Laporan Praktikum Farmako Kelompok 1 Shift 1
-
Upload
erviana-dwi-nurhidayati -
Category
Documents
-
view
315 -
download
50
description
Transcript of Laporan Praktikum Farmako Kelompok 1 Shift 1
i
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
PENGUJIAN AKTIVITAS ANALGETIKA OBAT ANTI INFLAMASI
NONSTEROID
Pembimbing
dr. Dessie Dwi Wisudanti, M.Biomed
Oleh:
Yoshe Gassarine Ainun Nissa 152010101069
Dria Candra Adityanti 152010101070
Reny Ekawati 152010101071
Erviana Dwi Nurhidayati 152010101072
Sixma Rizky Kurnia Putri 152010101073
Farmarida Dika Rufaida 152010101074
Rangga Okta Sadewa 152010101075
Nadhifah Athaya Putra 152010101076
Restika Citra Rahmawati 152010101077
Ika Rizki Muhinda Putri 152010101078
Mutiara Aprilina Muttaqien 152010101079
Adisty Norandari 152010101080
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Farmakologi
Pengujian Aktivitas Analgetika Obat Anti Inflamasi Nonsteroid.
Kami juga menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini. Dengan bantuan mereka, laporan ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini disampaikan untuk memenuhi tugas dari dr. Desie Dwi
Wisudanti, M.Biomed selaku pembimbing Praktikum Farmakologi Pengujian
Aktivitas Analgetika Obat Anti Inflamasi Nonsteroid.
Semoga Laporan Praktikum Farmakologi Pengujian Aktivitas Analgetika
Obat Anti Inflamasi Nonsteroid ini dapat bermanfaat bagi kami dan juga
pembimbing.
Terima kasih.
Jember, 7 Maret 2016
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................ ii
Daftar Isi ..................................................................................................... iii
Bab 1 Pendahuluan ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum............................................................................. 2
Bab 2 Landasan Teori ................................................................................. 3
Bab 3 Prosedur Praktikum .......................................................................... 6
3.1 Alat dan Bahan ................................................................................ 6
3.2 Cara Kerja ....................................................................................... 6
Bab 4 Hasil dan Pembahasan ...................................................................... 8
4.1 Hasil Pengamatan ............................................................................ 8
4.2 Perhitungan Daya Proteksi............................................................... 9
4.3 Perhitungan Efektivitas Obat Uji terhadap Aspirin......................... 10
4.4 Pembahasan .................................................................................... 10
Bab 5 Kesimpulan dan Saran ......................................................................
5.1 Kesimpulan ......................................................................................
5.2 Saran..................................................................................................
Daftar Pustaka..............................................................................................
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam farmakologi, dasar-dasar kerja obat diuraikan dalam dua fase
yaitu fase farmakokinetik dan fase farmakodinamik. Dalam teori obat, obat
yang masuk dalam tubuh dalam berbagai cara pemberian umumnya
mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai ketempat kerja
dan menimbulkan efek, kemudian dengan atau tanpa biotransformasi
(metabolisme) lalu disekresikan dari tubuh. Proses tersebut dinyatakan
sebagai proses farmakokinetik. Farmakodinamik, menguraikan mengenai
interaksi obat dengan reseptor obat: fase ini berperan dalam efek biologik
obat pada tubuh.
Jika dosis meningkat maka intensitas efek obat dalam tubuh makhluk
hidup juga meningkat. Jika dosis berlebih maka menyebabkan over dosis
bahkan kematian karena rentang indeks terapinya terlalu rendah sehingga
menimbulkan efek toksik. Jika dosis kurang maka tidak akan menimbulkan
efek terapeutik. Analgetika adalah suatu senyawa atau obat yang
dipergunakan untuk mengurangi rasa nyeri (diakibatkan oleh berbagai
rangsangan pada tubuh misalnya rangasangan kimia, mekanis dan fisis)
sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan yang memicu pelepasan
mediator nyeri seperti bradikinin dan prostaglandin yang akhirnya
mengaktivasi reseptor nyeri di saraf perifer dan diteruskan ke otak .
Penilaian nyeri pada hewan coba dapat dilakukan dengan beberapa
metode, antara lain witkin test (writing test), hot plate test, tail flick test, dan
paw formalin assay. Pengukuran didasarkan pada respon perilaku hewan coba
untuk mengurangi stimulus nyeri. Hot plate test dan tail flick test merupakan
uji yang menggunakan panas sebagai induksi nyeri. Sedangkan witkint test
dan paw formalin assay menggunakan rangsang kimiawi sebagai induksi
nyeri.
