LAPORAN PENELITIAN GRANT
Transcript of LAPORAN PENELITIAN GRANT
![Page 1: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/1.jpg)
1
LAPORAN PENELITIAN GRANT
Pengaruh Komposisi Pembuatan Dodol Mangrove (Sonneratia sp) Terhadap
Uji Organoleptik Di Daerah Pesisir Desa Klatakan
Kabupaten Situbondo
LIA FITRIA, S.ST., M.Keb
NIDN : 0731058602
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS IBRAHIMY
SUKOREJO - SITUBONDO
2020
Kode / Nama Rumpun Ilmu : 372 / Kebidanan
Kebidanan
![Page 2: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/2.jpg)
2
![Page 3: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/3.jpg)
3
![Page 4: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/4.jpg)
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………… 3
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3
1.6 Target Luaran ............................................................................................. 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
2.1 Konsep Dasar Mangrove ........................................................................... 4
2.2 Konsep Dasar Uji Organoleptik ................................................................ 12
BAB 3. KERANGKA OPERASIONAL ....................................................... 15
BAB 4. METODE PENELITIAN …………………………………………. 17
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ………………………………………….. 17
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ………………………………………….. 17
4.3 Kriteria Inklusi …………………………………………………………… 17
4.4 Kriteria Eksklusi …………………………………………………………. 17
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………………….. 17
4.6 Variabel Penelitian ……………………………………………………….. 18
4.7 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ………………………………….. 19
4.8 Pengolahan dan Analisis Data ……………………………………………. 19
BAB 5. ANALISIS HASIL PENELITIAN .................................................... 20
BAB 6. PEMBAHASAN …………………………………………………….. 25
BAB 7. PENUTUP …………………………………………………………… 27
7.1 SIMPULAN ………………………………………………………………. 27
7.2 SARAN …………………………………………………………………… 27
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 28
LAMPIRAN – LAMPIRAN
![Page 5: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/5.jpg)
5
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Responden
Lampiran 2 Kuesioner Uji Organoleptik
Lampiran 3 Laporan Keuangan
Lampiran 4 Biodata Pengusul
Lampiran 5 Surat pernyataan ketua peneliti
![Page 6: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/6.jpg)
6
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki kekayaan
dan keanekaragaman sumberdaya alamnya seperti adanya hutan mangrove seluas
8.6 juta hektar (Mulyatun, 2018). Di daerah pesisir pantai Indonesia banyak
tumbuh tanaman bakau atau mangrove. Hutan mangrove tumbuh subur dan luas di
daerah aliran sungai yang besar dengan muara yang lebar. Mangrove merupakan
salah satu ekosistem pesisir yang mempunyai peranan penting di estuari.
Ekosistem mangrove memiliki tingkat produktivitas paling tinggi dibandingkan
dengan ekosistem lainnya. Secara ekologis mangrove memiliki banyak fungsi
sebagai penghasil sejumlah detritus, perangkap sedimen, pelindung pantai dari
hempasan gelombang air laut serta penyerap logam berat dan pestisidan yang
mencemari laut (Farhaeni, 2016).
Potensi mangrove di Indonesia bila dibandingkan dengan potensi mangrove
di Negara-negara Asia terlihat memiliki potensi terbesar di Asia. Ekosistem
mangrove tidak hanya memiliki manfaat ekologi bagi daratan dan lautan, antara
lain, sebagai penahan abrasi, namun dikenal juga mempunyai manfaat ekonomi
bagi masyarakat di kawasan pesisir.
Pemanfaatan mangrove sebagai bahan makanan, minuman, kosmetik, obat
dan sabun sebenarnya telah berkembang sejak dulu dan merupakan salah satu
kearifan tradisional masyarakat sekitar ekosistem mangrove. Namun dalam
perkembangannya, pemanfaatan mangrove tersebut sudah banyak dilupakan dan
hanya beberapa daerah saja yang masih melakukannya.
Santoso dkk., (2005) menyatakan bahwa Sonneratia alba salah satu jenis
mangrove tidak beracun, tidak memerlukan penanganan khusus dan langsung
dapat dimakan. Buah muda berasa asam dapat dimakan langsung dan dapat dibuat
sirup atau jus. Buah yang sudah tua merupakan bahan baku untuk pembuatan kue
seperti dodol dan waji. Purnomobasuki, (2004) menyatakan bahwa secara
tradisional di beberapa daerah di Indonesia seperti Jawa, Sulawesi dan Maluku,
![Page 7: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/7.jpg)
7
tumbuhan mangrove sudah digunakan sebagai obat, minuman dan sebagai bahan
baku untuk berbagai macam kue. Namun hal ini belum dapat dikembangkan
karena belum banyak pengetahuan tentang potensi dan manfaat tumbuhan
mangrove sebagai sumber pangan fungsional dan sebagai bahan pangan. Menurut
Noor dkk., (2006), hutan mangrove adalah tumbuhan yang hidup di sepanjang
areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai daerah mendekati
ketinggian ratarata air laut yang tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis. Hutan
mangrove merupakan komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah tropis dan
didominasi oleh tumbuhan yang mempunyai akar napas (pneumatofora) dan
mempunyai kemampuan untuk tumbuh di daerah perairan asin atau zona terluar
(Indriyanto, 2006). Secara umum mangrove yang hidup di daerah terluar
didominasi oleh Sonneratia alba, Avicennia alba dan Avicennia marina yang
menjadi bagian dari komunitas hutan mangrove (Halidah dan Harwiyaddin,
2013).
Buah bogem merupakan buah tanaman mangrove Sonneratia. Buah ini tidak
beracun dan dapat langsung dimakan. Selain itu menurut penelitian Hossain et. al.
2012, Biji buah Sonneratia apetala mengandung polifenol tinggi (300 ± 8.2 mg
GAE / g ekstrak), flavonoid (30,6 ± 0,7 CE / g ekstrak), anthocyanins (2.3 ±
0,03 µmol / g ekstrak) dan vitamin C (4,0 ± 0,08 mg / g ekstrak). Nilai IC50 untuk
DPPH dan NO scavenging radikal bebas adalah 4,3 dan 49,4 mg / mL, untuk
ekstrak biji dan ekstrak pericarp masing - masing adalah 59,8 dan 751,6 mg / mL.
Ekstraknya juga menunjukkan daya reduksi yang sangat tinggi (OD 1,14 pada 50
mg / mL ekstrak) dan kapasitas antioksidan total (280,8 GAME atau 310,24 AAE
/ g ekstrak). Menurut penelitian, dalam streptozotocin (STZ) tikus yang diinduksi
diabetes tipe 2, kelompok perlakuan ekstrak biji menunjukkan penurunan
serum glukosa dari 13,75 ± 2,21 mmol / L (setelah 30 menit) menjadi 10,3 ± 1,75
mmol / L (pada 135 menit) dan pada kelompok perlakuan pericarp dari 14,36 ±
2,16 - 11,32 ± 1,74 mmol / L.
Uji Kerentanan menunjukkan bahwa ekstrak buah dapat menghambat
pertumbuhan bakteri patogen baik gram positif maupun gram negatif. Oleh karena
itu, buah Sonneratia apetala, terutama bijinya secara fungsional kaya dengan
![Page 8: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/8.jpg)
8
fenolat, flavonoid, antioksidan, senyawa antidiabetes dan antibakteri. Berdasarkan
fungsi dan kandungannya yang baik, buah bogem ini dapat kita konsumsi dan kita
buat olahan yang salah satunya adalah diolah menjadi dodol. Dodol adalah
makanan semi basah bertekstur kenyal dengan kadar gula, pati dan minyak yang
tinggi sehingga dapat disimpan dalam waktu yang agak lama (sekitar 1-3 bulan).
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk mengetahui Pengaruh
Komposisi Pembuatan Dodol Mangrove (Sonneratia spp) Terhadap Uji
Organoleptik Di Daerah Pesisir Desa Klatakan Kabupaten Situbondo ?
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah apakah ada Pengaruh Komposisi Pembuatan Dodol Mangrove
(Sonneratia spp) Terhadap Uji Organoleptik Di Daerah Pesisir Desa Klatakan
Kabupaten Situbondo ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Komposisi Pembuatan Dodol Mangrove
(Sonneratia spp) Terhadap Uji Organoleptik Di Daerah Pesisir Desa
Klatakan Kabupaten Situbondo
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui jenis – jenis buah mangrove yang ada di daerah pesisir desa
klatakan Situbondo.
2. Mengetahui pengaruh komposisi pembuatan dodol mangrove (Sonneratia
spp) terhadap uji organoleptik di daerah pesisir desa klatakan kabupaten
Situbondo
1.4 Manfaat Penelitian.
1.4.1 Aspek Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan secara ilmiah tentang
pengaruh komposisi pembuatan dodol mangrove (Sonneratia spp) terhadap uji
organoleptik
![Page 9: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/9.jpg)
9
1.4.2 Aspek Praktis
Kegunaan praktis penelitian ini adalah penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi produk olahan mangrove dapat meningkatkan keterampilan dan
penguasaan teknologi dalam upaya peningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.
1.5 Target Luaran
Target luaran dalam penelitian ini yaitu hasil penelitian dapat dipublikasikan
ke dalam jurnal oksitosin dan produk olahan mangrove. Selain itu, akan
didesiminasikan informasi hasil penelitian ini ke masyarakat daerah pesisir
Klatakan – Situbondo.
![Page 10: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/10.jpg)
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Mangrove
Kata mangrove merupakan kombinasi anatara kata Mangue (bahasa portugis)
yang berarti tumbuhan dan kata Grove (bahasa Inggris) yang berarti belukar atau
hutan kecil. Ada yang menyatakan mangrove dengan kata Mangal yang
menunjukan komunitas suatu tumbuhan. Atau mangrove yang berasal dari kata
Mangro, yaitu nama umum untuk Rhizophora mangle di Suriname. Di Prancis
padanan yang digunakan untuk mangrove adalah kata Manglier (Phurnomobasuki
dalam Ghufran :2012).
Untuk lebih jelas mengenai devinisi hutan mangrove dapat kita lihat pendapat
menurut para ahli sebagai berikut: Mangrove menurut Ghuffran (2012), hutan
mangrove sering disebut sebagai hutan bakau atau hutan payau (mangrove forest
atau mangrove swamp forest) sebuah ekosistem yang terus-menerus mengalami
tekanan pembangunan. Mangrove menurut arief dalam Ghufran (2012), hutan
mangrove dikenal dengan istilah vloedbosh, kemudian dikenal dengan istilah
“payau” karena sifat habitatnya yang payau, yaitu daerah dengan kadar garam
antara 0,5 ppt dan 30 ppt. Disebut juga ekosistem hutan pasang surut karena
terdapat di daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Berdasarkan jenis
pohonnya, yaitu bakau, maka kawasan mangrove juga disebut hutan bakau.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang definisi mangrove, maka yang dimaksud
dengan mangrove dalam penelitian ini adalah kelompok tumbuhan berkayu yang
tumbuh di sekeliling garis pantai dan memiliki adaptasi yang tinggi terhadap
salinitas payau dan harus hidup pada kondisi lingkungan yang demikian.
Penggunaan istilah hutan mangrove diganti dengan hutan bakau, mengingat
persepsi dan pengetahuan hutan mangrove oleh masyarakat Desa Pematang Pasir
adalah “Hutan Bakau”. Alternatif ini dilakukan dengan pertimbangan agar
penelitian ini tidak mengalami bias pembahasan.
Mangrove merupakan tanaman yang khas karena tumbuh di daerah pantai
ataupun pesisir dan memiliki banyak manfaat. Tanaman mangrove terdiri atas
akar yang berfungsi sebagai penahan abrasi dan penangkap sedimen. Beberapa
![Page 11: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/11.jpg)
11
model atau tipe akar mangrove mendukung fungsi ekosistem ini sebagai daerah
asuhan, mencari makan dan daerah pemijahan. Batang/pohon mangrove
dimanfaatkan sebagai kayu bakar dan obat-obatan. Sedangkan buah maupun
propagul mangrove dapat diolah menjadi beragam makanan. Pada musim panen
buah mangrove sangat berlimpah dan dianggap sebagai “sampah” lingkungan
sehingga pengolahan buah mangrove menjadi produk makanan, selain dapat
mengurangi beban degradasi lingkungan, juga akan semakin mempertajam fungsi
dan kegunaan mangrove baik secara ekologis maupun ekonomi. Seiring dengan
semangat diversifikasi bahan makanan non beras, mangrove dikembangkan
menjadi tepung yang diolah menjadi bahan baku beberapa makanan seperti
krupuk, bolu, brownies, stick, dodol, selai dan makanan tradisional (cendol,
klepon, dawet).
Pengembangan dan diversifikasi olahan mangrove tersebut belum banyak
diketahui oleh publik, sehingga diperlukan sosialisasi salah satunya sosialisasi
kandungan gizi yang terdapat pada olahan mangrove. Saat ini, konsumen mulai
cerdas ketika memilih makanan yang akan dibeli, salah satunya dengan
memperhatikan nilai gizi yang terkandung pada produk baik yang berupa
makanan maupun minuman. Pencantuman kandungan gizi pada produk olahan
mangrove dapat memberikan informasi bahwa selain nikmat untuk dikonsumsi
mangrove baik untuk kesehatan karena mengandung gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh. Kegiatan pengolahan hasil mangrove mulai dirintis sejak tahun 2007,
dengan tujuan untuk memberikan variasi pemanfaatan mangrove sekaligus dapat
memberikan manfaat positif bagi peningkatan pendapatan anggota kelompok tani
“mina karya mandiri”. Hasil hutan bukan kayu (HHBK) mangrove perlu
dikembangkan diantaranya buah, bunga dan daun karena bagian mangrove
tersebut dapat dimanfaatkan untuk industri pangan (Bolu, Sirup Pidada, Puding,
Selai dan lebah Madu) ; industri farmasi (obat penyakit kulit dan obat vitalitas);
industri kerajinan dan carbon trade (batik seru mangrove, pewarna alami); jasa
lingkungan (ekowisata, fishing ground, nursery ground, peredam ombak); serta
silvofishery (BPHM, 2007).
![Page 12: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/12.jpg)
12
Salah satu spesies mangrove yang sering dimanfaatkan untuk bahan makanan
adalah buah mangrove jenis lindur (Bruquiera gymnorrhiza). Buah ini biasa
disebut dengan buah Lindur (dalam bahasa Jawa). Ciri-cirinya adalah daunnya
berwarna hijau pada lapisan atas dan hijau kekuningan pada bagian bawahnya.
Dengan bercak-bercak hitam, letak berlawanan, bentuk daun ellip ujung
meruncing. Buah melingkar spiral memanjang dengan panjang antara 13 – 30 cm.
Jenis tanaman api-api yang telah diketahui dimanfaatkan sebagai sumber bahan
makanan adalah Avicennia marina, Avicennia officinalis. Jenis tanaman ini
tersebar di sebagian besar pantai di Indonesia. Termasuk jenis pionir (pada zonasi
terdepan), cepat dan mudah tumbuh, serta permudaan alaminya sangat cepat,
bahkan diperkirakan tanaman berumur 2 tahun telah mulai menghasilkan buah.
Penggunaan buah tanaman yang telah masak perlu ada perlakuan, yaitu :
pengupasan kulit atau pembuangan kulit, dicampur dengan abu dapur dan dibilas
air bersih, lalu direndam 2 x 24 jam (untuk menghilangkan racun), ditiriskan dan
dapat dipergunakan sebagai bahan baku makanan. Jenis Sonneratia caseolaris,
Sonneratia alba Tanaman ini banyak dijumpai di pantai utara Pulau Jawa, Cilacap
sampai Jawa Timur, juga di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, NTB dan NTT,
Irian Jaya. Termasuk jenis pionir (zona bagian depan). Daun tanaman ini sering
dimanfaatkan masyarakat sebagai pakan ternak.Sifat buah tidak beracun dan
langsung dapat dimakan. Buah yang telah masak berasa asam, namun binatang
liar menyukai buahtanaman ini. Buah yang telah tua merupakan bahan baku
makanan dan tidak memerlukan perlakukan atau landung dapat dimasak menjadi
aneka makanan atau minuman.
Jenis – jenis mangrove :
A. Api-api (Avicennia sp)
Pohon perdu tinggi capai 12 m. akar napas seperti pensil. Susunan daun
tunggal elips bersilangan, ujung daun runcing hingga membundar, panjang daun
5-1 cm, memiliki kelenjar garam, permukaan bawah daun berwarna putih hingga
kelabu. Kulit kayu halus, kelabu, hijau loreng (mengelupas pada bercak) seperti
pada gambar 1
![Page 13: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/13.jpg)
13
Umumnya berbunga pada bulan Juli-Pebruari. Rangkaian bunga 8-14, berduri
rapat, panjang 1-2cm, di ujung atau di ketiak daun pada pucuk. Bermahkota 4,
kuning hingga oranye, 5 helai kelopak, 4 benang sari 0,4-0,5 cm. Buahnya
memiliki panjang 1,5 – 2,5 cm dan lebar 1,5 – 2 cm, berwarna hijau, bagian
dalamnya berwarna hijau hingga kekuningan (coklat muda), permukaan buah
berambut halus, buah melingkar atau memiliki sebuah paruh pendek.
Gambar 1. Pohon dan Buah Api – api (Avicennia sp)
Manfaat Kulit dan akar (resin yang dihasilkan) untuk obat vitalitas. Kulit
batang untuk obat penyakit kulit. Daun untuk pakan ternak dan sumber tannin.
Buah untuk tepung bahan dasar makanan yang diperoleh melalui proses
pengolahan terlebih dahulu. Buah Api-api dapat diolah menjadi makanan harus
melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Setelah menjadi tepung baru dapat
diolah sebagai bahan baku untuk pembuatan makanan sebagai berikut: kue talam
Api-api, wajit Api-api, Bubur Api-api, Donat Api-api, Puding Api-api, Bola Api-
api, Krupuk Api-api.
B. Lindur atau Bako (Bruguiera gymnorrhiza)
Pohon tinggi capai 20 m, berakar lutut berbanir kecil, susunan daun simple
berlawanan, elips, bersilangan, ujung daun 8-15 cm, permukaan bawah daun
berwarna hijau kekuningan. Daun licin dan tebal, tanpa ujung yang kasar dan
ramping. Kulit kayu abuabu gelap, kasar, memiliki mulut kulit kayu seperti pada
gambar 2.
![Page 14: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/14.jpg)
14
Bunga Berbunga sepanjang tahun, bunga lebar, tunggal, ketiak daun, besar,
berwarna merah, panjang 3-5 cm, kelopak 10-14 helai, mahkota putih hingga
coklat, ujung tiap mahkota berbentuk runcing terdiri dari 3 tangkai benang sari.
Buah Berbentuk silinder, licin, diameter 1,7-2,0 cm, panjang 20-30 cm, hijau
gelap hingga ungu dengan bercak coklat. Kelopak menyatu saat buah jatuh, dapat
mengapung, penyebaran oleh air, masa buah terutama pada bulan Juli-Agustus.
Gambar 2. Pohon dan Buah Lindur Bako (Bruguiera gymnorrhiza)
Manfaat Kecambah dan daun bisa jadi sayuran. Kulit kayu sebagai obat
malaria dan diare. Akar dan daun untuk obat luka bakar. Sumber bahan tannin.
Buah Lindur mengandung Air 74%, Lemak 1,2%, Protein 1,1%, Karbohidrat
23,5% dan Abu 0,3%.
Buah Lindur dapat diolah menjadi makanan harus melalui proses pengolahan
terlebih dahulu. Setelah menjadi tepung baru dapat diolah sebagai bahan baku
untuk pembuatan makanan sebagai berikut: Kue Kering Lindur, Serabi Lindur,
Cake Lindur, Keripik.
C. Nyirih (Xylocarpus granatum)
Pohon tinggi capai 8 m. Akar papan dan berbanir. Susunan daun majemuk
berseling, anak daun terdiri dari 2 pasang, elips sampai bulat telur sungsang,
ujung daun membundar, panjang 7-12 cm. Tipe biji normal. Kulit kayu merah
kecoklatan, halus, pucat, berbintik kehijauan atau kekuningan, mengelupas
dengan pola acak seperti pada gambar 3.
![Page 15: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/15.jpg)
15
Bunga Diameter 1-1,2 cm, berkelamin tunggal, terdapat 8-20 bunga, di ketiak
daun, panjang 6 cm. bermahkota 4, krem sampai putih kehijauan, kelopak 4 helai
hiau kekuningan, benangsari menyatu dengan pembuluh (tube) berwarna krem
putih.
Buah Diameter 15-20 cm, berwarna coklat kekuningan, permukaan kasar, buah
tergolong berat 1-2 kg, bulat seperti melon, terdiri dari 6-16 biji, dapat
mengapung, berbuah sepanjang tahun terutama pada bulan Juli - Agustus &
November - Desember.
Gambar 3. Pohon dan Buah Nyirih (Xylocarpus granatum)
Manfaat Biji buah Nyirih dapat dimanfaatkan untuk bedak lulur. Minyak dan
bijinya bisa untuk minyak rambut. Bijinya juga bermanfaat sebagai obat gatal,
obat luka dan pereda demam. Kulit kayu untuk obat sakit perut. Sebagai sumber
tannin.
D. Pidada (Sonneratia caseolaris)
Pohon perdu tinggi capai 16 m. Berakar napas bentuk kerucut. Susunan daun
tunggal bersilangan, oblong sampai bulat telur sungsang, ujung membundar
sampai berlekuk, panjang 5-10 cm, permukaan bawah dan atas daun hampir sama.
![Page 16: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/16.jpg)
16
Tipe biji normal. Kulit kayu halus, letak searah longitudinal, warna krem sampai
coklat. Berbunga sepanjang tahun antara 3-4 bulan seperti pada gambar 4.
Gambar 4. Pohon dan Buah Pidada (Sonneratia caseolaris)
Pada bunga rangkaian 1 sampai beberapa bersusun di ujung cabang atau dahan,
mahkota putih, kelopak 6-8 helai merah dan hijau, benangsari banyak putih,
diameter 58 cm, bungasari (ephemeral) terbuka malam hari banyak madu pada
pembuluh kelopak.
Buah Diameter 3,5-4,5 cm, hijau, permukaan halus, kelopak berbentuk cawan
menutupi dasar buah, helai kelopak menyebar atau melengkung berisi 150-200
biji. Berbuah pada Mei-Juni dan Oktober-November. Pembuahan sampai masak
2-3 bulan.
Manfaat Buahnya dapat dimakan seperti rujak, bahan baku sirup, puding,
sabun, dodol dan selai. Akar Pidada dapat digunakan untuk bahan penutup botol,
shuttlecock dan sebagai sumber tannin.
E. Nipah (Nypa fruticans)
Palem tinggi capai 4-9 m. tidak ada akar udara. Daun palem lanset (anak daun)
ujung meruncing panjang unit daun 4-9 m. Daun menyirip tanpa duri banyak
helai. Tipe biji kriptovivipari. Ciri khusus palem mangrove tumbuh berdekatan
dan seringkali membentuk komunitas murni di sepanjang tepi sungai .
Pada bunga panjang 25 cm, bunga betina berbentuk bola, bunga jantan
bergerombol rapat, warna merah bata hingga kekuningan. Panjang buah yang
berbentuk bola hingga 45 cm, berwarna coklat gelap atau merah bata berbentuk
bola sama seperti pandan.
Gambar 5. Pohon dan Buah Nipah (Nypa fruticans)
![Page 17: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/17.jpg)
17
Manfaat Air Nira sebagai bahan baku alkohol, cuka, gula merah. Daun sebagai
bahan baku anyaman atap dan dinding. Buah yang muda dapat dimakan, dibuat
permen, kolak dan manisan. Buah juga dapat dibuat tepung roti.
2.2. Konsep Dasar Uji Organoleptik
Pengujian sensori atau pengujian dengan indera disebut juga pengujian
organoleptik. Pengujian makanan dilakukan terhadap kualitas rasa, warna, tekstur
dan aroma. Uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan uji mutu hedonic
dan uji hedonic. Uji mutu hedonic tidak menyatakan suka atau tidak suka tetapi
menyatakan tentang baik atau buruknya suatu produk dengan parameter alat
indera manusia. Uji hedonik merupakan uji kesukaan. Uji hedonik meminta
panelis harus memilih satu pilihan diantara lainnya. Produk yang dipilih bisa
menyatakan suka atau tidak suka terhadap produk (Setyaningsih, 2010:49).
1. Tekstur
Tekstur suatu bahan akan mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan oleh
bahan tersebut. Tekstur makanan adalah hasil atau rupa akhir dari makanan,
mencakup : warna tampilan luar, warna tampilan dalam, kelembutan makanan,
bentuk permukaan pada makanan, keadaan makanan (kering, basah, lembab).
Menurut Winarno (2004:195), tekstur dan konsistensi suatu bahan akan
mempengaruhi citarasa yang ditimbulkan oleh bahan tersebut. Pengindraan
tekstur dapat berasal dari sentuhan dan tangkapan oleh permukaan kulit, tetapi
biasanya untuk mengetahui tekstur suatu bahan dapat melalui ujung jari
(Setyaningsih, 2010:33).
2. Aroma
Aroma lebih banyak disangkut pautkan dengan indera pembau. Bau-bauan
dapat dikenali bila menyentuh silia sel olfaktori yang terdapat dalam indera
pembau. Pada umumnya, aroma disebabkan oleh adanya senyawa ester yang
bersifat volatile (Winarrno, 2004:200). Aroma muncul akibat adanya
pencampuran beberapa atau berbagai senyawa yang berbau, hal ini mensyaratkan
bahwa senyawa yang berbau atsiri.
3. Warna
![Page 18: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/18.jpg)
18
Faktor warna akan tampil lebih dahulu dalam penentuan mutu bahan
makanan. Suatu bahan makanan yang dinilai bergizi, enak dan teksturnya sangat
baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau
memberi kesan telah menyimpang dari warna yang seharusnya. Selain itu warna
juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik atau
tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya
warna yang seragam dan merata (Winarno, 2004:41). Warna bahan pangan secara
alami disebabkan oleh senyawa organik yang disebut pigmen (Muchtadi,
2010:23).
4. Rasa
Rasa adalah perasaan yang dihasilkan oleh barang yang dimasukkan kedalam
mulut dan dirasakan, terutama oleh indra perasa (deMan, 1989:284). Rasa
dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya adalah senyawa kimia suhu,
konsentrasi, dan interaksi dengan komponen rasa lain. Daun kelor memiliki rasa
cenderung pahit, perlakuan awal sebelum proses pengeringan akan berpengaruh
terhadap rasa tepung daun Moringa oleifera yang dihasilkan.
![Page 19: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/19.jpg)
19
BAB 3
KERANGKA OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Komposisi Pembuatan Dodol Mangrove
Terhadap Uji Organoleptik di Kawasan Wisata Kampung Blekok
Klatakan
6. Sonneratia Spp
Jenis Mangrove di Kawasan
Wisata Kampung Blekok
Klatakan:
1. Api-api (Avicennia sp)
2. Daun Jeruju (Achantus
illicifolius L)
3. Pidada (Sonneratia
caseolaris)
4. Buta – buta (Excoecaria
agalloca)
5. Bakau minyak/kacang
(Rizhopora stylosa)
Proses - proses pembuatan : 1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Santan yang digunakan adalah santal kental pada perasan 3 kali dan
dilakukan pemanasan hingga diperoleh minimal 900 ml, Campurkan
semua bahan dalam wajan tanpa dipanaskan supaya bahan tercampur
sempurna (Perlakuan: kontrol/ tanpa mangrove, tepung buah mangrove 1
sendok dan tepung buah mangrove 2 sendok)
3. Hidupkan kompor dengan api kecil dan aduk adonan mangrove hingga
mengental dengan pengadukan terus menerus kurang lebih 2.5 jam
(indikator: adonan mengental, berwarna coklat gelap, terbentuk minyak
kelapa dan mengeluarkan aroma khas)
4. Adonan dodol yang mengental ditempatkan pada wadah yang sudah
diberi alas plastik (tidak boleh ditutup sebelum dingin)
Dodol Mangrove
![Page 20: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/20.jpg)
20
Keterangan :
Diteliti :
Tidak diteliti :
Dari kerangka konsep diatas dapat dilihat bahwa output dari Dodol Mangrove
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah komposisi
penggunaan bahan dan proses pengolahan dalam pembuatan Dodol Mangrove.
Pada proses pengolahan dalam pembuatan Dodol Mangrove terlebih dahulu
membuat tepung mangrove dengan bahan dasar buah mangrove jenis sonneratia
Spp akan tetapi saat penelitian jenis buah mangrove ini jumlah buahnya sedikit
sehingga peneliti membeli tepung mangrove dengan jenis yang sama pada
masyarakat sekitar pesisir. Prosedur pembuatan dodol adalah Siapkan alat dan
bahan yang digunakan, Santan yang digunakan adalah santal kental pada perasan
3 kali dan dilakukan pemanasan hingga diperoleh minimal 900 ml, Campurkan
semua bahan dalam wajan tanpa dipanaskan supaya bahan tercampur sempurna
(Perlakuan: kontrol/ tanpa mangrove, tepung buah mangrove 1 sendok dan tepung
buah mangrove 2 sendok), Hidupkan kompor dengan api kecil dan aduk adonan
mangrove hingga mengental dengan pengadukan terus menerus kurang lebih 2.5
jam (indikator: adonan mengental, berwarna coklat gelap, terbentuk minyak
kelapa dan mengeluarkan aroma khas), Adonan dodol yang mengental
ditempatkan pada wadah yang sudah diberi alas plastik (tidak boleh ditutup
sebelum dingin).
3.2 Hipotesis
Ada Pengaruh Komposisi Pembuatan Dodol Mangrove Terhadap Uji
Organoleptik di Kawasan Wisata Kampung Blekok Klatakan.
![Page 21: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/21.jpg)
21
BAB 4
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah jenis penelitian eksperimen,
karena adanya perlakuan yaitu penambahan tepung buah mangrove, serta adanya
kontrol yang berfungsi sebagai pembanding. Penelitian eksperimen merupakan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu”
yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain, penelitian eksperimen
mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat, yaitu dengan
membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diberi perlakuan
dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima perlakuan.
Rancangan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang merupakan rancangan yang paling
sederhana jika dibandingkan dengan rancangan-rancangan lainnya. Penggunaan
rancangan acak lengkap ini atas pertimbangan bahwa faktor lingkungan dapat
dihomogenkan, kecuali faktor perlakuan.
Oleh karena dasar teoritis penyusunan tingkat perlakuan belum ada, maka
tingkat komposisi pemberian tepung buah mangrove pada pembuatan dodol
disusun menjadi 3 perlakuan, yaitu:
No Bahan T1 T2 T3
1 Tepung buah mangrove - 1 sdm 2 sdm
2 Tepung Ketan (gram) 300 300 300
3 Tepung Beras (gram) 300 300 300
4 Gula Jawa (gram) 300 300 300
5 Santan kelapa kental (ml) 900 900 900
Gambar 3.1 Komposisi Pembuatan Dodol Mangrove
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Daerah Pesisir Desa Klatakan Kabupaten
Situbondo dari bulan Desember 2019 – September 2020.
3.3 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan yaitu kompor, wajan, saringan, pengaduk,
timbangan, sendok, piring, wadah plastik dan plastik. Bahan baku penelitian
![Page 22: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/22.jpg)
22
adalah buah mangrove dari Spesies Sonneratia spp yang diambil dari Desa
Klatakan Kabupaten Situbondo. Saat penelitian buah mangrove dari
Spesies Sonneratia spp jumlahnya sedikit sehingga kami membeli tepung
mangrove kepada masyarakat sekitar pesisir dengan jenis yang sama.
3.4 Prosedur pembuatan dodol mangrove
Langkah awal dalam penelitian ini adalah melakukan survei untuk mengetahui
jenis-jenis mangrove yang tumbuh di Desa Klatakan Kabupaten Situbondo. Hasil
identifikasi mangrove yang telah dilakukan selanjutnya diambil salah satu jenis
buah mangrove dari Spesies Sonneratia spp atau biasa disebut buah bogem. Buah
bogem yang dapat digunakan yaitu matang dan daging buahnya lunak. Karena
saat penelitian buah bogem yang dihasilkan di daerah pesisir klatakan sedikit
sehingga kami membeli tepung buah mangrove kepada masyarakat sekitar dengan
jenis mangrove yang sama. Prosedur pembuatan dodol adalah Siapkan alat dan
bahan yang digunakan, Santan yang digunakan adalah santal kental pada perasan
3 kali dan dilakukan pemanasan hingga diperoleh minimal 900 ml, Campurkan
semua bahan dalam wajan tanpa dipanaskan supaya bahan tercampur sempurna
(Perlakuan: kontrol/ tanpa mangrove, tepung buah mangrove 1 sendok dan tepung
buah mangrove 2 sendok), Hidupkan kompor dengan api kecil dan aduk adonan
mangrove hingga mengental dengan pengadukan terus menerus kurang lebih 2.5
jam (indikator: adonan mengental, berwarna coklat gelap, terbentuk minyak
kelapa dan mengeluarkan aroma khas), Adonan dodol yang mengental
ditempatkan pada wadah yang sudah diberi alas plastik (tidak boleh ditutup
sebelum dingin).
![Page 23: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/23.jpg)
23
3.5 Variabel Pengamatan
1. Uji organoleptik
Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan atau
kelayakan suatu produk agar dapat diterima oleh penulis (konsumen). Metode
pengujian yang dilakuakan adalah metode hedonik (uji kesukaan) meliputi: warna,
aroma, tekstur dan rasa dari produk yang dihasilkan (Rampengan dkk.,1985).
Dalam metode hedonik ini panelis diminta memberikan penilaian berdasarkan
tingkat kesukaan. Skor yang digunakan adalah 5 (sangat suka), 4 (suka), 3 (agak
suka), 2 (tidak suka), 1 (sangat tidak suka). Pengumpulan data dilakukan setelah
produk tepung olahan buah mangrove selesai di proses dan dilakukan validasi
produk dodol mangrove meliputi tingkat kualitas produk dan tingkat kesukaan
produk yang dilakukan dengan angket organoleptik. Analisis data dilakukan
![Page 24: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/24.jpg)
24
setelah mengumpulkan data yaitu setelah di uji cobakan produk dengan meminta
tanggapan dari responden.
3.6 Pengolahan Data
Pengolahan data terdiri dari serangkaian tahapan yang harus dilakukan agar
data siap untuk di uji statistik dan dilakukan interpretasi (Amran, 2012).
Pengolahan data dilakukan dengan tahapan coding, editing, structure, entry dan
cleaning kemudian dilanjutkan dengan analisis data.
4.1 Analisis data
Analisis statistik dilakukan 2 tahap yaitu univariat dan bivariat. Dalam penelitian ini
analisis univariat dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian dengan
mendeskripsikan setiap variabel dengan cara membuat table distribusi frekuensi,
diantaranya hasil uji kesukaan organoleptic dodol mangrove. Kemudian dilanjutkan
analisis bivariate menggunakan uji Kruskal wallis untuk mengetahui perbedaan
komposisi pembuatan dodol mangrove.
![Page 25: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/25.jpg)
25
BAB 5
ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah komposisi tepung
mangrove dan tepung ketan, tepung beras, gula jawa dan santan kelapa.
Tahapan penelitian ini adalah pengujian organoleptik. Pengujian
organoleptik dilakukan oleh 25 panelis. Penilaian pada masing - masing produk
menggunakan 4 skala tingkat kesukaan yaitu:
1 : Sangat tidak menarik/ Sangat tidak enak/ Sangat tidak kenyal
2 : Tidak menarik/ Tidak enak/ Tidak kenyal
3 : Warna menarik/ Enak/ Kenyal
4 : Sangat menarik/ Sangat Enak/ Sangat kenyal
Dengan tiga karakteristik penilaian (Warna, Rasa dan Tekstur).
5.1.2 Proses Pengolahan Dodol Mangrove
1. Penyiapan bahan baku
Adapun jenis buah mangrove yang digunakan dalam proses pembuatan dodol
mangrove adalah jenis mangrove pidada (Sonneratia caseolaris). Buah Diameter
3,5-4,5 cm, hijau, permukaan halus, kelopak berbentuk cawan menutupi dasar
buah, helai kelopak menyebar atau melengkung berisi 150-200 biji.
Gambar 5.1 Pohon dan Buah Pidada (Sonneratia caseolaris)
Sebelum proses pembuatan dodol buah mangrove jenis pidada ini di olah
menjadi tepung. Langkah – langkah dalam pembuatan tepung mangrove adalah:
![Page 26: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/26.jpg)
26
a. Buah Mangrove (Sonneratia caseolaris) yang telah dipilih
(matang)/dibersihkan dari kotoran, dicuci dengan air yang bersih. Buah
Mangrove (Sonneratia caseolaris) direbus sampai mendidih kurang lebih 30
menit (air dibiarkan mendidih terlebih dahulu baru lindur dimasukkan), air
hasil rebusan dibuang dan diganti dengan air yang baru kemudian direbus lagi.
Hal ini dilakukan kembali sampai tiga kali agar zat taninnya hilang.
b. Hasil blenderan ini kemudian dikeringkan dengan menggunakan karung beras
plastik sebagai alasnya sehingga kering. Karung beras plastik yang telah
digunting melebar kemudian dituang bubur mangrove tersebut diatasnya
hingga rata dan diusahakan bisa setipis mungkin menggunakan alat bantu
sepatula.
c. Dijemur dibawah terik matahari hingga berwarna kecoklatan, dari serbuk-
serbuk yang terkelupas tersebut dikumpulkan kemudian diremas, diblender dan
diayak kembali sehingga hasil inilah yang dinamakan tepung mangrove
(Sonneratia caseolaris).
2. Proses Pembuatan Dodol Mangrove
Prosedur pembuatan dodol adalah siapkan alat dan bahan yang digunakan,
santan yang digunakan adalah santal kental pada perasan 3 kali dan dilakukan
pemanasan hingga diperoleh minimal 900 ml, Campurkan semua bahan dalam
wajan tanpa dipanaskan supaya bahan tercampur sempurna (Perlakuan: kontrol/
tanpa mangrove, tepung buah mangrove 1 sendok dan tepung buah mangrove 2
sendok), Hidupkan kompor dengan api kecil dan aduk adonan mangrove hingga
mengental dengan pengadukan terus menerus kurang lebih 2.5 jam (indikator:
adonan mengental, berwarna coklat gelap, terbentuk minyak kelapa dan
mengeluarkan aroma khas), Adonan dodol yang mengental ditempatkan pada
wadah yang sudah diberi alas plastik (tidak boleh ditutup sebelum dingin).
5.1.3 Hasil Organoleptik
5.1.3.1. Karakteristik Panelis
![Page 27: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/27.jpg)
27
Tahap pengujian ini dilakukan oleh panelis ahli. Karakteristik panelis yang
akan diuraikan berikut ini menggambarkan keadaan panelis yang diteliti meliputi
jenis kelamin, usia dan pekerjaan. Panelis menurut Jenis kelamin dalam penelitian
ini diujikan kepada laki-laki dan perempuan.
5.1.3.1.1. Panelis menurut jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)
Laki - laki 5 20
Perempuan 20 80
Total 25 100
Tabel 5.1 Panelis uji organoleptik sesuai jenis kelamin
Hasil pengolahan data pada tabel 5.5 karakteristik panelis menurut jenis
kelamin terdapat 20% panelis laki-laki sebanyak 5 orang dan 80% panelis
perempuan sebanyak 20 orang. Total panelis adalah 25 orang dengan presentase
100%.
5.1.3.1.2. Panelis menurut usia
Usia Jumlah Presentase
20 - 30 9 36
31 - 40 12 48
41 – 50 4 16
Total 25 100
Tabel 5.2 Panelis menurut usia
Hasil pengelohan data karakteristik panelis menurut usia diatas, diperoleh
angka sebesar 36% untuk panelis yang berumur 20-30 tahun dengan jumlah 9
orang. Untuk panelis yang berumur 31-40 tahun sebesar 48% dengan jumlah 12
orang. Panelis yang berumur 41-50 tahun sebesar 16% dengan jumlah 4 orang.
5.1.3.1.3. Panelis menurut pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Presentase
IRT 16 64
Mahasiswa 9 36
Total 35 100
Tabel 5.3 Panelis menurut pekerjaan
Panelis menurut pekerjaan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu IRT, mahasiswa
dan koki. Pada tabel 5.3 dapat dilihat panelis yang dengan pekerjaan IRT
sebanyak 64 % dangan jumlah 16 orang. Pekerjaan Mahasiswa sebanyak 36 %
dangan jumlah 9 orang.
![Page 28: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/28.jpg)
28
5.1.3.2. Karakteristik Organoleptik dalam Beberapa Komposisi
Karakteristik organoleptik dalam penelitian ini yaitu pengujian pada tiga
komposisi dengan tiga karakteristik penilaian yang diataranya : warna, rasa dan
Tekstur.
4.1.3.2.1 Karakteristik Rasa
Rasa merupakan tanggapan indra terhadap saraf, seperti manis, pahit, asam dan
asin. Rasa pada produk sangat berpengaruh pada kesukaan seseorang. Hasil dari
pengujian tiga komposisi menghasilkan rerata kesukaan rasa pada produk dodol
mangrove. Hasil dari uji kruskall wallis adalah p-value = 0.601 > 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara komposisi terhadap parameter
mutu organoleptik rasa.
4.1.3.2.2 Karakteristik Warna
Warna dapat memperbaiki dan memberikan daya tarik pada makanan, warna
juga berpengaruh terhadap kesukaan pada produk. Penelitian pada warna dodol
mangrove dilakukan pada tiga sampel yang menghasilkan rerata kesukaan warna
pada kripik mangrove. Hasil uji Kruskal wallis p-value = 0.000 < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan antara komposisi terhadap parameter mutu
organoleptic warna. Jika dilihat dari nilai Mean Rank menunjukkan T1 lebih
tinggi dibandingkan T2 dan T3.
4.1.3.2.3 Karakteristik Tekstur
Tekstur dapat memperbaiki dan memberikan daya tarik pada makanan, Tekstur
juga berpengaruh terhadap kesukaan pada produk. Penelitian pada tekstur dodol
mangrove dilakukan pada tiga sampel yang menghasilkan rerata kesukaan tekstur
pada dodol mangrove. Hasil uji Kruskal wallis p-value = 0.532 > 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara komposisi terhadap parameter
mutu organoleptic tekstur.
![Page 29: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/29.jpg)
29
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Komposisi Pembuatan Dodol Mangrove Terhadap Uji
Organoleptik
Dodol merupakan sejenis makanan yang dikategorikan dalam jenis makanan
manis. Untuk membuat dodol yang bermutu tinggi cukup sulit karena proses
pembuatannya yang lama dan membutuhkan keahlian. Bahan-bahan yang
diperlukan untuk membuat dodol terdiri dari santan kelapa, tepung beras,gula
pasir, gula merah dan garam.
Dalam tahap pembuatannya, bahan-bahan dicampur bersama dalam kuali yang
besar dan dimasak dengan api sedang. Dodol yang dimasak tidak boleh dibiarkan
tanpa pengawasan, karena jika dibiarkan begitu saja, maka dodol tersebut
akan hangus pada bagian bawahnya dan akan membentuk kerak. Oleh sebab itu,
dalam proses pembuatannya campuran dodol harus diaduk terus menerus untuk
mendapatkan hasil yang baik. Waktu pemasakan dodol kurang lebih
membutuhkan waktu 4 jam dan jika kurang dari itu, dodol yang dimasak akan
kurang enak untuk dimakan. Setelah 2 jam, pada umumnya campuran dodol
tersebut akan berubah warnanya menjadi cokelat pekat. Pada saat itu juga
campuran dodol tersebut akan mendidih dan mengeluarkan gelembung-
gelembung udara. Selanjutnya, dodol harus diaduk agar gelembung-gelembung
udara yang terbentuk tidak meluap keluar dari kuali sampai saat dodol
tersebut matang dan siap untuk diangkat. Yang terakhir, dodol tersebut harus
didinginkan dalam periuk yang besar. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan
rasa yang sedap, dodol harus berwarna coklat tua, berkilat dan pekat.
Berdasarkan hasil uji sensoris yang dilakukan, menunjukkan bahwa warna
dodol yang dihasilkan juga berbeda antar bahan baku. Karena proporsi tepung
ketan dan tepung buah mangrove yang berbeda pula. Dodol dengan perlakuan T2
antara tepung ketan dan bubur buah menghasilkan dodol dengan warna agak
cokelat. Sedangkan dodol dengan perlakuan T3 warnanya lebih cokelat, dan
bahkan cenderung cokelat tua. Warna cokelat pada dodol yang dihasilkan
![Page 30: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/30.jpg)
30
dipengaruhi oleh gula yang ditambahkan, serta serbuk atau tepung pada jenis buah
mangrove yang dicampurkan.
Dodol sangat khas dengan rasa manis. Pada penelitian kali ini, menunjukkan
rasa manis oleh dodol yang dibuat dengan bahan baku tepung ketan, tepung beras,
gula jawa dan santan kental. Hasil dari uji kruskall wallis adalah p-value = 0.601
> 0,05 menunjukkan tidak ada perbedaan rasa dengan dodol yang ditambahkan
bahan baku tepung / serbuk mangrove.
Tekstur produk olahan dodol seharusnya memiliki tekstur yang kalis dan tidak
lengket. Karena pada dasarnya bahan baku pembuatan dodol adalah tepung ketan.
Merupakan tepung yang kadar amilopektinnya paling tinggi sehingga produk
yang dihasilkan berupa produk yang elastis dan kalis karena ditambahkan juga
santan yang mengandung minyak dan lemak. Hasil uji Kruskal wallis p-value =
0.532 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara
komposisi T1, T2 dan T3 terhadap parameter mutu organoleptik tekstur.
![Page 31: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/31.jpg)
31
BAB 7
PENUTUP
7.1 SIMPULAN
1. Jenis – jenis mangrove yang tersedia di Kawasan wisata kampung blekok
pesisir desa klatakan yaitu Api-api (Avicennia sp), Lindur atau Bako
(Bruguiera gymnorrhiza), Pidada (Sonneratia caseolaris) Rizophora sp
Xylocarpus sp, Ceriops sp, dan Excoecaria sp.
2. Ada perbedaan warna pada 3 perlakuan komposisi pembuatan dodol
mangrove (T1, T2 dan T3), sedangkan pada karakteristik rasa dan tekstur
tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap T1, T2 dan T3.
7.2 SARAN
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini bisa menambah referensi dalam meningkatkan
pendapatan potensi lokal masyarakat blekok
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil ini dapat menjadi referensi bagi para mahasiswa tentang
penelitian eksperimental.
![Page 32: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/32.jpg)
32
DAFTAR PUSTAKA
Mulyatun. 2018. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Potensi Lokal;
Alternatif Ketahanan Pangan Berupa Tepung Magrove. DIMAS: Vol 18(2).
Farhaeni M. 2016. Komodifikasi Ragam Buah Mangrove untuk Pemberdayaan
Masyarakat Pesisir di Desa Tuban, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung Bali. J of
AN1MAGE: Vol 1(1);21-27.
Sahil J, Soamole I. 2013. Pemanfaatan Buah Mangrove Sebagai Sumber
Makanan Alternatif di Halmahera Barat, Maluku Utara. BIOGENESIS:Vol
1(2);91-96.
Subekti S. 2012. Pengelolaan Mangrove Sebagai Salah Satu Keanekaragaman
Bahan Pangan. Prosiding SNST ke-3: ISBN 978-602-99334-1-3.
Chrissanty AP. Penurunan Kadar Tanin Pada Buah MangroveJenis Brugueira
gymnorrhiza, Rhyzophora stylosa dan Avicennia marina untuk Diolah Menjadi
Tepung Mangrove. Jurnal Industria:Vol. 1(1);31 – 39.
Paputungan Z, Wonggo D, Kaseger EB. 2017. Uji Fitokimia dan Aktivitas
Antioksidan Buah Mangrove Sonneratia alba Di Desa Nunuk Kecamatan
Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Jurnal Media Teknologi
Hasil Perikanan:Vol.5(3),96-102.
![Page 33: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/33.jpg)
33
PENELITIAN
Pengaruh Komposisi Pembuatan Dodol Mangrove Terhadap Uji Organoleptik Di
Daerah Pesisir Desa Klatakan Kabupaten Situbondo
Kepada Yth:
Assalamualaikum Wr. Wb
Dalam upaya peningkatan kesehatan dan sebagai wujud salah satu Tri Dharma
Perguruan Tinggi, Prodi D3 Kebidanan Ibrahimy akan melakukan penelitian
dengan judul “ Pengaruh Komposisi Pembuatan Dodol Mangrove Terhadap Uji
Organoleptik Di Daerah Pesisir Desa Klatakan Kabupaten Situbondo
Maka untuk kepentingan tersebut kami mohon bantuan anda untuk menjadi
responden penelitian kami. Sebagaimana penelitian ilmiah, kerahasiaan identitas
dan jawaban anda dalam pengisian instrumen penelitian dijamin tidak akan
membawa konsekuensi yang merugikan. Semua data dan isian yang peneliti
dapatkan semata – mata untuk kepentingan penelitian dan dijamin
kerahasiaannya. Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan
kerjasamanya.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Situbondo, 30 Maret 2020
Peneliti
Lia Fitria, SST.,M.Keb
![Page 34: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/34.jpg)
34
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Pada penelitian ini responden akan ditanyakan mengenai identitas meliputi nama,
umur, jenis kelamin dan alamat.
Setelah membaca pernyataan diatas, saya yang bertanda tangan dibawah ini
bersedia menjadi responden pada penelitian ini dan akan memberikan data yang
diminta dengan sebenar-benarnya.
Nama Responden
(....................................)
Tanda Tangan Tanggal
Diketahui oleh
Pengambil Data
(.......................................)
Tanda Tangan Tanggal
![Page 35: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/35.jpg)
35
KUISIONER
UJI ORGANOLEPTIK
Produk : Dodol Mangrove
Nama responden :
Umur :
Keterangan Skor :
1 : Sangat tidak menarik/ Sangat tidak enak/ Sangat tidak kenyal
2 : Tidak menarik/ Tidak enak/ Tidak kenyal
3 : Warna menarik/ Enak/ Kenyal
4 : Sangat menarik/ Sangat Enak/ Sangat kenyal
T1
No. Pernyataan 1 2 3 4
1 Warna
2 Rasa
3 Tekstur
T2
No. Pernyataan 1 2 3 4
1 Warna
2 Rasa
3 Tekstur
T3
No. Pernyataan 1 2 3 4
1 Warna
2 Rasa
3 Tekstur
![Page 36: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/36.jpg)
36
Komentar :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
![Page 37: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/37.jpg)
37
Biodata Peneliti
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap (dengan gelar) Lia Fitria, S.ST.,M.Keb
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Jabatan Fungsional -
4. NIP (No. KTP) 3512057105860001
5. NIDN 0731058602
6. Tempat dan Tanggal lahir Situbondo, 31 Mei 1986
7. Email [email protected]
8. Nomer telpon / HP 085236348619
9. Alamat kantor Pondok pesantren Salafiyah
Syafi’iyah Sukorejo Situbondo
10. Nomer telpon/fax (0338)454411
11. Lulusan yang telah dihasilkan DIII = 295 Orang
12. Mata Kuliah yang diampu 1. Asuhan kebidanan persalinan
dan BBL
2. Asuhan kebidanan Nifas dan
menyusui
3. Komunikasi dalam praktik
kebidanan
B. Riwayat Pendidikan
D-IV S-2
Nama Perguruan
Tinggi
Stikes Insan
Unggul
Surabaya
Universitas Padjajaran
Bandung
Bidang Ilmu Kebidanan Kebidanan
Tahun Masuk-Lulus 2009 - 2010 2015 – 2017
Judul Skripsi/Tesis MPASI Batita Penanganan Kespro pada
wanita dengan Herbal
Nama Promotor 1. Prof. Dr. M. Nurhalim
Shahib,dr.,MS
2. Prof. Dr. Herri S.
Sastramihardja,dr.,SpFK(K)
![Page 38: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/38.jpg)
38
C. Pengalaman penelitian dalam 5 tahun terakhir
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jmlh (Juta Rp)
1. 2016 Perbedaan Penurunan Jumlah
Koloni Candida albicans
antara Pemberian Cebokan
Rebusan Biji Manjakani
(Quercuss infectoria Gall) dan
Daun Sirih Merah (Piper
Crocatum) Pada Wanita Usia
Subur (WUS) Yang
Mengalami Keluhan Keputihan
Yayasan 25.000.000
D. Publikasi artikel ilmiah dalam 5 tahun terakhir
No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/Tahun
1. Manfaat jus cranberry dalam
mengatasi infeksi saluran
kemih (isk) pada kehamilan
Prossiding
Book
2016
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan penelitian dosen .
Situbondo, 03 November 2019
Pengusul,
Lia Fitria, S.ST.,M.Keb
![Page 39: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/39.jpg)
39
ANALISA DATA
UJI TERHADAP RASA
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Rasa 75 3.39 .543 2 4
Perlakuan 75 2.00 .822 1 3
Ranks
Perlaku
an N Mean Rank
Rasa T1 25 39.56
T2 25 39.56
T3 25 34.88
Total 75
Test Statisticsa,b
Rasa
Chi-Square 1.019
df 2
Asymp. Sig. .601
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Perlakuan
Rasa
Total 2 3 4
Perlakuan T1 0 14 11 25
T2 0 14 11 25
T3 2 14 9 25
Total 2 42 31 75
![Page 40: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/40.jpg)
40
KESIMPULAN : p-value = 0.601 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan antara komposisi terhadap parameter mutu organoleptic rasa.
Namun jika dilihat dari table silang, responden banyak yang memberikan nilai 3
terhadap rasa.
UJI TERHADAP TEKSTUR
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Tekstur 75 3.40 .520 2 4
Perlakuan 75 2.00 .822 1 3
Ranks
Perlaku
an N Mean Rank
Tekstur T1 25 38.40
T2 25 34.84
T3 25 40.76
Total 75
Test Statisticsa,b
Tekstur
Chi-Square 1.262
Df 2
Asymp. Sig. .532
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Perlakuan
Tekstur
Total 2 3 4
Perlakuan T1 1 13 11 25
T2 0 17 8 25
T3 0 13 12 25
Total 1 43 31 75
![Page 41: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/41.jpg)
41
KESIMPULAN : p-value = 0.532 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan antara komposisi terhadap parameter mutu organoleptic tekstur.
Namun jika dilihat dari table silang, responden banyak yang memberikan nilai 3
terhadap tekstur.
UJI TERHADAP WARNA
Ranks
Perlaku
an N Mean Rank
Warna T1 25 53.96
T2 25 36.50
T3 25 23.54
Total 75
Test Statisticsa,b
Warna
Chi-Square 27.543
df 2
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Perlakuan
KESIMPULAN : p-value = 0.000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan antara komposisi terhadap parameter mutu organoleptic warna. Jika
dilihat dari nilai Mean Rank menunjukkan T1 lebih tinggi dibandingkan T2 dan
T3.
![Page 42: LAPORAN PENELITIAN GRANT](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022012418/6173238f814f466fcd08ae37/html5/thumbnails/42.jpg)
42