LAPORAN PRAKTIKUM 1

31
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesetimbangan massa merupakan proses dari suatu bahan dimana nilai atau jumlah bahan yang masuk akan sama dengan penjumlahan massa yang keluar dengan massa yang disimpan. Kesetimbangan massa digunakan untuk mengetahui besarnya jumlah keluar masuknya suatu bahan dalam suatu proses. Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai aplikasi dari kesetimbangan massa dengan menggunakan proses pengentalan dan pencairan bahan. Bahan yang digunakan adalah larutan gula. Prinsip dari kesetimbangan materi dapat direalisasikan dalam suatu proses pengolahan pangan. Perubahan yang akan terjadi adalah dalam perubahan wujud dari input menjadi bentuk lainnya. Masukkan bahan ke dalam suatu tahap proses dapat berupa satu jenis bahan atau lebih, begitu juga bahan yang keluar dapat berupa satu atau lebih produk yang dikehendaki. Praktikum ini juga dilakukan untuk membuktikan hukum kesetimbangan massa. Selain itu, mahasiswa dapat mempelajari kesetimbangan massa. 1.2 Tujuan Percobaan

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM 1

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesetimbangan massa merupakan proses dari suatu bahan dimana nilai

atau jumlah bahan yang masuk akan sama dengan penjumlahan massa yang

keluar dengan massa yang disimpan. Kesetimbangan massa digunakan untuk

mengetahui besarnya jumlah keluar masuknya suatu bahan dalam suatu

proses. Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai aplikasi dari

kesetimbangan massa dengan menggunakan proses pengentalan dan pencairan

bahan. Bahan yang digunakan adalah larutan gula.

Prinsip dari kesetimbangan materi dapat direalisasikan dalam suatu proses

pengolahan pangan. Perubahan yang akan terjadi adalah dalam perubahan

wujud dari input menjadi bentuk lainnya. Masukkan bahan ke dalam suatu

tahap proses dapat berupa satu jenis bahan atau lebih, begitu juga bahan yang

keluar dapat berupa satu atau lebih produk yang dikehendaki.

Praktikum ini juga dilakukan untuk membuktikan hukum kesetimbangan

massa. Selain itu, mahasiswa dapat mempelajari kesetimbangan massa.

1.2 Tujuan Percobaan

1.2.1 Tujuan Intruksional Umum (TIU)

Mahasiswa dapat mempelajari kesetimbangan massa secara umum

1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

a. Mempelajari keadaan sistem steady dan unsteady state dengan larutan

gula

b. Menentukan model neraca massa steady state pada alir massa dan

unsteady state pada komponen gula

c. Mahasiswa dapat mempelajari dan menerapkan analisis kesetimbangan

massa dalam teknik unit operasi dalam penangann hasil pertanian.

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesetimbangan Massa

Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-

Lavoisier adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup

akan konstan meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut

(dalam sistem tertutup massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama).

Pernyataan yang umum digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa

adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau

dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu sistem tertutup, massa

dari reaktan harus sama dengan massa produk.

Hukum kekekalan massa diformulasikan oleh Antoine Lavoisier pada

tahun 1789. Oleh karena hasilnya ini, ia sering disebut sebagai bapak kimia

modern. Sebelumnya, Mikhail Lomonosov (1748) juga telah mengajukan ide

yang serupa dan telah membuktikannya dalam eksperimen. Sebelumnya,

kekekalan massa sulit dimengerti karena adanya gaya buoyan atmosfer bumi.

Setelah gaya ini dapat dimengerti, hukum kekekalan massa menjadi kunci penting

dalam mengubah alkemi menjadi kimia modern. Ketika ilmuwan memahami

bahwa senyawa tidak pernah hilang ketika diukur, mereka mulai melakukan studi

kuantitatif transformasi senyawa. Studi ini membawa kepada ide bahwa semua

proses dan transformasi kimia berlangsung dalam jumlah massa tiap elemen tetap.

Dalam Satuan Operasi bentuk kesetimbangan massa dan energi dapat

direpresentasikan dalam bentuk kotak diagram proses. Massa atau energi yang

masuk ke dalam kotak diagram proses harus setimbang dengan massa atau energi

yang ke luar darinya.

