Laporan RSHM (RS Hasna Medika) RS Jantung Cirebon
description
Transcript of Laporan RSHM (RS Hasna Medika) RS Jantung Cirebon
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan suatu unit usaha jasa yang memberikan jasa
pelayanan sosial di bidang medis klinis. Pengelolaan unit usaha rumah sakit
memiliki keunikan tersendiri karena selain sebagai unit bisnis, usaha rumah
sakit juga nemiliki misi sosial, disamping pengelolaan rumah sakit juga
sangat tergantung pada status kepemilikan Rumah Sakit. Misi Rumah Sakit
tidak terlepas dari misi layanan sosial. Namun tidak dipungkiri bahwa dalam
pengelolaan Rumah Sakit tetap terjadi konflik kepentingan dari berbagai
pihak. Konflik kepentingan berbagai pihak ini dapat bersumber dari
klasifikasi organisasi Rumah Sakit. Klasifikasi organisasi dibedakan
menjadi dua, yaitu organisasi bisnis dan organisasi non bisnis.
Rumah Sakit pemerintah lebih tepat sebagai klasifikasi non bisnis,
namun Rumah Sakit swasta tidak seluruhnya diklasifikasikan dalam
kelompok non bisnis. Beberapa rumah sakit masih memiliki kualitas jasa
layanan yang masih sangat memprihatinkan. Hal ini antara lain disebabkan
karena keterbatasan sumber daya baik sumber daya finansial maupun
sumber daya non finansial. Tuntutan peningkatan kualitas jasa layanan
membutuhkan berbagai dana investasi yang tidak sedikit. Kenaikan tuntutan
kualitas jasa layanan rumah sakit harus dibarengi dengan profesionalisme
dalam pengelolaannya. Perkembangan pengelolaan Rumah Sakit, baik dari
aspek manajemen maupun operasional sangat dipengaruhi oleh berbagai
tuntutan dari lingkungan, yaitu lingkungan eksternal dan internal. Tuntutan
eksternal antara lain adalah dari para stakeholder bahwa Rumah Sakit
dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan biaya
pelayanan kesehatan terkendali sehingga akan berujung pada kepuasan
pasien.
Tuntutan dari pihak internal antara lain adalah pengendalian biaya.
Pengendalian biaya merupakan masalah yang kompleks karena dipengaruhi
oleh berbagai pihak yaitu mekanisme pasar, perilaku ekonomis, sumber
2
daya professional dan yang tidak kalah penting adalah perkembangan
teknologi. Rumah sakit kepemerintahan yang terdapat di tingkat pusat dan
daerah tidak lepas dari pengaruh perkembangan tuntutan tersebut.
Dipandang dari segmentasi kelompok masyarakat, secara umum rumah sakit
pemerintah merupakan layanan jasa yang menyediakan untuk kalangan
menengah ke bawah, sedangkan rumah sakit swasta melayani masyarakat
kelas menengah ke atas. Biaya kesehatan cenderung terus meningkat, dan
rumah sakit dituntut untuk secara mandiri mengatasi masalah tersebut.
Jumlah rumahs sakit yang teregistrasi saaat ini sebanyak 2.194 ,
jumlah rumah sakit yang melakukan update sebanyak 1.559 rumah sakit.
Jumlah rumah sakit yang belum melakukan update sebanyak 635 data
tersebut di ambil dari data rumah sakit online seluruh indonesia. Jumlah
rumah sakit pemerintah umum 746 dan jumlah rumah sakit pemerintah
khusus 89, sedangkan jumlah rumah sakit swasta non profit umum 522 dan
rumah sakit khusus 199.
I.2 Tujuan dan Manfaat
a. Tujuan
1. Sebagai salah satu tugas akhir pada pembelajaran blok “leadership
and enterprenur of doctor”.
2. Mengenalkan bagaimana cara mendirikan rumah sakit khusus
swasta.
3. Bagaimana untuk mengembangkan rumah sakit dan menjadi
seorang pemimpin dalam rumah sakit.
4. Berbagi bagaimana kiat-kiat menjadi seorang dokter yang sukses
dengan manjadi seorang wirausahawan dan pemimpin.
b. Manfaat
1. Sebagai bekal untuk mengembangkan jiwa bakat kepemimpinan
dan kewirausahaan mahasiswa kedokteran FK Unswagati blok
“leadership and enterpreunership of doctor”
2. Menambah lebih luas lagi wawasan bagaimana menjadi seorang
yang sukses menjadi pemimpin dan menjadi wirausahawan.
3
3. Sebagai contoh dan motivasi untuk mahasiswa ke depannya dalam
mengembangkan jiwa kepemimpinan dan kewirausahaannya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai
kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani
masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi
melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya
kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan (Siregar, 2004).
