Laporan Praktikum Alat dan Mesin Pengemasan
-
Upload
melina-eka -
Category
Education
-
view
9.138 -
download
13
description
Transcript of Laporan Praktikum Alat dan Mesin Pengemasan
L. PENGEMASAN
1. Tinjauan Pustaka
Kemasan adalah salah satu bidang dalam Desain Komunikasi Visual
yang mempunyai banyak tuntutan khusus karena fungsinya yang langsung
berhadapan dengan konsumen, antara lain tuntutan teknis, kreatif, komunikatif
dan pemasaran yang harus diwujudkan ke dalam bahasa visual. Sebagai
seorang desainer komunikasi visual, hal ini merupakan suatu tantangan karena
selain dituntut untuk dapat menyajikan sebuah (desain) kemasan yang estetis,
kita juga dituntut untuk memaksimalkan daya tarik kemasan untuk dapat
menang dalam pertarungan untuk menghadapi produk-produk pesaing.
Tantangan yang lain adalah klien tidak hanya mengharapkan peningkatan
penjualan tetapi juga agar konsumennya tetap setia menggunakan produknya
(Cenadi, 2000).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pengemasan dendeng
fillet ikan Nila Merah hampa udara dengan vacuum sealer skala rumah tangga,
setelah penyimpanan pada suhu kamar selama 30 hari menyebabkan kadar air,
kadar TVBN dan jumlah koloni bakteri produk lebih rendah secara nyata
(P<0,05) bila dibandingkan dengan produk yang dikemas dengan kantong
plastik polyethylene.Kedua cara pengemasan tersebut tidak memberikan
perbedaan yang nyata terhadap nilai kesukaan produk baik dari segi warna,
bau,rasa dan konsistensi. Penyimpanan produk dendeng selama 30 hari
berpengaruh nyata terhadap penurunan kadar air produk yang dikemas dengan
kemasan hampa udara,tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kadar
TVBN, namun masih berpengaruh nyata terhadap kenaikan jumlah koloni
bakteri (Dewi, 2008).
Seiring dengan perkembangan bahanpolimer, para ilmuwan telah
melakuakan banyak usaha untuk memperbaiki sifat bahan ini agar lebih stabil,
lebih kuat secara mekanik dan kimia serta taha lama. Saat ini bahan polimer
(plastik) digunakan di berbagai sektor kehidupan untuk berbagai hal,
90
diantaranya sebagai pembungkus makanan, alas makan dan minum, untuk
keperluan sekolah, kantor, automodif, dan berbagai sektor lainnya. Hal ini
dikarenakan plastik memiliki sifat unggul seperti ringan tetapi kuat, transparan,
tahan air serta harganya relatif murah dan terjangkau oleh semua kalangan
masyarakat (Deswita, 2007).
Pengemasan merupakan salah satu cara memberiakn kondisi yang tepat
bagi pangan untuk mempertahankan mutunya dalam jangka waktu yang
diinginkan. Fungsi utama pengemasan, antara lain menjaga produk pangan
akibat kontaminasi, melindungi pangan terhadap kerusakan fisik, dan
menghambat kerusakan mutu. Penggunaan plastik sebagai pengemas untuk
melindungai produk terhadap cahaya, udara atau oksigen, perpindahan panas,
kontaminasi, dan kontak dengan bahan-bahan kimia. Plastik juga dapat
mengurangi kecenderungan bahan pangan kehilangan sejumlah air dan lemak.
Plastik polirtrlin dibuat dengan proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang
diperoleh dari hasil samping industri arang dan minyak. Polietelin merupakan
jenis plastik yang paling banyak digunakan dalam industri karena sifat-sifatnya
yang mudah dibentuk, tahan terhadap berbagai bahan kimia, penampakannya
jernih, dan mudah digunakan sebagai laminasi (Dewandari, 2009).
Dalam sistem pembotolan, proses pengisian bahan dan proses
meletakkan tutup botol merupakan bahagian utama dari keseluruhan sistem
tersebut. Kecepatan pemprosesan pada sistem pembotolan dikira semasa bahan
dimasukkan ke dalam botol hinggalah kepada proses meletakkan tutup botol.
proses pengisian bahan dan meletakkan tutup botol berlaku pada filling unit
dan capping unit. Kedua-dua unit berkenaan menggunakan sistem pneumatik
dan pengesan magnet. Atur cara yang digunakan pada kedua-dua proses ini
menggunakan atur cara gambarajah tangga. Filling unit Filling unit adalah
alatan bagi memasukkan bahan ke dalam botol. Unit ini bekerja menggunakan
sistem pneumatik dan pengesan magnet. Bahan dimasukkan ke dalam botol
dengan menggerakkan solenoid dari arah tarikan ke arah perpanjangan.
Kedudukan solenoid dapat diketahui dengan menggunakan pengesan magnet
yang diletakkan pada arah tarikan dan arah perpanjangan. penutupan botol
91
dilakukan menggunakan silinder ganda dan dihubungkan dengan sistem
pneumatik. Sesaat setelah isyarat diberikan oleh PLC, tutup botol akan ditahan
oleh silinder dan seterusnya silinder akan menekan tutup botol ke atas bahan
kerja. Setelah proses penutupan botol berlaku, silinder akan segera kembali
kepada kedudukan asal (Shukor, 2009).
CCP adalah sterilisasi botol dan tutup, pasteurisasi dan penyimpanan
produk sari buah. Sedangkan yang termasuk kategori CP yaitu sortasi,
pencucian, penyaringan, pencampuran, pembotolan, dan pendinginan. Dalam
pelaksanaannya, proses verifikasi sangat penting untuk dilakukan agar dapat
mengetahui efektifitas penerapan HACCP. Penerapan HACCP yang sesuai
diharapkan akan meningkatkan kualitas dan keamanan produk Pembotolan
termasuk ke dalam CP. Pembotolan dilakukan dengan head space sebesar 10%
dari volume botol. Head space sangat penting untuk menciptakan kondisi
hampa di dalam botol sehingga dapat mencegah pertumbuhan mikroba yang
memerlukan udara untuk pertumbuhannya (Dewandari, 2010).
Dengan semakin majunya teknologi perekatan diharapkan dapat
meningkatkan optimalisasi pemanfaat bambu. Dengan menggunakan perekat
tertentu, bambu yang bentuk aslinya bulat dan berlubang dapat diolah menjadi
produk perekatan bambu berbentuk panel seperti bambu lapis. Namun,
demikian tidak menutup kemungkinan bahwa masa datang produk bambu lapis
dapat berkembang dengan pesat sebagaimana produk kayu lapis. Bambu di
Indonesia terdapat 125 species, 39 species diantaranya sudah terindentifikasi
dan 11 species tergolong komersial. Penggunaan bambu di Indonesia dapat
digolongkan pada pengguna tradisional, yaitu petani, masyarakat pedesaan,
pengerajin pada upacara keagamaan/kebudayaan dan pemakai industri, yaitu
pengalengan bambu (Jasni, 2005).
Ikan merupakan salah satu hasil perairan yang banyak dimanfaatkan
oleh manusia karena beberapa kelebihannya, antara lain sumber protein hewani
yang sangat potensial. Kandungan zat-zat gizi tersebut menyebabkan ikan
sangat diminati oleh masyarakat sehingga kebutuhan ikan semakin meningkat
dengan berjalannya waktu. Di pasaran, ikan tidak hanya ditemukan dalam
92
keadaan segar tetapi juga ditemukan dalam bentuk kemasan, baik dalam bentuk
kaleng maupun plastik, hal ini memberikan kemudahan bagi para konsumen.
Ikan yang cocok diolah dengan pengalengan adalah ikan yang memiliki kadar
lemak tinggi yaitu 10 - 15%. Produk industri ikan (Sardines) mempunyai limit
waktu tertentu untuk dapat dikonsumsi, jika melebihi limit waktu yang telah
ditentukan bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak sehingga makanan
tersebut tidak layak lagi dikonsumsi karena telah mengandung banyak bakteri
yangdapat membahayakan bagi konsumen (Wulandari, 2005).
Kemajuan dalam pengolahan makanan dan kemasan makanan
memainkan peran primer dalam menjaga suplay makanan AS teraman di dunia.
Hanya menyatakan, kemasan mempertahankan manfaat pengolahan makanan
setelah proses selesai, memungkinkan makanan untuk dibawa bepergian dengan
aman untuk jarak jauh dari titik asal mereka dan masih sehat pada saat
konsumsi. Namun, teknologi kemasan harus menyeimbangkan perlindungan
makanan dengan isu-isu lain, termasuk biaya energi dan material,
meningkatkan kesadaran sosial dan lingkungan dan peraturan ketat pada polusi
dan pembuangan limbah padat perkotaan (Marsh, 2007).
