balsem (++)
Homogenitas : (++)
Stabilitas : tidak terjadi
pemisahan tetapi
sediaan tidak
membentuk gel
Warna : Putih
Bau : Bau balsem
(++)
Homogenitas : (+)
Stabilitas :
terbentuk 2 fase dan
sediaan tidak
membentuk gel
Warna : Putih
Bau : Bau balsem (+
+)
Homogenitas : (++)
Stabilitas : Tidak
terjadi pemisahan
tetapi sediaan tidak
membentuk gel
H5
Warna : Putih
kemerahan
Bau : Bau balsem (++)
Homogenitas : (++)
Stabilitas : tidak terjadi
pemisahan tetapi
sediaan tidak
membentuk gel
Warna : Putih
Bau : Bau balsem
(++)
Homogenitas : (+)
Stabilitas :
terbentuk 2 fase dan
sediaan tidak
membentuk gel
Warna : Putih
Bau : Bau balsem (+
+)
Homogenitas : (++)
Stabilitas : Tidak
terjadi pemisahan
tetapi sediaan tidak
membentuk gel
H6 Warna : Putih Warna : Putih
Bau : Bau balsem
Warna : Putih
Bau : Bau balsem (+
kemerahan
Bau : Bau balsem (++)
Homogenitas : (++)
Stabilitas : tidak terjadi
pemisahan tetapi
sediaan tidak
membentuk gel
(++)
Homogenitas : (+)
Stabilitas :
terbentuk 2 fase dan
sediaan tidak
membentuk gel
+)
Homogenitas : (++)
Stabilitas : Tidak
terjadi pemisahan
tetapi sediaan tidak
membentuk gel
H7
Warna : Putih
kemerahan
Bau : Bau balsem (++)
Homogenitas : (++)
Stabilitas : tidak terjadi
pemisahan tetapi
sediaan tidak
membentuk gel
Warna : Putih
Bau : Bau balsem
(++)
Homogenitas : (+)
Stabilitas :
terbentuk 2 fase dan
sediaan tidak
membentuk gel
Warna : Putih
Bau : Bau balsem (+
+)
Homogenitas : (++)
Stabilitas : Tidak
terjadi pemisahan
tetapi sediaan tidak
membentuk gel
Keterangan :
(+) Tidak Homogen/Tidak berbau
(++) Kurang Homogen/Sedikit beraroma
(+++) Homogen/Beraroma pekat
4. Gambar Pengamatan
Sediaan H1 H7
Salep
Vaselin dan gabungan Adeps
lanae dan Propilen glikol 2:3
Vaselin dan gabungan Adeps
lanae dan Propilen glikol 3:2
Vaselin dan Lanolin 5%
Vaselin dan setosteril alkohol
10%
Vaselin dan gabungan Adeps
lanae dan Propilen glikol 2:3
Vaselin dan gabungan Adeps
lanae dan Propilen glikol 3:2
Vaselin dan Lanolin 5%
Vaselin dan setosteril alkohol
10%
Krim
Parafin 15%+tween dan span 80
5%
Parafin 15% + tween & span 80
8%
Parafin 30% + Na-lauril
sulfat:cetosteril alcohol (1:9) 5%
Parafin 15%+tween dan span
80 5%
Parafin 15% + tween & span 80
8%
Parafin 30% + Na-lauril
sulfat:cetosteril alcohol (1:9)5%
Parafin 30% + Na-lauril
sulfat:cetosteril alcohol (1:9) 10%
Parafin 30% + Na-lauril
sulfat:cetosteril alcohol (1:9)
10%
Gel
HPC 15%+Air:Etanol (1:1)
HPC 15%+aqua
HPC 15%+Air:Etanol (1:1)
HPC 15%+aqua
HPC 15%+etanol 95% HPC 15%+etanol 95%
VII. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini, dilakukan pembuatan sediaan semisolid
yang digunakan untuk pemakaian topikal. Sediaan semisolid merupakan
sediaan setengah padat yang dibuat untuk pengobatan melalui kulit.
Sediaan semisolid harus mempunyai sifat mampu melekat pada permukaan
tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini
dicuci atau dihilangkan. Bentuk sediaan semisolid yang dibuat dalam
praktikum kali ini adalah: salep, krim dan gel.
1. Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi
homogeny dalam dasar salep yang cocok (FI ed.III, 1979). Salep tidak
boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep
yang mengandung obar keras atau obat narkotik adalah 10%. (Moh. Anief,
2008, hal.52).