Hukum konservasi massa : massa tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan

(kecuali reaksi atom/ nuklir). Sehingga kesetimbangan massa dalam sebuah proses

dapat ditulis sebagai berikut :

Input = Output

input = uotput + akumulasi

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM 1

bahan baku = produk + limbah + akumulasi

SmR = Smp +SmW +SmS

SmR = mR1 + mR2 + mR3

Smp = mp1 + mp2 + mp3

SmW = mW1 + mW2 + mW3

SmS = ms1 + ms2 + ms3

2.2 Pengenceran

Pengenceran adalah pencampuran larutan pekat (berkonsentrasi tinggi)

dengan pelarut umum yang bertujuan untuk meningkatkan volume dari larutan

dan menurunkan kepekatan larutan. Pelarut ialah senyawa yang mendominasi

jumlahnya dalam suatu larutan, contohnya garam yang dilarutkan dalam air, maka

pelarutnya ialah air yang jumlahnya lebih banyak. Jika suatu larutan senyawa

kimia dilarutkan dalam pelarut, terkadang dilepaskan sejumlah panas

(eksotermik). Contohnya saja pada pengenceran H2SO4. Maka salah satu teknik

dasar laboraturium yang diperlukan ialah melakukan penambahan asam sulfat ke

dalam pelarutnya(air) dan tidak boleh sebaliknya, karena jika air yang dituangkan

ke dalam asam sulfat, asam sulfat akan memercik karena reaksi kimia eksotermik

yang tejadi. Percikan zat asam ini berbahaya dan dapat merusak kulit. (Braddy,

1999)

Pengenceran merupakan penambahan pelarut ke dalam suatu larutan.

Prinsip dasar dari pengenceran ialah jumlah mol dari zat terlarut tidak akan

berubah, shingga dapat dirumuskan dalam persaman:

M1.V1= M2.V2

dengan,

M1= Konsentrasi Pekat

V1 = Volume Zat Pekat

V2 = Volume Total (Zat Pekat + Pelarut)

2.3 Pengentalan

Pengentalan merupakan proses untuk menghilangkan sebagian air pada

produk pangan cair. Tujuan pengentalan adalah mengurangi sejumlah air sehingga

menurunkan volume produk. Dengan turunnya volume produk pangan ini, maka

akan memudahkan transportasi dan penyimpanan.

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM 1

Pengentalan dilakukan dengan menaikkan suhu produk sampai titik

didihnya dengan lama tertentu. Untuk produk pangan yang sensitive terhadap

panas, maka pengentalan dapat dilakukan dengan tekanan vakum.

Empat komponen utama alat pengental (evaporator) adalah:

a) tabun g evaporator

b) sumber panas

c) kondensor

d) metode untuk membuat vakum.

2.4 Refraktometer

Refractometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur

kadar/konsentrasi bahan terlarut misalnya : gula, garam, protein dsb. Prinsip kerja

dari refractometer sesuai dengan namanya adalah dengan memanfaatkan refraksi

cahaya. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini sebuah sedotan yang dicelupkan

ke dalam gelas yang berisi air akan terlihat terbengkok. Pada gambar kedua

sebuah sedotan dicelupkan ke dalam sebuah gelas yang berisi lauran gula. Terlihat

sedotan terbengkok lebih tajam. Fenomena ini terjadi karena adanya refraksi

cahaya. Semakin tinggi konsentrasi bahan terlarut (Rapat Jenis Larutan), maka

sedotan akan semakin terlihat bengkok secara proporsional. Besarnya sudut

pembengkokan ini disebut Refractive Index (nD). Refractometer ditemukan oleh

Dr. Ernst Abbe seorang ilmuwan dari German pada permulaan abad 20.

Gambar 1. Percobaan Prinsip Kerja RefractometerSumber: https://duniaanalitika.wordpress.com

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM 1

Adapun prinsip kerja dari refractometer dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Dari gambar dibawah ini terdapat 3 bagian yaitu : Sample, Prisma dan

Papan Skala. Refractive index prisma jauh lebih besar dibandingkan

dengan sample.

b. Jika sample merupakan larutan dengan konsentrasi rendah, maka sudut

refraksi akan lebar dikarenakan perbedaan refraksi dari prisma dan sample

besar. Maka pada papan skala sinar “a” akan jatuh pada skala rendah.

c. Jika sample merupakan larutan pekat / konsentrasi tinggi, maka sudut

refraksi akan kecil karena perbedaan refraksi prisma dan sample kecil.

