Laporan Pendahuluan Halusinasi Dengar Kejiwaannn

download Laporan Pendahuluan Halusinasi Dengar Kejiwaannn

of 78

description

sharing

Transcript of Laporan Pendahuluan Halusinasi Dengar Kejiwaannn

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI2.1 Masalah UtamaGangguan Persepsi Sensorik : Halusinasi

2.2 PengertianHalusinasi adalah salah satu cara respon maladaktif individu yang berada dalam rentang neurobiologis (struart dan Araira, 2001). Ini merupakan respon paling maladaktiv. Jika orang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasika stimulus berdasarkan informasi yang diterimanya melalui panca indera. Stimulus tersebut tidak ada pada pasien halusinasi.Menurut Maramis (1998) : halusinasi adalah gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu sebenarnya yang tidak terjadi. Perubahan persepsi sensorik adalah suatu keadaan individu yang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat disertai dengan pengurangan berlebih-lebihan, distorsi atau kelainan respon perubahan yang sering ditemukan pada klien gangguan orientasi realitas adalah halusinasi dan dipersonalisasi (Stuart and sunden, 1998)

Struart and Sunden, 1998 mengelompokan karakteristik halusinasi sebagai berikut :a. Halusinasi Pendengaran (Auditori)( Karakteristik,Mendengar suara, paling sering suara orang yang membicara sesuatu.( Perilaku Klien yang diamati Melirikan mata kekiri dan kekanan mencari orang yang berbicara Mendengarkan penuh perhatian pada benda mati, Terlihat percakapan dengan benda mati.

b. Halusinasi Penglihatan (Visual)( Karakteristik,Stimulus penglihat dalam bentuk pancaran cahaya atau panorama yang luas dan komplek.( Perilaku Klien yang diamati Tiba-tiba, tanggap, ketakutan pada benda mati, Tiba-tiba lari keruang lain tanpa stimulus.

c. Halusinasi Penghidu (Olfaktori)( Karakteristik,Bau busuk, amis, kada tercium bau harum atau kemenyan.( Perilaku Klien yang diamati Hidung dikerutkan, seperti menghidu bau tidak sedap, Menghidu bau busuk atau harum atau kemenyan, Kinestetik menghidu bau udara, api atau darah.

d. Halusinasi Pengacap (Gustatorik PK)( Karakteristik,Merasakan sesuatu yang bau busuk atua amis seperti bau darah, urin, atau peces.( Perilaku Klien yang diamati Meludahkan makanan atau minuman, Menolak makanan atau minum obat.

e. Halusinasi Peraba (Taktil)( Karakteristik,Merasa sakit, tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, merasakan sensasi listrik dari tanah atau benda mati( Perilaku Klien yang diamati Menampar diri sendiri, Melompat-lompat dilantai seperti sedang menghindari sesuatu

f. Halusinasi Kinestetik( Karakteristik,Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir, makanan dicerna.( Perilaku Klien yang diamati Memperbalisasi atau obsesi terhadap proses tubuh, Melok untuk menyelesaikan tugas yang memerlukan tubuh klie yang diyakini tidak berfungsi.

2.3 Tanda dan GejalaKlien dengan halusinasi sering menunjukan adanya (carpenito, L.J, 1998: 363, Townsend, M.C, 1998, Stuart and Sunden 1998: 328-329):Data Subjektifa. Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempatb. Tidak mampu memecahkan masalah halusinasi (misalnya: mendengar suara-suara atau melihat bayangan)c. Mengeluh cemas dan khawatirData Objektifa. Mudah tersinggungb. Apatis dan cenderung menarik diric. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi kadang berhenti bicara seolah-olah mendengar sesuatud. Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suarae. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuaif. Gerakan mata yang cepatg. Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendahh. Kadang tampak ketakutani. Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek)

2.4 PenyebabStuart and Sunden (1998 : 305) mengemukakan faktor predisposisi dari timbulnya halusinasi, antara lain:1. Faktor Biologisa. Abnormalitas otak seperti : lesi pada areo frontal, temporal dan limbic dapat menyebabkan respon neurobiologisb. Beberapa bahan kimia juga dikaitkan dapat menyebabkan respon neurbiologis misalnya: dopamine neurotransmiter yang berlebihan, ketidakseimbangan antara dopamine neurotransmiter lain dan masalah-masalah pada sistem receptor dopamine.2. Faktor sosial BudayaStres yang menumpuk, kemiskinan, peperangan, dan kerusuhan, dapat menunjang terjadinya respon neurobiologis yang maladaftive.3. Faktor PikologisPenolakan dan kekerasan yang dialami klien dalam keluarga dapat menyebabkan timbulnya respon neurobiologis yang maladaftiveStuart and sunden (1998: 310) juga mengemukakan faktor pencetus terjadinya halusinasi antara lain:1. Faktor biologisGangguan dalam putaran balik otak yang memutar proses informasi dan abnormaltas pada mekanisme pintu masuk dalam otak mengakibatkan ketidakmampuan menghadapi rangsangan. Stres biologis ini dapat menyebabkan respon neurobiologis yang maladaftive.2. Faktor Stres dan LingkunganPerubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan merupakan stressor lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan perilaku. Klien berusaha menyesuaikan diri terhadap stressor lingkungan yang terjadi.3. Faktor Pemicu Gejalaa. KesehatanGizi yang buruk, kurang tidur, kurang tidur, keletihan, ansietas sedang sampai berat, dan gangguan proses informasi.b. LingkunganTekanan dalam penampilan (kehilangan kemandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari), rasa bermusuhan dan lingkungan yang selalu mengkritik, masalah perumahan, gangguan dalam hubungan interpersonal, kesepian (kurang dukungan sosial), tekanan pekerjaan, keterampilan sosial, yang kurang, dan kemiskinan.c. Sikap/ perilakuKonsep diri yang rendah, keputusasaan (kurang percaya diri), kehilangan motivasi untuk melakukan aktivitas, perilaku amuk dan agresif.

Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik, stress berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri (Townsend, M.C, 1998:156). Menurut Carpenito.L.J, 1998:381). Isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan serta keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak. Sedangakan menurut Rawlins,R.P dan Heacock, P.E (1998:423)isolasi sosial menarik diri adalah usaha untuk menghindar dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.Isloasi sosial menarik diri sering menunjukan adanya perilaku (Carpenito, L.J 1998:382) :

Data Subjektifa. Mengungkapkan perasaan kesepian, penolakanb. Melaporkan ketidaknyamanan kontak dengan situasi sosialc. Mengungkapkan perasaan tidak berguna

Data Objektifa. Tidak tahan terhadap kontak yang lamab. Tidak komunikatifc. Kontak mata burukd. Tampak larut dalam pikiran dan ingatan sendirie. Kurang aktivitasf. Wajah tampak murung dan sedihg. Kegagalan berimteraksi dengan orang lain

2.5 Rentang ResponMenurut Stuart and Sundeen (1998: 302) persepsi mengacu pada identifikasi dan interpretasi awal dari suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera. Respon neurobiologis sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat, emosi konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptif yang meliputi delusi, halusinasi, dan isolasi sosial. Rentang respon dapat digambarkan sebagai berikut:

Rentang Respon neurobiologisRespon adaptif Respon maladptif

Pikiran logis pikiran kadang menyimpang kelaianan pikiranPersepsi akurat Ilusi HalusinasiEmosi konsisten Reaksi emosional berlebihan ketidakmampuanPerilaku sesuai Perilaku tidak lazim untuk mengalamiHubungan sosial Menarik diri emosiKetidakteraturanIsolasi Sosial

