Laporan resmi praktikum ttck final c2
Transcript of Laporan resmi praktikum ttck final c2
1
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNIK TATA CARA KERJA
TPI 2504
Disusun Oleh :
Bintang Elka (9660)
Yanis Rahmasari (9714)
M. Roisul Akbar Islami (9724)
Moh. Hidayatullah (9934)
Co. Asisten: Melia Widya
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
2
DAFTAR ISI
ACARA 1
BAB I : PENDAHULUAN.................................................5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.......................................7
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................12
BAB IV: PENUTUP ..........................................................22
DAFTAR PUSTAKA.........................................................23
ACARA 2
BAB I : PENDAHULUAN...............................................26
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................28
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................32
BAB IV: PENUTUP ..........................................................42
DAFTAR PUSTAKA.........................................................43
ACARA 3
BAB I : PENDAHULUAN...............................................45
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................47
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................50
BAB IV: PENUTUP ...........................................................61
DAFTAR PUSTAKA..........................................................62
ACARA 4
BAB I : PENDAHULUAN...............................................64
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................66
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................69
3
BAB IV: PENUTUP ..........................................................81
DAFTAR PUSTAKA.........................................................82
ACARA 5
BAB I : PENDAHULUAN...............................................84
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................86
BAB III: HASIL DAN PEMBAHASAN...........................89
BAB IV: PENUTUP ...........................................................94
DAFTAR PUSTAKA..........................................................95
LAMPIRAN...................................................................................96
4
LAPORAN RESMI TEKNIK TATA CARA KERJA
ACARA I
STUDI WAKTU DAN STUDI GERAK
Disusun Oleh:
Bintang Elka (09660)
Yanis Rahmasari P (09714)
M.Roisul Akbar I (09724)
Moh.Hidayatullah (09934)
Asisten:Melya Widya
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Untuk dapat merancang sistem kerja yang baik, seorang
perancang kerja harus dapat menguasai dan mengendalikan faktor
yang membentuk suatu sistem kerja. Faktor tersebut secara garis
besar terdiri dari pegawai, mesin dan peralatan serta
lingkungannya.
Pengetahuan tentang gerakan merupakan pengetahuan dasar
untuk dapat menganalisis suatu pekerjaan dengan gerakan-
gerakannya. Penghematan gerakan berupa prinsip-prinsip yang
harus dipertimbangkan dalam perancangan sistem kerja yang baik.
Prinsip-prinsip ini dikembangkan berdasarkan analisis terhadap
gerakan-gerakan dalam suatu pekerjaan. Gerakan yang dilakukan
oleh seorang pegawai adakalanya sudah tepat atau sesuai dengan
gerakan yang diperlukan, tetapi kadang-seorang pegawai
melakukan gerakan yang tidak perlu atau bisa disebut gerakan
tidak efektif, maka terlebih dahulu perlu mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan gerakan kerja serta perancangan sistem kerja.
Pengetahuan tentang gerakan dapat diperoleh dari analisis
yang dilakukan terhadap beberapa gerakan badan pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Diharapkan gerakan yang tidak
efektif dapat dikurangi, atau bahkan dihilangkan. Sehingga
pemakaian fasilitas yang tersedia untuk suatu pekerjaan dapat lebih
6
bermanfaat. Oleh karena itulah, dilakukan praktikum studi gerak
dan studi waktu ini pada industri Rumah Makan Putra Tunggal
Sinar Harapan di daerah Srandakan, Bantul, guna menganalisis
gerakan yang akan dipelajari.
B.TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan dapat mengidentifikasi elemen gerakan dasar yang
dilakukan dalam proses produksi.
2. Praktikan dapat mengelompokkan elemen gerakan dasar
menjadi elemen kerja yang teridentifikasi dan terukur untuk
keperluan studi gerak dan studi waktu.
3. Praktikan dapat menentukan waktu siklus, waktu normal, rating
factor, allowance factor, dan waktu baku bagi pekerjaan
tersebut.
4. Praktikan dapat melakukan analisa kerja menggunakan Peta
Tangan Kiri dan Tangan Kanan, Peta Pekerja Mesin dan Peta
Proses Kelompok Kerja.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada umumnya kesehatan tenaga pekerja sangat mempengaruhi
perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional.Hal ini dapat
dilihat pada negara-negara lain yang sudah lebih dahulu maju. Secara
umum bahwa kesehatan dan lingkungan dapat mempengaruhi
pembangunan ekonomi. Dimana industrialisasi banyak memberikan
dampak positif terhadap kesehatan, seperti meningkatnya penghasilan
pekerja, kondisi tempat tinggal yang lebih baik dan peningkatan
pelayanan. Akan tetapi kegiatan industrialisasi juga memberikan
dampak yang tidak baik juga terhadap kesehatan di tempat kerja dan
masyarakat pada umumnya (Suma‟mur, 1989).
Suatu metode kerja dirancang dengan maksud untuk
mempelajari prinsip dan teknik tata cara kerja yang efektif dan efisien.
Ada 4 macam komponen sistem kerja yang harus dipelajari yaitu
(Konz, 1983):
a. Komponen material
b. Komponen manusia
c. Komponen mesin
d. Komponen lingkungan kerja fisik
Studi gerakan atau yang disebut dengan motion study adalah
suatu studi gerakan-gerakan yang dilakukan pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaannya.Dengan studi ini ingin diperoleh
gerakan-gerakan standar untuk penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu
rangkaian gerakan-gerakan yang efektif dan efisien.Untuk
memperoleh hal tersebut maka perlu diperhatikan terlebih dahulu
8
kondisi pekerjaan yang ada yaitu kondisi pekerjaan yang
memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan kerja yang ekonomis.Studi
mengenai ini dikenal sebagai studi ekonomi gerakan yaitu studi yang
menitikberatkan pada penerapan prinsip-prinsip ekonomi gerakan
(Currie, 1982).
Studi gerakan umumnya diklasifikasikan ke dalam dua macam
studi, yaitu Visual Motion Study dan Micromotion Study umumnya
lebih sering diaplikasikan karena dianggap jauh lebih ekonomis. Di
sini hanya hanya sekedar dilakukan pengamatan secara visual
terhadap operasi kerja yang berlangsung kemudian dibuat suatu peta
yang dikenal dengan Operator Process Chart dengan
mengaplikasikan simbol-simbol Therbligs. Langkah selanjutnya
adalah melakukan analisa terhadap gerakan – gerakan kerja yang ada
dengan mendasarkan pada prinsip – prinsip ekonomi gerakan
(Niebel,1993).
Ada tiga metode yang umum digunakan untuk mengukur
elemen-elemen kerja dengan menggunakan jam henti (stopwatch)
yaitu pengukuran waktu secara terus-menerus, pengukuran waktu
secara berulang-ulang, pengukuran waktu secara penjumlahan
(Barnes,1980).
Di dalam praktek pengukuran kerja maka metode penetapan
rating performance kerja operator adalah didasarkan pada suatu faktor
tunggal yaitu operator speed, space atau tempo.Sistem ini dikenal
sebagai Performance Rating.Rating factor umumnya dinyatakan
dalam prosentase atau angka desimal, dimana performance kerja yang
normal akan sama dengan 100% atau 1,00. Penetapan besar kecilnya
9
angka akan dilakukan oleh time study analysis sendiri, sehingga untuk
itu dibutuhkan pengalaman yang cukup di dalam mengevaluasi
ataupun menilai performance kerja yang ditunjukkan operator
(Mundel,1994).
Metode pengukuran kerja yang paling banyak digunakan adalah
studi waktu.Studi waktu dapat dilaksanakan untuk menentukan waktu
yang dipergunakan seseorang yang bekerja secara baik dan terlatih
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan pada kondisi normal (Barnes,
1980).
Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan
kerja secara sistematis dan jelas. Informasi-informasi yang didapatkan
melalui peta kerja antara lain (Anonim, 2012):
a. Benda kerja berupa gambar kerja, jumlah dan spesifikasi
material, dimensi/ukuran pekerjaan, dan lain-lain.
b. Macam proses yang dilakukan, jenis dan spesifikasi mesin,
peralatan produksi, tooling, dan lain-lain.
c. Waktu operasi (waktu standar untuk setiap proses atau
elemen kegiatan disamping total waktu penyelesaiannya).
d. Kapasitas mesin atau kapasitas kerja lainnya yang
dipergunakan.
Temperatur efektif yang banyak dikenal dalam psikologi
industri, dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan temperatur dengan
kandungan air 50%, dimana keadaan ini tidak mengakibatkan ganguan
terhadap prestasi kerja (Sritomo, 1995).
10
Pengukuran pendahuluan perlu dilakukan untuk mengetahui
berapa kali pengukuran harus dilakukan. Setelah pengukuran tahap
pertama dilakukan maka harus dilakukan uji keseragaman data,
menghitung jumlah pengukuran yang diperlukan dan bila jumlah
belum mencukupi maka dilakukan pengukuran tahap kedua kemudian
lakukan hal yang sama dengan langkah-langkah diatas. Begitu
seterusnya sampai jumlah keseluruhan mencukupi untuk tingkat
ketelitian dan kepercayaan yang dikehendaki. Rumus yang digunakan
adalah (Barnes,1980):
Uji Kecukupan Data
a. Tingkat kepercayaan 95%, tingkat ketelitian 5%
N‟ =
222 )(40
x
xxN
b. Tingkat kepercayaan 90%, tingkat ketelitian 10%
N‟ =
222 )(20
x
xxN
Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-
mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik
akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan/tempo kerja
yang normal.Waktu longgar diberikan kepada pekerja untuk istirahat
dan jumlah waktu longgar yang dibutuhkan tiap personel pun berbeda-
beda. Ada 3 penetapan waktu longgar dan waktu baku, yaitu sebagai
berikut (Subroto, 1994).
a. Kelonggaran waktu untuk kebutuhan personal
b. Kelonggaran waktu untuk melepaskan lelah
11
c. Kelonggaran waktu karena keterlambatan-keterlambatan.
Salah satu tolak ukur pekerjaan dikatakan efektif adalah
pekerjaan tersebut memerlukan waktu yang singkat dalam
penyelesaiannya. Dalam skala industri pengukuran waktu
penyelesaian suatu pekerjaan dilakukan dengan menentukan waktu
baku. Waktu baku merupakan waktu yang diperlukan seorang pekerja
dengan kemampuan standar untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
ditambah dengan adanya kelonggaran dalam melakukan pekerjaannya.
Waktu baku diperoleh dari waktu normal setelah dikalikan dengan
kelongaran-kelonggaran (allowance) yang perlu. Maka dapat
disimpulkan bahwa waktu baku adalah sama dengan waktu normal
kerja ditambah faktor waktu longgar (Sutalaksana, 1982).
12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Terlampir
B. PEMBAHASAN
1. Profil Industri
Rumah makan „Putra Tunggal Sinar Harapan‟ berdiri sekitar 5
tahun yang lalu.Rumah makan yang terletak di Pantai Kuwaru,
Srandakan, Bantul ini menyediakan berbagai jenis olahan ikan
laut.Pemilik rumah makan, Pak Kenthut menjelaskan bahwa pada
awalnya beliau hanya membuka warung kecil-kecilan.Warung
yang dulunya terbuat dari bambu itu hanya menjual makanan
ringan dan minuman-minuman, juga letaknya masih di sebelah
utara dari lokasi warung makan yang sekarang. Karena banyaknya
pengunjung, khususnya yang mengunjungi Pantai Kuwaru, warung
kecil-kecilan tersebut berkembang sedikit demi sedikit menjadi
warung yang menyediakan makanan olahan hasil laut dari nelayan
di sekitar pantai.
Nama „Putra Tunggal Sinar Harapan‟ itu sendiri berasal dari
sejarah keluarga, yaitu kakek dari pemilik warung yang merupakan
anak tunggal. Rata-rata per hari warung ini menyediakan 25-50 kg
ikan segar, termasuk kepiting, udang, cumi, kerang, dan ikan-ikan
kecil. Agar ikan selalu terjaga kesegarannya, ikan-ikan tersebut
diberi es batu yang didapatkan dari pengepul es yang berada di
sekitar lokasi warung.Ikan didapatkan dari nelayan sekitar pantai,
setiap jam 7 pagi ikan datang diantarkan ke warung. Jika ikan-ikan
13
tidak habis terjual di warung, pada hari yang sama ikan-ikan
tersebut dijual secara berkeliling baik dalam keadaan mentah
ataupun yang sudah di masak sebelumnya. Misalnya saja ikan
cakalang, dibeli dengan harga Rp.13.000,- per kilogram, lalu dijual
dengan harga Rp.15.000,- per kilogramnya. Namun jika sudah di
masak, maka harga jualnya menjadi Rp.4000-5000 per ekornya.
Bahan baku lain seperti bumbu-bumbu dan sayuran didapatkan dari
penjual keliling yang menawari, jika tidak dapat membeli di pasar
daerah Srandakan yang tidak jauh dari lokasi warung.
Saat awal berdirinya warung makan ini, pegawai hanya dari
keluarga pemilik, namun setelah agak ramai ditambah 2 orang
pegawai dari tetangga.Seiring dengan banyaknya pengunjung yang
berwisata ke Pantai Kuwaru, pegawai pun ditingkatkan hingga
mencapai 10 orang.Namun para pekerja tersebut bekerja secara
serabutan, tidak tetap.Sesuai dengan jumlah pengunjung warung.
Dari sekian banyak pekerja, hanya 2 orang saja yang memasak,
sisanya menangani yang lain seperti pencucian atau penyiapan
bahan. Warung ini buka mulai dari jam 8 pagi hingga jam 5
sore.Namun jika ada pesanan, bisa sampai malam.Resep semua
masakan di warung ini didapatkan dari istri pemilik warung.Di
warung ini pengunjung diperbolehkan membawa ikan sendiri,
namun dicek terlebih dahulu kondisinya, lalu para juru masak
mengolah ikan sesuai dengan keinginan pengunjung.
Fasilitas yang terdapat di warung ini cukup baik, tersedia ruang
aula untuk pengunjung yang datang dengan rombongannya, kamar
mandi, mushola, serta kolam ikan air tawar yang berisi ikan lele
atau gurame. Rata-rata pengunjung di hari biasa hanya sekitar 3-4
14
orang saja, namun pada saat hari libur pengunjung melonjak
hingga 100-200 orang, kebanyakan datang dengan
rombongan.Pengunjung berasal dari berbagai daerah seperti
Sleman, Kotagede, Solo, Kebumen, Salatiga, dan daerah lainnya.
Juga dari berbagai kalangan seperti tokoh masyarakat, guru,
pegawai kantor, ibu-ibu PKK, dan lain-lain. Kebanyakan dari
mereka mengadakan rapat atau arisan di warung ini. Karena
banyaknya pengunjung, membuat warga lain membangun warung
makan sejenis, khususnya saat 2 tahun terakhir. Sehingga terjadi
saingan antar warung makan.Awalnya warga lokal yang membuka
warung makan, lama kelamaan warga luar daerah Srandakan juga
ikut membuka warung.Namun warung makan milik Pak Kenthut
ini menyediakan minuman spesial, yaitu degan bakar.Sehingga
menjadi daya tarik tersendiri dibandingkan dengan warung yang
lainnya.
Melihat pengunjung yang semakin banyak mendatangi Pantai
Kuwaru, juga pantai lainnya, membuat keinginan Pak Kenthut
untuk membuka warung lagi di pantai lain masih di pantai daerah
Bantul, seperti Pantai Depok atau Pantai Dua Cemara.
2. Cara Kerja Praktikum :
Diamati proses produksi sejak bahan baku dijual sampai
produk disajikan ke konsumen. Kemudian Proses produksi dibagi
menjadi beberapa stasiun kerja (dibuat Peta Proses Operasinya).
Studi waktu dilakukan terhadap setiap stasiun kerja untuk
15
mendapatkan data waktu siklus, serta diitabulasikan datanya
seperti dibawah ini :
No Operasi
Pengamatan ke-
X
Σ
1 2 9 10
1
2
3
4
5
Setelah itu diuji keseragaman data, dihiitung rata-rata, standar
deviasi, standar deviasi dari distribusi rata-rata, batas kontrol atas dan
batas kontrol bawah. Diplotkan dalam peta kontrol.
Kemudian diberi tanda untuk data-data yang berada di atas
Batas Kontrol Atas atau di Batas Kontrol Bawah (out of control).
Setelah itu dihitung jumlah data yang in control(ada di bawah BKA
dan di atas BKB). Ini adalah jumlah data (N) untuk uji kecukupan
data.
Kecukupan data dihitung, dengan :
N= jumlah data yang in kontrol
k= nilai untuk tingkat kepercayaan tertentu (95% = 2)
s= tingkat ketelitian (dalam desimal)
n= N
16
Jika N‟ > N, jumlah data belum mencukupi, ambil data lagi,
ditentukan rating factor, dan allowance factor. Penentuan kedua
faktor ini berdasarkan pengamatan :
Rating factor dengan mengamati dan membandingkan dengan
pekerja lain yang bekerja normal.
Allowance factor dengan mencatat jumlah waktu yang
diperlukan pekerja (di stasiun kerja yang diamati) untuk tidak
bekerja (bukan pada jam istirahat), dibandingkan dengan total
jam kerjanya, Setelah itu dihitung waktu normal dan waktu
baku.
3. Proses pembuatan makanan
A. Pembuatan Nasi
Pada proses pembuatan nasi ini menggunakan bahan utama
beras 1,5 kilogram. Beras tersebut dicuci selama 3 menit 30 detik.
kemudian beras ditanak selama 22 menit yang sebelumnya
ditambah air dulu. Beras mengalami pengukusan selama 15 detik
dan jadilah nasi yang sudah siap untuk disajikan.
B. Udang Goreng Tepung
Pembuatan Udang goreng tepung ini dimulai dari penimbangan
yang dilakukan selama 3 menit 45 detik. Setelah itu dilakukan
penambahan bahan yang berupa air. Udang pun dimasukkan
dalam baskom selama 2 menit 5 detik. Dilakukan penambahan
bawang putih yang sebelumnya telah ditimbang selama 2 menit
dan digiling selama 1 menit 12. Kemudian ditambahkan royco,
garam dan sasa. Proses pembumbuan dilakukan dalam baskom
selama 1 menit 48 detik. Langkah selanjutnya yaitu perendaman
bahan didalam bumbu selama 2 menit 14 detik dan ditambahkan
17
tepung instan dan diaduk selama 3 menit 8 detik. Setelah itu
dilakukan penambahan minyak, kemudian ikan digoreng di wajan
selama 35 menit 16 detik. Kemudian penyaringan dengan
menggunakan saringan selama 12 menit 8 detik. Dan langkah
terakhir yaitu penirisan di tempayak selama 25 detik dan ikan
cakalang pun siap disajikan.