Pada gambar terlihar sinar “b” jatuh pada skala besar.

Dari penjelasan di atas jelas bahwa konsentrasi larutan akan berpengaruh

secara proporsional terhadap sudut refraksi. Pada prakteknya Refractometer

akan ditera pada skala sesuai dengan penggunaannya. Sebagai contoh

Refractometer yang dipakai untuk mengukur konsentrasi larutan gula akan

ditera pada skala gula. Begitu juga dengan refractometer untuk larutan garam,

protein dll.

Konsentrasi bahan terlarut sering dinyatakan dalam satuan Brix(%) yaitu

merupakan pronsentasi dari bahan terlarut dalam sample (larutan air). Kadar

bahan terlarut merupakan total dari semua bahan dalam air, termasuk gula,

garam, protein, asam dsb. Pada dasarnya Brix(%) dinyatakan sebagai jumlah

gram dari cane sugar yang terdapat dalam larutan 100g cane sugar. Jadi pada

saat mengukur larutan gula, Brix(%) harus benar-benar tepat sesuai dengan

konsentrasinya.

Gambar 2. Cara Membaca RefraktometerSumber: https://duniaanalitika.wordpress.com

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM 1

2.5 Keadaan Steady dan Steady State

a. Keadaan tunak (steady state) adalah kondisi sewaktu sifat-sifat

suatu sistem tak berubah dengan berjalannya waktu atau dengan kata

lain, konstan. Keadaan steady state dapat ditunjukkan dengan laju alir

input (QF : mL/detik) sama dengan output (QR : mL/detik) sehingga

tercapai kondisi steady state (QF = QR).

b. Keadaan tunak baru akan dicapai beberapa waktu setelah sistem dimulai

atau diinisiasi. Kondisi awal ini sering disebut sebagai keadaan transien.

c. Sistem steady menunjukkan akumulasi sama dengan nol, dan tidak

bergantung pada waktu.

d. Unsteady state adalah kondisi sewaktu sifat-sifat suatu sistem berubah

dengan berjalannya waktu.

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM 1

BAB III

METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN

3.1 Alat Dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Gelas ukur 100 ml

2. Gelas ukur 200 ml

3. Stopwatch, untuk menghitung waktu pengadukan percobaan.

4. Refraktometer, untuk mengukur nilai brix.

5. Kesetimbangan

6. Peralatan proses kontinu berpengaduk

3.1.2 Bahan

1. Air

2. Gula pasir

3. Kertas tissu

3.2 Prosedur Pelaksanaan

Prosedur dalam melakukan praktikum yaitu:

1. Memasang peralatan tangki kontinu

2. Mempelajari dan uji coba terlebih dahulu peralatan tersebut sebelum

digunakan dengan menggunakan air sebagai bahan.

3. Dalam uji coba tersebut menentukan volume maksimum tangki (V)

ketika pengaduk sedang berjalan dan menentukan laju alir input (QF:

ml/detik) output (QR: ml/detik) sehingga tercapai kondisi steady state

(QF=QR)

4. Menjalankan masing-masing operasi dengan membuka penjepit untuk

mengalirkan bahan dari gelas ukur yang berisi air dan gelas ukur yang

berisi gula.

5. Mengaaduk gelas ukur berisi air untuk percobaan pengentalan dan

gelas ukur berisi gula untuk percobaan pengenceran setiap 3 menit.

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM 1

6. Memeriksa konsentrasi gula (0Brix) menggunakan refraktometer setiap

3 menit.

7. Membuat grafik konsentrasi gula (ln (Xf-Xt)) terhadap waktu (t)

berdasarkan hasi percobaan dan menentukan model persamaan dari

grafik tersebut (y=ax+b)

8. Bandingkan antara proes pemekatan dan proses pengenceran.

Menggunakan referensi yang sesuai untuk keseimbangan massa dalam

pembahasan.

