LAPORAN PENELITIAN - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/228/1/8 Berbekam.pdf · BAB I PENDAHULUAN A....
Transcript of LAPORAN PENELITIAN - ULM Repositoryeprints.ulm.ac.id/228/1/8 Berbekam.pdf · BAB I PENDAHULUAN A....
Oleh:
Tutung Nurdiyana, MA.,. (Ketua)
Dra. Rochgiyanti, M.Si. (Anggota)
Sigit Ruswinarsih, S.Sos. (Anggota)
Lumban Arofah, S.Sos., M.Sc. (Anggota)
Yuli Apriati, S.Sos. (Anggota)
Alfisyah, S.Ag., M.Hum. (Anggota)
Nasrullah, S.Sos.I.MA. (Anggota)
Syahlan Mattiro, SH.,M.Si. (Anggota)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2010
LAPORAN PENELITIAN
BERBEKAM
ALTERNATIF PENGOBATAN PADA
MASYARAKAT BANJARMASIN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aktivitas manusia untuk memenuhi ragam kebutuhan hidupnya dapat
terlaksana bila manusia mempunyai kondisi fisik dan mental yang sehat. Oleh
karenaitu kesehatan adalah suatu hal yang sangat penting bagi manusia. Orang
tidak dapat beraktivitas dengan baik jika kondisi kesehatannya terganggu.
Jika kondisi kesehatan terganggu, atau sakit, seseorang akan melakukan
usaha untuk menyembuhkan sakitnya atau berobat. Pengobatan yang dapat
ditempuh terbagi dua yaitu pengobatan konvensional dan pengobatan alternatif.
Sistem pengobatan konvensional digunakan untuk menyebut pengobatan medis
yang dibangun Barat (Anonim, 2010a:42). Sementara itu pengobatan alternatif
juga bisa disebut sebagai pengobatan tradisional (Sudarma, 2008:109). Menurut
Jean-Francois Sobiecki (Sudarma, 2008:109) sistem pengobatan tradisional
(traditional healing system) cenderung dikembangkan dari sumber kepercayaan
spiritual atau agama (spiritual or relegius belief system) dan lebih jauh lagi
tambahnya yaitu berkembangnya dari sistem kepercayaan animisme atau
kepercayaan tradisional lainnya.
Berbagai pengobatan alternatif begitu menjamur di tengah-tengah
masyarakat. Bisa dikatakan pengobatan alternatif mampu menjadi pesaing dan
penyeimbang pengobatan konvensional. Hal ini ditambah dengan rumitnya
pelayanan pada pengobatan konvesional dan cenderung mahal. Diantara
pengobatan alternatif untuk penyembuhan penyakit adalah bekam (hijamah).
Bekam merupakan salah satu metode penyembuhan alternatif yang terkategori
sebagai thibbun nabawi atau metodologi pengobatan Nabi. Istilah thibbun nabawi
ini dimunculkan oleh para dokter muslim sekitar abad 13 untuk memudahkan
klasifikasi kedokteran. Salah satu maksudnya adalah untuk memudahkan dalam
membedakan dengan pengobatan yang bertentangan atau tidak sesuai dengan
prinsip Islam (Sunardi, 2008:75).
Bekam atau hijamah merupakan suatu metode pengobatan yang sudah
dikenal sejak jaman dahulu. Berawal dari kerajaan Sumeria, kemudian terus
berkembang sampai Babilonia, Mesir, Saba’ dan Persia. Selanjutnya bekam juga
digunakan oleh umat Islam, kemudian berkembang juga pada jaman Cina kuno
dan di Eropa pada kurun waktu abad ke-18 atau abad ke-13 Hijriyah (Kasmui,
2007:10). Oleh sebab itu istilah bekam dapat dikatakan beragam sesuai dengan
tempat atau daerah berkembangnya bekam.
Kini pengobatan alternatif bekam tidak hanya dikembangkan secara
individual saja, melainkan juga oleh lembaga-lembaga kesehatan berbentuk rumah
sehat atau klinik. Ketua Umum Asosiasi Bekam Indonesia (ABI), Ahmad
Fatahillah mengatakan bahwa bekam mulai dikenal di Indonesia sejak 1996 dan
mendapat minat yang menggeliat dari masyarakat pada tahun 2000 (Anonim,
2010b:46). ABI sampai dengan saat ini sudah mempunyai cabang di seluruh
provinsi di Indonesia, kecuali Papua (Anonim, 2010b:47).
Di Kota Banjarmasin khususnya perkembangan pengobatan bekam cukup
signifikan. Diantaranya dengan bermunculannya klinik-klinik pengobatan yang
menyediakan pengobatan bekam. Pengobatan bekam secara normatifnya
merupakan pengobatan yang disunnahkan bagi umat Islam. Sementara Kota
Banjarmasin dikenal sebagai kota yang penduduknya religius. Oleh karena itu
menarik untuk diteliti perihal gambaran pengobatan alternatif bekam dan motivasi
masyarakat yang menggunakan pengobatan bekam di Kota Banjarmasin
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini akan mengkaji
tentang:
1. Bagaimana gambaran umum pengobatan bekam di Kota Banjarmasin?
2. Apa motivasi masyarakat yang memanfaatkan pengobatan bekam di Kota
Banjarmasin?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengobatan
alternatif bekam di Kota Banjarmasin dan motivasi masyarakat yang
menggunakan bekam sebagai alternatif pengobatan di Kota Banjarmasin.
D. Manfaat Penelitian
Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat memberikan pilihan
untuk memilih pengobatan guna penyembuhan penyakit. Bagi penyelenggara
pengobatan alternatif bekam, semoga penelitian ini menjadi masukan agar bisa
meningkatkan pelayanan yang perlu dibenahi. Bagi intitusi pendidikan semoga
penelitian ini dapat memperkaya khasanah pengetahuan tentang masyarakat dan
pengobatan yang mereka pilih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sakit
Keadaan sehat yang dimiliki oleh manusia sangat membantu manusia
dalam melaksanakan berbagai aktivitasnya. Oleh karena itu manusia akan selalu
menjaga kesehatannya dan mengembalikan kesehatannya jika mereka dilanda
sakit.