Kadang-kadang perbedaan dibuat antara kemasan dan kemasan bekas
yang berkaitan dengan perlindungan dan yang terakhir dengan promosi.
Pentingnya kemasan sebagian diilustrasikan oleh biaya. Di Amerika Serikat
misalnya, USD14 miliar dihabiskan untuk kemasan bahan saja pada tahun
1981. Jumlah ini diperkirakan USD31 miliar pada tahun 1997 dan diperkirakan
akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang. Untuk perspektif, ini kira-kira
sama dengan jumlah total dihabiskan untuk iklan. Biaya aktual kemasan
mungkin dua kali lebih tinggi, jika semua biaya penanganan, penyimpanan dan
bergerak wadah yang disertakan. Mereka naik pengeluaran untuk kemasan
yang sebagian karena pergeseran dari penekanan sebelumnya pada
perlindungan kepentingan saat ini dalam perlindungan dan potensi promosi
paket (Chaneta, tanpa tahun).
Biji-biji kakao yang sudah kering dapat dimasukkan dalam karung goni.
Tiap goni diisi 60 kg biji kakao kering. Kemudian karung-karung yang berisi
93
biji kakao kering tersebut disimpan dalam gudang yang bersih, kering, dan
berfentilasi baik. Sebaiknya biji kakao tersebut segera bisa dijual dan diangkut
dengan menggunakan truk dan sebagainya. Penyimpanan di gudang sebaiknya
tidak lebih dari 6 bulan, dan setiap tiga bulan harus diperiksa untuk melihat ada
tidaknya jamur atau hama yang menyerang biji kakao (Pudjogunarto, 2011).
Tahap-tahap proses pengalengan yang umumnya dilakukan antara lain
persiapan bahan mentah, blanching bahan dan sterilisasi wadah, persiapan
larutan, filling, exhausting, penutupan, sterilisasi, pendinginan, labelling, dan
storage. Kerusakan makanan-makanan dalam kaleng biasanya disebabkan oleh
proses atau tahap-tahap pengolahan yang tidak baik, atau disebabkan karena
kebocoran kaleng. Kerusakn yang disebabkan karena kebocoran kaleng
biasanya ditandai dengan adanya jenis mikroorganisme yang lebih bervariasi.
Kebocoran biasanya terjadi pada sambungan antara tutp dengan badan kaleng
(Handajani, 2010).
Pengemasan perlu dilakukan tidak saja unutk melindungi produk, tetapi
juga untuk meningkatkan nilai estetika sehingga meningkatkan daya tarik
terhadap konsumen. Kemasan yang digunakan harus kedap udara untuk
mengurangi terjadinya oksidasi produk, kemasan juga harus dapat menahan
uap air agar dapat mencegah penguapan produk selama penyimpanan. Tingkat
kekedapan kemasan terhadap air dan udara tergantung pada keperluan. Jika
sifatnya untuk melindungi dan meningkatkan daya tarik di dalam satu
kemasan, maka dapat dipakai dua kemasan, selain untuk melindungi juga untuk
meningkatkan daya tarik (Adawyah, 2007).
Pengepakan bahan pangan dapat dilakukan dalam keadaan hermitis atau
tidak hermitis. Wadah yang hermitis berarti bahwa wadah tersebut secara
sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, udara maupun uap air. Selama wadah
tersebut masih hermitis berarti wadah tersebut juga tidak dapat dilalui oleh
bakteri, ragi, kapang, dan debu, karena mikroba dan debu lebih besar daripada
gas atau uap air. Di dalam wadah yang hermitis juga dapat dilakukan
pengepakan secara vakum (Winarno, 1984).
94
Pengepakan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap
bahan pangan agar supaya bahan pangan tersebut baik yang belum maupun
yang telah mengalami pengolahan sampai ke tangan konsumen dalam keadaan
selamat. Pada umumnya pengepakan berfungsi untuk menempatkan bahan
pangan atau hasil pengolahan atau hasil industri, ada dalam bentuk-bentuk
yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi ke
masyarakat pembeli (Hudaya, 1983).
