Laporan PBL 1 ED
-
Upload
ari-wahyuda -
Category
Documents
-
view
228 -
download
1
Transcript of Laporan PBL 1 ED
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
1/27
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangHiv merupakan salah satu masalah besar yang sedang mengancam
dunia. Penularan HIV itu sendiri terjadi melalui cairan tubuh yang
mengandung virus. Apabila virus HIV menyerang tubuh, maka kekebalan
tubuh seseorang menurun dan mudah terserang penyakit. Virus ini masuk
melalui cairan tubuh manusia sering disebut Bloot Barier Virus (BBV).
Karena tinggi penyakit yang disebabakan infeksi maka dibuatlah
suatu konsep untuk memperkecil penularanya, yang dikenal sebagai
Universal Precaution. Universal precaution adalah teknik pengendalianinfeksi yang dirancang untuk mencegah transmisi HIV,virus hepatitis B
(HBV) dan agen biologis lain yang menularkan penyakit melalui darah.
Dengan pelaksanaan universal precaution secara benar, akan dapat
melindungi tenaga kesehatan dan mengurangi jumlah terjadinya infeksi.
1.2 Tujuan1. Menjelaskan imunitas manusia terhadap pathogen ( bakteri, virus dan
jamur ).
2. Menjelaskan relevansinya dengan kedokteran gigi.3. Mengetahui procedural sebelum menghadapi pasien.4. Menjelaskan pentingnya memastikan penerapan kewaspadaan
universal di layanan kesehatan
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
2/27
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario dan Klarifikasi Istilah
2.1.1 Skenario
Dentis are often the first to notice the clinical changes that
signal the onset of symptomatic HIV disease, making them vital to
helping HIV-infected people maintain good health.
In 1985 in response to the identification of the HIV virus,
the Center for Desease Control and Prevention in Atlanta, USA
intodructed the concept of universal precautions which has since
been adopted by health care proniders across the world. Universalprecautions were designed to limit the spread of Blood Borne Virus
( BBV ) in the health care setting. The precautions are based on the
assumption that all blood and other body fluids such as saliva that
might contain blood should be treated as infectious, because patient
with blood borne infections can be asymptomatic or unaware they
are infected. Hence the same infection control precautions are
applied to all dental patients.
Dokter gigi seringkali menemukan perubahan klinis yang
ditandai dengan gejala awal HIV, menjadikan dokter penting untuk
menolong orang yang terinfeksi dengan menjaga kesehatan.
Tahun 1985 dalam respon untuk mengidentifikasi virus
HIV diperkenalkan dalam konsep universal precautions oleh
CDCF di Atlanta, USA yang mana sejak saat itu diadopsi oleh
penyedia pelayanan kesehatan di seluruh dunia. UP didesain untuk
membatasi penyebaran BBV dalam tataran pelayanan kesehatan.
Precaution didasarkan pada asumsi bahwa semua darah dan cairan
tubuh lainnya seperti saliva yang mungkin didalamnya
mengandung darah yang tercemar sebagai infeksi, karena pasien
dengan infeksi melaluai darah dapat tanpa gejala atau tidak
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
3/27
3
disadari oleh mereka yang terinfeksi. Maka dari itu, precautions
yang mengontrol infeksi yang sama diaplikasikan ke semua pasien
dental. Maka dari itu, UP yang digunakan untuk mengendalikan
infeksi harus diaplikasikan ke semua pasien dental.
2.1.2 Klarifikasi Istilah
a. HIV (human immunodeficiency virus)HIV (human immunodeficiency virus) adalah sebuah
retrovirus yang menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh
manusia - terutama Sel T CD4+ dan makrofaga, komponen
vital dari sistem sistem kekebalan tubuh "tuan rumah" - dan
menghancurkan atau merusak fungsi mereka. Infeksi dari HIVmenyebabkan pengurangan cepat dari sistem kekebalan tubuh,
yang menyebabkan kekurangan imun. HIV merupakan
penyebab dasar AIDS.
Human immunodeficiency virus adalah virus penyebab
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV yang
dulu disebut sebagai HTLV-III (Human T cell lympothropic
virus Tipe III) atau LAV (Lymphadenopathy Virus), adalah
virus sitopatik dari famili retrovirus. Hal ini menunjukkan
bahwa virus ini membawa materi genetiknya dalam asam
ribonukleat (RNA) dan bukan dalam asam deoksiribonukleat
(DNA) (Price & Wilson, 1995).
b. InfectionInfection adalah suatu invasi dan pembiakan
mikroorganisme di jaringan tubuh secara klinis, mungkin tak
tampak atau timbul cidera seluler local akibat kompetesi
metabolisme, toksin, replikasi intrasel, atau respon antigen
antibodi. Infeksinya dapat terlokalisasi, subklinis, dan bersifat
sementara jika mekanisme pertahanan tubuh efektif. Infeksi
local dapat menyebar menjadi infeksi klinis atau kondisi
penyakit yang bersifat akut, subakut atau kronik. Infeksi lokal
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
4/27
4
dapat menjadi sistemik bila mikroorganisme mencapai sistem
limfatik atau vaskuler. ( Dorland, 2000 )
c. Universal precautionUniversal precaution adalah teknik pengendalian infeksi
yang dirancang untuk mencegah transmisi HIV, virus hepatitis
B (HBV) dan agen biologis lain yang menularkan penyakit
melalui darah, saat melakukan tindakan pertolongan pertama
maupun perawatan pasien. Menurut universal precaution,
semua pasien dianggap sebagai pembawa blood-borne
pathogen.
d. SalivaSaliva adalah suatu cairan mulut yang kompleks, tidak
berwarna, yang disekresikan dari kelenjar saliva mayor dan
minor untuk mempertahankan homeostasis dalam rongga
mulut (Amerongan,1991; Kidd dan Bechal,1992).
e. BloodBarier Virus (BBV)Blood Barier Virus (BBV) merupakan suatu transmisi dan
penularan virus untuk menyerang bagian tubuh manusia.
