Laporan Praktikum Coomb's Test (DCT)

10
LAPORAN PRAKTIKUM IMMUNOHEMATOLOGI PEMERIKSAAN DIRECT COOMB’S TEST (DCT) Disusun oleh Intan Madya Ratri (P17434113017) Intan Nindya Swastika (P17434113018) Ismail Wirawan (P17434113019) Karlia Devina (P17434113020) Vina Cahyaningtyas (P17434113037) JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

description

Immunohematology

Transcript of Laporan Praktikum Coomb's Test (DCT)

Page 1: Laporan Praktikum Coomb's Test (DCT)

LAPORAN PRAKTIKUM IMMUNOHEMATOLOGI

PEMERIKSAAN DIRECT COOMB’S TEST (DCT)

Disusun oleh

Intan Madya Ratri (P17434113017)

Intan Nindya Swastika (P17434113018)

Ismail Wirawan (P17434113019)

Karlia Devina (P17434113020)

Vina Cahyaningtyas (P17434113037)

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2015/2016

Page 2: Laporan Praktikum Coomb's Test (DCT)

1. Judul Praktikum

Pemeriksaan Direct Coomb’s Test (DCT)

2. Metode Pemeriksaan

Aglutinasi Langsung (Direct Test)

3. Prinsip Pemeriksaan

Eritrosit yang sudah dicuci dan diselubungi antibodi/komplemen akan di aglutinasi

oleh AHG (Anti Human Globulin) yang ditambahkan ke dalam tabung reaksi. Antigen

yang sudah coated dengan antibody in vivo + anti human globulin membentuk

aglutinasi.

4. Tujuan Pemeriksaan

Mengetahui adanya Antibodi / Complement yang menyelimuti sel darah merah secara

in vivo.

5. Dasar Teori

Pemeriksaan Coomb’st test adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi

adanya antibody pada permukaan eritrosit dan anti-ab eritrosit dalam serum. Anti body

ini menyelimuti permukaan sel eritrosit yang meyebabkan umur eritrosit menjadi lebih

pendek dan sering menyebabkan reaksi inkompetibel pada transfuse darah. Normalnya,

antibodi akan mengikat benda asing seperti bakteri dan virus dan menghancurkannya

sehingga menyebabkan destruksieritrosit (hemolisis).

Pemeriksaan Direct Coombs’ test  (langsung) bertujuan untuk mendeteksi antibodi

atau komplemen yang menyelubungi sel darah merah Invivo dengan menggunakan AHG,

terutama IgG dan V3d. Setelah sel darah merah dicuci dengan saline (NaCl 0,9 %)

kemudian ditambahkan reagen AHG. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi

penyakit autoimun Hemolitik Anemia (AIHA), reaksi imun oleh karena reaksi transfusi.

Pemeriksaan dilakukan pada sel darah merah, juga dapat dilakukan pada bayi yang

baru lahir dengan darah Rh+ yang ibunya memiliki Rh-. Hasil pengujianakan

menunjukkan apakah darah ibu telah membuat antibodi dan apakah antibodi tersebut

telah pindah kepada bayi melalui plasenta.

Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan pembentukan antibodi antara lain :

a. Reaksi transfuse

Darah manusia digolongkan berdasarkan penanda tertentu (yang disebut

antigen) pada permukaan eritrosit. Untuk transfuse diperlukan tipe darah yang

sama berdasarkanantigennya. Jika antigen yang diberikan berbeda maka sistem

Page 3: Laporan Praktikum Coomb's Test (DCT)

imun akan menghancurkandarah yang ditransfusikan. Ini dinamakan reaksi

transfuse yang dapat menyebabkan penyakitserius bahkan kematian

b. Sensitisasi Rh

Faktor Rhesus (Rh) merupakan suatu antigen. Jika seorang ibu hamil dengan

golongan darahRh negatif dan bayi yang dikandungnya RH positif maka akan

terjadi sensitisasi Rh. Bayinyamungkin memiliki Rh positif dari ayahnya.

Sensitisasi Rh terjadi bila darah janin bercampur dengan darah ibu selama

kehamilan atau persalinan. Ini menyebabkan sistem imun ibumembentuk antibodi

untuk melawan sel darah janin pada kehamilan selanjutnya. Responantibodi ini

dinamakan sensitisasi Rh dan bila ini terjadi, dapat menghancurkan sel

adarhmerah janin sebelum atau setelah dia lahir. Jika sensitisasi terjadi, janin atau

bayi baru lahir dapat berkembang menjadi masalah ringan hingga berat

(dinamakan penyakit Rh atauerythroblastosis fetalis).

Dalam kasus yang jarang, jika penyakit Rh tidak ditangani, janin atau bayi

baru lahir akan mengalami kematian. Wanita dengan Rh negatif bisa

mendapatkanimmunoglobulin Rh (misalnya RhoGAM) yang hampir selalu

menghentikan kejadiansensitisasi. Masalah sensitisasi Rh menjadi sangat jarang

sejak dikembangkannyaimmunoglobulin Rh.

c. Anemia hemolitik autoimun

Jenis anemia hemolitik yang dinamakan anemia hemolitik autoimun

merupakan penyakityang jarang yang disebabkan oleh pembentukan antibodi yang

melawan eritrositnya sendiri.