Pengalengan makanan merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan
yang dikemas secara hermetis yang kemudian disterilkan. Metode pengawetan
tersebut ditemukan oleh Nicolas Appert, seorang ilmuwan Perancis. Di dalam
pengalengan makanan, bahan pangan dikemas secara hermetis dalam suatu
wadah, baik kaleng, gelas, atau alumunium. Pengemasan secara hermetis dapat
diartikan bahwa penutupannya sangat rapat, sehingga tidak dpat ditembus oleh
udara, air, kerusakan akibat oksidasi, ataupun perubahan cita rasa (Adawyah,
2007).
Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi
sekeliling yang tepat bagi bahan pangan dan dengan demikian membutuhkan
pemikiran dan perhatian yang lebih besar dripada yang biasanya diketahui.
Industri pangan cenderung untuk membedakan antara proses pengalengan dan
pembotolan di satu pihak dan apa yang disebut pengemasan yang berarti
metode lainnya di pihak lain. Sampai batas tertentu, ini merupakan perbedaan
nyata antara metode pengolahan pangan yang mengikutsertakan sterilisasi
dan/atau pasteurisasi terhadap metode pengawetan lainnya termasuk dehidrasi
dan pembekuan cepat (Buckle, 1985).
95
2. Gambar, Bagian Utama Alat dan Fungsi
Gambar 10.1. Alat/ mesin pengalengan
Bagian utama pada alat mesin ;
a. Transmisi : menyalurkan energi
b. Roll 1 : untuk melipat & mengkaitkan tutup kaleng.
c. Roll 2 : untuk merapikan.
d. Tuas/handle : mengendalikan roll 1 dan roll 2.
e. Pegas : untuk membantu daam menaikturunkan tuas.
f. Pijakan : untuk menurunkan tempat kaleng.
g. Tombol on/off : menyalakan dan mematikan alat.
h. Stop kontak : menghubungkan dengan sumber listrik.
i. Frame : menopang bagian-bagian utama.
Gambar 10.2 Alat Pengemasan Cup Sealer
96
Bagian utama pada alat :
1. Tuas : Menekan cup.
2. Switch thermo control : Mengatur suhu sesuai yang dikehendaki.
3. Switch sealing timer : Mengatur waktu sesuai yang diinginkan.
4. Indikator power : Mengetahui alat dalam keadaan hidup.
5. Indikator suhu : Mengetahui suhu dalam keadaan normal.
6. Indikator waktu : Mengetahui lamanya waktu menekan tuas.
7. Bagian pemanas : Untuk merekatkan cup.
8. Dudukan silinder : Untuk meletakkan silinder.
9. Silinder : Tempat gelas cup.
10. Colokan : Penghubung sumber panas.
Gambar 10.3 Alat/Mesin Pembotolan
Bagian utama dan fungsi :
a. Tuas penekan : untuk menekan antara penutup
dengan botol
b. Tiang penyangga : untuk menyangga
c. Bottle corp : tempat untuk merekatkan penutup
botol dengan botol
d. Standard : tempat meletakkan botol
97
3. Prinsip Kerja
a. Mesin Pengalengan
Prinsip dari mesin pengalengan adalah menutup dan merapikan penutup
kaleng menggunakan rol penutup dan rol merapikan.
b. Mesin Pembotolan
Prinsip dari mesin atau alat pembotolan adalah menutup dan melekatkan
penutup botol.
c. Mesin Cupsealer
Prinsip dari mesin cupsealer adalah memanaskan dan melekatkan penutup
cup dengan kecepatan air akan membuat tekanan pada tabung semakin
bertambah rendah atau kecil.
4. Mekanisme Kerja
a. Mesin pengalengan
Kaleng diletakkan pada tempat pegangan kaleng dan cetakkan atas dengan
handle, kemudian saklar dinyalakan sehingga motor pemutar menyala dan
kaleng berputar. Tekan rol penutup untuk menutup kaleng dan rol
merapikan untuk merapikan kaleng supaya tidak terjadi kebocoran.
b. Mesin pembotolan
Melekatkan produk atau bahan dalam botol yang akan dibotolkan lalu
diletakkan pada standar (tempat untuk bahan) lalu ditekan dengan
menggunakan sumbu penekan.
c. Mesin cupsealer
Memanaskan kemasan dan menyedot udara didalam kemasan sehingga tidak
ada udara didalamnya.