Pada percobaan kali ini digunakan metode pelelehan (fusion) dan
juga metode triturasi untuk membuat sediaan salep. Tetapi dari kedua
metode tersebut, metode yang paling efisien digunakan, yaitu metode
triturasi, karena pada metode fusion dibutuhkan waktu yang cukup lama
sampai seluruh basis salep benar-benar meleleh sempurna, sedangkan pada
metode triturasi, hal itu tidak dibutuhkan.
Pada percobaan kali ini, dibuat sediaan salep dalam 4 formula.
Formula 1, berisi metil salisilat 10%, vaselin album dan lanolin 5%. Dari
hari ke-1 pengamatan sampai hari ke-7, tidak terjadi perubahan dalam
organoleptis, homogenitas dan stabilitas. Warna yang terbentuk adalah
warna kuning yang disebabkan oleh adanya basis salep yakni lanolin
(lemak kambing) yang berwarna kuning. Sedangkan bau yang tercium
adalah bau balsam yang disebabkan oleh adanya zat aktif yaitu metil
salisilat. Homogentias yang terbentuk cukup baik karena ada kombinasi
basis salep yaitu vaselin yang merupakan dasar salep hidrokarbon dengan
kemampuan menyerap air sebanyak 5% dan dapat digunakan sebagai
emollient yang dapat bertahan pada kulit dalam waktu yang lama. (Ansel,
2005). Dan lanolin (adeps lanae) yang merupakan basis salep absorpsi
dengan kandungan air sebanyak 25%, basis salep ini juga dapat digunakan
sebagai emolient dan dapat juga digunakan untuk pencampuran larutan
berair ke dalam larutan berlemak, dimana larutan berair mula-mula dapat
diabsorpsi ke dalam dasar salep absorpsi, kemudian campuran ini dengan
mudah dicampurkan ke dalam dasar salep berlemak (Ansel, 2005),
sehingga dengan kombinasi dasar basis salep dengan jenis yang berbeda
akan menghasilkan suatu sediaan salep yang baik.
Formula 2 berisi metil salisilat, vaselin album, setosteril alcohol
10%. Sediaan yang terbentuk setelah dilakukan pengamatan dari hari ke-1
sampai hari ke-7, tidak mengalami perubahan organoleptis, stabilitas
maupun homogenitas. Warna yang terbentuk adalah warna putih karena
vaselin yang digunakan dalam percobaan ini adalah vaselin album, dimana
dalam proses pemucatan vaselin digunakan asam sulfat. (Moh.Anief,
1988). Bau yang tercium adalah bau balsam yang berasal dari metil
salisilat, namun bau yang terbentuk tidak terlalu kuat seperti formula 1
dikarenakan basis setosteril alkohol yang digunakan cukup banyak yakni
10%. Homogenitas selama penyimpanan cukup baik namun lebih baik
homogenitas formula 1 yang menggunakan basis vaselin dan lanolin. Dan
sediaan pun tidak mengalami pemisahan yang menunjukkan sediaan ini
stabil. Karena ada kombinasi basis salep yaitu vaselin yang merupakan
dasar salep hidrokarbon dengan kemampuan menyerap air sebanyak 5%
dan dapat digunakan sebagai emollient yang dapat bertahan pada kulit
dalam waktu yang lama. (Ansel, 2005). Dengan setosteril alkohol yang
merupakan basis salep serap yang dapat bercampur dengan air sehingga
membentuk emulsi air dalam minyak.
Pada formula 3 yang berisi metil salisilat, vaselin album, adaps
lanae:propilen glikol (3:2) 10%. Setelah diamati selama 7 hari, dari hari
ke-1 sampai hari ke-7 tidak mengalami perubahan dalam hal organoleptis,
stabilitas dan homogenitas. Warna yang terbentuk adalah adalah warna
kuning yang disebabkan oleh adanya basis adaps lanae yang memiliki
warna kuning. Berbau balsam yang disebabkan oleh adanya metil salisilat.
Memiliki homogenitas yang baik dan tidak terjadi pemisahan atau stabil.
Ini dapat disebabkan oleh karena adanya gabungan beberapa basis yakni
vaselin, adaps lanae:propilen glikol (3:2) yang menyebabkan terbentuknya
sediaan yang stabil dan homogeny. Hal ini terjadi karena ada kombinasi
antara vaselin album yang merupakan basis salep hidrokarbon yang
berfungsi sebagai penutup atau pembalut emollient, serta dapat
memperpanjang waktu kontak dengan kulit. Adaps lanae yang merupakan
basis salep serap yang merupakan basis salep yang dapat bercampur
dengan air sehingga membentuk emulsi air dalam minyak. Sedangkan
propilen glikol merupakan basis salep larut air yang dapat dicuci dengan
air.
