Laporan Praktikum Kimia Fisika II
-
Upload
aprilliana-indah -
Category
Documents
-
view
142 -
download
4
description
Transcript of Laporan Praktikum Kimia Fisika II
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
DIAGRAM TERNER
SISTEM ZAT CAIR 3 KOMPONEN
OLEH
Nama : Lestari
NIM : 1008105037
Kelompok : V ( LIMA )
Tanggal : 19 Maret 2012
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2012
I. TUJUAN PERCOBAAN
Membuat kurva kelarutan suatu cairan yang terdapat dalam campuran dua cairan
tertentu.
II. DASAR TEORI
Sistem adalah suatu zat yang dapat diisolasikan dari zat – zat lain dalam suatu bejana
inert, yang menjadi pusat perhatian dalam mengamati pengaruh perubahan temperature,
tekanan serta konsentrasi zat tersebut. Sedangkan komponen adalah yang ada dalam
sistem, seperti zat terlarut dan pelarut dalam senyawa biner. Banyaknya komponen
dalam sistem C adalah jumlah minimum spesies bebas yang diperlukan untuk
menentukan komposisi semua fase yang ada dalam sistem. Definisi ini mudah
diberlakukan jika spesies yang ada dalam sistem tidak bereaksi sehingga kita dapat
menghitung banyaknya.
Fasa merupakan keadaan materi yang seragam di seluruh bagiannya, tidak hanya
dalam komposisi kimianya tetapi juga dalam keadaan fisiknya. Contohnya: dalam sistem
terdapat fasa padat, fasa cair dan fasa gas. Banyaknya fasa dalam sistem diberi notasi P.
Gas atau campuran gas adalah fasa tunggal ; Kristal adalah fasa tunggal dan dua cairan
yang dapat bercampur secara total membentuk fasa tunggal. Campuran dua logam
adalah sistem dua fasa (P=2), jika logam – logam itu tidak dapat bercampur, tetapi
merupakan sistem satu fasa (P=1), jika logam-logamnya dapat dicampur.
Pada perhitungan dalam keseluruhan termodinamika kimia, J.W Gibbs menarik
kesimpulan tentang aturan fasa yang dikenal dengan Hukum Fasa Gibbs, jumlah terkecil
perubahan bebas yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat
pada kesetimbangan diungkapkan sebagai:
V = C – P + 2
Dengan :
V = jumlah derajat kebebasan
C = jumlah komponen
P = jumlah fasa
Kesetimbangan dipengaruhi oleh suhu, tekanan, dan komposisi sistem. Jumlah derajat
kebebasan untuk sistem tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap dapat dinyatakan
sebagai :
V = 3 – P
Jika dalam sistem hanya terdapat satu fasa maka V = 2 berarti untuk menyatakan suatu
sistem dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua komponennya. Sedangkan bila
dalam sistem terdapat dua fasa dalam kesetimbangan, V = 1; berarti hanya satu komponen
yang harus ditentukan konsentrasinya dan konsentrasi komponen yang lain sudah tertentu
berdasarkan diagram fasa untuk diagram fasa untuk sistem tersebut. Oleh karena itu sistem
tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap punya derajat kebebasan maksimum = 2
(jumlah fasa minimum = 1), maka diagram fasa sistem ini dapat digambarkan dalam satu
bidang datar berupa suatu segitiga tersebut menggambarkan suatu komponen murni.
Cara terbaik untuk menggambarkan sistem tiga komponen adalah dengan mendapatkan
suatu kertas grafik segitiga. Konsentrasi dapat dinyatakan dengan istilah persen berat atau
fraksi mol. Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan: XA + XB +
XC = 1. Diagram fasa yang digambarkan segitiga sama sisi, menjamin dipenuhinya sifat ini
secara otomatis, sebab jumlah jarak ke sebuah titik di dalam segitiga sama sisi yang diukur
sejajar denga sisi-sisinya sama dengan panjang sisi segitiga itu, yang dapat diambil sebagai
satuan panjang. Puncak – puncak dihubungi ke titik tengah dari sisi yang berlawanan yaitu :
Aa, Bb, Cc. Titik nol mulai dari titik a,b,c dan A,B,C menyatakan komposisi adalah 100%
atau 1, jadi garis Aa, Bb, Cc merupakan konsentrasi A,B,C merupakan konsentrasi A,B,C.
Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga komponen bergantung pada daya saing larut
antara zat cair tersebut dan suhu percobaan. Apabila pada suhu dan tekanan yang
tetap digunakan kurva bimodal untuk menentukan kelarutan C dalam berbagai
komposisi A dan B. Pada daerah di dalam kurva merupakan daerah dua fasa,
sedangkan yang di luarnya adalah daerah satu fasa. Untuk menentukan kurva
bimodal yaitu dengan menambahkan zat B ke dalam campuran A dan C
III. ALAT DAN BAHAN
Alat – alat :
1. Labu Erlenmeyer 250 ml bertutup 5 buah
2. Buret 10 ml 2 buah
3. Klemp dan statif 2 buah
4. Gelas ukur 10 ml 1 buah
5. Neraca analitik 1 buah
Bahan –bahan:
1. CCl4
2. Aquades
3. Asam asetat glacial
IV. CARA KERJA
1. Ke dalam labu Erlenmeyer yang bersih dan kering serta bertutup, dibuat 5
macam campuran cairan A dan C yang saling melarut dengan komposisi sebagai
berikut:
Labu 1 2 3 4 5
mL A 1 3 5 7 9
mL B 9 7 5 3 1
semua pengukuran volume dilakukan dengan buret. Untuk tiap labu, ditimbang
lebih dahulu labu kosong dan tutupnya. Kemudian ditambahkan cairan A (CCl4)
dan ditimbang lagi massanya, kemudian ditambahkan cairan C (asam asetat
glacial) dan ditimbang kembali. Dengan demikian massa cairan A dan C
diketahui untuk setiap labu
2. Tiap campuran dalam labu 1 sampai 5 dititrasi dengan cairan B (aquades) sampai
tepat timbul kekeruhan dan dicata jumlah volume cairan B yang digunakan.
Setelah itu ditimbang kembali untuk menentukan massa cairna B dalam setiap
labu.
3. Tahap 1 dan 2 diulangi kembali dengan perbandingan cairan A dan B kemudian
dititrasidengan cairan A (CCl4)
V. DATA PENGAMATAN
A. Percobaan 1 ( Aquadessebagaititran )
Erlenmeyer Erlenmeyer kosong+
tutup (gram)
Erlenmeyer + zat A
(gram)
Erlenmeyer + zat A + zat C
(gram)
I 124,36 131,20 135,35
II 126,08 130,08 136,90
III 155,82 163,12 168,02
IV 132,85 143,31 146,15
V 131,39 164,96 165,82
Erlenmeyer + zat A + zat C + zat B
Titrasi (mL) Massa (gram)
3,35 138,62
1,10 138,06
0,20 168,10
0,51 146,78
1,75 167,45
B. Percobaan 2 ( CCl4sebagaititran )
Data Erlenmeyer kosong +
tutup (gram)
Erlenmeyer + zat B
(gram)
Erlenmeyer + zat B + zat C
(gram)
I 124,36 125,96 135,02
II 126,08 123,83 135,98
III 155,82 165,21 165,48
IV 132,85 135,74 142,71
V 160,10 160,19 160,90
Erlenmeyer + zat B + zat C + zat A
Titrasi (mL) Massa (gram)
3,15 139,90
1,60 138,26
5,30 173,52
1,75 145,45
1,05 162,45
Ket :
Zat A = CCl4
Zat B = Aquadest
Zat C = AsamAsetat
VI. PERHITUNGAN
Diketahui :
nA, MA, XAuntuk CCl4
nB, MB, XBuntukAquadest
nC, MC, XCuntuk AsamAsetat
Percobaan 1
Untuk campuran A : C
MA = ( massa Erlenmeyer + zat A ) – ( massa Erlenmeyer kosong + tutup )
= 131,20 – 124,36
= 6,84 gram
MC = ( massa Erlenmeyer + zat A + zat C ) – ( massa Erlenmeyer + zat C )
= 135,35– 131,20
= 4,15 gram
MB = ( massa setelah titrasi – ( massa Erlenmeyer + zat A + zat C )
= 138,62 – 135,35
= 3,27 gram
Dengan cara yang sama, diperoleh data sebagai berikut :
Erlenmeyer PerbandinganA : C
Massa A( gram )
Massa C( gram )
Massa B( gram )
1 1 : 9 6,84 4,15 3,27
2 3 : 7 4,00 6,82 1,16
3 5 : 5 7,30 4,90 0,02
4 7 : 3 10,46 2,84 0,63
5 9 : 1 33,57 0,86 1,60
Mol untuk masing-masing cairan dalam campuran Erlenmeyer :
Untuk Erlenmeyer 1
Erlenmeyer PerbandinganA : C
nA (mol ) nB ( mol ) nC ( mol ) nA + nB + nC
1 1 : 9 0,044 0,182 0,07 0,296
2 3 : 7 0,023 0,064 0,114 0,201
3 5 : 5 0,047 0,001 0,082 0,13
4 7 : 3 0,068 0,035 0,047 0,15
5 9 :1 0,218 0,048 0,014 0,28
Fraksi mol di Erlenmeyer
Erlenmeyer Perbandingan A : C XA ( % ) XB ( % ) XC( %)
1 1 : 9 14,86 61,49 23,65
2 3 : 7 11,44 31,84 56,71
3 5 : 5 36,15 0,77 63,08
4 7 : 3 45,33 23,33 31,33
5 9 : 1 77,85 17,14 5,00
Percobaan 2
Diketahui :
nA, MA, XA untuk CCl4
nB, MB, XB untukAquadest
nC, MC, XC untuk AsamAsetat
Untuk campuranB : C
MB = ( massa Erlenmeyer kosong + tutup + zat B ) –( massa Erlenmeyer)
= 125,96– 124,36
= 1,60 gram
MC = ( massa Erlenmeyer + zat B + zat C ) – ( massa Erlenmeyer + zat B )
= 135,02 – 125,96
= 9,06 gram
MA = ( massasetelahtitrasi) – ( massa Erlenmeyer + zat B + zat C )
= 139,90 – 135,02
= 4,88 gram
Dengan cara yang sama diperoleh data sebagai berikut :
Erlenmeyer Perbandingan B : C Massa B( gram )
Massa C( gram )
Massa A( gram )
1 1 : 9 1,60 9,06 4,88
2 3 : 7 2,75 7,15 2,28
3 5 : 5 9,39 0,27 8,04
4 7 : 3 2,89 6,97 2,74
5 9 : 1 0,09 0,71 1,55
Mol untuk masing-masing cairan dalam campuran Erlenmeyer
Erlenmeyer Perbandingan B : C nA (mol ) nB ( mol ) nC( mol ) nA + nB + nC
1 1 : 9 0,032 0,089 0,151 0,272
2 3 : 7 0,015 0,153 0,119 0,287
3 5 : 5 0,052 0,522 0,004 0,578
4 7 : 3 0,018 0,160 0,116 0,294
5 9 :1 0,010 0,005 0,012 0,162
Fraksi untuk masing – masing cairan dalam campuran erlenmeyer
Erlenmeyer PerbandinganA : C
XA ( % ) XB ( % ) XC( %)
1 1 : 9 11,76 32,72 55,51
2 3 : 7 5,23 53,31 41.46
3 5 : 5 8,99 90,31 0,69
4 7 : 3 6,12 54,42 39,46
5 9 : 1 6,17 3,09 7,407
VII PEMBAHASAN
Pada praktikum ini yaitu tentang Diagram Terner yang bertujuan untuk membuat
kurva kelarutan suatu cairan yang terdapat dalam campuran dua cairan tertentu. Dimana
cairan yang digunakan adalah CCl4, aquades dan asam asetat glasial.
Prinsip dasar dari percobaan ini adalah pemisahan suatu campuran dengan
ekstraksi yang terdiri dari dua komponen cair yang saling larut dengan sempurna.
Pemisahan dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut yang tidak larut dengan
sempurna terhadap campuran, tetapi dapat melarutkan salah satu komponen dalam
campuran tersebut. Pada percobaan pertama, cairan A (CCl4) dan C(asam asetat glacial)
dicampur dengan variasi perbandingan volume, yaitu: 1:9 ; 3:7 ; 5:5 ; 7:3 ; dan 9:1 mL.
Dalam setiap penambahan zat, berat erlenmeyer beserta isinya ditimbang agar diperoleh
selisih massa setiap penambahan cairan. Data yang didapat adalah berat dari Erlenmeyer
+ tutup, zat A dan C masing-masing yaitu: 135,35 g ; 136,90 g ; 168,02 g ; 146,15 g ;
165,82 g.setelah dititrasi diperoleh massa keseluruhan adalah 138,62 g ; 138,06 g ;
168,20 g ; 146,78 g ; 167,45 g. Dapat diamati cairan A dan C larut dengan baik. Hal
tersebut dikarenakan antara CCl4 dengan asam asetat glasial dapat berikatan dengan
gugus metal dari asam asetatyang bersifat non polar pada gugus CH3. Kemudian di titrasi
dengan aquades sampai campuran A dan C keruh. Pada saat titrasi, asam asetat
membentuk ikatan hidrogen yang lebih kuat dengan molekul air pada bagian –OH dari
gugus –COOH asam asetat. Oleh karena itu, asam asetat yang awalnya berikatan dengan
CCl4 akan terpisah dan berikatan dengan air. Hal ini disebabkan karena CCl4 tidak dapat
larut dengan air sehingga CCl4 yang mulanya berikatan dengan CH3COOH akan telepas
dan membentuk 2 larutan terner terkonjugasi yang ditandai dengan terbentuknya larutan
yang keruh.
Dari titrasi yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut: volume titran I = 3,35
mL ; volume titran II = 1,10 mL ; volume III = 0,20 mL ; volume IV = 0,51 mL ; volume
V = 1,75 mL. Dari data yang diperoleh maka dapat dihitung jumlah mol dan fraksi mol
masing – masing percobaan. nA= 0,044 ; 0,023 ; 0,047 ; 0,068 ; 0,218 , nB = 0,182 ;
0,064 ; 0,064 ; 0,001 ; 0,035 ; 0,048 , nC = 0,07 ; 0116 ; 0,082 ; 0,047 ; 0,014 sedangkan
perhitungan XA (fraksi mol zat A ) yang didapat yaitu untuk perbandingan 1 : 9 adalah
14,86 %, untuk perbandingan campuran 3 : 7 adalah 11,44 %, untuk perbandingan 5 : 5
adalah 36,15 %, untuk perbandingan campuran 7 : 3 adalah 45,35 %, untuk perbandingan
campuran 9 : 1 adalah 77,85 %. Untuk perhitungan XB ( fraksi mol zat B ) yaitu untuk
perbandingan 1 : 9 adalah 61,49 %, untuk perbandingan campuran 3 : 7 adalah 31,84 %,
untuk perbandingan 5 : 5 adalah 0,77 %, untuk perbandingan campuran 7 : 3 adalah
23,33 %, untuk perbandingan campuran 9 : 1 adalah 17,14 %. Serta untuk XC (fraksi mol
zat C ) untuk perbandingan 1 : 9 adalah 23,65 %, untuk perbandingan campuran 3 : 7
adalah 56,71 %, untuk perbandingan 5 : 5 adalah 63,08 %, untuk perbandingan campuran
7 : 3 adalah 31,33 %, untuk perbandingan campuran 9 : 1 adalah 5,00 %. Dari
perhitungan tersebut menunjukan bahwa semakin banyak komponenzat A di dalam
campuran maka Fraksi mol zat A semakin besar pula.
Pada percobaan kedua dengan cara dan jumlah variasi campuran yang sama.
