LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN II HIBAH BERSAING 2.pdf · LAPORAN PENELITIAN HIBAH...
Transcript of LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN II HIBAH BERSAING 2.pdf · LAPORAN PENELITIAN HIBAH...
1
LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN II
EVALUASI PAKAN SUPLEMEN SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN FISIOLOGIS DAN
PRODUKTIFITAS KAMBING PERAH PERANAKAN ETAWAH
Ir. Farizal, MP NIP. 196112251987101001 Prof. DR. Ir. Lili Warly, M.Agr NIP. 196008281985031002
DR. Ir. Ellyza Nurdin, MS NIP. 196108031986032003 Ir. Mardalena, MP NIP. 196301191989032002
Ex Proyek DIPA Universitas Jambi Tahun Anggaran 2010 Sesuai dengan Surat
Perjanjian Penelitian Hibah Bersaing Nomor /SP2H/PP/DP2M/III/2011 Tanggal 1 Maret 2011
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI
November 2011
PERTANIAN
2
HALAMAN PENGESAHAN
1. a. Judul penelitian : Evalusi Pakan Suplemen Sebagai Sumber Antioksidan dan Pengaruhnya Terhadap Penampilan Fisiologis dan
Produktifitas Kambing Perah Peranakan Etawah
2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap/Gelar : Ir. Farizal, MP b. Jenis Kelamin : laki-laki c. NIP : 196112251987101001 d. Golongan/Pangkat : IV a/ Lektor Kepala e. Fakultas/Jurusan : Peternakan/Produksi ternak f. Pusat Penelitian : Universitas Jambi g. Alamat : Kampus Pinang Masak Jl. Jambi – Muaro
Bulian Km 15 Mendalo Darat, Jambi. 63613 h. Telepon/Fax : 0741-582907/0741-582907 i. Alamat Rumah : Desa Mendalo Darat Rt 02 No.44 Ma.Jambi j. Telepon//e-mail : 0741-582432/ [email protected]
3. Lokasi Penelitian : BPT Ciawi Bogor 4. Jangka Waktu Penelitian : 8 bulan 5. Biaya Penelitian : 35.000.000 (tiga puluh lima juta rupiah)
Jambi, November 2011
Mengetahui Dekan Fakultas Peternakan Ketua Peneliti, Universitas Jambi, Ir. Afzalani, MP Ir.Farizal, MP NIP. 19640516 198902 1001 NIP. 196112251987101001 Menyetujui: Ketua Lembaga Penelitian Universitas Jambi, Prof. Dr. Ir. H. R.A. Muthalib, MS NIP. 19591031 198503 1005
3
RINGKASAN
Evaluasi Pakan Suplemen Sebagai Sumber Antioksidan dan Pengaruhnya Terhadap Penampilan Fisiologis dan
Produktifitas Kambing Perah Peranakan Etawah¹ (Farizal²,Lili Warly³,Ellyza Nurdin³ dan Mardalena²)
Level radikal bebas dapat lebih tinggi dari antioksidan endogenus dalam tubuh sehingga
menyebabkan kondisi tubuh yang kurang nyaman pada kambing perah. Untuk mengantisipasi
keadaan ini maka diberikan pakan yang mengandung sumber antioksidan. Salah satu limbah
industri yang potensial sebagai sumber antioksidan adalah kulit nenas (Ananas comosus L.
Merr). Penelitian dilakukan untuk mengetahu level pakan suplemen yang mengandung serbuk
kulit nenas antioksidan dan mineral antioksidan (25 ppm Zn and 10 ppm Cu) terhadap
kandungan fitokimia serbuk kulit nenas, kolesterol darah, serta antioksidan, kolesterol dan
kualitas susu kambing perah peranakan etawah (PE). Penelitian ini menggunakan rancangan acak
kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan berdasarkan produksi susu. Perlakuan
terdiri dari R0 (control), R1 (R0 + 3,75% serbuk kulit nenas), R2 (R0 + 3.75% serbuk kulit
nenas + mineral antioksidan), R3 (R0 + 5 % serbuk kulit nenas + mineral antioksidan). Data
yang dikumpulkan dianalisis menggunakan Anova dengan program SAS one-way. Hasil
menunjukan bahwa pakan suplemen mengandung fitokimia berupa plavonoid, steroid,
polyfenol, saponin, sesqiuterpen, mopnoterpen dan quinon. Pakan suplemen yang mengandung
antioksidan menurunkan (P<0.05) kandungan kolesterol, HDL dan trigliserida darah, kolesterol
susu (3.519 – 4.209 mg%) dan meningkatkan (P<0.05) laktosa susu lactose (5,275 – 5,594 %).
namun tidak memberikan (P>0.05) terhadap protein (3,427 – 3,725 %), lemak (6,292 - 6,7250
%),dan antioksidan susu (35,580 - 37,733 mg/100 ml). Kesimpulan dari penelitian ini adalah
pemberian serbuk kulit nenas sebanyak 5 % yang dicampur dengan mineral antioksidan Zn dan
Cu memberikan respon fisiologis dan kualitas susu yang terbaik.
Kata kunci : pakan suplemen, antioksidan, kambing perah
¹. Penelitian dibiayai melalui dana Hibah Bersaing Tahun Anggaran 2011 No Kontrak
017/SP2H/PP/DP2M/III/2010 Tanggal 1 Maret 2010.
². Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi
³. Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang
i
4
SUMMARY
Feed Supplement Evaluation as Source of Antioxidant and Its Effect on
Physiological Performance and Productivity of Peranakan
Etawah Dairy Goat¹
(Farizal, Lili Warly, Ellyza Nurdin and Mardalena )
Free radical levels can be higher than the level of endogenous antioxidants in the body so
that uncomfortable conditions in the body of dairy goats. To anticipate this situation will be
given feed containing sources of antioxidants. One of the industrial waste that has potential as a
source of antioxidants was the skin of pineapple (Ananas comosus L. Merr). This research was
designer to know the level of feed supplement containing pineapple skin dust and mineral
antioxidants (25 ppm Zn and 10 ppm Cu) on fitochemical of pineapple skin dust, blood
cholesterol, antioxidan, cholesterol and quality of milk of dairy goats. This research used a
randomized block design with 4 treatment and 4 replicates based on milk production.. The
treatments was R0 (control), R1 (R0 + 3,75% pineapple skin dust), R2 (R0 + 3.75% pineapple
skin dust + antioxidant mineral), R3 (R0 + 5 % pineapple skin dust + antioxidant mineral). The
data collected were analyzed using one-way Anova of SAS program. The result showed that
feed supplement containing pineapple skin dust and mineral antioxidants contain flavonoid,
polyphenols, sesqiuterpen, mopnoterpen, steroids, quinones and saponins. Feed supplements
contain the antioxidant did decreased (p>0.05) on cholesterol, LDL, trigliceride of blood, milk
cholesterol and did increased (P>0.05) on milk lactose (5,275 – 5,594 %), but no affect (P<0.05)
on milk protein (3,427 – 3,725 %), milk fat (6,292 - 6,7250 %) and milk antioxidant (35,580 -
37,733 mg/100 ml) This research concluded that feed supplements containing 5 % pineapple
skin dust and antioxidants mineral produced the best response to production of dairy goats.
Key words: pineapple skin dust, antioxidants, dairy goats.
5
ii PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-
Nya, laporan Hibah Bersaing Tahun II dapat diselesaikan dengan judul ―Evalusi Pakan
Suplemen Sebagai Sumber Antioksidan dan Pengaruhnya Terhadap Penampilan Fisiologis dan
Produktifitas Kambing Perah Peranakan Etawah‖
Ucapan terima kasih disampaikan kepada DP2M Dirjen DIKTI yang telah mendanai
kegiatan penelitian ini. Kepada Rektor Universitas, Ketua Lembaga Penelitian UNJA, Dekan
Fakultas Peternakan UNJA juga disampaikan ucapan terima kasih atas kesempatan dan izin yang
diberikan untuk melakukan kegiatan penelitian ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Pimpinan Balai Penelitian Ternak
(BPT) Ciawi Bogor beserta staf. Ucapan yang sama disampaikan Ibu Ir. Supriyati, MSc. selaku
Kepala Laboratorium Fisiologi Ternak serta tenaga teknisi Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor
atas bantuan, fasilitas, sarana dan prasarana serta tenaga untuk kelancaran kegiatan penelitian ini.
Ucapan yang sama juga disampaikan kepada tenaga teknisi Laboratorium Biokimia PAU,
Laboratorium Ternak Perah Fapet dan Laboratorium Biofarmaka FKH IPB Bogor.
Kiranya hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai informasi untuk pengembangan
peternakan umumnya.
Jambi, November 2011
Tim Peneliti
6
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
A. LAPORAN HASIL PENELITIAN
RINGKASAN DAN SUMMARY…………………………………………………. i
PRAKATA……………..………………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… iv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………….. v
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………….. vi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………….. vii
I. PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1
II. STUDI PUSTAKA ………………………………………………………. 3
III. TUJUAN dan MANFAAT PENELITIAN …………………………… 13
IV. METODE PENELITIAN ………………………………………………. 14
Materi Penelitian………………………………………………………… 15
Rancangan Percobaan ……………………………………………… 16
Peubah yang Diamati ……………………………………………….. 16
Analsis Statistik ……………………………………………………….. 17
Protokol Percobaan …………………………………………………… 17
V. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………… 18
VI. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………. 24
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 25
LAMPIRAN …………………………………………………………………….. 28
7
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rekomendasi Kebutuhan Zat Gizi Kambing Perah ……………… 5
2. Variasi Komposisi Susu Beberapa Spesies Ternak dan Manusia… 12
3. Komposisi Bahan Penyusun Ransum (gram)……………………... 17
4. Komponen Fitokimia Kulit Nenas ………………………………. 18
5. Kandungan Nutrien Pakan Perlakuan Pada Kambing PE Laktasi ke 2 19
6. Kolesterol Darah Kambing PE dengan Pemberian Pakan Suplemen 20
7. Pengaruh Pakan Suplemen yang Mengandung Pakan Suplemen Terhadap
Kualitas Susu ………………………………………………………… 22
8
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kambing PE Betina …………………………………………. 4
v
9
BAB I. PENDAHULUAN
Saat ini selain sapi perah, sedang digalakkan pengembangan ternak perah lainnya yang
memiliki potensi dan prospek yang sangat baik sebagai penghasil susu diantaranya kambing PE
(Peranakan Etawah). Keunggulan kambing PE telah banyak dipublikasikan, diantaranya dapat
beradaptasi di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk tipe dwi guna, memiliki sifat
reproduksi yang baik dan susu kambing bernilai gizi tinggi serta berkhasiat untuk
menyembuhkan berbagai penyakit diantaranya asma dan TBC (Moeljanto dan Wiryanta, 2002).
Namun realita yang ada menunjukan bahwa perkembangbiakan kambing PE masih mengalami
kendala dalam hal jumlah produksi susu yang masih terbilang rendah (Afandi, 2007) dan tingkat
mortalitas anak yang cukup tinggi dari lahir sampai disapih yaitu 16,6 – 55,0 % (Devendra and
Burns, 1994).
Dalam tubuh ternak terjadi keseimbangan secara alami antara pembentukan radikal bebas
dengan antioksidan endogen selama proses metabolisme. Level radikal bebas bisa lebih tinggi
dari senyawa kandungan antioksidan endogen sehingga sering terjadi kondisi tidak nyaman pada
ternak. Kondisi ini akan berpengaruh negatif terhadap produktifitas kambing perah Peranakan
Etawah yaitu terhadap produksi dan kualitas susu. Untuk mengantisipasi terjadinya stres maka
diberikan pakan yang mengandung sumber antioksidan.
Antioksidan terdapat dalam bahan makanan atau sebagai suplemen seperti vitamin E,
vitamin C, ß-karoten, flavonoid yang mampu meningkatkan proteksi kesehatan terhadap
pengaruh radikal bebas dengan upaya mencegah kerusakan akibat proses oksidasi. Hal tersebut
mendorong semakin banyak dilakukan eksplorasi bahan dari alam sebagai sumber antioksidan.
Menurut Howard et al. (2002) sumber antioksidan terdapat pada berbagai sayuran, buah-buahan
dan rempah-rempahan. Potensinya terdapat pada komponen fenolnya. Kulit nenas diketahui
mengandung antioksidan berupa vitamin C, polifenol, plavonoid dan kuersetin. Menurut
Panovskai et al. (2005) senyawa flavonoid dan polifenol mempunyai aktifitas sebagai
antioksidan (Huda-Faujan et al. 2009), yang bersama-sama dengan vitamin C dan karotenoid
melindungi jaringan tubuh akibat stres oksidatif (Scalbert & Williamson, 2000).
Susu kambing merupakan salah satu bahan pangan yang kaya kandungan senyawa nutrisi
dan memiliki aktivitas biologi spesifik yang bersifat fungsional. Kelebihan susu kambing adalah
10
mudah dicerna, mengandung asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA), asam lemak tak jenuh
jamak (PUFA) dan trigliserida rantai sedang yang lebih tinggi dari susu sapi, sehingga diketahui
memiliki manfaat terhadap kesehatan manusia khususnya mencegah penyakit kardiovaskuler dan
melancarkan saluran pencernaan (Haenlein, 2006).
Antioksidan sering ditambahkan ke dalam susu segar untuk meningkatkan kandungan
antioksidannya serta untuk mencegah atau memperlambat penurunan mutunya. Antioksidan
yang ditambahkan tersebut umumnya antioksidan sintetis yang dapat menghasilkan racun
sehingga akan mengganggu kesehatan konsumen.
Limbah industri dengan bahan baku dari nenas berupa kulit nenas berpotensi sebagai
bahan pakan ternak. Hal ini dapat dilihat dari produksi buah nenas di Indonesia yang meningkat
dari 1.273 ton tahun 2008 menjadi 1.558 ton pada tahun 2009 (Badan Pusat Statistik, 2010).
Buah nenas adalah buah yang banyak digunakan pada beberapa industri olahan pangan seperti
selai, sirup, sari buah, nektar serta buah dalam botol atau kaleng. Pengolahan tersebut
menghasilkan produk samping dalam jumlah besar. Produk samping tersebut terdiri dari bagian
bagian kujlit, bagian mata dan bagian hati. Pada proses pengalengan buah nenas bagian kulit dan
bonggol dibuang. Kulit yang diperoleh dari proses pengalengan sekitar 50 % dari bobot buah
nenas (Tahir et al., 2008). Diperkirangan dalam satu tahun dari setiap 1 hektar lahan yang
ditanami buah nenas akan dihasilkan sekitar 10 ton kulit nenas (Bo Gohl, 1981). Dari proses
pengalengan buah nenas menghasilkan kulit dan sisa irisan sebesar 60 – 80 % dari total bobot
nenas (Senik dan Idrus, 1978).
Potensi kulit nenas sebagai sumber antioksidan dalam pakan ternak, informasinya belum
ada. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang penggunaan serbuk kulit nenas sebagai pakan
suplemen yang mengandung antioksidan sehingga diharapkan dapat meningkatkan kandungan
antioksidan, menurunkan kolesterol dan meningkatkan kualitas susu kambing perah peranakan
etawah (PE).
11
BAB II. STUDI PUSTAKA
2.1. Potensi Kambing PE
Salah satu jenis kambing perah yang sekarang ini mulai mendapat perhatian serius adalah
kambing peranakan etawah (PE) (Gambar 1.). Pemeliharaan kambing ini memberikan pengaruh
besar terhadap sistem pertanian pedesaan karena telah bedaptasi baik di sebagian besar wilayah
Indonesia. Kambing PE adalah hasil persilangan kambing etawah (jamnapari) dan kambing
kacang dengan proporsi genotipe yang tidak jelas. Jenis kambing ini memiliki ciri bentuk muka
cembung, telinga panjang menggantung, postur tubuh tinggi, panjang dan agak ramping
(Balitnak, 2004).
Kambing PE sudah banyak berkembang di Indonesia terutama di P. Jawa yang
pemeliharaannya ditujukan untuk peningkatan produksi susu. Hal ini disebabkan karena susu
kambing mempunyai khasiat untuk kesehatan, kecantikan dan meningkatkan gizi masyarakat
pedesaan melalui konsumsi susu dan daging kambing hasil produksi petani sendiri. Air susu
kambing PE memiliki sederet khasiat yang dapat mengatasi beberapa penyakit seperti gangguan
pencernaan, gangguan ginjal, migrain, hepatitis A, asma, darah tinggi, TBC, penyakit kulit,
perawatan kulit dan masih banyak lagi berbagai khasiat yang dikandung air susu kambing PE.
Dengan demikian secara nasional pengembangan ternak kambing dwiguna di Indonesia akan
membantu programpembangunan dibidang kesehatan disamping sebagai sumber pendapatan
baru sub sektor peternakan (Adiati et al., 2001).
Sodiq dan Abidin (2002) mendapatkan bahwa produksi susu kambing PE 0,45 – 2,2 liter/
ekor/ hari dengan panjang laktasi 92 – 156 hari. Tingkat produksi ini masih bisa ditingkatkan
dengan manajemen yang baik yaitu pemberian pakan tambahan dan pemilihan bibit yang
berkualitas. Moeljanto dan Wiryanto, 2002 menyatakan bahwa komposisi susu kambing
mendekati komposisi kimia air susu ibu (ASI) sehingga susu kambing dapat diberikan kepada
bayi yang baru lahir atau berumur kurang dari satu tahun sebagai pengganti air susu ibu. Susu
kambing juga dapat dikonsumsi tanpa dimasak terlebih duhulu dengan menjamin kebersihan
ambing, kandang dan alat pemerahan.
12
Gambar 1. Kambing PE Betina
2.2. Pakan Kambing PE
Pakan untuk ternak perah menjadi faktor utama yang dapat mempengaruhi produksi dan
kualitas susu, bahkan dapat mempengaruhi kesehatan sapi baik fisik maupun reproduksi. Itulah
sebabnya pakan pada ternak perah harus sesuai dengan kebutuhan. Rekomendasi kebutuhan
nutrisi kambing perah (NRC, 1981) dapat dilihat pada Tabel 1
Kebutuhan zat gizi ternak perah sangat erat hubungannya dengan bobot hidup dan tingkat
produksi. Bahkan pada setiap bulan dalam masa laktasi selera makan ternak dapat berubah. Oleh
karena itu perlu pengaturan pemberian pakan pada awal dan akhir laktasi. Pada awal laktasi
biasanya akan terjadi neraca negatif karena zat makanan lebih banyak dikeluarkan ke dalam air
susu, feses serta urine dan jumlahnya melebihi jumlah yang diperoleh dari makanan. Dengan
demikian kekurangan zat makanan akan diambil dari tubuh sehingga ternak akan kehilangan
bobot badan. Hal ini tidak dapat dicegah meskipun dengan meningkatkan jumlah pemberian
pakan karena saat berproduksi dan setelah beranak, pakan diperlukan untuk pemulihan kondisi
tubuh ternak dan pertumbuhan anak. Sebaliknya pada akhir laktasi, diperlukan penambahan
jumlah pakan untuk mengantisipasi kehilangan bobot badan (Sutardi, 1981).
Pakan ternak perah secara umum terbagi atas dua kategori yaitu hijauan dan konsentrat.
Hijauan yang diberikan biasanya bersifat bulky, tinggi serat dan rendah kandungan energinya
seperti rumput pastura, silase, daun-daunan dan hijauan lainnya. Sedangkan konsentrat dapat
13
tersusun dari jagung, gandum dan bahan lainnya yang merupakan sumber protein atau energi
tetapi rendah serat kasar ( Sudono et al., 2003). Rumput raja adalah satu diantara sekian banyak
jenis hijauan pakan yang biasa digunakan sebagai pakan kambing PE. Hijauan ini memiliki
kandungan gizi baik dan mudah ditanam sehingga menjadi pilihan dalam penyediaan hijauan
(Balitnak, 2004). Sedangkan Setiawan dan Tanius (2002) menyatakan bahwa secara umum
jenis pakan yang diberikan pada kambing PE terdiri dari tiga jenis yaitu pakan kasar, pakan
penguat dan pakan suplemen.
Tabel 1. Rekomendasi Kebutuhan Zat Gizi Kambing Perah
Status
Kebutuhan
Bahan Kering (kg) Protein Kasar (kg) TDN (kg)
BB 30 kg, Produksi susu
1 liter, kadar lemak 4 %
0,54 – 1,22
0,123 – 0,134
0,704 – 0,798
Sumber : NRC (1981)
Pakan suplemen dapat berfungsi sebagai pakan pemicu pertambahan bobot badan (PBB)
ternak rumunansia, juga meningkatkan populasi bakteri dalam rumen. Hal tersebut akan
merangsang ternak untuk meningkatkan jumlah konsumsi pakan sehingga akan meningkatkan
produksi (Kartadisastra, 1997). Menurut Hatmono dan Hastoro (1997) manfaat pemberian pakan
sulemen dari aspek fisiologis adalah ternak terhindar dari defisiensi vitamin dan mineral,
produksi dapat dipertahankan baik kualitas maupun kuantitas.
Menurut Rukmana, (2005) pemberian konsentrat ditambah pakan suplemen pada
kambing yaitu 2 kali sehari dengan pemberian selama 10 hari dalam 1 blok (1,5 kg). Pemberian
pakan konsentrat dan suplemen yang dilakukan 2 jam sebelum pemberian pakan hijauan akan
mampu meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik sehingga sangat berpengaruh
terhadap peningkatan produksi dan produktifitas ternak. Ditambahkan bahwa pakan konsentrat
dan suplemen merupakan sumber protein ( non- protein nitrogen), energi, dan mineral, dan
meningkatkan konsumsi zat-zat makanan dari pakan yang berserat tinggi.
Pemberian konsentrat dan suplemen akan dapat mempertahankan kontinuitas kualitas
pakan yang diperlukan oleh ternak. Hasil penelitian Balitnak (1997) yang dilaporkan Rukmana
(2005) menunjukkan bahwa kambing Peranakan Etawah (PE) yang diberi pakan tambahan
konsentrat dan UMB mencapai masa pubertas 20 hari lebih cepat dibandingkan dengan yang
14
tidak mendapatkan pakan tambahan. Jika diberikan dengan frekuensi yang lebih tinggi akan
meningkatkan konsumsi pakan dan produksi susu. Ditambahkan dengan hasil penelitian Adiati
dkk. (2001) bahwa pemberian wheat pollard, dedak padi, bungkil kedele, molases, mineral top
mix, garam dapur dan kapur dalam pakan ternak kambing PE mampu dihasilkan produksi susu
rata-rata 2,8 – 3,0 kg/ekor/hari selama 3 bulan laktasi.
2.2.1. Kulit Nenas
Buah nenas (Ananas comosus L. Merr) merupakan salah satu jenis buah yang terdapat di
Indonesia, mempunyai penyebaran yang merata. Selain dikonsumsi sebagai buah segar, nenas
juga banyak digunakan sebagai bahan baku industri rumah tangga. Dari berbagai macam
pengolahan seperti selai, manisan, sirup, dodol dan lain-lain maka akan didapatkan kulit yang
cukup banyak sebagai hasil sampingan.
. Berdasarkan kandungan nutriennya, kulit buah nenas mengandung karbohidrat dan gula
yang cukup tinggi. Menurut Wijana, et al., (1991) kulit nenas mengandung 81,72 % air; 20,87 %
serat kasar; 17,53 % karbohidrat; 4,41 % protein. Mengingat kandungan karbohidrat yang cukup
tinggi tersebut maka kulit nenas memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan
ternak.
Menurut Ginting et al (2005) kandungan bahan kering ampas nenas hasil pengolahan
buah nenas menjadi sari nenas relatif rendah yaitu 16,22 %. Proporsi terbesar limbah nenas
adalah karbohidrat yaitu berupa selulosa, hemiselulosa, hexosa, pentose dan pectin. Kandungan
serat kasar relatif tinggi dan merupakan faktor pembatas dan sulit dicerna.
Komposisi limbah nenas mencapai 40%, dimana didalamnya terdapat kandungan sisik
sebesar 5%. Sari nenas sebanyak 60% diolah hingga diperoleh konsentrat nenas (hasil akhir)
sebesar 10 – 12% dari sari buah (Sianipar et al., 2006). Besarnya persentase limbah kulit berkisar
antara 21,73 - 24,48 %, limbah mata berkisar antara 11,09 - 13,26 %, daging buah berkisar antara
45,24 - 48,00 %, dan limbah hati berkisar antara 16,43 - 17,48 % (Tahir et al., 2008).
Penelitian Ogwang dan Karua (1996) menunjukan bahwa pemberian kulit nenas dalam
bentuk tepung ad libitum pada kambing menghasilkan pertambahan bobot badan yang baik (60,0
g/h) dengan tingkat konsumsi yang tinggi. Penambahan suplemen protein sebanyak 80,0 g atau
160,0 g meningkatkan pertambahan bobot badan menjadi 81,0 g/h dan 84,0 g/h. Hasil penelitian
15
ini mengindikasikan bahwa konsumsi energi dari kulit nenas masih mampu mendukung
pertambahan bobot badan yang lebih tinggi selama suplai protein mencukupi. Dengan kata lain,
kulit nenas merupakan bahan pakan sumber energi yang \potensial bagi ternak kambing.
Menurut Kurniawan, (2008) nenas memiliki kandungan air 90% dan kaya akan Kalium,
Kalsium, lodium, Sulfur, dan Khlor. Selain itu juga kaya Asam, Biotin, Vitamin B12, Buah
nanas juga mengandung vitamin (A dan C), Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Natrium,
Kalium, Dekstrosa, Sukrosa (gula tebu), dan Enzim Bromelain. Bromelain berkhasiat antiradang,
membantu melunakkan makanan di lambung, mengganggu pertumbuhan sel kanker,
menghambat agregasi platelet, dan mempunyai aktivitas fibrinolitik. Kandungan seratnya dapat
mempermudah buang air besar pada penderita sembelit (konstipasi). Mengkonsumsi sari buah
nanas akan meningkatkan protein dalam tubuh. Nanas juga dapat digunakan untuk mengurangi
dehidrasi. Nenas kaya dengan antioksidan dan fitokimia yang berkhasiat mengatasi penuaan
dini, wasir, kanker, serangan jantung, dan penghalau stres. Buah nanas mengandung vitamin C
dan vitamin A (Retinol) masing-masing sebesar 24,0 miligram dan 39 miligram dalam setiap 100
gram bahan. Kedua vitamin sudah lama dikenal memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang
mampu menghentikan reaksi berantai pembentukan radikal bebas dalam tubuh yang diyakini
sebagai dalang atau provokator berbagai penyakit. Hasil penelitian ilmiah menunjukkan
kandungan senyawa fenolik antara lain Myricetin, Quercitin, Tyramine, dan Ferulic Acid pada
buah nanas mampu meredam reaksi berantai radikal bebas dalam tubuh, yang pada akhirnya
dapat menekan terjadinya penyakit kanker. Berbagai antioksidan alami ini diyakini amat ampuh
menghentikan radikal bebas sehingga tak berkeliaran mencari asam lemak tak jenuh dalam sel.
Komposisi kimiawi limbah nenas menunjukkan potensi sebagai sumber energi,
sedangkan kandungan protein kasar sangat rendah. Pemanfaatan limbah nenas yang dikeringkan
sebagai pakan dasar akan dibatasi oleh konsumsi yang rendah jika pemberiannya dilakukan
secara tunggal. Rendahnya tingkat konsumsi ini diduga disebabkan oleh kandungan N yang
rendah, kandungan NDF atau kadar air bahan yang terlalu rendah atau kombinasi ketiganya.
Penggunaan limbah nenas sebagai pakan dasar menggantikan hijauan dapat dilakukan jika
digunakan dalam bentuk pakan komplit (Ginting, 2004). Ginting et al. (2005)
merekomendasikan bahwa tingkat substitusi optimal hijauan oleh ampas nenas adalah 25%,
namun dapat direkomendasikan tingkat substitusi sebesar 50 atau 75% apabila ketersediaan
16
hijauan terbatas. Namun bila diekspresikan terhadap bobot hidup, konsumsi ransum pada semua
tingkat substitusi ampas nenas berkisar antara 3,5–3,8% bobot hidup.
2.2.2. Mineral - Antioksidan
Bioproses rumen dan pasca rumen harus didukung oleh kecukupan mineral makro dan
mikro. Mineral ini berperan dalam optimalisasi bioproses rumen dan metabolisme zat-zat
makanan. Pemberian mineral dalam bentuk organik dapat meningkatkan ketersediaannya
sehingga lebih dapat diserap dalam tubuh ternak (Muhtarudin, 2003). Mineral dalam bentuk
chilates dapat lebih diserap dalam proses pencernaan. Agensia chelating dapat berupa
karbohidrat, lipid, asam amino, fosfat dan vitamin. Dalam proses pencernaan chelates dalam
ransum memfasilitasi menembus dinding sel usus. Secara teoritis, chelates meningkatkan
penyerapan mineral (Muhtarudin dan Liman, 2006).
Antioksidan alami yang terdapat dalam bahan pangan dapat dikategorikan menjadi dua
golongan yaitu pertama golongan zat gizi yang terdiri dari vitamin (A, B, C, E), mineral (Zn, Cu,
Se) dan protein, kedua golongan zat non gizi yang terdiri dari senyawa fenol, flavonoid dan lain-
lain ( Bellville-Nabet, 1996).
1. Mineral Zn
Seng (Zn) adalah salah satu trace elemen yang secara biologis mempunyai fungsi
struktural, regulasi dan katalitik (Cousins, 1999).
Menurut King (2000) Zn dapat disimpan dalam bentuk metalloenzim (MT). dan
merupakan pemakan radikal bebas yang baik. MT merupakan protein intraseluler yang memiliki
ikatan kuat dengan Zn dan Cu. Sedangkan Se mereduksi senyawa peroksida, sehingga
menurunkan radikal bebas dalam tubuh (Linder, 1992).
Kebutuhan Zn ternak domba berkisar antara 17 – 32 ppm dalam BK ransum. Pada ternak
kadar Zn darah yang normal berkisar antara 0.8 – 1.2 µ g ml¯¹ namun variasi kadar Zn antar
individu sangat besar. Sedangkan kadar Zn pada darah domba berkisar antara 0.53 – 0.89 g ml¯¹
atau rata-rata 0.70 g ml¯¹. Konsentrasi Zn plasma atau serum darah domba menjadi indikator
penduga defisiensi Zn pada ternak.
17
Zn berfungsi sebagai imunostimulator yaitu mampu meningkatkan sistem kekebalan.
Upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada sapi dianjurkan penggunaan Zn lebih tinggi
dibanding kebutuhan untuk pertumbuhan dan reproduksi (Liberman dan Bruning, 1990). Bires et
al. (1992) melaporkan bahwa aktifitas fisiologis meningkat dengan pemebrian Zn dimana terjadi
peningkatan jumlah monosit sebesar 14 % dan granulosit sebesar 86 %. Kelebihan atau
ketidakseimbangan mineral seperti Zn dapat menyebabkan rusaknya komponen sistem kekebalan
tubuh (Linder, 1992).
Pemberian suplementasi mineral dalam konsentrat diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan energi dan protein bagi ternak, yang pada gilirannyasetelah pasca rumen mampu
menyediakan nutrien bagi kelenjar ambing untuk produksi susu. (Sukarini, 2000). Suplementasi
mineral mikro Zn, Cu dan Mo dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan
organik, meningkatkan nilai pH serta menurunkan kadar amonia (Supriyati, 1999).
Pada waktu melahirkan terjadi penurunan progesteron plasma dan peningkatan sekresi
prolaktin yang mengakibatkan meningkatnya enzim laktose sintetase untuk memulai terjadinya
sintesis laktosa. Laktosa bersumber dari hasil metabolisme terutama asam propionat dalam
rumen. Penambahan konsentrat termasuk ZnSO4 dapat menurunkan pH rumen dan
mengakibatkan peningkatan produksi lemak atsiri (VFA) secara keseluruhan dimana proporsi
asam propionat dan asam butirat meningkat nyata. Asam propionat merupakan sumber utama
pembentukan glukosa susu. Meningkatnya laktosa susu akan meningkatkan produksi susu karena
laktosa berperan mengatur aliran air atau tekanan osmose dalam kelenjar ambing.(Larson, 1985).
Pada kambing perah, Zn harus disuplai secara kontinyu sebab hanya sedikit yang dapat
disimpan dalam tubuh dalam bentuk tersedia atau siap pakai. Defisiensi Zn dapat menyebabkan
parakeratosis, pengeluaran saliva berlebihan, libido rendah, konsumsi menurun dan kehilangan
18
bobot badan pada kambing. Kebutuhan minimum Zn per hari untuk kambing belum ditetapkan,
namun dosis 10 ppm merupakan batas paling minimum (NRC, 1981). Toksisitas akibat Zn
jarang terjadi, pada sapi perah kadar toksik sekitar 500 – 1500 ppm. Pada domba efek toksik
sekitar 100 mg/ hari (Howell, 1983).
2. Mineral Cu
Mineral Cuprum (Cu) diabsorpsi kurang baik oleh ruminansia. Umumnya hanya 1 – 3 %
Cu yang diabsorpsi oleh ternak ruminansia (McDowell, 1992). Absorpsi Cu berlangsung dalam
dua mekanisme yaitu bentuk jenuh dengan traspor aktif dan bentuk tidak jenuh dengan difusi
sederhana. Absorpsi Cu diatur oleh metalotionein yang sekali gus tempat berlangsungnya
interaksi antara Cu dan Zn di dalam usus halus (McDowell, 1992).
Sekitar 60 % Cu terikat dalam enzim superoksida dismutase sehingga merupakan ukuran
yang bagus bagi status Cu pada manusia, sapi, tikus dan mencit. Konsentrasi Cu hati dapat
digunakan sebagai indikator status Cu ternak yang cenderung defisien bila sangat rendah dan
keracunan bila sangat tinggi (Davis dan Mertz, 1987)
Hays dan Swenson (1984) menyatakan bahwa kebutuhan akan Cu dipengaruhi oleh level
mineral lainnya dalam ransum. Cu menjadi meningkat kebutuhannya pada rumiansia dengan
adanya level molibdenum yang tinggi. Rekomendasi umum bagi ternak ruminansia tidak dapat
dsibuat secara rasional tanpa mengacu pada konsentrasi Cu, Mo dan S padang rumput
(McDowell, 1992). Kendati demikian, untuk domba, NRC (1981) merekomendasikan angka
kebutuhan Cu 7 – 11 mg/kg.
Suplementasi Cu berbentuk Cu lisinat berpengaruh menurunkan pertumbuhan, sebaliknya
Zn, Cu proteinat mampu menghasilkan pertumbuhan terbaik pada domba. Oleh karena itu
suplemetasi Cu sebaiknya dalam bentuk Cu proteinat (Sutardi, 2001) NRC (1981)
merekomendasikan kebutuhan Zn dan Cu masing-masing 50 ppm dan 10 ppm.
2.2.3. Produkstifitas Kambing PE
Produktifitas ternak perah atau kemampuan untuk menghasilkan produk berupa susu
baik kualitas maupun kuantitas dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya genetik (spesies,
19
bangsa, individu), masa laktasi, kesehatan ternak dan faktor lingkungan (makanan, iklim, teknik
pemerahan) (Walstra et al., 1999).
Susu adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar susu dari spesies mamalia selama masa
laktasi yaitu saat dimana kelenjar susu mensekresikan air susu. Kelenjar susu adalah suatu
kompleks organ yang tersusun atas membran basal, kapiler darah, lumen, sel mioepitel dan sel
sekretoris. Sel-sel tergabung dalam lobula alveoli, yang merespon dan bekerja harmonis selama
laktasi (Delaval, 2008).
Pembentukan susu dan kebutuhan nutrisi untuk metabolisme keseluruhan dari sel sekresi,
didapat dari makanan yang dikonsumsi ternak dan diekstrak ke dalam darah (Walstra et al,
1999). Substrat utam yang diekstraksi dari darah oleh kelenjar susu ternak yang sedang laktasi
adalah glukosa, asam amino, asam lemak dan mineral. Pada ruminansia, asetat dan β-
hydroxybutyrate (BHBA) juga merupakan komponen substrat utama (Larson, 1985).
Jika pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu telah tercapai secara maksimum,
tingkat produksi susu selama laktasi ditentukan oleh penyediaan substrat sebagai pembemtuk
komponen air susu dan aktifitas sel epitel ambing. Upaya peningkatan produksi susu yang
dilakukan pada periode laktasi lebih ditekankan pada proses modulasi aliran substrat ke kelenjar
susu dan pemeliharaan jumlah sel melalui perlambatan involusi sel-sel epitel ambing. Peranan
hormon dalam modulasi aliran substrat ke kelenjar auau dan pengaruhnya pada produksi susu
telah banyak dilakukan. Hormon yang terlibat antara lain kortisol, insulin, glukagon, tiroksin,
prolaktin dan somatotropin susu (Manalu, et al., 2002).
Faktor pembatas dalam sintesis susu adalah ketersediaan substrat (terutama glukosa)
dalam sitosol sel epitel kelenjar susu (Manalu, et al., 2002).. ketersediaan glukosa dan asam
amino di dalam sitosol sel epitel kelenjar susu bergantung pada pergerakan zat-zat makanan
tersebut dari ektraseluler ke dalam sitosol. Glukosa merupakan metabolit utama sebagai prekusor
dari laktosa susu dan pada sapi perah diperlukan 85 % dari karbon laktosa berasal dari glukosa.
Kendala dalam peningkatan produksi susu antara lain akibat rendahnya fluks glukosa ke dalam
kelenjar ambing. Penelitian yang dilakukan oleh Astuti et al. (2000) bahwa produksi susu yang
rendah pada kambing PE disebabkan oleh rendahnya fluks glukosa ke dalam kelenjar susu.
20
Tabel 2. Variasi Komposisi Susu Beberapa Spesies Ternak dan Manusia
Spesies ternak Lemak Protein Laktosa Total Solid
Manusia¹
Sapi¹
Kambing¹
Domba²
Kuda²
Kerbau²
3,8
3,8
4,1
5,3
1,6
10,4
1,2
3,3
3,4
5,5
2,7
5,9
7,0
4,8
4,7
4,6
6,1
4,3
12,4
12,8
13,0
16,3
11,0
21,5
¹ Eddleman (2007)
² Bremel (2008)
Kambing memiliki komposisi susu yang cukup baik dibandingkan dengan komposisi
susu sapi bahkan setara dengan susu manusia. Hasil analisis komposisi susu dari beberapa
spesies ternak dan manusia memeprlihatkan bahwa ada perbedaan komposisi diantara spesies
(Tabel 2) dan setiap spesies memiliki keunggulan tersendiri dalam setiap komponen susu.
Perbedaan komposisi susu juga terlihat diantara individu ternak kambing PE. Menurut
Bremel (2008), variasi dalam komposisi susu dapat terjadi diantara individu dari satu spesies
ternak karena komposisi susu juga dipengaruhi oleh umur, bobot badan, pakan, lingkungan dan
kesehatan individu ternak.
21
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
a. Tahap uji fitokimia serbuk kulit nenas. Tujuannya untuk melihat kandungan antioksidan
non gizi berupa senyawa kimia, steroid, tannin, flavonoid, fenolic, saponin dan
terpenoid
b. Analisis kandungan kolesterol darah kambing PE setelah diberi pakan suplemen yang
mengandung antioksidan
c. Analisis kualitas susu . Tujuannya untuk melihat kandungan kualitas susu kambing PE
berupa protein, lemak dan laktosa susu setelah diberi pakan suplemen yang mengandung
antioksidan
2. Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi
perkembangan ilmu nutrisi antioksidan, khususnya pada ternak kambing perah.
b. Dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif teknologi pakan dalam meningkatkan
produktifitas ternak ruminansia khususnya ternak perah dalam menunjang
pembangunan peternakan.
22
IV. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Balai Penelitian Ternak (BPT) Ciawi Bogor dan IPB Bogor, mulai
bulan Januari sampai Juni 2011.
3.1. Pengadaan Tepung Kulit Nenas, Analisis Gizi dan Fitokimia
3.1.1. Bahan dan Peralatan Penelitian
Bahan dan alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah kulit nenas yang berasal dari
home industry Tangkit Kabupaten Muaro Jambi, alat pengering (oven) dan alat penggiling.
3.1.2. Metode Pembuatan Tepung Kulit Nenas
Penelitian pada tahap ini diawali dari pembuatan serbuk kulirt nenas. Pembuatan serbuk
kulit nenas dimulai dari pengumpulan kulit nenas yang terdiri dari kulit luar dan irisan nenas
yang bersisik, pengeringan sampai penggilingan kulit nenas yang sudah kering. Serbuk kulit
nenas tersebut dimanfaatkan untuk analisis kandungan nutrisi, fitokimia dan campuran pakan
perlakukan pada kambing PE laktasi yang diteliti. Kulit nenas yang dikumpulkan, dioven pada
suhu 40 – 50 ºC selama 2 – 3 hari. Setelah kering dilakukan penggilingan. Hasil penggilingan
dimasukkan ke dalam kantung hitam, kemudian dimasukkan dalam karung dan disimpan dalam
suhu kamar sebelum dibawa ke kandang penelitian BPT Ciawi Bogor. Sampel serbuk kulit nenas
untuk analsis komposisi gizi dan fitokimia diambil dari setiap hasil penggilingan.
3.1.3. Pengumpulan Data
Sampel untuk analsis kandungan gizi dan fitokimia serbuk kulit nenas diambil 300 gram
secara acak dari setiap pengeringan. Kandungan gizi sebuk kulit nenas dianalisis di laboratorium
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB, sedangkan kandungan fitokimianya
dianalisis Laboratorium Pasca Panen Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian-Bogor.
Kandungan fitokimia secara kualitatif dianalisa di Laboratorium Fakultas Farmasi Unpad-
Bandung, kandungan fitokian secara kuantitatif di laboratorium Bio Farmaka FKH IPB-Bogor
23
3.4. Respons Fisiologis Kambing Perah PE yang Mendapat Pakan Suplemen yang
Mengandung Antioksidan
3.4.1. Bahan dan Peralatan Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan plasma darah kambing perah PE. Alat yang digunakan
adalah tabung reaksi, alat suntik, tabung reaksi untuk menampung plasma. Setelah darah diambil
dari vena jugularis, kemudian sentrifuge untuk pengambilan plasma darah di lab BPT Ciawi
Bogor. Pengambilan plasma darah dilakukan untuk mendapatkan data kadar komponen kimia
darah yang menggambarkan kondisi fisiologis ternak. Komponen dalam darah diukur sebelum
dan sesudah diberi perlakuan. Penentuan komponen darah didasarkan pada asumsi bahwa
apabila terjadi penurunan atau perubahan komponen darah maka diduga ada gangguan kondisi
fisiologis ternak. Pengambilan darah mengikuti teknik yang direkomendasikan Suprayogi
(2004).
3.4.2. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengetahui komponen darah yang didasarkan pada asumsi
bahwa apabila terjadi penurunan atau perubahan komponen darah maka diduga ada gangguan
kondisi fisiologis ternak.
Pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4
perlakukan dan 4 ulangan berdasarkan produksi susu.
R0 = (kontrol) = Rumput (70 %) + konsentrat (30 %)
R1 = R0 + 0,04 % antioksidan dalam pakan suplemen
R2 = R0 + 0,06 % antioksidan dalam pakan suplemen
R3 = R0 + 0,08 % antioksidan dalam pakan suplemen
Komponen darah yang dievaluasi terdiri dari :
a. Kolesterol darah
b. HDL
c. LDL
d. Trigliserida
24
3.3. Kualitas Susu Kambing Perah PE dengan Pemberian Pakan Suplemen yang
Mengandung Antioksidan
3.3.1. Bahan dan Peralatan Penelitian
Penelitian dimulai dengan persiapan induk yang sedang laktasi II (beranak ke 2 ), serbuk
kulit nenas, rumput gajah, konsentrat komersil. Kandang yang digunakan adalah kandang
individu sebanyak 16 unit yang dilengkapi tempat pakan dan pipa air minum. Masa adaptasi
ransum perlakuan dilakukan selama 15 hari, Kegiatan ini dilaksanakan di kandang kambing PE
Balai Penelitian Ternak (BPT) Ciawi, Bogor.
3.3.2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan 16 ekor kambing perah Peranakan Etawah (PE) laktasi II
dengan produksi susu rata-rata 0,467 liter per ekor. Pakan utama yang diberikan adalah berupa
campuran rumput gajah dan konsentrat dengan perbandingan 3,5 : 0,5. Serbuk kulit nenas
sebagai sumber antioksidan yang berfungsi sebagai pakan suplemen dicampurkan kedalam
pakan konsentrat.
Rumput gajah dipotong sekitar 5 cm sebelum diberikan kepada ternak. Kulit nenas yang
digunakan adalah bagian kulit luar yang masih mengandung sedikit daging buah. Kulit nenas
diperoleh dari lokasi home industry desa Tangkit Kabupaten Muaro Jambi dengan tingkat
kematangan nenas sedang. Kulit nenas yang diberikan terlebih dulu dikeringkan dalan oven
pengering dengan temperatur sekitar 40-50 °C. Setelah kering dilakukan penggilingan sebelum
dicampurkan kedalam konsentrat.
Ternak dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan pakan, masing-masing 4 ekor dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) berdasarkan produksi susu.
R0 = (kontrol) = Rumput (70 %) + konsentrat (30 %)
R1 = R0 + 0,04 % antioksidan dalam pakan suplemen
R2 = R0 + 0,06 % antioksidan dalam pakan suplemen
R3 = R0 + 0,08 % antioksidan dalam pakan suplemen
25
Tabel.3 . Komposisi Bahan Penyusun Ransum (gram)
Bahan Makanan
Ransum Perlakuan
R0 R1 R2 R3
Rumput gajah
Konsentrat :
Pollard
Onggok
B. Kedele
Molases
Mineral
Probiotik
3500
175
190
100
25
5
5
3500
175
190
100
25
5
5
3500
175
190
100
25
5
5
3500
175
190
100
25
5
5
Pakan Suplemen:
▪ Kulit nenas
▪ Mineral Zn
▪ Mineral Cu
0
0
0
150
-
-
150
25 ppm
10 ppm
200
25 ppm
10 ppm
-
Selama penelitian berlangsung dilakukan pemerahan susu untuk mendapatkan data
produksi susu. Pemerahan dilakukan satu kali sehari yaitu pagi hari jam 06.00 – 08.00 dengan
teknik pemerahan menggunakan metode seluruh tangan (whole hand). Pemerahan mulai
dilakukan 4 hari setelah partus..
Sebelum susu dianalisa, terlebih dahulu disimpan dalam lemari pendingin. Peubah yang
diamati terdiri dari :
1. Kadar Protein susu (%) diukur dengan menggunakan alat Lactoscope Cn – 23 yang telah
distandarisasi dengan metode Kjeldhal
2. Lemak susu (%) diukur menggunakan alat Lactoscope Cn – 23 yang telah distandarisasi
dengan metode Gerber
3. Laktosa susu dianalisis menggunakan metoda kalorimeter menurut Apriyantono (1989)
4. Antioksidan susu (Brand - Williams, et al. 1995)
5. Kolesterol susu
Analisis Data
Data kolesterol darah, antioksidan, kolesterol dan kualitas susu dianalisis dengan Anova
satu arah dengan menggunakan program SAS (SAS Institute Inc. North Caroline, 1988)
26
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kandungan Gizi Pakan Perlakuan dan Fitokimia Serbuk Kulit Nenas
Lebih dari 4000 senyawa fenol (flavonoid, dan polifenol monophenols) ditemukan dalam
tumbuhan. Senyawa fenolik, seperti querecetin, rutin, narigin, catechine, asam caffeic, asam
galat dan asam klorogenat adalah senyawa dalam tanaman yang sangat penting. Jenis senyawa
fenolik merupakan faktor penting karena konsumsi ada dalam plasma dalam konsentrasi yang
tidak melebihi 10μM (Vinson et al., 2005). Hasil uji fitokimia pakan suplemen seperti tertera
pada Tabel 4.
Tabel 4. Komponen fitokimia pakan suplemen
No. Golongan Metabolit Sekunder Hasil
1. Alkaloid -
2. Flavonoid +
3. Polifenol +
4. Tanin -
5. Monoterpen dan Sesqiuterpen +
6. Triterpenoid -
7. Steroid +
8. Kuinon +
9. Saponin + Keterangan : (+) mengandung senyawa uji, (-) tidak terdeteksi
Dari Tabel 4 terlihat senyawa utama penyusun pakan suplemen adalah flavonoid,
polifenol, mopnoterpen dan sesqiuterpen, steroid, kuinon dan saponin. Flavonoid adalah
sekelompok senyawa polifenol tanaman yang tersebar luas dalam berbagai bahan makanan dan
dalam berbagai konsentrasi. Berbagai sayuran dan buah-buahan yang dapat dimakan
mengandung sejumlah flavonoid. Konsentrasi yang lebih tinggi berada pada daun dan kulit
kupasannya dibanding dengan jaringan yang lebih dalam (Winarsi, 2007).
Senyawa yang banyak berperan sebagai antioksidan adalah tanin dan flavonoid sedangkan
saponin berperan banyak sebagai anti agregasi platelet (Sastrohamijoyo, 1996). Antioksidan
adalah zat penting, yang memiliki kemampuan untuk melindungi tubuh dari kerusakan yang
disebabkan oleh radikal bebas yang diinduksi stres oksidatif. Berbagai antioksidan scavenging
radikal bebas ditemukan dalam sejumlah sumber makanan (Safaa et al., 2010). Aktifitas
antioksidan flavonoid tidak hanya melalui strukturnya, tetapi juga keberadaannya dalam
27
membran. Efek proteksi flavonoid penting untuk diaplikasikan pada penyakit-penyakit yang
diakibatkan oleh radikal bebas (Saija et al., 1995).
Flavonoid adalah sekelompok besar senyawa polifenol tanaman yang tersebar luas dalam
berbagai bahan makanan dan dalam berbagai konsentrasi. Beberapa polifenol asal tanaman
mempunyai kemampuan sebagai antioksidan yaitu melindungi sel dari kerusakan oksidatif
(Young et al., 2003) dengan cara menetralkan oksidan reaktif (Ahmed & Beigh, 2009). Berbagai
sayuran dan buah-buahan yang dapat dimakan mengandung sejumlah flavonoid. Konsentrasi
yang lebih tinggi berada pada daun dan kulit kupasannya dibanding dengan jaringan lebih dalam
(Winarsi, 2007). Flavonoid mempunyai kemampuan sebagai antioksidan (Beecher, 2003; Zang
& Hamauzu, 2003).
Tabel 5. Kandungan nutrien pakan perlakuan pada kambing PE laktasi ke 2.
Zat Makanan
Ransum Perlakuan
R0 R1 R2 R3
Bahan Kering (%)
Protein Kasar (%)
Lemak (%)
Serat Kasar (%)
Zn/(ppm)
Cu/(ppm)
Abu
Ca
P
BETN
ADF
NDF
Selulosa
Hemiselulosa
Lignin
87,93
10,58
2,94
21,96
10,38
1,35
10,46
0,61
0,5
41,99
29,64
61,89
19,82
-
6,63
88,12
11.40
3,23
23,73
11,87
1,56
11,17
0,69
0,53
55,42
31,89
68,08
21,77
3,93
7,22
88,12
11.40
3,23
23,73
36,87
11,56
11,17
0,69
0,53
55,42
31,89
68,08
21,77
3,93
7,22
88,18
11.67
3,33
24,31
37,36
11,63
11,41
0,72
0,54
59,89
32,64
70,14
22,41
5,24
7,42
Selain flavonoid, pakan suplemen juga mengandung antioksidan lain yaitu vitamin C dan
beta karoten. Sebagai antioksidan, vitamin C bekerja sebagai donor elektron dengan cara
memindahkan satu elektron ke senyawa logam Cu (Levine, et al., 1995; Padayatty et al., 2003)
yang dapat mencegah kerusakan sel dari oksidasi lemak (Evans, 2000). Berdasarkan kandungan
antioksidan, dapat dinyatakan pakan suplemen dalam ransum kambing PE sebagai sumber
antioksidan. .
28
2. Kandungan Kolesterol Darah Kambing PE
Hasil pengukuran kadar kolesterol total darah kambing PE menunjukkan bahwa perlakuan
berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap kolesterol total HDL, LDL dan trigiserida.
Perlakuan R2 dan R3 lebih tinggi dari R0 dan R1.Terdapat kecendrungan yang sinergis antara
tinggi atau turunnya kadar kolesterol total dengan kadar LDL dan trigliserida tetapi sebaliknya
kadar HDL rendah. Hal ini disebabkan karena sebanyak 65 % kolesterol (Muchtadi et al, 1993)
Hasil fitokimia menunjukan bahwa pakan suplemen mengandung bahan aktif baik
senyawa fenol maupun non fenol yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mencegah
peningkatan kadar kolesterol total dan LDL. Menurut Naidu & Thippeswamy (2002) senyawa
fenol dan non fenol selain berperan sebagai antioksidan juga berperan dalam mencegah
terjadinya oksidasi LDL. Ditambahkan Winarsi (2007) fenol mempunyai efek kardioprotektif
yaitu antioksidan yang sangat kuat. Senyawa fenol mampu mencegah oksidasi LDL 20 kali lebih
kuat dibanding vitamin E.
Tabel 6. Kolesterol darah kambing PE dengan pemberian pakan suplemen
Parameter Minggu Perlakuan Rata-rata
R0 R1 R2 R3
Kolesterol Total
0 4
8
138,72±7,35 140,84±1,87 141,78±4,39
134,79±2,76 133,31±0,56
132,55±0,96
139,44±6,88 136,76±2,60
136,74±0,31
124,27±5,56 120,54±1,57 121,18±9,13
134.81±7,53 133,11±8,93 132,01±7,67
Rata-rata 138,4±5,64 a 133,46±1,45a 137,65±3,98a 121,99±3,67b
HDL
0 4
8
43,66±1,96 43,10±2,79 42,89±2,49
39,19±0,27 41,75±3,15 41,06±1,98
39,26±0,96 44,39±4,21 44,21±4,18
36,69±0,89 38,01±0,44 39,14±2,71
40,92±1,31 43,08±1,32 44,82±2,84
Rata-rata 43,22±2,75 a 40,67±2,09a 42,62±3,23a 37,95±1,19b
LDL 0 4
8
60,78±1,31 61,01±1,35 60,26±7,18
86,93±7,16 80,16±6,19 80,33±7,65
91,67±1,86 86.79±4,35 82,40±2,59
89,67±5,75 81,85±2,25 78,76±1,83
81,26±1,41 83,21±4,09 80,18±1,61
Rata-rata 60,68±4,97a 82,47±6,45b 86,95±3,79 b 83,43±4,32 b
Trigliserida 0 4
8
131,71±2,81 132,48±10,05 133,99±10,06
129,92±9,01 127,22±8,96 128,42±10,29
123,96±1,84 128,91±2,43 126,93±3,81
109,52±2,74 119,75±12,11 120,14±13,01
123,77±10,06 127,09±5,36 120,14±5,69
Rata-rata 132,73±8,66a 128,52±9,29b 126,60±2,56b 116,47±11,98c Keterangan : superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukan berbeda nyata (P<0.05)
29
Hasil analsis keragaman pada penelitian ini memperlihatkan bahwa perlakuan
memberikan pengaruh yang nyata (P< 0,05) terhadap semua peubah. Penurunan kolesterol
total, LDL dan trigliserida yang lebih rendah dan peningkatan HDL terjadi pada perlakuan R3
masing-masing menjadi sebesar 121,18±9,13 mg/dL, 78,76±1,83 mg/dL, 120,14±13,01 dLdan
pada HDL (39,14±2,71 mg/dL) karena peran dari plavonoid yang dikandung pakan suplemen
dalam meredam radikal bebas dapat mencegah oksidasi dan menurunkan kolesterol. Kinsella et
al. (1993) melaporkan bahwa plavonoid yang terdapat dalam tanaman pangan dapat berfungsi
sebagai antioksidan. Hal ini berkaitan dengan kemampuannya untuk menangkal radikal bebas
dan radikal peroksi sehingga efektif dalam menghambat oksidasi terutama senyawa lipid dan
pada akhirnya dapat menurunkan kolesterol.
Dalam pakan suplemen dilakukan suplementasi mineral antioksidan berupa Zn dan Cu.
Menurut King (2000) Zn dapat disimpan dalam bentuk metallotioninyang merupakan pemakan
radikal bebas. Metallotionin merupakan protein intraseluler yang memiliki ikatan kuat. Engle
dan Spears (2000) melaporkan bahwa pemberian 10 - 20 mg Cu / kg DM dengan tingginya
konsentrat dalam pakan yang mengandung 4,9 mg Cu / kg DM dapat menurun kolesterol
serum dan lemak sapi Angus. Solaiman et al. (2006) menambahkan bahwa suplementasi Cu
100 mg/hari merobah profil lipid serum, penurunan lemak karkas anak kambing yang diberi
pakan tinggi konsentrat. Penurunan lemak pada karkas memiliki manfaat kesehatan bagi
manusia. Engel et al (2001) memberi alasan bahwa Cu merangsang sintesis kolesterol pada hati.
Metabolisme kolesterol dipengaruhi juga oleh genetik dan jenis kelamin. Kolesterol plasma juga
dipengaruhi oleh interaksi yang kompleks dari metabolisme dalam tubuh seperti penyerapan oleh
usus, sintesis serta metabolisme pada pada hati, pembuluh darah dan perifer.
1. Kualitas Susu Kambing PE
Pada Tabel 7 terlihat bahwa kandungan antioksidan susu tidak dipengaruhi (P>0.05) oleh
perlakuan pakan suplemen, tetapi perlakuan memberian pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap
kadar kolesterol susu Kisaran antioksidan susu pada penelitian ini adalah 30.968 – 33.893
mg/100 ml, kisaran kolesterol 3.519 – 4.178 mg%. Terlihat bahwa antioksidan susu tertinggi dan
kandungan kolesterol susu terendah pada perlakuan R3 yaitu pemberian pakan suplemen yang
mengandung antioksidan sebesar 0,08 %. Disimpulkan bahwa disamping kandungan zat aktif
30
yang terdapat dalam pakan suplemen berupa flavonoid dan polifenol, juga mineral antioksidan
yang ada dalam pakan suplemen memilki peranan dalam menurunkan secara nyata kolesterol
susu dibanding perlakuan lain. Hasil penelitian Engle et al (2001) suplementasi 10 – 40 Cu
mg/kg BK menghasilkan kadar lemak dan protein yang tidak berbeda dengan kontrol.
Tabel 7. Pengaruh pakan suplemen yang mengandung antioksidan terhadap antioksidan
(mg/100 ml), kolesterol (mg %), protein (%), lemak (%) and laktosa (%) susu.
Perlakuan
Peubah SE
R0 R1 R2 R3
Antioksidan 30.968 31.263 33.670 33.893 1.89
Kolesterol 4.209a 4.178
a 3.664
b 3.519
b 0.30
Protein 3.427a 3.433
a 3.772
a 3.783 0.24
Lemak 6.292 6.422 6.457 6.725 0.31
Laktosa 4.584a 4.796
a 5.229 5.616
b 0.41
Keterangan : Nilai dengan superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukan berbeda sangat nyata
(P<0,01).
Kualitas susu sangat menentukan nilai jual susu terutama kadar lemak. Dilihat dari hasil
penelitian, pada perlakuan R3 lebih tinggi dibanding penelitian yang dilakukan Eddleman (2007)
dan Mateljan (2008) terhadap kadar protein susu (4.23% vs 3,40% dan 3.56%) dan laktosa susu
(5.616% vs 4.70% dan 4.45%) dan kadar lemak susu (6.725 vs 4.10% dan 4.14%). Faktor yang
menjadi penyebab perebedaan ini adalah faktor genetik dan pakan. Menurut Haenlein (2002),
pengaruh genetik terhadap komposisi gizi susu memiliki nilai heritability 50 %. Dengan kata
lain 50 % tinggi rendahnya komposisi gizi susu ditentukan oleh faktor makanan dan tatalaksana.
Apabila makanan dan tatalaksana yang diberikan pada kambing perah baik maka komposisi zat
gizi susu akan lebih baik. Bruhn (2006) menambahkan bahwa jenis pakan mempengaruhi
komposisi gizi susu yang dihasilkan ternak serta kualitas pakan akan mempengaruhi
metabolisme dalam tubuh ternak sehingga akan mempengaruhi ketersediaan energi dan zat gizi
untuk sintesis komponen susu.
Hasil analisis menunjukan bahwa pemberian pakan suplemen yang mengandung
antioksidan nyata mempengaruhi (P<0,05) protein dan laktosa susu tetapi tidak nyata (P>0.05)
mempengaruhi kadar lemak susu. Kadar protein dan kadar laktosa susu tertinggi terdapat pada
perlakuan R3 yaitu pemberian pakan suplemen yang mengandung antioksidan 0,08 % yang
31
disuplementasi mineral antioksidan Cu dan Zn didaptkan kisaran kandungan protein susu 3.427
– 4.253 % dan kandungan kadar laktosa susu 4.584 – 5.616 %. Pada Tabel 2 terlihat kadar
lemak susu cenderung paling tinggi pada perlakuan R3. Hal ini menunjukan bahwa zat aktif yang
terdapat pada pakan suplemen berupa plavonoid dan polifenol dapat melindungi asam lemak dari
oksidasi (Zielinska et al., 2001), karena senyawa ini mempunyai kemampuan menurunkan
pembentukan radikal bebas dan menangkap radikal bebas yang dapat menyebabkan
terdegradasinya asam lemak. Dengan terlindunginya asam lemak dari oksidasi (Pazos et al.,
2005; Juntachote et al., 2007) menyebabkan tingginya kadar lemak pada perlakuan R3.
32
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pemberian pakan suplemen yang
mengandung antioksidan pada kambing perah PE dapat menurunkan (P<0.05) kandungan
kolesterol, HDL dan trigliserida plasma darah, kolesterol susu (3.519 – 4.209 mg%) dan
meningkatkan (P<0.05) laktosa susu (5,275 – 5,594 %). namun tidak memberikan (P>0.05)
terhadap protein (3,427 – 3,725 %), lemak (6,292 - 6,7250 %),dan antioksidan susu (35,580 -
37,733 mg/100 ml). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian pakan suplemen yang
mengandung antioksidan sebanyak 0,08 % memberikan respon fisiologis dan kualitas susu yang
terbaik.
Saran
Untuk lebih meningkatkan kandungan antioksidan dalam pakan suplemen disarankan
pemberiannya ditambahkan tanaman herbal yang mengandung antioksidan yang tinggi.
33
DAFTAR PUSTAKA
.
Adiati,U., I.K. Sutama, D. Yulistiani, I.G.M. Budiarsono. 2001. Pemberian Kosentrat dengan
level protein yang berbeda pada induk kambing PE selama bunting tua dan laktasi.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor.
Afandi, I. 2007. Susu Kambing Etawah. Jakarta, FF. Farm
Ahmed S. & S.H. Beigh. 2009. Ascorbic acid, carotenoid, total phenolic and antioxidant activity
of various genotypes of Brassica Oleracea encephala. J. Med. Biol. Sci. 3:1-8.
Astuti, D.A., D. Sastradipradja, T. Sutardi. 2000. Nutrient balance and glukose metabolism of
female growing, late pregnant and lactating Etawah cross breed goats. Asian-Aust J.
Anim Sci. 13: 1068 – 1075.
Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Indonesia, Jakarta, BPS
Balai Penelitian Ternak. 2004. Kambing Peranakan Etawah, Kambing Perah Indonesia, Bogor :
Puslitbang Deptan.
Beecher, G. R. 2003. Overview of dietary flavonoids: Nomenclature, occurrence and intake. J.
Nutr. 133: 3248S-3254S.
Belleville-Nabet, F. 1996. Zat Gizi Antioksidan Penangkal Senyawa Radikal Pangan dalam
Sistem Biologis dalam Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan: reaksi
Biomolekuler, Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan. CFNS-IPB dan Kedutaan
Besar Perancis-Jakarta.
Bo Gohl. 1981. Tropical Feeds. International Foundation for Science Stocholm Sweden. Food
and Agriculture Organization of The United Nation, Rome. 95 – 96 pp. 288-289.
Bremel, R.D. 2008. Biology of Lactation. London. W.H. Freeman and Co.
http://www.classes.ansci.uiuc.edu/ansc438/Milkcompsynth
Bruhn, J.C. 2006. Dairy Goat Milk Composition. Colorado: Agriculture Research Service,
Departement of Agricultural. http://www.goatworld.com.
Chevalier, F., J. M. Chobert, C. Genot, and T. Haertle. 2001. Scavenging of free radicals
antimicrobial, and cytotoxic activities of the Maillard reaction products of β-
lactoglobulin glycated with several sugars. J. Agric. Food Chem. 49:5031–5038.
Cousin, R.J. 1996. Zinc. Di dalam Ziegler EE, Filer LJ Editor. Present Knowledge in Nutrition,
Washington DC: ILSI Press.
34
DeLaval. 2008. Milking Technology di dalam DeLaval Editor. The Lactating Dairy Cow. USA.
DeLaval Publishing.
Devendra C, Burns, M. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Harya Purta IDK,
penerjemah, Bandung ITB. Tejemahan dari Goat Production in the Tropics.
Eddleman, H. 2007. Composition of Human, Cow and Goat Milks. St Palmyra Indiana: Indiana
Biolab. http://www.disknet.com/indiana_biolab/b120a.htm
Elias, R. J., D. J. McClements, and E. A. Decker. 2005. Antioxidant activity of cysteine,
tryptophan, and methionine residues in continuousphase β-lactoglobulin in oil-in-water
emulsions. J. Agric. Food Chem. 53:10248–10253
Engle, T. E., V. Fellner, and J. W. Spears. 2001. Copper status, serum cholesterol, and milk fatty
acid profile in Holstein cows fed varying concentrations of copper. J. Dairy Sci.
84:2308–2313.
Evans, W.J. 2000. Vitamin E, vitamin C and exercise. Am. J. Clin. Nutr. 72: 647S-652S
Ginting, S.P. 2004. Tantangan dan peluang pemanfaatan pakan lokal untuk pengembangan
peternakan kambing di Indonesia. Loka Penelitian Kambing Potong. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan.
-----------------, R. Krisnan dan A. Tarigan. 2005. The Substitution of Forages with Pineapple
Wastes in Complete Feed for Goats. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner.
Haenlein GFW. 2002. Composition of Goat Milk and Factors Affecting It. Di dalam Haenlein
GFW Editor. Feeding Goats for Improved Milk and Meat Production. USA.
Departement of Animal and food Science University of Delaware .
Haenlein GFW. 2004. Goat Milk in Human Nutrition. Didalam Haenlein GFW Editor. Feeding
Goats for Improved Milk and Meat Production. USA. Departement of Animal and food
Science University of Delaware.
Haenlein GFW. 2008. Factor Influencing Production Improvement. Didalam Haenlein GFW
Editor. Feeding Goats for Improved Milk and Meat Production. USA. Departement of
Animal and food Science University of Delaware.
Hatmono,H., I. Hastoro. 1997. Urea Molases Blok. Pakan Suplemen Ternak Ruminansia. , PT.
Trubus Agriwdya, Ungaran.
Hernandez-Ledesma, B., A. Da´ valos, B. Bartolome´, and L. Amigo. 2005. Preparation of
antioxidant enzymatic hydrolysates from α-lactalbumin and β-lactoglobulin.
Identification of active peptides by HPLC-MS/MS. J. Agric. Food Chem. 53:588–593.
35
Howard, L.R., N. Pandjaitan, T. Morelock dan M.I. Gil. 2002. Antioxidant capacity and phenolic
content of spinach as affected by genetics and growing season. J. Agric. Food Chem.
50: 5891 - 5896.
Huda-Faujan, N., A. Noriham, A. S. Norrakiah & A. S. Babji. 2007. Antioxidative activities of
plants methanolic extracts of Malaysian herbs. ASEAN Food J. 14: 61-68.
Juntachote, T., E. Berghofer, S. Siebenhandl & F. Bauer. 2007. Antioxidative effects of added
dried holy basil and its ethanolic extracts on susceptibility grounds pork to lipid
oxidation. Food Chem. 100:129-135.
Kartadisastra, H.R. 1997. Tatalaksana dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius,
Jogjakarta.
King, J.C. 2000. Determinants of maternal zinc status during pregnancy. American Jurnal of
Clinical Nutrition. 71:1334 – 1343.
Kinsella, J.E., E. Frankel, B. German dan J. Kanner. 1993. Possible mechanism for the protective
role of antioxidant in wine and fruits juice. J. Agric. Food Tecnol. 4: 85-89.
Kurniawan, F. 2008. Sari buah nenas kaya manfaat. Sinar Tani Edisi 13 – 19 Agustus 2008.
Larson, BL. 1985. Biosynthesis and Cellular Secretion of Milk. Di dalam : Larson BL. Editor.
Lactation. Iowa: Iowa State Press.
Levine, M, K.R. Dhariwal, R.W. Welch, Y. Wang dan J.B. Park. 1995. Determination of
Optimal Vitamin C Requirements in Human. Dalam The American Journal of Clinical
Nutrition. 62 (Suppl): 1347 S-1356S.
Linder, M.C. 1992. Nutrisi dan Metabolisme Vitamin Dalam Biokimia Nutrisi dan
Metabolisme, hlm : 119-344 (M.C. LINDER, diterjemahkan oleh A. Parakkasi & A.Y.
Amwila). Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Liu,H. C., W. L. Chen, and S. J. T. Mao. 2007. Antioxidant Nature of Bovine Milk β
Lactoglobulin. J. Dairy Sci. 90:547–555
Manalu, W., D.A. Astuti, B. Kiranadi. 2002. Setelah pertumbuhan kelenjar Susu dan Perbaikan
Nutrisi, apakah ada Harapan Pada Regenerasi Sel Epitel dan Peningkatan Transport Zat-
zat makanan Pada membran Sel Epitel Klenjar Susu untuk meningkatkan Sintesis Susu ?.
Makanah Seminar, Fakultas kedokteran hewan, Institut Pertanian, Bogor. Hal; 5 – 28.
Mateljan G. 2008. Milk Goat. USA: The GM Foundation. http://www.dairygoat.com
36
Moeljanto, R.D. dan B.T.W. Wiryanta. 2002. Khasiat Dan Manfaat Susu Kambing, Susu Terbaik
Dari Hewan Ruminansia. Agro Media Pustaka. Tanggerang.
Muchtadi D. N.S. Palupi dan M. Astawan. 1993. Metabolisme Gizi: Sumber, Fungsi dan
Kebutuhan bagi Manusia. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Muhtarudin dan Liman. 2006. Penentuan tingkat penggunaan mineral organik untuk
memperbaiki bioproses rumen pada kambing secara in-vitro. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian
Indonesia. Vol. 8 No2. Hal 132 - 140
Muhtarudin. 2003. Pembuatan dan penggunaan Zn-Proteinat dalaam ransum untuk
meningkatkan nilai hayati dedak gandum dan optimalisasi bioproses dalam pencernaan
ternak kambing. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Vol. III (5): 385—393.
Naidu K.A. dan N.B. Thippeswamy. 2002. Inhibition of human low density lipoprotein oxidation
by active principles from spice. Mol Cell Biochem. 229: 19 – 23.
National Research Council. 1981. Nutrient Requirement of Goat. National Academy Science.
Washington, D.C.
Oguang, B.H., dan S.K. Karua. 1996. The effect of supplement of crop residues and agro-
industrial byproducts on the growth performances of Swazi goats. In: S.H.B. Lebbie and
E. Kagiuni (Eds.) Small Ruminant Research and Developmentr in Africa. Proc. 3th
Biennial Conference of the African Small Ruminant Research Network. ILRI, Nairobi.
Kenya.
Padayatty, S. J., A. katz, Y. Wang, P. Eck, O. Kwon, J-H. Lee, S. Chen, C. Corpe, A. Dutta, S.
K. Dutta & M. Levine. 2003. Vitamin C as an antioxidant: Evaluation of its role in
disease prevention. J. Am. Coll. Nutr. 22: 18-35.
Panovskai, T. K., S. Kulevanova & M. Stefova. 2005. In vitro antioxidant activity of some
Taucrium species Lamiaceae. Acta Pharm. 55:207-214.
Pazos M., J. M. Gallardo, J.L. Torres & I. Medina. 2005. Activity of grafe polyphenols as
inhibitor of the oxidation of fish lipids and frozen fish muscle. Food Chem. 92:547-557.
Rukmana, H.R. 2005. Silase dan Permen Ternak Ruminansia. Penerbit Kanisius, Jogjakarta.
Safaa Y. Qusti, Ahmed N. Abo-khatwa and Mona A. Bin Lahwa. 2010. Screening of antioxidant
Activity and Phenolic Content of Selected Food Items Cited in the Holly Quran.
Department of Biochemistry- King Abdulaziz University- Jeddah, SA.
Saija, A., M. Scalese, M. Lanza, D. Marzullo, F. Bonina dan F. Castelli, 1995. Falavonoids as
Antioxidant Agents: Importance of Their Interaction with Biomembranes dalam Free
Radical Biology and Medicine. 19 (4): 481-486.
37
SAS. 1988. SAS/STAT User’s Guide (Release 6.03 Ed.) SAS Institute Incorporation Cary. North
Carolina.
Scalbert A. & G. Williamson. 2000. Dietary intake and bioavaibility of polyphenols. J. Nutr.
130: 2073S-2085S.
Senik, G. and A.Z. Idrus. 1978. Chemical treatmen of pineapple baran for improving digestibility
and utilization. In: Devendra, C and R.I. Hutagalung (Eds). Feedstuff for Livestock in
South East Asia. Malay. Soc. Anim. Prod. Pp 200-207.
Setiawan, T. Dan A.Tanius. 2002. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa Penebar
Swadaya, Jakarta.
Sianipar, J., R. Krisnan, K. Simanjutak dan L.P. Batubara. 2006. Evalusi Tiga Jenis Limbah
Pertania Sebagai Pakan Kambing Potong. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner 2006
Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2002. Kambing Peranakan Etawah Penghasil Susu Berkhasiat Obat.
Agro Media Pustaka, Tanggerang.
Solaiman, S.G., C. E. Shoemaker, W. R. Jones and C. R. Kerth
.
2006. The effects of high
levels of supplemental copper on the serum lipid profile, carcass traits, and carcass
composition of goat kids. J. Anim. Sci. 84:171-177
Sudono A., R.F. Rosdiana, B.S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Jakarta:
Agromedia, Jakarta.
Sukarini, I.D.M. 2000. Peningkatan kinerja laktasi sapi Bali beranak pertama melalui perbaikan
mutu pakan. Disertasi. Program Pasca Sarjana IPB, Bogor.
Supriyati, D, Yulistiani, Wina dan B. Haryanto. 1999. Suplementasi mineral mikro dalam upaya
peningkatan produktifitas domba. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Hal : 11 – 30.
Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Bogor. Departemen Ilmu Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Tahir, I., S. Sumarsih, dan S. D. Astuti. 2008. Kajian Penggunaan Limbah Buah Nenas Lokal
(Ananas comosus, L) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Nata. Seminar Nasional Kimia
XVIII, Jurusan Kimia FMIPA UGM, Yogyakarta
Vinson, J. A., Zubik, L., Bose, P., Samman, N. and Proch, J.,2005. Dried fruits: excellent in vitro
and in vivo antioxidants. Journal of the American College of Nutrition, 24(1): 44-50.
Walstra P. 1999. Dairy Technology, New York: Marcel Dekker Inc.
38
Wijana, S., Kumalaningsih, A. Setyowati, U. Efendi dan N. Hidayat. 1991. Optimalisasi
Penambahan Tepung Kulit Nanas dan Proses Fermentasi pada Pakan Ternak terhadap
Peningkatan Kualitas Nutrisi. ARMP (Deptan). Universitas Brawijaya. Malang.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Potensi dan aplikasinya dalam
kesehatan. Penerbit Kanisius.
Young, K. H., O-H. Kim & M-K Sung. 2003. Effects of phenol-depleted and phenol-rich diets
on blood markers of oxidative stress and urinary exretion of quercetin and kaempferol
in healthy volunteers. J. Am Coll. Nutr. 22:217-223.
Zhang, D & Y. Hamauzu. 2003. Phenolic compounds, ascorbic acid, carotenoids and antioxidant
properties of green, red and yellow bell peppers. J. Food Agric. Environ. 1:22-27.
Zielinska, M., A. Kostrzewa, E. Ignatowicz & J. Budzianowski. 2001. The flavonoid, quercetin
and isorhamneti, 3-0-acylglucosides diminish neutrophil oxidative metabolism and
lipid peroxidation. Acta Biochim. Pol. 48:183-189.
39
Gambar 1. Penimbangan mineral antioksidan Gambar 2. Ternak kambing PE perlakuan
Gambar 3. Pengadukan pakan suplemen Gambar 4. Pemberian konsentrat pada kambing
Gambar 5. Kambing sedang mengkonsumsi konsentrat yang mengandung pakan suplemen
40
Gambar 6. Pengambilan darah kambing Gambar 7. Pemerehan susu kambing
Gambar 8. Pengurutan ambing sebelum diperah Gambar 9. Pengambilan sampel susu untuk analisa