C. Cakalang Goreng
Pembuatan cakalang goreng ini dimulai dengan melakukan
penimbangan terhadap ikan cakalang menggunakan timbangan
selama 1 menit 43 detik. Kemudian ikan dipotong dengan
menggunakan pisau selama 45 detik. Ditambahkan air digunakan
untuk pencucian selama 1 menit 9 detik menggunakan baskom
cuci. Bumbu yang merupakan bahan tambahan dimasukkan untuk
operasi pembumbuan ikan selama 1 menit. Pembumbuan ini
dilakukan menggunakan alat berupa baskom. Selanjutnya
penggorengan ikan dilakukan menggunakan wajan selama 11
menit 43 detik. Setelah itu operasi penirisan dilakukan selama 1
menit dan ikan cakalang goreng pun siap untuk disajikan.
D. Cakalang Bakar
Pada pembuatan cakalang bakar ini dimulai dengan melakukan
penimbangan dengan menggunakan timbangan selama 4 menit 20
detik, kemudian dipotong dengan menggunakan pisau selama 2
menit 55 detik. Bahan tambahan berupa air digunakan untuk
pencucian selama 9 menit 10 detik. Setelah itu bahan tambahan
berupa bumbu ditambahkan dan dilakukan pembumbuan terhadap
ikan menggunakan baskom selama 3 menit 19 detik. Bahan
tambahan arang disiapkan dan dilakukan pemanasan terhadap
arang di tungku selama 5 menit 15 detik. Arang ditambahkan
18
kemudian dibakar, dan ikan cakalang pun di panggang selama 13
menit 57 detik. Ikan cakalang pun siap untuk disajikan.
E. Tuna Lombok Hijau
Untuk pembuatan tuna lombok hijau langkah pertama yaitu
menyiapkan minyak goreng. Kemudian minyak tersebut ditaruh
wajan dan dipanaskan selama 1 menit 30 detik, setelah itu
ditambahkan bahan tambahan yaitu bawang bombay. Kemudian
ditumiskan selama 2 menit. Air ditambahkan dan dimasukkan
kedalam wajan dan diaduk selama 2 menit. Setelah itu
ditambahkan bawang merah, bawang putih dan cabai yang sudah
digiling dengan blender selama 3 menit 5 detik. Penambahan
bahan tersebut dilakukan secara bersamaan dengan sereh, salam,
keccap, garam dan penyedap rasa dimasukkan kedalam minyak
lalu diaduk selama 3 menit. Ikan tuna ditimbang menggunakan
timbangan selama 2 menit. Lalu ikan tuna dibersihkan
menggunakan baskom selama 15 menit. Ditambahkan minyak
yang merupakan bahan tambahan kemudian digoreng ½ matang
selama 15 menit. Ikan tuna ½ matang ditambahkan kedalam
minyak dan diaduk selama 3 menit. Selanjutnya ikan dipotong
selama 28 menit 20 detik. Ikan tuna lombok hijau pun siap untuk
disajikan.
F. Ca Kangkung
Langkah pertama untuk membuat ca kangkung ini yaitu dengan
memanaskan minyak goreng. Ditambahkan bawang merah,
bawang putih, cabai, dan tomat kedalam wajan. Tomat dan cabai
dipotong dan kemudian ditambahkan ke wajan. Setelah itu
ditumiskan selama 1 menit 50 detik. Kemudian dilakukan
penambahan kangkung yang telah dipotong dengan pisau selama
19
10 detik dan dicuci di ember selama 2 menit. Kemudian kangkung
dimasukkan kedalam wajan dan dilakukan penumisan kembali
selama 2 menit juga. Bumbu penyedap instan ditambahkan ke
dalam wajan. Dan dilakukan penumisan terakhir didalam wajan
selama 2 menit 6 detik dan Ca kangkung siap untuk disajikan.
G. Es Teh
Pembuatan Es Teh dimulai dengan Penyiapan alat dan bahan
selama 5 detik. Kemudian teh tersebut dimasukkan kedalam gelas.
Lalu ditambahkan bahan tambahan berupa gula pasir dan air
hangat dan kemudian diaduk. Bahan tambahan berupa es batu
ditambahkan. Lalu dicampur dan es jeruk pun siap untuk
disajikan.
H. Es Kelapa Muda
Untuk membuat es kelapa lagkah pertama yaitu diawali dengan
pemilihan kelapa secara manual. Setelah didapatkan kelapa yang
sesuai dangan kriteria, kemudian kelapa dibelah atau dipangkas
dengan menggunakan pisau. Setelah itu air kelapa ditambahkan
guladan diaduk. Setalah itu ditambahkan es kedalam kelapa dan
diaduk kembali dan es kelapa muda pun siap untuk disajikan.
I. Lalapan
Timun dicuci dengan air bersih selama kurang lebih 30 detik.
Kemudian timun dikupas dengan pisaudengan tidak terlalu tipis
dan tidak terlalu tebal. Setalah itu disiapkan bahan lain seperti
kubis, tomat dan kemangi dan dilakukan dengan perlakuan yang
sama. Akan tetapi untuk kemangi cukup dicuci saja. Setelah
semua proses sudah dilakukan, lalapan pun siap untuk disajikan.
J. Sambal
20
Pembuatan sambal dimulai dengan menyiapkan bahan-bahan
yang akan di operasikan dalam pembuatan sambal seperti lombok,
bawang merah, dan kecap. Lombok dan bawang merah dipotong
kecil-kecil dan ditambahkan kecap, kemudian diaduk sebentar dan
sambal pun siap untuk disajikan.
Dari hasil pengamatan yang didapat oleh sepuluh data perhitungan
dan dari data tersebut kami hanya mengambil satu stasiun yaitu
stasiun penyiapan bahan pada pembuatan nasi untuk dibahas. Berikut
adalah hasil dari perhitungan pada stasiun penyiapan bahan
pembuatan nasi dan diperoleh rata-rata 55 detik kemudian standart
deviasi 19,78. BKA (Batas Kontrol Atas) sebesar 114,34, sedangkan
BKB (Batas Kontrol Bawah) sebesar -4,34. Untuk Nilai N‟ diambil
dari rumus N‟=
222 )(20
Xi
XiXiNdan diperoleh nilai sebesar
46,55. Waktu siklus yang didapat untuk stasiun penyiapan pembuatan
nasi ini adalah 55, sedangkan untuk waktu normal 61,6 dan waktu
bakunya adalah 69,16.
Sedangkan dari tabel data keseluruhan diperoleh bahwa waktu
siklus paling lama yaitu pada stasiun pemasakan yaitu sebesar
8952,77, sedangkan watu normal paling lama juga terdapat pada
stasiun pemasakan dengan nilai sebesar 10024,432. Untuk waktu baku
paling besar juga terdapat pada stasiun pemasakan dengan total nilai
sebesar 11153,987. Hasil tersebut didapatkan setelah dilakukannya
pengamatan terhadap pembuatan nasi, dan pada stasiun pemasakan
inilah memang membutuhkan waktu yang sangat lama.
Sedangkan yang paling cepat dalam hasil pengamatan studi waktu
adalah stasiun penyiapan. Waktu siklusnya adalah 1160,67 detik,
21
sedangkan waktu normal diperoleh hasil sebesar 1261,626 detik,
untuk waktu baku didapatkan nilai sebesar 1416,315 detik. Hasil
tersebut didapatkan dari penjumlahan atau total dari semua stasiun
dari setiap masakan dan minuman.
Aplikasi Industri dari praktikum studi waktu dan studi gerak ini
diantaranya :
1. Dapat menentukan peralatan bagi pekerja yang nyaman dan
aman agar produktivitas produksi dapat terus meningkat.
2. Penentuan jadwal dan perencanaan tenaga kerja agar lebih
terorganisir.
3. Penentuan biaya standar dan estimasi biaya produksi sebelum
produksi.
4. Perhitungan upah/insentif bagi tenaga kerja langsung maupun
tak langsung.
5. Penentuan jumlah mesin akan digunakan dan dapat digunakan
oleh pekerja.
6. Penentuan teknik-teknik serta posisi pekerja yang nyaman
sehingga dapat meningkatkan produktivitas.
22
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dari hasil selama praktikum diperoleh waktu siklus, waktu
normal, dan waktu baku sebagai berikut :
NO OPERASI WAKTU
SIKLUS
WAKTU
NORMAL
WAKTU
BAKU
1 Penyiapan 1160,67 1261,626 1416,315
2 Penyucian 1667,6 1900,07 2133,115
3 Pembuatan 8952,77 10024,432 11153,987
2. Untuk allowance factor dari semua stasiun kerja, kami
asumsikan sama yaitu sebesar :
% allowance= ∑
x 100% = 10,925%
3. Nilai untuk rating factor juga kita asumsikan sama yaitu :
Rating factor = (0,11) + (0,05) + (0,00) + (0,00) = 0,16 + 1 =
1,16
23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Pengukuran Waktu Kerja.
http://dian.staff.gunadarma.ac.id/
Downloads/files/3665/PENGUKURANWAKTUKERJA.pdf
Diakses tanggal 25 Maret 2012 pukul 22.58 WIB.
Barnes, R.M. 1980. Motion and Time Study Design and Measurement
of Work.John Wiley and Sons : Singapore.
Currie,R.M. and Joseph E. Farady. 1982. Work Study. Pitman Books,
Ltd : London.
Konz, Stoephan. 1983. Work Design: Industrial Ergonomis. McGraw
Hill Book Company : New York.
Mundel, Marvin E and David L. Danner. 1994. Design and
Measurment of Works Methods.Englewood Cliffs, N.J.
Printice-Hall International Inc : New York.
Niebel, Benjamin W. 1993. Motion adn Time Study. Homewood, IL :
New York.
24
Sritomo, Wignjosoebroto.1995. Ergonomi studi gerak dan studi
waktu. Jakarta : Guna Widya.
Suma‟mur, P. K. 1989. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta :
CV Haji Masagung.
Sutalaksana, I.Z., Anggawisastra, R., dan Tjakraatmaja, J.H. 1982.
Teknik Tata Cara Kerja. Bandung : Institut Teknologi
Bandung.
25
LAPORAN RESMI TEKNIK TATA CARA KERJA
ACARA 2
ANALISIS KENYAMANAN DAN POSTUR KERJA
Disusun Oleh:
Bintang Elka (09660)
Yanis Rahmasari P (09714)
M.Roisul Akbar I (09724)
Moh.Hidayatullah (09934)
Asisten:Melia Widya
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
26
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hubungan antara manusia–mesin yang dipertimbangkan sebagai
sistem integral, saat ini dengan ergonomi perancangan suatu peralatan
dan fasilitas kerja telah memperlihatkan interaksi manusia secara lebih
baik. Istilah ergonomi sebagai suatu cabang ilmu yang sistematis
untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,
kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja
sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik,
yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan
efektif, aman dan nyaman.
Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki performansi kerja,
mengurangi waktu dan biaya pelatihan, memperbaiki pendayagunaan
sumber daya manusia melalui peningkatan ketrampilan yang
diperlukan, mengurangi waktu yang terbuang sia–sia dan
meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan human error,
memperbaiki kenyamanan manusia dalam kerja. Berdasarkan berbagai
pendefinisian ergonomi oleh beberapa pakar tersebut, dapat
disimpulkan bahwa di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang
sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling
berinteraksi satu sama lain.
27
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikan dapat melakukan analisis postur / sikap tubuh pekerja
saat bekerja sehingga dapat diketahui sikap kerja tersebut harus
diperbaiki atau tidak
28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ergonomi memberikan peranan penting dalam meningkatkan
faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya : desain suatu sistem
kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka
manusia dan desain stasiun kerja untuk alat peraga visual. Hal itu
adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja,
desain suatu perkakas kerja (handtools) untuk mengurangi kelelahan
kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendali agar
didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan
dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan risiko
kesalahan, serta supaya didapatkan optimasi, efisiensi kerja dan
hilangnya risiko kesehatan akibat metoda kerja yang kurang tepat
(Nurmianto, 1996).
Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada
suatu organisasi, misalnya: penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan
jadwal pergantian waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi
pekerjaan dan lain-lain. Penerapan ergonomi pada umumnya
merupakan aktivitas rancang bangun (disain) ataupun rancang ulang
yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi dan juga anatomy,
psysiology, industrial medicine (Wignjosoebroto, 1992).
Tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan produktivitas
tenaga kerja pada suatu perusahaan atau organisasi. Hal ini dapat
tercapai apabila terdapat kesesuaian antara pekerja dengan
pekerjaannya. Banyak yang menyimpulkan bahwa tenaga kerja haru
dimotivasi dan kebutuhannya terpenuhi. Dengan demikian akan
29
menurunkan jumlah tenaga kerja yang tidak masuk kerja. Namun
pendekatan ergonomi mencoba mencoba mencapai kebaikan antara
pekerja dan pimpinan perusahaan (Sutalaksana, 1979).
Konsekuensi situasi kerja yang tidak ergonomis adalah kondisi
tubuh menjadi kurang optimal, tidak efisien, kualitas rendah dan
seorang mengalami kesehatan seperti nyeri (low back pain), gangguan
otot rangka dan lain-lain. Oleh karena itu ergonomi penting karena
pendekatan ergonomi adalah membuat keserasian yang baik antara
manusia dengan mesin dan lingkungan (Anonim, 2012).
Terdapat beberapa tools yang dapat digunakan dalam
memperbaiki sistem kerja, diantaranya adalah:
1) QEC (The Quick Exposure Check) adalah suatu alat untuk
penilaian terhadap resiko kerja yang berhubungan dengan gangguan
otot (work-related musculoskeletal disorders - WMSDs) di tempat
kerja. QEC sistem ini menilai gangguan resiko yang terjadi pada
bagian belakang punggung (back), bahu/lengan (should/arm),
pergelangan tangan (hand/wrist), dan leher (neck);
2) Kuesioner Nordic Body Map merupakan kuesioner yang
digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja,
kuesioner ini paling sering digunakan karena sudah terstandarisasi dan
tersusun rapi. Kuesioner ini menggunakan gambar tubuh manusia
yang sudah dibagi menjadi 9 bagian utama, yaitu leher, bahu,
punggung bagian atas, siku, punggung bagian bawah, pergelangan
tangan/tangan, pinggang/pantat, lutut, tumit/kaki;
3) Ergoweb Job Evaluator Toolbox merupakan suatu software
yang dibuat oleh Ergoweb Inc. dan University of Utah Research
30
Foundation pada tahun 1999. Software ini dapat digunakan sebagai
alat bantu (tool) bagi penelitian ergonomi. Secara garis besar,
Ergoweb Job Evaluator Toolbox (Ergoweb JET) terdiri atas 3 fungsi
utama, yaitu sebagai sumber dasar-dasar teori ergonomi, alat bantu
untuk mengidentifikasikan masalah ergonomi, dan sebagai alat
analisis terhadap suatu masalah ergonomi;
4) RULA (Rapid Upper Limb Assessment) merupakan tool yang
berbentuk survey untuk mengidentifikasi pekerjaan yang
menyebabkan risiko dari cedera yang kumulatif (cumulative trauma
disorder) melalui analisis postur, gaya, dan penggunaan otot. Tool ini
merupakan screening tool yang mendetail untuk menguji
kecenderungan pekerja terhadap risiko cedera pada postur, gaya,
penggunaan otot, dan pergerakan pekerja pada saat melakukan
pekerjaannya. Tool ini tidak memberikan rekomendasi khusus untuk
modifikasi pekerjaan. Tetapi tool ini dirancang untuk menjadi survey
yang cepat dan mudah sehingga memudahkan untuk mengetahui
apakah diperlukan analisis yang lebih detail;
5) ManneQuin Pro 7.0 merupakan salah satu software komputer
yang dapat digunakan untuk menganalisa prinsip ergonomi,
berdasarkan model manusia dan desain program ergonomic. Software
ini juga dapat digunakan untuk mensimulasikan pekerjaan yang
berkaitan pekerja (manusia) dengan peralatan kerjanya dengan
penerapan prinsip-prinsip ergonomi. Selain dapat mensimulasikan
kerja, software ini juga dapat mengkreasikan bentuk manusia tiga
dimensi pada layar komputer yang pengoperasiannya hanya dengan
mengklik mouse komputer. Model “Manusia” tiga dimensi ini dapat
digerakkan dengan bermacam-macam gaya dan dapat dilihat pada
31
beberapa tampilan, jarak atau perspektif. Hasil dari tampilannya dapat
di-print atau dipindahkan ke software grafik lainnya (Li dan Buckle,
1999).
32
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Terlampir
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum acara 2 ini yang berjudul ”Analisis
Kenyamanan dan Postur Kerja” bertujuan agar praktikan dapat
melakukan analisis postur atau sikap tubuh pekerja saat bekerja
sehingga dapat diketahui sikap kerja tersebut harus diperbaiki atau
tidak.
Pada praktikum ini digunakan metode untuk menganalisis
postur tubuh saat bekerja yaitu OWAS (Ovako Working Posture
Analysis System) dan sebuah kuesioner yang bernama Nordic Body
map. Metode yang pertama yaitu OWAS (Ovako Working Posture
Analysis System), adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengetahui komplikasi rangka otot sehingga menyebabkaan rasa sakit
dan nyeri pada tubuh. OWAS adalah suatu metde ergonomi yang
digunakan untuk mengevaluasi postural stress yang terjadi pada
seseorang ketika sedang bekerja. Kegunaan dari metode OWAS
adalah untuk memperbaiki kondisi pekerja dalam bekerja, sehingga
performance kerja dapat ditingkatkan terus. Hasil yang diperoleh dari
metode OWAS, digunakan untuk merancang metode perbaikan kerja
guna meningkatkan produktivitas. Metode OWAS dibuat oleh O.
Karhu yang berasal dari negara finlandia padatahun 1977 untuk
menganalisa postural stress pada bidang pekerjan manual. Dalam
metode OWAS klasifikasi postur tubuh sudah ditentukan. Postur-
33
postur tersebut dianalisis dan digunakan dalam perencanaan
pembaikan. Elemen-elemen penting dari tubuh yang akan dipakai
sebagai dasar dari pengkodean adalah tulang belakang (back), lengan
(arms), dan kaki (legs) serta beban yang dibawa ( load).
Metode yang kedua adalah NBM (Nordic Body map). NBM
merupakan sebuah alat berupa peta tubuh yang digunakan untuk
mengetahui keluhan pada otot dengan ingkat keluhan mulai dari rasa
tidak nyaman (agak sakit) sampai dengan sangat sakit. NBM ini
berupa kuisioner yang diberikan kepada pekerja sebelum dan sesudah
bekerja. Setelah itu hasil analisis dimasukkan ke dalam perhitungan
sehingga diketahui bagian tubuh mana yang terasa sakit. Dari hasil
kuisioner inilah dapat digunakan untuk merubah posisi dari suatu
pekkerjaan dan dapat mengurangi keluhan-keluhan yang disebabkan
oleh salah posisi saat bekerja.
Sebelum menggunakan OWAS dengan benar, diperlukan
pengetahuan untuk mengaplikasikan OWAS tersebut. Cara
mengaplikasikannya yaitu pertama-tama praktikan melakukan
observasi untuk pengambilan data terkait dengan beban kerja selama
melakukan pekerjaan, melakukan pengamatan terkait bentuk
punggung ketika melakukan kerja, bentuk tangan, dan posisi kaki.