2
Respon yang diukur pada witkin test adalah jumlah reflek geliat hewan
coba setelah diinjeksikan asam asetat 0,6% secara intraperitoneal. Jumlah
geliat dicatat setiap 5 menit selama 30 menit kemudian diakumulasi hasilnya.
Refleks geliat dinilai dari kontraksi dinding perut, kepala kaki tertarik ke
belakang, perut menyentuh dasar atau gerakan meliuk dari ekor mencit.
Sedangkan paw formallin assay atau pengukuran paw licking time dilihat dari
durasi hewan coba menjilat kakinya setelah diinduksi nyeri dengan
menggunakan formalin . injeksi formalin dilakukan pada permukaan telapak
kaki kanan belakang hewan coba secara subkutan, yaitu dengan
menyuntikkan jarum pada sudut 30-45 derajat (subkutan) antar jari-jari dan
pegelangan kaki hewan coba. Jika injeksi berhasil maka akan muncul
benjolan kecil di bawah kulit. Formalin menghasilkan pola respons kompleks
yang dibedakan dalam dua fase, yaitu early phase yang berlangsung pada
interval 0-5 menit dan late phase pada interval menit 15-30. Pengukuran paw
licking time dilakukan dalam jangka waktu lima menit dengan menghitung
durasi berapa detik mencit menjilat kakinya. Hasil pengukuran pada masing-
masing fase dijumlahkan untuk dilakukan analisisi lebih lanjut.
1.2. Tujuan
2. Mengenal beberapa cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek
analgetik suatu obat.
3. Memahami pengaruh pemberian dan efektivitas beberapa obat analgetika
pada hewan uji.
3
BAB 2
LANDASAN TEORI
Nyeri merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan penderita
sehingga untuk mengurangi secara simtomatis diperlukan analgetika. Rasa
nyeri hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi memberi tanda tentang
adanya gangguan – gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau
kejang otot. Rasa nyeri disebabkan rangsangan mekanis atau kimiawi, kalor
atau listrik yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat
yang disebut mediator nyeri atau pengantar.
Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin,
leukotrien dan prostaglandin merangsang reseptor nyeri (nociceptor) di
ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian
menimbulkan antara lain reaksi radang dan kejang-kejang. Nociceptor ini
juga terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh, terkecuali di SSP. Dari
tempat ini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-
tajuk neuron dengan sangat banyak sinaps via sumsum-belakang, sumsum-
lanjutan dan otak-tengah. Dari thalamusimpuls kemudian diteruskan ke pusat
nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri.
Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dilawan dengan
beberapa cara,yakni:
a) Merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri pada perifer
dengan analgetika perifer.
b) Merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris, misalnya
dengan anestetika local.
c) Blockade pusat nyeri di SSP dengan analgetika sentral (narkotika) atau
dengan anestetika umum.
Analgetika merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan
untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri (diakibatkan oleh berbagai rangsangan
pada tubuh misalnya rangsangan mekanis, kimiawi dan fisis sehingga
menimbulkan kerusakan pada jaringan yang memicu pelepasan mediator
4
nyeri seperti brodikinin dan prostaglandin yang akhirnya mengaktivasi
reseptor nyeri di saraf perifer dan diteruskan ke otak).
Atas dasar kerja farmakologinya, analgetika dibagi dalam dua kelompok
yaitu:
a) Analgetik Sentral (narkotik)
b) Analgetik ini khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat,
seperti pada fraktur dan kanker.
c) Analgetik Perifer (non narkotik)
d) Analgetik yang terdiri dari obat obat yang tidak bersifat narkotik dan
tidak bekerja sentral.
Contoh beberapa obat analgesik :
1. Aspirin
Aspirin berkhasiat anti demam kuat dan pada dosis rendah sekali (80 mg)
berdaya menghambat agregasi trombosit, pada dosis lebih besar dari
normal (diatas 5 gr sehari) obat ini juga berkhasiat anti radang, akibat
gagalnya sintesa prostaglandin-E. Efek samping yang paling sering terjadi
berupa iritasi mukosa lambung.
2. Asam Mefenamat
Asam mefenamat adalah derivate antranilat dengan khasiat analgetsik, anti
piretik dan antiinflamasi yang cukup baik. Obat ini banyak sekali
digunakan sebagai obat nyeri. Efek samping yang paling sering terjadi
adalah gangguan lambung-usus.
3. Parasetamol
Parasetamol berkhasiat analgesik dan anti piretik tetapi tidak anti
inflamasi, obat ini dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling aman. Efek
sampingnya tidak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitifitas dan
kelainan darah.
4. Diklofenak
Diklofenak merupakan NSAID terkuat daya anti radangnya dengan efek
samping yang kurang kuat disbanding dengan obat lainnya. Sering
5
digunakan untuk segala macam nyeri juga pada migraine dan encok.