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM 1

BAB IV

HASIL PERCOBAAN

4.1 Pengentalan Larutan Gula

4.1.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1 Pengentalan Larutan Gula

Waktu (menit) Pengentalan (Brix) Ln (Xf-Xt)

0 Xf =8.1 t0= -

3 Xt3 = 0.7 t3= 2

6 Xt6 = 0.8 t6= 1.99

9 Xt9 = 2 t9= 1.81

12 Xt12= 1.8 t12= 1.89

15 Xt15 = 1,9 t15= 1.82

18 Xt18= 1.8 t18= 1.84

21 Xt21 =1.9 t21= -1.82

24 Xt24 = 1.9 t24=1.82

27 Xt27=1.9 t27= 1.82

(Sumber: Data Hasil Pengamatan, 2015)

0 5 10 15 20 25 301.7

1.75

1.8

1.85

1.9

1.95

2

2.05

f(x) = − 0.007 x + 1.97277777777778R² = 0.573278767453057

Grafik Pengentalan

ln(Xf-Xt)Linear (ln(Xf-Xt))

Waktu

ln (X

f-Xt)

(Gambar 3. Grafik Pengentalan)

4.1.2 Hasil Perhitungan

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM 1

a. Laju Pengentalan

Qinput=volume (ml )

waktu (s )=

V 1−V 2

t

2003.5

= x4

X= 22.86

Q= x

60 s

Q= 22.86

60

Q=0.38 ml/ s

b. Perhitungan Tabel

ln (Xf-Xt) = ln (8.1-0.7) = 2

ln (Xf-Xt) = ln (8.1-0.8)=1.99

ln (Xf-Xt) = ln (8-1.2) = 1.81

ln (Xf-Xt) = ln (8.1-1.8) = 1.89

ln (Xf-Xt) = ln (8.1-1.9) = 1.82

ln (Xf-Xt) = ln (8.1-1.8) = 1.89

ln (Xf-Xt) = ln (8.1-1.9) = 1.82

ln (Xf-Xt) = ln (8.1-1.9) = 1.82

ln (Xf-Xt) = ln (8.1-1.9) = 1.82

4.2 Pengenceran Larutan Gula

4.2.1 Hasil Pengamatan

Tabel 2. Pengenceran Larutan Gula

Waktu (menit) Pengenceran (Brix) Ln (Xf-Xt)

0 Xf =8 t0= -

3 X3 = 8 t3= -

6 X6 = 8 t6= -

9 X9 = 8 t9= -

12 X12= 7.99 t12= -4.6

15 X15 = 7.9 t15= -2.30

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM 1

18 X18= 7.86 t18= 1.966

21 X21 = 8.1 t21= -

24 X24 = 8.1 t24= -

27 X27=8 t27= -

(Sumber: Data Hasil Pengamatan, 2015)

0 5 10 15 20 25 30

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

f(x) = 0.0364777777777778 x − 1.09538888888889R² = 0.0260243877099841

Grafik Pengenceran

Y-ValuesLinear (Y-Values)

Waktu

ln (X

f-Xt)

(Gambar 3. Grafik Pengenceran )

a. Laju Pengentalan

Qinput=volume (ml )

waktu (s )=

V 1−V 2

tQ= 60

60 s

Q= 1 ml/s

b. Perhitungan Tabel

ln (Xf-Xt) = ln (8-8) = -

ln (Xf-Xt) = ln (8-8) = -

ln (Xf-Xt) = ln (8-8) = -

ln (Xf-Xt) = ln (8-8) = -

ln (Xf-Xt) = ln (8-7.99) = -4.6

ln (Xf-Xt) = ln (8-7.9) = -2.3

ln (Xf-Xt) = ln (8-7.86) = -1.966

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM 1

ln (Xf-Xt) = ln (8-8.1) = -

ln (Xf-Xt) = ln (8-8.1) = -

ln (Xf-Xt) = ln (8-8) = -

4.3 Responsi

SOAL:

1. Pada evaporasi minyak bawang bahan dimasukkan sebanyak 1000 kg/ hari

dengan kadar minyak 38%. Produk yang dihasilkan mengandung minyak

bawang sebesar 74%. Hitung berat produk dan air yang teruapkan.

2. Dalam pembuatan selai buah-buahan dengan kandungan padatan 14%

dibuat bubur dan dicampur dengan gula (1.22 kg/ 1 kg buah) dan pektin

(0.00025 kg pektin/1 kg buah). Kemudian bahan dikurangi kadar airnya

dengan pengeringan vacuum sehinga kadar air produk 33%. Untuk buah-

buahan sebanyak 1000kg, berapa bahan yang keluar dari pencampuran, air

teruapkan dan jumlah produk.

3. Hitung jumlah udara yang harus diberikan untuk mengeringkan 126 g

bahan dari kadar air 80% menjadi 5%. Udara yang masuk mempunyai

kelembaban 0.002 kg uap air/kg udara dan udara kelua dengan

kelembaban 0.3 kg uap air/kg udara.

4. Komoditi pertanian dengan kadar air 20% dikeringkan sehingga mencapai

kadar air 9%, menggunakan pengeringan tipe air flow driver. Udara

pengeringan yang sudah digunakan untuk mengeringkan dialirkan kembali

dan dicamput dengan udara yang berasal dari pemanas. Jika kelembapan

udara dari pengeringan yang digunakan lagi 0.1 kg uap air/kg udara dan

kelembaban udara yang tercampur keduanya 0.03 kg uap air/kg udara,

udara sebanyak 126 kg/jam berapa udara masuk yang dibutuhkan/jam,

udara yang direcycle dan jumlah produk kering

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM 1

JAWAB:

1. Diketahui :

F input = 1000 kg/hari

Kadar minyak 1 = 38%

Kadar minyak 2 = 74%

Ditanyakan:

a. P (berat produk)?

b. W (air yang terlupakan)?

Jawab:

a. P (berat produk)

F= W+P

10000 (0,38) = 0 + 0,74(P)

P = 38000,74

= 5135,135 kg/hari

b. W (air yang teruapkan)

F = W+P

W = F-P

= 10000 – 5135,135 kg/hari

= 4864,865 kg/hari

2. Diketahui:

Kp1 = 14%

Kap = 33%

Kp= 100%-35% = 67% (kadar)

EVAPORASI

W (uap)

P(produk)Km2 = 74%

Finput = 1000 kg/hariKm 1= 38%

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM 1

F buah = 1000kg

F gula = 1,22 kg gula/1 kg buah

F pektin = 0,0025 kg pektin/1 kg buah

Ditanyakan:

Untuk buah-buahan sebanyak 1000kg, berapa:

a. Pc (bahan yang dikeluarkan dari pencampuran)?

b. W (air yang teruapkan)?

c. Jumlah produk?

Jawab:

a. Pc (bahan yang dikeluarkan dari pencampuran)?

F = W+P

(1,22 x 1000) + (0,0025 x 1000) + (14% x 1000) = 0+ 67% (P)

1362,5 kg = 0,67 P

P = 2033,582 kg

b. W (air yang teruapkan)

F = W+P

W = F-P

W = (F gula. F buah + F pektin . F buah + Fbuah) – P

=((1,22 x 1000) =(0,00025 x 1000) +1000)-2032,582

= (1220 + 2,5 + 1000) – 2033,582

= 188,918 kg

c. Jumlah Produk

Jumlah Produk = W+P

= 138,918 + 2033,582

= 2222,5 kg

Penyaringan Vacuum

W (uap)

P(produk)Kp2 = 67%

F buahF gulaF pektinKp = 14%

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM 1

3. Diketahui:

Fs bahan = 126 g = 0,126 kg

KAin = 80%

WS1 = 0.8

1−0.8=4

KAout = 5%

WS2 = 0.05

1−0.0 .5=0.0526

Wa1 = 0.002 kg uap air/ kg udara

Wa2 = 0.3kg uap air/ kg udara

Ditanyakan:

a. Jumlah udara yang harus diberikan?

Jawab:

(Fa Wa1) + (Fs Ws1) = (Fa Wa2) + (Fs WS2)

(Fa x 0.002) + (1x4) = (Fa x 0.2) + (1 x 0.0526)

0.002 Fa + 4 = 0.2 Fa + 0.0526

3.0474 = 0.198 Fa

Fa = 19.936 kg

Fa = 19.936 kg x 0.126 kg

Fa = 2.511936 kg

4. Diketahui:

Ka1 in = 20 %

Ka2 out = 9%

Ws1 = 0.2

1−02= 0.25 kg air

Ws2 = 0.09

1−0.09 = 0.098901 kg air

WF = 0.01 kg uap air/kg udara

WR = 0.1 kg uap air/kg udara

W campuran = 0.03 kg uap air/kg udara

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM 1

Fs = 126 kg/jam

Ditanyakan:

a. FR (kg/jam)?

b. Fr (kg/jam)?

c. Jumlah produk?

Jawab:

a. (Fa1 + FR) Wcamp + (Fs.Ws1) = (Fa1 + FR)WR + Fs.Ws2

0.03X + (126 . 0.25) = 0.1X + 126 . 0.098901

0.03 Fc + 31.5 = 0.1 Fc + 12.461526

19.038474= 0.07 Fc

Fc= 271.9782 kg/jam

FR + Fa1 = 271.9782 kg

FR= 271.9782 kg/jam – Fa1 .....(1)

b. Keseimbangan titik O

(Fa1 .Wa1) + (FR . WR) = Fc. Wcamp

(Fa1 0.01) + (FR . 0.1) = Fc. 0.03

Fc + 0.01 FR = (271.9782-Fa1) 0.03

Fa1 + (271.9782 – Fa1) 0.1 = 8.159346

Fa1. 0.01 + 27.19782 – 0.1Fa1 = 8.159346

-0.09 Fa1=-19.038474

Fa1 =211.5386 kg/ jam

FR= 271.9782 kg /jam – Fa1

FR= 271.9782 kg /jam– 211.5386 kg/jam

Dryer

FR, WR

FS, Wr

Fcamp, WCamp

FS2, WS2

FS1, WS1

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM 1

FR = 483.5168 kg/ jam

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM 1

c. Basis Padatan

p1 = BK1. P + W

100.8 = 0.91 P

P=100.80.91 =110.769 gram

Dryer Fs = 126 kgBB1 = 20%

BB2 = 9%

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM 1

BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini membahas tentang kesetimbangan massa dengan

menghitung kadar air dari laurtan gula dengan menggunakan refraktometer. Kadar

air yang dihitung terdiri dai kadar aing saat pengentalan dan pengenceran. Pada

percobaan ini, perhitungan dilakukan setiap 3 menit.

Nilai kadar air awal saat pengentalan adalah 8.10 brix dan nilai akhirnya

adalah 1.90 Brix. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya penurunan nilai brix saat

pengentalan. Perubahan nilai brix menunjukkan bahwa semakin rendah kadar air

dalam gula, maka semakin tinggi kepekatan larutan tersebut yang menyebabkan

semakin kental. Nilai brix pada pengentalan pada menit 3 sampai 21 mengalami

naik turun setelah akhirnya mengalami kenaikan konstan pada menit ke 24 sampai

27 dengan nilai sebesar 1.9. Setiap menit pengadukan seharusnya berpengaruh

pada nilai Brix yang terjadi.

Pada nilai awal kadar air saat pengenceran adalah 80 Brix dan nilai akhir

kadar air ada pada angka 8.10 Brix. Hasil yang didapat tidak sesuai dengan teori

yang ada, karena saat pengenceran nilai Brix yang dihasilkan harusnya mengalami

penurunan, sedangkan dalam percobaan kali ini, nilai Brix yang dihasilkan

mengalami kenaikan. Namun pada menit ke 12 sampai menit ke 18 kadar air

pengenceran larutan gula mengalami penurunan. Ketindakkonstan data yang

dihasilkan disebabkan karena refraktometer yang kurang bersih saat digunakan

sehingga menyebabkan hasil percobaan yang tidak akurat. Kodisi gelas ukur yang

mengalami kebocoran juga dapat saja mempengaruhi data percobaan karena

adanya hambatan saat pengadukan pada larutan gula.

Laju pengentalan yang terjadi berada pada nilai 0.38ml/s dimana

menunjukkan bahwa laju pengentalan lebih kecil dibanding laju pengenceran

karena pada peristiwa pencampuran yang diaduk adalah dari air ke gula.