Begitupun dengan formula 4 yang berisi metil salisilat, vaselin
album, adaps lanae:propilen glikol (2:3) 10%. Setelah diamati selama 7
hari, hasil yang didapat hampir sama dengan hasil pengamatan formula 3.
Baik dari segi organoleptis, homogenitas maupun stabilitas. Hal ini dapat
disebabkan karena basis yang digunakan oleh formula 3 dan 4 hampir
sama, yang berbeda hanya perbandingan penambahan adaps lanae:propilen
glikol. Perbedaan penambahan keduanya yang tidak terlalu signifikan
menyebabkan hasil pengamatan kedua sediaan ini hampir sama.
Keempat formula yang telah dijelaskan menunjukan hasil yang
baik. Namun yang lebih baik adalah sediaan dengan formula 1 yang
menggunakan basis vaselin album dan lanolin 5%. Serta formula 3 dan 4
yang menggunakan perbandingan basis adaps lanae:propilen glikol.
2. Krim
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental
mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian
luar. Tipe krim ada 2, yaitu: krim tipe air dalam minyak (A/M) dan minyak
dalam air (M/A). untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi,
umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionic, kationik dan nonionic.
(Moh.anief, 2008)
Dalam pembuatan krim ini mengunakan cara dengan melebur
bagian berlemak diatas penangas air, kemudian ditambahkan air dan zat
pengemulsi dalam keadaan sama-sama panas, setelah itu diaduk sampai
terjadi suatu campuran yang berbentuk krim.
Dalam percobaan ini, dilakukan dengan membuat sediaan krim
sebanyak 4 formula. Formula 1 terdiri dari metil salisilat, paraffin 15%,
tween dan span 80 5% serta aquadest. Pengamatan dilakukam selama 7
hari, dan tidak terjadi perubahan hasil pengamatan. Tipe emulsi yang
terbentuk adalah M/A, yang menunjukan perbandingan air yang
ditambahkan dalam sediaan ini lebih banyak dibandingkan dengan
minyak. Selain itu, dalam sediaan ini tidak terjadi pemisahan dan terlihat
mengalami homogenitas yang baik. Hal ini menunjukan bahwa
pencampuran basis krim yakni paraffin, tween dan span 80 merupakan
pencampuran yang baik.
Pada formula 2 yang terdiri dari metil salisilat, paraffin 15%, tween
dan span 80 8% serta aquadest. Sama halnya dengan formula 1, selama
pengamatan 7 hari, tidak terjadi perubahan hasil pengamatan. Tipe emulsi
yang terbentuk adalah A/M yang menunjukan perbandingan minyak yang
ditambahkan dalam sediaan ini lebih banyak dibandingkan dengan air.
Sediaan ini juga menunjukan homogenitas dan kestabilan yang baik yang
ditunjukan dengan tidak terjadinya pemisahan.
Formula 3 terdiri dari metil salisilat, paraffin 30%, Na-lauril
sulfat:setosteril alcohol (1:9) 5% serta aquadest. Hasil yang didapat setelah
pengamatan selama 7 hari, tidak mengalami perubahan. Tipe emulsi yang
terbentuk adalah A/M yang menunjukan perbandingan minyak yang
ditambahkan dalam sediaan ini lebih banyak dibandingkan dengan air.
Homogenitas dan stabilitas yang terbentuk cukup baik yang menunjukan
tidak adanya pemisahan fase. Pada pembuatan Krim harus dalam keadaan
panas karena pencampuran larutan atau zat pembawa didasarkan pada dua
tujuan yaitu: adanya transfer panas kedalam sediaan Krim, sehingga
terjadi homogenitas pada semua komponen sediaan Krim.
Pada formula 4 yang terdiri dari metil salisilat, paraffin 30%, Na-
lauril sulfat:setosteril alcohol (1:9) 10% serta aquadest. Menunjukan hasil
yang sama dengan formula 3. Tipe emulsi A/M, dan mengalami
homogenitas serta stabilitas yang cukup baik.
Keempat formula yang telah dijelaskan menunjukan hasil yang baik.