Percobaan dilakukan dengan mencampurkan cairan B ( aquades ) dengan cairan C ( asam
asetat glacial ) kemudian di titrasi dengan cairan A ( CCl4) . Dari percobaan yang telah
dilakukan diperoleh data sebagai berikut : Dari titrasi yang dilakukan diperoleh data
sebagai berikut: volume titran I = 3,15 mL ; volume titran II = 1,05 mL ; volume III =
5,30 mL ; volume IV = 1,75 mL ; volume V = 1,05 mL. Dari data yang diperoleh maka
dapat dihitung jumlah mol dan fraksi mol masing – masing percobaan. nA= 0,032 ; 0,015
; 0,052 ; 0,018 ; 0,010 , nB = 0,089 ; 0,153 ; 0,522 ; 0,160 ; 0,005, nC = 0,151 ; 0,119 ;
0,004 ; 0,116 ; 0,012 sedangkan perhitungan XA (fraksi mol zat A ) yang didapat yaitu
untuk perbandingan 1 : 9 adalah 11,86 %, untuk perbandingan campuran 3 : 7 adalah
5,23 %, untuk perbandingan 5 : 5 adalah 8,99 %, untuk perbandingan campuran 7 : 3
adalah 6,12 %, untuk perbandingan campuran 9 : 1 adalah 6,17 %. Untuk perhitungan XB
( fraksi mol zat B ) yaitu untuk perbandingan 1 : 9 adalah 32,72 %, untuk perbandingan
campuran 3 : 7 adalah 53,31 %, untuk perbandingan 5 : 5 adalah 90,31 %, untuk
perbandingan campuran 7 : 3 adalah 54,42 %, untuk perbandingan campuran 9 : 1 adalah
3,09 %. Serta untuk XC (fraksi mol zat C ) untuk perbandingan 1 : 9 adalah 55,51 %,
untuk perbandingan campuran 3 : 7 adalah 41,46 %, untuk perbandingan 5 : 5 adalah 0,69
%, untuk perbandingan campuran 7 : 3 adalah 39,46 %, untuk perbandingan campuran 9 :
1 adalah 7,407 %.
Dari hasil kedua percobaan tersebut dapat dilihat bahwa konsentrasi cairan C ( asam
asetat glasial ) ternyata sebanding dengan naik turunnya konsentrasi cairan yang dipakai sebagai
titran atau zat pemisah pada titrasi campuran. Pada percobaan pertama besarnya fraksi mol asam
asetat glasial sebanding dengan penurunan fraksi mol aquades sedangkan pada percobaan kedua
fraksi mol asam asetat sebanding dengan penurunan fraksi mol dari CCl4.Hal ini dikarenakan
oleh sifat asam asetat yang semi polar.dimana dapat melarutkan CCl4 dengan baik begitu juga
halnya dalam melarutkan aquades.untuk cairan cairan yang saling melarutkan,konsentrasinya
akan saling berlawanan karena larutantersebut akan membentuk daerah berfase
tunggal.sedangkan cairan yang tidak melarut(larut sebagian) akan membentuk daerah berfase
dua .untuk membuktikan lebih lanjut,maka akan digambarkan dengan diagram terner agar tampat
lebih jelas titik kritisnya ketika titrasi dilarutkan akan terlihat batas kelarutan dari masing masing
komponen campuran tersebut.
VIII KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. Cairan asam asetat dapat melarut dengan CCL4 dan aquades
2. Asam asetat memiliki sifat semipolar sehingga dapat melarut dengan senyawa polar
maupun non polar.
3. Pada percobaan 1,fraksi mol asam asetat sebanding dengan turunnya fraksi mol aquade
sebagai titran.
4. Pada percobaan 2,fraksimol asam asetat sebanding dengan turunnya fraksi mol CCL4
5. CCL4 tidak dapat larut dengan air
6. cairan yang tidak melarut akan membentuk daerah berfase 2 sedangkan cairan yang
saling melarutkan akan membentuk daerah berfase 1.
DAFTAR PUSTAKA
Dogra,S dan Dogra,SK,1990,Kimia Fisik dan Soal Soal,diterjemahkan oleh Umar
Mansyur,Universitas Indonesia (UI-press);Jakarta
Http;//www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/cairan_dan_larutan/ kesetimbangan Fasa
- dan-diagram-fasa/
Http://devry.wordpress.com/diagram-fasa-logam/
Tim Laboraterium Kimia Fisika.2012. Penuntun Praktikum Kimia Fisika Jurusan
Kimia,F.MIPA,Universitas Udayana ; Bukit Jimbaran - Bali