Untuk mempermudah dalam menganalisis biasanya digunakan kamera
untuk mengabadikan posisi kerja dari pekerja. Berdasarkan foto yang
telah diambil ketika observasi, praktikan melakukan analisa postur
atau sikap tubuh dengan memberi penilaian terhadap bentuk
punggung, bentuk tangan, bentuk kaki, dan berat beban ketika bekerja.
Dituliskan juga deskripsi postur tubuh pekerja ketika melakukan suatu
pekerjaan. Setelah selesai memberi penilaian terhadap postur pekerja,
34
selanjutnya hasil penilaian di masukkan kedalam tabel kategori
tindakan OWAS. Setelah dimasukkan kedalam tabel kategori tindakan
OWAS, praktikan mendapatkan kategori pekerjaan bagi pekerja. Jika
pekerjaan termasuk ke dalam kategori pekerjaan ringan atau normal,
tidak perlu diberikan rekomendasi sebagai langkah perbaikan untuk
pekerja ketika melakukan pekerjaan. Namun, jika pekerjaan termasuk
kedalam kategori pekerjaan agak berat, pekerjaan berat, dan pekerjaan
sangat berat, maka diharuskan memberikan rekomendasi untuk
pekerja agar pekerja dapat memperbaiki sikap kerja ketika melakukan
kerja dan rekomendasi juga diharapkan dapat meminimalisir cedera
saat pekerja melakukan kerja.
Sedangkan untuk mengaplikasikan NBM, langkah-langkah yang
harus dilakukan adalah pertama-tama praktikan memberikan
kuesioner nordic body map questionare kepada pekerja untuk
mengukur ketidaknyamanan dan “kesakitan” akibat kerja. Pengisian
kuesioner ini dilaksanakan sebelum dan sesudah pekerja selesai
melakukan pekerjaannya. Kuesioner tersebut dilengkapi dengan skala
Litert untuk menunjukkan grade (tingkat) resiko. Berikut adalah
tingkatan resiko (rasa sakit) akibat kerja dalam skala Litert :
A = 1 poin : Tidak sakit
B = 2 poin : Agak sakit
C = 3 poin : Sakit
D = 4 poin : Sangat sakit
% rasa sakit yang dirasakan pekerja dihitung dengan rumus :
35
Adapun hasil penilaian pada kedua metode, diantarana adalah
pada metode pertama yaitu metrode OWAS (Ovako Working Posture
Analysis System), pada stasiun kerja penyiapan bahan kategori sikap
kerja untuk pengambilan ikan adalah pekerjaan agak berat sehingga
direkomendasikan agak dinaikkan lebih dari tinggi siku pekerja, hasil
ini didapat berdasarkan kajian dan skor yaitu back 2, arms 1, legs 2dan
load 1. Kemudian hasil tersebut dicocokan pada tabel kategori
tindakan OWAS. Sedangkan untuk elemen kerja penimbangan ikan
dari kajian dan skor yaitu back 1, arms 1 legs 1 dan load 1. Kemudian
hasil tersebut dicocokan pada tabel kategori tindakan OWAS dan
didapatkan kategori sikap kerja yaitu termasuk pekerjaan normal atau
ringan sehingga dapat dilanjutkan dan tidak ada masalah ataupun
keluhan dari pekerja. Setelah itu elemen kerja pencucian bahan
mendapatkan skor untuk kajian back 2, arms 1, legs 2 dan load 1.
Kemudian hasil tersebut dicocokan pada tabel kategori tindakan
OWAS sehingga didapatkan kategori sikap kerjanya termasuk
pekerjaan agak berat maka dari itu direkomendasikan diberikan
tempat duduk untuk pekerja agar posisi tubuh lebih rendah dan tidak
membungkuk atau dapat juga meja pencucian ditinggikan. Selanjutnya
pada elemen kerja pemotongan bahan, didapatkan skor untuk kajian
back 1, arms 1, legs 2, dan load 1, hasil tersebut dicocokan pada tabel
kategori tindakan OWAS sehingga pekerjaan tersebut masuk dalam
sikap kerja pekerjaan normal atau ringan. Rekomendasinya diberi
tempat duduk agar beban kaki berkurang atau meja pemotongan bahan
ditinggikan sehingga pekerja dapat melakukan pekerjannya lebih
nyaman. Pada stasiun kerja pembersihan elemen kerja penghilangan
36
sisik, didapatkan skor dari kajian back 2, arms 1, legs 2, load 1.
Kemudian hasil tersebut dicocokan pada tabel kategori tindakan
OWAS sehingga didapatkan kategori sikap kerjanya termasuk
kedalam pekerjaan agak berat. Rekomendasinya adalah dengan
meninggikan meja tempat menghilangkan sisik. Selanjutnya elemen
kerja pengeluaran kotoran bahan didapatkan skor dari kajian back 2,
arms 1, legs 2, load 1. Kemudian hasil tersebut dicocokan pada tabel
kategori tindakan OWAS sehingga didapatkan kategori sikapnya
dalam pekerjaan agak berat. Sehingga rekomendasinya adalah
diberikannya tempat duduk untuk pekerja dalam melakukan pekerjaan
pengeluaran kotoran ini.
Kemudain beralih pada stasiun kerja pemasakan, pada elemen
kerja pembuatan bumbu berdasarkan kajian dan skornya yaitu back 1,
arms 1, legs 2, dan load 1. Sehingga pekerjaan ini termasuk dalam
kategori pekerjaan ringan dan tidak perlu adanya rekomendasi dalam
perbaikan peralatan ataupun tambahan alat apapun. Setelah itu
memasuki elemen kerja perendaman bumbu, pada elemen kerja ini
didapatkan skor dari kajian back 2, arms 1, legs 2, dan load 1.
Sehingga sikap ini dikaegorikan pekerjaan agak berat. Sehingga perlu
rekomendasi meja tempat perendaman bumbu ditinggikan atau perlu
kursi untuk pekerja saat melakukan pekerjaan ini. Setelah melewati
elemen kerja perendaman bumbu, berlanjut ke elemen pemasukkan
ikan ke dalam minyak. Pada elemen ini didapatkan skor pada kajian
back 1, arms 1, legs 2 dan load 1. Sehingga dimasukkan ke dalam
kategori pekerjaan normal atau ringan. Rekomendasi yang diberikan
pada elemen ini tidak ada masalah pada sistem muskoloskeletal
sehingga tidak perlu adanya perubahan. Selanjutnya adalah elemen
37
kerja penggorengan, pada elemen kerja ini didapatkan skor dari kajian
back 1, arms 1, legs 2 dan load 1. Pekerjaan ini termasuk dalam
kategori pekerjaan normal atau ringan, sehingga direkomendasikan
tidak ada masalah pada sistem muskoloskeletal sehingga tidak perlu
adanya perubahan. Setelah selesai pada elemen kerja penggorengan,
lanjut ke elemen kerja pembakaran, pada elemen ini didapatkan skor
dari kajian back 1, arms 1, legs 2 dan load 1. Dari hasil ini dapat
dikategorikan pekerjaan termasuk pekerjaan normal atau ringan.
Sehingga tidak perlu adanya perubahan dalam perbaikan peralatan
atau sikap kerja.
Setelah selesai pada stasiun kerja pemasakan beralih pada
stasiun kerja yang terakhir yaitu pembuatan minuman, yaitu tepatnya
pada pembelahan kelapa muda. Pada elemen kerja ini didapatkan skor
dari kajian back 2, arms 1, legs 1 dan load 1. Dari hasil ini pekerjaan
dikategorikan dalam pekerjaan agak berat. Sehingga perlu
rekomendasi diberikan tempat duduk yang memiliki sandaran atau
diberikan alat bantu yang lainnya.
Pada hasil penilaian NBM ( Nordic Body Map) didapatkan hasil
yaitu, pada stasiun pertama yaitu penyiapan didapatkan hasil yaitu
sebagai berikut. Pada survei pertama yaitu sebelum pekerja
melakukan pekerjaannya, hasil survei yang didapatkan yaitu tingkat
kesakitan yang dialami oleh pekerja tidak sakit sama sekali pada
seluruh bagian tubuhya. Sedangkan penilaian setelah pekerja selesai
melakukan pekerjaannya didapat keluhan pada pinggang, betis kiri
dan kanan yang terasa agak sakit dan selebihnya tidak ada bagian
yang terasa sakit. Menurut pengamatan dengan metode OWAS
didapatkan pada 2 elemen kerja yang ada yaitu pengambilan ikan dan
38
penimbangan ikan diperoleh bahwa pekerjan termasuk dalam kategori
agak berat hal ini sesuai dengan keluhan yang diberikan oleh pekerja
yang merasakan agak sakit pada beberapa bagian tubuh setelah
melakukan pekerjaan itu. Selanjutnya yaitu pada stasiun pencucian
bahan didapatkan hasil berupa, pada saat sebelum pekerja melakukan
pekerjaan didapatkan hasi tidak ada bagian tubuh yang terasa sakit.
Namun setelah melakukan pekerjaan pada tangan kiri dantangan
kanan terjadi keluhan agak sakit sedangkan pada leher atas, pinggang,
betis kiri dan betis kanan terjadi keluhan sakit. Hal ini jika
dibandingkan dengan metode OWAS stasiun yang terdiri dari elemen
kerja penghilangan sisik dan pengeluran kotoran, keduanya termasuk
dalam kategori pekerjaan agak berat. Hal ini sesuai dengan penilain
terhadap metode keduanya sehingga diperlukan adanya perbaikan
peralatan atau sikap kerja yang lebih baik. Kemudian yang terakhir
yaitu pada stasiun penggorengan, pada stasiun ini didapatkan hasil
berupa, pada sebelum pekerja melakukan pekerjaan terdapat beberapa
keluhan pada bagian pinggang, pergelangan kaki kiri, pergelangan
kaki kanan, kaki kri dan kaki kanan. Setelah pekerja selesai
melakukan pekerjaan terjadi keluhan ada leher bawah, bahu kiri, bahu
kanan, lengan atas kiri, punggung, lengan atas kanan, pantat, terasa
agak sakit. Sedangkan pada pinggang, pergelangan kaki kiri dan
pergelangan kaki kanan terasa sakit, selebihnya pada bagian tubuh
lainnya tidak terjadi keluhan. Apabila dibandingkan dengan hasil
pengamatan menggunakan metode OWAS pekerjaan pada stasiun
pemasakan termasuk dalam kategori pekerjaan normal atau ringan,
seharusnya tidak banyak keluhan namun ada faktor lain yang
menyebabkan pekerja mengalami banyak keluhan sakit pada bagian
tubuhnya, misalnya karena pekerja melakukan pekerjaan di beberapa
39
stasiun sekaligus atau posisi tubuh yang salah sehingga menyebabkan
banyakna keluhan sakit pada tubuhnya.
Sedangkan pada hasil perbandingan studi waktu dan hasil
penilaian OWAS yaitu pertama tama pada stasiun kerja penyiapan
bahan, elemen kerja pengambilan ikan dengan waktu siklus yang
diambil dari masakan cakalang goreng yaitu selama kurang lebih 31
detik termasuk kedalam kategori pekerjaan agak berat, jika pekerjaan
dilakukan berulang-ulang, maka bisa menyebabkan adanya cedera.
Untuk elemen kerja penimbangan ikan dari hasil scoring OWAS
termasuk kedalam pekerjaan normal atau ringan dengan waktu siklus
kurang lebih 30 detik, jika pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang
kecil kemungkinannya terjadi cedera atau muskoloskeletal disorder.
Pada elemen kerja pencucian bahan menurut scoring OWAS termasuk
dalam kategori pekerjaan agak berat dengan waktu siklus 31 detik.
Jika pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang maka bisa menyebabkan
adanya cedera. Selanjutnya pada elemen kerja pemotongan bahan
dengan waktu siklus 31 detik menurut pengamatan dari scoring
OWAS, termasuk dalam kategori pekerjaan normal/ringan, jika
pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang kecil kemungkinannya terjadi
cedera atau muskoloskeletal disorder. Untuk stasiun kerja pencucian
bahan, pada elemen kerja penghilangan sisik, dengan membandingkan
scoring OWAS dan termasuk dalam kategori pekerjaan agak berat dan
waktu siklus kurang lebih 54 detik, Jika pekerjaan ini dilakukan
berulang-ulang maka bisa menyebabkan adanya cedera. Selanjutnya
adalah elemen kerja penyiapan bahan yaitu pengeluaran kotoran,
dengan waktu siklus kurang lebih 54 detik. Menurut pengamatan dari
tabel scoring OWAS termasuk dalam kategori pekerjaan agak berat,
40
jika pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang maka bisa menyebabkan
adanya cedera.
Setelah melewati stasiun pencucian bahan, yaitu stasiun kerja
pemasakan pada elemen kerja pembuatan bumbu. Dengan
membandingkan scoring OWAS dan termasuk dalam kategori
pekerjaan normal atau ringan dan waktu siklus kurang lebih 40 detik,
jika pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang kecil kemungkinannya
terjadi cedera atau muskoloskeletal disorder. Sselanjutnya yaitu pada
elemen kerja perendaman bumbu dan waktu siklus kurang lebih 60
detik, dan termasuk dalam kategori pekerjaan agak berat. Jika
pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang maka bisa menyebabkan
adanya cedera. Setelah itu pada elemen kerja pemasukan ikan dalam
minyak dengan waktu kurang lebih 10 detik, berdasarkan scoring
OWAS termasuk dalam kategori pekerjaan normal atau ringan,
sehingga jika pekerjan ini dilakukan berulang-ulang dalam satu hari
pada jam kerja yang lama maka kecil kemungkinan untuk terjadi
cedera. Selanjutnya yaitu elemen kerja penggorengan, berdasarkan
scoring OWAS termasuk dalam kategori pekerjaan normal atau
ringan, dengan waktu siklus kurang lebih selama 256 detik. Jika
dilakukan berulang-ulang dapat menyebabkan cedera karena waktu
siklus yang cukup lama dan menyita waktu sehingga postur tubuh
pekerja dapat menyebabkan keluhan sakit.selanjutnya adalah elemen
kerja pemabakaran, berdasarkan scoring OWAS ermasuk dalam
kategori pekerjaan normal atau ringan, dengan waktu siklus 601,75
detik. Namun jika pekerjaan dilakukan berulang-ulang maka dapat
menyebabkan adanya cedera atau muskoloskeletal disorder.
Selanjutnya adalah stasiun kerja pembuatan minuman es kelapa muda,
41
berdasarkan scoring OWAS ermasuk dalam kategori pekerjaan agak
berat dengan waktu siklus kurang lebih 140 detik. Maka dapat
menyebabkan cedera atau muskoloskeletal disorder jika pekerjaan ini
dilakukan beberapa kali atau berulang-ulang sehingga perlu adanya
bantuan alat agar postur tubuh pekerja dapat diperbaiki.
Berikut ini merupakan beberapa metode ergonomi, diantaranya
adalah:
1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja,
inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan,
ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya.
Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai
kompleks.
2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data
dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah
posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli
furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif
misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit,
nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara
obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi
sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
4. RULA.
42
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada praktikum Acara 2 ini dapat disimpulkan bahwa praktikan
sudah dapat menganalisis sikap atau postur tubuh yang tidak baik. Hal
tersebut dapat dilihat dari tabel OWAS dan tabel NBM yang telah
dibuat oleh praktikan. Untuk pekerjaan yang termasuk dalam
pekerjaan agak berat, yang disebabkan karena peralatan yang kurang
mendukung selain itu pekerjaan yang agak berat ini juga dapat
menyebabkan cedera serius pada para pekerja, perlu adanya perbaikan
terhadap peralatan tersebut. Perbaikan tersebut bisa berupa penggatian
peralatan atau penambahan beberapa bagian pada peralatan tersebut
yang dapat membuat peralatan sesuai dengan pekerja yang
memakainya. Hasil OWAS dan NBM mempunyai hubungan, Semakin
berat pekerjaan yang diidentifikasi pada OWAS maka akan semakin
banyak bagian tubuh pekerja yang merasakan sakit. Hal tersebut akan
mempengaruhi perhitungan pada NBM. OWAS juga mempunyai
hubungan dengan studi waktu. Semakin berat suatu pekerjaan yang
dilakukan, maka wakrtu untuk menghasilkan produk tersebut juga
akan semakin lama selain itu juga dapat mnebabkan keluhan pada
beberapa bagian tubuh pekerja.
43
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Pengukuran Waktu Kerja.
http://dian.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3665/PENGUK
URAN WAKTU KERJA.pdf. Diakses tanggal 25 Maret 2012
pukul 22.58 WIB.
Li, Guangyan and Peter Buckle. 1999. A Practical Method For The
Assessment of Work-Related Musculoskeletal Risk - Quick
Exposure Check (QEC). Proceeding of Human Factors And
Ergonomics Society 42nd Annual Meeting. 1351-1355. Pitman
Books, Ltd : London.
Nurmianto. 1996. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
PT. Guna Widya.
Sutalaksana, Iftikar. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung : TI-
ITB.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1992. Teknik Tata Cara dan Pengukuran
Kerja. Jakarta : PT.Guna Widya.
.
44
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TATA CARA KERJA
ACARA 3
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO
Disusun Oleh :
Bintang Elka (09660)
Yanis Rahmasari P (09714)
M. Roisul Akbar (09724)
Moh. Hidayatullah (09934)
Asisten:MeliaWidya
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
45
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahaya dan risiko ada dimana-mana di sekeliling kita.
Jenis bahaya dan tingkat risiko tergantung dari kondisi
lingkungan yang dihadapi termasuk di lingkungan kerja. Jenis
bahaya dan tingkat risiko dari setiap tahapan proses dalam suatu
proses industry adalah spesifik. Tidak semua pekerja mampu
mengenali bahaya dan risiko dari pekerjaan yang mereka
lakukan. Mengetahui jenis bahaya dan tingkat risiko di
lingkungan kerja adalah kunci pokok untuk dapat
mengendalikan bahaya dan risiko tersebut agar tidak menjadi
malapetaka atau kecelakaan yang tidak diinginkan. Berbagai
teknik telah dikembangkan untuk mengidentifikasi bahaya dan
kajian risiko sehingga dapat dikembangkan sistem atau program
pengendalian bahaya dan risiko ditempat kerja.
Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang dapat
mengakibatkan cidera (injury) atau kerusakan (damage) baik
manusia, properti dan lingkungan (Baktiyar, 2009). Setiap
kegiatan yang dilakukan tidak ada satupun yang bebas dari
resiko yang ditimbulkan dari bahaya, demikian pula kegiatan
yang dilakukan di industri yang dalam proses produksinya
menggunakan proses kimia. Proses kimia pada industri
memberikan potensi bahaya yang besar, potensi bahaya yang
ditimbulkan disebabkan antara lain: penggunaan bahan baku,
tingkat reaktivitas dan toksitas tinggi, reaksi kimia, temperatur
46
tinggi, tekanan tinggi, dan jumlah dari bahan yang digunakan.