Namun yang lebih baik adalah sediaan dengan formula 1 karena dilihat
dari tipe emulsinya yaitu M/A yang sangat disukai dalam pembuatan
kosmetik.
3. Gel
Gel merupakan semi padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel anorganik kecil atau milekul organik besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang
terpisah., digolongkan sebagai sistem dua fasa (gel Aluminium
Hidroksida). (Farmakope indonesia IV. Hal 7).
Dalam percobaan kali ini, dilakukan pembuatan gel dengan 3
formula. Formula 1 yang terdiri dari metil salisilat, HPC 15% serta
aquadest. Formula 2 yang terdiri dari metil salisilat, HPC 15% serta etanol
95%. Formula 3 terdiri dari metil salisilat, HPC 15% serta air:etanol 95%
(1:1). Dari ketiga formula tersebut, tidak ada yang menunjukan
terbentuknya suatu gel. Karena kemungkinan bahan pembentuk Gel
seperti HPC tidak bekerja dengan baik karena HPC yang kami gunakan
ketika ditaburkan diatas air langsung tenggelam yang seharusnya
mengambang diatas air, jadi HPC tersebut kemungkinan telah
terkontaminasi (tidak murni atau tidak sesuai standar), sehingga tidak
dapat berkembang dalam air. Selain itu, kurangnya waktu pengembangan
dari HPC yang membuat HPC tersebut tidak mengmbang dalam air karena
sebaiknya waktu pengembangan bahan Gel seperti HPC dilakukan 24 jam
sebelumnya untuk hasil yang maksimal dan untuk menghasilkan sediaan
Gel yang baik, HPC sebagai bahan pembentuk Gel dapat diganti dengan
carbopol yang dapat bekerja dan membentuk kestabilan lebih baik pada
konsentrasi 0,5-2,0 %. (HOPE, hal 89)
VIII. Usulan Formula
USULAN FORMULA
Usulan formula yang baik dengan memperhatikan campuran zat tambahan
atau bahan-bahan tambahan lainnya yang dapat berinteraksi baik atau tidak
dengan zat aktif bahan tersebut, dan memperhatikan kestabilan, kelarutan,
kompatibilitas tiap-tiap bahan yang dicampurkan, tujuannya supaya menghasilkan
kualitas obat dengan efektifitas zat aktif yang baik, kestabilan sediaan dan
penerimaan ke pasien yg baik.
Usulan formula untuk sediaan semisolid, sebaiknya terdapat beberapa
komponen dalam menunjang pembuatan semidolid yang baik seperti :
A. Salep
Basis Salep Serap
Asam salisilat : 10 % untuk pembuatan
50 gram
Vaselin putih : 20 %
Parafin cair : 10 %
Cutina GMS : 10 %
Cremophor A6 : 3 %
Cremophor A25 : 3 %
Ekstrak hidroglikolik centellae herba : 15 %
Nipagin : 0,15 %
Nipasol : 0,05 %
Air suling : 38,8 %
B. Krim
Asam salisilat : 10 % untuk pembuatan
50 gram
Parafin : 30 %
Na-lauril sulfat : Cetosteril alkohol (1:9) : 10 %
Na-Benzoat : 0,05 %
Asam Sitrat : 1 %
Aqua ad : 100 gram
C. Gel
Asam salisilat : 10 % untuk pembuatan
50 gram
HPMC : 15 %
Air : Alkohol (1:1) ad : 100 gram
I. USULAN FORMULA
1. Salep
Setiap 100 gram sediaan salep mengandung :
R/ Asam salisilat 10%
Adeps lanae 5%
Na sulfit 1%
Vaselin flavum ad 100 g
Asam salisilat dalam percobaan ini sebagai bahan aktif yang
mempunyai khasiat sebagai keratolitik dan antifungi Di samping
khasiat terapeutik, stabilitas dan homogenitas dari komponen-
komponen formulasi, kelanggengan sediaan dan bentuk estetik dari
sediaan perlu diperhatikan.(Ansel,2005). Sehingga perlu ditambahkan
dengan bahan tambahan lain.
Penambahan adeps lanae sebagai basis salep absorpsi,
digunakan sebagai pelumas dan penutup kulit sehingga lebih mudah
dipakai. Selain itu dapat juga digunakan untuk pencampuran larutan
berair kedalam larutan berlemak, sehingga biasanya dikombinasi
dengan basis salep berlemak atau hidrokarbon seperti vaselin. Adeps
lanae mengandung air sebanyak 25% untuk emulsi air dalam minyak.