Sangn efektif untuk menanggulagi nyeri kolik hebat.
5. Meloksikam
Meloksikam adalah derivat-oksikam yang agak seletif menghambat cox 2
sehingga kurang merangsang mukosa lambung.
6
BAB 3
PROSEDUR PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1 Obat yang akan diuji
- Aspirin dosis 0,04225 mg/gBB mencit
- Asam Mefenamat 0,065 mg/gBB mencit
- Parasetamol 0,065 mg/gBB mencit
- Natrium diklofenak 0,0065 mg/gBB mencit
- Meloksikam 0,000975 mg/gBB mencit
3.1.2 Hewan
Mencit albino jantan
3.1.3 Alat
- Spuit 1 ml
- Sonde lambung
- Stopwatch
- Bejana pengamatan
- Handscoon
3.1.4. Bahan
- Larutan Na CMC 1 %
- Asam asetat 0,6%
3.2. Cara Kerja
Metode Witkin Test
1. Tiga mencit masing-masing diberi obat sesuai dengan pembagian
kelompok sebelumnya. Obat diberikan secara per oral (sonde) sebanyak
0,2 ml.
2. Setelah 30 menit mencit diinduksi nyeri dengan menggunakan asam
asetat 0,6% sebanyak 0,1 ml (intraperitoneal).
3. Setelah pemberian induktor nyeri, ditunggu 5 menit kemudian mencit
ditempatkan didalam bejana pengamatan.
7
4. Amati gerakan geliatnya. Jumlah geliat dicatat setiap 5 menit selama
30 menit. Reflek geliat dinilai kontraksi dinding perut, kepala kaki
tertarik ke belakang, perut menyentuh dasar atau gerakan meliuk dari
ekor mencit.
5. Setelah 30 menit pengamatan terhadap mencit, masing-masing mencit
diberi natrium diklofenak untuk mengurangi rasa nyeri dengan osis o,2
ml.
8
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kelompok 1
Perlakuan 5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ Jumlah
Kontrol Negatif 7 6 8 5 1 5 32
Aspirin 1 2 2 2 3 2 12
Asam Mefenamat
0 3 4 3 4 1 15
Tabel 2. Hasil Pengamatan Shift 1
Kel. Na-CMC Aspiri
nAsam
Mefenamat Parasetamol Natrium diklofenak
Meloksikam
1 32 12 15 - - -
2 83 Mati 46 - - -
3 149 39 67 - - -
4 - - - 144 66 39
5 - - - 72 96 38
6 - - - 116 52 93
Tabel 3. Hasil Rata-rata Shift 1
Na-CMC Aspirin Asam
Mefenamat Parasetamol Natrium diklofenak Meloksikam
Rata-rata
57,5 25,5 130 56,5 59 38,5
9
4.2. Perhitungan Daya Proteksi
Data pengamatan yang digunakan dalam perhitungan berasal dari data rata-rata 2 data terdekat (Tabel 3).
Daya proteksi aspirin
100 %− geliatan pada pemberianaspiringeliatan pada pemberianNa CMC 1 %
x100 % = 100% - 25,557,5
x100 %
= 100 % - 44,35 %
= 55,65 %
Daya proteksi asam mefenamat
100 %−geliatan pada pemberianasam mefenamatgeliatan pada pemberian Na CMC 1%
x100 %
= 100 % - 56,557,5
x100 %
= 100 % - 98,26 %
= 1,74 %
Daya proteksi parasetamol
100 %−geliatan pada pemberian parasetamolgeliatan pada pemberian NaCMC 1 %
x100 %
= 100 % - 13057,5
x100 %
= 100 % - 226,09 %
= -126,09 % data hasil perhitungan tidak valid
Daya proteksi natrium diklofenak
100 %−geliatan pada pemberiannatriumdiklofenakgeliatan pada pemberian NaCMC 1%
x100 %
= 100 % - 59
57,5x100 %
= 100 % - 102,61 %
10
= -2,61 % data hasil perhitungan tidak valid
Daya proteksi meloksikam
100 %− geliatan pada pemberianmeloksikamgeliatan pada pemberianNa CMC 1 %
x100 %= 100 % - 38,557,5
x100 %
= 100 % - 66,96 %
= 33,04 %
4.3 Perhitungan Efektivitas Obat Uji terhadap Aspirin
% Efektivitas Asam Mefenamat terhadap Aspirin
% Proteksi Asam Mefenamat% Proteksi Aspirin
x 100 % = 1,74 %55,65 %
x 100 %
= 31,13%
% Efektivitas Natrium diklofenak terhadap Aspirin
% Proteksi Natriumdiklofenak% Proteksi Aspirin
x 100 %
= −2,61 %55,65 %
x 100%
= - 4,69 % data hasil perhitungan tidak valid
% Efektivitas Parasetamol terhadap Aspirin
% Proteksi Parasetamol% Proteksi Aspirin
x 100 % = −126,0955,65 %
x100%
