LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1
-
Upload
titin-indrawati -
Category
Documents
-
view
578 -
download
11
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM FISTEK ACARA 1
LAPORAN PRAKTIKUMFISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN
ACARA IPENGARUH KONDISI DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP
SUSUT BERAT BAHAN
OLEHTitin Indrawati
J1B 013 116
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIANFAKULTAS TEKNOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM2015
HALAMAN PENGESAHAN
Mataram, 20 November 2015
Mengetahui, Co. Ass Praktikum Fisiologi dan Praktikan,Teknologi Pasca Panen
Ida Kurniawati Titin IndrawatiNIM.J1A012049 NIM.J1B 013 116
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penanganan yang tidak optimal selama penyimpanan, transportasi atau pada saat
penjualan menyebabkan buah yang sampai ke konsumen tidak sama segar dengan buah
aslinya dan sudah mengalami penurunan bobot dan nilai gizi bahkan kadang-kadang
telah terjadi pembusukan. Penanganan yang tidak optimal selain disebabkan oleh
fasilitas yang kurang memadai, juga karena pengetahuan pelaku sangat kurang dalam
melakukan penanganan yang baik.
Bahan Hasil pertanian setelah dipanen masih merupakan bahan hidup. Sayuran
dan buah setelah dipanen masih mengalami respirasi dan transpirasi pada penyimpanan.
Penyimpanan pada kondisi tertentu akan menyebabkan perbedaan tekstur buah dan
sayuran. Pada buah dan sayuran yang disimpan pada suhu dingin akan menghambat
proses respirasi dan mencegah kerusakan akibat aktivitas mikroorganisme. Adanya luka
atau goresan pada permukaan buah dan sayuran akan menyebabkan susutnya berat
bahan karena air dalam bahan akan keluar atau menguap (Sjaifullah, 2010)
Permasalahan ini sangat penting karena pemahaman yang berbeda-beda antar
pelaku pemasaran. Sebagian berpendapat sesekali buah perlu difluktuasikan suhunya,
dari suhu dingin ke suhu ruang untuk dapat mempertahankan mutunya dan
memperpanjang masa simpannya. Jenis komoditi buah secara individual berbeda
ketahanannya terhadap penurunan kualitas dan kerusakan. Oleh karena itu dilakukanlah
praktikum ini agar dapat mengetahui apa saja penyebab kerusakan pada buah dan sayur.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap susut berat komoditi hasil pertanian.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Buah dana sayur memiliki masa simpan yang relatif rendah sehingga buah dan
sayur dikenal sebagai bahan pangan yang cepat rusak dan hal ini sangat berpengaruh
terhadap kualitas masa simpan buah dan sayur. Mutu simpan buah dan sayur sangat erat
kaitannya dengan proses respirasi dan transpirasi selama penanganan dan penyimpanan
di mana akan menyebabkan susut pasca panen seperti susut fisik yang diukur dengan
berat, susut kualitas karena perubahan wujud (kenampakan), cita rasa, warna atau
tekstur yang menyebabkan bahan pangan kurang disukai konsumen; susut nilai gizi
yang berpengaruh terhadap kualitas buah (AAK, 2000)
Serelia merupakan jenis tanaman berbiji, sering disebit dengan rumput-rumputan
termasuk dalam family gramine. Biji-bijian didalam penyimpaan melakukan aktivitas
fisiologi yaitu proses pernapasan atau respirasi. Salah satu penyebab kehilangan bahan
kering adalah respirasi. Selain itu, penyusutan berat bahan disebabkan oleh infeksi
serangga, tikus, burung dan sebagainya (Rizal, 2011).
Respirasi adalah proses pemecahan komponen organik menjadi produk yang
lebih sederhana dan energi. Aktifitas ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi
sel agar tetap hidup. Berdasarkan pola respirasi dan produksi etilen selama pendewasaan
dan pematangan produk nabati dibedakan menjadi klimakterik dan non klimakterik.
Komoditi dengan laju respirasi tinggi menunjukan kecenderungan lebih mudah rusak
(Muchtadi, 2009).
Transpirasi adalah pengeluaran air dari dalam jaringan produk nabati. Laju
transpirasi dipengaruhi oleh faktor internal (morfologi, rasio permukaan terhadap
volume) dan faktor eksternal (suhu, kelembaban, pergerakan udara, dan tekanan
atmosfir). Transpirasi yang berlebihan menyebabkan produk mengalami pengurangan
berat, daya tarik (karena layu), nilai tekstur, dan nilai gizi. Pengendalian laju transpirasi
dilakukan dengan pelapisan, penyimpanan dingin, atau modifikasi atmosfir (Anonim,
2011).
Secara umum penyusutan bahan hasil pertanian dibedakan atas penyusutan
kuantitatif dan penyusutan kualitatif. Penyusutan kuantitatif dinyatakan dalam susut
jumlah atau bobot. Penyusutan kualitatif berupa penyimpangan rasa, warna dan bau,
penurunan nilai gizi, penyimpangan sifat-sifat fisiokimia dan penurunan daya tumbuh
(Junaidi, 2009).
Pengaturan suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang
umur simpan dan mempertahankan kesegaran dari buah. Sedangkan kelembaban
(relative humidity) mempengaruhi kehilangan air, peningkatan kerusakan, beberapa
insiden kerusakan phisiologi, dan ketidakseragaman buah pada saat masak (ripening).
Pengaturan kelembaban yang optimal pada penyimpanan buah antara 85 sampai dengan
90%. Kemudian komposisi atmosfir dalam hal ini terdiri dari oksigen, karbondioksida,
dan gas etilen dapat menyebabkan pengaruh yang besar terhadap respirasi dan umur
simpan buah (Winarno, 2004).
Peraturan mengenai penentuan umur simpan bahan pangan telah dikeluarkan
oleh Codex Allimentarius Commission (CAC) pada tahun 1985 tentang Food Labellung
Regulation. Di Indonesia, peraturan mengenai penentuan simpan bahan pangan dalam
UU Pangan No.7 tahun 1996 dan No.69 tahun 1999. Menurut Rahayu et al (2013).
Terdapat tujuh jenis produk pangan yang tidak wajib mencantumkan tanggal,bulan,dan
tahun kadaluwarsa yaitu salah satunya buah dan sayur segar, termasuk kentang yang
belum dikupas (Rizal, 2011)
Mutu simpan buah dan sayuran akan lebih bertahan lama jika laju respirasi
rendah dan transpirasi dapat dicegah dengan meningkatkan kelembaban relatif,
menurunkan suhu udara. Pada umumnya komoditas yang mempunyai umur simpan
pendek mempunyai laju respirasi tinggi atau peka terhadap suhu rendah (Tranggono dan
Sutardi, 2010).
BAB IIIPELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 6 November 2015 di
Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah timbangan, lemari es,
toples, pisau, wadah buah, oven, dan desikator.
b. Bahan-bahan praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum adalah apel, kentang,
gabah, dan beras.
3.3 Proseur Kerja
Adapun langkah-langkah kerja yang dilakukan pada praktikum adalah sebagai
berikut :
a) Susut berat bahan (Buah, Sayuran dan Serelia)
1. Ditimbang masing-masing bahan sebagai berat awal.
2. Dibagi apel dan kentang masing-masing menjadi 4 bagian dan diberi perlakuan
sebagai berikut :
a. Tanpa dilukai dan disimpan di suhu ruang.
b. Tanpa dilukai dan disimpan di suhu dingin (lemari es).
c. Dilukai dan disimpan di suhu ruang.
d. Dilukai dan disimpan di suhu dingin (lemari es).
3. Dibagi gabah dan beras masing-masing menjadi 2 bagian dan diberi perlakuan
sebagai berikut :
a. Disimpan di tempat terbuka.
b. Disimpan di tempat tertutup (di dalam toples).
4. Dihitung susut berat bahan semua perlakuan pada hari ke-3 dan hari ke-7.
b) Kadar air air Serelia1. Ditimbang masing-masing bahan sebagai berat awal.
2. Dibagi gabah dan beras masing-masing menjadi 2 bagian dan diberi
perlakuan sebagai berikut :
a. Disimpan di tempat terbuka.
b. Disimpan di tempat tertutup (di dalam toples).