II.2 Fungsi Rumah Sakit
Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi, yaitu menyelenggarakan
pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan
dan asuhan keperawatan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan, pelayanan rujukan upaya kesehatan, administrasi umum dan
keuangan.
Maksud dasar keberadaan rumah sakit adalah mengobati dan
perawatan penderita sakit dan terluka. Sehubungan dengan fungsi dasar ini,
rumah sakit memberikan pendidikan bagi mahasiswa dan penelitian yang
juga merupakan fungsi yang penting. Fungsi keempat yaitu pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan juga telah menjadi fungsi rumah sakit.
Jadi empat fungsi dasar rumah sakit adalah pelayanan penderita, pendidikan,
penelitian dan kesehatan masyarakat.
5
a. Pelayanan Penderita
Pelayanan penderita yang langsung di rumah sakit terdiri atas
pelayanan medis, pelayanan farmasi, dan pelayanan keperawatan.
Pelayanan penderita melibatkan pemeriksaan dan diagnosa,
pengobatan penyakit atau luka, pencegahan, rehabilitasi, perawatan
dan pemulihan kesehatan.
b. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan sebagai suatu fungsi rumah sakit terdiri atas 2
bentuk utama:
1. Pendidikan dan/atau pelatihan profesi kesehatan.
Yang mencakup dokter, apoteker, perawat, personel rekam
medik, ahli gizi, teknisi sinar-X, laboran dan administrator
rumah sakit.
2. Pendidikan dan/atau pelatihan penderita. Merupakan fungsi
rumah sakit yang sangat penting dalam suatu lingkup yang
jarang disadari oleh masyarakat. Hal ini mencakup:
a) Pendidikan khusus dalam bidang rehabilitasi, psikiatri
sosial dan fisik.
b) Pendidikan khusus dalam perawatan kesehatan, misalnya:
mendidik penderita diabetes, atau penderita kelainan
jantung untuk merawat penyakitnya.
c) Pendidikan tentang obat untuk meningkatkan kepatuhan,
mencegah penyalahgunaan obat dan salah penggunaan
obat, dan untuk meningkatkan hasil terapi yang optimal
dengan penggunaan obat yang sesuai dan tepat.
c. Penelitian
Rumah sakit melakukan penelitian sebagai suatu fungsi dengan
maksud utama, yaitu:
1. Memajukan pengetahuan medik tentang penyakit dan
peningkatan/perbaikan pelayanan rumah sakit.
6
2. Ditujukan pada tujuan dasar dari pelayanan kesehatan yang
lebih baik bagi penderita. Misalnya: pengembangan dan
penyempurnaan prosedur pembedahan yang baru.
d. Kesehatan Masyarakat
Tujuan utama dari fungsi rumah sakit sebagai sarana kesehatan
masyarakat adalah membantu komunitas dalam mengurangi timbulnya
kesakitan dan meningkatkan kesehatan umum penduduk.
Apoteker rumah sakit mempunyai peluang memberi kontribusi
pada fungsi ini dengan mengadakan brosur informasi kesehatan,
pelayanan pada penderita rawat jalan dengan memberi konseling
tentang penggunaan obat yang aman dan tindakan pencegahan
keracunan.
e. Pelayanan Rujukan Upaya Kesehatan
Yaitu suatu upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus
atau masalah yang timbul kepada pihak yang mempunyai fasilitas
lebih lengkap dan mempunyai kemampuan lebih tinggi (Siregar,
2004).
II.3 Tugas Rumah Sakit
Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan
untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan RI No: 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum
adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil
guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan
pencegahan serta melaksanakan rujukan (Siregar, 2004).
II.4 Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria
sebagai berikut:
a. Klasifikasi berdasarkan Kepemilikan
7
Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas Rumah Sakit
pemerintah; terdiri dari: Rumah Sakit yang langsung dikelola oleh
Departemen Kesehatan, Rumah Sakit pemerintah daerah, Rumah
Sakit militer, Rumah Sakit BUMN, dan Rumah Sakit swasta yang
dikelola oleh masyarakat.
b. Klasifikasi berdasarkan Jenis pelayanan
Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri
atas: Rumah Sakit Umum, memberi pelayanan kepada pasien dengan
beragam jenis penyakit dan Rumah Sakit Khusus, memberi pelayanan
pengobatan khusus untuk pasien dengan kondisi medik tertentu baik
bedah maupun non bedah. Contoh: rumah sakit kanker, rumah sakit
bersalin.
c. Klasifikasi berdasarkan Lama tinggal
Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas rumah sakit
perawatan jangka pendek yang merawat penderita kurang dari 30 hari
dan rumah sakit perawatan jangka panjang yang merawat penderita
dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih.
