Laporan Outing MOS Museum Merapi dan Museum Sonobudoyo
description
Transcript of Laporan Outing MOS Museum Merapi dan Museum Sonobudoyo
OUTING MOS MTS N NGEMPLAK TAHUN 2015/2016 KE
MUSEUM MERAPI DAN MUSEUM SONOBUDOYO
NAMA : ARUM MULIA SARI
NO.ABSEN : 3
KELAS : VII C
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI NGEMPLAK
YOGYAKARTA
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga karya tulis yang berjudul “Outing MOS MTs N Ngempak ke Museum Merapi dan
Museum Sonobudoyo” ini dapat terselesaikan. Outing MOS ini sangat diperlukan karena bisa
memotivasi seluruh siswa agar lebih bisa memahami arti budaya dan sejarah di setiap daerah,
selain itu outing MOS ini bertujuan untuk lebih mengakrabkan siswa-siswa didik baru MTs N
Ngemplak.
Penulis menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu hasil karya
ini tidak luput dari kesalahan. Sesuai kata pepatah "Tiada Gading Yang Tak Retak" dan sesuai
kata orang bijak, tiada yang sempurna dalam hidup. Dengan segala kerendahan hati Penulis
mohon kritik dan saran yang bisa membantu memperbaiki kesalahan yang ada pada laporan
karya tulis ini. Atas kritik dan sarannya, diucapkan terima kasih. Dengan upaya dan semangat
meningkatkan ilmu pengetahuan, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Sleman, 30 Agustus 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………i
Daftar Isi ………………………………………………………………………….ii
Gambaran Objek ………………………………………………………………….
BAB I : Museum Merapi …………………………………………………………4
BAB II : Museum Sonobudoyo …………………………………………………..7
Halaman Persembahan …………………………………………………………...4
Penutup …………………………………………………………………………...5
BAB I
MUSEUM MERAPI
Museum Gunung Merapi dibangun pada tahun 2005, dan diresmikan pada tanggal 1
Oktober 2009. Museum ini dibuka untuk umum pada tanggal 1 Januari 2010. Museum Gunung
Merapi berlokasi di Jalan Boyong, Dusun Banteng, Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem,
Kabupaten Sleman, Jogja. Kira-kira lima kilometer dari kawasan obyek wisata Kaliurang.
Museum ini dikenal dengan nama “Merapi Jendela Bumi”, karena bermanfaat sebagai
wahana edukasi konservasi, pengembangan ilmu tentang bencana gunung api, gempa bumi, dan
bencana alam lainnya dengan cara yang mudah dimengerti siapapun. Didesain layaknya sebuah
candi, dibangun di atas tanah seluas 3,5 hektar dengan bangunan induk museum seluas 4.470
meter persegi sebagai aset geo-wisata baru di Jogjakarta. Museum Gunung Api Merapi memiliki
bagian-bagian seperti pundak, kaki, badan, dan kepala. Menurut filosofi Hindu, bagian kepala
berbentuk kerucut dianalogikan sebagai gunung api yang merupakan sumber kehidupan bagi
masyarakat sekitarnya.
Saat kita mulai berjalan-jalan mengelilingi museum, kita aka melihat dinding lobby yang
dipenuhi dengan relief yang menggambarkan kehidupan gunung api dan manusia. Terdapat
maket gunung apa berskala besar yang berada ditengah lobby, untuk menggambarkan struktur
gunung api yang sesungguhnya kepada masyarakat awam.
Setelah melalui area lobby, kita bisa mengelilingi ruangan-ruangan di dalam museum
yang bertema gunung api misalnya Volcano World, On The Merapi Volcano Trail, Manusia dan
Gunung api, Bencana Gempa bumi dan Tsunami, Bencana Gerakan Tanah, Diorama, Peralatan
Survey, Extra-terrestrial Volcano, Film Show, dan pengetahuan-pengetahuan menarik lainnya.
Selain itu di Museum Gunung Merapi kita juga bisa mengamati berbagai tipe gunung api dan
letusannya di dunia melalui panel museum. Bahkan museum ini juga menyimpan artefak dari
letusan Merapi tahun 2006 dan 2010 berupa bangkai sepeda motor, alat-alat rumah tangga dan
foto-foto erupsi gunung api lainnya di Chili, Italy, Hawaii, USA, dan lain – lain.
BAB II
MUSEUM SONOBUDOYO
Museum Sonobudoyo terletak di bagian utara Alun-alun Utara dari Keraton Yogyakarta.
Bangunan museum yang didesain oleh Ir Th Karsten ini berbentuk rumah joglo dengan diilhami
arsitektur gaya bangunan Masjid Kasepuhan Cirebon. Pencetus berdirinya Museum Sonobudoyo
adalah sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang kebudayaan Jawa, Madura, Bali dan
Lombok, yang bernama Java Institut. Pada tanggal 6 November 1935 yayasan yang waktu itu
dipimpin oleh Prof. Dr. Huseun Djajaningrat mendirikan Museum Sonobudoyo atas restu dari
Ng. D.S.D.I.S. Kanjeng Sultan Hamengku Buwono VIII. Peresmiannya ditandai dengan
Candrasengkala “Kayu Winayang Ing Brahma Buddha”.