3. Dihitung kadar air bahan semua perlakuan pada hari ke-3 dan hari ke-7.
c)
BAB IVHASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Terhadap Susut Berat Bahan (Buah dan Sayur)
Bahan Kondisi Penyimpanan Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) Susut Berat (%)
Apel 1Tanpa dilukai
disimpan pada suhu ruang
65,01 63,5882 1,4218Apel 2 59,19 51,9823 7,2077
Kentang 1 86,57 86,4384 0,1316Kentang 2 105,09 104,7889 0,3011
Apel 1 Tanpa dilukai disimpan pada suhu
dingin
63,32 63,2216 0,0984Apel 2 54,73 54,4139 0,3161
Kentang 1 112,92 114,0307 0,1107Kentang 2 103,98 113,7468 0,2332
Apel 1Dilukai disimpan pada
suhu ruang
43,94 64,9698 21,0298Apel 2 69,13 41,0561 28,0739
Kentang 1 126,41 122,6616 3,7484Kentang 2 99,85 97,3213 2,5287
Apel 1Dilukai disimpan pada
suhu dingin
74,80 74,5541 0,2459Apel 2 63,21 62,8888 0,3212
Kentang 1 95,96 94,6534 1,3066Kentang 2 146,86 145,1040 1,756
Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Kadar Air Gabah dan Beras
Bahan Kondisi Penyimpanan Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) Hari ke- Kadar Air (%) Hari ke- ke-
0 3 7 0 3 7 0 3 7
Gabah Tempat Terbuka 26,5953 26,6804 26,6518 26,5821 26,5740 26,5733 0,0496 0,3987 0,2945Tempat Tertutup 28,6678 28,5786 28,5514 28,5118 28,5018 28,5033 0,5441 0,2687 0,1684
Beras Tempat Terbuka 29,1342 29,0594 29,0324 28,9458 28,9364 28,9346 0,6466 0,4332 0,3368Tempat Tertutup 28,1004 28,1430 28,1325 28,0584 28,0481 28,0472 0,1487 0,3372 0,3032
Table 1.2 Hasil Pengamatan Susut Berat Bahan (Serelia)
Bahan Kondisi Penyimpanan
Berat Awal (gr)
Berat Akhir (gr) Hari ke-
Berat Awal (gr) Hari ke-
3 7 3 7
Gabah Tempat Terbuka 10 10,08 10,09 0,08 0,09Tempat Tertutup 10 10,01 9,95 0,01 0,05
Beras Tempat Terbuka 10 10,01 10,20 0,01 0,2Tempat Tertutup 10 10 10,08 0 0,08
4.2. Hasil Perhitungan
1. Analisis Susut Berat Bahan (Buah dan Sayur)
Rumus Susut Berat :
Berat bahan = berat awal - berat akhir100 × 100%
a. Susut Berat Buah Apel
Tanpa dilukai disimpan pada suhu ruang
1. Apel 1 :
Susut Berat = 65,01 – 63,5882100 × 100%
= 1,4218%.
2. Apel 2 :
Susut Berat = 59,19 – 51,9823100 × 100%
= 7,2077%.
Tanpa dilukai disimpan pada suhu dingin (lemari es)
1. Apel 1 :
Susut Berat = 63,32 – 63,2216100 × 100%
= 0,0984%.
2. Apel 2 :
Susut Berat = 54,73 – 54,4139100 × 100%
= 0,3161%.
Dilukai disimpan pada suhu ruang
1. Apel 1 :
Susut Berat = 43,94 – 64,9698100 × 100%
= 21,0298%.
2. Apel 2 :
Susut Berat = 69,13 – 41,0561100 × 100%
= 28,0739%.
Dilukai disimpan pada suhu dingin (lemari es)
1. Apel 1 :
Susut Berat = 74,80 – 74,5541100 × 100%
= 0,2459%.
2. Apel 2 :
Susut Berat = 63,21 – 62,8888100 × 100%
= 0,3212%.
b. Susut Berat Kentang
Tanpa dilukai disimpan pada suhu ruang
1. Kentang 1 :
Susut Berat = 86,57 – 86,4384100 × 100%
= 0,1316%.
2. Kentang 2 :
Susut Berat = 105,09 – 104,7889100 × 100%
= 0,3011%.
Tanpa dilukai disimpan pada suhu dingin (lemari es)
1. Kentang 1 :
Susut Berat = 113,92 – 114,0307100 × 100%
= 0,1107%.
2. Kentang 2 :
Susut Berat = 103,98 – 113,7468100 × 100%
= 0,2332%.
Dilukai disimpan pada suhu ruang
1. Kentang 1 :
Susut Berat = 126,41 – 122,6616100 × 100%
= 3,7484%.
2. Kentang 2 :
Susut Berat = 99,85 – 97,3213100 × 100%
= 2,5287%.
Dilukai disimpan pada suhu dingin (lemari es)
1. Kentang 1 :
Susut Berat = 95,96 – 94,6534100 × 100%
= 1,3066%.
2. Kentang 2 :
Susut Berat = 146,86 – 145,1040100 × 100%
= 1,756%.
2. Analisis Kadar Air Bahan (Serelia)
Rumus Kadar Air :
Kadar Air = berat awal - berat akhirberat awal × 100%
a. Kadar Air Gabah
Tempat Terbuka
1. Hari ke-0 :
Kadar Air = 26,5953 – 26,582126,5953 × 100%
= 0,0496%.
2. Hari ke-3 :
Kadar Air = 26,6804 – 26,574026,6804 × 100%
= 0,3987%.
3. Hari ke-7 :
Kadar Air = 26,6518 – 26,573326,6518 × 100%
= 0,2945%.
Tempat Tertutup
1. Hari ke-0 :
Kadar Air = 28,6678 – 28,511828,6678 × 100%
= 0,5441%.
2. Hari ke-3 :
Kadar Air = 28,5786 – 28,501828,5786 × 100%
= 0,2687%.
3. Hari ke-7 :
Kadar Air = 28,5514 – 28,503328,5514 × 100%
= 0,1684%.
b. Kadar Air Beras
Tempat Terbuka
1. Hari ke-0 :
Kadar Air = 29,1342 – 28,945829,1342 × 100%
= 0,6466%.
2. Hari ke-3 :
Kadar Air = 29,0594 – 28,936429,0594 × 100%
= 0,4332%.
3. Hari ke-7 :
Kadar Air = 29,0324 – 28,934629,0324 × 100%
= 0,3368%.
Tempat Tertutup
1. Hari ke-0 :
Kadar Air = 28,1004 – 28,058428,1004 × 100%
= 0,1487%.
2. Hari ke-3 :
Kadar Air = 28,1430 – 28,048128,1430 × 100%
= 0,3372%.
3. Hari ke-7 :
Kadar Air = 28,1325 – 28,047228,1325 × 100%
= 0,3032%.
3. Analisis Susut Berat Bahan (Serelia)
Rumus Susut Berat :
Susut Berat = berat awal - berat akhir100 × 100%
a. Susut Berat Gabah
Tempat Terbuka
1. Hari ke-3 :
Susut Berat = 10 – 10,08100 × 100%
= 0,08%.
2. Hari ke-7 :
Susut Berat = 10 – 10,09100 × 100%
= 0,09%.
Tempat Tertutup
1. Hari ke-3 :
Susut Berat = 10 – 10,01100 × 100%
= 0,01%.
2. Hari ke-7 :
Susut Berat = 10 – 9,95100 × 100%
= 0,05%.
b. Susut Berat Beras
Tempat Terbuka
1. Hari ke-3 :
Susut Berat = 10 – 10,01100 × 100%
= 0,01%.
2. Hari ke-7 :
Susut Berat = 10 – 10,20100 × 100%
= 0,2%.
Tempat Tertutup
1. Hari ke-3 :
Susut Berat = 10 – 10100 × 100%
= 0%.
2. Hari ke-7 :
Susut Berat = 10 – 10,08100 × 100%
= 0,08%.
BAB VPEMBAHASAN
Apel dan kentang tergolong dalam buah dan sayur klimakterik, dimana pada
suhu optimumnya akan terjadi laju respirasi yang sangat tinggi sehingga proses
pematangan dan kerusakan akan cepat terjadi. Namun, buah apel dan kentang walaupun
termasuk golongan klimakterik, laju respirasinya terbilang rendah, karena memiliki sifat
dormain. Berbeda dengan buah non klimakterik yang tidak melakukan respirasi,
melainkan mengalami penurunan produksi CO2. Apel yang mengalami kerusakan
mekanis seperti luka akan mempercepat terjadinya penyusutan berat bahan. Hal ini
dikarenakan jaringan kulit pada bahan sudah tidak berfungsi dengan baik, atau sifat
semipermeabel jaringan sudah tidak selektif lagi, sehingga air dalam bahan dengan
mudah keluar atau teruapkan. Proses transpirasi ini akan berjalan cepat apabila dalam
keadaan optimumnya (Anonim, 2010).
Perbandingan dua jenis kondisi penyimpanan serta menggunakan dua bahan
percobaan yaitu apel dan kentang, pada penyimpanan dengan kondisi tanpa dilukai dan
disimpan pada suhu ruang memiliki nilai susut berat yang paling tinggi pada apel 2
sebesar 7,2077 % dengan berat awal 59,19gr dan berat akhir 51,9823. Pada kentang
susut berat paling besar pada kentang 2 sebesar 0,3011% dengan berat awal 105,09gr
dan berat akhir 104,7889gr. Sedangkan pada jenis penyimpanan dengan kondisi dilukai
disimpan di suhu ruang, bahan pangan yang memiliki susut berat paling tinggi yaitu
apel 2 sebesar 28,0739% dengan berat awal 69,13gr dan berat akhir 41,0561gr. Pada
kentang susut berat paling besar pada kentang 1 sebesar 0,2459% dengan berat awal
126,41gr dan berat akhir 122,6616gr.
Berdasarkan hasil pengamatan susut beratn yang paling tinggi terdapat pada
penyusutan yang disimpan dalam suhu ruang dengan kondisi dilukai bahan yang dilukai
memiliki tingkat susut berat yang lebih tinggi dari pada susut berat bahan yang
disimpan pada suhu ruang dengan kondisi tanpa dilukai. Hal ini disebabkan oleh
kecepatan respirasi dan transpirasi lebih cepat terjadi pada suhu yang lebih tinggi karena
proses metabolisme dipengaruhi juga dengan adanya O2 dan suhu tinggi. Metabolisme
akan mengasilkan H2O, dimana H2O akan diuapkan melalui proses transpirasi sehingga
terjadi penyusutan berat dari bahan tersebut. Selain itu, luka pada jaringan kulit apel dan
kentang akan segera diperbaiki oleh jaringan yang masih hidup dalam waktu tertentu,
dimana jaringan yang terbuka tersebut akan tertutup dan akan tampak kering karena
jaringan kulit yang rusak tersebut diganti dengan jaringan yang baru. Sehingga laju
transpirasi menurun menyebabkan penyusutan berat bahan setelah disimpan dalam
jangka waktu. Berbeda dengan apel dan kentang yang tidak terdapat luka dimana pada
penyimpanan yang semakin lama akan meningkatkan penyusutan berat apel, karena
sifatnya yang klimakterik
Penyimpanan apel pada suhu rendah atau dingin, akan memperlambat proses
respirasi dan transpirasi, karena pada suhu rendah senyawa-senyawa air didalam bahan
akan membeku secara perlahan, serta asupan oksigen kurang. Penyusutan berat apel
yang luka ataupun dalam kondisi baik tidak berbeda jauh. Penyimpanan dengan kondisi
tanpa dilukai dan disimpan pada suhu dingin memiliki nilai susut berat yang paling
tinggi pada apel 2 sebesar 0,3161 % dengan berat awal 54,73gr dan berat akhir
54,4139gr. Pada kentang susut berat paling besar kentang 2 sebesar 0,2332% dengan
berat awal 103,98gr dan berat akhir 113,7468gr. Sedangkan pada jenis penyimpanan
dengan kondisi dilukai disimpan di suhu ruang, bahan pangan yang memiliki susut berat
paling tinggi yaitu apel 2 sebesar 0,3212% dengan berat awal 63,21gr dan berat akhir
62,8888gr. Pada kentang susut berat paling besar pada kentang 2 sebesar 1,756%
dengan berat awal 146,86gr dan berat akhir 145,1040gr. Jadi suhu rendah
atau cooling merupakan salah satu cara untuk memperpanjang masa simpan komoditi
hasil pertanian. Air didalam bahan pada suhu rendah akan membeku secara perlahan,
sehingga menghambat respirasi dan transpirasi serta menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pathogen yang mampu merusak bahan.
Susut berat bahan pada buah dan sayur akan berbeda dengan susut berat yang
terjadi pada bahan serealia. Serealia sengaja dikeringkan hingga kandungan air tertentu,
sehingga dapat bertahan lama. Gabah merupakan serealia yang akan menjadi beras.
Gabah dengan kadar air yang rendah akan memberikan pengaruh terhadap beras yang
dihasilkan. Dimana semakin rendah kadar air bahan akan semakin baik kualitas beras.
Menurut Anonim (2007) kadar air untuk gabah yang baik yaitu 14-17%, sedangkan
untuk beras 11-14%. Penyusutan gabah dan beras terlihat dari kadar airnya. Gabah dan
beras pada penyimpanan dalam kondisi tertutup dan terbuka, memiliki penyusutan yang
sama yaitu sebesar 20%.