2.2 Problem Definition (Uraian Masalah)
a. Daerah endemik HIV di Indonesia ?b.Patofisiologi dan pemajanan berkaitan dengan saliva dan cairan tubuh ?c. Sign and Symptom HIV dan manifestasi oral yang timbul ?d.Penatalaksanaan HIV ?e. Prognosis HIV ?a. Langkah preventif umum dan langkah preventif yang dilakukan dokter
gigi ?
f. Universal precaution ?
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
5/27
5
2.3 Curah Pendapata.Daerah endemik HIV di Indonesia
Daerah endemik HIV di Indonesia adalah Indonesia bagian timur
yaitu Papua. Tetapi bukan hanya di Papua aja daerah HIV, ada juga
didaerah-daerah parawisata yang biasanya dikunjungi wisatawan asing.
Wilayah lain yang terdapat penderita HIV yaitu Bali, Jawa Barat, dan
kota-kota besar lainya yang ada di Indonesia. Bahkan sampai saat ini
telah menyebar di kota-kota kecil seperti banyumas dan yang lainya.
b.Patofisiologi dan pemajanan berkaitan dengan saliva dan cairantubuh
Awal mulanya virus yang bernama HIV masuk kedalam jaringantubuh kita. Virus ini masuk melalui cairan tubuh, misalnya pada darah.
Kemudian Virus dihantarkan oleh darah menuju sel limfosit T yaitu T
helper (Th). Sehingga menyerang antibodi di dalam tubuh dan
menyerang imunitas seseorang yang mengakibatkan turunya imunitas.
Virus ini menyerang limfosit T helper karena T helper menghasilkan sel
lain yang juga yaitu CD4 yang dapat berperan sebagai reseptor untuk
virus tersebut menjadi target dari HIV. Jika hal ini terus-menerus
berulang akan mengakibatkan komplikasi-komplikasi infeksius yang
bisa membahayakan tubuh kita.
c. Sign and Symptom HIV dan manifestasi oral yang timbulOrang yang terkena HIV tidak ada gejalanya atau sering disebut
asymptomatic. Gejala ini timbul jika sudah menjadi AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome).
Manifestasi pada oral yaitu kandidiasis, karies, disfungsi saliva,
timbul ulkus-ulkus, periodentitis, gingivitis dan lain sebagainya.
Bahkan hampir semua penyakit di mulut akan timbul.
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
6/27
6
d.Penatalaksanaan HIVSampai sekarang belum ditemukan pengobatan HIV/AIDS ini,
tetapi kita tidak boleh berputus asa dan mengabaikan hal ini. Kita harus
mencegah timbulnya penularan yang semakin banyak pada HIV.
Tindakan yang harus dilakukan antara lain pengumpulan penderita
HIV/AIDS untuk direhabilitasi, penyuluhan HIV untuk berbagai
kelompok sasaran, pencegahan untuk pengguna narkotik dalam
menggunakan jarum suntik bersamaan, pelayanan pengobatan infeksi
menular seksusal (IMS), gaya hidup sehat dan lain sebagainya.
e. Prognosis HIVPrognosis pada kasus HIV ini semakin lama semakin memburuk.
Karena belum ditemukan pengobatan yang bisa menyembuhkan HIV.
f. Langkah preventifLangkah yang dilakukan adalah mencegah tertularnya penyakit
HIV ini, misalnya sebelum menangani pasien harus mencuci tangan,
menggunakan masker , kaca mata dan sarung tangan yang sesuai, agar
mikroorganisme yang berasal dari pasien tidak tertular kepada kita .
setelah melakukan pemeriksaan seorang dokter pun harus kembali
mencuci tangan dan membersihkan alat-alat yang sudah digunakan
dengan air dan menyimpannya di tempat yang steril. Selain itu limbah
yang dihasilkan di kumpulkan dan dibuang pada tempatnya.
Penggunaan jarum suntik hanya untuk satu kali pakai. Apabila
melakukan hubungan seksual harus menggunakan kondom.
g.Universal precautionMenurut pendapat saya, Universal Precaution adalah suatu cara
yang dilakukan untuk mencegah penularan suatu penyakit. Biasanya
dilakukan sebelum menangani pasien. Salah satunya adalah untuk
menghindari penyakit HIV. Universal Precaution hamper sama dengan
penatalaksanaan dan tindakan preventif pada HIV.
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
7/27
7
2.4 Identifikasi Masalaha Secara Detail
Pada diskusi kali ini, identifikasi masalah secara detail akan
dibahas pada step berikutnya.
2.5 Sasaran Belajar
a. Daerah endemik HIV di Indonesia ?b.Patofisiologi dan pemajanan berkaitan dengan saliva dan cairan tubuh ?c. Sign and Symptom HIV dan manifestasi oral yang timbul ?d.Penatalaksanaan HIV ?e. Prognosis HIV ?f. Langkah preventif umum dan langkah preventif yang dilakukan dokter
gigi ?g.Universal precaution ?