Mengenai gangguan kesehatan maka akan ditemukan keluhan sakit
(illness) dan gejala penyakit (disease). Sarwono (2007:31) mengatakan secara
ilmiah penyakit (disease) diartikan sebagai gangguan fisiologis dari suatu
organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Penyakit atau
disease ini bersifat obyektif kata Sarwono. Sebaliknya, sakit (illnes) merupakan
penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit. Sarwono
menyebutnya sebagai fenomena subyektif.
Sudarma (2008:54) mengemukakan bahwa rasa sakit bukan penyakit bila
tidak mengganggu aktivitas dan fungsi pokok misalnya makan, minum, buang air
besar buang air kecil, tidur dan aktivitas sehari-hari lainnya. Dari pendapatnya ini
secara impilisit Sudarma juga mengatakan bahwa rasa sakit yang dialami oleh
manusia kemungkinan juga penyakit. Dikatakan demikian ketika rasa sakit
tersebut sudah menimbulkan gangguan pada aktivitas manusia.
Dari beberapa pandangan tentang konsep sakit di atas terdapat perbedaan
pengertian antara keluhan sakit (illness) dengan penyakit (disease). Keluhan sakit
dapat dikatakan bersifat subjektif karena berasal dari penilaian atau prasangka
7
orang yang merasa mengalami gangguan kesehatan. Orang tersebut memberikan
penilaian berdasarkan pada pengalamannya ketika mengalami gangguan
kesehatan. Asumsi perasaan sakit ini bisa tepat bisa tidak, karena bisa saja ketika
dilakukan pengobatan oleh ahli medis tidak ada gangguan dengan fungsi
tubuhnya. Jadi keluhan sakit ini sifatnya merupakan dugaan kuat saja. Hal tersebut
menurut Foster dan Anderson merata ada disetiap masyarakat, perbedaannya
hanya pada tingkat persepsi atau pemaknaan terhadap kedua konsep tersebut.
B. Pengobatan Alternatif
Pengobatan alternatif atau terapi alternatif biasa disebut untuk
menunjukkan pengobatan non-medis (Mangoenprasojo & Hayati, 2005:3).
Pengobatan alternatif juga disebut sebagai pengobatan tradisional (Sudarma,
2008:109). Pengobatan alternatif atau terapi alternatif merupakan bentuk
pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak
termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern (pelayanan kedokteran
standar) dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan
kedokteran modern tersebut (Mangoenprasojo & Hayati, 2005:4).
Pengobatan alternatif bisa didefinisikan sebagai (1) penyembuhan seni
tradisional yang tidak diajarkan di sekolah-sekolah kedokteran Barat yang
mempromosikan opsi untuk obat konvensional yang diajarkan di sekolah-sekolah
ini. (2) praktek pengobatan alternatif yang digunakan sebagai pengganti
perawatan medis standar. Pengobatan alternatif berbeda dari pengobatan
komplementer yang dimaksudkan untuk menemani, bukan untuk menggantikan,
standar praktek medis. Praktik pengobatan alternatif umumnya tidak diakui oleh
komunitas kedokteran sebagai standar atau pendekatan medis konvensional.
Pengobatan alternatif juga dapat dimaksudkan sebagai jenis pengobatan yang
tidak dilakukan oleh paramedis atau dokter pada umumnya, tetapi oleh seorang
ahli atau praktisi yang menguasai keahliannya tersebut melalui pendidikan non-
medis (Anonim, 2010a:42).
Jean-Francois Sobiecki (Sudarma, 2008:109) menyebutkan bahwa sistem
pengobatan tradisional (traditional healing system) cenderung dikembangkan dari
sumber kepercayaan spiritual atau agama (spiritual or relegius belief system) dan
lebih jauh lagi tambahnya yaitu berkembangnya dari sistem kepercayaan
animisme atau kepercayaan tradisional lainnya. Demikian menurut Jean-Francois
Sobiecki bahwa pengobatan tradisional lahir dan berkembang dari sumber agama,
animisme dan kepercayaan tradisional lainnya. Sehingga pengobatan tradisional
berbeda dengan pengobatan modern.
Dari sudut pandang budaya penyakit adalah hal yang berbeda; penyakit
adalah pengakuan sosial bahwa seseorang itu tidak dapat menjalankan peran
normalnya secara wajar, dan bahwa harus dilakukan sesuatu terhadap situasi
tersebut (Foster & Anderson, 1986:50). Pandangan ini menyebutkan bahwa
lingkungan sosial turut berperan dalam memberi keputusan tentang sakit atau
tidaknya seseorang. Lingkungan sosialnya akan mengatakan seseorang sakit
ketika peran sosial dari orang tersebut tidak dapat dilaksanakan. Sebaliknya meski
seseorang mengalami gangguan fisiologis, namun keadaan itu juga sering atau
menimpa yang lain maka hal itu dapat dikatakan oleh kelompok sosialnya bukan
sebagai penyakit.
Dalam antropologi terdapat pembahasan mengenai kepercayaan dan
pelaksanaan medis oleh kelompok masyarakat tradisional disebut dengan
etnomedisin (Foster & Anderson, 1986:63). Pada masyarakat non Barat menurut
Foster dan Anderson secara garis besar terdapat dua penjelasan untuk menjelaskan
tentang adanya penyakit (disease), yaitu sistem medis personalistik dan sistem
medis naturalistik.
Foster dan Anderson (1986:63) menjelaskan sistem medis personalistik
untuk menyebut pada suatu sistem di mana penyakit disebabkan oleh intervensi
dari suatu agen yang aktif berupa makhluk supranatural, makhluk bukan manusia
seperti hantu, roh leluhur atau roh jahat, dapat juga dari manusia seperti tukang
sihir atau tukang tenung.
Pandangan lainnya yaitu sistem medis naturalistik, menurut Foster dan
Anderson (1986:64) memandang gangguan kesehatan sebagai pengaruh dari
keseimbangan unsur-unsur dalam tubuh seperti panas, dingin dan cairan tubuh.
Misalnya dalam konsep pengobatan Cina, apabila yin dan yang berada dalam
keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu, maka tercapailah keadaan
sehat dan begitu pula sebaliknya.