Pengukuran kadar air pada gabah dengan tempat terbuka terjadi kenaikan
kemudian penurunan kadar air dari hari ke-0 ke-3 dan ke-7 berturut-turut 0,0496%,
0,3987% menjadi 0,2945%. pada tempat terbuka mengalami kenaikan dari hari ke-0 ke-
3 dan ke-7 berturut-turut 0,5441%, 0,2687% menjadi 0,1684%. Hal ini disebabkan
akibat kelembaban lingkungan lebih rendah dibandingkan dengan kelembaban pada
gabah sehingga air pada gabah menguap ke lingkungan, tetapi berbeda pada gabah yang
berkondisi tempat terbuka mengalami ketidakstabilan kelembaban lingkungan dengan
gabah yang kemudian mengalami kenaikan kemudian penurunan kadar air. Sedangkan
pada beras dengan wadah terbuka terjadi penurunan kadar air berturut-turut masing-
masing sebanyak 0,6466%, 0,4332 dan 0,3368% tetapi pada kondisi tertutup masing-
masing diperoleh kadar air sebesar 0,1487%, 0,3372 dan 0,3032%. Penurunan kadar air
ini diakibatkan kelembaban beras lebih besar dibanding kelembaban lingkungan.
Susut berat pada bahan biji (serelia) gabah yang disimpan pada tempat terbuka
dalam hari ke-3 hingga ke-7 diperoleh nilai susut berat masing-masing 0,08% dan
0,09%, pada tempat tertutup diperoleh nilai susut berat berturut-turut sebesar 0,01 dan
0,5 menandakan bahwa susut berat akan mengalami proses respirasi pada keadaan suhu
tinggi dan percobaan mengalami kenaikan yang berarti mengalami sedikit susut berat.
Sedangkan pada beras nilai susut beratnya diperoleh pada keadaan tertutup. Hal ini
menandakan bahwa beras akan mengalami proses respirasi pada keadaan suhu ruang
yang tinggi karna tempat yang digunakan dalam keadaan tertutup.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Komoditas hasil pertanian setelah dipanen tetap melakukan proses fisiologis
2. Proses respirasi dan transpirasi yang tinggi akan mempercepat proses pemasakan
dan menurunkan berat bahan atau penyusutan
3. Penyimpanan dengan suhu rendah dapat menghambat proses respirasi dan
transpirasi
4. Kerusakan pada jaringan kulit bahan akan mempercepat proses transpirasi dan
penyusutan bahan.
5. Apel dan kentang semakin lama disimpan persentase susut beratnya semakin tinggai
6. Semakin lama penyimpanan beras dan gabah ditempat terbuka, kadar airnya
semakin menurun.
7. Susut berat bahan yang diberi 2 perlakuan berbeda dalam kondisi dilukai dan tanpa
dilukai pada bahan akan mengalami proses pembentukan etilen yang berbeda yaitu
cepat atau lambatnya proseses pembentukan yang terjadi sebaliknya dengan kondisi
penyimpanannya.
8. Kadar air bahan akan berkurang pada kondisi penyimpanannya yang memiliki
kelembaban lingkungan lebih kecil dibandingkan dengan kelembaban suatu bahan.
9. Kelembaban pada percobaan mengalami kenaikan dan penurunan kemudian
kenaikan ini membuktikan bahwa kelembaban lingkungan dengan bahan mengalami
ketidak stabilan sehingga mengalami yang seharusnya pada kondisi tersebut
pengalami penurunan.
DAFTAR PUSTAKA
Aksi Agraris Kanisius (AAK). 2000. Petunjuk Praktik Bertanam Buah dan Sayur. Kanisius. Jakarta
Junaidi, M., dkk, 2009. Penentuan Umur Simpan Pada Produk Pangan. Perpustakaan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Jurnal Litbang Pertanian. 27(4). http:// karyailmiah.fp.ub.ac.id/ bp/files/jurnal/7.pdf (diakses 14 november 2015)
Muchtadi, D. 2009. Fisiologi Pasca Panen Sayuran dan Buah-Buahan (Petunjuk
Laboratorium). PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor.
Rizal, A., 2011. Faktor penyebab Pengemasan, Penyimpanan dan Pelabelan pada produk Biji. Jurnal Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. https:// warasfarm. wordpress.com/2013/04/19/faktor-penenangan-penyimpanan-padi-otomatis/. (Diakses pada 15 November 2015).
Sjaifullah, 2010. Petunjuk Memilih Buah Segar. PT Penebar Swadaya, Jakarta
Tranggono dan Sutardi, 2010. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT.Gramedia. Jakarta