d. Klasifikasi berdasarkan Kapasitas tempat tidur
Rumah sakit pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan
kapasitas tempat tidurnya sesuai pola berikut ; di bawah 50 tempat
tidur, 50-99 tempat tidur, 100-199 tempat tidur, 200-299 tempat tidur,
300-399 tempat tidur, 400-499 tempat tidur, 500 tempat tidur atau
lebih.
e. Klasifikasi berdasarkan Afiliasi pendidikan
Rumah sakit berdasarkan afilasi pendidikan terdiri atas 2 jenis,
yaitu: Rumah Sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang
menyelenggarakan program latihan untuk berbagai profesi dan Rumah
Sakit non pendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak memiliki
hubungan kerjasama dengan universitas.
f. Klasifikasi berdasarkan status akreditasi
Berdasarkan status akreditasi terdiri atas rumah sakit yang telah
diakreditasi dan rumah sakit yang belum diakreditasi. Rumah sakit
8
telah diakreditasi adalah rumah sakit yang telah diakui secara formal
oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan bahwa
suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan untuk melakukan
kegiatan tertentu.
g. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah
Rumah sakit Umum Pemerintah pusat dan daerah
diklasifikasikan menjadi Rumah sakit kelas A, B, C, dan D.
Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan,
fisik dan peralatan.
1. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik luas dan subspesialistik luas.
2. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
sekurang-kurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik
terbatas.
3. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik dasar.
4. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.
II.5 Struktur Organisasi Rumah Sakit
Berdasarkan klasifikasi diatas, maka struktur organisasi pada rumah
sakit yang tertera pada permenkes No. 1045/MENKES/PER/XI/2006
tentang pedoman organisasi rumah sakit di lingkungan departemen
kesehatan dibagi secara struktural dan non struktural. Berikut organisasi
struktural :
a. Rumah sakit umum kelas A
1. RSU Kelas A dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur
Utama.
2. Direktur Utama membawahi paling banyak 4 (empat) Direktorat.
9
3. Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Bidang atau 3 (tiga) Bagian.
4. Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.
5. Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Subbagian.
b. Rumah sakit umum kelas B Pendidikan
1. RSU Kelas B Pendidikan dipimpin oleh seorang Kepala disebut
Direktur Utama.
2. Direktur Utama membawahi paling banyak 3 (tiga) Direktorat.
3. Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Bidang atau 3 (tiga) Bagian.
4. Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.
5. Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Subbagian.
c. Rumah sakit umum kelas B Non-Pendidikan
1. RSU Kelas B Non Pendidikan dipimpin oleh seorang Kepala
disebut Direktur Utama.
2. Direktur Utama membawahi paling banyak 2 (dua) Direktorat.
3. Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Bidang atau 3 (tiga) Bagian.
4. Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi.
5. Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Subbagian.
d. Rumah sakit umum kelas C
1. RSU Kelas C dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur.
2. Direktur membawahi paling banyak 2 (dua) Bidang dan 1 (satu)
Bagian.
3. Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi
4. Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
e. Rumah sakit umum kelas D
1. RSU Kelas D dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur.
2. Direktur membawahi 2 (dua) Seksi dan 3 (tiga) Subbagian.
10
3. Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi
4. Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
f. Rumah sakit khusus kelas A
1. RSK Kelas A dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur
Utama.
2. Direktur Utama membawahi paling banyak 4 (empat) Direktorat
3. Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Bidang atau 3 (tiga) Bagian
4. Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi
5. Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Subbagian.
g. Rumah sakit khusus kelas B
1. RSK Kelas B dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur
Utama.
2. Direktur Utama membawahi paling banyak 2 (dua) Direktorat
3. Masing-masing Direktorat terdiri dari 2 (dua) Bidang atau 2
(dua) Bagian
4. Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi
5. Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
Subbagian
h. Rumah sakit khusus kelas C
1. RSK Kelas C dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur.
2. Direktur membawahi 2 (dua) Seksi dan 3 (tiga) Subbagian.
Organisasi Non-Struktural meliputi :
a. Satuan Pengawas Intern
Satuan pengawas intern adalah satuan kerja fungsional yang
bertugas melaksanakan intern rumah sakit. Satuan pengawas intern
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada rumah sakit yang
dibentuk dan ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.
b. Komite
11
Komite adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli
atau profesi dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis
kepada pimpinan rumah sakit dalam rangka peningkatan dan
pengembangan pelayanan rumah sakit. Pembentukan komite
ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai kebutuhan rumah,
sekurang-kurangnya terdiri dari Komite Medik serta Komite Etik dan
Hukum.
Komite berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
pimpinan rumah sakit. Komite dipimpin oleh seorang ketua yang
diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan rumah sakit. Pembentukan
dan perubahan jumlah dan jenis komite ditetapkan oleh pimpinan
rumah setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Bina
Pelayanan Medik.
c. Instalasi
Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan
fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan
penelitian rumah sakit. Pembentukan instalasi ditetapkan oleh
pimpinan rumah sakit sesuai kebutuhan rumah sakit. Instalasi
dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh
pimpinan rumah sakit.