Sedangkan untuk laju pengenceran yang terjadi berada pada nila 1ml/s. Dimana

proses pengenceran gula laju pengencerannya naik yang dikarenakan yang kita

campurkan adalah gula dan air jadi gula yang dicampurkan akan meningkatkan

angka laju pengencerannya.

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM 1

Pada grafik yang terbentuk, terlihat bahwa grafik tidak linear. Hal tersebut

disebabkan karena ketidakakuratan data yang ada. Pada grafik pengentalan

nilainya naik turun, berikut juga dengan grafik pengenceran yang bentuknya naik

turun. Grafik pengentalan seharusnya semakin lama waktu pengentalan, maka

semakin rendah nilai kadar airnya. Sendangkan pada proses pengenceran, semakin

lama waktu pengenceran maka semakin tinggi nilai kadar airnya.

Dalam percobaan praktikum kali ini, praktikan mendapat kendala dimana

nilai Brix pada percobaan pengenceran terdapat nilai yang tetap di angka 8 dan

mengalami kenaikan nilai Brix dengan hasil 8,1 pada akhir percobaan. Hal

tersebut tentu saja tidak sesuai dengan teori. Refraktometer yang tersedia hanya

satu sehingga menyebabkan pemakaian secara bergantian sehingga hal tersebut

membuat waktu tidak efisien. Selain itu penggunaan refraktometer yang

bergantian juga dapat menyebabkan data hasil pengukuran kurang akurat karena

kurang bersihnya refraktometer saat pemakaian secara bergantian. kHal yang

harus diperhatikan sebelum mencampur gula dengan air pada gelas ukur adalah

memastikan selang yang digunakan tidak bocor karena hal tersebut akan

berpengaruh terhadap proses pencampuran.

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM 1

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah:

1. Semakin tinggi kadar air larutan maka semakin cair larutan tersebut.

Sedangkan rendah kadar air larutan maka semakin kental larutan tersebut.

2. Waktu yang digunakan saat mengaduk bahan mempengaruhi laju

pengentalan dan pencairan serta perubahan pada nilai Brix.

3. Grafik yang terbentuk tidak beraturan dan tidak linear.

4. Faktor yang mempengaruhi dalam nilai briks pada percobaan pengenceran

adalah pengunaan refraktometer yang kurang bersih dan kondisi alat yang

kurang baik.

6.2 Saran

Saran yang didapatkan dari praktikum ini adalah:

1. Sebelum melakukan praktikum, sebaiknya praktikan memahami prosedur

yang akan dilaksanakan agar praktikum berjalan dengan lancar dan

efektif.

2. Periksalah kondisi alat yang dipakai sebelum memulai praktikum agar

menghindari kesalahan dalam melakukan praktikum

3. Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan praktikum karena hal

tersebut akan mempengaruhi keakuratan data yang dihasilkan.

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM 1

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Bab VII Proses Pengentalan Pangan. Terdapat pada:

http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik%20Pengolahan

%20Pangan/bab7.php (diakses pada tanggal 20 September pukul 19.45)

Brady J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara

Charm, S.E.1971.Fundamentals of Food Engineering. AVI Publishing Company.

Westport.Connecticut.

Olovans. 2011. Laporan Praktikum Satuan Operasi Industri.. Terdapat pada:

http://olovans.wordpress.com/2011/03/29/19/ (diakses pada tanggal 20

September pukul 19.28 WIB)

Raharjo, Mugi. 2010. Refractometer. Terdapat pada:

https://duniaanalitika.wordpress.com/2010/03/04/refractometer/ (diakses

pada tanggal 20 September 2015 pukul 20.34 WIB)

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM 1

LAMPIRAN

Gambar 1. Gelas ukurSumber : Dokumen Pribadi, 2015

Gambar 2. Batang PengadukSumber : Dokumen Pribadi, 2015

Gambar 3. Pengunaan Refraktometer Sumber : Dokumen Pribadi, 2015

Gambar 4. Percobaan Pada Pengentalan Sumber : Dokumen Pribadi, 2015

Gambar 5. Refraktometer Sumber : Dokumen Pribadi, 2015