98
5. Cara Kerja
a. Pembotolan
b. Pengalengan
99
Dicatat dan diamati kerapatan botol
Botol ditekan dengan sumbu penekan
Penutup botol diatur
Meletakkan botol pada tempat yang disediakan
Masukkan bahan kedalam botol
Diisi bahan
Botol disiapkan
Kaleng disiapkan
Diamati kerapatan kaleng
Mesin dimatikan
Penutup kaleng dirapikan dengan rol penutup 1
Penutup kaleng dirapatkan dengan rol penutup 2
Mesin dinyalakan
Diisi air
c. Cup Sealer
6. Hasil dan Pembahasan
Pembotolan adalah proses menutup botol dengan tutup botol dengan
cara menekan tuas penekan pada mesin sehingga tutup tertutup rapat pada
botol. Prinsip kerja dari alat ini yaitu menutup dan merapikan serta merapatkan
bahan yang di masukkan dalam botol. Mekanisme kerja alat ini yaitu
meletakkan bahan/produk dalam botol yang akan dibotolkan lalu diletakkan
pada standar (tempat untuk bahan) lalu ditekan dengan menggunakan sumbu
penekan.
Pada proses pembotolan ini digunakan botol minuman berkarbonasi.
Sebagai alat untuk menutup , merapikan, dan merapatkan botol. Pada saat
penekanan handle pada tuas penekan dilakukan dengan cermat karena akan
berakibat penutupan pada botol tidak rapi jika dilakukan dengan cara terburu-
100
Jika tutup (plastik) belum sepenuhnya lengkat maka diulangi
Tuas penekan ditekan sehingga mesin dapat melengketkan plastik pada gelas.
Gelas ditutup dengan penutup plastik.
Produk dimasukkan ke dalam gelas
Gelas penampung produk disiapkan
Produk yang akan dikemas disiapkan
Mesin cup sealer disiapkan
buru. Proses penutupan dapat berlangsung lancar dan hasilnyapun terlihat rapi.
Pengemasan didesain atau dirancang sedemikian rupa untuk melindungi
produk dari kerusakan dan untuk menjual produk lengkap dengan wadah atau
kemasan yang digunakan. Salah satu bentuk bahan yang digunakan adalah
botol, di dalam industri pengolahan pangan skala besar biasanya diperlukan
proses pengemasan secara mekanis untuk mendapatkan teknik pengemasan
yang efisien.
Beberapa cara dan tahap pembotolan yang baik di antaranya adalah:
1. Memasukkan Botol kosong dalam alat (bottle feeding)
Sebelum botol-botol kosong masuk dalam pengisian,maka botol kosong
dimasukkan dalam botol feeder secara tidak beraturan atau diletakkan begitu
saja tanpa ditata dan diatur posisinya.Keluar dari bottle feeder maka posisi
botol akan berdiri satu-persatu dan tidak saling menumpuk.
2. Pembersihan Botol (Bottle Cleaning)
Pembersihan botol dapat dilakukan secara manual satu persatu, tapi untuk
industri makanan skala besar hal itu tidak mungkin dilakukan. Pencucian
botol dilakukan dengan bottle washer yang dilengkapi dengan sikat elektrik.
3. Pengisian (Filling)
Pengisian produk menggunakan teknik Vacuum Filling (pengisian produk
hampa udara). Teknik pengisian ini adalah teknik pengisian paling bersih
dan yang paling murah untuk berbagai jenis produk. Teknik ini mampu
mendeteksi botol yang retak, botol yang sumbing, atau botol bocor.
Disamping itu pengisian dengan teknik filling vacuum dapat menekan
kehilangan produk dan mencegah adanya tetesan produk yang dapat
memberikan kesan kotor.
4. Penutupan botol
Penutupan botol hendaknya dilakukan secara hermetis (rapat), seperti
penutupan botol untuk mengemas produk jam, jelly, sari buah dan hasil
olahan lainnya yang diolah dengan suhu tinggi. Tujuan penutupan secara
hermetis yaitu untuk mencegah produk dari kerusakan, terutama kerusakan
101
yang disebabkan oleh mikroba. Keadaan hermetis akan tercapai jika tutup
botol dengan bagian luar mulut botol dalam kondisi baik.
Bahaya dari pembotolan adalah kontaminasi silang dari botol
pengemas. Sumber bahayanya berasal dari penggunaan botol yang kurang
steril/bersih dan waktu tunggu yang terlalu lama. Beresiko tinggi. Cara
pencegahan dari bahaya pembotolan adalah sterilisasi botol dan pengemasan
produk secepat mungkin setelah proses pemurnian.