Rentang respon neurobiologis (Stuart and Sundeen, 1998: 302)

2.6 AkibatAdanya gangguan persepsi sensori halusinasi dapat beresiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Kelliat, BA, 1998: 27). Menurut Townsend, M.C, 1998: suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik diri sendiri dan orang lain.Seseorang yang dapat beresiko melakukan perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain dapat menunjukan perilaku:Data Subjektifa. Mengungkapkan, mendengar atau melihat objek yang mengancamb. Mengungkapkan persaan takut, cemas, dan khawatirData Objektifa. Wajah tegang, merahb. Mondar-mandirc. Mata melotot, rahang mengatupd. Tangan mengepale. Keluar keringat banyakf. Mata melotot

2.7 Masalah dan Data yang harus dikajiNo Masalah Keperawatan Data Subjektif Data ObjektifMasalah Utama:Gangguan persepsi sensori halusinasi

Masalah Keperawatan:- klien mengatakan melihat atau mendengar sesuatu- klien tidak mampu mengenal tempat, waktu dan orang

- kien mengatakan merasa kesepian- klien mengatakan tidak berguna- tampak bicara dan tertawa sendiri- mulut seperti bicara tetapi tidak keluar suara- berhenti berbicara seolah melihat dan mendengarkan sesuatu- gerakan mata yang cepat

- tidak tahan terhadap kontak mata yang lama- tidak konsentrasi dan pikiran mudah beralih saat bicara- tidak ada kontak mata- ekspresi wajah murung, sedih tampak larut dalam pikiran dan ingatannya sendiri, kurang aktivitas- tidak komunikatif

2.8 Pohon MasalahRisiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Akibat)Perubahan sensori perseptual: halusinasi ( Masalah Utama)

Isolasi sosial : menarik diri (Penyebab)Resiko Tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Cp Perubahan persepsi sensori: Halusinasi Auditori dan Visual

Isolasi sosial : menarik diri2.9 Diagnosa Keperawatan1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi auditori2. Halusinasi berhubungan dengan kurangnya interaksi sosial

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

1. Kasus (masalah Utama)

Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh penginderaan atau sensasi: proses penerimaan rangsang (Stuart, 2007).

Perubahan persepsi sensori ditandai oleh adanya halusinasi. Beberapa pengertian mengenai halusinasi di bawah ini dikemukakan oleh beberapa ahli:

Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2005).

Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut (Izzudin, 2005).

Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).

Jenis Halusinasi adalah sebagai berikut:

a. Pendengaran

Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.

Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun (Maramis, 2005).

Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).

b. PenglihatanStimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.

c. PenghiduMembaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.

d. PengecapanMerasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

e. PerabaanMengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

f. CenestetikMerasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine.

g. KinistetikMerasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

2. Proses Terjadinya Masalah

a. Faktor PredisposisiMenurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:1. Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut: a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatanotak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik. b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia. c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem). 2. Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.3. Sosial BudayaKondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.b. Faktor PresipitasiSecara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah: 1. BiologisGangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan. 2. Stress lingkunganAmbang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.3. Sumber kopingSumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

c. Mekanisme Koping Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari. Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal. (Stuart, 2007).d. Tanda dan GejalaMenurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut:

1. Bicara sendiri.

2. Senyum sendiri.

3. Ketawa sendiri.

4. Menggerakkan bibir tanpa suara.

5. Pergerakan mata yang cepat

6. Respon verbal yang lambat.

7. Menarik diri dari orang lain.

8. Berusaha untuk menghindari orang lain.

9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.

10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.

e. Rentang Respon Halusinasi

AdaptifMaladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguanpikir/delusi

Persepsi kuat Ilusi Halusinasi

Emosi konsistendengan Reaksi emosi berlebihan Sulit berespon

Pengalaman atau kurang Perilaku disorganisasi

Perilaku sesuai Perilaku aneh/tidak biasaIsolasi sosial

Berhubungan sosial Menarik diri

Halusinasi merupakan salah satu mal adaptif individu berada dalam rentang respon neurobiology. Jadi merupakan persepsi paling adaptif jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera. Klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus itu tidak ada, di antara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus pancaindera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.

3. A. Pohon masalah

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Akibat)Perubahan sensori perseptual: halusinasi ( Masalah Utama)

Isolasi sosial : menarik diri (Penyebab)

B. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji

1. Masalah keperawatan Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Perubahan sensori perseptual : halusinasi. Isolasi sosial : menarik diri2. Data yang perlu dikaji

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.Data subjektif: Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.Data objektif: Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya. Perubahan sensori perseptual : halusinasi.Data Subjektif:- Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata.- Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.- Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.- Klien merasa makan sesuatu.- Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.- Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan didengar.- Klien ingin memukul/ melempar barang-barang.Data Objektif:- Klien berbicara dan tertawa sendiri.- Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.- Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.- Disorientasi. Isolasi sosial : menarik diriData Subjektif: - Klien mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi.- Klien mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain.- Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain.Data Objektif:- Klien terlihat lebih suka sendiri.- Bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan.- Ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.4. Dagnosa Keperawatan

a. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

b. Isolasi Sosial : Menarik Diri

c. Risiko Perilaku Kekerasan

d. Risiko Mencederai diri.

5. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan

Pasien mampu :

- Mengenali halusinasi yang dialaminya

- Mengontrol halusinasinya

- Mengikuti program pengobatan

Keluarga mampu : Merawat pasien di rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.

Kriteria EvaluasiIntervensi

Setelah .x pertemuan, pasien dapat menyebutkan :

Isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus, perasaan.

Mampu memperagakan cara dalam mengontrol halusinasiSP I

Bantu pasien mengenal halusinasi (isi, waktu terjadinya, frekuensi, situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi.

Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.

Tahapan tindakannya meliputi :

- Jelaskan cara menghardik halusinasi.

- Peragakan cara menghardik

- Minta pasien memperagakan ulang.

- Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

Setelah .x pertemuan, pasien mampu : Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan.

Memperagakan cara bercakap-cakap dengan orang lainSP 2

Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1) Latih berbicara / bercakap dengan orang lain saat halusinasi muncul

Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

Setelah .x pertemuan pasien mampu : Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan.

Membuat jadwal kegiatan sehari-hari dan mampu memperagakannya.SP 3

Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2).Latih kegiatan agar halusinasi tidak muncul.

Tahapannya :

- Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.

- Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien.

- Latih pasien melakukan aktivitas.

- Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih (dari bangun pagi sampai tidur malam)

- Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan penguatan terhadap perilaku pasien yang (+)

Setelah .x pertemuan, pasien mampu : Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan.

Menyebutkan manfaat dari ssprogram pengobatanSP 4

Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1,2&3) Tanyakan program pengobatan.

Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa

Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program.

Jelaskan akibat bila putus obat.

Jelaskan cara mendapatkan obat/ berobat.

Jelaskan pengobatan (5B).

Latih pasien minum obat

Masukkan dalam jadwal harian pasien

Setelah .x pertemuan keluarga Mampu menjelaskan tentang halusinasiSP 1

Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien.

Jelaskan tentang halusinasi :

- Pengertian halusinasi.

- Jenis halusinasi yang dialami pasien.

- Tanda dan gejala halusinasi.

- Cara merawat pasien halusinasi (cara berkomunikasi, pemberian obat & pemberian aktivitas kepada pasien).

- Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau.

- Bermain peran cara merawat.

- Rencana tindak lanjut keluarga, jadwal keluarga untuk merawat pasien

Setelah .x pertemuan keluarga mampu : Menyelesaikan kegiatan yang sudah dilakuka

Memperagakan cara merawat pasienSP 2

Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).