6. Alat dan Bahan

a. Alat

Tabung reaksi + Rak

Beaker glass

Centrifuge

Pipet tetes

Tissue

b. Bahan

NaCl 0,9%

Sampel darah

Aquades

AHG

7. Probandus

Nama : Ismail Wirawan

Golongan Darah : AB

Rhesus : Rh D+

Page 4: Laporan Praktikum Coomb's Test (DCT)

8. Prosedur Pemeriksaan

a. Sampling darah vena 3 cc dengan antikoagulan EDTA

b. Sentrifuge dengan kecepatan 3000rpm dalam 5 menit

c. Memisahkan sel bekuan dengan plasma

d. Mencuci sel sebanyak 3x dengan saline

Disentrifuge dengan kecepatan 3000rpm selama 5 menit.

Dilakukan sebanyak 3x pencucian.

e. Membuat sel 5%, 1 tetes sel yang sudah dicuci ditambah 19 tetes saline 0,9%.

Menghomogenkan.

f. Meyiapkan 2 tabung sebagai Tabung I dan Tabung AK, pada masing-masing tabung

ditambahkan 1 tetes sel 5%.

g. Melakukan pencucian sel pada kedua tabung sebanyak 3x yang disentrifuge dengan

kecepatan 3000rpm selama 2-3 menit.

h. Pada tabung I yang telah dicuci, ditambahkan 2 tetes AHG.

i. Pada tabung AK yang telah dicuci, ditambahkan 2 tetes saline.

j. Mensentrifuge kedua tabung dengan kecepatan 1000rpm selama 1 menit.

k. Membuang supernatan dengan cepat.

l. Mengamati sel secara makroskopis dan mikroskopis.

Interpretasi hasil :

(+) : Aglutinasi, yang berarti sensitasi human IgG

(-) : Tidak Aglutinasi

Sel bekuan darah

Saline 0,9% sebanyak ¾ tabung

Page 5: Laporan Praktikum Coomb's Test (DCT)

9. Hasil Pemeriksaan

a. Makroskopis

Gambar 1 Tabung I dan AK

b. Mikroskopis

Tabung I Tabung AK

- -

Tabung I Tabung AK

- -

Page 6: Laporan Praktikum Coomb's Test (DCT)

Gambar 2 Tabung I (Negatif)

Gambar 3 Tabung AK (Auto Kontrol) Negatif

10. Pembahasan

Transfusi darah merupakan tindakan medis yang beresiko, karena itu pengelolaannya

harus profesional dan sesuai standar. Melakukan transfusi bukannya tanpa resiko. Pasien

dapat tertular penyakit infeksi yang mungkin terdapat pada darah donor, karena itu darah

yang akan digunakan untuk transfusi haruslah aman.

Darah aman apabila disumbangkan oleh donor yang sehat melalui seleksi donor yang

seksama, Bebas dari agent yang dapat membahayakan pasien, Ditransfusikan hanya jika

dibutuhkan dan ditujukan untuk kesehatan dan kebaikan pasien. Keamanan darah adalah

dari vena ke vena.

Antihuman globulin test suatu tes in vitro untuk menetapkan ada atau tidaknya

eritrosit yang coated oleh antibodi. Coomb’s serum atau antihuman globulin serum,

sesuai dengan namanya akan bereaksi dengan globulin manusia (human globulin).

antihuman globulin (AHG) yang diperoleh dari immunized nonhuman species berikatan

Page 7: Laporan Praktikum Coomb's Test (DCT)

dengan IgG atau komplemen yang bebas pada serum atau yang melekat pada antigen sel

darah merah.

Direct Coomb’s Test bertujuan untuk mendeteksi sel darah merah yang tersensitisasi

dengan antibodi / komplemen in vivo (dalam tubuh pasien ). Kegunaan : pada kasus

AIHA ( Auto Immune Hemolytic Anemia), Drug induced hemolysis, HDN ( Hemolytic

Disease of the Newborn), Alloimmunisasi akibat transfusi / hemolytic transfusion

reaction (HTR). Prinsipnya yaitu antigen yang sudah coated dengan antibodi in vivo

ditambahkan dengan anti human globulin akan menghasilkan aglutinasi. Metoda yang

digunakan adalah metode aglutinasi langsung. Sampel yang digunakan sampel darah

dengan antikoagulan lebih disukai karena mudah mendapatkan sel bebas, mencegah

sensitisasi invitro oleh komplemen. Reagensia yang digunakan yaitu Antihuman globulin

(coomb’s serum), anti-IgG, anti-C3d, saline, dan CCC.

Pada praktikum kali ini menggunakan sel darah merah probandus, didapatkan hasil

negatif ditandai dengan tidak adanya aglutinasi, ini menunjukkan tidak ada antibodi yang

menempel pada sel darah merah. Pencucian dengan salin min 3 kali untuk membersihkan

sisa antibodi yang dapat menetralisasi serum antihuman globulin.

Karena hasil direct coomb test menghasilkan hasil negatif, maka perlu dilakukan uji

validasi dengan menggunakan CCC. Coomb’s Control Cell merupakan eritrosit normal

(O Rh+) yang sengaja dibuat coated dengan incomplete antibodi. Dibuat sedemikian rupa

coatednya dan memberikan hasil 1+ sampai 2+ bila CCC direaksikan dengan Coomb’s

serum yang dipakai sehingga pada uji validasi dengan CCC harus didapatkan hasil positif

aglutinasi jika didapatkan hasil negatif berarti coomb serum tidak valid dan serta tes

dianggap invalid.

11. Kesimpulan

Tabung 1 dan AK tidak ditemukan antibodi/komplemen yang menyelimuti sel darah

merah, hal ini membuktikan bahwa DCT probandus Negatif (-).