Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Fix
description
Transcript of Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Fix
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
AKUMULASI HARA DAN MINERAL DALAM SEL TUMBUHAN
Disusun untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah Fisiologi Tumbuhan yang diampu oleh
Dr. H. Taufik Rahman., M. Pd dan Dr. Hj. Sri Anggraeni, M. Si
Oleh :
Biologi C 2014
Kelompok 5
Decyana Wahyudin 1401721
Eka Indah Cahya 1403692
Rai Irtifaul Fikri 1401396
Rifa Triana 1401054
Satrio Haryo Benowo 1403870
Tiara Dewanti Puteri 1404243
PROGRAM STUDI BIOLOGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016
A. JUDUL
Akumulasi Hara Dan Mineral Dalam Sel Tumbuhan.
B. WAKTU PELAKSANAAN
Hari, tanggal : Selasa, 9 Februari 2016.
Waktu : 13.00 – 15.30.
Tempat : Laboratorium Fisiologi FPMIPA UPI.
C. TUJUAN
Menentukan ratio akumulasi ion Cl- dalam sel dengan Cl- dalam air kolam tempat
Cabomba aquatica hidup.
D. DASAR TEORI
1. Hara dan Mineral
Nutrien esensial yang dibutuhkan oleh tanaman tingkat tinggi secara eksklusif
inorganik, sebuah fitur pembeda organisme ini dari manusia, binatang, dan banyak
spesies mikroorganisme yang mana membutuhkan bahan makanan organik untuk
menghasilkan energi (Campbell et al., 2012).
Sebagian dari nutrien esensial adalah makronutrien, yang mana dibutuhkan
tumbuhan dalam jumlah yang besar, dan yang lain adalah mikronutrien, yang mana
dibuthkan dalam jumlah yang kecil. Tujuh unsur mikronutrien – besi, klorin,
tembaga, mangan, seng, molibdenum, dan boron – kurang dari 1 sampai beberapa
ribu bagian per sejuta pada kebanyakan tumbuhan (Raven et al., 2001).
Gambar 1. Tabel Nutrien Esensial Pada Tumbuhan
Fungsi utama mikronutrien di dalam tumbuhan adalah sebagai kofaktor, yaitu
pembantu non-protein dalam reaksi enzimatik.
2. Klorida
Lebih dari 120 bahan oraganik berklorin telah teridentifikasi pada tumbuhan
tingkat tinggi (Engvild, 1986). Klorida disimpan sebagian dalam vakuola sel daun
dan muatan negatifnya dinetralkan oleh Ca2+ dan Mg2+ (Beringer et al., 1990).
Klorida dibutuhkan oleh tumbuhan untuk tekanan turgor daun dan fotosintesis
(McCauley et al., 2011).
Kemampuan Cl untuk bergerak cepat melintasi membran sel terhadap gradien
elektrokimia dan aktivitas biokimia yang relatif rendah adalah dua sifat penting yang
membuat Cl sesuai berfungsi sebagai zat terlarut osmotik kunci pada tumbuhan.
Akumulasi Cl oleh tumbuhan berkontribusi besar dalam peningkatan hidrasi sel dan
tekanan turgor, yang keduanya penting untuk pemanjangan sel (Maas, 1986).
3. Cabomba aquatica
Cabomba merupakan penjajah agresif pada sistem air tawar setempat. Cabomba
mengungguli tanaman air tawar setempat dan mungkin memiliki dampak negatif
pada ikan dan invertebrata air setempat. Infestasi yang padat dapat menghambat
kegiatan rekreasi air dan risiko tenggelam akibat belitan. Cabomba tumbuh di kolam,
danau dan tenang sungai. Umumnya berakar sedalam 1-3 m, tetapi dapat terus
tumbuh dan mengambang bebas. Dapat hidup di perairan dingin maupun hangat, tapi
tidak dapat mentolerir air yang terlalu hangat (di atas 30 ° C). Cabomba memilih pH
yang sedikit asam sampai netral (pH 6-7) dan perairan basa (pH> 8) tidak kondusif
untuk pertumbuhan. Cabomba membutuhkan substrat halus yang memberikan nutrisi
yang cukup untuk pertumbuhan yang sehat (Queensland DPIF. 2007).