Kepala instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh
tenaga-tenaga
fungsional dan atau non medis. Pembentukan dan perubahan
jumlah dan jenis instalasi dilaporkan secara tertulis kepada Direktur
Jenderal Bina Pelayanan Medik.
II.6 Perizinan Rumah Sakit
Seperti yang tercantum pada permenkes no. 147 tentang perizinan
rumah sakit bahwa setiap rumah sakit harus memiliki izin yaitu izin
mendirikan rumah sakit (IRS) dan izin operasional rumah sakit (SOP). SOP
terdiri atas 2 jenis yaitu izin operasional sementara dan izin operasional
tetap.
12
Permohonan izin mendirikan dan izin operaional rumah sakit diajukan
menurut jenis dan klasidikasi rumah sakit. Izin mendirikan dan izin
operasional RS kelas A dan RS penanaman modal asing atau penanaman
modal dalam negeri diberikan olej menteri setelah mendapatkan
rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada
pemerintah daerah provinsi. Izin mendirikan dan izin operasional RS kelas
B diberikan oleh pemerintah daerah provinsi setelah mendapatkan
rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada
pemerintah daerah kabupaten/kota. Izin mendirikan dan izin operasional RS
kelas C dan kelas D diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota
setelah mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang
kesehatan pada pemerintah daerah kabupaten/kota.
Untuk memperoleh izin mendirikan, RS harus memenuhi persyaratan
yang meliputi :
a. Studi Kelayakan
Studi kelayakan pada dasarnya adalah suatu awal kegiata perencanaan
rumah sakit secara fisik dan non fisik yang berisi tentang :
1. Kajian kebutuhan pelayanan rumah sakit, meliputi:
a) Demografi, yang mempertimbangkan luas wilayah dan
kepadatan penduduk, serta karakteristik penduduk yang
meliputi umur, jenis kelamin dan status perkawinan);
b) Sosio-ekonomi, yang mempertimbangkan kultur/kebudayaan,
tingkat pendidikan, angkatan kerja, lapangan pekerjaan,
pendapatan domestik rata-rata bruto;
c) Morbiditas dan mortalitas, yang mempertimbangkan 10
penyakit utama (Rumah Sakit, Puskesmas Rawat jalan,
Rawat inap), angka kematian (GDR, NDR), angka persalinan,
dan seterusnya;
d) Sarana dan prasarana kesehatan yang mempertimbangkan
jumlah, jenis dan kinerja layanan kesehatan , jumlah
spesialisasi dan kualifikasi tenaga kesehatan, jumlah dan jenis
layanan penunjang (canggih, sederhana dan seterusnya); dan
13
e) Peraturan perundang-undangan yang mempertimbangkan
kebijakan pengembangan wilayah pembangunan sektor non
kesehatan, kebijakan sektor kesehatan dan perumah sakitan.
2. Kajian kebutuhan sarana/fasilitas dan peralatan medik/non medik,
dana dan tenaga yang dibutuhkan untuk layanan yang akan
diberikan, meliputi:
a) Sarana dan fasilitas fisik yang mempertimbangkan rencana
cakupan, jenis layanan dan fasilitas lain dengan mengacu dari
kajian kebutuhan dan permintaan (program fungsi dan pogram
ruang);
b) Peralatan medik dan non medik yang mempertimbangkan
perkiraan peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan
layanan;
c) Tenaga / sumber daya manusia yang mempertimbangkan
perkiraan kebutuhan tenaga dan kualifikasi; dan
d) Pendanaan yang mempertimbangkan perkiraan kebutuhan dana
investasi.
3. Kajian kemampuan pembiayaan yang meliputi:
a) Prakiraan pendapatan yang mempertimbangkan proyeksi
pendapatan yang mengacu dari perkiraan jumlah kunjungan
dan pengisian tempat tidur;
b) Prakiraan biaya yang mempertimbangkan proyeksi biaya tetap
dan biaya tidak tetap dengan mengacu pada perkiraan sumber
daya manusia;
c) Proyeksi Arus Kas (5 -10 tahun);dan
d) Proyeksi Laba/Rugi (5 – 10 tahun).
b. Master plan
Master plan adalah strategi pengembangan aset untuk sekurang-
kurangnya sepuluh tahun kedepan dalam pemberian pelayanan
kesehatan secara optimal yang meliputi identifikasi proyek
perencanaan, demografis, tren masa depan, fasilitas yang ada, modal
dan pembiayaan.
14
c. Status kepemilikan
Rumah Sakit dapat didirikan oleh:
1. Pemerintah, harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi
yang bertugas dibidang kesehatan dan instansi tertentu dengan
pengelolaan Badan Layanan Umum, Pemerintah Daerah, harus
berbentuk Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan
Layanan Umum Daerah, atau
2. Swasta, harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya
hanya bergerak di bidang perumah sakitan
a) Badan hukum dapat berbentuk Yayasan, Perseroan,
perseroan terbatas, Perkumpulan dan Perusahaan Umum.
b) Badan hukum dalam rangka penanaman modal asing atau
penanaman modal dalam negeri harus mendapat
rekomendasi dari instansi yang melaksanakan.
d. Luas tanah dan sertifikat
Luas tanah untuk Rumah Sakit dengan bangunan tidak
bertingkat, minimal 1½ (satu setengah) kali luas bangunan dan untuk
bangunan bertingkat minimal 2 (dua) kali luas bangunan lantai dasar.
Luas tanah dibuktikan dengan akta kepemilikan tanah yang sah sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Penanaman RS
a. Harus menggunakan bahasa Indonesia, dan
b. Tidak boleh menambahkan kata ”internasional”, ”kelas dunia”,
”world class”,”global” dan/atau kata lain yang dapat
menimbulkan penafsiran yang menyesatkan bagi masyarakat.
f. Izin undang-undang gangguan (HO) Izin, Mendirikan Bangunan
(IMB), Izin Penggunaan Bangunan (IPB) dan Surat Izin Tempat
Usaha (SITU) yang dikeluarkan oleh instansi berwenang sesuai
ketentuan yang berlaku.
g. Persyaratan pengolahan limbah meliputi Upaya Kesehatan
Lingkungan (UKL), Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan
15
atau Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dilaksanakan
sesuai jenis
RS harus mulai dibangun setelah mendapatkan izin mendirikan yang
diberikan untuk jangka waktu 2 tahun dan dapat diperpanjang 1 tahun.
Pemohon yang telah memperoleh izin mendirikan RS, apabila dalam jangka
waktu tersebut belum atau tidak melakukan pembangunan RS, maka
pemohon harus mengajukan izin baru sesuai ketentuan izin awal. Untuk
mendapatkan izin operasional, RS harus memenuhi persyaratan yang
meliputi :
a. Memiliki Izin mendirikan
b. Sarana dan prasarana
Tersedia dan berfungsinya sarana dan prasarana pada rawat
jalan, rawat inap, gawat darurat, operasi/bedah, tenaga kesehatan,
radiologi, ruang laboratorium, ruang sterilisasi, ruang farmasi, ruang
pendidikan dan latihan, ruang kantor dan administrasi, ruang ibadah,
ruang tunggu, ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit;
ruang menyusui, ruang mekanik, ruang dapur, laundry, kamar
jenazah, taman, pengolahan sampah, dan pelataran parkir yang
mencukupi sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.
c. Peralatan
1. Tersedia dan berfungsinya peralatan/perlengkapan medik
dan non medik untuk penyelenggaraan pelayanan yang
memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan,
keselamatan dan laik pakai sesuai dengan jenis dan
klasifikasinya.
2. Memiliki izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai
ketentuan yang berlaku untuk peralatan tertentu, misalnya;
penggunaan peralatan radiologi harus mendapatkan izin dari
Bapeten.
d. Sumber Daya Manusia
16
Tersedianya tenaga medis, dan keperawatan yang purna waktu,
tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan telah terpenuhi sesuai
dengan jumlah, jenis dan klasifikasinya.
e. Admisintrasi dan manajemen
1. Memiliki organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah
Sakit atau Direktur Rumah Sakit,unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsure penunjang medis, komite medis, satuan
pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.
a) Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang
mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang
perumahsakitan.
b) Tenaga struktural yang menduduki jabatan sebagai
pimpinan harus berkewarganegaraan Indonesia.
c) Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi
kepala Ruma Sakit.
2. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik
kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.
3. Memiliki dan menyusun dan melaksanakan peraturan internal
Rumah Sakit (hospital by laws dan medical staf by laws).
4. Memiliki standar prosedur operasional pelayanan Rumah Sakit.
Izin operasional sementara diberikan kepada RS yang belum dapat
memenuhi seluruh persyaratan. Izin operasional sementara diberikan untuk
jangka waktu 1 tahun. RS yang telah memiliki izin operasional sementara
harus mengajukan surat permohonan penetapan kelas RS kepada menteri.
Permohonan tersebut diajukan dengan melampirkan :
a. Rekomendasi dari dinas kesehatan kabupaten/kota dan dina kesehatan
provinsi
b. Profil dan data RS
c. Isian instrumen self assessment penetapan kelas.
RS yang telah memiliki izin operasional sementara dan mendapatkan
penetapan kelas RS akan diberikan izin operasional tetap yang berlaku
17
untuk jangka waktu 5 tahun dan dapat diperpanjang kembali selama
memenuhi persyaratan.
18
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Profil Rumah Sakit Khusus Jantung Hasna Medika
a. Latar Belakang
1. Menyadari kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang terintegrasi
dengan baik bagi masyarakat Cirebon khususnya dan wilayah III
Cirebon pada umumnya yang mengutamakan kualitas biaya yang
terjangkau.
2. Rumah Sakit Khusus Jantung Hasna Medika didirikan dengan
landasan hasrat untuk melengkapi sarana pelayanan kesehatan
yang ada di Cirebon dengan dukungan tenaga medis professional
dengan sarana penunjang medis yang mengutamakan rasionalitas,
efektifitas dan efisiensi.
3. Memperhatikan akan kebutuhan masyarakat atas suatu layanan
yang terintegrasi di dalam suatu lingkungan (One Stop Services)
untuk kualitas kesehatan masyarakat yang lebih baik.
4. Memberikan salah satu sarana karya di dalam lingkup sebuah
legalitas organisasi perseroan untuk memberdayakan sumber daya
manusia di tempat sekitar organisasi berdiri yang beralamat di
Jalan Raden Gilap No.8 Kecamatan Palimanan Timur Kabupaten
Cirebon dengan dasar kejujuran, profesionalisme, ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang tinggi serta rasa hormat
terhadap sesama untuk mewujudkan Indonesia sehat.
19
Gambar 1. Halaman depan RS Khusus Jantung Hasna Medika
b. Visi dan Misi
Visi :
Menjadi sarana layanan pelengkap yang memberikan layanan terbaik,
berkualitas, professional didasari dengan rasa kasih sayang terhadap
sesama untuk mewujudkan kesehatan masyarakat
Misi :
1. Secara berkesinambungan meningkatkan kompetensi Sumber
Daya Manusia dan memanfaatkan teknologi kedokteran, untuk
pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat.
2. Memberikan pelayanan kesehatan terintegrasi yang rasional
efisien dan terjangkau sehingga bermanfaat bagi pasien, keluarga
pasien dan masyarakat.
3. Memberikan suatu layanan terapi dengan menggunakan teknologi
terapi terkini di tunjang dengan sumber daya manusia yang
kompeten.
4. Berusaha untuk memajukan wilayah Kabupaten Cirebon dengan
memberikan suatu wadah Organisasi terpadu di Bidang
Kesehatan dalam pemberian lapangan kerja bagi masyarakat
sekitar khususnya dan umumnya untuk sumber daya manusia
20
yang berkualitas yang hasilnya untuk memberi kemajuan dalam
taraf pemenuhan derajat kesehatan masyarakat.
5. Menjadi perintis dalam layanan medis khusus dalam bidang
kesehatan Cardiovascular dengan menggunakan alat-alat
penunjang medis terkini, ditunjang dengan dukungan tenaga
medis yang profesional.
c. Lokasi
Lokasi rumah sakit berada tepatnya di Jalan Raden Gilap No.8 Desa
Palimanan Timur Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon, ± 50 m
dari perempatan Palimanan. Dibangun di atas tanah seluas ± 6000 m2.
Bangunan memiliki 10 ruangan praktek dokter, ruangan apotek dan
gudang obat, instalasi farmasi rumah sakit, laboratorium kateterisasi
jantung, ruangan ECHO/USG, ruangan treadmill, terapi EECP-OZOn-
LASER, ruangan laboratorium, ruangan rontgen, mushalla, kantin,
area tunggu pasien dan area parkir luas (± 4000m2) dan ruang rawat
inap yang terbagi atas ruang rawat VIP, ruang rawat kelas.
Gambar 2. Denah Lokasi
d. Fasilitas pelayanan
Fasilitas pelayanan yang akan diberikan di Rumah Sakit Khusus
Jantung Hasna Medika bersifat promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif, pelayanan di Rumah Sakit Khusus Jantung Hasna
21
Medika merupakan pelayanan yang menyelenggarakan Medis Dasar
dan Spesialistik dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan dan rawat inap
sesuai dengan ketentuan didalam permenkes RI
no.340/MENKES/PER/III/2010.
1. Pelayanan Rawat Jalan
Gambar 3. EECP (Enhanced External counterpulsation therapy) adalah prosedur rawat jalan non invasif, bertujuan mengurangi serangan angina dengan cara
meningkatkan perfusi darah ke kawasan otot jantung yang kekurangan pasokan darah akibat penyempitan atau penyumbatan pembuluh koroner.
a) Pelayanan dokter umum
1) dr. Risti Grantia
2) dr. Gita
3) dr. Dedi
4) dr. Nurdin
b) Pelayanan dokter spesialis, terdiri dari :
1) Spesialis jantung dan pembuluh darah :
- dr. H. Gugun Iskandar H, Sp.JP., FIHA
- dr. Chaerul Ahmad, Sp.JP., FIHA
- dr. Armand, Sp.JP., FIHA
- dr. Hizbullah, Sp.JP., FIHA
2) Spesialis Paru : dr. Uun Unaidi, Sp.P
3) Spesialis bedah : dr. Handjojo, Sp.B
4) Spesialis obstetri dan ginekologi : dr. Deni, SpOG
22
5) Spesialis syaraf : dr. Hartono., Sp.S
6) Spesialis penyakit dalam : dr. Sibli, Sp.PD
7) Spesialis rehabilitasi medik : dr. Dindin Hardi G., Sp.RM
8) Spesialis anak : dr. Zinatul Faizah. Sp.A
9) Spesialis Akupuntur : dr. Tria K
10) Spesialis radiologi
11) Spesialis THT : dr. Ade Burhanudin, Sp.THT
12) Spesialis Anestesi
13) Poloklinik gigi : drg. Hilda Syafei
14) Instalasi gizi medis
15) Instalasi farmasi dan alat kesehatan
2. Pelayanan Rawat Inap
Gambar 4. Ruang perawatan kelas I dengan fasilitas AC, single bed 3 crank manual, over bed table, bed side cabinet, O2 Central, 2 sofa, bathroom with
water heater, LCD tv 32”
23
Gambar 5. Kelas II dengan fasilitas AC, double bed 2 crank manual, over bed table, bed side cabinet, O2 central, bathroom with water heater, LCD TV 32”
Gambar 5. Kelas III dengan fasilitas AC, triple bed 2 crank manual, over bed table, bed side cabinet, O2 Central, bathroom with water heater, LCD TV 32”
24
Gambar 6. Ruang perawatan VIP A dan B dengan fasilitas AC, single bed 3 crank electric, over bed table, bed side cabinet, O2 Central, sofa bed,
refrigerator, mini kitchen set for A, bathroom with water heater, LCD tv 32”
Gambar 7. Ruang ICU dengan fasilitas AC, 4 bed 3 crank manual, over bed table, bed side cabinet, O2 Central, bathroom with water heater,
patient monitor, supporting med devices, 24 hour medical staff
25
Gambar 8. OZON. Salah satu metode healing therapy adalah terapi ozon, terapi pengayaan oksigen atau ozonisasi dalam darah untuk memperbaiki sel-sel tubuh.
Gambar 9. ILLIB (Intravascular Laser Irradiation on blood. Therapy) ini bermanfaat untuk pasien dengan penyakit cardiovascular untuk memperbaiki
viskositas pembuluh darah.
26
3. Pelayanan Unit Gawat Darurat
gambar 10. Instalasi gawat darurat
4. Laboratorium kateterisasi jantung Eurocolombus, euroampli alien
italy
Gambar 11. Lab kateterisasi Jantung di dukung oleh SDM dan alat angiocardiography yang mutakhir. Lab. Kateterisasi Jantung hadir di Cirebon.
27
Gambar 12. Echocardiography. Medical Devices dengan menggunakan ultrasound untuk mendeteksi kelainan struktur anatomi jantung dan pembuluh
darah serta fungsi pompa jantung.
5. Instalasi radiologi
28
6. Instalasi farmasi dan alat kesehatan
Gambar 13. Layanan apotek dan instalasi farmasi 24 jam, menjamin ketersediaan akan kebutuhan obat-obatan oral dan injeksi juga bahan dan alat habis pakai sehingga
pelayanan akan kebutuhan obat dapat segera dilayani dengan baik.
7. Laboratorium kesehatan
Gambar 14. Treadmill stress test dengan pembebanan dapat mengetahui fungsi jantung secara mekanik
29
Gambar 15. Laboratorium klinik
e. Dewan Sekertaris dan Direksi
Gambar 16. Diagram dewan sekertaris dan direksi
III.2 Hasil Wawancara
dr. H. Gugun Iskandar Hadiyat, Sp.JP selaku direktur Rumah Sakit
Hasna Medika menyatakan bahwa RSHM dibangun lewat hasrat untuk
membuat sebuah layanan yang mengedepankan mutu untuk memenuhi
harapan pasien dan harapan semua stake holder. Tercatat baru berumur 9
bulan RS ini berdiri, berbekal pengalaman, pengamatan dan dedikasi
tentunya, seorang dr. Gugun memberanikan diri untuk memberikan layanan
fokus jantung di daerah Kabupaten Cirebon.
30
dr. Gugun mengawali karir sebagai dokter semenjak tahun 1994. Pada
tahun tersebut, dr. Gugun berstatus sebagai dokter PTT disebuah Puskesmas
Palimanan, Kabupaten Cirebon. Setelah masa status sebagai dokter PTT
dilewati, dr. Gugun memutuskan untuk meneruskan sekolah spesialis
Jantung di Harapan Kita pada tahun 2001 dan selesai di tahun 2005.
Setelah selesai sekolah spesialis jantung, ia pun diajukan untuk
diangkat sebagai staff. Namun menolak dengan alasan ingin kembali ke
daerah. dr. Gugun kembali ke daerah sebagai dokter spesialis jantung
dimana jasa pelayanannya ia rasakan sangat dibutuhkan. Ilmu dan jasa
pelayanannya benar-benar membantu beberapa RS di tingkat Kabupaten
untuk menangani penyakit jantung. “Waktu itu para penderita penyakit
jantung tidak bisa mendapatkan penanganan medis dengan segera karena
harus dirujuk di RS luar kabupaten”, ujar dr. Gugun. “Padahal penyakit
jantung itu cenderung bersifat emergency”, tambahnya.
Adalah sebuah tantangan terbesar bagi seorang dr. Gugun kemudian
untuk mengembangkan fokus pelayanan jantung di daerah dimana persoalan
birokrasi dipermasalahkan dan itu muncul dari sisi administratif. Maka
dengan segenap upaya yang dimiliki, tahun 2009, dr. Gugun mendirikan
klinik jantung dan seiring berjalannya waktu pada tahun 2012, RSHM resmi
didirikan.
“Waktu itu saya bermimpi ingin mendirikan RS tapi saya fikir
kembali bahwa itu semua benar-benar mimpi apabila saya membangun
sebuah RS. Akhirnya saya memulai dari yang paling dasar yaitu membuat
klinik. Alhamdulillahnya pada saat itu keluarlah permenkes no.28 tentang
klinik dengan perawatan. Akhirnya saya mengajukan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Cirebon untuk membuat klinik dengan tempat perawatan”, cerita
dr. Gugun. Lokasi klinik yang menjadi RSHM ini terletak di daerah
perkampungan, bekas RSB bidan.
“Disaat sedang mempersiapkan berkas-berkas klinik tersebut, sahabat-
sahabat saya menyarankan kenapa ga bikin aja RS khusus jantung? DI
Cirebon kan belum ada. Wah saat itu saya senang campur bingung karena
bikin RS itu ga gampang dari mulai birokrasinya, SDM dan modal yang
31
besar. Tapi karena banyak yang mendukung saya akhirnya saya
mengucapkan basmalah dan melanjutkan cita-cita saya untuk membangun
RS khusus Jantung”, ujarnya.
Modal yang dikeluarkan oleh dr. Gugun untuk membangun RS pun
tidak sedikit, beliau termasuk orang yang nekat dan optimis sehingga beliau
berani untuk membangun RSHM dari kocek pribadinya. “Itu bukan modal
yang sedikit. Dulu sebelum saya sekolah lagi, saya praktek dan
alhamdulillah cukup banyak pasien yang percaya pada saya sehingga dulu
pada saat saya sedang PPDS saya sempat membangun rumah di Bandung
dan saya kontrakin ke orang asing. Alhamdulillahnya lagi itu bisa buat bekal
saya untuk membangun RSHM walaupun masih ada campur tangan dari
pihak bank sebagai pinjaman modal dan jaminannya pun tidak sedikit
bahkan jaminan yang harus disimpan di bank harus lebih besar daripada
pinjaman kita”, tutur dr. Guntur yang memiliki target lain saat membangun
RS yaitu berbagi dengan sesama dimana rezeki yang ada di RSHM dapat
dibagi dengan 96 karyawan dan 15 dokter lainnya.
Perbedaan RSHM dengan RS lainnya adalah di ketertiban pada
pasien. Di RSHM disediakan ruang untuk keluarga pasien menginap dan
hanya ada 1 keluarga pasien yang boleh menemani pasien di dalam kamar
pasien.
32
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai
kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani
masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.
RSHM merupakan suatu contoh RS yang melayani pelayanan medik khusus
jantung. Walaupun membangun perlu modal besar, asalkan dapat
memperhitungkan segalanya dengan baik akan terwujud cita-cita yang
mulia.
IV.2 Saran
Jadilah dokter yang sepenuhnya, semaksimalnya jangan menjadi dokter
yang setengah-setengah, pantang menyerah, sombong, gegabah dan sifat
tercela lainnya. Jadilah dokter yang baik dan berbagi antar sesama agar
dikehidupan mendatang menjadi indah.
33
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 147/MENKES/PER/I/2010 tentang perizinan rumah sakit
Siregar, CH. 2004. Farmasi Rumah Sakit, Teori dan Penerapan. EGC : Jakarta
34
LAMPIRAN
Foto bersama dengan direktur RSHM, dr. Gugun Iskandar H., Sp.JP., FIHA
Suasana kantin RSHM
35
Maket rencana pengembangan RSHM
Suasana ruang tunggu pasien di RSHM