2.6 Belajar Mandiri dan Hasil Diskusi
a. Daerah endemik HIV di IndonesiaSejak 1985 sampai tahun 1996 kasus HIV atau AIDS masih
amat jarang ditemukan di Indonesia. Departemen Kesehatan RI pada
tahun 2002 memperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang
terinfeksi virus HIV adalah antara 90.000 sampai 130.00 orang.
Sebuah survey yang dilakukan di Tanjung Balai Karimun
menunjukan peningkatan jumlah pekerja seks komersil (PSK) yang
terinfeksi yaitu dari 1 % pada tahun 1995-1996 menjadi lebih dari 8,38
% pada tahun 2000 , sementara itu survey yang dilakukan pada tahun
2000 menunjukan angka infeksi HIV yang cukup tinggi dilingkungan
PSK di Merauke, yaitu 5-26,5 %, 3,36% di Jakarta Utara dan 5,5 % di
Jawa Barat. (Zubairi Djoerban, 2006)
b. Patofisiologi dan pemajanan berkaitan dengan saliva dan cairantubuh
HIV menginfeksi sel T helper yang memiliki reseptor CD4 di
permukaannya, makrofag, sel dendritik, organ limfoid. Fungsi penting
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
8/27
8
sel T helper antara lain menghasilkan zat kimia yang berperan sebagai
stimulasi pertumbuhan dan pembentukan sel-sel lain dalam sistem
imun dan pembentukan antibodi, sehingga penurunan sel T CD4
menurunkan imunitas dan menyebabkan penderita mudah terinfeksi
.14 Walaupun perjalanan infeksi HIV bervariasi pada setiap individu,
telah dikenal suatu pola umum perjalanan infeksi HIV.
Periode sindrom HIV akut berkembang sekitar 3-6 minggu
setelah terinfeksi, dihubungkan dengan muatan virus yang tinggi
diikuti berkembangnya respon selular dan hormonal terhadap virus.
Setelah itu penderita HIV mengalami periode klinis laten
(asimptomatis) yang bertahan selama bertahun-tahun, dimana terjadi
penurunan sel T CD4 yang 4 progresif dalam jaringan limfoid.Kemudian diikuti gejala konstitusional serta tanda-tanda infeksi
oportunistik atau neoplasma yang memasuki periode AIDS.
Patogenesis infeksi HIV pada anak berbeda dengan orang dewasa,
ditandai lebih tingginya kadar muatan virus, progresi penyakit lebih
cepat.
Manifestasi yang berbeda mungkin berhubungan dengan sistem
imun yang belum matang (imature), mengakibatkan berubahnya
respon pejamu terhadap infeksi HIV. Perkembangan infeksi HIV pada
bayi dan anak tidak dapat ditentukan dengan pasti, sekitar 15-20%
mempunyai perjalanan penyakit yang cepat dengan AIDS dan
kematian di dalam 4 (empat) tahun pertama.
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
9/27
9
Gambar1.1 Replikasi HIV
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
10/27
10
Keterangan :
Awalnya, HIV-1 menginfeksi sel T dan makrofag secara
langsung atau dibawa ke sel-sel tersebut oleh sel Langerhans.
Replikasi virus di nodus limfatik regional akan menyebabkan viremia
dan penyebaran luas ke jaringan limfe. Viremia dikontrol oleh respons
imun hostdan pasien kemudian memasuki fase klinis laten. Pada fase
ini terjadi kontrol terhadap replikasi virus tetapi replikasi virus pada sel
T dan makrofag akan terus terjadi. Kemudian terjadi penurunan sel T
CD4 secara bertahap karena infeksi produktif. Akhirnya, pasien
mengalami gejala-gejala klinis (tahap AIDS).
Gambar1.2 Mekanisme hilangnya CD4 pada infeksi HIV.
Keterangan :
1. Pada tahap awal perjalanan penyakit, HIV mendiami organ limfoid(limpa, nodus limfatik, tonsil), yang merupakan reservoir untuk sel
yang terinfeksi. Virus menyebabkan kerusakan progresif dalam
bentuk dan komposisi selular jaringan limfoid.
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
11/27
11
2. Aktivasi kronis dari sel yang tidak terinfeksi, sebagai responsterhadap HIV atau infeksi yang umum terjadi pada pasien, akan
menyebabkan apoptosis sel tersebut dengan proses kematian sel
yang dipicu oleh aktivasi. Jumlah sel T CD4 yang mati jauh lebih
banyak daripada jumlah sel terinfeksi.
3. Maturasi sel T CD4 yang tidak sempurna/cacat di dalam timus.4. Fusi dari sel terinfeksi dan tidak terinfeksi, dengan pembentukan
syncytia (giant cell). Pada kultur jaringan, gp120 yang dilepaskan
pada sel terinfeksi akan terikat ke molekul CD4 pada sel T yang
tidak terinfeksi, dan ini akan diikuti oleh fusi sel. Sel yang berfusi
akan membentuk balon (membesar) dan akhirnya mati dalam
beberapa jam.5. Apoptosis sel T CD4 yang tidak terinfeksi dengan cara pengikatan
gp 120 yang solubel ke molekul CD4. Limfosit T CD8 dapat
membunuh sel T CD4 yang tidak terinfeksi dan diselimuti oleh
gp120 yang dilepaskan dari sel terinfeksi.