(Ansel, 2005).
Vaselin merupakan basis salep hidrokarbon yang berguna
sebagai emolient dan dapat bertahan pada kulit dalam waktu yang
lama, selain itu kerjanya juga sebagai bahan penutup saja tidak
mengering atau tidak ada perubahan dengan berjalannya waktu.
(Ansel, 2005). Vaselin flavum merupakan bentuk alami vaselin,
sedangkan vaselin album telah mengalami proses pemucatan dengan
asam sulfat. (Moh.Anief, 1988). Keduanya dapat digunakan dalam
pembuatan salep, tetapi yang lebih baik digunakan adalah vaselin
flavum terutama pada pembuatan salep mata, dan untuk menghindari
atau mencegah iritasi lainnya. Sehingga dalam usulan formula
digunakan vaselin flavum.
Na sulfit ditambahkan sebagai antioksidan yang cocok
untuk sediaan topikal dan merupakan antioksidan yang larut dalam
minyak/lemak. Sehingga dengan adanya penambahan antioksidan ini
menghindari terjadinya proses oksidasi pada fase minyak.
2. Krim
Setiap 100 gram sediaan krim mengandung :
R/ Asam salisilat 10%
Parafin cair 30%
Emulgid 15%
Metil paraben 0,1%
BHT 0,1%
Aquadestilata ad 100 g
Asam salisilat digunakan sebagai bahan aktif yang memiliki
efek farmakologi. Parafin cair disini juga mempunyai efek
farmakologi yaitu laksativum. (F1 ed III, 1979). Selain itu paraffin
cair digunakan sebagai fase minyak dalam pembuatan krim untuk
melarutkan emulgator seperti emulgid.
Emulgid berguna sebagai emulgator yaitu menyatukan fase
minyak dan fase air dalam sediaan krim, agar dapat bercampur
secara homogen dan penampilan akhirnya menarik sehingga dapat
diterima dengan baik oleh pasien. Metil paraben disini digunakan
sebagai pengawet untuk mencegah kontaminasi mikroba dalam fase
air yang merupakan media terbaik untuk pertumbuhan mikroba pada
sediaan krim ini. Metil paraben merupakan derivat-derivat paraben
yang paling cocok digunakan sebagai pengawet pada sediaan krim.
(Martin, 2008)
BHT (Butil Hidroksitoluen) digunakan sebagai antioksidan
pada sediaan yang mengandung minyak, dalam hal ini parafin cair
yang merupakan campuran hidrokarbon dan diperoleh dari minyak
mineral dimana antioksidan yang cocok untuk parafin cair dan dapat
memantapkan sediaan yaitu BHT atau tokoferol yang tidak lebih dari
10 bpj. (F1 ed III, 1979). Aquadestilata digunakan sebagai pelarut
dan fase cair dari krim ini.
3. Gel
Setiap 100 gram sediaan gel mengandung :
R/ Asam salisilat 10%
Carbopol 1%
Metil paraben 0,18%
Air : Alkohol (1:1) ad 100 g
Asam salisilat digunakan sebagai bahan aktif yang
memiliki efek farmakologi sebagai antifungi dan keratolitik.
Carbopol disini digunakan sebagai bahan pembentuk gel (Geling
agent), konsentrasi yang digunakan adalah 1% karena konsentrasi
kestabilan carbopol yaitu antara 0,5-2,0% (HOPE, hal 89)
Penambahan metil paraben sebagai bahan pengawet karena
sediaan gel mengandung fase air, sehingga perlu ditambahkan
pengawet, tidak perlu ditambahkan dengan antioksidan karena tidak
ada fase minyak dalam gel transparan, kecuali pembuatan gel non
transparan dimana fase pendispersinya atau pelarutnya adalah
minyak. Air dan alcohol digunakan sebagai pelarut, karena gel yang
akan dibuat adalah gel transparan, sehingga pelarut yang cocok
digunakan adalah air , alcohol, atau campuran keduanya.
IX. Daftar Pustaka
Anief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Hal: 52, 71
Ansel, Howard C.2005.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV.
Jakarta : UI Press. Hal 502-504, 513
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia, edisi III. Jakarta. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal : 379, 633
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hal: 57, 63, 551, 595, 712, 822, 823
Anonim. Handbook of Pharmaceutical Excipient. Amerika: APHA. Hal:
13-14, 125, 130-131, 297-299, 333, 417, 422, 479, 521-522, 568-569,
591, 672