Latih keluarga merawat pasien.

RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien

Setelah .x pertemuan keluarga mampu : Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan.

Memperagakan cara merawat pasien serta mampu membuat RTLSP 3

Evaluasi kemampuan keluarga (SP 2)

Latih keluarga merawat pasien.

RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien

Setelah .x pertemuan keluarga mampu : Menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan.

Melaksanakan Follow Up rujukan

SP 4

Evaluasi kemampuan keluarga.

Evaluasi kemampuan pasien.

RTL Keluarga:

- Follow Up

- Rujukan

PUSTAKA

Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga University Press.

Townsend, Mary. C. (2000). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts Of Care. Edisi 3. Philadelphia: F. A. Davis Company

Stuart dan Laraia. (2007). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St. Louis: Mosby Year Book.

http://fahriyatul.dagdigdug/2009/10/30/askep-halusinasi/

http://ibay-blackholist.blogspot.com

Read more: Laporan Pendahuluan Keperawatan jiwa :Halusinasi http://nandarnurse.blogspot.com/2013/10/laporan-pendahuluan-keperawatan-jiwa.html#ixzz30vCBfJr8 Under Creative Commons License: Attribution Follow us: nHandar on FacebookLUSINASI VISUALA. DEFINISIHalusinasi adalah kesalahan persepsi yang berasal dari 5 indera (pendengaran, penglihatan, peraba, pengecap, penghidu) (Stuart, 2005). Halusinasi adalah gangguan penerimaan panca indera tanpa ada stimulus/rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua penginderaan dimana terjadi saat kesadaran individu itu penuh atau baik.

Halusinasi pendengaran adalah halusinasi dimana seseorang mendengar suara-suara, contohnya suara berisik atau bicara tentang pasien, suara yang membicarakan apa yang pasien pikirkan, suara memerintah dan kadang suara tersebut memerintahkan pasien untuk melakukan sesuatu yang berbahaya.

Halusinasi penglihatan adalah halusinasi dimana seseorang melihat gambaran mungkin dalam bentuk lintasan cahaya, gambaran geometris, gambaran kartun, atau pandangan yang terperinci atau kompleks. Penglihatan tersebut bisa jadi menyenangkan atau malah menakutkan misalnya melihat monster.

B. ETIOLOGIHalusinasi mungkin disebabkan oleh banyak faktor, tetapi penyebab terjadinya halusinasi pada klien dengan masalah psikiatri adanya stress psikologi atau kurangnya stimulus dari lingkungan. Pada klien dengan masalah psikiatri, stres psikologi bisa menyebabkan klien berhalusinasi. Stres ini mungkin berasal dari dirinya sendiri, berpikir negatif, dan menyalahkan diri sendiri. Kurangnya stimulus lingkungan juga dapat menyebabkan halusinasi.

C. RENTANG RESPON NEUROBIOLOGISRespon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Persepsi akurat Emosi konsisten dengan pengalaman Perilaku sesuai Hubungan sosial Pikiran kadang menyimpang Ilusi Reaksi emosional berlebihan atau kurang Perilaku ganjil / tak lazim Menarik diri Kelaianan pikiran / delusi Halusinasi Ketidakmampuan untuk mengalami emosi Ketidakteraturan Isolasi sosial

D. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI1. Predisposisia. Biologis

- Abnormalitas otak, lesi pada area frontal, temporal, limbik, yang berhubungan dengan perilaku psikotik

- Infeksi, misalnya ensefalitis dan meningitis

- Trauma

b. Psikologis

Perkembangan diri, pola asuh

c. Sosial budaya

Stigma lingkungan yang burunk, ekonomi keluarga yang kurang

2. Presipitasia. Biologis

- Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur pusat informasi

- Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara aktif menanggapi rangsangan

b. Lingkungan

Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

E. JENIS-JENIS HALUSINASI1. Auditory

Adalah halusinasi pendengaran dimana seseorang mendengar suara-suara

2. Visual

Adalah halusinasi penglihatan dimana seseorang melihat gambaran mungkin dalam bentuk lintasan cahaya, pandangan yang terperinci atau kompleks

3. Olfactory

Adalah halusinasi penghidu dimana seseorang membaui bau busuk, sangat menjijikan, bau tengik, tetapi kadang-kadang bau bisa menyenangkan

4. Gustatory

Adalah halusinasi pengecap dimana seseorang merasa mengecap sesuatu yang busuk, menjijikan, rasa tengik

5. Tactile

Adalah halusinasi peraba dimana seseorang mengalami perasaan tidak nyaman atau nyeri tanpa adanya rangsangan, misalnya merasakan sensasi listrik datang dari tanah

6. Cenestetic

Adalah halusinasi dimana seseorang merasakan fungsi tubuhnya sendiri, misalnya seseorang merasakan darah mengalir melalui pembuluh darah

7. Kinesthetic

Adalah halusinasi dimana seseorang mengalami sensasi pergerakan saat berdiri, tidak bergerak atau sebaliknya pada saat bergerak, dia merasa seperti hanya diam saja

F. TINGKAT HALUSINASI1. Level 1

Menyenangkan-kecemasan rendah. Secara umum halusinasi bersifat menyenangkan.

Karakteristik:Kecemasan, kesepian, merasa bersalah, dan takut serta mencoba utnuk memusatkan pada penanganan pikiran untuk mengurangi ansietasnya. Individu memahami bahwa pikiran dan sensorinya itu dapat dikendalikan jika kecemasan dapat diatasi.

Perilaku yang teramati:a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.

b. Menggerakkan bibir tanpa menimbulkan suara.

c. Gerakan mata yang cepat.

d. Respon verbal yang lamban.

e. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.

2. Level 2

Menyenangkan-kecemasan rendah. Secara umum halusinasi bersifat menyenangkan.

Karakteristik:Kecemasan, kesepian, merasa bersalah, dan takut serta mencoba utnuk memusatkan pada penanganan pikiran untuk mengurangi ansietasnya. Individu memahami bahwa pikiran dan sensorinya itu dapat dikendalikan jika kecemasan dapat diatasi.

Perilaku yang teramati:a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.

b. Menggerakkan bibir tanpa menimbulkan suara.

c. Gerakan mata yang cepat.

d. Respon verbal yang lamban.

e. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.

3. Level 3

Mengendalikan-kecemasan tingkat berat. Pengalaman sensori menjadi penguasa/ menguasai.

Karakteristik:Menyerah untuk melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi, dapat berupa permohonan:individu mungkin merasa kesepian jika pengalaman halusinasi itu hilang.

Perilaku yang teramati:a. Mengikuti petunjuk dari halusinasi daripada menolaknya.

b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain.

c. Rentang perhatian hanya dalam beberapa menit bahkan detik.

d. Gejala fisik kecemasan berat seperti keringat banyak, tremor, ketidakmampuan mengiktui petunjuk.

4. Level 4

Menaklukkan-kecemasan tingkat panik. Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.

Karakteristik:Pengalaman sensori mungkin menakutkan, jika individu tidak mengikuti perintah. Dapat terjadi beberapa jam atau hari jika tidak ditangani dengan baik.

Perilaku teramati:a. Perilaku menyerang, teror, panik.

b. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau melukai orang lain.

c. Kegiatan fisik yang merefleksikan halusik\nasi seperti amuk, agresi, menarik diri.

d. Tidak mampu merespon petunjuk yang kompleks.

e. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari 1 orang.

G. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI- Perilaku

- Faktor predisposisi dan presipitasi

- Sumber koping : sumber keluarga (pengetahuan tentang penyakit, financial cukup, ketersediaan waktu)

- Mekanisme koping

a. Regresi : berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas hidup sehari-hari

b. Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi

c. Menarik diri

Pengkajian halusinasi meliputi :

1. Isi halusinasi

Mendengar atau melihat apa, suaranya berkata apa

2. Waktu terjadinya halusinasi

Kapan munculnya halusinasi

3. Frekuensi halusinasi

Seberapa sering halusinasi muncul, berapa kali dalam sehari

4. Situasi pencetus

Dalam situasi sepertiapa halusinasi sering muncul

5. Respon terhadap halusiansi

Bagaimana perasaan klien, apa yang dilakukan

H. STRATEGI MERAWAT PASIEN DENGAN HALUSINASI1. Bina hubungan interpersonal dan saling percaya

2. Kaji gejala halusinasi (termasuklama, intensitas, dan frekuensi)

3. Fokuskan pada gejala dan minta pasien untuk menguraikan apa yang sedang terjadi

4. Identifikasi penggunaan obat dan alkohol

5. Jika ditanya katakan secara singkat bahwa perawat tidak sedang mengalami stimulus yang sama

6. Sarankan dan kuatkan penggunaan hubungan interpersonal sebagai suatu teknik penatalaksanaan gejala

7. Bantu individu untuk menguraikan dan membandingkan halusinasi yang sekarang dan yang terakhir dialami

8. Dorong individu untuk mengamati dan menguraikan pikiran perasaan tindakannya sekarang atau yang lalu berkaitan dengan halusinasi yang dialaminya

9. Bantu individu menguraikan kebutuhan yang mungkin tercermin pada isi halusinasinya

10. Bantu individu mengidentifikasi apakah ada hubungan antara halusinasi dengan kebutuhan yang mungkin tercermin

11. Sarankan dan perkuat penggunaan hubungan interpersonal dalam pemenuhan kebutuhan

12. Identifikasi bagaimana gejala psikosis lain telah mempengaruhi kemampuan individu untuk melaksanakan aktivitas hidupsehari-hari

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL1. Gangguan persepsi sensori

2. Kerusakan interaksi sosial

3. Risiko perilaku kekerasaan terhadap diri sendiri dan oranglain

4. Gangguan proses pikir

5. Kecemasan

6. Isolasi Sosial

DAFTAR PUSTAKANANDA,2012-2014. Panduan Diagnosa keperawatan NANDA 2012-2014 Definisi dan Klasifikasi. Philadhelpia.

NOC, 2000. IOWA Outcome Project Nursing Outcome Classification. Mosby : New York.

NIC, 2000. IOWA Outcome Project Nursing Intervention Classification. Mosby : New York.

Stuart, G. W., 2006. Buku Saku keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

LAPORAN PENDAHULUAN

Gangguan proses pikir : waham kebesaran A. PENGERTIAN Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna Keliat,1999).

Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan biarpun dibuktikan kemustahilannya itu

(W. F.Maramis 1991 : 117).

Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum. (Tim Keperawatan PSIK FK UNSRI, 2005). Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak dapat dikurangi dengan menggunakan logika (Ann Isaac, 2004)B. JENIS-JENIS WAHAMWaham terbagi atas beberapa jenis, yaitu :

1. Waham Kebesaran

Penderita merasa dirinya paling besar, mempunyai kekuatan, kepandaian atau kekayaan yang luar biasa, misalnya adalah ratu adil dapat membaca pikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah, dll.

2. Waham Somatik

Perasaan mengenai berbagai penyakit yang berada pada tubuhnya sering didapatkan pada tubuhnya.

3. Waham Agama

Waham dengan tema agama, dalam hal ini klien selalu meningkatkan tingkah lakunya yang telah ia perbuat dengan keagamaan.

4. Waham Curiga

Individu merasa dirinya selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya sehingga ia merasa curiga terhadap sekitarnya.

5. Waham Nihilistik

Bahwa sesuatu yang diyakini sudah hancur atau bahwa dirinya atau orang lain sudah mati, sering ditemukan pada klien depresi.

C. TANDA DAN GEJALAa. Data Subyektif

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.

b. Data Obyektif

Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan

Klien tampak tidak mempunyai orang lain Curiga

Bermusuhan

Merusak (diri, orang lain, lingkungan)

Takut, sangat waspada

Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas

Ekspresi wajah tegang

Mudah tersinggung

(Azis R dkk, 2003)

D. PENYEBAB1. Faktor Predisposisi Faktor Biologis

a. Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal

b. Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbikc. Gangguan tumbuh kembangd. Kembar monozigot, lebih beresiko dari kembar dua telur Faktor Genetik

Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan skizoprenia

Faktor Psikologis

a. Ibu pengasuh yang cemas/over protektif, dingin, tidak sensitif

b. Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang berlebihan

c. Konflik perkawinan

d. Komunikasi double bind Sosial budaya

a. Kemiskinan

b. Ketidakharmonisan sosial

c. Stress yang menumpuk

2. Faktor Presipitasi Stressor sosial budaya

Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang paling penting, atau diasingkan dari kelompok.

Faktor biokimia

Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat halusinogen diduga berkaitan dengan orientasi realita

Faktor psikologi

Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya orientasi realiata

E. PROSES TERJADINYAa. Individu diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak menyenangkan.b. Individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas yang menyalahartikan kesan terhadap kejadianc. Individu memproyeksikan pikiran, perasaan dan keinginan negative atau tidak dapat diterima menjadi bagian eksternald. Individu memberikan pembenarn atau interpretasi personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain.F. AKIBATKlien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

Tanda dan Gejala : Memperlihatkan permusuhan

Mendekati orang lain dengan ancaman

Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai

Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan

Mempunyai rencana untuk melukai

G. POHON MASALAHResiko menciderai orang lain(akibat)

gangguan proses pikir(core problem)

gangguan konsep diri: harga diri rendah(penyebab)

H. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI1) Masalah keperawatan:a.Perubahan proses pikir : waham Data subjektif :Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan. Data objektif :Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan/ realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.I. DIAGNOSA KEPERAWATANGangguan proses pikir : wahamJ. INTERVENSI Diagnosa 1: Gangguan proses pikir : wahamTujuan umum : Klien dapat mengontrol wahamnya.

Tujuan khusus :1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.Rasional :Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksinyaTindakan:1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat).2. Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.4. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.Rasional : dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya memikirkannyaTindakan:1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.2. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.3. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhiRasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien tersebut sehingga klien merasa nyaman dan amanTindakan:1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.4. Klien dapat berhubungan dengan realitas.Rasional : menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang adaTindakan:1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.5. Klien dapat menggunakan obat dengan benarRasional :Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obatTindakan:1. Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat.2. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara dan waktu).3. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.4. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.DAFTAR PUSTAKA1. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed.). St.Louis Mosby Year Book, 20022. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 20013. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 19994. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 20035. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIALI.MASALAH UTAMAIsolasi sosial : Menarik diriII.PROSES TERJADINYA MASALAHA. PengertianIsolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individudan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatukeadaan negatif yang mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontakmata. Ketidak sesuaian atau ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia. Preokupasi dengan pikirannya sendiri,pengulangan, tindakan yang tidak bermakna. Mengekspresikan perasaanpenolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaanyang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah orang banyak. (MaryC. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252).Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompokmengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkanketerlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak(Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 : 423)isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi danberhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab,tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selaludalam kegagalan.B. Tanda dan gejalaa. Bicara, senyum / tertawa sendiri.b. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu.c. Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.e. Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.f. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.g. Sikap curiga dan bermusuhan.h. Ketakutan.i. Sulit membuat keputusan.j. Menarik diri, menghindari dari orang lain.k. Menyalahkan diri sendiri/ orang lain.l. Muka merah kadang pucat.m. Ekspresi wajah bingung.C. EtiologiHarga diri rendah