Dalam proses pembotolan sering sekali terjadi kesalahan yang akan
berakibat kurang rapatnya pembotolan. Hal ini akan menyebabkan isi dalam
botol mudah terkontaminsai. Kesalahan dalam pembotolan terjadi karena pada
saat menekan tuas terlalu cepat atau telalu lambat.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembotolan yaitu
tutup botol, jarak antara tuas penekan dengan botol energi yang dihasilkan,
kekuatan menekan tuas, dan kecepatan menekan tuas penekan. Faktor yang
mempengaruhi pembotolan adalah kecermatan dalam penekanan pada saat tuas
penekan ditekan kebawah. Pada pembotolan yang perlu diperhatikan adalah
ketepatan penempatan tutup botol sebelum dipacking dan waktu untuk
menutup dan merapikan botol.
Pengalengan ini adalah salah satu pengemasan yang bertujuan
mengawetkan bahan makanan yang dimasukkan dalam kaleng sehingga dapat
dikonsumsi kemudian hari. Pada pengalengan ini dilakukan proses sterilisai
menggunakan panas, sterilisasi ini bertujuan untuk membunuh mikroorganisme
sehingga produk dapat disimpan lama.
Pada alat pengalengan ini memiliki bagian-bagian utama yaitu motor
berfungsi sebagai tenaga penggerak, transmisi untuk menyalurkan energi
(penggerak), rol penutup 2 untuk merapikan , rol penutup 1 untuk
merapatkan/menutup kaleng/mengaitkan kaleng, handle untuk mengendalikan
rol penutup 1 dan 2, pemegang karet untuk meletakkan kaleng, pijakan untuk
menurunkan pemegang kaleng, saklar untuk mematikan dan menghidupkan
mesin, sumber listrik sebagai sumber energi/ tenaga, frame untuk menopang
bagian-bagian utama.
102
Pengemasan dengan kaleng diperlukan mesin yang digunakan untuk
melekatkan antara kaleng dengan penutup kaleng. Untuk melakukan penutupan
proses awal yang harus dilakukan adalah mengatur posisi tutup dan kaleng
sesuai yang diisyaratkan dengan mengatur landasan. Pada prinsipnya
pengalengan mengandalkan putaran dari penjepit kaleng sehingga kaleng yang
sudah dilekatkan dengan penutupnya tinggal ditekan dengan rol penutup dan
hasil penutupan tersebut dirapikan dengan rol ke 2. Pada saat menekan
diusahakan jangan terlalu keras karena peutup kaleng akan mengalami perataan
sehingga tidak rapi.
Di dalam pengalengan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas pengalengan antara lain yaitu jenis bahan, jenis kaleng,
handle/tekanan, suhu, alatnya, dan roll yang digunakan apakah sudah aus apa
belum. Salah satu ciri pengalengan yang salah yaitu apabila dalam pengalengan
tersebut didapat nilai hard space yang banyak/tinggi dan hasil dari pengalengan
tidak rapi.
Pengemasan adalah cara menyimpan produk supaya dapat dikonsumsi
kemudian hari. Salah satu cara pengemasan yaitu menggunakan cup sealer.
Cup sealer adalah alat untuk mengemas produk dalam cup plastik dengan tutup
plastik yang berasal dari jenis plastik pp. mekanisme kerja dari cup sealer
adalah memanaskan cup dan plastik penutup sehingga antara cup dan plastik
penutup merekat. Suhu yang digunakan dalam pemanasan cup sealer adalah
175° C . Untuk sekali pengemasan diperlukan waktu rata – rata 2 detik.
Apabila cup sealer digunakan pada suhu dibawah 175° C maka hasil
pengemasan kurang maksimal.
Selain suhu yang harus optimum dalam pengoperasian cup sealer juga
diperhatikan lama pengemasan, pengemasan dengan cup sealer jangan terlalu
lama karena hasilnya malah membuat plastik penutup meleleh. Hasil
pengemasan cup sealer ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya lama
pengemasan, suhu yang digunakan dalam pengemasan, dan keahlian dalam
melakukan pengemasan. Cup sealer bisanya digunakan untuk menutup
kemasan, khususnya yang berbentuk gelas plastik. Mesin ini sangat cocok
103
untuk usaha di bidang minuman ringanm yang kemasannya berbentuk gelas
plastik.
7. Kesimpulan
Dari pelaksanaan praktikum Pengalengan diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Pengemasan bertujuan untuk mempermudah pengaturan, pengangkutan,
penempatan, dan penyimpanan.
2. Produk pengalengan diharapkan tetap awet meski disimpan dalam waktu
yang lama.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pengalengan antara lain yaitu
jenis bahan, jenis kaleng, handle/tekanan, suhu, alatnya, dan roll yang
digunakan apakah sudah aus apa belum.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembotolan yaitu tutup botol,
jarak antara tuas penekan dengan botol energi yang dihasilkan, kekuatan
menekan tuas, dan kecepatan menekan tuas penekan.
5. Prinsip kerja dari pembotolan adalah mutup dan merapikan bahan yang akan
dibotolkan
6. Proses pembotolan digunakan botol berkabonasi.
7. Proses pembotolan adalah :
a. Memasukkan Botol kosong dalam alat (bottle feeding).
b. Pembersihan Botol (Bottle Cleaning).
c. Pengisian (Filling).
d. Penutupan botol.
8. Pada pembotolan yang perlu diperhatikan adalah ketepatan penempatan
tutup botol sebelum dipacking dan waktu untuk menutup dan merapikan
botol.
9. Pengemasan menggunakan Cup sealer bertujuan untuk mengemas produk
dalam bentuk plastik agar dapat mempertahankan kualitas produk dan dapat
dikonsumsi kemudian hari.
104
10. Faktor yang mempengaruhi kualitas pengemasan dengan cup
sealer adalah lama pengemasan, suhu yang digunakan dalam pengemasan,
dan keahlian dalam melakukan pengemasan.
11. Mekanisme kerja alat adalah cup dan tutup dipanaskan oleh mesin
sehingga lengket.
8. Saran
1. Lebih dirawat lagi alatnya.
2. Dilakukan uji berkala untuk tingkat kelayakannya.
105
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, Rabiatul. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Cenadi, Christine Suharto. 2000. Peranan Desain Kemasan dalam Dunia Pemasaran. Jurnal Nirmana Vol. 2, No. 1, Januari 2000: 92 – 103.
Chaneta, I. Tanpa Tahun. Marketing : Packaging and Branding. Journal of Comprehensive Research, Volume 8, Page 19.
Dewandari, Kun Tanti. 2010. Studi Penerapan Haccp pada Pengolahan Sari Buah Jeruk Siam. Jurnal Standardisasi Vol. 12, No. 1 Tahun 2010: 43 – 49.
Dewandari, K T. 2009. Pembekuan Cepat Puree mangga Arumanis dan Karakteristiknya Selama Penyimpanan. Jurnal Pascapanen 6(1) 2009: 27-33.
Deswita. 2007. Modifikasi Polietilen Sebagai Polimer Komposit Biodegradable untuk Bahan Kemasan. Jurnal Sains Materi Indonesia, Hal. 37-42.
Dewi, Eko Nurcahya. 2008. Mutu dan Daya Simpan Fillet Dendeng Ikan Nila Merah yang Dikemas Hampa Udara dengan Vacuum Sealer Skala Rumah Tangga. Jurnal Saintek Perikanan Vo. 4 No. 1 2008 : 7 – 15.
Handajani, Sri. 2010. Pengolahan Hasil Pertanian; Teknologi Tradisional dan Terkini. UNS Press. Surakarta.
Hudaya, Saripah. 1982. Dasar-dasar Pengawetan 2. Gramedia. Jakarta.Jasni. 2005. Pencegahan Serangan Bubuk Dinoderus minutus Farb. pada Bambu
Lapis dan Kayu Lapis. Jurnal Ilmu & Teknologi Kayu Tropis Vol.3, No. 2.
Marsh, Kenneth. 2007. Food Packaging Roles, Materials, and Environmental Issues. Journal of Food Science Vol. 72, No. 03.
Pudjogunarto, Wartoyo Suwadi. 2011. Agronomi Tanaman Kakao. UNS Press. Surakarta.
Shukor, Syaimak Abdul. 2009. Rekabentuk dan Implementasi Sistem Automasi Pembotolan MAPS Menggunakan Programmable Logic Controller, PLC. Jurnal Sains Malaysiana 38(2)(2009): 281–286.
Winarno, F G. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia. Jakarta.Wulandari, Sri. 2005. Analisis Mikrobiologi Produk Ikan Kaleng (Sardines)
Kemasan dalam Limit Waktu Tertentu (Expire). Jurnal Biogenesis Vol. 2(1):30-35.
106