= - 226,57 %data hasil perhitungan tidak valid
% Efektivitas Meloksikam terhadap Aspirin
% Proteksi Meloksikam% Proteksi Aspirin
x100 % = 33,04 %55,65 %
x100 %
= 59,37 %
11
4.4 Pembahasan
Dari pengamatan yang telah dilakukan didapatkan data rata-rata jumlah geliatan dari yang terbesar hingga terkecil adalah Aspirin (25,5), Meloksikam (38,5), Parasetamol (56,5), Na-CMC (57,5), Natrium Diklofenak (59), Asam Mefenamat (130). Jumlah geliatan ini menunjukkan keefektifan obat sebagai analgesik terhadap asam asetat 0,6% yang menjadi perangsang nyeri. Na-CMC merupakan kontrol negatif, maksudnya mencit yang diberikan Na-CMC setara dengan mencit yang tidak diberikan obat analgesik. Berdasarkan jurnal anti-nociceptive activity of Hygrophila Auriculata (SCHUM) heine dan an experimental study of analgesic activity of selective COX-2 inhibitor with conventional NSAIDs, mencitkontrol dengan Na-CMC memiliki jumlah geliatan lebih tiggi dibandingan dengan mencit yang diberikan obat analgesik. Hal ini diakibatkan oleh rasa nyeri yang dirasakan mencit dihambat kinerjanya oleh obat analgesik (aspirin, meloksikam, parasetamol, natrium diklofenak, dan asam mefenamat).
Dari data uji efek analgesik, dihitung persentase proteksi bahan uji, yaitu kemampuan bahan uji menguragi respon geliat mencit yang disebabkan oleh induksi asam asetat. Persentase ini menggambarkan daya analgesik bahan uji.
5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ Jumlah0
5
10
15
20
25
30
35
Hasil Pengamatan Kelompok 1
Jum
lah
Gel
iat
12
Na-CMC Aspirin Asam Mefenamat
Parasetamol Natrium diklofenak
Meloksikam0
20
40
60
80
100
120
140
Hasil Rata-rata Shift 1Ra
ta-r
ata
Gelia
t
Dari hasil pengamatan kami, didapatkan bahwa jumlah respon geliat yang
paling sedikit terdapat pada tikus yang diberikan obat aspirin sebanyak 0,2 ml
dengan dosis 0,04225mg/gram BB mencit, sedangkan jumlah geliat terbanyak
didapatkan pada tikus yang hanya diberi 0,2 ml Na-CMC 1%.
Pada tabel di atas ditemukan :
1. Terdapat perbedaan jumlah geliatan dari kontrol negatif (pemberian Na-CMC
1%) dan pemberian perlakuan (pemberian asam mefenamat dan aspirin). Pada
kontrol negatif terdapat 32 geliatan, pada pemberian aspirin terdapat 12
geliatan, dan pada pemberian asam mefenamat terdapat 15 geliatan. Data
membuktikan pemberian asam mefenamat dan aspirin memberikan efek
analgesik (mengurangi rasa nyeri).
2. Daya proteksi aspirin lebih besar dari daya proteksi asam mefenamat, yaitu
62,5% dan 53%. Daya proteksi ini menunjukan bahwa pada aspirin
dibutuhkan dosis yang lebih kecil untuk dapat memberikan efek analgesik
(poten). Hal ini dibuktikan dari lebih sedikitnya geliatan tikus pada percobaan
dibandingkan dengan kontrol negatif dan asam mefenamat.
13
14
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Semua data pada praktikum tersebut tidak valid, dikarenakan terdapat perbedaan
persepsi antar kelompok mengenai respon nyeri yang ditunjukkan oleh mencit.
Selain itu, factor perbedaan berat badan pada mencit juga dapat mempengaruhi.
Dan juga cara pemberian obat maupun pemberian zat nyeri kemungkinan
terdapat perbedaan jumlah zat yang masuk ke dalam tubuh mencit. Menurut
jurnal ………. Urutan obat dari yang paling poten ke kurang poten yaitu ….
5.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya, sebelum praktikum harus dilakukan persamaan
persepsi tentang respon nyeri yang ditunjukkan oleh mencit
15
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, T.H. & Rahardja, K. (2007). Obat-obat Penting. Jakarta : Elex Media
Komputindo.