Harga diri rendah adalah perilaku negatif terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tak langsung. (Scultz dan Videback, 1998).Tanda Dan Gejala Harga Diri RendahAda 10 cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah (Stuart dan Sundeen, 1995)1. Mengejek dan mengkritik diri sendiri

2. Merendahkan atau mengurangi martabat diri sendiri3. Rasa bersalah atau khawatir

4. Manisfestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan penyalahgunaan zat.5. Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan

6. Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan sosial7. Menarik diri dari realitas

8. Merusak diri

9. Merusak atau melukai orang lain

10. Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri.D. Mekanisme sebab- akibat. Sebab : Harga diri rendah yang kronis

Mekanisme : Harga diri klien yang rendah menyebabkan klien merasa malu sehingga klien lebih suka sendiri dan selalu menghidari orang lain. Pasien mengurung diri sehingga hal ini dapat menyebabkan klien berfikir yang tidak realistik.Akibat : Halusinasi

Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu baik. (Carpenito, 1996M Mekanisme : Menarik diri pada individu dapat mengakibatkan perubahan persepsi sensori : halusinasi. Hal ini disebabkan karena dengan menarik diri, klien hanya menerima rangsangan internal dengan imajinasi yang berlebihan.Tanda dan gejala Halusinasi1. Apatis

2. Ekspresi wajah sedih

3. Afek tumpul

4. Menghindar dari orang lain

5. Klien tampak memisahkan diri dengan orang lain6. Komunikasi kurang

7. Kontak mata kurang

8. Berdiam diri

9. Kurang mobilitas

10. Gangguan pola tidur (Tidur berlebihan/ kurang tidur)11. Mengambil posisi tidur seperti janin

12. Kemunduran kesehatan fisik

13. Kurang memperhatikan keperawatan diri

E. Pohon masalah

Isolasi sosial: Menarik diri

Core Problem

Gangguan konsepdiri: Harga diri rendah

F. Rentang Respon SosialRespon adaptif

Respon maladaptif Solitut KesepianManipulasi

Otonomi Menarik diriImpulsif

Kebersamaan KetergantunganNarkisme

Saling ketergantungan

Gambar.1.1 Rentang respon social, (Stuart and Sundeen, 1998).Keterangan dari rentang respon sosial :

1. Solitut (Menyendiri) , Solitut atau menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan seorang untuk merenung apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialanya dan suatu cara untuk nmenentukan langkahnya.

2. Otonomi, Kemapuan individu untuk mentukan dan maenyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan social.

3. Kebersamaan (Mutualisme), Perilaku saling ketergantungan dalam membina hubungan interpersonal.

4. Saling ketergantungan (Interdependent), Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana hubungan tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.

5. Kesepian, Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak danya perhatian dengan orang lain atau lingkunganya.

6. Menarik diri, Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan dengan orang lain atau lingkunganya.

7. Ketergantungan (Dependent), Suatu keadaan individu yang tidak menyendiri, tergantung pada orang lain.

8. Manipulasi, Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada tujuan bukan berorientasi pada orang lain. Tidak dapat dekat dengan orang lain

9. Impulsive, Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu. Mempunyai penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan

10. Narkisme, Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian. Individu akan marah jika orang lain tidak mendukungnya.

(Townsend M.C,1998)

G. Fase-fase Halusinasi 1. Fase Comforting (ansietas sebagai halusinasi menyenangkan)Karaktersitik: Klien mengalami perasaan seperti ansietas,kesepian,rasa bersalah dan takut mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas individu mengenal bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensor berada dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapat ditangani (nonpsikotik).

2. Fase Condemning (Ansietas berat halusinasi memberatkan)Karaktersitik: Pengalaman sensasi menjijikan dan Peningkatan system saraf otonom yang menunjukan menakutkan,klien mulai lepas kendali dan mungkin menciba untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang di persepsikan,individu mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain(nonpsikotik).

3. Fase Controling (Anxietas berat, pengalaman sensori menjadi penguasa)Karaktersitik: Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan mnyerah dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya,individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berahir(psikotik).

4. Fase Conquering/panic (Umumnya menjadi lezat dalam halusinasinya)Karaktersitik: Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi berahir dari beberapa jam/hari jika intervensi terapeutik(psikotik berat).

Perilaku klien: Perilaku tremor akibat panic,potensi berat suicida/nomicide aktifitas merefleksikan halusinasi perilaku isi, seperti kekerasan, agitasi, agitas menarik diri, tidak mampu merespon terhadap perintah yang komplek dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

H. Rentang Respon Halusinasi

Rentang respon halusinasi ( berdasarkan Stuart dan Laria, 2001).

Respon Adaptif __________________ Respon Maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikir Persepsi akurat Ilusi Halusinasi Emosi konsisten dgn pengalaman Reaksi emosi atau Sulit beresponemosi Prilaku sesuai Prilaku aneh/tidak biasa Prilaku disorganisasi Berhubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial.

III. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJIa. Masalah keperawatan: Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi Isolasi sosial: menarik diri Gangguan konsep diri: harga diri rendahb. Data yang perlu dikajiResiko perubahan persepsi sensori : halusinasiData Subjektif: Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata. Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus. Klien merasa makan sesuatu. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya. Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar. Klien ingin memukul/melempar barang-barang.Data Objektif: Klien berbicara dan tertawa sendiri. Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu. Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu. Disorientasi Isolasi Sosial : menarik diriData Subyektif: Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.Data Obyektif: Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.Gangguan konsep diri : harga diri rendahData subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup. IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

2. Isolasi sosial: menarik diri

3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

DAFTAR PUSTAKABudi Anna Keliat. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 3.

Jakarta : EGC

Gail w. Stuart. 2007. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 5. EGC. Jakarta

Gail w. Stuart. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta : EGC

Iyus Yosep, SKp.,M.Si. 2007. Buku Keperawatan Jiwa.

Suliswati, S.Kp, M.Kes, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Edisi I. Jakarta : EGC.

Mary c. townsend. 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC

Sentosa Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. (defenisi dan klasifikasi). Prima Medika

Siswanto. 2007. Kesehatan Mental (konsep cakupan dan pekembangannya). Yogyakarta : ANDI

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Diposkan oleh kippo' bloggers di 22:54STRATEGI PELAKSANAAN HALUSINASI

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) Masalah Utama : Halusinasi A. PROSES KEPERAWATAN1. Kondisi klien:- Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar- Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri- Klien mengatakan sering mendengar dan melihat suara-suara yang membisiki dan isinya tidak jelas serta melihat bidadari dan malaikat.2. Diagnosa keperawatan:Gangguan persepsi sensori: halusinasi auditori dan visual