Gambar 2. Cabomba aquatica\
4. Titrasi
Titrasi adalah teknik di mana larutan konsentrasi dikenal digunakan untuk
menentukan konsentrasi larutan yang tidak diketahui. Biasanya, titran (larutan yang
diketahui) ditambahkan dari sampai reaksi selesai. Mengetahui volume titran yang
ditambahkan memungkinkan penentuan konsentrasi yang tidak diketahui. Seringkali,
indikator yang digunakan untuk biasanya menandakan akhir dari reaksi.
Untuk mengetahui keberadaan klorida dalam suatu larutan digunakan titrasi
menggunakan AgNO3 atau metod Mohr.
5. Metode Mohr
Metode Mohr yang terkenal adalah di mana alkali atau alkali tanah klorida
bereaksi dengan perak nitrat dengan adanya beberapa tetes larutan kalium kromat
sebagai indikator, adalah metode sederhana, langsung, dan akurat untuk penentuan
klorida (Korkmaz).
Metode ini menentukan konsentrasi ion klorida dari solusi dengan titrasi dengan
perak nitrat. Sesaat larutan perak nitrat ditambahkan secara perlahan, endapan klorida
perak terbentuk.
Gambar 3. Reaksi Pembentuka Perak Klorida
Titik akhir titrasi terjadi ketika semua ion klorida diendapkan. Kemudian ion
perak tambahan bereaksi dengan ion kromat dari indikator, kalium kromat, untuk
membentuk endapan merah-coklat kromat perak.
Gambar 3. Reaksi Pembentuka Perak Kromat
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Tabel 5.1. Alat yang digunakan
No Nama Alat Jumlah
1. Gelas Erlenmeyer 250mL 3
2. Buret 3
3. Mortar dan pestel 1
4. Kain kassa Secukupnya
5. Pipet 3
6. Corong 3
2. Bahan
Tabel 5.2. Bahan yang digunakan
No Nama Bahan Jumlah
1. Air Kolam tempat Cabomba aquatica
hidup
Secukupnya
2. NaCl 0,05N Secukupnya
3. Indikator K2CrO4 5% Secukupnya
4. Larutan AgNO3 0,02N Secukupnya
5. Aquades Secukupnya
6. CaCO3 Secukupnya
F. LANGKAH KERJA
a. Mencari konsentrasi (Cl-) dalam jaringan/sel daun Cabomba aquatica
1½ mL ekstrak
Cabomba aquatica diencerkan dengan
aquades hingga 25mL
2Larutan kemudian
diberi ½ mL K2CrO4 5%
3Mentritrasi larutan
dengan AgNO3
0,02N sampai berubah warna menjadi coklat
4Mencatat dan menghitung
kosentrasi (Cl-) pada ekstrak
b. Mencari konsentrasi (Cl-) dalam jaringan/sel batang Cabomba aquatica
c. Mencari konsentrasi (Cl-) dalam air tempat hidup Cabomba aquatica
3Mentritrasi larutan
dengan AgNO3
0,02N sampai berubah warna menjadi coklat
2Larutan kemudian
diberi ½ mL K2CrO4 5%
1½ mL ekstrak
batang Cabomba aquatica
diencerkan dengan aquades hingga
25mL
4Mencatat dan menghitung
kosentrasi (Cl-) pada ekstrak
batang Cabomba aquatica
3Mentritrasi larutan
dengan AgNO3
0,02N sampai berubah warna menjadi coklat
2Larutan kemudian
diberi ½ mL K2CrO4 5%
1½ mL ekstrak
batang Cabomba aquatica
diencerkan dengan aquades hingga
25mL
4Mencatat dan
menghitung kosentrasi (Cl-)
pada ekstrak batang Cabomba
aquatica
5Menghitung ratio
perbandingan kosentrasi (Cl-)
pada ekstrak dengan
kosentrasi (Cl-) pada air tempat hidup Cabomba
aquatica
6Hasilnya dibuat
laporan
G. HASIL PENGAMATAN
Tabel 7.1. Pengamatan Akumulasi Ion Cl- dalam Daun, Batang dan Tempat Hidup
Cabomba aquatica
No Bahan Gambar Ket
1 Air Kolam Sebelum Sesudah Pengujian
kadar
dilakukan
diplo
2 Ekstrak Daun Sebelum Sesudah Pengujian
kadar
dilakukan
diplo
3 Ekstrak Batang Sebelum Sesudah Pengujian
kadar
dilakukan
diplo
Tabel 7.2. Data Pengamatan Akumulasi Ion Cl- Cabomba aquatica
No Sampel Volume titrasi Rata-Rata Perhitungan
1
Air
0,4 mL
0,35 mL
N1 x V1 = N2 x V2
25 mL x V1= 0,02 x 0,35 mL
V1 = 0,02 x 0,35 mL
25 mL =2,8 x 10-4 N0,3 mL
2
Daun
1 mL
0,9 mL
N1 x V1 = N2 x V2
25 mL x V1= 0,02 x 0,9 mL
V1 = 0,02x 0,9 mL
25 mL = 7,2 x 10-4 N0,8 mL
3
Batang
1,1 mL
1,2 mL
N1 x V1 = N2 x V2
25 mL x V1= 0,02 x 1,2 mL
V1 = 0,02 x 1,2mL
25 mL =9,6 x 10-4 N1,3 mL
Tabel 7.3. Ratio Akumulasi Ion Cl- dalam Berbagai Tumbuhan Air
Kelompok Nama Tumbuhan Tempat HidupX [Cl-]
Ratio ¿¿Sel Air
1
Daun Hydrila sp.