Penularan secara pasti diketahui melalui beberapa cara antara lain :
1. Hubungan seksual (homoseksual, biseksual dan heteroseksual)yang tidak aman, yaitu berganti-ganti pasangan, seperti pada
promiskuitas. Penyebaran secara ini merupakan penyebab 90%
infeksi baru di seluruh dunia. Penderita penyakit menular seksual
terutama ulkus genital, menularkan HIV 30 kali lebih mudah
dibandingkan orang yang tidak menderitanya.
2. Parenteral, yaitu melalui suntikan yang tidak steril. Misalnya padapengguna narkotik suntik, pelayanan kesehatan yang tidak
meinperhatikan sterilitas, mempergunakan produk darah yang tidak
bebas HIV, serta petugas kesehatan yang merawat penderita
HIV/AIDS secara kurang hati-hati.
3. Perinatal, yaitu dari ibu yang mengidap HIV kepada janin yangdikandungnya. Transmisi HIV-I dari ibu ke janin dapat mencapai
30%, sedangkan HIV-2 hanya 10%. Janin perempuan lebih mudah
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
12/27
12
terkena infeksi dibandingkan janin laki-laki. Penularan secara ini
biasanya terjadi pada akhir kehamilan atau saat persalinan. Bila
antigen p24 ibu jumlahnya banyak, dan atau jumlah reseptor CD4
kurang dari 700/ml, maka penularan lebih mudah terjadi. Ternyata
HIV masih mungkin ditularkan melalui air susu ibu.
c. Sign and Symptom HIV dan manifestasi oral yang timbul.Secara klinis gambaran penyakit yang diakibatkan oleh infeksi
HIV ini dapat terlihat dalam 4 tahap berurutan. Tahap-tahap ini sangat
berkolerasi dengan gambaran laboratorium akibat perubahan fungsi
imunitas dan aktivitas virus :
1. Tahap pertama, tahap infeksi primer (primary infection)Tahap ini terlihat setelah beberapa minggu terpapar HIV,
ditandai dengan gejala demam, sakit tenggorokan, lesu dan lemas,
sakit kepala, fotofobia, limpadenopati serta berecak
makulopapular. Tahap ini biasanya berlangsung sekitar satu atau
dua minggu lebih dan ditemukan pada hampir 70% peristiwa
infeksi HIV.
2. Tahap kedua, tahap infeksi dini (early infection)Tahap ini merupakan nama laten virus yang dapat
berlangsung selama beberapa bulan sampai beberapa tahun.
Umumnya penderita asimtomatik kecuali beberapa diantaranya
dengan limpadenopati umum.
3. Tahap ketiga, tahap infeksi menengah (middle infection)Tahap ini itandai dengan munculnya kembali antigen HIV
serta penurunan sel limfosit T sehinngga penderita menjadi sangat
rentan terhadap berbagai kondisi dan infeksi. Pada tahap ini sering
terjadi kandidiasis dumulut dan oralhairy leukoplakia.
4. Tahap keempat, tahap sakit HIV berat (severe HIV disease)Tahap ini ditandai dengan timbulnya infeksi oportunistik
dan neoplasma yang menyebabkan keadaan sakit berat dengan
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
13/27
13
angka kematian yang tinggi. Tahap inilah yang disebut AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Tanda dan gejala dari infeksi HIV atau AIDS dapat dibagi dalam
beberapa tahap,antaralaian:
1. Latensi Klinis (Kategori Klinis A)
Meskipun pasien yang baru terinfeksi HIV mengalami masa
latensi klinis selama bertahun-tahun antara infeksi HIV dan
timbulnya gejala klinis AIDS, telah terbukti bahwa replikasi dan
rusaknya sistem imun terjadi sejak onset infeksi. Individu terinfeksi
HIV mungkin tidak merasakan tanda dan gejala infeksi HIV. Pada
dewasa, fase laten ini dapat berlangsung 8 sampai 10 tahun. Tes
ELISA dand Western Blot atau immunofluorescencecassay (IFA)akan positif. Jumlah limfosit CD4+ lebih besar dari 500 cells/uL.
2. Tanda dan Gejala Awal HIV (Kategori Klinis B)
Orang yang terinfeksi HIV mungkin tampak sehat selama
bertahun tahun namun kemudian berbagai tanda dan gejala minor
mulai muncul. Pasien akan mengalami kandidiasis, limfadenopati,
karsinoma serviks, herpes zoster, dan/atau neuropati perifer. Viral
load meningkat dan jumlah limfosit CD4+ turun menjadi sekitar500
cells/uL.
3. Tanda dan Gejala Lanjut HIV (Kategori klinis C)
Individu terinfeksi HIV akan mengalami berbagai infeksi yang
mengancam nyawa serta keganasan. Terjadinya pneumonia oleh
Pneumocystis carinii, toxoplasmosis, cryptosporidiosis, dan infeksi
oportunis lain sering dijumpai. Ia dapat pula kehilangan berat badan.
Viral load terus meningkat dan jumlah limfosit CD4+ turun sampai
di bawah 200 cells/uL. Berarti ia telah memenuhi definisi AIDS.
4.Penyakit HIV Parah/Advanced HIV Disease (Kategori Klinis C).Individu terinfeksi HIV terus mengalami infeksi oportunistik
baru seperti cytomegalovirus, Mycobacterium avium complex,
cryptococcal meningitis, leukoencephalopathy, dan penyakit lain
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
14/27
14
yang muncul pada sistem imun yang telah rusak parah. Viral load
sangat tinggi dan jumlah limfosit CD4+ adalah < 50 cells/uL.
Manifestasi di mulut seringkali merupakan tanda awal infeksi HIV.
Sekitar95% penderita AIDS mengalami manifestasi pada daerah kepala
dan leher (Shiod dan Pinborg, 1987)
1. Infeksi karena jamur (Oral Candidiasis)Kandiasi nulut sejauh ini merupakan tanda di dalam mulut yang
paling sering dijumpai baik pada penderita AIDS maupun AIDS
related complex (ARC) dan merupakan tanda dari manifestasi klinis
pada penderita kelompok resiko tinggipada lebih 59% kasus. Kandiasis
mulut pada penderita AIDs dapat terlihat berupa oral thrush, acuteatrophic candidiasis, chronic hyperplastic candidiasis, dan stomatis
angularis (Perleche).
Gambar1.3 Kandidiasis Atropik Kronik
2. Infeksi karena virusInfeksi karena virus golongan herpes paling sering dijumpai pada
penderita AIDS dan ARC. Infeksi virus pada penderita dapat terlihat
berupa stomatis herpetiformis, herpes zoster, hairy leukoplakia,
cytomegalovirus.
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
15/27
15
Gambar1.4 Herpes zozter
3. Infeksi karena bakteriInfeksi karena bakteri dapat berupa HIV necrotizing gingivitis
maupun HIV periodontitis.
a. HIV necrotizing gingivitisHIV necrotizing gingivitis dapat dijumpai pada penderita
AIDS maupun ARC. Lesi ini dapat tersembunyi atau mendadak
disertai pendarahan waktu menggosok gigi, rasa sakit dan
halitosis.
Gambar1.5 Necrozing gingivitis
Necrotizing gingivitis paling sering mengenai gingiva
bagian anterior. Pada situasi ini, pabila interdental dan tepi
gingiva akan tampak berwarna merah, bengkak, atau kuning
keabu-abuan karena nekrosis, bakan sering terjadi necrotizing
ulcrerative gingivitis yang parah dan penyakit periodontal yang
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
16/27
16
progresif sekalipun kebersihan mulut terjaga dengan baik dan
walaupun telah diberikan antibiotika.
b . HIV periodontitis
Penyakit periodontal yang berlangsung secara progresif
mungkin merupakan indicator awal yang dapat ditemukan pada
infeksi HIV. Dokter gigi seyogyanya mendiagnosa secara dini
proses kerusakan tulang alveolar tersebut dengan tetap
mempertimbangkan kemungkinan adnya infeksi HIV. Hal ini
disebabkan terutama oleh adanya fakta bahwa sejumlah penderita
AIDS yang mengalami kerusakan tulang alveolar yang cepat.
Gambar1.6 Periodentitis
4. Infeksi ArthopodaSkabies yang berbentuk Norwegian scabies serta Demodicodosis,
merupakan infestasi yang sering dijumpai pada penderita infeksi HIV.
5. Infeksi ProtozoaPneumonia Pneumocystis carinii merupakan infeksi oportunistik
yang paling sering dijumpai pada penderita AIDS. Penyebabnya
adalah Pneumocystis carinii, suatu mikroorganisme yang hidup di
sekitar kita. Di ekstrapulmonar dapat timbul di telinga sebagai massa
polipoid atau menyebabkan gangren pada kaki. Infeksi protozoa
lainnya adalah Leishamaniasis dan Toxoplasmosispada kulit.
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
17/27
17
6. Karies pada gigiHubungan infeksi HIV, karies gigi, dan respon imun mukosa
masih kontroversial. Terdapat beberapa literatur yang mendukung
konsep bahwa prevalensi karies gigi pada anakanak yang terinfeksi
HIV lebih tinggi, terutama pada gigi susu.
Defisiensi imunitas akibat dari progresi infeksi HIV telah
dilaporkan sebagai factor resiko terjadinya karies gigi pada anak yang
terinfeksi HIV. Valdez adalah penulis pertama yang menghubungkan
karies dengan imunodefisiensi pada pasien terinfeksi HIV, dan
melaporkan bahwa kebanyakan anak-anak dengan immunokompromis
memiliki karies gigi lebih banyak.
Penelitian Castro dan kawan-kawan melaporkan, bahwa anak-anak HIV positif memiliki karies yang lebih banyak dibandingkan
dengan anak-anak yang sehat pada kelompok kontrol, baik dmf-t
(decay, missing, filled, teeth) maupun dmf-s (decay, missing, filled,
surfaces). Kecenderungan tingginya karies sesuai dengan progresi
infeksi HIV.
Prevalensi karies gigi pada anak-anak yang terinfeksi HIV
tinggi, diduga secara langsung berkaitan dengan imunosupresi sesuai
dengan progresi infeksi HIV. Faktor penyebab lain adalah kebiasaan
cara pemberian makan, konsumsi gula berlebih sebagai usaha untuk
meningkatkan 18 pemasukan kalori dan untuk mengkompensasi berat
badan, dan pemakaian obat-obatan yang mengandung gula dalam
jangka panjang.
7. NeoplasmaSarkoma kaposi yang berhubungan dengan AIDS tampak
sebagai penyakit yang lebih ganas dan biasanya telah menyebar pada
saat dilakukan diagnosa awal. Kira-kira 40% penderita AIDS dengan
sarcoma kaposi akn meninggal dalam waktu kurang lebih satu tahun
dan biasanya disertai dengan infeksi opotunistik yang lain (misalnya
pneumocystic carinii, jamur, virus, bakteri).
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
18/27
18
Gambar1.7 Sarkoma Kaposi
Manifestasi mulut sarcoma kaposi biasanya merupakan tanda
awal AIDS dan umumnya (50%) ditemukan dalam mulut pria
homoseksual. Selain mulut, sarcoma ini juga dapat ditemukan dikulit
kepala dan leher. Sarkoma kaposi pada mulut biasanya terlihat mula
mula sebagai macula, nodul dan plak yang datar atau menonjol,
biasanya berbewntuk lingkaran dan berwarna merah atau keunguan.
Terletak pada palatum dan besarnya dari hanya beberapa millimeter
sampai centimeter. Bentuknya tidak teratur, dapat tunggal atau
multiple dan biasanya asintomatik, sehingga baru disadari oleh pasien
bila lesi sudah menjadi agak besar.
8. Kelainan lain didalam mulutKelainan-kelainan ini tidak diketahui sebabnya, dapat timbul berupa :
a. Stomatis aphtosa rekuren, terutama tipe mayor.
b. Ulkus nekrotik yang meluas sampai ke fausia.
c. Xerostomia
d. Pembesaran kelenjar parotis, terutama penderita AIDS anak-anak.
h. Limfadenopati submandibula.
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
19/27
19
d.Penatalaksanaan HIVSecara umum, penatalaksanaan odha teridiri atas beberapa jenis,
yaitu :
1. Pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obatantiretroviral (ARV).
2. Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kankeryang menertai infeksi HIV/AIDS, seperti jamur, tuberkulosis,
hepatitis, toksoplasma, sarcoma kaposi, limfoma dan penyakit
infeksi lainya.
3. Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai giziyang baik dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan
psikososial dan dukungan agama serta juga tidur cukup dan
menjaga kebersihan baik diri mapun lingkungan.
Penatalaksanaan penderita sebaik-baiknya, meliputi pengobatan
adekuat bagi penderita, mencegah lebih memburuknya keadaan
penyakit, serta menjaga agar penderita tidak menjadi sumber penularan
bagi lingkungannya/masyarakat. Maka tindakan yang dipilih harus
termasuk mengindentifikasi programprogram perawatan dan
pencegahan yang berhasil guna, mehingkatkan kemampuan dan
memperluas penelitian mengenai terapi dan vaksinasi tanpa melakukan
berbagai diskriminasi bagi penderita :
1. Melindungi penderita dari infeksiKeadaan infeksi akan merangsang proliferasi sel limfosit
T4 yang telah terinfeksi oleh HIV, termasuk virus yang telah
menginvasi sel tersebut. Aktivitas sistem kekebalan penderita
infeksi HIV ini harus diusahakan tidak meningkat supaya replikasi
virus tidak berlangsung cepat. Perlu bimbingan dan informasi guna
meningkatkan kualitas kesehatan secara fisik dan psikologik.
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
20/27
20
2. Pengobatan penderitaa. Obat-obat anti virus
Obat ini ditujukan kepada tahap-tahap infeksi dan replikasi
HIV, sehingga harus mempunyai kemampuan menghambat
reseptor CD4, menghambat antigen envelope HIV, merubah
fluiditas membran plasma sel, menghambat enzim
reversetranscriptase, merusak transkripsi proses pasca
transkripsi dan translasi virus, merusak tahap akhir
pembentukan dan pelepasan virus baru. Sampai saat ini belum
ditemukan obat antivirus yang aman dan efektif bagi penderita.
Obat antivirus yang ideal oleh karena hams dipakai dalam
jangka panjang bahkan seumur hidup, hendaknya memenuhikriteria: toksisitas rendah, mempunyai spesifisitas tinggi untuk
HIV dan sel yang terinfeksi, melindungi sel yang belum
terinfeksi, dapat menembus cairan serebrospinal, dapat
diabsorpsi pada pemberian oral dan mempunyai waktu paruh
yang panjang. Obat-obatan yang banyak digunakan saat ini
bersifat menghambat enzim reverse transcriptase. Zidovudine
(AZT, Retrovir , Azidotimidin) saat ini banyak dipakai untuk
memperlambat perkembangan ke arah full-blown AIDS.
b. Obat imunomodulatorImunomodulator yang dikombinasikan bersama obat
antivirus, diperkirakan memberi basil yang lebih baik, tetapi
belum cukup efektif. Obat-obatan yang sedang dalam penelitian
efektivitasnya masih diperdebatkan, adalah:
i. imfokin : interferon gama dan alfa, interleukin-2, tumornecrosis factorserta lymphokine inducers
ii. human granulocyte colony stimulating factoriii. transplantasi sumsum tulangiv. imunisasi pasif, misalnya dengan antibodi p24v. imunisasi aktif dengan HIV hidup yang dijinakkan
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
21/27
21
vi. levamisole, yaitu obat cacing yang mampu merangsangfungsi makrofag dan melepaskan interferon.
3. Obat infeksi oportunistikInfeksi oportunistik adalah penyebab utama morbiditas
dan mortalitas AIDS, dengan angka sekitar 90%. Terapi
antibiotik atau kemoterapeutik disesuaikan dengan infeksi-
infeksi yang sebetulnya berasal dari mikroorganisme dengan
virulensi rendah yang ada di sekitar kita, sehingga jenis infeksi
sangat tergantung dari lingkungan dan cara hidup penderita.
Pneumonia pneumocystiscarinii saat ini memperoleh obat baru
yang efektif dan cukup aman.
4. Pengobatan keganasanSeperti halnya keganasan lain, tetapi sarkoma Kaposi
akan lebih efektif bila dalam keadaan baru dan besarnya
terbatas. Radiasi, kemoterapi dan imunomodulator interferon
telah dicoba, yang sebenarnya lebih ditujukan untuk
memperpanjang masa hidup, sehingga lama terapi sulit
ditentukan.
Kegiatan pencegahan bagi kemungkinan penyebar-luasan AIDS
dapat dilakukan dengan cara beikut :
1. Mencegah agar tidak tertular virus HIVCara penularan dan beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
tidak tertular oleh virus HIV ini adalah :
a.Berperilaku seksual secara wajarRisiko tinggi penularan secara seksual adalah para pelaku
homoseksual, biseksual dan heteroseksual yang promiskuitas.
Penggunaan kondom pada hubungan seks merupakan usaha yang
berhasil untuk mencegah penularan; sedangkan spermisida atau
vaginal sponge tidak menghambat penularan HIV.
b.Berperilaku mempergunakan peralatan suntik yang suci Hama.Penularan melalui peralatan ini banyak terdapat pada golongan
muda pengguna narkotik suntik, sehingga rantai penularan harus
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
22/27
22
diwaspadai. Juga penyaringan yang ketat terhadap calon donor darah
dapat mengurangi penyebaran HIV melalui transfusi darah.
c.Penularan lainnya yang sangat mudah adalah melalui cara perinatal.Seorang wanita hamil yang telah terinfeksi HIV, risiko penularan
kepada janinnya sebesar50%.
2. Mencegah kemungkinan menularkan kepada orang lainCara ini meliputi bimbingan kepada penderita HIV yang
berperilaku seksual tidak aman, supaya menjaga diri agar tidak menjadi
sumber penularan. Pengguna narkotik suntik yang seropositif agar tidak
memberikan peralatan suntiknya kepada orang lain untuk dipakai; donor
darah tidak dilakukan lagi oleh penderita seropositif dan wanita yang
seropositif lebih aman bila tidak hamil lagi.
e. Prognosis HIVPrognosis pada kasus HIV ini semakin lama semakin memburuk.
Karena belum ditemukan pengobatan yang bisa menyembuhkan HIV.
Ada beberapa obat seperti Antiretroveral (ARV) berfungsi hanya untuk
menurunkan morbiditas dan mortalitas dini pemanjang masa inkubasi
akibat infeksi HIV.
f. Langkah preventif umum dan langkah prevent if yang dilakukandokter gigi
Ada beberapa jenis program yang terbukti sukses diterapkan
dibeberapa negara dan amat dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia,
WHO, untuk dilaksanakan sekaligus yaitu :
1. Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda.2. Program penyuluhan sebaya (peer group education) untuk berbagai
kelompok sasaran.
3. Program kerjasama dengan media elektronik dan cetak.4. Pencegahan komprehensif untuk pengguna narkotik, termasuk
program pengadaan jarum suntik steril.
5. Program pendidikan agama.
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
23/27
23
6. Program layanan pengobatan infeksi menular seksusal (IMS).7. Program promosi kondom didaerah lokalisasi pelacuran dan panti
pijat.
8. Pelatihan keterampilan hidup.9. Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling.10. Dukungan untuk anak jalanan danpengentasan postitusi anak.11. Integrasi program pencegahan dengan program pengobatan,
perawatan dan dukungan untuk odha (orang dengan HIV/AIDS)
12. Pencegahan penularan HIV dari ibu keanak.
g. Universal precautionMetode Universal Precautions (Kewaspadaan Universal) yaitu
suatu cara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan darah dan
cairan tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan status infeksi.
Dasar Kewaspadaan Universal (KU) adalah melalui cuci tangan secara
benar, penggunaan alat pelindung, desinfeksi dan pencegahan tusukan
alat tajam, dalam upaya mencegah transmisi mikroorganisme melalui
darah dan cairan tubuh (RSPI Sulianti Saroso, 2005).
Universal precaution adalah langkah sederhana pencegahan
infeksi yang mengurangi resiko penularan dari patogen yang ditularkan
melalui darah atau cairan tubuh diantara pasien dan pekerja kesehatan.
Darah dan cairan tubuh dari semua orang harus dianggap terinfeksi
dengan HIV tanpa memandang status yang sudah diketahui atau
dugaan terhadap orang tersebut. Adapula langkah-langkah dalam
universal precaution secara umum berdasarkan standar kewaspadaanya
yaitu :
1. Penjaringan PasienDalam hal ini harus disadari bahwa tidak semua pasien
dengan penyakit infeksi dapat terjaring dengan rekam medik
sehingga system penjaringan pasien tidak menjamin sepenuhnya
pencegahan penularan penyakit. Konsep Universal precaution
pertama kali dianjurkan oleh Centers For disease Control (CDC)
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
24/27
24
pada tahun 1987 yaitu mempermalukan semua pasien seolah-olah
mereka terinfeksi HIV.
2.Perlindungan diriPerlindungan diri meliputi cuci tangan, pemakaian sarung
tangan, cadar, kaca mata, dan mantel kerja. Prosedur cuci tangan
dilakukan dengan sabun antiseptik di bawah air mengalir.
Persyaratan yang harus dipenuhi sarung tangan adalah bdasar tidak
mengiritasi tangan, tahan bocor, dan memberikan kepekaan yang
tinggi bagi pemakainya. Cadar berfungsi untuk melindungi mukosa
hidung dan kontaminasi percikan saliva dan darah pada mata
karena conjunctiva mata merupakan salah satu port entry sebagian
besar infeksi virus. Sedangkan mantel kerja dianjurkan digunakansewaktu melayani pasien yang setiap saat terkancing baik.
3.Dekontaminasi PeralatanDekontaminasi adalah suatu istilah umum yang meliputi
segala metode pembersihan, desenfeksi dan sterilisasi yang
bertujuan untuk menghilangkan pencemaran mikroorganisme yang
melekat pada peralatan medis sedemikian rupa sehingga tidak
berbahaya. Metode dekontaminasi yang utama adalah penguapan
dibawah tekana (autklav), pemanasan kering (oven udara panas),
air mendidih dan desinfektan kimia dengan menggunakan
hipoklorit atau glutaraldehid 2%.
4.Desinfeksi permukaan lingkungan kerjaSetiap permukaan yang dijamah oleh tangan operator harus
disterilkan (misalnya instrumen) atau desinfeksi (misalnya meja
kerja, kaca pengaduk, tombol-tombol atau pegangan laci dan
lampu). Meja kerja, tombol-tombol, selang as[pirator, tabung, botol
material dan pegangan lampu unit harus diulas dengan klorheksidin
0,5% dalam alcohol atau hipoklorit 1000 bagian perjuta (bpj) dari
klorida yang tersedia, dalam setiap sesi atau setiap pergantian
pasien. Piston harus dicuci dan debris dari pelastik penyaring
dibersihkan setiap selesai satu pasien. Selang aspirator sebaiknya
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
25/27
25
memakai yang sekali pakai. Bila ada noda darah, cairan tubuh atau
nanah, permukaan harus didesinfeksidengan larutan hipoklorit
yang mengandung 10.000 bjp dari klorida yang tersedia dan
kemudian dibersihkan dengan lap sekali pakai. Larutan harus
dibiarkan pada permukaan yang akan dibersihkan minimal selama
tiga menit, kemudian larutan tersebut dilap, serta permukaan
permukaan tersebut dibilas dan dikeringkan.
Posisi operator tertentu didalam melakukan tindakan
perawatan gigi, juga mempunyai rwesiko kontaminasi dari mulut
pasien ke operator. Penelitian di Universitas Bologna, Itali
membuktikan bahwa resiko terbesar bagi operator bila ia bekerja
pada posisi kanan penderita diposisi jam 9.5.Penanganan limbah klinik
Yang dimaksud dengan limbah klinik adlah semua bahan
yang menular atau kemungkinan besar menular atau zat-zat yang
berbahaya yang berasal dari lingkungan kedokteran dan kedokteran
gigi. Sampah ini dikumpulkan untuk dibakar, atau ditanam untuk
jenis tertentiu.
Limbah klinik seperti jarum dikumpulkan didalam plastic
berwarna kuning untuk dibakar dan jenis limbah tertentu
dikumpulkan untuk ditanam. Sebaiknya jarum suntik disposible
setelah dipakai langsung dibuang dalam wadah tanpa memasang
kembali penutup jarum, hal ini untuk menghindari tertusuknya
tangan oleh jarum tersebut.
Limbah darah, adalah yang paling potensial mengandung
HIV, maka bila ada limbah darah misalnya kapas dengan darah,
ekstraksi jaringan atau gigi jatuh ke lantai ambillah limbah tersebut
dengan mengggunakan sarung tangan, dibersihkan dengan lap atau
tissue kertas kemudian lap atau tissuedan daerah tumpahan
dituangkan larutan hipoklorit 10.000 bpj. Setelah 10 menit atau
lebih, bilas tempat tersebut dengan lap lain, dan lap serta tissue
dapat dibuang sesuai dengan tempatnya.
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
26/27
26
BAB III
KESIMPULAN
Universal Precaution (UP) merupakan salah satu konsep yang dibuat untuk
memperkecil penularan infeksi melalui blood barier virus pada tenaga medis.
Konsep ini dibuat berdasarkan tingginya angka penularan penyakit infeksi,
misalnya HIV . HIV itu sendiri merupakan suatu penyakit yang ditularkan
melalui cairan tubuh yang menyerang sistem imun tubuh seseorang. Jika
dibiarkan maka akan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan . gejala yang
sering ditemukan pada rongga mulut penderita HIV antara lain, candidiasis,
gingivitis, periodentitis, herpes simplex, karies, stomatitis akut dan lain
sebagainya.Sebagai calon tenaga medis, kita harus memahami dan menerapkan
konsep Universal Precaution ini . Konsep universal itu sendiri diantaranya adalah
perlindungan untuk diri sendiri, misalnya mencuci tangan, mengunakan masker
dan kaca mata, sebelum berkontak langsung dengan pasien. Selain itu, disinfeksi
alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan dan pemeliharaan lingkungan kerja.
-
8/7/2019 Laporan PBL 1 ED
27/27
DAFTAR PUSTAKA
Dorlan, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC
Pederson G. W. 1996. Buku ajarpraktis bedah mulut. Jakarta: EGC
Sudoyo, Aru. W. 2006 . Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/1097828193_abs.pdf
http://www.icaap9.org/uploads/200907281232220.OUTLINE-
Analisis%20Situasi%20HIV%20dan%20AIDS%20di%20Indonesia.pdf
http://resources.unpad.ac.id/unpad-
content/uploads/publikasi_dosen/MANIFESTASI%20ORAL%20YANG
%20BERHUBUNGAN%20DENGAN%20TINGKAT%20IMUNOSUP
RESI.PDF
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/cdk_098_adis_dan_kulit.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1147/1/fkg-sondang2.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1140/1/fkg-sayuti.pdf