C. Bekam (Hijamah)
Hijamah/bekam/cupping/kop/chantuk dan banyak istilah lainnya sudah
dikenal sejak zaman dulu, yaitu kerajaan Sumeria, kemudian terus berkembang
sampai Babilonia, Mesir, Saba, dan Persia. Pada zaman Rasulullah, beliau
menggunakan kaca berupa cawan atau mangkuk tinggi. Pada zaman China kuno
mereka menyebut hijamah sebagai “perawatan tanduk” karena tanduk
menggantikan kaca (Kasmui, 2007:10). Praktik bekam telah dikenal bangsa-
bangsa purba sejak Kerajaan Sumeria berdiri, lalu berkembang di Babilonia,
Mesir, Saba dan Persia. Cara pengobatan dengan bekam juga sudah dipakai sejak
2000 tahun sebelum Masehi di Cina, jauh sebelum masa Rasulullah saw (Sunardi,
2008:36).
Kata "hijamah" berasal dari bahasa Arab, dari kata Al hijmu yang berarti
pekerjaan membekam. Al hajjam berarti ahli bekam. Al hijmu berarti menghisap
atau menyedot. Al hajjam sama dengan al mashshah, yaitu tukang menghisap atau
tukang menyedot. Ashawi dalam Abdul Fattah (2010:114) menuliskan bahwa
mihjam dan mihjamah ialah alat yang digunakan untuk membekam, baik alat yang
dipergunakan untuk membekam –yakni menyedot darah dengannya- mapun alat
untuk mengumpulkan darah bekam ataupun pisau bekam. Sementara Kasmui
(2007:10) al mihjam atau al mihjamah merupakan alat untuk bekam yang berupa
tabung gelas untuk menampung darah yang dikeluarkan dari kulit.
Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah
yang terkontaminasi toksin atau oksidan dari dalam tubuh melalui permukaan
kulit ari. Dalam istilah medis dikenal dengan istilah ‘Oxidant Release Therapy’
atau ‘Oxidant Drainage Therapy’ atau istilah yang lebih populer adalah
‘detoksifikasi’. Petunjuk praktis dan kaidah medis tersebut banyak sekali
didemonstrasikan oleh Rasulullah SAW dan diajarkan kepada para sahabatnya
(Kasmui, 2007:4). Definisi lainnya menyebutkan bekam adalah mengeluarkan
darah kotor atau racun dari dalam tubuh melalui permukaan kulit dengan
melakukan penyedotan dan penyayatan pada bagian tertentu (Anonim, 2010c:90).
Sementara Sunardi (2008:36) mengemukakan hijamah atau bekam menurut
bahasa berarti peristiwa penghisapan darah dan mengeluarkannya dari permukaan
kulit, yang kemudian ditampung dalam gelas khusus yang menyebabkan
penarikan dan penyedotan darah, kemudian dilakukan penyayatan pada kulit
dengan pisau atau jarum sehingga darah akan keluar. Abdullah (2009:6)
mengatakan bahwa tidak ada definisi yang baku tentang bekam. Hal itu
menurutnya disebabkan perbedaan alat yang digunakan atau dengan kata lain alat
yang berbeda otomatis mempengaruhi perubahan definisi bekam. Abdullah
mencontohkan definisi bekam mangkuk dan bekam gelas kop yang berbeda meski
keduanya dinamakan bekam. Menurutnya yang penting adalah memahami prinsip
dasar bekam yaitu menyedot, mengumpulkan dan mengeluarkan darah.
Sementara itu, dalam khasanah pengobatan tradisonal masyarakat Banjar
juga ada pengobatan yang dinamakan dengan “dikop” atau “basungu”. Aziddin
dan Syarifuddin (1988:153) mengemukakan pengobatan ini digunakan untuk
mengeluarkan darah kotor yang ada di kepala. Penyakit yang diobati dengan
basungu ini ditujukan pada sakit kepala yang tidak mau sembuh. Berbeda dengan
pengobatan bekam yang disebutkan di atas, basungu dilakukan dengan media
segumpal kain yang dicelupkan ke minyak serta botol kaca. Pada praktiknya, kain
yang telah dicelupkan ke minyak diletakkan di atas kepala yang digundul, lalu
kain disulut dengan api hingga menyala. Selanjutnya kain di tutup dengan botol
kaca hingga api pada kain itu padam. Ketika selesai maka pada bagian kepala
tersebut akan nampak merah kehitaman, bahkan di botol yang digunakan ada
darahnya.
D. Motivasi
Motif kata Gerungan (1991:140) merupakan suatu pengertian yang
melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri
manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Motivasi kata Salim dalam Safuri
(2009:218) berasal dari kata motif yang berarti alasan seseorang untuk melakukan
sesuatu. Motivasi juga dapat diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam
diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat (Safuri,
2009:218). Lindzey, Hall dan Thompson (Ahmadi, 2002:191) menyebut motif
sebagai sesuatu yang menimbulkan tingkah laku. Beberapa pendapat di atas
menyebutkan bahwa motivasi dapat menyebabkan seseorang melakukan tingkah
laku.
Tevan dan Smith (Martaniah, 1984:13-14) mengatakan bahwa motivasi
adalah kontruksi yang mengaktifkan perilaku, sedangkan motif adalah komponen
yang lebih spesifik dari motivasi yang berhubungan dengan tipe perilaku tertentu.
Martaniah (1984:14; Ahmadi, 2002:192) memberikan pengertian pada motif
sebagai suatu konstruksi yang potensial dan laten, yang dibentuk oleh
pengalaman-pengalaman, yang secara relatif dapat bertahan meskipun
kemungkinan berubah masih ada dan berfungsi menggerakkan serta mengarahkan
perilaku ke tujuan tertentu.
Menurut Gerungan (1991:141-142) motif yang ada pada kegiatan-kegiatan
manusia dapat berupa motif tunggal ataupun motif bergabung. Ditinjau dari sudut
asalnya motif berasal dari biogenetis, sosiogenetis dan teogenetis.
Motif biogenetis adalah motif-motif yang berasal dari kebutuhan-
kebutuhan organisme orang demi kelanjutan kehidupannya secara biologis.
Contoh: lapar, haus, bernafas, istirahat dan buang air. Motif ini umum dimiliki
oleh setiap manusia karena tidak terkait dengan lingkungan kebudayaan serta
motif ini berkembang sebagai respon kebutuhan jasmani yang ada dalam diri
manusia (Gerungan, 1991:142).
Motif sosiogenetis lain lagi, motif ini berasal dan berkembang dari
lingkungan kebudayaan tempat manusia berada. Motif ini juga tidak timbul dari
dalam diri manusia, tetapi dipelajari dan berkembang dari interaksi sosial dengan
orang-orang atau hasil kebudayaan (Gerungan, 1991:143). Mengenai motif
sosiogenetis ini motivasi antara beberapa individu di lingkungan yang berlainan
atau berbeda juga akan berbeda. Dikarenakan lingkungan dan interkaksi sosial di
sekitarnya lah yang menentukan motif suatu aktivitas.
Sementara motif teogenetis adalah motif yang berasal dari interaksi antara
manusia dengan Tuhan seperti yang nyata dalam ibadahnya dan dalam kehidupan
sehari-hari di mana dia berusaha merealisasi norma-norma agama tertentu
(Gerungan, 1991:143). Berbeda dengan motif sosiogenetis, motif ini lebih
ditentukan oleh norma-norma agama yang diyakini. Sehingga sekalipun beberapa
individu berada pada lingkungan sosial yang sama, namun berbeda dalam
keyakinan agama maka motif suatu aktivitasnya juga akan terdapat perbedaan,
Dari beberapa pendapat di atas, motif atau motivasi merupakan sebuah
dorongan yang mampu menggerakkan serta mengarahkan perilaku seseorang.
Sementara dilihat dari asalnya, dorongan tersebut dapat berasal dari tujuan yang
hendak diraih atau berasal dari interaksi dan pengalaman-pengalaman.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Untuk memperoleh gambaran yang luas dan mendalam tentang
pengobatan berbekam sebagai pengobatan alternatif, penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif yang menekankan pada usaha untuk mencari keunikan-
keunikan masing-masing individu sebagai producer of reality. Untuk itu,
penelitian kualitatif ini menggunakan wawancara yang mendalam, panjang dan
terbuka. Cara seperti itu, memungkinkan peneliti untuk memberikan kesempatan
yang luas bagi informan untuk mengungkapkan pandangan- pandangannya
menurut perspektif yang mereka yakini.
Pengambilan metode kualitatif sebagai metode penelitian, terkait dengan
pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini yaitu pendekatan fenomenologis.
Pendekatan fenomenologi, sebagaimana diungkapkan Cribe (1986: 129), sebagai
suatu pendekatan dalam sosiologi, tertarik mengidentifikasi masalah dari dunia
pengalaman inderawi yang bermakna kepada dunia yang penuh dengan objek-
objek yang bermakna, suatu hal yang semula terjadi dalam kesadaran individual
secara terpisah dan kemudian secara kolektif, di dalam interaksi- interaksi antara
kesadaran-kesadaran.
Penelitian ini banyak diwarnai oleh pendekatan grounded theory yang
menempatkan peneliti sebagai orang yang belajar dari informan dan menjadikan
diri peneliti sendiri sebagai instrumen penelitian. Dalam memahami data tidak
berdasarkan teori tertentu tapi dari data itulah dibentuk suatu teori tertentu sedang
teori digunakan sebagai pembanding saja.
B. Cara Penentuan Informan
Penelitian ini menentukan informan dengan cara snow ball, yaitu informan
yang dipilih berdasar informasi dari informan sebelumnya yang menunjuk
seseorang yang layak untuk diwawancarai. Untuk itu, penentuan informan ini
dimulai dari Informan kunci yang dianggap sangat menguasai terhadap masalah
penelitian ini.
C. Pengumpulan Data
Untuk kepentingan pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara
secara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan pedoman wawancara
(guide interview) terhadap informan yang telah terpilih sedangkan untuk data
sekunder, peneliti mencari ke berbagai pihak yang mempunyai data terkait yang
dibutuhkan.
Hasil wawancara itu kemudian dicatat. Dalam pencatatan data tadi,
peneliti membedakan dalam dua hal yaitu catatan deskriptif dan catatan reflektif.
Catatan deskriptif menyajikan rinci kejadian dari pada hanya sebuah ringkasan,
dan catatan ini bukan evaluasi. Kedua Catatan reflektif lebih mengetengahkan
kerangka pikiran, ide, dan perehatian dari peneliti. Dalam catatan ini, peneliti
mengomentari dan menganalisis apa yang menjadi pernyataan informan.
D. Analisis Data
Catatan – catatan tadi, yang berupa transkrip wawancara selanjutnya
diklasifikasikan menurut tema-tema yang relevan dari tema yang umum kemudian
diklasifikasikan lagi dalam tema yang lebih spesifik. Namun, Sebelum
pengklasifikasian data, ada beberapa langkah yang dilakukan. Pertama,
membuat kategorisasi masalah atau temuan dan menyusun kodenya. Kategori
tersebut tentunya menggunakan pola pikir tertentu. Kedua, menata sekuensi atau
urutan penelaahannya.
Karena penelitian ini menggunakan pendekatan grounded, maka dalam
menganalisa data di dalam pengembangan kategori dan konsep-konsep dari data
bersumber dari pemikiran individual sebagai sesuatu yang penting atau relevan
pada issu yang khusus. Informasi dari informanlah yang pada akhirnya akan
membentuk suatu teori. Karenanya teori-teori yang digunakan pada penelitian ini
bukan berarti tidak berguna. Teori itu digunakan sebagai penghubung konsep
terhadap konteks yang lebih luas yang terdapat dalam karya teoritis yang telah
mapan. Karenanya semua kutipan pada studi ini dibuat oleh diri subyek itu
sendiri.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi
Pengobatan Bekam yang ada di Banjarmasin ada beberapan klinik, seperti
Pondok Sehat al Wahida di Jalan Manggis, Komplek Arjuna kilometer 3,5;
Rumah Sehat el Iman dan Rumah Sehat Senyum, keduanya di Jalan Sultan Adam.
Selain dua tempat tersebut, klinik bekam banyak sekali menjamur di Kota
Banjarmasin.
Pelayanan kesehatan dengan pengobatan alternatif berbeda dengan
pelayanan pengobatan medis konvensional. Dilihat secara ketenagakerjaan
pelayanan pengobatan konvensional misalnya, dilakukan oleh pelayan kesehatan
seperti dokter, apoteker dan profesi lainnya yang terdidik melalui lembaga-
lembaga pendidikan kesehatan formal. Sementara itu pengobatan alternatif
sendiri, merupakan pengobatan non konvensional. Meski demikian, pelayan
kesehatan pada pengobatan alternatif juga mesti memiliki kemampuan atau
kompetensi di bidangnya.
Demikian pula pada pelayanan kesehatan bekam di Kota Banjarmasin,
tenaga terapisnya harus memiliki keahlian di bidang bekam. Proses rekrutmen
tenaga terapis dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada calon tenaga
terapis. Selama pelatihan tersebut para calon terapis diberikan bekal keilmuan
tentang medis secara umum dan mengenai metode pengobatan Nabi, termasuk
bekam. Menyangkut bekam, para calon terapis akan dibimbing dalam melakukan
prakteknya. Para calon terapis tersebut tidak langsung menangani pasien yang
datang, tetapi mereka melakukan praktek kepada para terapis lain.
Selanjutnya untuk menjaga kompetensi terapis dan profesionalitas
klinik, pihak klinik memberikan tambahan keilmuan dan wawasan tentang medis.
Di samping itu, pihak klinik juga mendorong dan menyertakan para tenaga
terapisnya untuk mengikuti sertifikasi terapis bekam. Sertifikasi terapis bekam
dilakukan oleh Asosiasi Bekam Indonesia sebagai lembaga refresentatif dari para
terapis dan klinik penyedia pengobatan bekam di Indonesia. Perihal kostum atau
penampilan, para terapis perempuan mengenakan pakaian Islami berupa kerudung
dan jilbab atau baju kurung sedangkan para terapis laki-laki mengenakan pakaian
lengan pendek dan celana berbahan kain.
Para terapis yang bekerja di klinik bekam yang ada di Kota
Banjarmasin berasal dari lulusan perguruan tinggi atau akademi jurusan kesehatan
dan kebanyakan berasal dari non pendidikan medis secara formal seperti akademi
kesehatan atau perguruan tinggi jurusan medis. Namun bagi para terapis, sebelum
terlibat dengan praktek telah mendapatkan pembekalan keilmuan tentang medis
dan pengobatan metode Nabi secara informal.
B. Gambaran Umum Pengobatan Bekam
1. Bekam dan Khasiatnya
Mengenai apa itu pengobatan bekam, Bapak Humaidi Ideris owner Salah
satuklinik bekam yang ada di Kota Banjarmasin, yang sewaktu-waktu juga masih
melakukan pembekaman pada pasien (masyarakat Kota Banjarmasin yang
menggunkan bekam sebagai alternatif pengobatan) mengatakan bahwa bekam
adalah mengeluarkan darah kotor. Bekam, al hijmah, cantuk, kemudian sungu itu
adalah proses mengeluarkan darah kotor yang ada di dalam tubuh kita dan itu
tidak berfungsi lagi”. Lantas mengenai permasalahan yang membuat darah kotor
dikeluarkan dari tubuh, dia menjelaskan:
“Darah kotor itu dia bisa mengandung racun, kolesterol, ada apa
namanya asam urat, kemudian keping-keping darah yang sudah mati
gitu kan yang ada dalam tubuh kita. Itu kalau tidak kita keluarkan dari
permukaan kulit kita itulah yang membuat darah kita statis, dia tidak
bisa bergerak. Hari ini dunia kedokteran menyebutkan bahwa
penyebab berbagai macam penyakit itu adalah darah yang statis, darah
yang mengendap di bawah permukaan kulit kita. Sehingga darah yang
segar itu tidak bisa bergerak secara maksimal”.
Mengenai pengaruh yang dihasilkan dengan dikeluarkannya darah kotor
dalam tubuh manusia lebih lanjut Bapak Humaidi menjelaskan:
“Nah fungsi bekam adalah mengambil darah kotor itu dan sangat
efektif. Maka Rasul shalallahu’alaihi wa salam menganjurkan kita
berbekam minimal sebulan itu satu kali. Ternyata dunia medis pun
mengakui bahwa kenapa bisa terjadi, o... karena ternyata ahli
peredaran darah menyebutkan bahwa umur 28 hari sel-sel yang ada
dalam tubuh kita termasuk darah itu mati. Dia menumpuk di bawah
permukaan kulit, jadi itu tidak berfungsi lagi. Tidak bisa difungsikan
lagi”.
Sebagaimana media pengobatan bekam tentunya memiliki pengaruh
terhadap kondisi tubuh manusia. Perihal fungsi pengobatan bekam terhadap
kesehatan, Hidayatullah memberikan gambaran:
“Bekam itu untuk mereka yang sehat dia akan berfungsi preventif,
pencegah. Untuk mereka yang sakit dia akan berfungsi untuk
menyembuhkan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah, inna
fil hajmi syifaaun, dalam bekam terdapat kesembuhan. Ada dalam tiga
hal yang itu akan membantu kesembuhan adalah dengan minum
madu, dengan bekam, dengan kay gitu kan, tapi Rasul tidak menyukai
kay. Jadi berbekam itu pun akan memberikan kesembuhan. Seperti
yang dikatakan Rasulullah”.
Kemudian tentang penyakit apa saja yang bisa diobati atau disembuhkan
dengan berbekam, dia menjelaskan:
“Baik ya, karena kata Rasul sebaik-baiknya pengobatan yang kalian
lakukan adalah dengan al hijamah, bekam. Maka dari sini saja bisa
kita simpulkan bahwa semua penyakit-penyakit ya dan faktanya di
sini pasien-pasien yang menderita apapun pernah kita terapi dan
alhamdulillah testimoninya banyak sekali. Penyakit jantung karena
terjadi penyumbatan pada jantung, asma karena ternjadi penyumbatan
pada pembuluh, pada saluran-saluran pernafasan, asam urat kolesterol
sakit kepala menahun tidak sembuh-sembuh ya, kemudian kanker,
kanker payudara, jenis-jenis kanker, kemudian gagal ginjal, liver,
alhamdulillah memberi efek yang luar biasa.”
Selama ini setiap pengobatan di luar medis modern atau konvensional,
maka akan disebut sebagai pengobatan alternatif. Atas dasar itu maka pengobatan
metode nabi, termasuk bekam dapat disebut sebagai pengobatan alternatif.
Bekam bertujuan untuk mengeluarkan darah-darah kotor yang ada dalam
tubuh. Dalam tubuh manusia terdapat darah-darah yang tidak bisa bergerak lagi
atau statis. Darah itu tidak berfungsi lagi, sehingga membuat aliran darah menjadi
tidak lancar dan menjadi penyebab berbagai macam penyakit (Kasmui, 2007:11).
Darah yang statis tersebut mengendap di permukaan bawah kulit dan dengan
berbekam darah statis itu disedot keluar.
Fungsi pengobatan bekam terhadap kesehatan ada dua yaitu sebagai
pencegah dan penyembuh. Sebagai pencegah atau pemeliharaan kesehatan bekam
dapat dijalankan kepada orang yang relatif tidak mengalami gangguan kesehatan
yang berarti. Sementara bagi orang yang memiliki gangguan kesehatan tertentu,
bekam berfungsi untuk menyembuhkan. Hal ini serupa dengan pernyataan
Kasmui (2007:12) bahwa bekam berguna sebagai pencegahan (preventive
medicine) dan penyembuh (curative medicine).
Mengenai penyakit yang dapat diobati dengan berbekam, dikatakan semua
jenis penyakit bisa. Sebabnya bekam sebagai salah satu pengobatan ala Nabi
memiliki konsep sakit dan penyembuhan yaitu bahwa setiap penyakit dapat
disembuhkan (Sunardi, 2008:37). Namun para terapis bekam tidak akan memberi
garansi pada pasiennya bahwa setelah bekam penyakit pasti sembuh. Para terapis
bekam lebih pada mengajak pasiennya untuk mengharap dan meminta
kesembuhan pada Allah swt, Yang Maha Penyembuh. Jadi bekam merupakan
salah satu usaha yang ditempuh untuk menyembuhkan penyakit dan menjaga
kesehatan. Bagi umat Islam, bekam merupakan usaha untuk menjaga kesehatan
dan menyembuhkan penyakit yang telah dicontohkan serta direkomendasikan oleh
Rasul saw. Pengobatan bekam merupakan pengobatan yang bertujuan
mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh pasien. Sementara darah kotor tidak
bisa dikeluarkan begitu saja tanpa menggunakan alat. Dari pengamatan, alat yang
digunakan oleh para terapis selama melakukan pembekaman pada tubuh pasien
antara lain adalah gelas kop, penarik gelas kop, jarum atau yang disebut lancet dan
pulpen stainles atau lancing. Sedangkan bahan lainnya meliputi masker, sarung
tangan, kain kasa, tisu, minyak zaitun dan kantong tempat sampah.
2. Proses Berbekam
Ada tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengobatan berbekam. Pasien
yang sudah melakukan registrasi biasanya akan didiagnosa oleh terapis dan pasien
mengkonsultasikan apa yang dirasakan menganggu kesehatannya. Terapis
kemudian melihat atau memperhatikan telapak tangan dan mata pasien. Di
samping itu terapis juga melakukan tindakan tensi darah terhadap pasien.
Hidayatullah memaparkan bagaimana proses pra bekam, terutama
mengenai diagnosa:
“Untuk menjalani terapi bekam biasanya kita melakukan konsultasi
pada pasien itu tentang apa saja keluhan pasien. Lalu kita tambah dari
kita sendiri melakukan diagnosa ya. Kita dalam melakukan diagnosa
bisa melalui telapak tangan atau melalui mata. Di sana bisa kelihatan
ya organ-organ mana yang bermasalah dari pasien itu sendiri. Dari
kedua diagnosa itu ya, baik keluhan atau diagnosa yang kita lakukan
di sanalah kita melakukan tindakan bekam, titik-titik mana yang akan
kita ambil untuk dibekam”.
Bapak Humaidi lebih lanjut menyampaikan adab atau tata cara selama
menjalani pengobatan bekam:
“Adab berbekam, adab berbekam karena mengamalkan sunnah Rasul
saw, adab yang pertama adalah harus berwudhu, baik laki-laki dan
perempuan. Lebih afdhol (utama) sebenarnya kita berwudhu, karena
kita mengamalkan sunnah. Apakah orang yang haid tidak boleh
berwudhu? Boleh saja berwudhu. Menghadap kiblat, idealnya seperti
itu. Kemudian kita berdo’a kepada Allah. Karena walau Rasul
mengatakan sebaik-baik pengobatan adalah bekam, tapi tetap
keyakinan bahwa yang menyembuhkan itu adalah Allah swt. Kalau
kita di Pondok Sehat al Wahida sebelum dibekam pasien itu diruqyah.
Ruqyah dulu untuk memposisikan dia pada tingkat spiritual yang
bagus. Ruqyah itu untuk menghilangkan pengaruh jin sehingga dia
nyaman berbekam. Kemudian adab yang lain ditempatkan pada
tempat yang tertutup tidak ada aurat yang keliatan begitu. Kemudian
terapis laki-laki melayani laki-laki, perempuan melayani perempuan
karena dia lain muhrim (tidak halal). Karena bekam itu kan dia
membuka aurat. Masa laki-laki harus membekam perempuan, itu ga
bener (tidak benar), dan sebagainya”.
Praktek bekam yang ada di Banjarmasin persis dengan praktek bekam
yang dikemukakan oleh Sunardi (2008:36) yang mengemukakan hijamah atau
bekam adalah proses penghisapan darah dan mengeluarkannya dari permukaan
kulit dengan melakukan penyayatan pada kulit dengan pisau atau jarum sehingga
darah akan keluar, yang kemudian ditampung dalam gelas khusus yang
menyebabkan penarikan dan penyedotan darah.
Secara antropologis, penggunaan bekam oleh pasien berarti merupakan
sebuah sistem medis yang bersifat naturalistik seperti yang dikatakan oleh Foster
dan Anderson (1986:64) yang memandang gangguan kesehatan sebagai pengaruh
dari keseimbangan unsur-unsur dalam tubuh seperti panas, dingin dan cairan
tubuh. Hal tersebut karena pengobatan menekankan pada keseimbangan dalam
tubuh akibat dari pola makan dan pola hidup secara keseluruhan.
C. Motivasi Masyarakat Memilih Bekam
Mengenai motivasi pasien memilih atau melakukan pengobatan bekam,
Salah satunya informanadalah Bapak Bambang Nur Setiyo, beliau adalah seorang
konsultan PNPM Mandiri Perkotaan di Banjarmasin. Bapak tiga orang anak yang
rambutnya memutih itu mengungkapkan keluhan sakit yang ia derita:
“Keluhan sakit? Karena satu ya, dari perilaku makanan yang terus
terang salah, tidak pas. Yang kedua umur, umur sudah, sudah 52 tahun
itu mesti uzur kan ada beberapa yang sudah mulai aus, jadi sudah
tidak optimal. Makanan itu karena sering tugas di luar, sebelum jadi
konsultan ini selalu ada penelitian-penelitian, kemana-mana hampir
semua provinsi. Ya itu makannya lupa, tidak terkontrol dengan baik.
Apalagi sudah di lapangan itu mesti e... kolesterol dan lain-lain itu ya
makanan yang mengandung itu tidak bisa terkontrol dengn baik. Ya
sekarang ini yang saya rasakan dari hasil lab, untuk yang lain-lainnya
normal, kecuali dua hal, yang pertama itu asam urat sudah di bawah
ambang, di bawah, sorry di atas yang seharusnya. Kemudian
kolesterol, ada, ada lima poin kolesterol. Satu yang wah itu sudah
mengkhawatirkan apa itu, TG, terigerilsida, apa itu, istilah medisnya
seperti itu. Itu kolesterol dalam darah dan itu yang bisa mengarah ke
stroke”.
Berkaitan ketertarikan untuk memilih pengobatan bekam, berikut
penuturan Bapak Bambang:
“Ya anu ya, ini sunnah Rasul. Dulu pengobatan ini pernah dilakukan
jaman Rasulullah itu masih ada, waktu itu ada. Kemudian
dikembangkan di sana-sini. Sekarang ini masih dipraktekkan, saya
coba sekali. Sebelum, sebelum, e... ke lab itu badan terasa enak, jadi
enteng gitu, ringan dan itu e... tidur nyenyak terus badan ini menjadi
lebih ringan, kaki yang agak berat itu menjadi ringan. Terus wah ini
sudah ada hasilnya, tapi kita tidak bisa percaya begitu saja. Lewat
treatmen di lab itu tadi, saya harus ke lab dulu. Jadi setelah di
treatmen lewat itu tadi di pelayanan pengobatan itu tadi ada hasilnya
atau tidak? Ya itu tadi, hasilnya untuk kolesterol turun, untuk asam
uratnya jalan di tempat. Karena memang dari perilaku, perilaku makan
saya menyadari...”.
Pasien bernama H. Sarbani (45 tahun) yang bertempat tinggal di
Marabahan menuturkan perihal pengobatan bekam sebagai berikut:
“ bekam itu sama haja lawan (saja dengan) basungu. Dulu, di
kampung kita rancak jua (sering juga) basungu. Cuma lantaran
dikampung itu basungu sudah kada (tidak) dipakai lagi, akhirnya iya
pina (perlahan) hilang. Memang ada pang (juga) perbedaan basungu
lawan berbekam ini. Mun (kalau) basungu tu kita kawa maambil (bisa
menyedot) anginnya haja (saja). Nah, mun (kalau) berbekam ni
selajur maambil (sekaligus menyedot) darah, mambuangi
(mengeluarkan) darah kotornya kaya (seperti) itu nah”.
Sementara dari pasien perempuan, Ummi Kalsum, ibu rumah tangga,
tentang penyakit yang dirasakan menurutnya:
“Banyak, pencernaan, pernafasan, aku polip. Berbekam ni banyak
kaya itu na (seperti) perubahan. Model kaya dulu ngalih guring (susah
tidur), nyaman guring (jadi enak tidur). Ibaratnya tu kan aku ni ada
gawian (pekerjaan) tu na, mengkreditkan barang. Kauyuhan lo bulang
bulik (Keletihan bukan pulang pergi) Banjar (Banjarmasin) nih.
Kadang uyuh kalo (letih bukan) sehari ni, ni kada (ini tidak)
alhamdulillah, nang samingguan bulang bulik banjar tu kada papa
(seminggu pulang pergi ke Banjarmasin baik-baik saja). Banyak
pengaruhnya kaya itu nah (seperti itu) ”.
Ibu Ummi Kalsum menuturkan bagaimana kemudian berbekam:
“Abahnya ni pang (bapaknya, anak-anak). Takutan pang (takut juga)
asalnya, jar ku bedarah-darah kaya itu lo (pikir saya berdarah-darah
begitu kan). Tapi mbah anu kada papa ai (setelah itu tidak apa-apa),
kada tapi sakit banar kaya itu na (tidak terlalu sakit begitu), awak
nyaman (badan jadi enak), banyak lah manfaatnya. Tiga bulanan ni
(selama tiga bulan) sudah. Kalo pertama tu kam (Mas) seminggu
sekali, tapi aku ni biar lamak kaya ni (walaupun agak gendut) darah
rendah, tapi ni normal pang (saja) sudah. Kayaknya bagus kaya itu
nah (seperti itu). Ni yang ketiga. Kalo obat tu kaya itu pang lah
(begitu lah adanya), selarang-larangnya (semahal-mahalnya) obat
kaya itu pang (ya begitu lah). Kan ngarannya (namanya) pantangan
makan dimakan lo, kalo ini kada anu, lawan (juga) ada haditsnya kalo
orang”.
Dilihat dari segi alasan yang membuat pasien menempuh pengobatan
bekam, dari informasi yang diperoleh lewat informan, alasan mereka antara lain
adalah karena ingin mencari kesembuhan, mencoba alternatif pengobatan,
memelihara kesehatan dan mengikuti sunnah pengobatan Nabi.
Pasien bekam yang menjalani pengobatan bekam tentu saja memiliki
tujuan untuk mendapatkan kesembuhan atas sakit yang dideritanya. Beberapa
informan dari pasien memang menuturkan memiliki keluhan atau gangguan
kesehatan yang sedikit banyak memberikan rasa tidak nyaman terhadap kesehatan
mereka. Tanpa memandang apakah pasien berkerja atau sebagai pengurus rumah
tangga, penyakit yang mereka rasakan cenderung mengganggu kondisi tubuh dan
aktivitas mereka. Pada kondisi ini pasien yang menempuh pengobatan, secara
alami dipengaruhi oleh tuntutan biologisnya. Dalam konteks ini maka motivasi
pasien dalam menempuh pengobatan bekam dilandasi oleh motif biogenetis.
Motif biogenetis kata Gerungan (1991:142) adalah motif-motif yang berasal dari
kebutuhan-kebutuhan organisme orang demi kelanjutan kehidupannya secara
biologis. Motif ini umum dimiliki oleh setiap manusia karena tidak terkait dengan
lingkungan kebudayaan serta motif ini berkembang sebagai respon kebutuhan
jasmani yang ada dalam diri manusia. Pada klasifikasi ini setiap pasien
memilikinya, yaitu tuntutan biologis untuk mengatasi gangguan kesehatan yang
dialami mereka.
Pasien yang menempuh pengobatan bekam berarti telah menetapkan
sebuah keputusan untuk mengatasi gangguan kesehatannya. Keputusannya yang
memilih untuk menempuh pengobatan bekam dapat disebabkan sedikit banyak
juga oleh pengaruh lingkungan sosialnya. Pengaruh itu berupa testimoni dari
orang-orang yang ada di sekitarnya mengenai khasiat dari pengobatan bekam
yang dirasakan. Itu kemudian juga mengarahkan pasien selanjutnya untuk
mendapatkan kesembuhan dari pengobatan bekam.
Keputusan dan kecendrungan pasien untuk menempuh pengobatan bekam
juga dapat disebabkan dari informasi yang didapat pasien dalam bentuk
pengasosian bekam dengan basungu. Pengalaman pasien yang pernah melakukan
basungu akhirnya turut mempengaruhi keputusan mereka menjalani pengobatan
bekam. Memang ada diantara para pasien yang menjalani pengobatan bekam
menganggap bekam sebagai basungu modern.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengobatan bekam atau al hijamah adalah pengobatan yang
direkomendasikan atau disunnahkan oleh Rasul saw kepada umat Islam.
Pengobatan bekam menggunakan alat-alat seperti gelas kop, penarik gelas
kop, jarum atau yang disebut lancet dan pulpen stainles atau lancing.
Sedangkan bahan lainnya meliputi masker, sarung tangan, kain kasa, tisu,
minyak zaitun dan kantong tempat sampah. Secara umum pengambilan atau
penyedotan darah kotor pada pasien dilakukan pada enam titik pada tubuh
bagian belakang. Titik-titik itu meliputi daerah punuk, pundak sebelah kiri-
dan kanan, belakang dada kiri dan kanan dan daerah sebelah atas pinggang
belakang kiri dan kanan. Sementara itu proses bekam terbagi dalam tahapan
pra berbekam, saat berbekam dan sesudahnya. Pra berbekam yaitu pasien
menjalani diagnosa penyakitnya serta terapi sebat rotan. Saat berbekam
pasien menjalani bekam kering dan bekam basah. Setelah berbekam pasien
dibersihkan badannya dengan minyak zaitun.
2. Mengenai pasien yang meminati dan menjalani pengobatan bekam, secara
motivasi pasien terbagi dalam tiga kelompok yaitu motivasi biogenetis,
motivasi sosiogenetis dan motivasi teogenetis. Motivasi biogenetis yaitu
pasien sekedar ingin menyembuhkan penyakitnya. Pada motivasi sosiogenetis
pasien yang menempuh pengobatan bekam karena pengaruh dari
lingkungannya. Keputusan pasien untuk menempuh pengobatan bekam
disebabkan oleh ajakan, testimoni atau sugesti dari orang terdekat. Sementara
pada motivasi teogenetis, pasien yang menjalani pengobatan bekam karena
dorongan untuk mengikuti norma agama terutama pasien yang beragama
Islam. Bahwa bekam adalah pengobatan yang diperintahkan oleh malaikat
kepada Rasul, dan Rasul kepada umatnya. Pada akhirnya memang pasien
yang menjalani pengobatan bekam di Pondok Sehat al Wahida khususnya
memiliki motivasi yang tidak tunggal, melainkan motivasi bergabung.
B. Saran
1. Bagi Klinik kesehatan yang menyediakan pengobatan ala Nabi, terutama
bekam, agar lebih dalam menginternalisasikan serta lebih luas
mensosialisasikannya sebagai pengobatan yang disunnahkan oleh Rasul
saw kepada masyarakat yang beragama Islam. Juga agar umat Islam di
Banjarmasin mengetahui betapa Islam bukan sebuah agama yang sempit
dan dangkal, melainkan merupakan pedoman yang lengkap, tidak saja
mengurus peribadatan tetapi juga kesehatan, bahkan juga pendidikan,
sosial budaya, politik dan ekonomi. Kepada pasien yang non Muslim,
pihak klinik dapat lebih menekankan informasi bahwa bekam yang
disediakan terbukti secara medis khasiatnya. Disamping itu juga agar lebih
meningkatkan pelayanan yang profesional sebagaimana fungsinya sebagai
institusi kesehatan.
2. Bagi pemerintah agar dapat mengangkat pengobatan bekam ke permukaan
dan menyediakan kemudahan bagi pasien untuk mengaksesnya.
3. Bagi pembaca, tentang apa yang terkandung di dalam penelitian ini dapat
menjadi bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
pengobatan bekam dewasa ini. Di samping itu juga dapat menjadi topik
dalam rangka penelitian mengenai pengobatan bekam.