Kolam
1,12x10-
3 N 3,2x10-3
N
3,375
Batang Hydrila sp.1,08x10-
3 N1,75
2 Hydrila sp. Kolam12x10-4
N8x10-4 N 1,50
3Daun Echinodorus
sp.Kolam
1,6x10-3
N
1,12x10-
3 N1,43
Daun Sagittaria
sp.
0,96x10-
3 N0,85
4 Hydrilla sp. Kolam Botani 8x10-4 N14x10-4
N0,57
5
Daun Cabomba
aquaticaKolam
7,2x10-4
N 2,8x10-4
N
2,57
Batang Cabomba
aquatica
9,6x10-4
N3,42
6Micrantemum
umbrosumKolam
6,4x10-4
N
2,4x10-4
N2,7
7 Hydrilla sp. Kolam 6x10-4 N 3x10-4 N 2
8 Hydrilla sp. Aquarium12,8x10-
4 N
3,9x10-4
N3,28
H. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, bahan yang digunakan kelompok kami adalah tumbuhan
air yaitu Cabomba aquatiqa. Tumbuhan air ini hidup didalam air kolam agar
mempermudah dalam proses pengamatan serta langkah-langkah yang dilakukan lebih
mudah.
Unsur Cl- merupakan salah satu unsur hara esensial bagi tumbuhan Hampir 90%
dari seluruh berat tanaman tersebut adalah air, dan sisanya 10% berupa bahan yang terdiri
atas 3 elemen yaitu karbon, hidrogen dan oksigen. Kandungan klorida (Cl-) pada
Cabomba aquatiqa baik dalam sel atau jaringan tumbuhan maupun dalam air kolam
ditetapkan dengan titrasi perak nitrat (AgNO3). Selain itu, perak nitrat juga bereaksi
dengan kalium kromat menyebabkan titrasi pada jaringan maupun air kolam berwarna
cokelat kemerahan.
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan, menunjukkan bahwa masing-masing
tanaman memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengakumulasi ion Cl⁻ yang berasal
dari lingkungan tempat asalnya. Seperti pada tumbuhan Hydrilla sp. yang diteliti oleh
kelompok 1, Hydrilla sp. memiliki ratio akumulasi ion Cl⁻ yang lebih tinggi pada bagian
daunnya dibandingkan dengan tumbuhan air yang lain yaitu sebesar 3,375. Pada
tumbuhan Cabomba aquatica yang kelompok kami teliti, memiliki ratio akumulasi ion
Cl⁻ yang lebih tinggi pada bagian batangnya dibandingkan dengan tumbuhan air yang
lain yaitu sebesar 3,42.Hal ini dipengaruhi oleh tempat tumbuh yang berbeda, kebutuhan
masing-masing tanaman terhadap ion Cl⁻, organ dan usia tanaman serta ada tidaknya
tumbuhan kompetitif pada habitatnya. Habitat mempengaruhi akumulasi ion Cl⁻ pada
suatu tumbuhan karena pada masing-masing habitat memiliki kandungan ion Cl⁻ yang
berbeda pula. Jika suatu habitat memiliki ion Cl⁻ yang tinggi maka akumulasi ion Cl⁻ pada tanaman yang hidup pada habitat tersebut juga tinggi. Namun habitat bukan satu-
satunya faktor yang mempengaruhi akumulasi ion Cl⁻ pada tanaman.