Potensi bahaya yang ditimbulkan diperlukan upaya untuk
meminimalkan terhadap risiko yang diterima apabila terjadi
kecelakaan (Baktiyar, 2009). Mengingat potensi bahaya yang
besar pada industri yang menggunakan proses kimia, maka
diperlukan upaya pengendalian, sehingga resiko yang
ditimbulkan pada batas-batas yang dapat diterima melalui Risk
Assessment. Salah satu bentuk resiko tersebut seperti
kecelakaan, peledakan, dan kebakaran pada industri. Hal ini
bisa disebabkan, karena kurang pengetahuan tentang penilaian
resiko atau risk assessment, sehingga dalam penerapan
keselamatan kerja kurang tepat dan efisien (Wanahidayati,
2006). Dalam implementasinya, banyak metode yang digunakan
dalam kegiatan Risk Assessment, salah satunya adalah
Integrated Inherent Safety Index (I2SI). Metode ini banyak
digunakan pada proses kimia, sehingga metode ini banyak
diaplikasikan di industri kimia sebagai tools, untuk mencegah
kerugian, tingkat ukuran keselamatan proses, dan penambahan
peralatan safety yang diperlukan (Baktiyar, 2009).
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikan dapat melakukan identifikasi bahaya pada
system produksi dan menganalisis resiko yang dapat terjadi
pada pekerja.
47
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menimbulkan
kerusakan, kerugian dan kecelakaan. Sedangkan resiko adalah
besarnya kemungkinan suatu bahaya dapat menimbulkan kecelakaan
serta besarnya keparahan yang diakibatkannya.Ada tiga tipe bahaya
yaitu terlihat, tersembunyi dan berkembang. Bahaya terlihat adalah
bahaya yang nyata dapat dilihat dan diidentifikasi dengan
dilakukannya inspeksi. Contoh bahaya terlihat antara lain tidak adanya
kebersihan, tidak menggunakan petunjuk pemakaian mesin, dan
tangga patah atau rusak. Bahaya tersembunyi tidak dapat dilihat tanpa
perhatian yang teliti. Contohnyainspeksi rantai memerlukan
pengetahuan khusus untuk mengetahui bahaya. Dalam beberapa
definisi pemakaian checklist yang baik akan menghasilkan inspeksi
yang tidak cukup nyata. Contoh bahaya tersembunyi adalah racun, gas
gas zat karbon, uap air didalam tempat terbatas, dan emisi dari sumber
radioaktif. Sedangkan bahaya berkembang adalah tipe bahaya yang
mana jika tidak diperbaiki dapat menjadi lebih buruk.(Anonim, 2012).
Beberapa contoh bahaya berkembang yaitu (Suma‟mur, 1998):
1. Bangunan dan struktur kerusakan berhubungan dengan getaran atau
kelembaban.
2. Kondisi komponen komponen baja dan korosi.
3. Terungkapnya bising secara tiba tiba yang mana diatas batas
petunjuk.
4. Pemakaian yang tidak umum dan cabikan pada bagian kritis mesin
mesin, plant dan peralatan, serta
48
5. Detonator dari radiasi ultra-violet atau reaksi bahan kimia
6. Anda mungkin berpikir bahwa inspeksi yang anda lakukan telah
efektif karena adan telah membuat daftar bahaya bahaya terlihat
yang bisa anda perbaiki, tapi anda mungkin juga telah melewatkan
bagian bahaya yang tersembunyi atau bagian bahay`a berkembang.
7. Kita dapat menunjukkan bagaimana hal ini dapat terjadi dengan
menggunakan portable listrik bor kategori bahaya.
Untuk membantu mengenali bahaya, ada enam kategori umum
bahaya yaitu (Syukri, 1997) :
1. Secara pisik (bising, getaran, temperature)
2. Zat kimia (bocornya cyanide, zat asam, soda bahan yang berbau
tajam, timah)
3. Ergonomic (pemindahan area kerja, rancangan alat, pemindahan
alata alat).
4. Radiasi (bocornya ultraviolet dari matahari atau penggilasan, infra-
merah dari proses pengeringan atau
5. Secara biologis (virus virus, bakteri, parasit), dan
6. Secara pisikologi (beban kerja, pengaturan pergantian, kondisi dan
bahaya yang ada ditempat kerja).
Saat kita telah mengenali bahaya, kita perlu menilai kemungkinan
penyebab cedera, kerusakan, dan kerugian tersebut.Mengenali bahaya
hanyalah bagian dari tugas.Resiko terkait dengan membukanya sebuah
bahaya didefinisi sebagai kemungkinan dari semua penyebab cedera
atau kerugian yang terjadi akibat bahaya.Kita perlu menganalisa
kemungkinan konsekuensi bahaya dan kemungkinan bahaya
yangmenyebabkan cedera, kerusakan dan kerugian. Dengan melakukan
ini, kita bisa mengetahui sesuatu yang perlu segera diperbaiki dan
direncakan pada langkah selanjutnya (Robert, 2001).
49
Sebuah resiko yang meningkat dapat diberikan untuk tiap dasar
kemungkinan, terbukanya frekuensi (sesering apapun) dan
kemungkinan konsekuensinya. Ada tiga kategori umum resiko, resiko
bahaya tinggi, resiko bahaya sedang, dan resiko bahaya rendah.
Beberapa contoh resiko tinggi dapat mengakibatkan (Pungky, 2002) :
1. Kematian
2. Kelumpuhan yang berkepanjangan.
3. Hilangnya salah satu anggota tubuh
4. Kerugian pencaharian struktur yang luas, peralatan atau bahan
bahannya.
Beberapa contoh resiko sedang dapat mengakibatkan cedera serius
atau luka luka pada anggota tubuh yang dapat menyebabkan
kelumpuhan yang berkepanjangan.Kerusakan peralatan yang cukup
parah tapi kurang parah daripada bahaya resiko tinggi.Beberapa
contoh resiko rendah dapat mengakibatkan kelumpuhan cedera atau
luka luka kecildan ketidak putusannya kerusakan peralatan (Handoko,
2008).
Setelah mengenali bahaya, mengatasi atau menempatkan bahaya
tersebut dengan mengurangi resiko atau tekanan. Cara penyelesaian
harus di pilih dan digunakan untuk tiap tiap bahaya. Hal yang paling
penting adalah memilih cara latihan yang efektif. Ada lima metode
utama mengatasi bahaya yaitu (Bannet, 1995) :
1. Eliminasi
2. Penggantian
3. Engineering (Rekayasa)
4. Kontrol Administrasi
5. Alat Pelindung Diri
50
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Terlampir
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum Acara ke 3 ini berjudul tentang “Identifikasi
Bahaya dan Penilaian Resiko”. Praktikum ini bertujuan agar Praktikan
dapat melakukan identifikasi bahaya pada system produksi dan
menganalisis resiko yang dapat terja di pada pekerja.
Adapun langkah kerja pada praktikum kali ini adalah diawali
dengan mengamati proses produksi yang ada pada warung makan,lalu
membuat table what-if untuk masing-masing stasiun kerja yang ada
diwarung putra tunggal. Kemudian daftar pertanyaan disusun didalam
tabel beserta jawabannya diisi pada tabel pula. Setelah itu peluang
kejadian ditanyakan untuk setiap pertanyaan yang ada,lalu lengkapi
konsekuensi (resiko) jika hal tersebut benar-benar terjadi. Langkah
akhirnya yakni memberikan rekomendasi yang masuk akal,yang bisa
diterapkan pada warung makan tersebut.
Warung makan Putra Tunggal Sinar Harapan tempat kami
melakukan analisis memiliki tempat untuk masing-masing stasiun
kerja yang sudah terpisah. Hal ini cukup baik karena bahan yang akan
diproses ditangani pada tempat yang sudah khusus untk masing-
masing bahan tertentu. Selain itu stasiun kerja memiliki peralatan
untuk setiap pekerjaan meskipun terbilang masih banyak yang perlu
diperbaiki. Akan tetapi terdapat beberapa tempat kerja yang
51
perpindahan bahannya masih cukup jauh sehingga pekerja
memerlukan tenaga lebih untuk melakukan suatu pekerjaan dalam satu
stasiun kerja.
Pada stasiun penyiapan bahan, analisis bahaya yang pertama
yaitu pekerja terpeleset saat mengambil ikan. Kejadian ini dapat
menyebabkan pekerja terjatuh dan terluka, kemungkinan yang dapat
terjadi yaitu possible dalam artian dapat terjadi sekali-sekali.
Sedangkan consequency yang dimungkinkan yaitu minor, dapat
menyebabkan cedera ringan, kerugian finansial yang ditimbulkan
sedang. Adapun rekomendasinya adalah lantai dibuat agak kasar agar
pekerja tidak terpeleset. Selanjutnya yaitu pekerja terkena sisik ikan.
Kejadian ini dapat menyebabkan kulit pekerja bisa terkelupas.
Kemungkinan terjadinya yaitu almost certain dalam artian dapat
terjadi setiap saat. Sedangkan consequency-nya yaitu insignifant, tidak
terjadi cedera dan kerugian finansial kecil. Rekomendasinya yang
dimungkinkan untuk diterapkan yaitu pekerja harus memakai sarung
tangan dari plastik. Selanjutnya beban terjatuh ke lantai. Hal ini dapat
menyebabkan beban mengenai kaki pekerja dan kaki dapat terluka.
Kemungkinan terjadinya yaitu unlikely dalam artian kemungkinan
terjadi jarang. Sedangkan consequency-nya minor, cedera ringan dan
kerugian finansial yang diakibatkan sedang. Adapun rekomendasinya
yang diterapkan pekerja diberikan meja yang luas. Selanjutnya yaitu
pekerja terjepit alat timbang. Hal ini dapat menyebabkan tangan
terluka dan bengkak. Kemungkinan yang terjadi unlikely dan
consequency-nya minor, cedera ringan dan kerugian finansial yang
diakibatkan sedang. Adapun rekomendasinya yang perlu diterapkan
yaitu dengan mengganti alat timbangan yang lebih bagus.
52
Pada stasiun pencucian, hal-hal yang dapat terjadi diantaranya
yaitu tangan pekerja terkena pisau. Ini dapat menyebabkan tangan
terluka dan darah mengalir dari tangan. Kemungkinan terjadi yaitu
almost certain, atau dapat terjadi setiap saat. Sedangkan consequency
yang yang dapat terjadi yaitu minor, cedera ringan , kerugian finansial
sedang. Rekomendasinya yang dapat diterapkan yaitu pekerja
menggunakan sarung tangan dari karet. Hal yang dapat terjadi
selanjutnya yaitu kran atau selang air bocor. Ini dapat menyebabkan
air keluar kemana-mana dan menyebar. Kemungkinan yang terjadi
almost certain, dapat terjadi setiap saat. Sedangkan consequency yang
dapat terjadi yaitu insignifant, tidak terjadi cedera, kerugian finansial
kecil. Sedangkan rekomendasinya yaitu dilakukan pemeriksaan rutin
terhadap selang sebelum bekerja. Hal selanjutnya yang dapat terjadi
yaitu pekerja terkena sisik- sisik ikan (duri ikan). Ini dapat
menyebabkan tangan atau bagian tubuh yang lain mengalami infeksi
ringan dan luka kecil. sedangkan kemungkinan yang terjadi yaitu
almost certain, dapat terjadi setiap saat. Sedangkan consequency-nya
adalah minor, cedera ringan, kerugian finansial sedang.
Rekomendasinya yaitu pekerja menggunakan sarung tangan dari karet.
Selanjutnya yaitu pisau pemotong dapat terjatuh ke lantai. Ini dapat
menyebabkan kaki terluka dan cedera sedang. Kemungkinan yang
terjadi possible, dapat terjadi sekali-sekali. Consequency-nya adalah
moderate, cedera sedang, perlu penenganan medis, kerugian finansial
besar. Adapun rekomendasi yang perlu diterapkan yaitu meja tempat
pemotongan dibuat lebih luas dan ketika pisau selesai digunakan
sebaiknya dimasukkan ke sarung pisau.
53
Selanjutnya pada stasiun pemasakan, hal yang dapat terjadi
diantaranya adalah minyak panas mengenai kulit, ini dapat
menyebabkan kulit dapat melepuh karena cipratan minyak panas
tersebut. Kemungkinan terjadi yaitu almost certain, dapat terjadi setiap
saat. Sedangkan consequency yaitu minor, cedera ringan, kerugian
finansial kecil. Adapun rekomendasi yang perlu diterapkan yaitu saat
menggoreng wajan ditutup atau pekerja memakai sarung tangan atau
baju lengan panjang. Selanjutnya adalah selang, regulator, tabung gas
lpg bocor. Ini dapat menyebabkan gas menyebar kemana-mana.
Kemungkinan yang terjadi almost certain, dapat terjadi setiap saat.
Consequencynya yaitu moderate atau cedera sedang, perlu
penanganan medis, kerugian finansial besar. Sedangkan rekomendasi
yang perlu diterapkan yaitu dipasang alat semacam gas detector.
Selanjutnya yaitu wajan jatuh ke lantai mengenai tubuh pekerja. Ini
dapat menyebabkan wajan jatuh yang berisi minyak panas tumpah.
Kemungkinan yang terjadi yaitu possible, dapat terjadi sekali-sekali.
Sedangkan consequencynya yaitu minor atau cedera ringan, kerugian
finansial sedang. Sedangkan rekomendasinya adalah disekitar kompor
tempat memasak dipasang penyangga atau pelindung alat masak.
Selanjutnya adalah ulekan mengenai tangan pekerja. Ini dapat
menyebabkan saat membuat/mengulek bumbu ulekan menimpa
tangan pekerja. Kemungkinan yang terjadi yaitu likely, kemungkinan
terjadi sering. Sedangkan consequencynya adalah minor atau cedera
ringan, kerugian finansial sedang. Sedangkan rekomendasinya yang
diterapkan yaitu penggunaan blender untuk membuat bumbu halus.
Selanjutnya adalah asap panas mengenai mata, ini dapat menyebabkan
saat membakar ikan asap panas masuk ke mata pekerja. Kemungkinan
yang terjadi yaitu possible, dapat terjadi sekali-sekali. Sedangkan
54
consequencynya adalah minor atau cedera ringan , kerugian finansial
sedang. Sedangkan rekomendasinya adalah penggunaan kipas manual
atau kipas angin dengan kecepatan kecil dan tidak mengarah ke wajah
pekerja. Selanjutnya tubuh pekerja terkena ciparatan api arang. Ini
dapat menyebabkan saat membakar ikan asap panas masuk ke mata
pekerja. Kemungkinan yang terjadi adalah possible atau dapat terjadi
sekali-sekali. Sedangkan consequencynya adalah minor atau cedera
ringan , kerugian finansial sedang. Rekomendasinya yang perlu
diterapkan adalah saat pembakaran kipas jangan mengarah ke tubuh
pekerja. Selanjutnya adalah bara api terpercik ke kabel kipas angin
pembakaran. Ini dapat menyebabkan listrik konslet atau dapat
menyebabkan kebakaran. Kemungkinan yang terjadi adalah possible
atau dapat terjadi sekali-sekali. Sedangkan consequencynya adalah
moderate atau cedera sedang, perlu penanganan medis, kerugian
finansial besar. Sedangkan rekomendasinya adalah pengecekan
berkala terhadap alat-alat elektronik, bara api ditutup saat tidak
digunakan.
Yang terakhir yaitu stasiun kerja pembuatan minuman, hal yang
dapat terjadi diantaranya adalah golok terkena tangan pekerja, ini
dapat menyebabkan tangan dapat cedera. Kemungkinan yang dapat
terjadi yaitu almost certain, dapat terjadi setiap saat. Sedangkan
consequencynya adalah minor atau cedera ringan. Sedangkan
rekomendasi yang perlu diterapkan yaitu pekerja memakai sarung
tangan saat bekerja. Selanjutnya yaitu pekerja terkena serabut-serabut
halus, ini dapat menyebabkan tangan dapat gatal-gatal. Kemungkinan
yang terjadi yaitu likely, kemungkinan terjadi sering. Sedangkan
consequencynya adalah minor atau cedera ringan, kerugian finansial
55
sedang. Adapun rekomendasiyang perlu diterapkan yaitu pekerja
diberikan sarung tangan dari kain. Selanjutnya yaitu pekerja terciprat
air panas,hal ini dapat menyebabkan tangan dapat melepuh.
Kemungkinan yang dapat terjadi yaitu almost certain,dapat terjadi
setiap saat. Sedangkan consequencynya adalah minor atau cedera
ringan. Adapun rekomendasi yang perlu diterapkan yaitu panci atau
termo yang digunakan diberikan penutup saat penuangan. Selanjutnya
yaitu pekerja terkena cipratan jeruk,hal ini dapat menyebabkan mata
dapat terkena iritasi. Kemungkinan yang dapat terjadi yaitu almost
certain,dapat terjadi setiap saat. Sedangkan consequencynya adalah
minor atau cedera ringan. Adapun rekomendasi yang perlu diterapkan
yaitu pekerja memakai alat persan jeruk yang lebih bagus. Selanjutnya
yaitu golok yang digunakan longgar,hal ini dapat menyebabkan golok
terkena tangan pekerja dan terluka. Kemungkinan yang terjadi yaitu
likely, kemungkinan terjadi sering. Sedangkan consequencynya adalah
minor atau cedera ringan, kerugian finansial sedang. Adapun
rekomendasi yang perlu diterapkan yaitu pekerja memegang kelapa
disaat pemotongan agar tidak meleset,serta menggunakan golok yang
lebih bagus.
Pada analisis resiko yang sering terjadi yaitu kemungkinan
terjadinya adalah almost certain (atau dapat terjadi setiap saat).
Apabila keadaan ini terjadi terus menerus dapat menimbulkan
kemungkinan kecelakaan kerja yang menimpa pekerja dan
menibulkan kerugian finansial bagi perusahaan atau tempat makan
tempat dia bekerja.
Selanjutnya rekomendasi yang paling memungkinkan untuk
dilakukan adalah memperbaiki sarana prasarana di tempat bekerja
56
seperti memperbaiki lantai yang licin supaya meminimalisir
kecelakaan yang terjadi dan memperbaiki meja kerja agar sesuai
dengan tinggi pekerja. Kemudian diberikannya sarung tangan untuk
pekerja untuk mempermudah pekerjaan dalam menangani bahan yang
dapat menimbulkan bahaya.
Dari pengamatan yang telah dilakukan, stasiun kerja yang perlu
mendapat perhatian adalah stasiun kerja pemasakan. Hal tersebut
didasarkan pada jumlah pertanyaan what if yang paling banyak
dibandingkan dengan stasiun kerja yang lain. Selain itu juga
dikarenakan oleh stasiun kerja pemasakan merupakan stasiun kerja
yang paling berat kerjanya dibandingkan dengan stasiun yang lain.
Hampir semua pekerjaan yang merupakan inti dari warung makan
Putra Tunggal Sinar Harapan dikerjakan pada stasiun ini, yaitu
mematangkan masakan dengan berbagai macam cara. Karenanya,
banyak bahaya dan risiko yang dapat diterima oleh para pekerja.
Orang-orang yang bekerja pada stasiun ini juga harus memiliki
kemampuan khusus, sehingga tidak semua pekerja bisa dipekerjakan
di stasiun ini yang membuat stasiun ini menjadi lebih berat
dibandingkan dengan stasiun lain.