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan1. Tindakan Keperawatan untuk PasienTujuan tindakan untuk pasien meliputi:1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasiORIENTASI:Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan STIKES yang akan merawat bapak Nama Saya Yuliani Pamungkas, senang dipanggil Yulia. Nama bapak siapa?Bapak Senang dipanggil apaBagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat iniBaiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menitKERJA:Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu? Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri? Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul? bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak D sudah bisa TERMINASI:Evaluasi subjektif :Bagaimana perasaan N setelah peragaan latihan tadi?Evaluasi objektif :Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! Rencana tindak lanjut :bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Kontrak :Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa D?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnyaBaiklah, sampai jumpa.SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-cakap dengan orang lain Orientasi: Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?Kerja: Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya begini; tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak sedang dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!Terminasi:Evaluasi subjektif :Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Evaluasi objektif :Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi. Rencana tindak lanjut :Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Kontrak :Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagiSP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan aktivitas terjadwal Orientasi: Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.Kerja: Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.Terminasi: Evaluasi subjektif :Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah suara-suara? Evaluasi objektif :Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Rencana tindak lanjut :Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Kontrak :Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teraturOrientasi: Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?Kerja: bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hariTerminasi: Evaluasi subjektif :Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Evaluasi objektif :Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Rencana tindak lanjut :Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Kontrak :Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.2. Tindakan Keperawatan Kepada Keluargaa. Tujuan:1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit maupun di rumah2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien. b. Tindakan KeperawatanKeluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di rumah.Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah: 1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi. 3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien4) Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan pasienSP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi. Peragakan percakapan berikut ini dengan pasangan saudara.ORIENTASI:Selamat pagi Bapak/Ibu!Saya yudi perawat yang merawat BapakBagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Bapak?Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang Bapak alami dan bantuan apa yang Ibu bisa berikan.Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama waktu Ibu? Bagaimana kalau 30 menitKERJA:Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak Apa yang Ibu lakukan?Ya, gejala yang dialami oleh Bapak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebabJadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada. Kalau Bapak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada.Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan Bapak, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya. Kedua, jangan biarkan Bapak melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih Bapak untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!Ketiga, bantu Bapak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih Bapak untuk minum obat secara teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi Bapak dengan cara menepuk punggung Bapak. Kemudian suruhlah Bapak menghardik suara tersebut. Bapak sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi.Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bapak. Sambil menepuk punggung Bapak, katakan: bapak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, bapak Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu saya tidak mau dengar. Ucapkan berulang-ulang, pakSekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkanBagus Bu TERMINASI:Evaluasi subjektif :Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi Bapak?Evaluasi objektif :Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat bapak?Bagus sekali Bu.Rencana tindak lanjut :Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak?Kontrak : Jam berapa kita bertemu?dimana kita mau bertemu ?Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung dihadapan pasien.ORIENTASI:Selamat pagiBagaimana perasaan Ibu pagi ini? Apakah Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi Bapak yang sedang mengalami halusinasi?Bagus! Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak. mari kita datangi bapak KERJA:Selamat pagi pak pak, istri bapak sangat ingin membantu bapak mengendalikan suara-suara yang sering bapak dengar. Untuk itu pagi ini istri bapak datang untuk mempraktekkan cara memutus suara-suara yang bapak dengar. pak nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka Ibu akan mengingatkan seperti ini Sekarang, coba ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang bapak alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung bapak lalu suruh bapak mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut (saudara mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien)Bagus sekali!Bagaimana pak? Senang dibantu Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat jadwal harian bapak. (Pasien memperlihatkan dan dorong istri/keluarga memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan istri bapak ke ruang perawat dulu (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluargaTERMINASI:Evaluasi subjektif :Bagaimana perasaan Ibu setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak?Evaluasi objektif :Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Bu. ibu dapat melakukan cara itu bila Bapak mengalami halusinas.Rencana tindak lanjut :bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal kegiatan harian Bapak. Kontrak :Jam berapa Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa. SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutanORIENTASISelamat pagi Bu, sesuai dengan janji kita kemarin dan sekarang ketemu untuk membicarakan jadual bapak selama dirumahNah sekarang kita bicarakan jadwal bapak di rumah? Mari kita duduk di ruang tamu!Berapa lama Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?KERJAIni jadwal kegiatan bapak yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan. Coba Ibu lihat mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan? Bu jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnyaHal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh bapak selama di rumah.Misalnya kalau bapak terus menerus mendengar suara-suara yang mengganggu dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan ulang dan di berikan tindakanTERMINASIBagaimana Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara merawat bapak Bagus(jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya. Sampai jumpaSTRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATANSPIP HALUSINASIa. Proses keperawatan1. Kondisi klienKlien bicara sendiri, gelisah, dan pernah melakukan tindakan kekerasan (memukul temannya)2. Diagnosa keperawatanGangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran3. Tujuan Klien mampu untuk mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi dengan cara pertama menghardik.4. Tindakan keperawatan a. Mengidentifikasi jenis halusinasib. Mengidentifikasi isi halusinasic. Mengidentifikasi waktu halusinasid. Mengidentifikasi frekuensi halusinasie. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasif. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasig. Mengajarkan klien menghardik halusinasih. Menganjurkan klien memasukkan dalam kegiatan harian i. Memberi dorongan klien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis.b. Strategi komunikasi tindakan keperawatan1. Fase orientasi a. Salam terapeutikAssalamu Alaikum Kak, selamat pagi. saya perawat yang akan bekerjasama dengan Kakak untuk membantu menyelesaikan masalahnya Kakak. Nama saya Abcdefghijk biasa dipanggil Abcd, nama Kakak siapa? Senang dipanggil siapa? b. Evaluasi/validasi Bagaimana perasaan Kakak hari ini? Apa keluhan Kakak saat ini? c. Kontrak1. TopikBaiklah, sekarang kita akan bercakap-cakap tentang suara-suara yang selama ini Kakak dengar tapi tak nampak wujudnya.2. TempatDimana kita bisa berbincang-bincang Kak? Disini saja Kak ya?3. WaktuBerapa lama kita akan berbincang-bincang Kak? Sekarang hari Sabtu 24 Maret 2012 jam 10.00 WITA. Bagaimana kalau 15 menit saja Kak? Apakah Kakak setuju?2. Fase kerjaApakah Kakak mendengar suara tanpa dengan wujud? Apa yang dikatakan suara itu? Apakah terus menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan suara itu paling sering Kakak dengar? Berapa kali sehari Kakak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri? Apa yang Kakak rasakan pada saat mendengar suara-suara itu? Apa yang Kakak lakukan pada saat mendengar suara-suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul? Kak, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Dan yang ke empat, minum obat dengan teratur. Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan cara menghardik. Caranya sebagai berikut : saat suara-suara itu muncul, langsung Kakak bilang pergi, saya tidak mau dengar, saya tidak mau dengar kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba Kakak peragakan! Nah, begitu.. bagus sekali Kak! Coba lagi! Ya,,, bagus, Kakak bisa.3. Fase terminasi.a. Evaluasi Subjek: Bagaimana perasaan Kakak setelah peragaan tadi?Objek : Apa yang Kakak lakukan jika suara-suara itu muncul?b. Rencana tindak lanjutJika suara-suara itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya ?c. Kontrak yang akan datang1. Topik : Bagaimana kalu kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua?2. Waktu : Jam berapa Kak? Bagaimana kalau hari Senin 26 Maret 2012 jam 10.00 WITA seperti hari ini ya Kak, hari ini kan hari Sabtu, dan besok hari Ahad saya libur, bagaimana?3. Tempat : Dimana Kak kita bisa berbincang-bincang lagi? Bagaimana kalau di ruangan ini saja! STRATEGI PELAKSAAN TINDAKAN KEPERAWATANSPIIP HALUSINASIa. Proses keperawatan1. Kondisi klienKlien bicara sendiri, marah-marah dan tertawa sendiri.2. Diagnosa keperawatanGangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran3. Tujuan Klien mampu untuk mengenal halusinasi, cara-cara mengontrol halusinasi dengan cara kedua, bercakap-cakap dengan orang lain. 4. Tindakan keperawatana. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klienb. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.c. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.b. Strategi komunikasi pelaksanaan tindakan keperawatan1. Fase orientasia. Salam terapeutik.assalamu alaikum Kak Abc, bagaimana perasaan Kak Ab hari ini?b. Evaluasi/validasiBagaimana perasaannya hari ini? Apakah suara-suara yang biasa Kakak dengar masih muncul? Apakah sudah dipakai cara yang kita latih kemarin? Apakah berkurang suara-suaranya?c. Kontrak.1) Topik : Baikalah, sekarang kita akan bercakap-cakap tentang cara kedua yaitu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.2) Tempat: Dimana kita bisa berbincang-bincang? Bagaimana kalau disini saja Kak!3) Waktu : Berapa lama kita akan latihan? Sekarang hari Senin 26 Maret 2012 jam 10.00 WITA. Bagaimana kalau 15 menit saja Kak?STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATANSPIIIP HALUSINASIa. Proses keperawatan1. Kondisi klienKlien marah-marah, bicara sendiri dan gelisah.2. Diagnosa keperawatanGangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran3. Tujuan Klien mampu untuk mengontrol halusinasi dengan cara ketiga yaitu melaksanakan aktifitas yang terjadwal.4. Tindakan keperawatana. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klienb. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang biasa dilakukan dirumah.c. Menganjurkan klien memasukkan dalam kegiatan harian.b. Strategi pelaksaan tindakan keperawatan1. Fase orientasia. Salam terapeutik.Assalamu Alaikum, selamat pagi Kak. Asih ingat dengan saya kan? Bagaimana perasaanya hari ini?b. Evaluasi/validasiBagaimana perasaaan Kakak hari ini?. Apa Kakak sudah mandi dan sarapan pagi? Apakah suara-suara yang Kakak dengar masih muncul? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih? Bagaimana hasilnya? Bagus!!! c. Kontrak1. Topik : Sesuai janji kita kemarin, kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi dengan melakukan kegiatan yang terjadwal. 2. Tempat : Dimana kita bisa berbincang-bincang? Bagaimana kalau disini saja?3. Waktu : Berapa lama kita berbincang-bincang Kak? Sekarang kan hari Selasa 27 Maret 2012 jam 10.00 WITA. Bagaimana kalau 10 menit saja Kak? Atau 15 menit ya?