Sebagai sebuah museum, Sonobudoyo masih berfungsi terus hingga saat ini, walaupun
pengelolanya berganti-ganti. Pada saat Jepang berkuasa (1942), Museum Sonobudoyo dikelola
oleh pemerintahan Jepang. Kemudian, sejak Jepang kalah hingga tahun 1949 museum ini
dikelola oleh Dinas Wiyotoprojo. Tahun 1950-1973 dikelola oleh Inspeksi Kebudayaan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta. Namun, pada tanggal 11 Desember 1974, melalui SK
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 693/0/1979, Museum Sonobudoyo diambilalih
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan dijadikan sebagai Museum Negeri Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dan, saat ini Museum Negeri Sonobudoyo merupakan Unit
Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas Kebudayaan Provinsi DIY, yang mempunyai fungsi
pengelolaan benda museum yang memiliki nilai budaya ilmiah. Sedangkan, tugasnya adalah
mengumpulkan, merawat, pengawetan, melaksanakan penelitian, pelayanan pustaka, bimbingan
edukatif kultural serta penyajian benda koleksi.
Sampai saat ini Museum Sonobudoyo memiliki 42.698 buah koleksi yang dibagi menjadi
10 kategori, yaitu: koleksi geologi, biologi, etnografi, arkeologika, historika, numismatika,
filologika, keramologi, seni rupa, dan teknologika. Benda-benda koleksi Museum Sonobudoyo
itu ada yang dipamerkan di luar dan di dalam gedung. Koleksi yang dipamerkan di luar gedung
museum umumnya terbuat dari batu yang relatif tahan terhadap cuaca, yang terdiri dari berbagai
macam patung dari zaman kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa Tengah dan Jawa Timur, benda-
benda kelengkapan upacara, serta bagian dan hiasan candi.
Sedangkan, benda-benda yang dipamerkan di dalam museum adalah benda-benda yang
peka terhadap pengaruh cuaca, kotoran, cahaya dan bahkan serangga. Benda-benda itu umumnya
dimasukkan ke dalam vitirin, guna melindunginya dari proses kerusakan. Benda-benda yang
dipamerkan di dalam museum diantaranya adalah: (1) berbagai macam hasil karya seni yang
terbuat dari kayu dan bambu, seperti topeng Jawa dan Bali, wayang golek, puluhan model perahu
serta tandu (jempono) yang diantaranya adalah tandu lawak dari zaman Sultan Hamengku
Buwono I, tandu Kyai Kudus, Kyai Purbonegoro, dan Kyai Wegono Putro; (2) berbagai macam
jenis batik beserta peralatan pembuatnya; dan (3) benda-benda yang terbuat dari perunggu, emas,
perak dan besi seperti, patung kuwera, genta dari Kalasan, lampu gantung berbentuk kenari serta
seperangkat gamela Jawa dan Cirebon serta senjata (mandau, rencong dan keris). Sebagai
catatan, Museum Sonobudoyo menyimpan sekitar 1200-an koleksi keris yang sebagian besar
merupakan sumbangan dari Java Institut dan sebuah wesi buddha, yang merupakan bahan baku
pembuat keris yang digunakan sekitar tahun 700 Masehi.
Sebagai catatan pula, selain sebagai tempat untuk memamerkan benda-benda sejarah dan
purbakala, Museum Negeri Sonobudoyo juga dilengkapi dengan dengan auditorium,
laboratorium, preparasi, kantor dan perpustakaan dengan puluhan ribu judul buku, khususnya
terbitan sebelum Perang Dunia II dalam berbagai bahasa. Di samping itu dapat pula dijumpai
manuskrip (naskah tulisan tangan) berhuruf Jawa dan Arab. (gufron).
Senjata Keris merupakan salah satu jenis koleksi yang dimiliki oleh museum sonobudoyo
ini. Tercatat sekitar 1200 buah keris yang menjadi koleksi dari museum ini yang berasal dari
berbagai penjuru daerah nusantara. Keris –keris yang berada di museum ini mempunyai bentuk
dan tipe yang bermacam-macam. Misalnya keris-keris Jawa yang berbentuk keris luk 7, keris luk
11, keris luk 13, keris lurus dan keris dengan berbagai macam pamor. Seanjutnya keris dari luar
Jawa berasal dari Aceh yang berupa keris rencong, Mandau dari Kalimantan, keris dari Madura
dan Bali serta keris dari Sulawesi. Museum ini juga mempunyai koleksi sebuah bahan baku
pembuatan keris sekitar tahun 700 Masehi yang benama Wesi Buddha.
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Tulis ini disusun untuk melengkapi serangkaian acara Outing MOS MTs N
Ngemplak ke Museum Merapi dan Museum Sonobudoyo dan diwajibkan bagi siswa kelas VII
MTs N Negeri Ngemplak, selain itu juga sebagai sarana untuk menambah wawasan dan
pengetahuan serta lebih mencintai sejarah dan budaya Indonesia.
Maka saya ucapkan terimakasih kepada :
1. Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Keluarga besar penulis, yang telah mendukung pelaksanaan kegiatan sekolah.
3. Kepada Bapak/ Ibu guru MTs N Ngemplak yang telah menjaga, mendampingi, dan
memotivasi kami selama kegiatan outing.
4. Teman-teman seperjuangan kelas VII tahun ajaran 2015/2016 dalam pelaksanaan Outing
MOS MTS N Ngemplak di Museum Merapi dan Museum Sonobudoyo.
5. Semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan karya tulis ini sehingga karya
tulis ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Seluruh pembaca yang budiman.
PENUTUP
Demikian yang dapat dipaparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
karya tulis ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul karya
tulis.
Penulis banyak berharap para pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya karya tulis ini dan dan penulisan karya tulis di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga karya tulis ini berguna bagi penulis dan khususnya
para pembaca.