Selain metode what if, terdapat beberapa metode identifikasi lain
untuk menganalisa potensi bahaya dalam kegiatan industri, yakni Pre-
HA (Preliminary Hazard Analysis), HAZOPS (Hazard and
Operability Study), FMEA (Failure Mode and Effect Analysis), FTA
(Fault Tree Analysis), ETA (Event Tree Analysis), dan JHA (Job
Hazard Analysis). Secara terperinci metode-metode tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut :
1. Pre-HA (Preliminary Hazard Analysis)
57
Merupakan Metode identifikasi bahaya yang diterapkan pada
tahap awal perancangan sistem atau untuk modifikasi yang tidak
terlalu rumit (process safety reviews). Teknik ini didasarkan pada
konsep bahaya yang terjadi jika timbul pelepasan tenaga yang tidak
diharapkan terutama pelepasan bahan berbahaya dan beracun. Dalam
menilai risiko suatu daerah/sarana baru perlu ditentukan sumber
tenaga dan mekanisme pelepasannya. Teknik ini merupakan
penyaring/identifikasi sebelum menentukan teknik analisa bahaya
yang lebih detail.
2. HAZOPS (Hazard and Operability Study)
HAZOPS merupakan teknik analisa yang digunakan untuk
mengidentifikasi permasalahan dari operasional proses yang dapat
mempengaruhi efisiensi produksi dan keselamatan. Teknik analisa ini
didasarkan pemikiran bahwa suatu problem timbul bila terjadi suatu
penyimpangan dari ketentuan rancangan atau operasi, misal tidak ada
aliran bahan, atau timbulnya aliran balik, dan sebagainya.
Penyimpangan ini dapat terjadi pada aliran fluida, tekanan, temperatur
atau komposisi bahan baku. Untuk mengungkapkan dan menelaah
sebab dan akibat penyimpangan unit proses, maka diajukan
pertanyaan berdasarkan suatu kata bantu (guide words) terhadap
masing-masing sistem (node) secara sistematis. Hazops dapat
dilaksanakan pada plant/unit proses saat design, proses berjalan dan
juga pada saat modifikasi alat/unit.
3. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
FMEA merupakan metode identifikasi risiko dengan menganalisis
masalah kualitas yang muncul sejak tahap pengembangan dari
berbagai pertimbangan kesalahan dari peralatan yang digunakan dan
mengevaluasi dampak dari kesalahan tersebut. Sehingga tindakan
58
koreksi bisa langsung diambil dan desain bisa langsung diperbaiki.
Kelemahan metode ini adalah tidak mempertimbangkan kesalahan
manusia. Dalam hal ini FMEA mengidentifikasi kemungkinan
abnormal atau penyimpangan yang dapat terjadi pada komponen atau
peralatan yang terlibat dalam proses produksi serta konsekuensi yang
ditimbulkan. FMEA bersifat prediktif dengan mengambil kegagalan
komponen tunggal sebagai titik awal penyelidikan atau identifikasi
akibat kegagalan tersebut. Terdapat 3 (tiga) variabel utama dalam
FMEA, yaitu :
a. Severity, yakni rating yang mengacu pada besarnya dampak
serius dari suatu potential failure mode.
b. Occurrence, yakni rating yang mengacu pada beberapa
banyak frekuensi potential failure terjadi.
c. Detection, yakni mengacu pada kemungkinan metode
deteksi yang sekarang dapat mendeteksi potential failure
mode sebelum produk tersebut dirilis untuk produksi, untuk
desain, hingga untuk proses sebelumnya.
4. FTA (Fault Tree Analysis)
Fault Tree Analysis (FTA) merupakan teknik analisa yang dapat
digunakan untuk memprediksi atau sebagai alat investigasi setelah
terjadinya kecelakaan dengan melakukan analisis proses kejadian.
Analisa pohon kegagalan ini merupakan teknik analisa yang sifatnya
deduktif, yang dimulai dengan perumusan kejadian yang tidak
diinginkan. Selanjutnya disusun suatu pohon-logika kearah bawah
untuk menyatakan semua rangkaian penyebab dari kejadian tersebut.
Jika probability kejadian penyebab dapat diketahui maka probability
kejadian puncak dapat dihitung, sehingga dapat diketahui berapa besar
kemungkinan terjadinya kejadian puncak (top event). FTA nantinya
59
akan menghasilkan quantitative assesment dari probabilitas kejadian
yang tidak diinginkan tersebut. FTA merupakan metode yang paling
efektif dalam menentukan inti permasalahan karena dapat menentukan
kerugian yang ditimbulkan tidak berasal dari satu kegagalan.
5. ETA (Event Tree Analysis)
ETA (Event Tree Analysis) adalah metode yang menunjukan
dampak yang mungkin terjadi diawali dengan mengidentifikasi
pemicu kejadian dan proses dalam setiap tahapan yang menimbulkan
terjadinya kecelakaan. Sehingga dalam ETA perlu diketahui pemicu
dari kejadian dan fungsi sistem keselamatan atau prosedur
kegawatdaruratan yang tersedia untuk menentukan langkah perbaikan
dampak yang ditimbulkan oleh pemicu kejadian.
6. JHA (Job Hazard Analysis)
Job Hazard Analysis (JHA) adalah teknik yang berfokus pada
tahapan pekerjaan sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya
sebelum suatu kejadian yang tidak diinginkan muncul. Metode ini
lebih fokus pada interaksi antara pekerja, tugas atau pekerjaan, alat,
dan lingkungan. Setelah diketahui bahaya yang tidak bisa
dikendalikan, maka dilakukan usaha untuk menghilangkan atau
mengurangi risiko bahaya ke tingkat level yang bisa diterima.
Terdapat beberapa prioritas pekerjaan yang dapat dilakukan analisa
dengan menggunakan JIH adalah :
a. Pekerjaan dengan tingkat kecelakaan sakit yang tinggi.
b. Pekerjaan yang berpotensi menyebabkan luka, cacat, atau sakit
meskipun tidak terdapat insiden yang terjadi sebelumnya.
c. Pekerja yang bila terjadi sedikit kesalahan kecil dapat memicu
terjadinya kecelakaan parah atau luka.
60
d. Pekerjaan yang baru atau mengalami perubahan dalam proses
dan prosedur.
e. Pekerjaan cukup kompleks untuk dituliskan instruksi
pelaksanaannya.
61
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, kesimpulan yang
dapat diambil, yaitu pada setiap stasiun kerja terdapat bahaya dan
risiko yang dapat terjadi. Bahaya terjadi beragam jenisnya mulai dari
jarang, sering hingga dapat terjadi setiap saat. Sedangkan risiko yang
terjadi dapat bersifat ringan, sedang hingga berat. Untuk stasiun kerja
yang paling banyak bahaya dan risikonya adalah stasiun kerja
pemasakan. Kualitas bahaya yang terjadi bersifat sering, dapat terjadi
sekali-kali dan jarang. Sedangkan risiko yang akan didapat ringan
(minor), sedang (moderate) dan berat (major). Setiap risiko yang
didapat memerlukan penanganan (rekomendasi) yang berbeda, agar
risiko tersebut menjadi lebih ringan atau hilang sama sekali.
Sedangkan untuk bahaya dan risiko pada stasiun kerja lain dijabarkan
pada bab hasil dan pembahasan.
62
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Pengawasan Keselamatan Kerja.Dalam
http://staffsite.gunadarma.com.Diakses pada tangal 24 april
2012 pukul 15.00 WIB.
Bannet, Silalahi. 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.Jakarta : PT. Pustaka BinamanPressindo.
Handoko, Riwidikdo. 2008. StatistikKesehatan. Yogyakarta:
MitraCendikia Press.
Robert, John. 2001. Work Analysis. Mc. Grow Hill. New York.
Pungky.2002.HimpunanPeraturanKeselamatandanKesehatanKerja.
Jakarta: Sekretariat ASEAN-OSHNET dan Direktorat PNKK.
Suma‟mur. 1998. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.
Jakarta: CV GunungAgung.
Syukri, Sahab. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.Jakarta : PT. Bina Sumber Daya Manusia.
63
LAPORAN RESMI TEKNIK TATA CARA KERJA
ACARA 4
ANTHROPOMETRI
Disusun Oleh:
Bintang Elka (09660)
Yanis Rahmasari P (09714)
M.Roisul Akbar I (09724)
Moh.Hidayatullah (09934)
Asisten:Melia Widya
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
64
BAB I
PENDAHULUAN
B. LATAR BELAKANG
Perancangan sistem kerja dibutuhkan oleh sebuah industri untuk
mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kinerja
produktivitas kerja. Maka industri haruslah terlabih dahulu
memfokuskan pada analisis perancangan kerja dan pembagian kerja
agar terbentuk spesialisasi kerja yang sesuai. Namun dalam rancangan
kerja yang dibuat diperlukan data anthropometri seperti ukuran dan
bentuk pekerja agar diperoleh hasil perancangan sistem kerja yang
dapat menciptakan sistem kerja dengan standar ergonomi yang baik.
Dalam perancangan sistem kerja diperlukan perhatian khusus
pada aspek awal yaitu prinsip-prinsip ekonomi gerakan. Prinsip-
prinsip ekonomi gerakan perlu dilakukan agar dapat diperoleh
peningkatan produktivitas dan dapat memberikan hasil yang efektif
serta efisien. Data anthropometri dibutuhkan dalam melakukan
perancangan sistem kerja yang ergonomis dengan tujuan untuk
merancang sebuah stasiun kerja yang ergonomis pada stasiun kerja.
Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan keekonomisasian
gerakan yang dilakukan pekerja selama bekerja sehingga dapat
mengurangi kelelahan kerja.
Tempat kerja yang ideal akan memberikan pengaruh positif
bagi tenaga kerja (operator), begitupun sebaliknya. Pengetahuan
tentang antropometri diperlukan untuk merancang alat yang dapat
berfungsi untuk mempermudah para pekerja unutuk bekerja. Langkah
65
awal yang digunakan guna meracang alat adalah dengan mengukur
dimensi antropometri yang dimiliki pekerja.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikan dapat melakukan pengukuran dimensi tubuh hingga
diperoleh data anthropometri.
66
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Brainstorming merupakan suatu teknik yang menggalakkan
ahli-ahli kumpulan untuk melahirkan seberapa banyak idea yang aneh
dan ganjil yang mungkin dalam sebuah topik tanpa menilaikannya.
Terdapat empat peraturan semasa menggunakan teknik brainstorming,
yaitu (Anonim, 2012) :
a) Tiada penilaian tentang idea yang dijanakan.
b) Galakan idea yang „gila‟ (freewheel).
c) Tambahkan kepada idea yang telah diberikan.
d) Fokuskan kepada kuantiti idea, bukan kualiti.
Perancangan tata letak tempat kerja mempunyai tujuan untuk
menciptakan tata letak tempat kerja yang ergonomis, sehingga
performansi pekerja dapat ditingkatkan mendekati batas maksimalnya.
Dalam perancangan tata letak tempat kerja yang baik mempunyai
kriteria yaitu tata letak tempat kerja yang memungkinkan bagi
operator atau pekerja melihat dan meraih dengan mudah dan cepat
seluruh panel kendali untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik
dengan postur kerja yang alamiah yaitu tidak menimbulkan terjadinya
tekanan atau tegangan yang berarti pada bagian tertentu tubuh dari
operator atau pekerja (Polk, 1984).
Penyelesaian suatu pekerjaan oleh manusia dalam suatu sistem
kerja pada dasarnya dipengaruhi oleh 2 faktor utama sebagai elemen
dari sistem kerja yaitu kelompok faktor-faktor individual dan
kelompok faktor situasional. Faktor individual adalah faktor yang
mempengaruhi kerja seseorang berasal dari dalam diri orang itu
67
sendiri dan sulit berubah (usia, jenis kelamin, motivasi, sistem, nilai,
dan sebagainya). Faktor situasional adalah faktor yang mempengaruhi
kerja yang berasal dari luar diri pekerja, dapat diubah dan diatur
(kondisi mesin, peralatan, metode kerja, dan sebagainya) (Barnes,
1980).
Prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang perlu diperhatikan dalam
perancangan kerja adalah (Wignjosoebroto, 1992) :
1. Mengetahui penempatan material (bahan baku, produk akhir,
atau limbah buangan/scrap), spare parts, peralatan kerja, mekanisme
kontrol atau display dan lain-lain. Organisasi fasilitas kerja sehingga
operator secara mudah akan mendapatkan yang dibutuhkan tanpa
harus mencari-cari.
2. Membuat rancangan fasilitas kerja (mesin, meja, kursi, dan lain-
lain) dengan dimensi yang sesuai dengan data anthropometri dalam
range 5 sampai 95 persentil agar operator dapat bekerja dengan leluasa
dan tidak cepat lelah.
3. Mengatur suplai/pengiriman material ataupun peralatan
perkakas secara teratur ke stasiun-stasiun kerja yang membutuhkan.
Di sini operator tidak seharusnya membuang enersi dan waktu untuk
mengambil material atau peralatan/perkakas kerja yang dibutuhkan.
4. Untuk menghindari pelatihan ulang yang tidak perlu dan
kesalahan-kesalahan manusiawi karena pola kebiasaan yang sudah
dianut, kita perlu membakukan rancangan lokasi dari peralatan kerja
(mekanisme kendali atau display) untuk model dan tipe yang sama.
5. Membuat rancangan kegiatan kerja sedemikian rupa sehingga
akan terjadi keseimbangan kerja antara tangan kanan dan tangan kiri.
Operator juga diharapkan agar dapat memulai dan mengakhiri gerakan
kedua tangannya tersebut secara serentak daan menghindari jangan
68
sampai kedua tangan menganggur (idle) pada saat yang bersamaan.
Kita juga harus mendistribusikan beban kerja pada tangan dan kaki
secara seimbang apabila kaki kita juga ikut bekerja.
6. Mengatur tata letak fasilitas kerja sesuai dengan aliran proses
produksinya. Dengan demikian kita dapat meminimalkan jarak
perpindahan material selama proses produksi berlangsung terutama
sekali untuk fasilitas-fasilitas yang frekuensi perpindahan atau volume
material handlingnya cukup besar.
7. Mengkombinasikan dua atau lebih peralatan kerja sehingga
akan memperketat proses kerja. Demikian pula sedapat mungkin
peralatan kerja yang digunakan sudah berada dalam arah dan posisi
yang sesuai pada saat operasi kerja akan diselenggarakan.
Ada empat kriteria yang dapat dijadikan sebagai pengukur yang
baik tentang kebaikan suatu sistem kerja yaitu waktu, tenaga,
psikologi, dan sosiologis. Artinya suatu sistem kerja dinilai baik jika
sistem ini memiliki efisiensi dan produktifitas yang tinggi, yang
diukur dari waktu penyelesaian yang sangat singkat, tenaga yang
diperlukan untuk menyelesaikannya sangat sedikit dan akibat-akibat
psikologi dan sosiologi yang ditimbulkan sangat minim (Sutalaksana,
1982).
69
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Terlampir
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum Teknik Tata Cara Kerja acara 4 yang berjudul
”Anthropometri”, memiliki tujuan untuk dapat melakukan
pengukuran dimensi tubuh hingga diperoleh data anthropometri.
Secara khusus praktikum anthropometri ini melakukan pengukuran
dimensi tubuh pada mahasiswa Jurusan Teknologi Industri Pertanian
angkatan 2010.
Secara umum pengertian antropometri merupakan bagian dari
ilmu ergonomi yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia
yang meliputi bentuk, ukuran, kekuatan dan penerapannya untuk
kebutuhan perancangan fasilitas aktivitas manusia. Data antropometri
sangat diperlukan untuk perancangan peralatan dan lingkungan kerja.
Kenyamanan menggunakan alat bergantung pada kesesuaian ukuran
alat dengan ukuran manusia. Jika tidak sesuai, maka dalam jangka
waktu tertentu akan mengakibatkan stress tubuh antara lain dapat
berupa lelah, nyeri, pusing. Rancangan yang mempunyai
kompatibilitas tinggi dengan manusia yang memakainya sangat
penting untuk mengurangi timbulnya bahaya akibat terjadinya
kesalahan kerja akibat adanya kesalahan disain.
Pelaksanaan praktikum sangat sederhana dimana masing-masing
kelompok membuat data anthropometri anggotanya dengan mengukur
dimensi dan ukuran tubuh yang diperlukan. Pengukuran dilakukan
70
dengan alat seperti penggaris, meteran, jangka sorong, dan lain-lain.
Kemudian data dari semua kelompok disatukan dan dihitung
persentilnya. Pengukuran dilakukan oleh setiap kelompok praktikum.
Sebaiknya pengukuran dilakukan secara terpisah antara laku-laki dan
perempuan. Ini dimaksudkan agar proses pengukuran dapat lebih
mudah.
Untuk pengukuran anthropometri terdapat 4 kelompok bagian
tubuh, yaitu kepala, badan, kaki dan tangan. Berikut ini adalah data-
data yang terdapat dalam pengukuran anthropometri:
Antropometri Kepala
a. Panjang Kepala h. Mata ke Puncak Kepala
b. Lebar Kepala i. Mata ke Belakang Kepala
c. Diameter Maksimum Dari
Dagu
j. Antara dua pupil mata
d. Dagu ke Puncak Kepala k. Hidung ke Puncak Kepala
e. Telinga ke Puncak Kepala l. Hidung ke Belakang Kepala
f. Telinga ke Belakang Kepala m. Mulut ke Puncak Kepala
g. Antara dua telinga n. Lebar Mulut
Antropometri Badan
a. Tinggi tubuh posisi berdiri tegak
71
b. Tinggi mata
c. Tinggi bahu
d. Tinggi siku
e. Tinggi genggaman tangan (knuckle) pada posisi relaks ke bawah
f. Tinggi badan pada posisi duduk
g. Tinggi mata pada posisi duduk
h. Tinggi bahu pada posisi duduk
i. Tinggi siku pada posisi duduk
j. Tebal paha
k. Jarak dari pantat ke lutut
l. Jarak dari lipat lutut (popliteal) ke pantat
m tinggi lutut
n. Tinggi lipat lutut (popliteal)
o. Lebar bahu (bideltoid)
p. Lebar panggul
q. Tebal dada
r. Tebal perut (abdominal)
s. Jarak dari siku ke ujung jari
t. Lebar kepala
72
u. Panjang tangan
v. Lebar tangan
W Jarak bentang dari ujung tangan kanan ke kiri
x.
Tinggi pegangan tangan (grip) pada posisi tangan vertikal ke
atas
dan berdiri tegak
y.
Tinggi pegangan tangan (grip) pada posisi tangan vertikal ke atas
dan duduk
z.