2. Fase kerjaKegiatan apa saja yang biasa Kakak lakukan pagi-pagi? Terus jam berapa kegiatan berikutnya? Wah, ternyata banyak sekali kegiatannya. Apa Kakak sudah melakukan kedua cara yang telah kita pelajari kemarin saat mendengar suara-suara? Bagussekarang kita akan melatih cara ketiga yaitu melakukan kegiatan pada saat suara-suara itu terdengar, jadi Kakak bisa melakukan kegiatan-kegiatan Kakak tadi untuk mencegah halusinasi. Coba Kakak ulangi. Bagus sekali!! Kakak bisa lakukan kegiatan ini? Kegiatan ini dapat Kakak lakukan untuk mencegah suara-suara yang muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan yang Kakak lakukan.3. Fase terminasia. Evaluasi/validasiSubjek : Bagaimana perasaan Kakak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali!!! Objek : Coba Kakak sebutkan tiga cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara! Bagus sekali.!!!b. Rencana tindak lanjutMari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian Kakak. Coba Kakak lakukan sesuai jadwal ya!c. Kontrak yang akan datang1. Topik : Kita akan membahas cara minum obat yang baik serta kegunaan obat!2. Waktu : Jam berapa Kakak mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau besok? Besok hari Rabu 28 Maret 2012 jam 14.00 WITA ya Kak? Karena besok Saya dinas siang. Bagaimana? Kakak setuju? 3. Tempat : Mau dimana Kak? Bagaimana kalau disini lagi! Sampai ketemu ya Kak, Assalamu Alaikum.STRATEGI PELAKSANAAN TINDKAN KEPERWATANSPIK HALUSINASIA. Proses keperawatan1. Kondisi keluargaKeluarga tampak sedih melihat keadaan Kakak M2. Diagnosa keperawatanGangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran3. TujuanKeluarga mampu mengenal masalah yang diraskan keluarga dalam merawat klien, mengetahui pengertian halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, jenis halusinasi serta proses terjadinya halusinasi dan cara merawat klien halusinasi.4. Tindakan keperawatana. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klienb. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, jenis halusinasi serta proses terjadinya halusinasi.c. Menjelaskan cara merawat klien halusinasiB. Strategi komunikasi tindakan keperawatan1. Fase orientasia. Salam terapeutikAssalamu alaikum, selamat pagi. Saya mahasiswa stikes nani hasanuddin yang sedang praktek di Rskd abcdefgh, nama saya Abcdefghijk senang dipanggil Abcd. nama anda siapa, senang dipanggil siapa?b. Evaluasi/validasibagaimana perasaan semua (keluarga) hari ini?c. Kontrak1. Topik: hari ini kita akan berbincang-bincang dan belajar masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien, mengetahui pengertian, tanda dan gejala halusinasi, jenis halusinasi, serta proses terjadinya halusinasi dan cara merawat klien halusinasi dalam keluarga.2. Waktu : Berapa lama keluarga bersedia berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit saja? Apakah semuanya setuju?3. Tempat : dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau disini saja?2. Fase kerja 1. Apa masalah keluarga dalam merawat klien?2. Saya akan menjelaskan pengertian halusinasi, tanda dan gejala, jenis halusinasi, serta proses terjadinya halusinasi dan cara merawat pasien halusinasi. Apakah semuanya setuju?3. Pertama-tama apa itu halusinasi? Halusinasi yaitu penerapan (persepsi) tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indra seseorang yang terjadi pada keadaan sadar atau bangun dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik atau histerik. 4. Apa tanda dan gejalanya? Yaitu berbicara sendiri, mendengar suara-suara yang tak nampak wujudnya, marah-marah, dan melakukan perilaku kekerasan pada orang disekitarnya.5. Jenis-jenis halusinasi? Yaitu : a. Halusinasi penglihatan, yang dilihat seolah-olah berbentuk orang, binatang atau benda.b. Halusinasi pendengaran, seolah-olah mendengar suara manusia, suara hewan, suara mesin, suara musik, dan suara kejadian alami.c. Halusinasi penciuman, seolah-olah mencium bauan tertentu.d. Halusinasi pengecap, seolah-olah mengecap suatu zat atau rasa tentang sesuatu yang dimakan.e. Halusinasi perabaan, seolah-olah merasa diraba, disentuh, dicolek, ditiup, dirambati ular. 6. Proses terjadinya halusinasi adalah pada waktu klien lagi sendiri, dia biasanya bicara sendiri, marah-marah dan juga tertawa sendiri.7. Bagaimana cara merawat klien halusinasi? Yaitu caranya pertama-tama kita ajak berbicara kepada klien dan berkenalan setelah itu kita Tanya kepada klien apa yang biasa klien dengar, terus kita dengar, dan kita bilang suara-suara itu palsu atau tidak nyata. Kakak bisa mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Setelah Kakak bisa mengontrol halusinasinya kita ajak Kakak untuk merawat diri sendiri secara perlahan-lahan, kita ajar cara makan, mandi, mencuci tangan, dan menyisir rambut. Apa semuanya bisa dimengerti?3. Fase terminasi.a. Evaluasi/validasi1. Subjektif : Bagaimana perasaannya setelah kita berbincang-bincang?2. Objektif: Coba ulangi kembali apa itu halusinasi, tanda dan gejala, jenis halusinasi, serta proses terjadinya halusinasi dam cara merawat klien halusinasi.b. Rencana tindak lanjut.Baikalah semua, kalau begitu saya harap apa yang sudah saya ajarkan dapat diulang dan kita akan melanjutkan cara melatih atau mempraktekkan cara merawat klien halusinasi.c. Kontrak yang akan datang.1. Topic : Bagaimana kalau besok kita akan mempraktekkan langsung cara merawat klien halusinasi, apa semua setuju?2. Waktu : Bagaimana kalau kita ketemu jam 10.00 wita.3. Tempat : Kita senang berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau diruang tamu saja?2. Fase kerja.Jadi cara kedua untuk mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau Kakak mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk berbicara dengan Kakak. Contohnya begini, Tolong, saya mulai dengar suara-suara, bisa ngobrol dengan saya? coba Kakak lakukan seperti itu! Ya,, begitu..!! bagus,,! Coba sekali lagi Kak! Bagus,,,! Kakak harus latihan terus ya!! 3. Fase terminasi.a. EvaluasiSubjek : Bagaimana perasaan Kakak setelah latihan tadi?Objek : Jadi sudah berapa cara yang Kakak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus,,!! b. Rencana tindak lanjut.Cobalah kedua cara ini Kakak lakukan jika mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukan dalam kegiatan sehari-hari Kakak? Nah, nanti lakukan secara teratur dan gunakan sewaktu-waktu bila suara itu muncul.c. Kontrak yang akan datang.1) Topik : Bagaimana kalau kita latihan cara yang ketiga yaitu melakukan aktifitas yang terjadwal?2) Waktu: Jam berapa Kakak mau? Bagaimana kalau hari Selasa 27 Maret 2012 besok di jam yang sama, jam 10.00 WITA ya Kak?3) Tempat: Mau dimana kita berbincang-bincang? Bagaiman kalau disini saja Kak? sampai ketemu besok ya Kak!! Wassalamu alaikumSTRATEGI PELAKSANAAN WAHAM