Terdapat perbedaan ion Cl- pada masing-masing organ yang berbeda-beda pula.
Baik itu pada organ akar, daun maupun batang. Ratio akumulasi ion Cl⁻ lebih besar
terdapat di daerah lingkungannya, yaitu air dibandingkan dengan jaringan atau sel. Jadi,
bisa disimpulkan bahwa akumulasi ion Cl- di dalam organ lebih banyak dari tempat
hidupnya.
Cl- berasal dari air kolam dan ekstrak tumbuhan, warna coklat kemerahan muncul
akibat Ag2CrO4. Berdasarkan hasil pengamatan seluruh kelompok di kelas, didapatkan
hasil akumulasi hara yang berbeda-beda dari setiap spesies. Dari data tersebut di dalam
sel lebih banyak mengandung ion Cl- sehingga terjadi akumulasi ion klorida dalam
tumbuhan, sehingga ion Cl- di dalam sel lebih banyak daripada di air kolam.
Melalui pengamatan pada daun dan batang tumbuhan yang berbeda terdapat ion
Cl- yang banyak pada daun karena pada daun mengandung kloroplas yang berperan
dalam proses fotosintesis, sehingga akumulasi ion Cl- pada organ daun ini tinggi.
I. KESIMPULAN
Akumulasi unsur hara Cl⁻ terbanyak terdapat pada jaringan tumbuhan
dibandingkan di air tempat hidupnya. Akumulasi unsur hara Cl⁻ pada jaringan yang
menghasilkan nilai tinggi maka mengindikasikan kadar hara di lingkungannya juga
tinggi, semakin banyak unsur hara di lingkungan, semakin banyak pula unsur hara yang
diakumulasi tumbuhan tersebut.
J. SARAN
Sebelum praktikum dimulai lebih baik asisten telah menyiapkan alat-alat yang
dibutuhkan pada praktikum. Selain itu juga, alat-alat praktikumnya lebih di perbanyak
agar lebih menunjang kegiatan praktikum dan juga praktikan lebih menghemat waktu
dalam melaksanakan praktek.
Manusia adalah mahluk yang tidak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan,
maka dari itu diharapkan kersamanya anatara sesama praktikan, agar hasil praktikum
sesusai seperti yang kita harapkan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.What is a Titration. [Online]. Tersedia di :
www.chemed.chem.purdue.edu/genchem/lab/techniques/titration/what.html. [10 Februari
2016]
Campbell et al.. (2012). BIOLOGI (eight ed.). Jakarta: Penerbit Erlangga
Canterbury College Science. Determination of Chloride Ion Concentration by Titration (Mohr’s
Method). [Online]. Tersedia di :
http://www.outreach.canterbury.ac.nz/chemistry/documents/chloride_mohr.pdf. [10
Februari 2016]
Queensland Department of Primary Industries and Fisheries. 2007. Cabomba. [Online] Tersedia
di : https://www.moretonbay.qld.gov.au/uploadedFiles/moretonbay/environment/
vegetation/cabomba.pdf. [10 Februari 2016]
Kafkafi et al.. 2011. Potassium and chloride in crops and soils: the role of potassium chloride
fertilizer in crop nutrition. [Online]. Tersedia di : http://www.ipipotash.org/udocs/Chap-
3a_K_and_cl_in_higher_plants.pdf. [10 Februari 2016]
Korkmaz, D. Precipitation Titration: Determination of Chloride by the Mohr Method. [Online].
Tersedia di : .
www.academic.brooklyn.cuny.edu/esl/gonsalves/tutorials/Writing_a_Lab_Report/
xPrecipitation%20Titration%20edited%203.pdf. [10 Februari 2016]
McCauley et al.. 2011. Plant Nutrient Functions and Deficiency and Toxicity Symptoms.
[Online]. Tersedia di : www.landresources.montana.edu/nm/documents/NM9.pdf. [10
Februari 2016]
Raven et al., 2001. BIOLOGY (six ed.). [Online]. Tersedia di :
www.mhhe.com/biosci/genbio/raven6b/graphics/raven06b/other/raven06_39.pdf. [10
Februari 2016]