Jarak genggaman tangan (grip) ke punggung pada posisi tangan
Ke depan (horizontal)
Antropometri Kaki
a. Panjang telapak kaki
b. Panjang telapak lengan kaki
c. Panjang kaki sampai jari kelingking
d. Lebar kaki
e. Lebar tangkai kaki
f. Tinggi mata kaki
g. Tinggi bagian tengah telapak kaki
h. Jarak horizontal tangkai mata kaki
73
Antropometri Tangan
a. Panjang tangan
b. Panjang telapak tangan
c. Panjang ibu jari
d. Panjang jari telunjuk
e. Panjang jari tengah
f. Panjang jari manis
g. Panjang jari kelingking
h. Lebar ibu jari
i. Tebal ibu jari
j. Lebar jari telunjuk
k. Tebal jari telunjuk
l. Lebar telapak tangan (metacarpal)
M Lebar telapak tangan (sampai ibu jari)
n. Tebal telapak tangan (metacarpal)
o. Tebal telapak tangan (sampai ibu jari)
p. Lebar maksimum (ibu jari ke jari kelingking)
Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh yang perlu
diperhatikan adalah usia, jenis kelamin, postur tubuh (sikap ataupun
posisi tubuh), cacat tubuh, tebal/tipisnya pakaian yang digunakan,
suku bangsa, kehamilan. Ada dua kategori data anthropometri dalam
74
kaitannya dengan posisi tubuh dikenal dengan 2 cara pengukuran yang
pertama adalah pengukuran dimensi struktur tubuh yaitu tubuh diukur
dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak (tetap tegak
sempurna). Kedua pengukuran dimensi fungsioanal tubuh yaitu
pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi
melakuakan gerakan-gerakan tertentu yang berkaiatan dengan
kegiatan yang harus diselesaikan.
Untuk menentukan berapa ukuran data pada penggunaan ketiga-
tiganya dilakukan dengan menggunakan konsep persentil. Persentil
yaitu kisaran data yang ada dibagi menjadi 100 bagian yang sama.
Berikut tabel persentil dan perhitungannya.
Persentil Perhitungan
1 - 2,325 x
2,5 - 1,960 x
5 - 1,645 x
10 - 1,280 x
50
90 + 1,280 x
95 + 1,645 x
97,5 + 1,960 x
99 + 2,325 x
75
Dari data anthropometri yang didapatkan dari praktikum,
dihitung rata-rata dan standar deviasinya. Kemudian, dihitung
persentil dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan, yaitu
sebagai berikut:.
1. Persentil : Ci 95% = ̅ + 1,64 SD
Ci 90% = ̅ + 1,28 SD
Persentil 95 dan 90 biasanya digunakan untuk menunjukkan batas atas
desain agar dapat digunakan oleh 95% atau 90% populasi. Ukuran ini
digunakan untuk mengakomodir individu ekstrem maksimum.
Penggunaan desain dengan persentil 100 dihindarkan karena alasan
efisiensi dan efektivitas.
2. Persentil : Ci 50% = ̅ + 0,00 SD
Pesentil 50% biasa digunakan untuk perancangan yang sifatnya dapat
digunakan oleh individu dengan ukuran rata-rata. Walaupun tidak ada
ukuran rata-rata yang sebenarnya, namun jika ukuran tersebut dapat
diterima, maka dapat digunakan.
3. Persentil : Ci 5% = ̅ – 1,64 SD
Ci 10% = ̅ – 1,28 SD
Persentil 5 dan 10 biasa digunakan untuk individu dengan ukuran
minimum. Dengan harapan hanya 5 atau 10% dari populasi yang
berukuran minimum saja yang tidak dapat menggunakannya.
4. Selain ketiga kondisi diatas, ada juga perancangan yang sifatnya
dapat dijustifikasi (misalnya: 5% ILE sampai 95% ILE) untuk
kesesuaian si pengguna.
76
Namun, dalam perhitungan yang dilakukan oleh praktikan,
dilakukan menggunakan persentil 95%, persentil 50% dan persentil
5%.
Dari hasil perhitungan yang telah dilampirkan dalam bab hasil,
didapatkan bahwa hasil perhitungan antropometri badan yang
didahului data pria terlebih dahulu. Setelah dilakukan perhitungan
terhadap data yang telah didapatkan praktikan saat praktikum,
diwakili oleh 2 indikator untuk setiap masing-masing antropometri.
Yang pertama adalah antropometri badan yang diwakili oleh tinggi
tubuh posisi berdiri tegak dan tinggi mata, dan juga dipisahkan antara
antropometri pria dan wanita. Hal ini disebabkan karena antropometri
pria dan waniti memiliki perbedaan baik itu karakteristik, maupun
dimensinya. Dimulai dari data pria, untuk tinggi tubuh posisi berdiri
tegak, didapatkan rata-rata sebesar 160,67 cm, standar deviasi 0,58.
Perhitungan didapatkan dari data yang diperoleh dari 3 orang
praktikan. Dengan persentil 5% hasilnya adalah 159,72, persentil 50%
sebesar 160,67, dan persentil 95% sebesar 161,61. Untuk tinggi mata
didapatkan hasil perhitungan rata-rata hasilnya didapat sebesar
149,17. Standar deviasi sebesar 1,04, untuk persentil 5% sebesar
147,46, persentil 50% sebesar 149,17, dan persentil 95% sebesar
150,87.
Selanjutnya untuk panjang telapak kaki didapatkan rata-rata
sebesar 24,67 cm, standard deviasi sebesar 1,53%. Dan untuk persentil
5% diperoleh nilai 22,16%, persentil 50% diperoleh nilai 2,67%, dan
persentil 95% diperoleh nilai 27,17%. Untuk panjang telapak lengan
kaki diperoleh nilai rata-rata 18,17 cm, standard deviasi sebesar
77
1,15%. Untuk persentil 5% diperoleh nilai 16,27%, persentil 50%
diperoleh nilai 18,17%, dan persentil 95% diperoleh nilai 20,06%.
Untuk panjang kepala didapatkan rata-rata sebesar 17,17 cm,
standard deviasi sebesar 0,76%. Dan untuk persentil 5% diperoleh
nilai 15,91%, persentil 50% diperoleh nilai 17,17%, dan persentil 95%
diperoleh nilai 18,42%. Untuk lebar kepala diperoleh nilai rata-rata
15,17 cm, standard deviasi sebesar 0,76%. Untuk persentil 5%
diperoleh nilai 13,91%, persentil 50% diperoleh nilai 13,91%, dan
persentil 95% diperoleh nilai 16,42%.
Sedangkan untuk panjang tangan didapatkan rata-rata sebesar
17,40 cm, standard deviasi sebesar 0,66%. Dan untuk persentil 5%
diperoleh nilai 16,32%, persentil 50% diperoleh nilai 17,40%, dan
persentil 95% diperoleh nilai 18,48%. Untuk panjang telapak tangan
diperoleh nilai rata-rata 9,38 cm, standard deviasi sebesar 0,58%.
Untuk persentil 5% diperoleh nilai 8,89%, persentil 50% diperoleh
nilai 9,83%, dan persentil 95% diperoleh nilai 10,78%.
Untuk data antropometri wanita, dikarenakan praktikan hanya
seorang, sehingga tidak dapat dihitung standar deviasinya, juga
persentil 5% dan 95%, selain itu, rata-ratanya pun sama dengan data
yang diambil saat praktikum. Selain itu, persentil 50% juga sama saja
dengan data yang didapatkan saat praktikum dan terlampir dalam bab
hasil.
Persentil 95% digunakan untuk perancangan peralatan yang
menunjukkan batas atas desain agar bisa digunakan untuk 95%
populasi (mengakomodir populasi ekstrim atas). Contoh aplikasi
persentil 95% ini adalah untuk pembuatan pintu masuk. Jika
78
menggunakan persentil 95%, maka populasi ekstrim atas (orang yang
berpostur tinggi dapat melewatinya). Otomatis, orang yang lebih
pendek pun dapat melaluinya dengan leluasa.
Persentil 50% digunakan untuk perancangan peralatan yang
sifatnya dapat digunakan oleh rata-rata orang. Aplikasi persentil 50%
ini contohnya untuk pembuatan kursi yang memiliki ketinggian
tertentu yang disesuaikan dengan tinggi rata-rata duduk orang pada
umumnya. Data yang diperlukan untuk persentil ini antara lain tinggi
badan pada posisi duduk, tinggi siku, tinggi mata, dan sebagainya.
Persentil 5% digunakan untuk perancangan peralatan yang
biasanya digunakan oleh populasi minimum (ekstrim bawah). Contoh
aplikasi persentil 5% ini adalah perancangan kursi pilot. Agar hanya
orang-orang tertentu saja yang dapat memakainya.
Perhitungan anthropometri seperti di atas merupakan awal dari
perancangan suatu sistem kerja baru yang lebih ergonomis, yang mana
dapat meliputi pembuatan alat, stasiun kerja, ataupun proses kerja agar
pekerja merasa lebih nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Dengan
suasana kerja yang lebih ergonomis maka akan berpengaruh terhadap
kemajuan serta peningkatan produktivitas pekerja.
Data anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan
antara lain dalam hal :
a. Perancangan peralatan kerja.
b. Perancangan produk-produk seperti pakaian, kursi meja
komputer, kursi, dan tas sekolah.
c. Perancangan lingkungan kerja fisik.
d. Perancangan areal kerja
Didalam pengukuran dimensi tubuh diperlukan alat untuk
memperoleh data anthropometri. Alat-alat tersebut antara lain:
79
1.Antropometer
Alat ini terdiri dari satu set untuk tinggi badan dan tinggi duduk
2.Skinfold caliper
Alat ini digunakan untuk mengukur tebal lipatan kulit
3.Spreading caliper
Alat ini dipakai untuk mengukur panjang kepala, lebar kepala atau
pengukuran objek berbentuk lengkung yang lain. Alat ini digunakan
dengan cara mengukur bagian-bagian kepala yang sulit dijangkau oleh
mistar biasa sehingga dapat lebih akurat. Seperti pada pengukuran
panjang kepala, alat ini mengukur panjang kepala dari depan sampai
bagian kepala belakang. Skala pada capiler akan menunjukkan
panjang bagian tubuh yang di ukur.
4. Pitameter
Khusus digunakan untuk mengukur objek berbentuk lingkaran
misalnya kepala, dan sebagainya.
5. Kursi Anthropometri
Dignakan untuk mengukur tubuh praktikum sesuai dengan
kenyamanan postur tubuhnya pada posisi duduk, posisi siku, posisi
bahu, punggung dan sebagainya. Cara pengukuran dengan kursi ini
adalah dengan praktikan menyesuaikan posisi kursi sesuai dengan
kenyamanan seseorang yang diuji, kemudian setelah itu bagian
antropometri tubuhnya diukur dengan skala yang terdapat pada bagian
belakang kursi anthropometri dan dibantu dengan penggunaan
meteran. Hasil pengukuran tersebut akan ditunjukkan sesuai dengan
skala pada kursi anthropometri dan meteran.
6. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat yamg memiliki ketelitian 0,01 cm yang
mempunyai dua ujung yang dapat digunakan untuk mengukur bagian
80
yang kecil dan sulit dijangkau oleh mistar. Hasil pengukuran jangka
sorong akan ditampilkan melalui skala yang terdapat pada bagian
batang jangka sorong. Skala pada jangka sorong tidak terlalu besar
sehingga alat ini hanya digunakan untuk mengukur bagian
anthropometri yang kecil.
7. Mistar
Alat yang terakhir ialah mistar. Alat ini digunakan untuk mengukur
bagian tubuh yang mudah dijangkau dan dengan jangkauan yang
pendek. Mistar memili ketelitian 0,1 cm sehingga hasil pengukuran
yang ditunjukkan merupakan pengukuran yang simpel.
81
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Data anthropometri yang diperoleh pada praktikum kali ini adalah
anthropometri kepala, badan, kaki, dan tangan.
2. Pada praktikum ini, hasil pengukuran di hitung menggunakan
persentil 5%, 50%, dan 95%.
82
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2012.Brainstorming.Dalamhttp://www.hbp.usm.my/SpaceTi
me/Ch1/Ch1/siewmei. htm. diakses pada tanggal 29April 2012
pukul 19.00 WIB.
Barnes, R.M. 1980. Motion and Time Study Design and Measurement
of Work. John Wiley and Sons : Singapore.
Polk, Edward J. 1984. Methods Analysis and Work Measurment.
McGraw-Hill Book co: New York.
Sutalaksana, I.Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmaja, J.H. 1982. Teknik
Tata Cara Kerja. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Wignjosoebroto, S. 1992. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Institut
Teknologi Sepuluh November. Jakarta : Penerbit Guna Widya.
83
LAPORAN RESMI TEKNIK TATA CARA KERJA
ACARA 5
PERANCANGAN PERALATAN KERJA MENGGUNAKAN
DATA ANTHROPOMETRI
Disusun Oleh:
1. Bintang Elka (09660)
2. Yanis Rahmasari P (09714)
3. M.Roisul Akbar I (09724)
4. Moh.Hidayatullah (09934)
Asisten:Melia Widya
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
84
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perancangan sistem kerja dibutuhkan oleh sebuah industri
untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kinerja
produktivitas kerja. Maka industri haruslah terlebih dahulu
memfokuskan pada analisis perancangan alat kerja dan pembagian
kerja agar terbentuk spesialisasi kerja yang sesuai. Namun dalam
rancangan kerja yang dibuat diperlukan data anthropometri seperti
ukuran dan bentuk pekerja agar diperoleh hasil perancangan sistem
kerja yang dapat menciptakan sistem kerja dengan standar
ergonomi yang baik.
Dalam perancangan sistem kerja diperlukan perhatian
khusus pada aspek awal yaitu prinsip-prinsip ekonomi gerakan.
Prinsip-prinsip ekonomi gerakan perlu dilakukan agar dapat
diperoleh peningkatan produktivitas dan dapat memberikan hasil
yang efektif serta efisien. Data anthropometri dibutuhkan dalam
melakukan perancangan sistem kerja yang ergonomis dengan
tujuan untuk merancang sebuah stasiun kerja yang ergonomis pada
stasiun kerja. Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan
keekonomisasian gerakan yang dilakukan pekerja selama bekerja
sehingga dapat mengurangi kelelahan kerja.
Oleh karena itu, pada acara 5 ini praktikan memperbaiki dan
merancang alat kerja dari rumah makan yang dikunjungi untuk
mencapai standar ergonomi yang baik dalam sistem kerja.
85
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Paktikum pada kali ini bertujuan agar praktikan dapat
melakukan perancangan peralatan kerja (meja, rak, dan alat bantu
lainnya) yang ergonomis dengan menggunakan data anthropometri.
86
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Brainstorming merupakan suatu teknik yang menggalakkan
ahli-ahli kumpulan untuk melahirkan seberapa banyak idea yang aneh
dan ganjil yang mungkin dalam sebuah topik tanpa menilaikannya.
Terdapat empat peraturan semasa menggunakan teknik brainstorming,
yaitu (Anonim, 2012) :
e) Tiada penilaian tentang idea yang dijanakan.
f) Galakan idea yang „gila‟ (freewheel).
g) Tambahkan kepada idea yang telah diberikan.
h) Fokuskan kepada kuantiti idea, bukan kualiti.
Perancangan tata letak tempat kerja mempunyai tujuan untuk
menciptakan tata letak tempat kerja yang ergonomis, sehingga
performansi pekerja dapat ditingkatkan mendekati batas maksimalnya.
Dalam perancangan tata letak tempat kerja yang baik mempunyai
kriteria yaitu tata letak tempat kerja yang memungkinkan bagi
operator atau pekerja melihat dan meraih dengan mudah dan cepat
seluruh panel kendali untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik
dengan postur kerja yang alamiah yaitu tidak menimbulkan terjadinya
tekanan atau tegangan yang berarti pada bagian tertentu tubuh dari
operator atau pekerja (Edward,1984).
Penyelesaian suatu pekerjaan oleh manusia dalam suatu sistem
kerja pada dasarnya dipengaruhi oleh 2 faktor utama sebagai elemen
dari sistem kerja yaitu kelompok faktor-faktor individual dan
kelompok faktor situasional. Faktor individual adalah faktor yang
87
mempengaruhi kerja seseorang berasal dari dalam diri orang itu
sendiri dan sulit berubah (usia, jenis kelamin, motivasi, sistem, nilai,
dan sebagainya). Faktor situasional adalah faktor yang mempengaruhi
kerja yang berasal dari luar diri pekerja, dapat diubah dan diatur
(kondisi mesin, peralatan, metode kerja, dan sebagainya) (Barnes,
1980).
Prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang perlu diperhatikan dalam
perancangan kerja adalah (Wignjosoebroto, 1992) :
8. Mengetahui penempatan material (bahan baku, produk akhir,
atau limbah buangan/scrap), spare parts, peralatan kerja,
mekanisme kontrol atau display dan lain-lain. Organisasi
fasilitas kerja sehingga operator secara mudah akan
mendapatkan yang dibutuhkan tanpa harus mencari-cari.
9. Membuat rancangan fasilitas kerja (mesin, meja, kursi, dan lain-
lain) dengan dimensi yang sesuai dengan data anthropometri
dalam range 5 sampai 95 persentil agar operator dapat bekerja
dengan leluasa dan tidak cepat lelah.
10. Mengatur suplai/pengiriman material ataupun peralatan
perkakas secara teratur ke stasiun-stasiun kerja yang
membutuhkan. Di sini operator tidak seharusnya membuang
enersi dan waktu untuk mengambil material atau
peralatan/perkakas kerja yang dibutuhkan.
11. Untuk menghindari pelatihan ulang yang tidak perlu dan
kesalahan-kesalahan manusiawi karena pola kebiasaan yang
sudah dianut, kita perlu membakukan rancangan lokasi dari
peralatan kerja (mekanisme kendali atau display) untuk model
dan tipe yang sama.
88
12. Membuat rancangan kegiatan kerja sedemikian rupa sehingga
akan terjadi keseimbangan kerja antara tangan kanan dan tangan
kiri. Operator juga diharapkan agar dapat memulai dan
mengakhiri gerakan kedua tangannya tersebut secara serentak
daan menghindari jangan sampai kedua tangan menganggur
(idle) pada saat yang bersamaan. Kita juga harus
mendistribusikan beban kerja pada tangan dan kaki secara
seimbang apabila kaki kita juga ikut bekerja.
13. Mengatur tata letak fasilitas kerja sesuai dengan aliran proses
produksinya. Dengan demikian kita dapat meminimalkan jarak
perpindahan material selama proses produksi berlangsung
terutama sekali untuk fasilitas-fasilitas yang frekuensi
perpindahan atau volume material handlingnya cukup besar.
14. Mengkombinasikan dua atau lebih peralatan kerja sehingga
akan memperketat proses kerja. Demikian pula sedapat
mungkin peralatan kerja yang digunakan sudah berada dalam
arah dan posisi yang sesuai pada saat operasi kerja akan
diselenggarakan.
Ada empat kriteria yang dapat dijadikan sebagai pengukur yang
baik tentang kebaikan suatu sistem kerja yaitu waktu, tenaga,
psikologi, dan sosiologis. Artinya suatu sistem kerja dinilai baik jika
sistem ini memiliki efisiensi dan produktifitas yang tinggi, yang
diukur dari waktu penyelesaian yang sangat singkat, tenaga yang
diperlukan untuk menyelesaikannya sangat sedikit dan akibat-akibat
psikologi dan sosiologi yang ditimbulkan sangat minim (Sutalaksana,
1982).
89
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Terlampir
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum acara 5 ini berjudul Perancangan Peralatan
Kerja Menggunakan Data Anthropometri dan bertujuan agar praktikan
dapat melakukan perancangan peralatan kerja (meja, rak, dan alat
bantu kerja) yang ergonomis dengan menggunakan data
anthropometri.
Perancangan peralatan kerja ini dilakukan dengan cara
brainstorming, yaitu diskusi untuk menentukan perbaikan apa yang
akan dilakukan. Anggota kelompok bebas memberikan saran dan
masukan untuk mendapatkan hasil akhir yang sesuai dengan yang
diharapkan. Dalam brainstorming, setiap anggota berhak dan wajib
memberikan ide-idenya yang nantinya akan ditampung untuk
didiskusikan lagi. Setelah ide-ide tersebut terkumpul, salah satu
anggota kelompok akan merangking ide-ide berdasarkan keutamaan
dan kualitas ide (ide-ide mana yang sekiranya baik untuk dilakukan).
Dari hasil brainstorming akhirnya kelompok kita memutuskan
untuk melakukan perbaikan pada stasiun kerja pencucian dikarenakan
pada OWAS menunjukkan hasil kategori pekerjaan agak berat. Dan
alat yang kami rancang adalah kursi untuk membantu pekerjaan pada
stasiun pencucian bahan. Kursi ini di desain berlipat agar lebih mudah
dibawa atau diarahkan pada saat selesai bekerja dan juga terdapat
empat kaki di bagian bawahnya. Kursi ini diberi sandaran punggung
agar punggung pekerja bisa lebih santai dan nyaman saat bekerja.
90
Sandaran ini juga diberi pengatur sandaran agar pekerja dapat
menyesuaikan posisi punggung yang dia mau sehingga punggung
tidak cepat capek. Selanjutnya kursi diberi sandaran kepala untuk
mengistirahatkan sejenak kepala mereka yang capek sehingga tidak
perlu istirahat di tempat lain dan dapat juga mengefisiensi waktu
bekerja. Kursi juga diberikan pengatur tinggi kursi yang berfungsi
untuk menyesuaikan antara tinggi meja dan tinggi pekerja pada saat
duduk sehingga apabila bisa lebih mudah diatur tanpa mengganti
dengan kursi lain yang lebih baru. Sedangkan di bagian bawah kursi
diberikan sandaran kaki yang berguna untuk meletakkan telapak kaki
agar tidak mudah capek. Kursi juga diberikan sandaran tangan agar
tangan pekerja tidak mudah capek dan bisa ditaruh sejenak di
sandaran itu pada saat tangan mengalami kecapekan. Pada tempat
duduk dan pada bagian sandaran punggung diberi bantalan busa agar
pantat tidak mudah capek dan panas, sedangkan pada sandaran
punggung juga menjadi lebih nyaman.
Dalam pembuatan kursi ini kami menggunakan data
anthropometri pada salah satu anggota kelompok kita yang
mempunyai postur tubuh yang sama dengan pekerja. Persentil yang
kami gunakan dalam pembuatan alat kursi ini adalah persentil 95%
yang dalam artian agar dapat digunakan oleh 95% populasi. Sehingga
didapatkan data anthropometri yang digunakan dalam pembuatan
kursi ini yaitu tinggi badan pekerja pada posisi duduk sebesar 75,50
cm, tinggi bahu pekerja pada posisi duduk sebesar 50 cm, tinggi siku
pada posisi duduk sebesar 23,10 cm, jarak dari pantat ke lutut sebesar
55,50 cm, tinggi lipat lutut 40,50 cm, tinggi lutut 49 cm, dan lebar
panggul sebesar 33,50 cm. Setelah data anthropometri yang digunakan
91
dalam pembuatan kursi didapatkan, maka kemudian kami membuat
desain kursinya menggunakan acuan data ini akan tetapi ditambahkan
sedikit nilainya karena dikhawatirkan akan tidak terlalu sempit dengan
ukuran anthropometri pekerja. Untuk tinggi kursi kami
mengasumsikannya pada tinggi badan pada posisi duduk yaitu yang
awalnya 75,50 cm menjadi 78 cm. Tinggi bahu pada posisi duduk 50
cm menjadi 52 cm. Kemudian tinggi lipat lutut 40,50 cm menjadi 51
cm. Sehingga dapat diketahui tinggi kursi sebesar 129 cm. Sedangkan
untuk sandaran tangan kami memakai data anthropometri tinggi siku
pada posisi duduk sebesar 23,10 cm. Sedangkan untuk panjang tempat
duduk menggunakan data anthropometri jarak dari pantat ke lutut
yaitu yang awalnya 55,50 cm menjadi 57 cm. Untuk ukuran besar
tempat duduk, menggunakan data anthropometri besar panggul
sebesar 33,50 cm menjadi 36 cm. Dengan menggunakan data
anthropometri inilah maka desain kursi pekerja dapat dibuat.
Keterkaitan antrhopometri dengan desain alat yaitu beberapa
data antrhopometri digunakan untuk menentukan ukuran alat alat yang
akan dibuat. Misalnya data antrhopometri tinggi badan pada posisi
duduk digunakan untuk menentukan ukuran sandaran kursi dari pantat
sampai keujung kepala. Tinggi bahu pada posisi duduk digunakan
untuk menentukan ukuran / tinggi sandaran bahu ataupun punggung.
Selanjutnya data anntropometri tinggi siku pada posisi duduk untuk
menentukan tinggi sandaran tangan. Sedangkan jarak dari pantat
kelutut dipergunakan untuk menetukan panjang tempat duduk, lalu
tinggi lipat lutut dipergunakan untuk menentukan tinggi kaki kursi dan
tinggi alas duduk. Kemudian data antrhopometri lebar panggul
dipergunakan untuk menentukan lebar tempat duduk.
92
Adapun kelebihan alat yang kami rancang diantaranya yaitu :
1. Lebih ergonomis.
Kursi yang kami rancang ergonomis karena dalam
perancangannya memperhatikan semua aspek untuk mencegah
cedera dan memperhatikan aspek kenyamanan bagi pengguna
atau pekerja yang bersangkutan. Kursi yang kami rancang
dibuat berdasarkan data anthropometri sehingga semua ukuran
kursi mulai dari sandaran punggung sampai tinggi tempat duduk
disesuaikan dengan dimensi tubuh pekerja.
2. Meningkatkan produktivitas pekerja.
Kelebihan kedua yaitu dapat meningkatkan produktivitas
pekerja hal ini dikarenakan dengan adanya berbagai fungsi kursi
yang bertujuan untuk memudahkan pekerja daalm melakukan
pekerjaannya sehingga pekerja dapat lebih produktif dalam
menghasilkan produk, juga lebih efisien dalam penggunaan
waktu karena mengurangi allowance karena penggunaan kursi
ini diharapkan dapat memperbaiki postur tubuh yang salah.
3. Mencegah Muscolosceletal Disorders (MSDs)
Postur tubuh yang salah dapat mengakibatkan
Muscolosceletal Disorders atau MSDs, untuk itu rancangan alat
ini disesuaikan dengan postur tubuh yang baik agar pekerja
nyaman dalam melakukan pekerjaannya.
Sedangkan kekurangan dari alat ini yaitu sulit diaplikasikan
pada rumah makan yang dikaji. Ini disebabkan pembuatan alat ini
memakan biaya yang tinggi sehingga jika diaplikasikan pada rumah
makan yang masih tergolong kedalam industri rumah tangga kecil
sangat tidak dimungkinkan karena memakan biaya yang cukup tinggi.
93
Keterkaitan alat yang kami rancang dengan MSDs yaitu alat ini dapat
mencegah adanya MSDs sesuai dengan salah satu kelebihan dari alat
ini yaitu mencegah adanya MSDs. Alat ini sudah dirancang
sedemikian rupa yang disesuaikan dengan postur tubuh pekerja serta
data anthropometri yang diperlukan, selain itu telah disesuaikan juga
dengan persentil yang sesuai untuk alat ini. Maka dari itu alat ini dapat
memperkecil resiko bagi pekerja untuk terkena dampak
Muscolosceletal Disorder(MSDs).
94
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Alat yang kami rancang ini adalah alat yang digunakan pada
stasiun pencucian.
2. Alat dirancang sedemikian rupa berdasarkan data anthropometri
pekerja sehingga diperhatikan untuk kenyamanan dan
produktivitas pekerja.
95
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.Brainstorming.Dalamhttp://www.hbp.usm.my/SpaceTi
me/Ch1/siewmei.htm diakses tanggal 07 Mei 2012 pukul 19.00
WIB.
Barnes, R.M. 1980. Motion and Time Study Design and Measurement
of Work. John Wiley and Sons. Singapore
Polk, Edward J. 1984. Methods Analysis and Work Measurment.
McGraw-Hill Book co. New York
Sutalaksana, I.Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmaja, J.H. 1982. Teknik
Tata Cara Kerja. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Wignjosoebroto, S. 1992. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Jakarta:
Institut Teknologi Sepuluh November. Penerbit Guna Widya.
96
97
LAPORAN RESMI TEKNIK TATA CARA KERJA
ACARA I
STUDI WAKTU DAN STUDI GERAK
Disusun Oleh:
Bintang Elka (09660)
Yanis Rahmasari P (09714)
M.Roisul Akbar I (09724)
Moh.Hidayatullah (09934)
Asisten:Melya Widya
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
98
Adapun tabel yang diperoleh dari semua masakan per stasiun kerja
diantaranya adalah:
KELAPA MUDA
N
O OPERASI ∑ ∑ (∑ ) N‟
1 Penyiapan 958 96106 917764 18,87
2 Pembuatan 466 21976 217156 4,796
CAKALANG
GORENG
N
O OPERASI ∑ ∑ (∑ ) N‟
1 Penyiapan 1194 1425636 143520 2,68
2 Pencucian 1007 1014049 123631 87,67
3 Pemasakan 4398 19342404 2118622 38,13
UDANG GORENG
TEPUNG
N
O OPERASI ∑ ∑ (∑ ) N‟
1 Penyiapan 431 185762 30175 249,64
2 Pencucian 2752 1274280 7573504 273,02
3 Pemasakan 6723 4968717 45198729 39,72
CAKALANG
BAKAR
N OPERASI ∑ ∑ (∑ ) N‟
99
O
1 Penyiapan 2412 752444 5817744 117,344
2 Pencucian 1762 403540 3104644 119,917
3 Pemasakan 7470 6718712 55800900 81,58
PEMBUATAN
NASI
N
O OPERASI ∑ ∑ (∑ ) N‟
1 Penyiapan 550 33770 302500 46,55
2 Pencucian 2764 907414 7639696 75,10
3 Pemasakan 37119
16064906
5
137782016
1 66,39
TUNA LOMBOK
HIJAU
N
O OPERASI ∑ ∑ (∑ ) N‟
1 Penyiapan 1791 343953 3207681 28,836
2 Pencucian 8296 8134996 68823616 72,760
3 Pemasakan 28147 79445341 792253609 1,1025
SAMBAL TOMAT
N
O OPERASI ∑ ∑ (∑ ) N‟
1 Penyiapan 805 93045 648025 174,329
2 Pencucian 95 907 9025 1,994
100
3 Pencampuran 794 63898 630436 5,4210
LALAPAN
N
O OPERASI ∑ ∑ (∑ ) N‟
1 Penyiapan 1527 241195 2331729 13,76
2 Pembuatan 1594 255040 2540836 1,50
CA KANGKUNG
N
O OPERASI ∑ ∑ (∑ ) N‟
1 Penyiapan 1936 378854 3748096 4,31
2 Pembuatan 2458 629096 6041764 16,49
ES TEH MANIS
N
O OPERASI ∑ ∑ (∑ ) N‟
1 Pembuatan 275,5 8008,91 75900,25 22,075
Sedangkan tabel yang mencakup semua jenis waktu yang
mencukup seluruh stasiun dan masakan yaitu:
NO OPERASI WAKTU
SIKLUS
WAKTU
NORMAL
WAKTU
BAKU
1 Penyiapan 1160,67 1261,626 1416,315
2 Penyucian 1667,6 1900,07 2133,115
101
3 Pembuatan 8952,77 10024,432 11153,987
Perhitungan:
Untuk perhitungan kelompok kita mengambil hanya satu sampel
yaitu stasiun penyiapan (Es Kelapa Muda)
N
XiX
10
104818667811317412595114X
8,95X detik
1
2
N
XXiSD
110
95,8-10495,8-8195,8-8695,8-6795,8-81
95,8-13195,8-7495,8-12595,8-9595,8-114
22222
22222
= 21,93
Batas Kontrol Atas 59,161)93,21(38,953 X
Batas Kontrol Bawah 01,30)93,21(38,953 X
Uji Kecukupan Data
Tingkat kepercayaan 95%, k=2
Tingkat ketelitian 10%, s=0,1
102
2
22
'
Xi
XiiXNs
k
N
87,18
958
91776496106101,0
22
Waktu normal= waktu siklus x (1+rating factor)
Rating factor= (0,11)+(0,05)+(0,00)+(0,00)= 0,16+1=1,16
Waktu normal= 95,8 x 1,16= 153,28 detik
% allowance= ∑
x 100% =
x 100% = 10,925%
Waktu baku = waktu normal x
=153,28 x
=
=172,08 detik
Sedangkan Grafik sebagai sampel yaitu dari pembuatan nasi
diantaranya yaitu:
a.Grafik stasiun penyiapan
103
b.Grafik stasiun pencucian bahan
c.Grafik stasiun pemasakan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
STASIUN PENYIAPAN
WAKTU
RATA-RATA
BKA
BKB
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Axi
s Ti
tle
STASIUN PENCUCIAN
WAKTU
RATA-RATA
BKA
BKB
104
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
STASIUN PEMASAKAN
WAKTU
RATA-RATA
BKA
BKB
105
LAPORAN RESMI TEKNIK TATA CARA KERJA
ACARA 2
ANALISIS KENYAMANAN DAN POSTUR KERJA
Disusun Oleh:
Bintang Elka (09660)
Yanis Rahmasari P (09714)
M.Roisul Akbar I (09724)
Moh.Hidayatullah (09934)
Asisten:Melia Widya
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
106
1. Tabel Hasil Metode Nordic Body Map
No Stasiun
Tingkat
Kesakita
n
Pengamatan
Sebelu
m Sesudah
1 Penyiapan
A 100 89,29
B 0 10,71
C 0 0
D 0 0
2 Pencucian Bahan
A 100 78,57
B 0 7,14
C 0 14,29
D 0 0
3 Penggorengan
A 82,14 53,57
B 17,86 35,71
C 0 10,71
D 0 0
2. Perhitungan Metode Nordic Body Map
C. Stasiun Penyiapan
Sebelum Sesudah
-Tidak Sakit :
100%=100%
100%=89,29%
-Agak Sakit :
100%=10,71%
107
-Sakit :
-Sangat Sakit :
2. Stasiun Pencucian Bahan
Sebelum Sesudah
-Tidak Sakit :
100%=100%
100%=78,57%
-Agak Sakit :
100%=7,14%
-Sakit :
100%=14,29%
-Sangat Sakit :
3. Stasiun Penggorengan
Sebelum Sesudah
-Tidak Sakit :
100%=82,14%
100%=53,57%
-Agak Sakit :
100%=17,86%
100%=35,71%
-Sakit :
100%=10,71%
-Sangat Sakit :
2. Tabel Hasil Metode Ovako Working Posture Analysis
System
108
Stasiun Kerja Penyiapan Bahan
Elemen Kerja Kajian dan Skor
Kategori Rekomendasi Back Arms Legs Load
1.Pengambilan Ikan
2 1 2 1 Pekerjaan agak
berat
Tempat ikan dinaikkan setinggi
bahu pekerja supaya
memudahkan pekerja dalam beraktivitas.
2.Penimbangan Ikan
1 1 1 1 Pekerjaan normal
(ringan)
Dipertahankan dan tidak ada masalah
serta dapat dilanjutkan dan
tidak ada masalah ataupun keluhan
dari pekerja.
109
3.Pencucian Bahan
2 1 2 1 Pekerjaan agak
berat
Diberi tempat duduk agar posisi
badan lebih rendah dan tidak
membungkuk /meja di tinggikan.
4.Pemotongan Bahan
1 1 2 1 Pekerjaan normal
(ringan) Dipertahankan dan tidak ada masalah
Stasiun Kerja Pembersihan
Elemen Kerja Kajian dan Skor
Kategori Rekomendasi Back Arms Legs Load
1.Penghilangan sisik
2 1 2 1 Pekerjaan agak
berat
Dengan meninggikan meja
tempat menghilangkan sisik
supaya memudahkan pekerja dalam
melakukan pekerjaan.
110
2.Pengeluaran kotoran
2 1 2 1 Pekerjaan agak
berat
Pada tahap ini sebaiknya
diberikannya tempat duduk untuk pekerja
dalam melakukan pekerjaan
pengeluaran kotoran ini atau
tempat pencucian ditinggikan.
Stasiun pemasakan
Elemen Kerja
Kajian dan Skor Kategori Rekomendasi
Back Arms Legs Load
1.Pembuatan bumbu
1 1 2 1 Pekerjaan normal
(ringan)
Dipertahankan dan tidak ada masalah serta tidak perlu
adanya rekomendasi dalam perbaikan peralatan ataupun tambahan
alat apapun.
2.Perendaman bumbu
2 1 2 1 Pekerjaan agak
berat
Meja tempat perendaman
bumbu ditinggikan atau perlu
ditambahkan kursi saat perendaman
bumbu.
3.Pemasukan ikan dalam minyak
1 1 2 1 Pekerjaan normal
(ringan)
Dipertahankan dan tidak ada masalah serta tidak perlu
adanya rekomendasi dalam perbaikan peralatan ataupun tambahan
alat apapun.
111
4.Penggorengan
1 1 2 1 Pekerjaan normal
(ringan)
Dipertahankan dan tidak ada masalah serta tidak perlu
adanya rekomendasi dalam perbaikan peralatan ataupun tambahan
alat apapun.
Stasiun Pembuatan Minuman
Elemen Kerja Kajian dan Skor
Kategori Rekomendasi Back Arms Legs Load
1.Pembelahan kelapa muda
2 1 1 1 Pekerjaan agak
berat
Pekerja diberikan tempat duduk yang memiliki sandaran atau diberikan alat bantu yang lainnya.
112
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TATA CARA KERJA
ACARA 3
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO
Disusun Oleh :
Bintang Elka (09660)
Yanis Rahmasari P (09714)
M. Roisul Akbar (09724)
Moh. Hidayatullah (09934)
Asisten:MeliaWidya
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
113
FORM WHAT IF
KEL :
C2
CO-ASS : Melia
Widya
Stasiun kerja:Penyiapan Bahan Deskripsi pekerjaan :Pengambilan Bahan dan Penimbangan
Tanggal : 04 April
2012
What If? Jawaban LIKELIHOOD CONSEQUNCES Rekomendasi
1 Pekerja bisa terpeleset
ketika mengambil ikan
Jatuh,dan dapat
terluka
Posibble:Dapat terjadi
sekali-sekali
Minor : Cedera ringan
,kerugian finansial sedang
lantai dibuat agak
kasar,agar tidak
terpeleset
2 Terkena sisik ikan Kulit pekerja bisa
terkelupas
Almost certain:dapat
terjadi setiap saat
Insignifant: tidak terjadi
cidera,kerugian finansial
kecil
pekerja harus memakai
sarung tangan
3 Beban dapat jatuh
kelantai
Beban terkena kaki
dan dapat
megakibatkan kaki
terluka
unlikely :
kemungkinan terjadi
jarang
Minor : Cedera ringan
,kerugian finansial sedang
diberikan meja yang
luas
4 Pekerja terjepit alat
timbang
Tangan bisa terluka
dan bengkak
unlikely :
kemungkinan terjadi
jarang
Minor : Cedera ringan
,kerugian finansial sedang
Mengganti alat
timbangan dengan
yang lebih baik
FORM WHAT IF
KEL :
C2
CO-ASS : Melia
Widya
Stasiun kerja:Pencucian
Deskripsi pekerjaan : Pembuangan sisik,penyiangan,pemotongan dan
pencucian
Tanggal : 04 April
2012
What If? Jawaban LIKELIHOOD CONSEQUNCES Rekomendasi
1 Tangan pekerja terkena tangan pekerja Almost certain:dapat Minor : Cedera ringan Pekerja menggunakan
114
pisau terluka terjadi setiap saat ,kerugian finansial sedang sarung tangan dari
karet
2 Kran atau slang air
bocor
air keluar menyebar
ke mana-mana
Almost certain:dapat
terjadi setiap saat
Insignifant : tidak terjadi
cedera,kerugian finansial
kecil
dilakukan pemeriksaan
secara rutin terhadap
slang sebelum bekerja
3 Pekerja terkena sisik
sisik ikan
Tangan/bagian tubuh
yang lain mengalami
infeksi dan luka
kecil
Almost certain:dapat
terjadi setiap saat
Minor : Cedera ringan
,kerugian finansial sedang
Pekerja menggunakan
sarung tangan dari
karet
4 Pisau pemotong jatuh
kelantai
kaki terluka dan
mengalami cedera
Posibble : dapat
terjadi sekali-kali
Moderate : Cedera
sedang,perlu penanganan
medis dan kerugian finansial
besar
Meja tempat
pemotongan dibuat
lebih luas dan ketika
pisau selesai digunakan
diberi sarung
FORM WHAT IF
KEL :
C2
CO-ASS : Melia
Widya
Stasiun kerja:Pemasakan Deskripsi pekerjaan :Penggorengan dan pembakaran ikan
Tanggal : 04 April
2012
What If? Jawaban LIKELIHOOD CONSEQUNCES Rekomendasi
1 Minyak panas mengenai
kulit
Kulit dapat melepuh
jika terkena atau
terciprat minyak
panas
Almost certain:dapat
terjadi setiap saat
Minor : Cedera ringan
,kerugian finansial sedang
Saat menggoreng
wajan ditutup atau
pekerja pakai sarung
tangan atau baju lengan
panjang
2 Selang,regulator,tabung
gas LPG bocor
Gas menyebar
kemana mana
Almost certain:dapat
terjadi setiap saat
Moderate : Cedera
sedang,perlu penanganan
Dipasang gas detector
115
medis dan kerugian finansial
besar
3 Wajan jatuh kelantai Minyak panas
tumpah mengenai
tubuh pekerja
Posibble : dapat
terjadi sekali kali
Minor : Cedera ringan
,kerugian finansial sedang
Disekitar kompor
tempat memasak
dipasang penyangga
atau pelindung alat
masak
4 Ulekan mnganai tangan
pekerja
Tangan pekerja
bengkak atau terluka
Likely : kemungkinan
terjadi sering
Minor : Cedera ringan
,kerugian finansial sedang
Penggunaan blender
untuk membuat bumbu
halus
5 Asap panas mengenai
mata
Mata terkena infeksi Posibble : dapat
terjadi sekali kali
Minor : Cedera ringan
,kerugian finansial sedang
Penggunaan kipas
manual atau kipas
angin dengan
kecepatan kecil dan
tidak mengarah
kewajah
6 Saat membakar
ikan,angin
menggembuskan arang
ketubuh pekerja
Tubuh pekerja
terkena cipratan api
arang
Posibble : dapat
terjadi sekali kali
Minor : Cedera ringan
,kerugian finansial sedang
Saat pembakaran kipas
jangan mengarah ke
tubuh pekerja
7 Listrik korslet Pekerja kesetrum
aliaran listrik
Posibble : dapat
terjadi sekali kali
Moderate : Cedera
sedang,perlu penanganan
medis dan kerugian finansial
besar
Pengecekan berkala
alat-alat
elektronik,bara api
ditutup saat tidak
digunakan
FORM WHAT IF
KEL :
C2
CO-ASS : Melia
Widya
116
Stasiun kerja:Pembuatan minuman Deskripsi pekerjaan : Mengupas kelapa dan pembuatan es teh
Tanggal : 04 April
2012
What If? Jawaban LIKELIHOOD CONSEQUNCES Rekomendasi
1 Golok terkena tangan
pekerja
Tangan dapat cedera Almost certain:dapat
terjadi setiap saat
Minor : Cedera ringan
,kerugian finansial sedang
Pekerja diberikan
sarung tangan
2 Pekerja terkena serabut-
serabut halus
Tangan dapat gatal -
gatal
Likely : kemungkinan
terjadi sering
Minor : Cedera ringan
,kerugian finansial sedang
Pekerja diberikan
sarung tangan kain
3 Pekerja terciprat air
panas
Tangan dapat
melepuh
Almost certain:dapat
terjadi setiap saat
Minor : Cedera ringan
,kerugian finansial sedang
Panci atau termos yang
digunakan diberikan
penutup saat
penuangan
4 Pekerja tekena cipratan
air jeruk
Mata dapat terkena
iritasi
Almost certain:dapat
terjadi setiap saat
Minor : Cedera ringan
,kerugian finansial sedang
Pekerja memakai alat
persan jeruk yang lebih
bagus
5 Golok yang digunakan
longgar
Golok terkena
tangan pekerja atau
menimpa orang lain
Likely : kemungkinan
terjadi sering
Minor : Cedera ringan
,kerugian finansial sedang
Pekerja memegang
kelapa saat
pemotongan agar tidak
meleset serta
menggunakan golok
yang lebih bagus
117
LAPORAN RESMI TEKNIK TATA CARA KERJA
ACARA 4
ANTHROPOMETRI
Disusun Oleh:
Bintang Elka (09660)
Yanis Rahmasari P (09714)
M.Roisul Akbar I (09724)
Moh.Hidayatullah (09934)
Asisten:Melia Widya
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
118
DATA ANTHROPOMETRI
1. Tinggi tubuh posisi berdiri tegak
Rata-rata = 3
00,16100,16000,161
= 160,67
Standar deviasi =
2
)67,16000,161()67,16000,160()67,160161,00( 222
= 0,58
Persentil 5% = 160,67- (1,64) 0,58
= 159,72
Persentil 50% = 160,67- (0) 0,58
= 160,67
Persentil 95% = 150,67+ (1,64) 0,58
= 161,61
2. Tinggi mata
Rata-rata = 3
50,14900,14800,150
= 149,17
No.
Antropometri
Badan Roy Dayat Bintang
rata-
rata SD
5% 50% 95%
1
Tinggi tubuh
posisi berdiri
tegak 161,00 160,00 161,00 160,67 0,58 159,72 160,67 161,61
2 Tinggi mata 150,00 148,00 149,50 149,17 1,04 147,46 149,17 150,87
119
Standar deviasi =
2
)17,14950,149()17,14900,148()17,149150,00( 222
= 1,04
Persentil 5% = 149,17- (1,64) 1,04
= 147,46
Persentil 50% = 149,17- (0) 1,04
= 149,17
Persentil 95% = 149,17+ (1,64) 1,04
= 150,87
1. Panjang telapak kaki
Rata-rata = 3
00,2600,2300,25
= 24,67
Standar deviasi =
2
)67,2400,26()67,2400,23()24,67 - 25,00( 222
= 1,53
No.
Antropometri
Kaki Roy Dayat Bintang
Rata-
rata SD 5% 50% 95%
1
Panjang
telapak kaki 25,00 23,00 26,00 24,67 1,53 22,16 24,67 27,17
2
Panjang
telapak lengan
kaki 17,50 17,50 19,50 18,17 1,15 16,27 18,17 20,06
120
Persentil 5% = 24,67- (1,64) 1,53
= 22,16
Persentil 50% = 24,67- (0) 1,53
= 24,67
Persentil 95% = 24,67+ (1,64) 1,53
= 27,17
2. Panjang telapak lengan kaki
Rata-rata = 3
50,1950,1750,17
= 18,17
Standar deviasi =
2
)18,1750,19()18,1750,17()18,17 - 50,17( 222
= 1,15
Persentil 5% = 18,17- (1,64) 1,15
= 16,27
Persentil 50% = 18,17- (0) 1,15
= 18,17
Persentil 95% = 18,17+ (1,64) 1,15
= 20,06
No.
Antropometri
Kepala Roy
Dayat
Bintang
Rata-
rata SD 5% 50% 95%
1 Panjang kepala 17,00 18,00 16,50 17,17 0,76 15,91 17,17 18,42
2 Lebar kepala 14,50 16,00 15,00 15,17 0,76 13,91 15,17 16,42
121
1. Panjang kepala
Rata-rata = 3
50,1600,1800,17
= 17,17
Standar deviasi =
2
)17,1750,16()17,1700,18()17,17 - 17,00( 222
= 0,76
Persentil 5% = 17,17- (1,64) 0,76
= 15,91
Persentil 50% = 17,17- (0) 0,76
= 17,17
Persentil 95% = 17,17+ (1,64) 0,76
= 18,42
2. Lebar kepala
Rata-rata = 3
00,1500,1650,14
= 15,17
Standar deviasi =
2
)15,1700,15()15,1700,16()15,17 - 50,41( 222
= 0,76
Persentil 5% = 14,50- (1,64) 0,76
= 13,91
Persentil 50% = 16,00 - (0) 0,76
= 15,17
Persentil 95% = 15,00 + (1,64) 0,67
122
= 16,42
No.
Antropometri
Tangan Roy Dayat Bintang
Rata-
rata SD 5% 50% 95%
1 Panjang tangan 17,50 16,70 18,00 17,40 0,66 16,32 17,40 18,48
2
Panjang telapak
tangan 10,50 9,50 9,50 9,83 0,58 8,89 9,83 10,78
1. Panjang tangan
Rata-rata = 3
00,1870,1650,17
= 17,40
Standar deviasi =
2
)17,4000,18()17,4070,16()17,40 - 00,17( 222
= 0,66
Persentil 5% = 17,40- (1,64) 0,66
= 16,32
Persentil 50% = 17,40- (0) 0,66
= 17,40
Persentil 95% = 17,40+ (1,64) 0,66
= 18,48
2. Panjang telapak tangan
Rata-rata = 3
50,950,950,10
= 9,83
Standar deviasi = 2
)83,950,9()83,950,9()9,83 - 50,10( 222
= 0,58
123
Persentil 5% = 9,83- (1,64) 0,58
= 8,89
Persentil 50% = 9,83- (0) 0,58
= 9,83
Persentil 95% = 9,83+ (1,64) 0,58
= 10,78
Antropometri Yanis (Perempuan)
No.
Antropometri
Badan Yanis
Rata-
rata SD
5% 50% 95%
1
Tinggi tubuh
posisi berdiri
tegak 159,00 159,00 #DIV/0! #DIV/0! 159,00 #DIV/0!
2 Tinggi mata 148,00 148,00 #DIV/0! #DIV/0! 148,00 #DIV/0!
1. Tinggi tubuh posisi berdiri tegak
Rata-rata = 1
159,00
= 159,00
Standar deviasi = 0
)159,00159,00( 2 = Tidak memiliki Standar
deviasi
Persentil 5% = 159,00 - (1,64) 0
= #DIV/0!
Persentil 50% = 159,00 - (0) 0
= 159,00
Persentil 95% = 159,00 + (1,64) 0
= #DIV/0!
124
2. Tinggimata
Rata-rata = 1
148,00
= 148,00
Standar deviasi = 0
)148,00148,00( 2 = Tidak memiliki Standar
deviasi
Persentil 5% = 148,00- (1,64) 0
= Tidak memiliki Persentil 5%
Persentil 50% = 148,00- (0) 0
= 148,00
Persentil 95% = 148,00+ (1,64) 0
= Tidak memiliki Persentil 95%
No.
Antropometri
Kaki Yanis
Rata-
rata SD
5% 50% 95%
1
Panjang telapak
kaki 22,00 22,00 #DIV/0! #DIV/0! 22,00 #DIV/0!
2
Panjang telapak
lengan kaki 17,00 17,00 #DIV/0! #DIV/0! 17,00 #DIV/0!
1. Panjangtelapak kaki
Rata-rata = 1
22,00
= 22,00
125
Standar deviasi = 0
)22,0022,00( 2 = Tidak memiliki Standar
deviasi
Persentil 5% = 22,00 - (1,64) 0
= Tidak memiliki Persentil 5%
Persentil 50% = 22,0- (0) 0
= 22,00
Persentil 95% = 22,0 + (1,64) 0
= Tidak memiliki Persentil 95%
2. Panjang telapak lengan kaki
Rata-rata = 1
17,00
= 17,00
Standar deviasi = 0
)17,0017,00( 2 = Tidak memiliki Standar
deviasi
Persentil 5% = 17,00 - (1,64) 0
= Tidak memiliki Persentil 5%
Persentil 50% = 17,00 - (0) 0
= 17,00
Persentil 95% = 17,00 + (1,64) 0
= Tidak memiliki Persentil 95%
No.
Antropomentri
kepala Yanis
Rata-
rata SD
5% 50% 95%
126
1 Panjang kepala 17,60 17,60 #DIV/0! #DIV/0! 17,60 #DIV/0!
2 Lebar kepala 13,70 13,70 #DIV/0! #DIV/0! 13,70 #DIV/0!
1. Panjang kepala
Rata-rata = 1
17,60
= 17,60
Standar deviasi = 0
)17,6017,60( 2 = Tidak memiliki Standar
deviasi
Persentil 5% = 17,60 - (1,64) 0
= Tidak memiliki Persentil 5%
Persentil 50% = 17,60 - (0) 0
= 17,60
Persentil 95% = 17,60 + (1,64) 0
= Tidak memiliki Persentil 95%
2. Lebar kepala
Rata-rata = 1
13,70
= 13,70
Standar deviasi = 0
)13,7013,70( 2 = Tidak memiliki Standar
deviasi
Persentil 5% = 13,70- (1,64) 0
127
= Tidak memiliki Persentil 5%
Persentil 50% = 13,70 - (0) 0
= 13,70
Persentil 95% = 13,70 + (1,64) 0
= Tidak memiliki Persentil 95%
No.
Antropometri
tangan Yanis
Rata-
rata SD
5% 50% 95%
1 Panjang tangan 16,00 16,00 #DIV/0! #DIV/0! 16,00 #DIV/0!
2
Panjang telapak
tangan 9,00 9,00 #DIV/0! #DIV/0! 9,00 #DIV/0!
1. Panjang tangan
Rata-rata = 1
16,00
= 16,00
Standar deviasi = 0
)16,0016,00( 2 = Tidak memiliki Standar
deviasi
Persentil 5% = 16,00- (1,64) 0
= Tidak memiliki Persentil 5%
Persentil 50% = 16,00- (0) 0
= 16,00
Persentil 95% = 16,00+ (1,64) 0
= Tidak memiliki Persentil 95%
128
2. Panjang telapak tangan
Rata-rata = 1
9,00
= 9,00
Standar deviasi = 0
)9,009,00( 2 = Tidak memiliki Standar
deviasi
Persentil 5% = 9,00- (1,64) 0
= Tidak memiliki Persentil 5%
Persentil 50% = 9,00- (0) 0
= 9,00
Persentil 95% = 9,00+ (1,64) 0
= Tidak memiliki Persentil 95%
129
LAPORAN RESMI TEKNIK TATA CARA KERJA
ACARA 5
PERANCANGAN PERALATAN KERJA MENGGUNAKAN
DATA ANTHROPOMETRI
Disusun Oleh:
Bintang Elka (09660)
Yanis Rahmasari P (09714)
M.Roisul Akbar I (09724)
Moh.Hidayatullah (09934)
Asisten:Melia Widya
LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
130
YOGYAKARTA
2012
131
1. Perbaikan Stasiun Hasil Brainstorming.
No Nama Praktikan Perbaikan Stasiun Kerja
1 Yanis
1) Perbaikan pada stasiun pencucian
karenapada hasil OWAS menunjukan
hasil kategori pekerjaan agak berat.
2) Kursi diberi meja yang dapat dilipat,
disesuaikan dengan kebutuhan.
2 Dayat 1) Kursi rancangan diberi alat sandaran
kepala.
3 Roy
1) Kursi diberi pengatur untuk tinggi
kursi.
2) Kursi diberi meja untuk menaruh
peralatan atau bahan.
3) Kursi diberi sandaran kaki.
4 Bintang
1) Kursi diberi pengatur agar sandaran
punggung dapat dinaik-turunkan.
2) Kursi diberi pegangan atau sandaran,
serta diberi busa untuk tempat
duduknya.
Kesimpulan Brainstorming :
Alat yang dirancang adalah kursi untuk membantu pekerjaan
pada stasiun pencucian bahan. Kursi diberi sandaran punggung dan
kepala, pengatur tinggi kursi , pengatur sandaran kursi, busa untuk
tempat duduk, sandaran kaki, meja lipat, dan sandaran tangan.
1. Kelebihan dan kekurangan stasiun kerja.
132
a. Kelebihan Stasiun kerja
1. Jarak stasiun pencucian dan penyiapan bahan berdekatan.
2. Tinggi meja Pencucian bahan sesuai, yaitu dibawah siku
pekerja.
b. Kekurangan stasiun kerja
1. Tidak ada alat bantu pekerja seperti kursi.
2. Ruang terlalu sempit untuk pergerakan pekerja.
3. Kelebihan dan kekurangan alat yang dirancang.
a. Kelebihan alat yang dirancang
1. Lebih ergonomis.
2. Meningkatkan Produktivitas pekerja.
3. Mencegah Muskoloskeletal Disorders.
b. Kekurangan alat yang dirancang
1. Sulit diaplikasikan pada rumah makan yang dikaji.
4. Data anthropometri yang digunakan :
No Data anthropometri Persentil
1
Tinggi badan pada posisi
duduk 95%
2
Tinggi bahu pada posisi
duduk 95%
3
Tinggi siku pada posisi
duduk 95%
4 Jarak dari pantat ke lutut 95%
5 Tinggi lipat lutut 95%
133
6 Lebar panggul 95%
5. Gambar Alat
Terlampir
134