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN WAHAM

SP 1 P : Membina hubungan saling percaya ; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan ; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

ORIENTASI :Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Citto, saya perawat yang dinas pagi ini di Ruang melati. Saya dinas dari jam 07.0014.00, saya yang akan membantu perawatan bapak hari ini. Nama bapak siapa? senangnya dipanggil apa?Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan sekarang?Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?

KERJA :Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang Nabi, tapi sulit bagi saya untuk mempercayainya, karena setahu saya semua Nabi tidak hidup didunia ini, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus pak?Tampaknya pak R gelisa sekali, bias pak R ceritakan kepada saya apa yang pak R rasakan?Oooo, jadi pak R merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk mengatur diri pak R sendiri?Siapa menurut pak R yang sering mengatur-atur diri pak R?Jadi teman pak R yang terlalu mengatur-atur ya pak, juga adik pak R yang lain?Kalau pak R sendiri inginnya seperti apa?Ooo, Bagus pak R sudah punya rencana dan jadwal unutk diri sendiri.Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut pak R.Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di luar rumah sakit karena bosan kalau dirumah sakit terus ya?TERMINASI :Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.Bagaimana kalau jadwal ini pak R coba lakukan, setuju pak?Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.Saya akan datang kembali dua jam lagi.Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah pak R miliki?Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja pak R?SP 2 P : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekannya.

ORIENTASI :Assalamualaikum pak R, bagaimana perasaannya saat ini? BagusApakah pak R sudah mengingat-ngingat apa saja hobi atau kegemaran pak R?Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi pak R tersebut?Berapa lama pak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?

KERJA :Apa saja hobi pak R? Saya catat ya pak, terus apa lagi?Wah, rupanya pak R pandai main suling ya.Bisa pak R ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main Suling, siapa yang dulu mengajarkannya kepada pak R, dimana?Bisa pak R peragakan kepada saya bagaiman bermain suling yang baik itu.Wah, bagus sekali pak. Bagaimana kalau kita buat jadwal untuk kemampuan pak R ini. Berapa kali sehari/seminggu pak R mau bermain suling?Apa yang pak R harapkan dari kemampuan bermain suling ini?Ada tidak hobi atau kemampuan pak R yang lain selain bermain suling?

TERMINASI :Bagaimana perasaan pak R setelah kita berbincang-bincang tentang hobi dan kemampuan pak R?Setelah ini coba pak R lakukan latihan bermain suling sesuai denga jadwal yang telah kita buat ya?Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.Bagaiman kalau nanti sebelum makan siang? Nanti kita ketemuan di taman saja, setuju pak?Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak R minimum, setuju?

SP 3 P : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.

ORIENTASI :Assalamualaikum pak R.Bagaimana pak, sudah dicoba latihan main sulingnya? Bagus sekali.Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak R minum, Bagaimana kalau kita mulai sekarang pak?Berapa lama pak R mau kita membicarakannya? Bagaimana kalau 20 atau 30 menit saja?KERJA:Pak R berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat yang diminum?Pak R perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang.Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam.Bila nanti setelah minum obat mulut pak R terasa kering, untuk membantu mengatasinya pak R bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu.Sebelum minum obat ini pak R mengecek dulu label dikotak obat apakah benar nama pak R tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar!Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya pak R tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.

TERMINASI :Bagaiman perasaan pak R setelah kita becakap-cakap tentang obat yang pak R minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat? Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan! Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada perawat!Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya pak!Pak besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat sama?Sampai besok ya pak.

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA KELUARGA PASIEN DENGAN WAHAM

SP 1 KP : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga ; mengidentifikasi masalah; menjelaskan proses terjadinya masalah; dan obat pasien.

ORIENTASI : Assalamualaikum pak, pekenalkan nama saya Citto, saya perawat yang dinas diruang melati ini. Saya yang merawat Pak R selama ini. Kalau bisa saya tahu nma bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah pak R cara merawat pak R dirumah.Dimana bapak mau berbicara dengan saya? Bagaimana diruang wawancara?Berapa lama bapak mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 0 menit saja?

KERJA :Pak S, apa masalah yang bapak rasakan dalam merawat pak R? apa yang sudah pak R lakukan dirumah? Dalam menghadapi sikap pak R yang selalu mengaku-ngaku sebagi seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi hanya merupak salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara enghadapinya. Setiap kali pak R berkata bahwa ia seorang nabi, pak S dan ibu berikap dengan mengatakan;Pertama: Pak S atau ibu mengerti bahwa pak R merasa seorang nabi, tapi sulit bagi pak S dan ibu untuk mempercayainya karena setahu kita semua nai tidak ada yang hidup didunia.Kedua: Pak S atau ibu harus lebih sering memuji Pak R jika ia melakukan hal-hal yang baikKetiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yan berinteraksi dengan pak R. Bapak dan ibu dapat bercakap-cakap dengan Pak R tentang kebutuhan yang diinginkan oleh pak R, misalnya; Pak S dan ibu percaya kalau pak R punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada kami, R kan punya kemampuan

Keempat: Pak S atau ibu mengatakan kepada pak R, Bagaimana kalau kemampuan untuk bermain suling dengan baik dicoba sekarang dan kemudian setelah dia melakukannya pak S dan ibu harus memberikan pujian.Pak S dan ibu jangn lupa, pak R ini perlu minum obat agar pikirannya jadi tenang.Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangn dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat men